#Mengalami Disabilitas
Explore tagged Tumblr posts
nandanovaagusvina · 1 month ago
Text
PENANGANAN ANAK REMAJA BERKEBUTUHAN  KHUSUS DALAM BERKOMUNIKASI
Nanda Nova Agusvina, Muhammad Zakki Muttaqin.
Komunikasi menjadi salah satu kebutuhan bagi manusia. Manusia perlu berkomunikasi untuk menyampaikan pesan maupun gagasan yang dimiliki kepada orang lain. Menurut Berelson dan Stainer (1964) komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka- angka, dan lain-lain. Sedangkan menurut Everett M. Rogers (1983) komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih. dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka. Skill komunikasi dibutuhkan oleh setiap orang karena dengan komunikasi yang baik ide atau gagasanya dapat di dengar dan di mengerti oleh orang lain. Komunikasi menjadi salah satu interpersonal skill yang di butuhkan oleh setiap orang.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang membuat manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari di mana saja berada. Proses komunikasi terjadi melalui bahasa, bentuk bahasa dapat berupa isyarat, gestur, tulisan, gambar, dan wicara. Komunikasi akan berjalan dengan lancar dan berhasil apabila proses itu berjalan dengan baik. Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang berarti sama. Secara umum komunikasi dapat diterjemahkan sebagai penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lainya supaya terjadi pengertian yang sama. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. ABK ini menghadapi kesulitan dalam belajar dan perkembangan. Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing- masing anak. Salah satu programnya yaitu mengetahui siapa dan bagaimana anak berkebutuhan khusus serta karakteristiknya. Dengan pemahaman tersebut diharapkan guru mampu melakukan identifikasi peserta didik di sekolah, maupun di masyarakat sekitar sekolah.
Anak remaja berkebutuhan khusus merujuk pada individu yang mengalami keterbatasan dalam berbagai aspek perkembangan, baik itu fisik, kognitif, emosional, maupun sosial, yang memerlukan perhatian dan perlakuan khusus agar dapat berkembang secara optimal. Dalam konteks ini, "berkebutuhan khusus" mencakup berbagai kondisi seperti disabilitas fisik, intelektual, sensorik, atau emosional yang mempengaruhi kemampuan anak untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Anak remaja berkebutuhan khusus memerlukan pendekatan pendidikan, sosial, dan kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka untuk mendukung perkembangan mereka secara holistik. Santrock (2007) dalam bukunya yang berjudul Adolescence menjelaskan bahwa anak remaja berkebutuhan khusus adalah individu yang menghadapi kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena adanya kondisi fisik, mental, atau emosional tertentu yang memerlukan penyesuaian atau intervensi dari lingkungan sekitar.
Komunikasi pada anak remaja berkebutuhan khusus sangat penting karena merupakan sarana untuk interaksi sosial, pengembangan keterampilan, dan pembelajaran. Anak remaja dengan kebutuhan khusus, seperti gangguan pendengaran, autisme, keterlambatan perkembangan, atau gangguan bahasa, sering kali menghadapi tantangan dalam hal komunikasi verbal maupun nonverbal.
  Anak remaja berkebutuhan khusus sering kali mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Dengan komunikasi yang efektif, mereka dapat belajar untuk mengekspresikan diri, memahami perasaan orang lain, dan membangun keterampilan sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,   Anak dengan keterlambatan perkembangan atau gangguan bahasa memerlukan pendekatan komunikasi yang disesuaikan untuk membantu mereka meningkatkan kemampuan berbicara atau memahami bahasa. Terapi wicara, misalnya, dapat sangat bermanfaat bagi ABK dalam mengembangkan keterampilan komunikasi mereka, Komunikasi juga berperan dalam meningkatkan kemandirian remaja berkebutuhan khusus. Dengan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik, mereka dapat lebih mandiri dalam melakukan tugas sehari-hari, seperti memesan makanan, meminta bantuan, atau mengungkapkan kebutuhan mereka.
Anak remaja dengan kebutuhan khusus mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Misalnya, untuk anak dengan gangguan pendengaran, komunikasi bisa dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat, teks, atau alat bantu dengar. Sedangkan untuk anak dengan autisme, penggunaan gambar atau sistem komunikasi berbasis visual dapat lebih efektif. Tanpa komunikasi yang memadai, anak remaja berkebutuhan khusus bisa merasa terisolasi dari teman sebaya mereka. Komunikasi yang baik membantu mereka untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan mendapatkan dukungan emosional, yang pada gilirannya membantu perkembangan psikologis mereka. Secara keseluruhan, komunikasi pada anak remaja berkebutuhan khusus adalah kunci untuk mendukung perkembangan sosial, emosional, dan kognitif mereka. Intervensi yang tepat, seperti terapi wicara, teknologi asistif, atau dukungan sosial, sangat penting untuk memastikan bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan efektif dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Seperti permasalahan komunikasi pada anak autis yang kita bisa ambil adalah Komunikasi akan ada selama interaksi sosial berlangsung. Setiap manusia tentunya akan menggunakan komunikasi sebagai sarana dalam berinteraksi sosial. Beberapa orang terkadang mengalami gangguan dalam berkomunikasi dengan faktor gangguan yang berbeda-beda. Salah satu orang yang mengalami gangguan komunikasi dalam berinteraksi yaitu anak autis. Anak melakukan komunikasi secara verbal dengan tambahan pendukung komunikasi secara nonverbal. Penjelasan tersebut tentunya mengacu dengan kemampuan komunikasi anak autis dalam berinteraksi dengan anak normal lain di sekolah inklusi.
Autisme didefinisikan sebagai suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autisme infantile, gejalanya sudah ada sejak lahir. Anak penyandang autis mempunyai masalah gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi. Kanner (dalam Berkell, 1992) mendeskripsikan gangguan ini dengan 3 kriteria umum yaitu adanya gangguan pada hubungan interpersonal, gangguan pada perkembangan bahasa dan kebiasaan untuk melakukan pengulangan atau melakukan tingkah laku yang sama secara berulang-ulang.
Menurut Puspita (2004) bentuk penerimaan orangtua dalam penanganan individu autisme adalah dengan memahami keadaan anak apa adanya; memahami kebiasaan-kebiasaan anak; menyadari apa yang sudah bisa dan belum bisa dilakukan anak; membentuk ikatan batin yang kuat yang akan diperlukan dalam kehidupan di masa depan dan mengupayakan alternatif penanganan sesuai dengan kebutuhan anak. Deddy Mulyana (2011:426) menyatakan mereka percaya bahwa kebersamaan, ngobrol, dan kegaduhan adalah tanda kehidupan yang baik, tetapi untuk anak autis mereka cenderung diam bukannya tidak mau tetapi mereka memiliki keterbatasan dalam komunikasi sehingga mempengaruhi perilaku mereka
            Adapun terapi yang dapat dilakukan untuk anak autisme dalam mengatasi kesulitan berkomunikasi adalah Terapi Wicara (Speech Therapy) Terapi wicara dapat membantu anak autis dalam mengembangkan keterampilan komunikasi verbal dan non-verbal. Terapis wicara akan bekerja untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengucapkan kata-kata, memahami makna kata, serta keterampilan berbicara secara sosial. erapi wicara atau speech therapy merupakan bentuk terapi yang dilakukan untuk membantu individu yang mengalami gangguan bicara, bahasa, atau komunikasi. Terapi ini dapat mencakup berbagai jenis gangguan, seperti gangguan bicara (artikulasi, suara), bahasa (pemahaman dan ekspresi), serta gangguan komunikasi sosial.
