#Mati Haig
Explore tagged Tumblr posts
Text
Menikmati keinginan hendak mati saja; dengan bukunya Matt Haig–perpustakaan tengah malam.
Sepertinya semesta sedang mengajak berdamai dengan memberi sudut pandang baru dari buku tersebut.
2 notes
·
View notes
Text
youtube
Renungan 6Okt2023
Bacaan Injil Luk 10,13-16
"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Bacaan Injil malam ini mengisahkan Yesus yang mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di sana Dia banyak melakukan mukjizat-Nya (20). Kota-kota itu adalah Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum (21-24). Kecaman Tuhan Yesus atas Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum seharusnya menjadi pelajaran bagi kita sebagai pengikut Kristus yang kadang kurang bersyukur atas berkat dan karunia meskipun telah banyak menerima kelimpahan berkat dari Tuhan dan kurang menggunakan berkat yang kita terima untuk melayani Tuhan dan sesama.
Bacaan Injil malam ini mengingatkan saya kembali akan film 'A Boy Named Crhistmas' yang diadaptasi dari novel terkenal Matt Haig yang menceritakan sejarah fiksi sosok ‘Santa Claus’. Dalam film dikisahkan rakyat Finlandia sedang mengalami kurangnya pasokan pangan, lapangan pekerjaan, layanan kesehatan dan upah yang layak hingga raja mengundang perwakilan penduduk untuk hadir di istana. Raja yang bijak ini mengajarkan tentang pentingnya mengucap syukur dan sukacita tetap mencari harapan apapun masalah yang sedang dihadapi. Raja mengadakan sayembara untuk pergi keluar batas kerajaannya membawa sesuatu yang bisa menunjukkan adanya harapan dan Joel ayah Nikolas adalah salah satu yang terpilih dalam tugas itu. Dalam Roma 4;18 dikatakan “ Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu”. Kisah Abraham yang meninggalkan tanah kelahiran menuju tanah perjanjian yang penuh resiko, lama dan sulit karena mempercayai janji Tuhan dalam Perjanjian Lama juga mengingatkan saya akan kisah Nikolas yang serupa menempuh perjalanan berbahaya seorang diri hanya ditemani seorang tikus Mika dan rusa kutub Blitzer dengan keteguhan iman yang luar biasa untuk menemukan desa dongeng Elfhelm.
Dalam Mazmur 86:10 dikatakan “Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah." Mujizat itu ada dan tetap ada, sebab kuasa Tuhan itu tidak pernah berubah. Terjadi tidaknya mujizat dalam hidup seseorang sangat ditentukan oleh seberapa besar imannya kepada Tuhan. Kalau kita sendiri ragu-ragu atau bimbang, itu akan menjadi penghalang bagi Tuhan untuk menyatakan mujizat-Nya. "...sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yak 1:6-7). Berulang kali kita melihat berbagai mukjizat terjadi dalam film seperti halnya ketika Nikolas merasa sendiri dan terpuruk hampir putus asa ketika berlindung dari badai salju dalam gua, ia terkejut karena Mika sang tikus dapat berbicara kepadanya sehingga ia dikuatkan kembali, cerita pertemuannya dengan Blitzer sang rusa kutub yang membantu mempercepat perjalanannya menuju desa Elfheim serta ketika diselamatkan oleh Father Topo seorang elf ketika ia terdampar pingsan ditengah badai salju. Tuhan akan selalu mengirimkan bantuan melalui banyak cara yang kita manusia tidak dapat menyelaminya. Dalam Yoh 20;29 mengatakan “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” banyak dari kita yang lebih mudah untuk percaya saat kita melihat. Dalam firman Tuhan dikisahkan walaupun Abraham harus menunggu lama saat menanti anak yang Tuhan janjikan, Abraham tetap menanti dengan percaya meskipun sepertinya tiada dasar untuk berharap. Imannya tidak menjadi lemah, ia tetap menaruh percaya dan pengharapannya kepada Tuhan bahwa Tuhan pasti menepati janjiNya. Ketika kita mau percaya, maka Tuhan pasti menyatakan mujizatNya bagi kita. Oleh sebab itu, dalam kondisi apapun kita harus belajar untuk selalu percaya kepada Tuhan. Ketika Nikolas bertemu dengan Father Topo, ia berpikir bahwa tengah berada di belantara salju dan tidak menyadari bahwa ternyata ia telah berada di desa Elfheim seperti dikatakan oleh Father Topo ‘To see something you must believe in it’ Film ini mengajarkan kita untuk senantiasa mengucap syukur dalam segala sesuatu 'either good or bad things' dan membuka hati untuk menerima kehadiran Kristus dalam diri kita agar kita dapat 'melihat' kemuliaan-Nya serta seluruh anugerah yang telah Ia karuniakan dalam hidup kita. Berkah Dalem
0 notes
Text
Ela tinha um fogo dentro de si.
E se perguntou se esse fogo era para aquece-la ou destrui-la.
Então se deu conta.
O fogo não tinha um propósito
Apenas ela poderia ter.
O poder era seu.
14 notes
·
View notes
Text
The Midnight Library
Matt Haig
Nora, memasuki usia mid-30 di hadapkan dengan cobaan hidup dan banyak penyesalan yang membuat dia merasa adalah Mati sebagai jalan keluar paling akurat.
Lalu, ketika di antara hidup & mati. Nora masuk ke dalam suatu perpustakaan dengan banyak buku di dalamnya. Atas panduan dari pustakawati, Nora mulai menjelajahi berbagai alternatif kehidupan layaknya memasuki dunia paralel.
Dari banyak alternatif hidup yg dia buka lewat buku di perpustakaan, selalu ber akhir dengan penyesalan.
Lama lama Nora belajar, bahwa tidak ada hidup yang benar benar sempurna. Semua alternatif kehidupannya selalu menampakan sisi baik juga buruk dari kehidupan. Semua kehidupan memberikan efek penyesalan, yg akhirnya membuat Nora tersesat hilang arah untuk menentukan hidup apa yg sebenarnya dia mau.
Kemudian, setelah melewati berbagai peran kehidupan versi orang lain dan bersi nya sendiri. Nora masuk ke kehidupan ideal, dimana karir, cinta, keuangan, keluarga dan kehidupan sosial adalah kesempurnaan yg dia dambakan selama ini. Namun, dalam lubuk hati Nora, dia meragukan kesempurnaan itu bisa hadir. Terlebih dia merasakan tidak menjadi diri nya sendiri. Lain waktu, Nora sadar bahwa keputusan2 nya untuk hidup nya yg sempurna membuat beberapa org menderita.
Akhirnya Nora terbangun, kembali ke kehidupan nyata nya.
