Tumgik
#Makan Gratis
rasiooid · 2 months
Text
Wapres Terpilih Gibran Rakabuming Ujicoba Makan Gratis di Dekat Rumah Prabowo di Bogor
RASIOO.id – Wakil Presiden (Wapres) RI terpilih periode 2024-2029, Gibran Rakabuming Raka meninjau ujicoba makan bergizi gratis di Sekolah Dasar (SD) wilayah Kabupaten Bogor. Gibran melakukan ujicoba di dua sekolah SD Negeri di wilayah Sentul yakni SDN Sentul 2 dan SDN Sentul 3, Kecamatan Babakanmadang yang masih satu kecamatan dengan kediaman presiden terpilih Prabowo Subianto. Gibran…
0 notes
intijatim2022 · 2 days
Text
Program Makan Bergizi Gratis, Muzani : Ikhtiar Presiden Terpilih Prabowo Subianto
JATENG | INTIJATIM.ID – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani menghadiri simulasi pelaksanaan program makan bergizi gratis terhadap 3 ribu siswa SD, SMP, SMA di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Acara ini digagas oleh Relawan Prabowo Mandiri 08 (Repro 08) yang diketuai oleh Rahman Fajriansyah. Hadir dalam kegiatan tersebut Pj Bupati Batang Lani Dwi Rejeki serta jajaran Forkopimda Kabupaten Batang. Rabu…
0 notes
transpublikid · 1 month
Text
FBN Bersama LMP Berbagi Makan Siang Gratis di Bogor
FBN Bersama LMP Berbagi Makan Siang Gratis di Bogor
BOGOR | TRANSPUBLIK.co.id – Dalam rangka Jumat berkah, keluarga besar Forum Bogor Ngeriung (FBN) bekerjasama dengan Laskar Merah Putih (LMP)  berbagi makan siang gratis di simpang lampu merah Pasir Kuda, Gogor Selatan, Bogor, Jumat (16/8/2024), pukul 13.00 WIB. Foto: FBN Bersama LMP Berbagi Makan Siang Gratis di Bogor. Di sela acara, Zeni Taroreh sebagai Ketua FBN mengajak anggotanya untuk…
0 notes
arrahmahcom · 2 months
Text
Prabowo Berencana Turunkan Anggaran Makan Siang Gratis Jadi Rp 7.500 Per Anak
JAKARTA (Arrahmah.id) – Ekonom Verdhana Sekuritas, Heriyanto Irawan, mengungkapkan bahwa dirinya diajak mendiskusikan program makan bergizi gratis untuk anak-anak oleh tim sinkronisasi Presiden terpilih Prabowo Subianto. Salah satu pembahasannya adalah mengenai keinginan Prabowo mengefisienkan pagu anggaran Rp 71 triliun agar dapat digunakan secara maksimal dan menjangkau sebanyak mungkin…
0 notes
haridiva · 3 months
Text
The Indonesian Government's Initiative Against Stunting: An Analysis of the Free Lunch Program
Indonesia, a nation committed to the well-being of its future generations, has embarked on a significant endeavor to combat stunting—a prevalent issue affecting the growth and development of children. The government’s plan to allocate a budget of IDR 17 trillion towards a free lunch program for students is a testament to this commitment. This essay delves into the current policies related to…
View On WordPress
0 notes
tangerangraya · 4 months
Text
Kumpulan Advokat Tangsel Dorong Program Makan Gizi Gratis Miliki Kepastian Hukum
Tangerang Selatan – Para advokat dari beberapa kantor hukum mengadakan konferensi pers dengan tema “Mengawal Janji Presiden Terpilih Program Makan Gizi Gratis Sebagai Bentuk Keberpihakan Terhadap Perkembangan Sumber Daya Manusia.” Advokat yang mengisi konferensi pers tersebut yakni Dodi Prasetya Azhari, S.H. dari D’airman Lawfirm, Yudi Rijali Muslim dari LBH Thridarma Indonesia (LBH TI), Misbahul…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 4 months
Text
Prabowo Pede Duit Negara Cukup Buat Makan Siang Gratis
BANTEN – Presiden Terpilih Prabowo Subianto yakin APBN mampu membiayai program-program prioritasnya antara lain makan siang dan susu gratis untuk pelajar dan program perbaikan gizi untuk ibu hamil dan anak-anak. Di hadapan para investor asing, praktisi ekonomi, dan perwakilan negara asing di Doha, Qatar, Prabowo mengaku juga optimistis dia mampu menjaga defisit APBN tak lebih dari 3 persen saat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
anshpal12 · 5 months
Text
क्या भगवान विष्णु जी ने अपना कर्म फल भोगने के लिए ही श्रीराम व श्रीकृष्ण रूप में जन्म लिया ?