            Penerapan Terapi Wicara (Speech Therapy), Pemeriksaan dan Penilaian Awal Langkah pertama dalam terapi wicara adalah melakukan pemeriksaan untuk mengetahui jenis dan tingkat keparahan gangguan komunikasi yang dialami. Terapi wicara biasanya dimulai dengan penilaian formal dan informal yang mencakup pengamatan, wawancara, dan penggunaan instrumen penilaian yang tepat. Alat penilaian yang umum digunakan meliputi tes bahasa, tes bicara, dan penilaian motorik untuk mengetahui kelancaran atau kejelasan berbicara. Penerapan Terapi Berdasarkan Jenis Gangguan Gangguan Bicara Pada kasus gangguan artikulasi (kesulitan dalam menghasilkan suara yang benar), terapis akan menggunakan latihan untuk melatih pengucapan yang benar, seperti teknik pembelajaran dengan menggerakkan lidah, bibir, dan rahang dengan cara yang benar. Untuk gangguan suara, terapi dapat mencakup latihan pernapasan, pengaturan volume suara, dan teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan. Gangguan Bahasa Terapi untuk gangguan bahasa mencakup latihan memperkaya kosa kata, latihan memahami perintah, serta latihan merangkai kalimat yang benar. Penggunaan gambar, kartu, atau alat bantu visual dapat sangat efektif dalam memperbaiki kemampuan bahasa
Gangguan Komunikasi Sosial Bagi individu dengan gangguan komunikasi sosial, seperti pada autisme, terapi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi, memperbaiki bahasa tubuh, serta mengajarkan keterampilan berbicara dalam konteks sosial. Penerapan Teknologi dalam Terapi Wicara Pemanfaatan perangkat lunak atau aplikasi komunikasi berbasis teknologi, seperti aplikasi ponsel pintar, dapat sangat berguna dalam membantu klien mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa mereka. Alat bantu komunikasi augmentatif dan alternatif (AAC) seperti papan komunikasi dan perangkat penghasil suara juga sering digunakan, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan berbicara atau tidak bisa berbicara sama sekali.
Keterlibatan Orang Tua dan Lingkungan Terapi wicara tidak hanya terbatas pada sesi dengan terapis, tetapi juga melibatkan latihan di rumah. Orang tua dan keluarga dapat berperan aktif dalam memberikan stimulasi komunikasi yang dapat membantu perkembangan anak. Keterlibatan dalam situasi sosial dan interaksi sehari-hari juga dapat membantu mempercepat perkembangan kemampuan bicara dan bahasa. Terapi untuk Kelompok Usia Berbeda Anak-anak Terapi wicara pada anak-anak biasanya berfokus pada pengembangan bahasa, kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan sosial. Intervensi dini sangat penting untuk mengatasi gangguan bicara dan bahasa. Dewasa Terapi wicara pada orang dewasa lebih difokuskan pada rehabilitasi setelah cedera atau penyakit seperti stroke atau gangguan saraf yang mempengaruhi kemampuan bicara dan bahasa.
Terapi wicara yang di lakukan oleh Femy Debora Siwi yang berjudul “ latihan terapi wicara dalam meningkatkan efektivitas berkomunikasi anak autis” Berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa latihan terapi wicara efektif dalam pembelajaran artikulasi untuk siswa autis di SLB-C Katolik Santa Anna Tomohon. Kemampuan artikulasi yang dimiliki siswa berhasil mengucapkan sebanyak 26 huruf, 21 suku kata, dan 55 kata. Terapi wicara juga di lakukan oleh Nurmi Yanti dkk, yang berjudul “pelaksanaan terapi wicara dalam menstimulasi kemampuan berkomunikasi anak autis usia 5-6 tahun di SLB autis center kota bengkulu”  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan terapi wicara sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat perencanaan pelaksanaan terapi wicara yang memiliki tujuan, standar pelaksanaan yang jelas dan memiliki waktu pelaksanaan yang telah terjadwal yaitu seminggu dua kali selama kurang lebih 30 menit tiap terapi.
KESIMPULAN
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang membuat manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari di mana saja berada, sedangkan Anak remaja berkebutuhan khusus sering kali mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Dengan komunikasi yang efektif, seperti yang di alami oleh anak autis yang dimana mengalami kesulitan berkomunikasi maka kami menyarankan penanganan yang tepat dalam kesulitan berkomunikasi pada anak autis adalah terapi wicara (Speech Therapy) yang di mana banyak peneliti yang berhasil menerapkan terapi wicara pada anak autis.
DAFTAR PUSTAKA
Berelson dan G.A.Steiner. 1964. Human Behaviour an Inventory of Scientific Finding. New York: Harcurt, Brank 721.P
Everett M. Rogers. 1983. Diffusion of Innovations. London: The Free Press.
Santrock, J. W. (2007). Life-span development (11th ed.).
Deddy Mulyana. (2012). Ilmu komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arief, S. (2014). Terapi Wicara: Pendekatan Klinis dan Praktis dalam Rehabilitasi Gangguan Bicara dan Bahasa. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Damayanti, R. (2018). Terapi Wicara untuk Anak dengan Gangguan Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Suryana, R. (2016). Dasar-Dasar Terapi Wicara. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
2 notes · View notes
dindahr1907 · 1 month ago
Text
Penanganan Psikologi pada Perkembangan Anak dan Remaja Berkebutuhan Khusus yang Mengalami Hambatan Sosial
Dinda Haniyati Rizki (2230901305)
Sae Maharani Ahmad (2230901307)
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan individu yang memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan anak-anak seusianya, baik dari aspek fisik, kognitif, maupun sosial-emosional. Hal ini menyebabkan mereka memerlukan pelayanan pendidikan dan dukungan yang lebih spesifik. Secara umum, ABK meliputi anak-anak yang mengalami tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, gangguan komunikasi, serta gangguan emosi dan perilaku (Hallahan dan Kauffman, 1988). Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh ABK adalah hambatan dalam menjalin relasi sosial, yang dapat berdampak signifikan pada perkembangan emosional dan sosial mereka.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki karakteristik unik yang membutuhkan pendekatan khusus, terutama dalam mengatasi hambatan sosial. Relasi sosial merupakan kebutuhan penting bagi mereka, tetapi seringkali sulit dijangkau karena keterbatasan komunikasi atau stigma dari lingkungan. Hambatan ini dapat memunculkan kecemasan sosial, tantrum, hingga penurunan kepercayaan diri. Oleh karena itu, pendekatan psikologis diperlukan untuk membantu mereka membangun hubungan sosial yang sehat dan mendapatkan dukungan emosional dari lingkungan sekitar.
Dalam penanganannya, psikologi menyediakan berbagai strategi seperti terapi sosial-edukasi untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan terapi kognitif-perilaku untuk membantu mereka mengelola pikiran negatif. Selain itu, keluarga dan guru memiliki peran besar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung. Dengan memberikan pelatihan kepada keluarga dan edukasi kepada teman sebaya, ABK dapat merasa diterima dan dihargai. Di sekolah, kebijakan anti-bullying dan pendekatan proaktif dari guru dapat menjadi langkah efektif untuk melindungi ABK dari perundungan yang sering mereka alami.
Masyarakat juga perlu dilibatkan untuk mengurangi stigma terhadap ABK. Melalui program komunitas, kampanye kesadaran, dan kolaborasi berbagai pihak, lingkungan sosial yang lebih inklusif dapat terwujud. Dengan pendekatan yang holistik dan berbasis empati, ABK tidak hanya mampu mengatasi hambatan sosial, tetapi juga berkembang menjadi individu yang percaya diri dan mandiri. Dukungan ini bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan mereka, tetapi juga memastikan bahwa mereka dapat berkontribusi positif dalam komunitasnya.
Hambatan sosial pada ABK sering kali dipengaruhi oleh faktor internal, seperti keterbatasan komunikasi, serta faktor eksternal, seperti lingkungan yang tidak mendukung dan adanya perilaku bullying. Untuk itu, peran psikologi menjadi sangat penting dalam membantu ABK mengatasi hambatan sosial mereka, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal di lingkungan masyarakat.