Dari ceritanya, kita tidak perlu hidup dari kacamata org lain, kita tidak pernah tau versi hidup itu baik atau lebih buruk.
Selagi kita hidup, kita selalu memiliki masa depan dengan beribu kemungkinan.
Tapi masalah terbesar bukan soal kehidupan kehidupan yg tidak pernah kita jalani, melainkan rasa sesal.
Beribu kemungkinan itu terjadi lewat menjalani hidup, yg tidak ada garansi untuk bebas dri rasa sakit, putus asa, duka, kesepian atau depresi.
Tapi apakah kita ingin hidup?
5 April 2022
Jakarta
2 notes
·
View notes
Text
The Midnight Library: Let’s Undo The Regrets and Try Another Life
Judul buku : The Midnight Library
Penulis : Matt Haig
Penerbit : Canongate Books Ltd
Jumlah Halaman : 196
Tahun terbit : 2020
Nora’s life has been going from bad to worst. Then at the stroke of midnight on her last day on earth she finds herself transported to a library. There she is given the chance to undo her regrets and try out each of the other lives she might have lived.
Which raises the ultimate question:
With infinite choice, what is the best way to live?
***
Sinopsis
Sebagai salah satu buku best selling versi new york times dan goodreads choice award 2020 kategori best fiction, Matt Haig tidak main-main dengan alur the midnight library. Buku ini menceritakan kisah hidup seorang Nora Seed yang dari awal tidak memiliki episode yang bagus. Hidup Nora Seed sangat lah menarik, tapi dalam tanda kutip “ia mengalami terlalu banyak hal yang membuatnya putus asa” hingga pada suatu malam, Nora memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Namun, bukan akhirat, surga atau neraka yang menyambutnya, tapi sebuah perpustakaan misterius yang hadir diantara hidup dan mati. Perpustakaan itu disebut midnight library. Rak-rak buku disana berderet dan menjulang tak berujung. Perpustakaan ini berisi buku dengan jumlah yang tak terhingga. Mrs Elm, wanita penjaga perpustakaan SMA Nora tiba–tiba berada disana dan membantunya. Membantu Nora memilih buku mana yang perlu ia pilih.
Setiap buku mewakili kehidupan yang berbeda yang membantu Nora untuk menghapuskan seluruh rasa penyesalan yang pernah ia rasakan. Ada terlalu banyak penyesalan yang Nora miliki. Nora menyesal telah putus dengan mantan pacaranya, maka ia memilih sebuah buku dimana ia setuju menikahi mantan pacarnya. Tapi tentu saja hal tersebut tidak seperti yang ia pikirkan. Kehidupan pernikahannya dengan Dan nyatanya tidak seharmonis hubungan mereka layaknya pasangan kekasih. Nora mencoba kehidupan lain dimana ia menjadi seorang atlet renang yang merupakan satu-satunya keahlian yang dia miliki dan bukannya memilih berfilsafat di bangku perkuliahan seperti saat ini. Namun dikehidupan itu, Nora kehilangan kakaknya. Ada kehidupan dimana Nora tinggal di Australia, tapi sahabat satu-satunya yang membuatnya ingin hidup disana telah mengalami kecelakaan setahun silam. Nora mencoba berbagai macam hidup yang sebelumnya ia inginkan. Nora menjadi penyanyi band, dosen filsafat, tergabung dalam tim national geographic dan menjelajahi kutub utara, semua ia lakukan, tapi tidak satupun yang berjalan sebagaimana mestinya, semuanya berakhir dengan dirinya yang kembali ke midnight library dan mencoba kehidupan lain yang mungkin berhasil. Nora terus mengulang hidup lain, ia mencari keberhasilan, kebahagiaan dan ketenangan hidup.
Beberapa kali nampak berhasil, seperti di kehidupan dimana ia enjadi dosen filsafat yang disegani banyak murid. Atau di kehidupan dimana ia menikah dengan pria yang ia tolak. Dia hidup bahagia dengan Ash dan keluarga kecilnya, Nora bahkan memiliki putri kecil yang cantik. itu adalah kehidupan yang sempurna. Tapi pikiran Nora menunjukkan hal yang berbeda, ia mulai memikirkan bahwa kehidupan yang sedang ia coba jalani rasanya tidak seperti kehidupannya yang asli. Ketika Nora menyiapkan sarapan untuk putrinya ia mulai berpikir bahwa dia sedang merenggut kehidupan Nora lain yang seharusnya ada di posisi itu. Nora ingin kembali ke kehidupan aslinya. Namun ia justru bertemu penjelajah lain yang mengatakan bahwa ia telah melakukan hal itu selama 10 tahun. Nora semakin frustasi, akankah Nora berhasil kembali ke kehidupan asalnya dan menemukan makna hidupnya? yuk simak kelanjutannya didalam buku ini 😊
Cover
Sepengetahuanku, ada beberapa versi sampul yang dipakai dalam buku ini. Namun, semuanya memiliki struktur warna yang sama yakni gold-white-navy. Susunan warna ini membuat sampul buku terlihat elegan dan misterius disaat bersamaan. Illustrasi yang digambarkan juga tidak jauh-jauh dari hal-hal seputar buku. Dalam cover yang terlampir misalnya yang menggambarkan bangunan perpustakaan sebagai interprestasi the midnight library. Selain itu, adapula gambar kucing Nora yang merupakan sosok yang muncul dalam salah satu adegan penting dalam buku. Di versi lain, illustrasi digambarkan dengan adegan dimana Nora mengakhiri hidupnya atau interpretasi lain menganggap bahwa itu adalah Nora yang baru saja datang di midnight library atau juga digambarkan dengan jendela-jendela perpustakaan yang tiap kotaknya menggambarkan adegan-adegan di dalam buku. Terlepas dari sampul mana yang lebih baik, semua sampul tersebut sangat cocok dengan buku the midnight library itu sendiri.
Genre
Siapapun yang membaca blurb atau synopsis buku ini sudah pasti bisa menyimpulkan bahwa genre buku the midnight library ini adalah fiksi jenis fantasy. Sebab, cerita didalam buku merupakan sesuatu yang tidak nyata dan tidak mungkin terjadi. Namun, penyampaian pesan didalam buku membuat buku ini dipenuhi dengan banyak insight yang menginspirasi pembacanya.
Plot
Pada dasarnya, cerita yang disajikan dalam buku ini memiliki plot maju, akan tetapi adegan dimana Nora menjalani kehidupannya yang lain sedikit membuat hawa plot masa lampau hadir kedalam tengah-tengah cerita.
POV
Point of view atau sudut pandang penyampaian cerita ini adalah sudut pandang orang ketiga yang mana membuat cerita terkesan lebih terbuka sebab dengan sudut pandang orang ketiga membuat pembaca bisa ikut menilai dari berbagai sisi yang dihadirkan dalam alur cerita.
Character
Karakter yang hadir dalam buku ini tidak lain adalah orang-orang disekitar Nora Seed yang merupakan tokoh utama dalam buku ini. Nora Seed sendiri digambarkan sebagai seorang wanita yang mudah putus asa dan mengasihani diri sendiri atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Berikut adalah pesan Nora sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Dear Whoever, I had all the chances to make something of my life, and I blew every one of them. Through my own carelessness and misfortune, the world has retreated from me, and so now it makes perfect sense that I should retreat from the world . If I felt it was possible to stay, I would. But I don’t. And so I can’t. I make life worse for people . I have nothing to give. I’m sorry . Be kind to each other . Bye, Nora –hlm 28
Karekter lain yang juga kehadirannya sangat berpengaruh dalam buku ini adalah Mrs Elm. Mrs Elm adalah sosok wanita tua bijak yang selalu memandang positif kehidupan. Adapun salah satu kutipan yang menunjukkan kebesaran hati Mrs Elm.
‘Nora dear, it’s natural to worry about your future,’ said the librarian, Mrs Elm, her eyes twinkling. – hlm 13
Selain itu, dalam setiap kemunculannya, Mrs Elm selalu membawa petuah yang membuat penbaca langsung memikirkan makna dari ucapan tersebut. Beberapa ucapan Mrs Elm yang paling sering muncul adalah berikut ini :
Mrs Elm repeated something she said earlier. ‘Never underestimate the big importance of small things. - 138
Karakter sisanya merupakan orang-orang yang secara langsung berada dalam kehidupan Nora itu sendiri seperti ibunya, ayahnya, kakaknya, dan orang-orang lain yang berperan dalam hidup Nora.
Feeling
Feeling atau perasaan yang aku rasakan selama membaca buku ini bisa dikatakan bercampur aduk. Terkadang, aku mengikuti bagaiamana cara Nora Seed berpikir akan keputusannya. Ketika Nora memutuskan untuk mencoba hidup lain yang ia kira akan berhasil, aku tanpa sadar juga mengamini hal yang sama. Namun, ketika karakter atau suasana lain datang aku juga akan mengikuti arusnya. seperti ketika Mrs Elm yang datang secara tiba-tiba memberikan nasihat-nasihat kecil kepada Nora, aku tanpa sadar juga ikut memikirkannya. Aku ikut mencari apa makna yang terkandung dalam ucapan tersebut dan terkadang mulai menyalahkan Nora akan keputusannya. Simpelnya, terkadang aku mengikuti cara berpikir Nora namun juga kadang menentang apa yang Nora lakukan.
Ending
Ending cerita ini termasuk ending yang paling dinanti-nanti pembaca, yakni ending yang memberikan potongan puzzle terakhir. Setelah ending, pembaca akan bisa merasakan insight dan pesan yang terkandung didalam buku ini.
Moral Value
Dari keseluruhan cerita, ada satu pesan yang paling penting dalam buku ini, bahwa
The game wasn’t over. No player should give up if there were pieces still left on the board. In chess, as in life, possibility is the basis of everything. Every hope, every dream, every regret, every moment of living. – hlm 138
Buku ini menyampaikan sebuah pesan bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita, seberapa kecil kesuksesan yang kita gapai, atau seberapa buruk kemalangan yang kita dapatkan, hal yang paling penting adalah kenyataan bahwa diri kita masih HIDUP. Semua kemungkinan, dari sukses kecil menjadi sukses besar, dari gagal menjadi sukses, semua itu masih mungkin terjadi ketika kita masih memijak bumi dan berjalan diatasnya. Jadi, selama kita masih hidup, itu artinya kehidupan kita masih akan terus berjalan dan segala kemungkinan dapat terus terjadi. Sekian review buku kali ini, semoga pesan yang disampaikan buku ini melalui ku bisa sampai dilubuk hati terdalam kalian. The last, Kehidupan kita adalah yang paling berharga dibanding apapun didunia ini, karna hanya diri kita sendirilah yang bisa kita miliki seutuhnya.
3 notes
·
View notes
Text
Can We Called It a Depression?
Can We Called It a Depression?
Hai, sudah sejak lama aku ingin bercerita
Tapi tidak pernah tahu harus memulai dari mana
Karena sedari awal akupun tidak punya orang yang bisa ku tuju untuk ku bercerita
Sesekali sempat aku berpikir untuk bercerita pada orang lain, tapi mereka pasti akan bingung akan setiap cerita yg ku utarakan, ribuan kali ku ceritakan pun mereka tidak akan pernah tahu apa yang benar benar aku rasakan dan lebih parahnya lagi ribuan kali ku ceritakan pun pada akhirnya mereka akan menyimpulkan bahwa “I’m the bad one here” cause yes I know I do, aku secara sadar mengakui dan secara sadar mengamini, tapi apa karena aku jahat semua yg ku rasakan apakah tidak valid? Apa hanya karena aku jahat maka aku tidak pantas untuk mendapatkan pertolongan?
Saat ini, semua terasa begitu rumit untuk ku, dan masa depan terasa begitu menyeramkan serta menyakitkan. Sering kali aku menangis, tersedu-sedu, hingga rasanya sangat sedih sekali saat itu, tapi jika ku piker-pikir aku sendiri pun tidak tahu itu karena apa, yang jelas aku sangat sedih, pusing dan bingung, aku hanya ingin dunia ini berakhir saat itu juga.
Saat ini, dan setiap aku ada di posisi yang sulit, aku selalu merasa ingin mati, bunuh diri selalu menjadi opsi pertamaku, padahal aku tahu pasti bahwa dalam waktu yang sama aku juga takut akan kematian, dan kehidupan setelah kematian itu sendiri. Matt Haig bilang, “Saya ingin mati, tapi itu tidak sepenuhnya benar, karena saya bukan ingin mati, saya takut mati, saya hanya tidak ingin hidup”. Kata-katanya dalam buku itu, membuat ku tersentuh, karena aku merasa akhirnya ada yang merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Impulsif ku ambil buku itu dan ku bawa ke meja kasir, dengan harap setelah selesai membaca buku ini, aku bisa Kembali hidup dan menemukan alasan untuk tidak mati.
Saat ini kehidupan seperti sedang mengujiku, ya mungkin ini memang balasan untuk ku yang sering kali lupa untuk meningkatkan rasa syukurku dan menurunkan sujudku, iya mungkin ini karena memang “rasa syukur ku kurang tinggi, dan sujud ku yang kurang rendah” sehingga semua ini terjadi padaku.