Dalam konteks pendidikan inklusif di Indonesia, ABK memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan anak-anak lainnya, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan inklusif bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah, fleksibel, dan responsif terhadap kebutuhan semua anak, termasuk ABK (Stubss, 2002).
Pendidikan inklusif menempatkan ABK di sekolah umum bersama anak-anak tanpa disabilitas. Hal ini bertujuan untuk mendorong interaksi sosial yang positif dan membantu mereka belajar beradaptasi dalam lingkungan yang lebih luas. Namun, penerapan pendidikan inklusif sering kali menghadapi tantangan, seperti kurangnya pemahaman guru dan teman sebaya mengenai kondisi ABK, serta minimnya fasilitas pendukung yang sesuai.
Relasi sosial merupakan kebutuhan mendasar bagi semua individu, termasuk ABK. Relasi sosial tidak hanya membantu seseorang merasa diterima di lingkungannya, tetapi juga memengaruhi perkembangan emosional dan psikologis secara keseluruhan. Namun, ABK sering kali menghadapi kesulitan dalam menjalin hubungan sosial akibat perbedaan yang mereka miliki.
Hambatan komunikasi, kurangnya pemahaman lingkungan, dan stigma sosial menjadi faktor utama yang menghambat relasi sosial ABK. Akibatnya, banyak ABK yang mengalami isolasi sosial, rasa rendah diri, hingga kecemasan sosial. Situasi ini semakin diperparah oleh pengalaman bullying yang sering kali mereka alami di sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Bullying terhadap ABK dapat berupa ejekan, penolakan, atau bahkan perilaku agresif dari teman sebaya.
Hambatan sosial yang dialami ABK dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan mereka.
Beberapa dampak tersebut meliputi: 1.Kecemasan Sosial ABK yang mengalami kesulitan berkomunikasi sering kali merasa cemas ketika berada di lingkungan sosial. Mereka mungkin takut berbicara dengan orang lain, menghindari kontak mata, atau merasa tidak nyaman di tempat ramai. Kecemasan sosial ini dapat menghambat partisipasi mereka dalam kegiatan kelompok dan mengurangi peluang mereka untuk membangun hubungan sosial yang sehat.
2.Tantrum dan Ketidakmampuan Mengontrol EmosiKetidakmampuan untuk mengekspresikan kebutuhan atau perasaan secara verbal dapat membuat ABK menjadi frustrasi. Frustrasi ini sering kali diekspresikan melalui tantrum atau perilaku agresif. Tantrum pada ABK tidak hanya mengganggu proses interaksi sosial, tetapi juga dapat memengaruhi hubungan mereka dengan keluarga dan teman sebaya.
3.Rendahnya Kepercayaan Diri Pengalaman negatif dalam interaksi sosial, seperti ditolak atau diejek, dapat menurunkan rasa percaya diri ABK. Mereka mungkin merasa tidak berharga atau tidak mampu memenuhi harapan lingkungan, sehingga lebih cenderung menarik diri dari interaksi sosial.Psikologi memiliki peran penting dalam membantu ABK mengatasi hambatan sosial yang mereka alami. Pendekatan psikologis yang digunakan harus bersifat holistik, melibatkan anak, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat diterapkan:
1.Terapi Sosial-EdukasiTerapi ini bertujuan untuk mengajarkan keterampilan sosial kepada ABK, seperti cara berkomunikasi, berbagi, dan bekerja sama dalam kelompok. Terapi sosial-edukasi dapat dilakukan melalui permainan kelompok, simulasi situasi sosial, atau kegiatan interaktif lainnya.
2.Terapi Kognitif-PerilakuTerapi kognitif-perilaku membantu ABK mengatasi pola pikir negatif yang dapat menghambat interaksi sosial mereka. Misalnya, seorang anak yang merasa bahwa dirinya tidak disukai dapat diajarkan untuk mengidentifikasi dan mengganti pikiran tersebut dengan keyakinan yang lebih positif.
3.Pelibatan Keluarga Keluarga memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan sosial ABK. Orang tua dapat dilibatkan dalam program pelatihan untuk memahami kebutuhan anak mereka, serta belajar cara memberikan dukungan emosional dan membantu anak mengembangkan keterampilan sosial.
4.Kolaborasi dengan SekolahSekolah adalah tempat di mana ABK menghabiskan sebagian besar waktu mereka, sehingga penting untuk menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan mendukung. Guru dan staf sekolah perlu dilatih untuk memahami kondisi ABK dan mengembangkan strategi untuk mengintegrasikan mereka dalam kegiatan kelas dan sosial.
5.Pendekatan KomunitasSelain keluarga dan sekolah, komunitas juga memiliki peran penting dalam mendukung ABK. Program komunitas, seperti kelompok pendukung orang tua atau kegiatan sosial inklusif, dapat membantu mengurangi stigma terhadap ABK dan menciptakan lingkungan yang lebih ramah. Bullying menjadi salah satu masalah terbesar yang dihadapi ABK di lingkungan sosial mereka.
Untuk mencegah hal ini, diperlukan pendekatan yang melibatkan berbagai pihak:
1.Edukasi Teman Sebaya Program edukasi di sekolah dapat membantu anak-anak tanpa disabilitas memahami kondisi ABK dan belajar menghargai perbedaan. Dengan memahami bahwa ABK memiliki kemampuan dan keunikan mereka sendiri, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih inklusif.
2.Kebijakan Anti-Bullying Sekolah perlu menerapkan kebijakan tegas terhadap perilaku bullying, termasuk memberikan sanksi kepada pelaku dan menyediakan mekanisme pelaporan yang aman bagi korban.
3.Pendekatan Proaktif Guru Guru harus secara proaktif mengawasi interaksi antar siswa dan mengidentifikasi tanda-tanda bullying. Guru juga dapat mengajarkan keterampilan resolusi konflik kepada siswa untuk membantu mereka menyelesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan. Perkembangan sosial-emosional adalah aspek penting dalam kehidupan setiap anak, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus. Hambatan sosial yang dihadapi ABK memerlukan penanganan psikologis yang komprehensif dan kolaboratif. Melalui terapi, dukungan keluarga, serta lingkungan pendidikan yang inklusif, ABK dapat mengembangkan keterampilan sosial mereka dan mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya inklusi dan penghargaan terhadap perbedaan menjadi langkah krusial dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan ABK. Dengan pendekatan yang tepat, ABK dapat menjalani kehidupan yang bermakna dan menjadi bagian yang berharga dalam komunitas mereka.
Referensi
Cohen, S. (2004). Social Relationships and Health. American Psychologist, 59(8), 676-684.
Hallahan, D. P., & Kauffman, J. M. (1988). Exceptional Children: Introduction to Special Education. Prentice Hall.
Stubbs, S. (2002). Inclusive Education: Where There Are Few Resources. The Atlas Alliance.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wade, C. (2000). Psychology: Principles in Practice. Holt, Rinehart and Winston.
2 notes · View notes
critcit · 11 months ago
Text
Sekarang (Mungkin Belum) Waktunya
"Kamu sadar gak kalau suaramu bergetar?" Tanya seorang psikolog setelah aku bercerita.
"Sadar," jawabku dengan suara bergetar.
"Itu bagus. Berarti kamu bisa menyadari kalau ada sinyal dari tubuhmu,' psikolog itu menanggapi. "Apalagi yang biasanya kamu sadari?"
"Suara bergetar, mata berkaca-kaca, napas gak beraturan dan berakhir banyak menghela napas supaya air mata gak keluar," jawabku sedikit nyengir mengakui kalau aku berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis.
.
Respons tubuh yang sama juga terjadi beberapa waktu lalu saat aku bercerita dan mengaku pada Bapak kalau sudah lebih dari setahun aku pergi ke psikiater dan minum obat, sempat berhenti, tapi karena kondisiku memburuk belakangan aku memutuskan untuk mencari psikiater di kota kelahiranku dan kembali minum obat. Aku juga mengaku kalau sudah sejak beberapa tahun lalu aku diam-diam mencari bantuan ke psikolog.