Hampir setiap harinya aku menangis, kadang menangisi hal yang sama, juga kadang hal lain ikut-ikut terpikirkan, salah ku karena aku si overthink yang hobi berkelana dalam pikiran-pikiran kelam ciptaan ku sendiri.
Aku selalu merasa tidak ada masa depan untuk ku, saat ini, mungkin aku Bahagia, tapi disisi lain aku selalu takut akan masa depan, karena aku selalu merasa tidak ada masa depan yang baik untuk ku dan aku hanyalah orang yang tidak punya masa depan, melihat saat ini aku tidak berprogres apapun dan tidak ada yang bisa ku jadikan bekal untuk ku di masa depan. Kerjaan ku, ya saat ini aku masih punya, untungnya, dan pusing akan kerjaan ku jauh lebih ku syukuri dari pada aku harus berpusing-pusing memikirkan kehidupan ku. Bekerja adalah cara lain ku untuk lari dari setiap masalah hidup yang harus ku hadapi.
Saat ini, sebetulnya klise, orang-orang pasti akan menertawaiku jika aku menceritakan semua masalah utamaku berkutat di perihal percintaan, hal paling remeh yang seharusnya tidak perlu diambil pusing, tapi sayangnya tidak untuk ku, aku di kelilingi oleh orang-orang yang aku sayangi dan menyayangiku, mereka semua sangat baik, hanya aku yang jahat disini, aku menjadi jahat atas segala ketakutan ku, sehingga di waktu yang sama aku sangat takut jika mereka kemudian meninggalkanku sendirian dan aku berakhir tidak Bahagia, tapi sayangnya dunia tidak pernah berjalan sesuai keinginanku.
Setiap harinya pikiran ku tidak pernah lepas dari pilihan-pilihan hidup yang rumit itu, aku tahu semua masalah ku, tidak pernah sekalipun aku lupa akan tugas ku meski aku terlihat Bahagia setiap waktu. Aku tahu aku masih sedang dihadapkan pada pilihan yang sulit, dan berdampak besar dalam hidupku serta Kesehatan mental ku. Sehingga sampai saat ini, aku masih belum tahu akan pilhan apa yang harus ku ambil karena, bertahan hidup saja sampai detik ini sudah terasa begitu sulit untuk ku. Keeping me sane is much more difficult right now, bagaimana mungkin aku bisa membuat pilhan disaat aku sendiri belum sepenuhnya sadar atas kendali ku.
Tapi entah kenapa, semua orang.. benar benar hampir semua orang, sangat hobi sekali menanyakan padaku, “so how?” jadi gimana? Seakan terus menghantui ku atas deadline dealine yang harus ku penuhi, padahal di saat yang sama akupun masih bingung dan sangat stress, bahkan aku tidak tahu apa yang aku rasakan dan aku inginkan, aku hanya merasa sangat sedih dan sangat kelam rasanya, setiap dihujani pertanyaan seperti itu, aku selalu merasa lebih baik aku menabrakkan diri ku saat ini juga ke depan sebuah truk yang sedang melaju kencang daripada aku harus menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu dengan konsidi ku yang sedang sangat tidak stabil ini, kondisiku yang sedang sangat emotional, yang in the end aku yakin kelak aku akan menyesali apapun pilihan yang ku ambil karena tidak ku pikirkan secara tenang dan rasional.
Rasanya menjadi gila lebih baik daripada aku harus membuat pilihan dan menghadapi pilihan tersebut setelahnya, karena aku tidak perlu secara sadar menjalani hidupku, kehilangan kesadaran dan kendali atas diriku rasanya lebih baik daripada aku harus menghadapi kenyataan, atau jika sesuatu merasuki ku, mungkin itu juga pilhan yang lebih baik ku rasa, karena aku tidak perlu mengendalikan diriku dan hidupku setelah ini. Sehingga aku tidak perlu merasa kesakitan atas masa depan yang nantinya harus ku jalani sendiri. Sehingga daripada harus merasakan kesulitan dan kesakitan itu, yang ku rasa tidak akan bisa ku tanggung rasanya karena diluar batas kemampuan ku, aku selalu ingin melarikan diri, mati selalu terasa lebih mudah untuk dijalani dibandingkan aku harus hidup dengan semua konsekuensi yang nantinya harus ku ambil.
Aku hanya ingin hidup tenang, aku hanya ingin hidup normal, aku hanya ingin Bahagia tanpa harus merasakan sakit yang teramat dalam terlebih dahulu. Aku ingin mereset kehidupan ku, tapi sayangnya, tidak ada tombol reset dalam kehidupan nyata manusia.
Dalam hidupku, rasanya semua orang yang ku sayangi dan menyayangiku in the end mereka pasti akan meninggalkan ku, aku benci ditinggal sendirian, aku takut, dan kesulitan, aku sedihh sekali hingga rasanya begitu sesak dan menyakitkan. Tapi begitulah kenyataan, orang-orang terus meninggalkan ku, sekeras apapun aku berusaha menggenggam mereka. Tidak ada seorangpun yang mengerti aku, dan apa yang ku rasakan ataupun ku alami.
Jika kalian membaca tulisanku ini, mungkin ini sinyal SOS dari ku, yang sedang merasa sangatttt sedih dengan rasa sedih yang mandalam, namun jika kalian memaksa ku untuk bercerita, akupun sama sekali tidak mengerti dengan perasaan yang kurasakan, aku hanya ingin kabur dari dunia yang ku jalani, mungkin selain menjadi orang jahat aku juga sangat berbakat untuk menjadi seorang pengecut.
Aku harap, kelak, aku akan terus ada dan terus bertahan hingga akhirnya aku bisa menertawai diriku yang pernah menulis tulisan ini dan merasakan semua perasaan ini, atau setidaknya aku bisa terus bertahan untuk hidup setiap harinya untuk hanya sekedar alasan-alasan remeh dan kemudian hari aku bisa menghapus tulisan ini karena aku sudah berdamai dengan diriku sendiri.
Jika menurutmu aku tidak seharusnya pergi karena banyak orang yang masih menyayangi ku, bagiku, tanpa akupun mereka semua bisa terus melanjutkan hidupnya masing-masing, tidak seperti aku yang jika kehilangan 1 hal maka dunia ini rasanya seperti hancur dan tidak ada secercah harapan lagi untuk ku melanjutkan hidup ini.
Jika aku yang pergi, mereka yang patah hati tidak akan terus menerus mengalami sakit hati yang terus mereka rasakan akibat adanya aku, mereka pun bahkan punya kehidupan yang indah yang selalu aku dambakan, mereka hanya perlu terus menjalani kehidupan mereka dan menemukan orang yang tepat, orang tuaku mungkin akan sedih, tapi saat mereka sedih mereka bisa saja hanya tinggal berdoa atas namaku, dan merekapun juga sudah cukup Bahagia dengan keponakan ku yang pintar dan lucu itu. Rekan-rekan kerjaku mungkin hanya akan sedih dan mengingatku sesekali, tapi kemudian mereka akan lupa juga, iya hanya aku yang tersiksa sendiri. Hidup menyiksaku, tapi matipun hanya akan menyiksaku sendiri. Bisakah ada pilihan lain antara 2 itu?
0 notes
Text
The Midnight Library by Matt Haig. Novel fiksi psikologi, filosofi, dan mental health. 8,5/10
Buku ini memberi banyak insight ke saya dan membuat saya amat sangat lega ketika menyelesaikannya. Bahwa hidup terdiri dari miliaran pilihan baik besar maupun kecil, dan tiap pilihan itu akan menuntun ke hasil yang berbeda pula. Jikalau kita menyesal dengan hidup kita yang sekarang, merasa kurang bahagia, tidak menjamin ketika kita mencoba kehidupan di mana kita bisa memperbaiki penyesalan Kita membuat Kita lebih bahagia, karena tidak ada hidup yang isinya hanya bahagia.
Tidak ada hidup yang bisa terbebas dari rasa sakit, sedih, takut, putus asa, patah hati, depresi, kesepian, dan kesusahan. Mustahil.
"Tapi tidak ada kehidupan tempat kau bisa terus menerus berbahagia untuk selamanya. Mengkhayalkan kehidupan semacam itu ada hanya menumbuhkan semakin banyak ketidakbahagiaan dalam kehidupan yang tengah kaujalani."
Mengkhayal, berandai-berandai, dan meratapi kehidupan lain yang ingin Kita jalani tuh emang gampang, tapi ya cuma bikin Kita makin ngga bahagia sama hidup yang sedang Kita jalani saat ini.
Buku ini juga mengajarkan saya untuk tidak terlalu meratapi penyesalan dan masa lalu, menuntut saya untuk belajar menerima dan memeluk segala penyesalan. Kalaupun kita mencoba kehidupan lain untuk memperbaiki penyesalan-penyesalan itu, akan muncul penyesalan lainnya.
Jadilah baik kepada orang-orang yang hadir di hidup Kita, sesekali ayo tengok dunia tempat Kita tinggal.
Novel ini serasa proses batin bagi saya, memberi saya sedikit kekuatan dan keberanian untuk menghadapi masa depan. "Selagi Kita masih hidup, Kita selalu memiliki masa depan dengan beribu kemungkinan."
Setelah menyelesaikan novel ini, saya pun ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada siapapun yang memilih tetap hidup ketika sempat terfikir untuk mati. Semoga beban di hati kalian lekas terangkat, semoga bahagia lebih banyak menjumpai kalian dibandinding rasa sedih.
And thank you Matt Haig to create such a masterpiece.
0 notes
Text
Reason to Stay Alive (1)
Sejujurnya saya baru buka tidak lebih dari 2 bab buku Matt Haig yang satu ini. Saya cuma baca beberapa halaman pengantar dan satu bab pertama. Tapi buku ini entah kenapa menyerang secara personal. Saya merasa masuk ke dalam buku. Saya bisa merasakan ketika Haig bilang seperti berada diterowongan gelap dan tak terlihat sekecil apapun cahaya. Tak ada harapan. Tak ada masa depan.
Seperti Haig, saya tau rasanya tidak bisa bangun dari tempat tidur tetapi juga tidak bisa tertidur. Saya tau rasanya tidak berdaya dan tidak punya energi tetapi juga tidak mengerti apa yang terjadi dengan tubuh sendiri.
Saya tau rasanya ingin mati. Ah ralat. Saya tau rasanya tidak ingin hidup. Saya mengerti apa yang disebut Haig menunda kedewasaan. Dan lucunya lagi, saya berada diusia yang sama dengan Haig saya dia merasakan semua itu dalam episode terburuknya.
Kalau kata dr Elvine, emosi itu menular. Makanya tidak dianjurkan bercerita ke sesama stressor karena itu akan memicu emosinya juga.
Just calm down. Take a breath. Nafas.
0 notes
Photo
[ℝ𝔼𝕍𝕀𝔼𝕎 𝔹𝕆𝕆𝕂] 𝙏𝙃𝙀 𝙈𝙄𝘿𝙉𝙄𝙂𝙃𝙏 𝙇𝙄𝘽𝙍𝘼𝙍𝙔 (𝙋𝙀𝙍𝙋𝙐𝙎𝙏𝘼𝙆𝘼𝘼𝙉 𝙏𝙀𝙉𝙂𝘼𝙃 𝙈𝘼𝙇𝘼𝙈) Penulis : Matt Haig Ahli bahasa : Dharmawati Penerbit : PT. Gramedia Tebal : 368 halaman 𝗦𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗶𝗹𝗶𝗸𝗶 𝗵𝗮𝘀𝗿𝗮𝘁 𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗴𝗮𝗹𝗮 𝘀𝗲𝘀𝘂��𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗰𝗮𝗿𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗲𝗱𝗮. 𝗠𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗶𝗹𝗶𝗸𝗶 𝗽𝗲𝗻𝘆𝗲𝘀𝗮𝗹𝗮𝗻-𝗽𝗲𝗻𝘆𝗲𝘀𝗮𝗹𝗮𝗻. 𝗕𝗲𝗯𝗲𝗿𝗮𝗽𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗽𝗶𝗸𝗶𝗿 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗯𝗮𝗶𝗸 𝗺𝗮𝘁𝗶 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗽𝘂𝗻𝘆𝗮 𝗵𝗮𝘀𝗿𝗮𝘁 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝘃𝗲𝗿𝘀𝗶 𝗹𝗮𝗶𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶. Nora seed, seorang gadis yang selalu merasa terpuruk dengan segala permasalahan di dalam hidupnya, dan Ia ingin mengakhiri hidupnya. Namun diambang kematiannya ia malah tiba di sebuah perpustakaan yang jumlah bukunya tak terhingga. Tiap-tiap buku menyediakan satu kesempatan untuk mencoba kehidupan lain. Namun, benarkah kehidupan lain akan jauh lebih baik??? Ternyata, tidak ada satupun yang membuat dia bahagia. Nora harus mengambil keputusan mati atau menjalani kesempatan kedua, yaitu hidup dengan menerima masa depan dengan baik. 𝘚𝘦𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱, 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘣𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯𝘢𝘯. 𝘑𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘳𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘦𝘬𝘴𝘪𝘴𝘵𝘦𝘯𝘴𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘳𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘰𝘯𝘨𝘬𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘵𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘓𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘣𝘢𝘵𝘢𝘴. 𝘏𝘢𝘭 352 Di novel ini, kita dapat belajar tentang memaknai kehidupan, tidak ada kehidupan yang sempurna, tugas kita hanya menjalani dan mensyukuri. Mengambil hikmah dari setiap kejadian. Selamat membaca! My Rate : ⭐⭐⭐⭐⭐ (5/5) #recommendedbook ------------------------- #zezedailysbooks #bacayuk #reviewbook #bookstagram #bookstagramindonesia #fiksigpu #bukufiksi #matthaig #themidnightlibrary #perpustakaantengahmalam #instabook #booklovers https://www.instagram.com/p/CbPgCKGvU6B/?utm_medium=tumblr
#recommendedbook#zezedailysbooks#bacayuk#reviewbook#bookstagram#bookstagramindonesia#fiksigpu#bukufiksi#matthaig#themidnightlibrary#perpustakaantengahmalam#instabook#booklovers
0 notes
Text
Mau cerita soal cerpennya Pak Seno sama pemikiran random yang nyangkut sama bacaan sebelumnya.