Sore itu kami sedang di kebun. Bapak sudah beres-beres dan siap pulang sebab jam tiga sore ada pertandingan Persib. Aku yang masih duduk dan tidak terlalu bersemangat pulang untuk nonton bola berkata, "Nanti dulu. Tadi belum jadi ngobrol". Tadi aku memang mau membuka obrolan dengan Bapak, tapi sebab ada tetangga datang membawa sertifikat tanah dan kami membicarakan soal luas tanah–obrolan penting, obrolan itu tertunda.
"Jadi kamu udah setahun lebih minum obat?" Tanya Bapak.
"Iya," jawabku, "Makanya aku tanya terus soal BPJS," sambil sedkit nyengir dan menahan tangis. Sebab statusku masih mahasiswa kemarin, BPJS-ku masih masuk dalam tanggungan dan tunjangan Bapak. Dulu Bapak tidak mempermasalahkan BPJS (karena kami sekeluarga jarang sakit–sungguh berkah) dan bahkan tidak sadar kalau status keanggotaan kami sekeluarga tidak aktif, hingga aku bertanya dan akhirnya ia urus ke bagian Kepegawaian di kantornya.
Aku bercerita kalau aku sangat takut untuk membuka kondisiku karena aku tidak ingin menjadi beban tambahan untuk keluarga. Aku menyadari peranku di keluarga sebagai anak yang dijadikan harapan sebab aku laki-laki dan aku tidak terlahir dengan disabilitas seperti Kakak. Aku tau aku bungsu, tapi peranku sulung. Orangtuaku sudah tua dan tidak lama lagi Bapak pensiun–bahkan harusnya sudah pensiun kalau bukan sebab "keajaiban" pada H-4 bulan pensiun bukannya turun SK pensiun tapi malah SK pelantikan yang membuatnya menambah masa kerja dua tahun. Orangtuaku sudah melalui terlalu banyak hal, sejak dari masa kecil, dewasa, menikah, punya anak, hingga kini. Aku merasa bersalah dan tidak seharusnya aku menjadi beban tambahan bagi mereka; anak yang (aku kira harus) jadi harapan mereka malah memiliki masalah mental: mixed anxiety and depressive disorder.
.
Salah satu tujuanku memilih melanjutkan studi S1 kembali di Yogyakarta setelah lulus D3 sebab aku familiar dengan fasilitas kesehatan mental di kota itu. Aku menjadikan pergi ke fasilitas kesehatan mental di kota itu dan memperbaiki diri sebagai side quest. Setelah menuntaskan main quest: menjadi sarjana, sayangnya aku gagal menuntaskan side quest itu. Aku kembali pulang ke rumah dengan hati yang hancur, perasaan bersalah yang amat dalam, ketakutan, dan depresi lain sebab kesalahan yang aku perbuat dalam prosesnya.
Setelah wisuda, aku kira akan mudah bagiku untuk mendapat pekerjaan. Namun, kenyataan tidak semudah itu. Aku bahkan tidak punya pengalaman dan bayangan wawancara kerja akan berjalan seperti apa. Aku banyak melamar pekerjaan, ditolak, tidak ada kabar, ikut proses selanjutnya hanya untuk berakhir ditolak lagi, berulang kali, sampai aku merasa muak dan merasa malu. Hal ini memperparah keadaanku.
Bulan Desember hingga Januari aku berulang kali mengalami penyakit yang biasanya tidak pernah aku derita. Gerd. Aku berulang kali merasa mual, pusing, dan dada terasa panas. Gejala maag yang biasanya hilang setelah aku minum obat maag ini tidak kunjung hilang sampai akhirnya aku ke dokter dan diberi omeprazole, obat untuk gerd. Belakangan aku sadar kalau itu semua kemungkinan adalah refleks dari semua stres yang aku rasakan.
Beberapa waktu lalu setelah aku bercerita soal kondisiku, aku menghabiskan dua hari bersama Bapak di Bandung. Di satu sore menjelang malam, kami pergi makan. Sesaat setelah selesai makan, aku berandai-andai, "Kapan ya makan kaya gini gantian aku yang bayar?". Aku mengucap itu pada Bapak dan ia membalas, "Nanti. Tenang aja. Sekarang mungkin emang belum waktunya". Kalimat itu mengingatkanku pada beberapa waktu lalu saat aku bercerita kalau aku stres belum dapat kerja. Bapak dengan entengnya berkata, "Gak usah buru-buru. Gak ada yang ngeburu-buru kan?"
Kupikir ada betulnya. Seandainya aku sudah dapat pekerjaan dan harus pergi lagi dari rumah saat ini, obrolan di antara kami ini tidak akan terjadi. Aku masih akan memendam perasaan ini dan merasa sendirian sepanjang waktu sebab aku tidak tau kalau aku sebetulnya punya tempat aman untuk bercerita. Hubungan kami masih akan tetap "berjarak" dan mungkin tidak pergi kemana-mana. Kedekatan, keterbukaan, dan kehangatan yang dalam waktu singkat bisa aku rasakan hanya karena mencoba berani membuka diri ini mungkin tidak akan terjadi.
.
Kembali ke sore itu.
"Kalau ada orang yang memang harus stres mikirin keluarga, harusnya Bapak yang stres, bukan kamu," ucap Bapak menenangkan setelah aku bersusah payah bercerita dan bahkan membuatnya tidak jadi menonton Persib sore itu.
Aku tidak pernah mengucap syukur sebab dilahirkan di keluarga ini, tapi sore itu aku mengucap syukur. Sore itu terasa begitu lamban. Kami duduk bersebelahan, bersender pada dinding saung sebab aku tidak berani bercerita sambil menatap mata Bapak. Sambil berulang kali mengatur napas, aku merasakan angin yang berembus pada kulitku dan aku memperhatikan daun-daun di kebun yang bergoyang. Sore yang amat sangat lamban.
Tumblr media
8 notes · View notes
honjayaa · 2 months ago
Text
KEHILANGAN
Hujan hari ini membawa ingatan dan perasaan kehilangan secara bersamaan. Awal bulan menjadi akhir masa kerja adik-adik magang di kantor, Padahal dalam 6 bulan mereka magang sangat sedikit interaksiku dengan mereka. Namun ada suatu kejadian yang membuat aku cukup tersentak yaitu 2 dari adik magang pernah mengalami kecelakaan saat pulang dari kantor. Kondisinya agak parah, 1 kelingking hampir putus dan lainnya kritis bagian perutnya sakit kacau sampai ngga bisa jalan, indikasinya dia terlindas mobil. Waktu menjenguk di rumah sakit, udahlah gabisa dibendung air mataku. Manusia yang jarang nangis depan orang ini ambyar seketika walaupun nangis diem-diem:'(
Sebenarnya sebelum kecelakaan 2 adik tadi dimintain tolong sama divisiku dan aku kebagian yang ngasih arahan. Jadi jam pulang mereka mundur aslinya jam 14.00 jadi jam 16.30, dari situlah rasa bersalahku muncul, feeling guilty ampe sebulan. Kayak gara-gara aku mereka kecelakaan, coba mereka pulang seperti biasa mungkin mereka bakal safe. Sejak itulah kehadiran mereka menjadi objek pengamatanku, setelah diperhatikan adik2 yang magang di kantorku ternyata cantik-cantik ahahaha /dari mana aja oiy. Mereka adorable dengan karakter masing-masing, tapi kalo dari segi wajah memang cantik no debat!
Kemudian selama 6 bulan ini juga cukup mewarnai sosmed kantor sampai mendapat pujian dari pimpinan. Selain itu, mereka juga bantu rekam identitas para penyandang disabilitas dan ODGJ secara door-to door. Posisinya aku ngga berinteraksi langsung hanya setiap kegiatan mereka menjadi objek pengamatanku. Anehnya, kenapa aku merasa sekehilangan itu? Padahal ngomong aja ngga pernah, kek keberadaan mereka sudah sangat familiar dalam keseharian kantor lalu tiba-tiba besok Senin sepi.