Tokoh utamanya Gorda, mahasiswa kedokteran yang ngerasa hidup di dua alam, alam nyata dan alam mimpi. Sbg orang yg sering bgt penasaran soal permimpian, cerita Gorda ini rada lumayan asik buat dibaca. Jadi ceritanya pas Gorda tidur, dia bangun di alam mimpi tempat arwah penasaran kumpul, dari mulai yg mati grgr tenggelam, meledak, atau tersesat di hutan, intinya arwah yg katanya 'gasampe ke akhirat'. Alhasil dia ngerasa saat itu gangalamin sama sekali tidur, dan berasa capek aja jalanin dua kehidupan sekaligus. Di alam mimpinya dia ketemu dan nikah sama arwah namanya Ella. Klo di alam nyata, dia masih kuliah dan punya tunangan namanya Wanti.
Singkat cerita Gorda capek jalanin dua hidup yg absurd, dia pengen tetep di alam mimpi sama Ella. Dia akhirnya mutusin buat bunuh diri setelah nikah sama Wanti di alam nyata. Di akhir cerita, Ella dan Wanti sama-sama histeris krn suami mereka mati mengenaskan. Upaya Gorda yang inginnya mengakhiri salah satu hidupnya bikin dia berakhir tragis. Soalnya dia gamasuk ke alam mimpi yg dia pengen krn bukan jadi arwah penasaran, kaya Ella. Menarik bgt tjuy wkwkw
Entah mungkin sebelumnya baru selesai baca buku soal Psikologi, jadinya ingin aja nyambungin hasil bacaan itu ke cerpennya Pak Seno. Meski jelas ganyambung kali wkwk, fiksi dibandingin sama nonfiksi.
Dari cerita Gorda itu, aku mikir bahwa perasaan atau pemikiran seseorang sewaktu-waktu bisa kerasa nyata bgt, apalagi bagi yg ngalaminnya, dan kadang sebaliknya. Bagi Gorda pengalamannya hidup di dua alam gitu mungkin kerasa nyata bgt, dan org gabakal ada yg paham. Tapi bisa jadi yg dipikirin Gorda itu sekadar pemikirannya yg gelap, dan gaboleh terlalu dipercaya.
Klo disambungin sama bukunya Matt Haig kmren, pemikiran org yg beragam dan mungkin sensitif perlu diterima tapi klo gelap gaperlu dipercaya. Klo aja Gorda ceritain pengalamannya ke org lain atau ahlinya, mungkin hidupnya gaberakhir tragis. Asumsiku Gorda gasadar tertekan dan stres ampe kebawa ke alam bawah sadar, dan bikin dia capek sendiri. Tapi krn disimpen sendirian ceritanya, gakeburu ketolong org.
Rada tricky sih ngomongin soal perasaan atau pemikiran yg dialamin pribadi ke org lain. Kata Matt Haig, gelapnya pemikiran org depresi emg serumit itu dan gabakal ada yg paham gimana menderitanya. Makannya peranan diri sendiri itu penting bgt, apakah mau nyari temen buat cerita, konseling ke ahli, nyimpen sendirian atau perbaikin kualitas iman?
Dari dua buku yg aku baca + yg dirasain, betapa manusia itu lemah dan bukan apa2. Sebagian ada yg gabisa nguasain dirinya sendiri scr penuh, dan butuh usaha ekstra buat bedain mana nyata, mana yg ngga. Tiap org punya caranya masing2 buat ngatasin itu, ada yg nyibukin diri, mendekatkan diri ke Allah dg ibadah, baca buku, konseling, nulis jurnal dll.
Yg terpenting, segala yg dirasain diterima seikhlas2nya, dijalanin dan disyukuri :(
panjang bgt kaaaan ini, gapapa yg penting lega wkwkkw
0 notes
Text
youtube
Renungan 18Jul2023
Bacaan Injil Mat 11,20-24
Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya. Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu."
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Bacaan Injil malam ini mengisahkan Yesus yang mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di sana Dia banyak melakukan mukjizat-Nya (20). Kota-kota itu adalah Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum (21-24). Kecaman Tuhan Yesus atas Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum seharusnya menjadi pelajaran bagi kita sebagai pengikut Kristus yang kadang kurang bersyukur atas berkat dan karunia meskipun telah banyak menerima kelimpahan berkat dari Tuhan dan kurang menggunakan berkat yang kita terima untuk melayani Tuhan dan sesama.
Bacaan Injil malam ini mengingatkan saya kembali akan film 'A Boy Named Crhistmas' yang diadaptasi dari novel terkenal Matt Haig yang menceritakan sejarah fiksi sosok ‘Santa Claus’. Dalam film dikisahkan rakyat Finlandia sedang mengalami kurangnya pasokan pangan, lapangan pekerjaan, layanan kesehatan dan upah yang layak hingga raja mengundang perwakilan penduduk untuk hadir di istana. Raja yang bijak ini mengajarkan tentang pentingnya mengucap syukur dan sukacita tetap mencari harapan apapun masalah yang sedang dihadapi. Raja mengadakan sayembara untuk pergi keluar batas kerajaannya membawa sesuatu yang bisa menunjukkan adanya harapan dan Joel ayah Nikolas adalah salah satu yang terpilih dalam tugas itu. Dalam Roma 4;18 dikatakan “ Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu”. Kisah Abraham yang meninggalkan tanah kelahiran menuju tanah perjanjian yang penuh resiko, lama dan sulit karena mempercayai janji Tuhan dalam Perjanjian Lama juga mengingatkan saya akan kisah Nikolas yang serupa menempuh perjalanan berbahaya seorang diri hanya ditemani seorang tikus Mika dan rusa kutub Blitzer dengan keteguhan iman yang luar biasa untuk menemukan desa dongeng Elfhelm.