Ini sama halnya dengan warung langgananku beli makan, mengandung pengalaman pribadi:). Ada langganan makanan jual nasi goreng, cap cay, mie goreng dll deket rumah. Tiap beli formasi selalu lengkap, Owner (bapak2, namanya cak djoe), istri, dan 2 pembantu laki-laki. Waktu itu masih kerja di Surabaya (ngekos), pulang pas weekend langsung meluncur ke sana karena masakannya ngangenin, nyampe sana formasinya berkurang owner ngga ada dan pembantunya ganti orang. Beberapa kali ke sana ownernya ga ada, sampai suatu hari ke sana sama ibu, akhirnya memberanikan diri bertanya ke istrinya
"kemana ownernya? " "Bapak sudah meninggal beberapa bulan yang lalu."
Kaget sekaget-kagetnya, pikiranku langsung kosong, nyampe rumah nangis jelek dan perasaan kehilangannya itu memenuhi ruangan hiks hiks. Sekali lagi, aku gapernah sekalipun interaksi sama bapaknya karena aku bukan tipe yang ngajak ngomong duluan. Aku cenderung ngamatin apa yang ada di depanku, dan semua yang aku lihat itu berasa masuk alam bawah sadar, seakan semuanya menjadi suatu momen yang sangat familiar. Ketika gaada 1 orang rasanya hilang, ada yang kurang, karena aku biasanya melihat mereka perform masak ber-4. Sampai aku membuat postingan ini aku masih kehilangan sosok alm. Cak Djoe owner penjual nasi goreng.
Ada lagi nih wkkw, penjual bubur keliling di komplek perumahan, sejak aku SMA sampe kuliah yang jual bapak-bapak gitu. Lamaaa ga jual, muncul-muncul pas mau lulus kuliah yang jual berubah menjadi anak muda, waktu itu belum berani tanya. Menginjak aku kerja berubah lagi jadi ibu-ibu yang jual, barulah berani tanya. Ternyata Bapak2 itu suaminya, beliau meninggal karena sakit. Lalu anak muda yang meneruskan jualan bubur setelah alm. bapak meninggal itu anaknya.
Tau ga kenapa sekarang yang ngelanjutin istrinya?:(
Ya, anaknya meninggal juga karena kecelakaan waktu jualan.
Abis beli langsung masuk kamar nangis sesenggukkan.
Rasanya ingin menemukan orang-orang yang ngalamin hal serupa seperti yang aku alami. Ada rasa takut untuk mencurahkan peristiwa2 ini ke teman takut dianggap lebay hehe.
Lanjut malam ini, lagi jenuh ngerjakan tugas kuliah iseng-iseng buka webmail kerjaan di Pasuruan. Kaget! domainnya udah ngga ada:'''
Aku buka webmail ketika lagi rindu kehidupan dan pekerjaanku saat di fase menderita, merintis karir dari 0. Sehingga aku ngga lupa untuk bersyukur atas kehidupan, pekerjaan, karir dan pendidikanku saat ini. Dari sini aja udah mellow wkwkw.
Domain webmail perusahaan unavailable mungkin karena belum dibayar, tepatnya ngga akan dibayar, karena bosku sudah meninggal 1,5 tahun yang lalu. Padahal cita-citaku ketika aku nikah nanti alm. bosku sekeluarga menjadi tamu kehormatan, rasa terima kasihku tiada henti. Mereka pernah menjadi cerita hidupku, tapi Allah SWT lebih sayang beliau:")
Malam ini rasa kehilangannya menjadi double-combo hehe. Lagu ini yang terbesit dipikiranku sembari meratapi perasaan kehilangan.
0 notes
m1totoslot · 3 months ago
Text
Tumblr media
Korban gempa Jogja yang bangkit jadi atlet tenis berprestasi
Mengalami cacat fisik tak menyurutkan semangat tekad Ndaru Patma Putri untuk terus menggali potensi diri. Gempa Jogja tahun 2006 silam mengubah jalan hidup Ndaru hingga kini menjadi atlet tenis disabilitas berprestasi. (Fx. Suryo Wicaksono/Sandy Arizona/Farah Khadija)
𝐁𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 : Klik disini
0 notes
rupmoker · 3 months ago
Text
Tumblr media
Direktur Jenderal HAM : Kesehatan Mental Adalah HAM, Bukan Sekedar Isu Medis
Direktur Jenderal HAM : Kesehatan Mental Adalah HAM, Bukan Sekedar Isu Medis
Jakarta, 12 Oktober 2024 – Direktur Jenderal HAM, Dhahana Putra, memandang rendahnya kesadaran masyarakat terkait isu Kesehatan mental merupakan tantangan bagi pemerintah. Padahal, Kesehatan mental tidak kalah pentingnya untuk diketahui masyarakat sebagai bagian dari hak dasar setiap orang atau warga negara. “Kesehatan mental bukan hanya persoalan medis, tetapi juga hak asasi manusia. Seperti halnya hak atas kesehatan fisik, akses terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas, inklusif, dan bebas dari stigma mestinya diakui sebagai bagian dari hak setiap orang,” terang Dhahana. Pernyataan ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang menegaskan bahwa "setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan" (Pasal 9). Ini mencakup hak atas kesehatan mental yang harus diakui dan dilindungi oleh negara. Untuk mengangkat isu kesehatan mental, Pada tahun 1992 komunitasi internasional yang tergabung dalam World Federation Mental Health (WFMH) memilih 10 Oktober sebagai hari kesehatan mental sedunia. “Tujuannya tidak lain adalah untuk mengkampanyekan kesadaran dan memberikan edukasi kepada masyarakat seluruh dunia akan pentingnya kesehatan mental yang juga adalah bagian dari hak asasi manusia,” terang Dhahana. Lebih lanjut Diakui Direktur Jenderal HAM, pemahaman terhadap isu Kesehatan mental yang belum memadai di masyarakat di tanah air kerap menimbulkan tindakan diskriminatif. “Mereka yang memiliki persoalan terkait kesehatan mental tidak jarang mendapatkan tantangan untuk mendapatkan akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi dalam masyarakat,” ujar Dhahana. Sejatinya, menurut Dhahana pemerintah telah memiliki regulasi untuk mendorong pemenuhan dan penghormatan hak mereka yang memiliki persoalan terkait kesehatan mental atau Penyandang Disabilitas Mental (PDM). Misalnya, dalam UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) telah mengangkat isu kesehatan mental.
Dhahana melihat masuknya isu kesehatan mental di dalam UU Kesehatan bukan hal yang tidak berdasar. Pasalnya, jika merujuk pada temuan Kementerian Kesehatan tercatat bahwa 1 dari 4 orang di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental pada tingkat tertentu.
Menurut Dhahana, pengabaian terhadap kesehatan mental sama dengan mengabaikan hak asasi manusia. Setiap individu memiliki hak untuk hidup dengan martabat, termasuk mendapatkan perlindungan dan dukungan ketika mengalami masalah kesehatan mental, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, yang menyatakan bahwa "penyandang disabilitas memiliki hak untuk bebas dari stigma, diskriminasi, dan mendapatkan layanan kesehatan yang memadai”.
“Dengan komitmen bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental dan menghormati hak asasi setiap individu. Mari kita berupaya untuk membangun masyarakat yang sehat, berdaya, dan Sejahtera,” pungkas Dhahana.