Dalam Mazmur 86:10 dikatakan “Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah." Mujizat itu ada dan tetap ada, sebab kuasa Tuhan itu tidak pernah berubah. Terjadi tidaknya mujizat dalam hidup seseorang sangat ditentukan oleh seberapa besar imannya kepada Tuhan. Kalau kita sendiri ragu-ragu atau bimbang, itu akan menjadi penghalang bagi Tuhan untuk menyatakan mujizat-Nya. "...sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yak 1:6-7). Berulang kali kita melihat berbagai mukjizat terjadi dalam film seperti halnya ketika Nikolas merasa sendiri dan terpuruk hampir putus asa ketika berlindung dari badai salju dalam gua, ia terkejut karena Mika sang tikus dapat berbicara kepadanya sehingga ia dikuatkan kembali, cerita pertemuannya dengan Blitzer sang rusa kutub yang membantu mempercepat perjalanannya menuju desa Elfheim serta ketika diselamatkan oleh Father Topo seorang elf ketika ia terdampar pingsan ditengah badai salju. Tuhan akan selalu mengirimkan bantuan melalui banyak cara yang kita manusia tidak dapat menyelaminya.
Dalam Yoh 20;29 mengatakan “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” banyak dari kita yang lebih mudah untuk percaya saat kita melihat. Dalam firman Tuhan dikisahkan walaupun Abraham harus menunggu lama saat menanti anak yang Tuhan janjikan, Abraham tetap menanti dengan percaya meskipun sepertinya tiada dasar untuk berharap. Imannya tidak menjadi lemah, ia tetap menaruh percaya dan pengharapannya kepada Tuhan bahwa Tuhan pasti menepati janjiNya. Ketika kita mau percaya, maka Tuhan pasti menyatakan mujizatNya bagi kita. Oleh sebab itu, dalam kondisi apapun kita harus belajar untuk selalu percaya kepada Tuhan. Ketika Nikolas bertemu dengan Father Topo, ia berpikir bahwa tengah berada di belantara salju dan tidak menyadari bahwa ternyata ia telah berada di desa Elfheim seperti dikatakan oleh Father Topo ‘To see something you must believe in it’ Film ini mengajarkan kita untuk senantiasa mengucap syukur dalam segala sesuatu 'either good or bad things' dan membuka hati untuk menerima kehadiran Kristus dalam diri kita agar kita dapat 'melihat' kemuliaan-Nya serta seluruh anugerah yang telah Ia karuniakan dalam hidup kita. Berkah Dalem
0 notes
Text
Dilluns 5 oct
Doncs avui he arribat i m’ha dit que ja havia esmorzat com a les 6:30 o així que ja tornaria a esmorzar més tard. Quan ha tingut gana li he preparat 3 llesques de pa de xia, ahir no en quedava del que compra el meu tiet en part perque era molt tard.
En comptes de seure a esmorzar ella va donant voltes cap a munt i cap avall, ara haig de fer això o allò, al final quan seu ja se li ha refredat el plat.
Avui ha cosit primer la mascareta que jo li he dit que li ha quedat molt bé (li ha ficat unes tires que es poden lligar pel cap a unt ros de tela doblegat vaires vegades amb tela de cortina de gatets blaus) i després s’ha possat a cosir un vestit de la meva avia quan era jove, que a mi em recorda aires africans, es tot verd però pujat gairabé festuc.
Quan ha arribat el meu tiet, me mare li ha ensenyat la mascareta i el meu tiet li ha explciat el llistat de motius pel qual ha fet malament la mascareta que si no li cobreix, la barberta no la protegeix. I a me mare no li han agradat les critiques i s’ha possat una mica nerviosa, i ha dit que era més papista que el papa.
A les 12:30 gairabe a la 13 ha arribat el psiquaitre i s’ha disculpat pel divendres no va poder venir l’infemrer i potser demà ja veu un infermer o infermera nova, després li ha donat les fotocopies del prospecte de les contraindicacions de prendre Liti. Li ha fet el comentari que potser ho trobes massa didactic, en plan tu ets molt inteligent i això està escrit per gente de apie. El meu tiet l’ha agafat per llegirs-ho i mentre anava parlant me mare li ha preguntat lo de la tremolor a les mans.
A mi al dia seguent de prendres la primera pastilla de liti em va preguntar me mare lo dels tremolors quan estava l sofa, i ara al mati després de que el meu tiet li fes totes les objecions a la mascareta me mare ha dit que li tremolaven les mans que volia enfilar l’agulla i que no podia dels nervis.
I el psiquatre li ha fet estirar les mans per damunt la taula sense aixecarse de la cadira, li ha fet fer 3 o 4 formes diferents i no se li veia cap tremolor. I l’latre puntuilaització del meu tiet ha sigut que la pastilla del liti del mati es prengues en deju, I el psiqiatre li ha puntualitzat si clar hi ha gent que es pren una al mati i una altre al vespre però no es el cas.
Per acabar el psicoleg ens ha fet una confesió, dirigin-se a me mare li ha dit que el primer dia quan ell la va veure no veia clar que funciones l’ingres domiciliari que la tindrien que internar al hospital si no millorava, i que l’ha sorpres lo bé que la veia, i ens ha preguntat que si ja era ella al 100%. Li hem respost que encara no del tot, que s’asembla a ella però encara li falta una mica.
I el psiquiatre li ha tret el tema de que el divendres quan va agafar el telefòn, estava molt enfadada amb ell, que li va dir coses interesants que no volia perdre l’autonomia, que amb la medicació deixaria de ser ella mateixa. Crec que hem tingut molta sort amb aquest psiquiatre, ha dit si en algun moment trobes que perds autonomia i ja no ets tu, ens ho has de comentar per canviar la medicació. Demà en teoria vindran una mica abans per mirar-li el nivell de liti i sucre en els ultims mesos.
0 notes
Text
Diumenge 04 oct
Es fa dur llevarse un diumnege a les 07:45 per anar a preparar l’esmorzar a la mare, suposo que es el primer cap de setmana que no tinc lliure des de l’hopitalització domicilaria de la mare, al final entre pitos i flautes he arribat a casa quasi a les 17 de la tarda.