1 note · View note
turisiancom · 3 months ago
Text
TURISIAN.com - LRT Jabodebek terus menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan layanan transportasi massal yang aman, nyaman, dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya fokus pada kenyamanan penumpang umum, moda transportasi ini juga memperhatikan kebutuhan khusus kelompok rentan. Seperti perempuan, penyandang disabilitas, anak-anak, dan keluarga. Semua itu diwujudkan lewat berbagai fasilitas penunjang yang dirancang untuk memberikan pengalaman perjalanan yang lebih baik bagi setiap pengguna. BACA JUGA: PT KAI Berikan Potongan Harga Tiket Hingga 20 Persen, Datang ke Event Ini Sementara itu, bagi penyandang disabilitas, misalnya, LRT Jabodebek telah menyediakan pintu khusus yang ramah bagi pengguna kursi roda. Tak hanya itu, seluruh stasiun dilengkapi dengan guiding block yang membantu tunanetra bernavigasi dari pintu masuk hingga peron. Fasilitas ini diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas dan rasa aman bagi pengguna dengan kebutuhan khusus. “Kami percaya bahwa perjalanan yang aman dan nyaman adalah hak setiap orang. Karena itu, kami menyediakan petugas di setiap stasiun," ujar Mahendro Trang Bawono, Manager Public Relations LRT Jabodebek, hari ini. BACA JUGA: PT KAI Berikan Fasilitas Playstation Gratis untuk Kereta Jarak Jauh, Ada di Stasiun Ini Mahendro menambahkan, bahwa pihaknya juga  siap membantu, serta memasang CCTV untuk memantau keamanan seluruh pengguna. Selain itu, keluarga yang bepergian dengan anak-anak pun bisa merasakan kenyamanan ekstra. Sedangkan, di peron, LRT Jabodebek dilengkapi dengan Platform Screen Door (PDS) yang menambah lapisan keamanan. Khususnya bagi anak-anak yang menunggu kereta. Di Stasiun Cawang, LRT juga menyediakan area bermain anak, tempat keluarga bisa menunggu keberangkatan kereta dengan lebih tenang. BACA JUGA: Volume Angkutan Penumpang Kereta Api Naik, Layani 299,75 Juta Orang Hingga Agustus 2024 Koalisi Ruang Publik Aman Begitu pun, keamanan di transportasi umum menjadi prioritas utama bagi LRT Jabodebek. Data dari Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) tahun 2022 menunjukkan bahwa dari 4.236 responden, sebanyak 3.539 perempuan mengaku pernah mengalami pelecehan di ruang publik. Yakni, dengan 23 persen di antaranya terjadi di transportasi umum. Menyadari hal ini, LRT Jabodebek menegaskan komitmennya untuk menciptakan transportasi yang bebas dari pelecehan dan segala bentuk tindakan merugikan. “Kami mengajak seluruh pengguna untuk saling menjaga. Dan melapor jika melihat atau mengalami kejadian yang tidak diinginkan," pinta Mehendro. BACA JUGA: Mulai 1 September PT KAI Luncurkan Kereta Ekonomi New Generation "Petugas kami selalu siap di stasiun dan dalam kereta, atau bisa juga melalui contact center di 121,” sambungnya. Kini, LRT Jabodebek melayani rata-rata 83.535 penumpang setiap hari kerja di bulan Oktober. Angka ini menunjukkan bahwa moda transportasi ini semakin diminati masyarakat Jabodetabek. Angka tersebut membuktikan bahwa LRT Jabodebek bukan hanya efektif dalam memenuhi kebutuhan mobilitas, tetapi juga berhasil diterima dengan baik oleh warga. BACA JUGA: Liburan Bersama Anak dengan Kereta Api, Perhatikan Tips Ini Ke depan, LRT Jabodebek akan terus berinovasi dan meningkatkan fasilitas demi menciptakan ruang publik. Utamanya, agar lebih aman dan ramah bagi perempuan, penyandang disabilitas, anak-anak, dan seluruh pengguna. "Bersama, mari kita wujudkan transportasi umum yang inklusif untuk semua," pungkas Mahendro. ***
0 notes
jakartacashbest2 · 4 months ago
Text
Kesehatan Mental - Gejala, Penyebab, Cara Menjaga dan Menangani
Tumblr media
Apa itu Kesehatan Mental?
Kesehatan Mental atau Mental Health adalah kondisi kesejahteraan mental yang memungkinkan orang untuk mengatasi tekanan hidup, yang berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan, dan psikis seseorang.
Contoh kondisi kesehatan mental meliputi gangguan mental dan disabilitas psikososial serta kondisi mental lain yang terkait dengan tekanan yang signifikan, gangguan fungsi, atau risiko melukai diri sendiri. Faktor yang memicu kondisi tersebut, yaitu pelecehan saat usia dini, stres berat dalam jangka waktu lama tanpa adanya penanganan, dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Jenis - Jenis Kesehatan Mental
Terdapat beberapa jenis masalah/gangguan kesehatan mental, berikut merupakan 4 jenis kesehatan mental yang umum terjadi.
Stres
Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik secara emosi maupun mental.
Seseorang yang stres biasanya akan tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung. Stres juga dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus tertentu, memicu depresi. Stres bukan saja dapat mempengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka.
Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis ketika seseorang mengalami rasa cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan, sehingga berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-harinya.
Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara kerja. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul pada tiap situasi. Itu sebabnya orang yang mengalami kondisi ini akan sulit merasa rileks dari waktu ke waktu.
Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang umumnya berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Selain mempengaruhi perasaan atau emosi, depresi juga dapat menyebabkan masalah fisik, mengubah cara berpikir, serta mengubah cara berperilaku penderitanya. Tidak jarang penderita depresi sulit menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Bahkan pada kasus tertentu, mereka bisa menyakiti diri sendiri dan mencoba bunuh diri.
Psikosis
Psikosis adalah istilah yang merujuk ketika seseorang mengalami gangguan delusi dan halusinasi. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang kesulitan untuk membedakan kenyataan dan imajinasi. Selain itu, psikosis juga dapat membuat penderitanya berbicara tidak masuk akal serta berperilaku tidak sesuai dengan suatu kondisi yang sedang terjadi.
Apa Saja Penyebab Gangguan Kesehatan Mental?
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan gangguan mental. Namun, penyebab gangguan kesehatan mental biasanya terkait dengan faktor biologis dan psikologis, sebagaimana akan diuraikan di bawah ini :
    Faktor Biologis Atau Disebut Juga Gangguan Mental Organik.
    Gangguan pada fungsi sel saraf di otak.
    Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus.
    Kelainan bawaan atau cedera pada otak.
    Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan.
    Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan.
      Riwayat gangguan mental pada orang tua atau keluarga.
    Penyalahgunaan NAPZA, seperti heroin dan kokain, dalam jangka panjang.
    Kekurangan nutrisi
    Faktor Psikologis
    Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.
    Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.
    Kurang mampu bergaul dengan orang lain.
    Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.
    Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.
Bagaimana menangani kesehatan mental?
Ada beberapa cara penanganan/pengobatan gangguan kesehatan mental yang bisa menjadi pilihan sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pengidap, yaitu: 
Psikoterapi
Pemberian Obat
Perawatan intensif di rumah sakit
Supporting group.
Stimulasi pada otak
Rehabilitasi
Perawatan mandiri.
Cara Menjaga Kesehatan Mental
Selain itu, kamu juga bisa melakukan beberapa upaya untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental, antara lain:
Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik.
Membantu orang lain dengan tulus.
Membiasakan berpikir positif.
Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah.
Mencari bantuan profesional jika memang kamu memerlukannya.
Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Memastikan tubuh mendapatkan cukup waktu istirahat.
Biotizen itu tadi merupakan penyebab dan jenis - jenis gejala kesehatan mental yang umum terjadi saat ini. Jadi, apabila kalian mengalami gangguan-gangguan tersebut segera lakukan penangan sesuai kondisi ya! Dan jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan mental.
1 note · View note
pardomuansitanggang · 6 months ago
Text
Memanusiakan Penyandang Disabilitas dan Anak dengan Kedisabilitasan, PARDOMUANSITANGGANG.COM – Memanusiakan penyandang disabilitas dan anak dengan kedisabilitasan melibatkan berbagai aspek, termasuk pendidikan, inklusi sosial, hak asasi manusia, dan pemberdayaan. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memanusiakan mereka: Pendidikan dan Kesadaran: Menyediakan pendidikan inklusif yang dapat diakses oleh semua anak, termasuk anak dengan disabilitas. Mengadakan kampanye dan program edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang disabilitas dan menghilangkan stigma negatif. Aksesibilitas: Memastikan aksesibilitas fisik di semua fasilitas umum, seperti ramp, lift, dan toilet yang ramah disabilitas. Meningkatkan aksesibilitas digital, termasuk situs web dan aplikasi yang mudah digunakan oleh penyandang disabilitas. Inklusi Sosial: Mendorong inklusi sosial dengan melibatkan penyandang disabilitas dalam kegiatan komunitas dan kehidupan sehari-hari. Menyediakan platform untuk penyandang disabilitas agar dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam berbagai bidang, seperti pekerjaan, olahraga, dan seni. Dukungan Keluarga dan Komunitas: Memberikan dukungan dan pelatihan bagi keluarga yang memiliki anggota dengan disabilitas untuk membantu mereka merawat dan mendukung dengan cara yang terbaik. Membangun komunitas pendukung yang dapat memberikan dukungan emosional dan praktis. Perlindungan Hukum dan Hak Asasi: Menegakkan undang-undang yang melindungi hak-hak penyandang disabilitas dan memastikan mereka tidak mengalami diskriminasi. Memberikan akses yang setara ke layanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Pemberdayaan Ekonomi: Meningkatkan kesempatan kerja dan pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disabilitas melalui pelatihan keterampilan dan program kewirausahaan. Memberikan insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan penyandang disabilitas. Pendidikan Karakter dan Nilai: Mengajarkan nilai-nilai empati, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan sejak dini di sekolah dan di rumah. Teknologi Asistif: Mengembangkan dan menyediakan teknologi asistif yang dapat membantu penyandang disabilitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih mandiri. Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi penyandang disabilitas dan anak dengan kedisabilitasan.
0 notes
pronttku · 9 months ago
Link
0 notes
nayabercerita · 11 months ago
Text
Tumblr media
Izinkan aku memperkenalkan diriku yang telah terhapus oleh lekang waktu. Nayana Larasti, tidak usah panggil namaku karena sampai kapanpun aku tidak akan mendengar nama cantikku lagi. Tepuk pundakku saja, ya? Tulis namaku, Naya, disebuah kertas yang selalu menjadi teman dan bayanganku. Itu adalah panggilan keseharian aku. Pribadi yang suka memendam perasaan dan tenang dalam situasi apapun, bisa ditebak aku kelahiran bulan Oktober tepatnya pada tanggal 21 di tahun 2001. Oh iya, sekarang aku tinggal bersama Ibu dan Bapak yang bukan sedarah, namun mereka sudah aku anggap seperti keluargaku sendiri.
‘Bunda dan ayah kemana, Nay?’ Bunda dan ayah menaruhku disini. Di panti asuhan. Katanya akan menjemput aku saat usiaku sudah beranjak 20 tahun. Dasar pembohong. Aku mendengar semuanya. Mendengar tentang bagaimana untuk meninggalkan aku disini.
Semenjak aku menjadi gadis istimewa, mereka tidak ingin menemui ku. Mungkin malu? Malu mempunyai anak penyandang disabilitas motorik. Dibalik hal itu, Tuhan selalu mempunyai rencana yang indah, kan? Dan aku percaya. Kini aku menjadi barista di sebuah cafe yang dibangun untuk orang-orang istimewa sepertiku. Aku menyebutnya sebagai cafe istimewa.
‘Bagaimana dengan mimpi kamu, Nay?’ Aku tetap menjadi penyanyi. Kata ibu dan bapak, aku tetap menjadi penyanyi yang mempunyai ciri khas tersendiri. Ibu dan bapak, lah yang mengajariku bernyanyi. Bernyanyi dengan sangat elok melalui gaya disetiap jari-jari lentik ini. Kekurangan aku ini kini menjadi permata dalam hidupku. Menjadikan aku tau dari arti permata cacat namun akan tetap indah.
‘Kalau lagi luang, biasanya ngapain aja, Nay?’ Aku menghabiskan waktu aku bersama anak panti. Belajar, bermain, menggambar, mewarnai, dan banyak hal lagi. Aku hanya tidak ingin mereka mengalami seperti apa yang aku alami. Aku ingin membuat masa kecil mereka penuh dengan canda tawa. Selain itu sejak aku mulai menjadi barista, aku menemukan hobi baruku. Kekurangan aku ini menjadikanku pandia menggambar. Ingat ya, menggambar. Bukan melukis! Aku belum pernah mencoba melukis...
Aku sadari semua hal yang terjadi padaku. Tuhan dengan segala rencana indahnya yang tak terduga, mengantarkan aku kepada Ibu dan bapak yang baik sekali hatinya, membuatku bertemu dengan orang-orang istimewa dan hebat sepertiku, menjadikanku tau apa makna dari menerima segala kekurangan. Tuhan, akan ada banyak ungkapan terimakasih dariku atas segala kejadian yang terjadi dalam hidupku. Terimakasih telah menjadikanku gadis istimewa dan hebat.
0 notes
baliportalnews · 11 months ago
Text
Sempat Tertimbun, Penyandang Disabilitas di Karangasem Berhasil Diselamatkan
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, KARANGASEM - I Wayan Darsana seorang penyandang disabilitas berusia 13 tahun menjadi korban dalam musibah longsornya senderan tembok pura di Banjar Dinas Kecagbalung, Desa Seraya, Karangasem pada Sabtu (27/1/2024). Saat musibah itu terjadi, Darsana sedang berada di dalam kamar seorang diri sementara ayahnya, I Wayan Sulatra sedang berada di luar rumah bersama ibunya. Kondisinya yang lumpuh membuat Darsana tak mampu menghindar dari longsoran yang menimpa rumahnya hingga akhirnya sempat tertimbun reruntuhan. Beruntung, kejadian ini diketahui oleh orangtuanya sehingga langsung melakukan upaya penyelamatan dibantu oleh warga sekitar. Darsana akhirnya berhasil diselamatkan, hanya saja ia sempat tak sadarkan diri hingga akhirnya langsung dilarikan ke RSUD Karangasem untuk mendapatkan penanganan. "Informasi dari ayah korban untuk penanganan dari pihak rumah sakit dilakukan observasi saja di Ruang UGD RSUD Karangasem, saat ini korban sudah bisa dipulangkan ke rumah menjalani rawat jalan. Korban mengalami luka lecet di kepala dan pergelangan tangan," kata Kalaksa BPBD Karangasem, Ida Ketut Arimbawa saat dikonfirmasi. Sementara itu, akibat kejadian tersebut, bangunan rumah milik Sulatra tidak bisa ditempati karena material longsoran masih berada di dalam rumah. Selain itu, pertimbangan kondisi tanah yang ada di belakang rumahnya masih labil dan rawan longsor susulan sehingga untuk sementara penghuni rumah tinggal di rumah kerabatnya. Di sisi lain, pasca kejadian personil TRC BPBD Karangasem langsung melakukan assessment ke lokasi kejadian. Personel yang datang sementara hanya bisa melakukan evakuasi terhadap beberapa Pelinggih saja sedangkan untuk material longsorannya masih belum bisa dievakuasi karena kondisi di lokasi masih sangat rawan terjadi longsor susulan dampak hujan yang mengguyur wilayah tersebut.(st/bpn) Read the full article