Al mati he arribat a a les 8:50 estava una mica peleona, no super negativa i histerica com la setmana pasada, però si que va directe a tumbar el teu anim. He marxat abans de les 12 cap a casa del meu teit per parlar amb ell de la situació he arribat 5 minuts abans i es quan m’ha dit el meu germa que sortia de barcelona, a les 12:10 el meu tiet sortia i m’ha trobat a la porta, el meu germà no l’havia avisat de que vindriem els dos a parlar amb ell, he passat i hem estat parlant tranquilament de coses rutinaries de la mare, de que la veiem millor. Li he preguntat si es quedaria a dinar amb nosaltres, i m’ha dit que aniria al cluba nadar. Li he dit que truques a me mare per avisarla que només hi anirem jo i el meu germà que al mati s’havia fet ilusions. Li he comentat que l’interruptor de l’escala quan marxa just el del tercer pis es queda enganxat que s’ha de desbloquejar. Ell ha sigut que ha abordat el tema abans de que arribes els meu germà. Jo la veritat només volia que no fes cap reparació ni gasto fins que li donesin l’alta però es imposible conver de res es tossut com una mula. A mi m’agrada massa estalviar i ell només sap gastar en lo millor de lo millor. És normal que choquem. Si volia prepaprar el dinar a me mare a la 13 o així hauriem d’estar allà, però el meu germà no volia quedar a la tarde perque havia quedat i arribava amb resca d’haver sortit el dia anterior. El meu tiet va començar amb que admirava a me mare quan ell tenia 12 anys que li havia ensenyat macrobiotica.
A mi em preocupa el conflicte de fa una setmana de quan va sortir del hospital i que ens ha hipotecat tan al meu tiet com a mi la vida mentre duri la hospitalització domiciliaria que en teoria havia de ser 50% i ell no deixa ni anar a comprar el pà. I jo lo que vull es poderme organitzar si li vaig al mati i m’haig d¡esperar al migdia fins que vinguin els doctors, algun dia no em costa res fer-li el dinar però per ell si no es més de 3 dies no li serveix perque s’ha d’organitzar i veure quins emails va enviar de tot lo que està tramitant. El meu germà m’ha dit que soc poc asecrtiu que no començo la frase amb un si t’entenc perfectament però el mue punt de vista es aquest. Quan el meu tiet no em deixava dir ni una frase seguida, errer que erre amb les histories de sempre que ho ha pagat tot mentre ha estat aquí, que s’ha sacrificat per la familai que la familia es per reconlzar-se. Jo li he dit ja està fins que no he començat a veure millor a me mare jo no creia que teniem que estar fent l’hospitalització a casa, per mi era una imposició teva que no ens vas consultar en cap moment. El seus arguments que el van trucar a ell, i que me mare el va abraçar quan el va veure i que volia sortir d’allà.
Jo no compraria una nevera A+++ de 600 euros miraria una cosa funcional que me mare mai te la nevera plena i el congelador fa risa, no necesita una nevera de 1,90 que no entri ni per la porta. El meu tiet i el meu germà estànt pensant en l’electrodomestic que es comrparien ells i no el que necesita me mare, no tinc ni ganes ni forces de barallarme per tonteries, hi haig de deciar l’esforç estrictament necesari, ja porto la comunitat de veins 100% i aquí ja tinc prous merders. Li he preguntat al meu tiet si les comptes que ens havia fet de resum amb la llibreta es quedaria a casa me mare? De moment no, llavors només ha passat a net tots els gastos que ha anat fent al L&M o al casa atmetller i no ha comptat la gasolina i coses d’aquestes que ell encara i perd diners, doncs que no ho faci, ell sabrà. Clar me mare per unes coses no te cap mena de criteri i esque clar com que no s’estava tractant per això està així de malament i per altres clar esque m’ho ha demanat ella. Fantastic!
Vaig mirar dos cops el rellotge del movil, era la 13:30 o així i me mare va trucar, li vaig dir que en 15 minuts hi anavam, jo hagues agafat les coses i hagues marxat però el meu tiet encara va seguint xerran tuna estona a les 14:09 vaig arribar a casa, i me mare em va ajudar a tallar el moniato i a ficar el pollastre al forn mentre el meu germà feia una siesta. va trigar 40 minuts en ferse, jo vaig arribar a casa a les 16:44. El meu germà em va tornar la camara que li havia deixat fa un any i algo i no se on es va quedar el carregador.
Després ell la va treure a caminar fins la romanica, pobreta com a mínim el cap de setmana necesita sortir una mica de casa.
0 notes
Text
bah
Bueno ahir estava content perque havia trucat al cap per demanar hora pel metge de capçalera de la mare, em van dir que avui a la tarda em trucaria l’educadora social.
M’ha sopres que em truques tan d’hora a l’hora de dinar a les 15:17, em quedat que m’enviaria el paper per poder canviar la metge de capçalera a una dona per correu electronic. M’ha explicat que hi han dues opcions per estabilitzar-la o anar al tauli a urgencies i alla valoraran i faran, o l’ordinari seria primer metge de capçalera i despres ja ho derivaria al psiquiatra i hauria de mantenir unes visites periodiques.
Li he comentat al meu germà per watsapp, i les seves paraules han sigut [16:42, - Parla amb ella - Viam que diu - O amb el Tiet
doncs jo tenia fins aquesta hora de la tarda certa esperança d’aconseguir-ho a llarg plaç, al mati havia parlat amb una amiga de la familia de tota la vida molt proxima a la meva avia que m’ha trucat. S’ha ofert a intentar oreintarla per que vagi al metge, jo abans l’havia possat al dia de la situació des del juny fins ara.
El que m’ha ficat de mala lluna es quan m’ha trucat me mare per dirme que li estava quedant molt bé la cuina arreglada, i que el meu tiet deia que era culpa nostra que no estigues bé el pis, com si ella no s’hagues negat sempre. Jo he saltat dient-li que jo li he dit molts cops que ha de canviar les finestres, ella que no que estan perfectament, quan no tanquen, en fi. I que era culpa nostra que s’hagues espatllat la rentadora (quan t’acusen, per molt injust que sigui, per molt que sigui la teva mare amb una emfermetat psicologica, costa molt que no t’afectin les paraules, per molt delirants que siguin, no hi penses al moment només veus que et fan sentir culpable per algo que ha passat)
Li he intentat dir que te altres prioritats ara mateix que arreglar el pis que es més important la seva salut, li he preguntat si necesitava que li anes a comprar menajar, m’ha dit que tenia de tot, jo he insitit, tens petxines?, salmo? carn?
- No, he comprat pollastre i m’ha quedat molt bo, i després no se com ha anat la cosa però... el teu tiet s’ha quedat a dinar perque estava arreglant la cuina i he tingut que sortir a comprar de mentres, patim patam i...
....jo crec que li haig de pagar alguna cosa, està fent una feina
Bueno doncs lo de sempre si clar que està bé arreglar les coses, però potser cal arreglar abans altres coses que gastarse els diners, per mi es més prioritari portar la mare a un metge per tenir un diagonstic que fer de fuster.
0 notes