0 notes
niadinet · 1 year ago
Text
Penyandang Disabilitas: Hak, Tantangan, dan Harapan
Penyandang Disabilitas: Hak, Tantangan, dan Harapan
Penyandang Disabilitas adalah individu yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama. Keterbatasan tersebut dapat mengakibatkan hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dalam masyarakat berdasarkan kesamaan hak. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennews · 1 year ago
Text
Waspadai 5 Jenis Disabilitas yang Sering Dialami Panderita Penyakit Stroke
SERANG – Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak. Ketika pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah, sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah yang membawa oksigen yang diperlukan, sehingga terjadi kematian sel/jaringan. Oleh karena itulah, pasien stroke rentan mengalami disabilitas setelah serangan. Dan jenis disabilitas yang dialami pun bisa beragam. Dokter Spesialis Akupunktur…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
realita-lampung · 1 year ago
Text
Persuasif, Akhirnya Pelaku Penganiayaan Menyerahkan Diri ke Polres Tanggamus
Tumblr media
Melalui upaya persuasif, akhirnya pelaku penganiayaan di Pematang Sawa menyerahkan Dldiri ke Polres Tanggamus. Kasus dugaan tindak pidana penganiayaan yang terjadi pada, Senin 25 September 2023 lalu, di Pekon Betung Kecamatan Pematang Sawah, Kabupaten Tanggamus, telah mengalami perkembangan signifikan. Pasalnya, paska dilakukan tindakan persuasif melalui pendekatan kepada keluarga terduga, pelaku penganiayaan yakni RM (28), akhirnya menyerahkan diri kepada Tekab 308 Polres Tanggamus yang diantar keluarganya. Dari pengungkapan kasus tersebut, terungkap bahwa antara pelaku RM dan korbannya Amirul (25), ternyata adalah teman bermain dan penganiayaan itu juga bermula hal yang sangat sepele, namun RM menusuk Amirul, lantaran kesal. Akhirnya, kejadian tersebut dilaporkan Sukhori, selaku paman korban ke Polres Tanggamus, sebab ia tidak terima, korban Amirul selaku keponakannya mengalami luka tusuk pada bagian bokong. Kasat Reskrim Polres Tanggamus, Iptu Hendra Safuan, S.H., M.H mengungkapkan, pihaknya melakukan penyelidikan laporan tersebut dan berupaya mengungkap kasus ini. Upaya juga menghimbau kepada keluarga pelaku, akhirnya, atas imbauan persuasif tersebut, pihak keluarga pelaku, didampingi oleh Briptu Arizal, Anggota Sat Tahti Polres Tanggamus, menyerahkan tersangka ke Polres Tanggamus. "Tersangka menyerahkan diri ke Polres Tanggamus, kemarin Rabu, 11 Oktober 2023, sekitar jam 11.00 WIB," ungkap Iptu Hendra Safuan mewakili Kapolres Tanggamus AKBP Siswara Hadi Chandra, S.I.K., Jumat 13 Oktober 2023. Dijelaskan Kasat, kronologis kejadian bermula dari pertengkaran yang terjadi di warung milik Rudi Arianto di Pekon Betung. Padahal sebelum kejadian keduanya bersenda gurau, namun situasi berubah menjadi berkelahi. Dalam kejadian itu, berujung pada korban Amirul Khoir terluka akibat tusukan benda tajam di bagian bokong sebelah kiri dan segera dilarikan ke Puskesmas Waynipah untuk penanganan medis. "Sedangkan pelapor Sukhori melaporkan kejadian ini ke Polres Tanggamus guna penanganan hukum lebih lanjut," jelasnya. Ditambahkannya, dalam perkara tersebut, turut diamankan barang bukti berupa satu lembar tanda bukti berobat dan satu helai celana jeans panjang. "Kasus ini kini akan menjalani proses hukum lebih lanjut sesuai dengan Pasal 351 KUHPidana. Ancaman 5 tahun penjara," tandasnya. Sementara itu, menurut RM, pemicu penganiayaan itu bermula dia, korban dan dua temannya bermain game ludo di sebuah warung, namun saat itu korban kalah sehingga membuatnya emosi. "Gara-gara main ludo, baru mulai yang main 4 orang. Masalahnya sepele gara-gara korban kalah Rp1000,. Korban ngotot dan kami sempat brantem tangan kosong, namun dipisah warga setempat," kata RM di Mapolres Tanggamus. Ia melanjutkan, bahwa saat itu juga sebenarnya masing-masing. Namun ia dan korban masih duduk walaupun sudah ditegur oleh warga disana. "Ada warga yang memisahkan kami dan menyuruh pulang. Tapi saya dan korban tidak mau pulang. Terus ada warga yang hendak giring saya pulang, saya liat dia bawa pisau terus saya rebut pisaunya," ujarnya. Ia menambahkan, dalam kejadian itu dirinya merasa tidak terkontrol emosi dan meminta maaf kepada korban serta keluarganya atas kesalahan tersebut sehingga membuat korban terluka. "Saya merasa bersalah atas kejadian tersebut, sehingga saya memilih menyerahkan diri sebagai pertanggungjawaban kesalahan saya," kata RM. Kesempatan itu, RM berharap, korban dan keluarganya dapat memaafkan dirinya sebab, ia merupakan tulang punggung keluarga, selain mengurus istri, dua anaknya, ia juga mengurus ibunya yang janda serta kakak kandungnya yang disabilitas. "Saya menyesali kehilafan saya dan meminta maaf yang sebesar-besarnya. Harapan saya, korban dan keluarga bisa memaafkan saya. Karena saya tulang punggung keluarga, juga mengurus ibu saya janda dan kakak yang disabilitas," lirihnya. (Hms) Read the full article
0 notes
nisaraudotulauli · 1 year ago
Text
He is my brother
Tumblr media
Namanya Imam Ash-shiddiqi, yang lahir di tanggal 20 Desember 2004. Dia lahir dalam keadaan yang sangat istimewa. Berbeda, tak sama dengan kebanyakan anak lainnya. Dulu kata dokter Imam mengidap cerebral palcy, tapi setelah diamati aku dan kak aima sama sekali gak percaya, karena kalau dilihat dari perkembangannya Imam lebih mengarah ke sindrom preder willy. Tapi setelah pemeriksaan beberapa kali itu, Imam gak lagi diperiksa sindrom seperti apa yang ada padanya. Imam mengalami perkembangan yang cukup lebih terlambat dibanding anak seusianya. Bahkan untuk bisa berjalan, Imam harus dibawa kebeberapa tempat pengobatan. Dimulai dari dokter sampai tukang urut. hehe.
Inget banget tentang semua perjuangan itu, dan betapa banyak hikmah dan pelajaran yang bisa aku ambil dari kesabaran orangtua dalam membersamai Imam. Kata orang, anak seperti Imam adalah penyandang disabilitas, tapi aku lebih setuju dengan pernyataan bahwa mereka hanyalah difabel, hanya sedikit berbeda dari kebanyakan orang. Bukan berarti mereka gak berarti ataupun produk gagal. Kalau kata orang mereka adalah ujian, tapi buatku mereka adalah anugerah terindah yang pernah Allah titipkan. Semenjak Imam ada, dunia yang tadinya terasa sepi mendadak begitu ramai dan berwarna. Kehadirannya membawa tawa yang tidak pernah ada habisnya. Imam membuat aku belajar untuk mencintai apa adanya, menerima tanpa ada kata tapi nya. Imam membuat aku belajar bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga. Kalaupun setiap manusia bisa memilih, maka aku akan tetap memilihnya sebagai adik, sebagai keluarga, dan akan tetap menerimanya lengkap dengan segala macam apa yang ada padanya.
Dan ya, aku akan selalu katakan "Yes, He is my brother".
Bagaimanapun orang lain memandang, seperti apapun yang orang lain katakan. Tapi bahagia bukan tentang bagaimana pandangan banyak orang. Karena keberadaan dan keadaan keluarga tak pernah bisa digantikan dengan apa kata orang.
0 notes