ज्ञान गंगा पुस्तक पढ़ें और खुद जानें।
#bookphotography #booklove #viralpost #bookblogger #bookreview #bookquotes
#GyanGanga
#TatvdarshiSant
#SaintRampalJi
Tumblr media
0 notes
sm1618 · 8 months
Video
youtube
Pilih Makan Gratis atau Internet Gratis? inilah jawaban cerdas Netizen ...
0 notes
dinisuciyanti · 7 months
Text
Sekarang ini, fungsi otak manusia memang banyak terdegradasi, apalagi dengan minimnya keinginan untuk membaca lebih banyak (bukan cuma baca 1 postingan skrinsut instagram/X), menonton lebih lama (bukan cuma fyp 15 detik).
Orang yang mampu berpikir, melihat sebab-akibat, mengedepankan long-term, disebut "sok intelek", yang katanya tidak berpihak pada rakyat miskin yang butuh makan gratis.
Siang ini, baru banget kejadian. Ada satu teman yang meng-counter argumen ku soal cara membaca bar-chart. Kalau dilihat dari background pendidikan beliau, kita se-alumni S1, walau beda alumni S2. Tapi ya, tetep aja, kok cara berpikirnya atau analisisnya beda? Ya, mungkin beda mahzab guru statistik. Daripada emosi, aku akhiri dengan santun. Gak ada gunanya berdebat.
Si paling intelek vs silent majority ini memang miris. Ya, what do you expect dari rezim yang terus memelihara warganya agar tetap miskin dan lebih mengedepankan urusan perut? Gak bisa mikir, tetep bisa hidup. Gak makan, ya wassalam, bye.
18 Februari 2024
70 notes · View notes
rasiooid · 2 months
Text
Negara Siapkan Anggaran Rp7 Triliun untuk Program Makan Bergizi Gratis
RASIOO.id – Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp7 triliun untuk program makan bergizi gratis (MBG) bagi siswa sekolah di Indonesia. Program ini mulai diuji coba di sejumlah wilayah, termasuk  di SD Negeri Sukasari 4 dan SDN Sukasari 5 dan SMP Negeri 4 Tangerang, Kota Tangerang. Ketua bidang ekonomi JW Movement dan Ketua tim 5 program MBG, Taviota Bay, yang akrab disapa Kang Ovi,…
0 notes
lebensmoode · 7 months
Text
Sejatinya yang lebih membuat tercekik itu harga sembako naik. Belum ada pelantikan apa-apa harga udah meroket; cabe, telur, beras, dll. Ini yang lebih ditakutin dan sering dikeluhin sama para ibu khususnya.
Makan gratis? Di samping hanya ditargetkan untuk anak-anak dan bumil, gw yakin distribusinya akan dilakukan secara maksimal utk 82jt penerima nanti di 2029. You know why. Trus abis itu dapet kiriman berita...
Tumblr media
Uwu sekali kaaan bapak gemoy 🤣
Iya monmaap, bahkan kepercayaan sekecil bon cabe pun gak ada untuk pemerintahan tercingta kita. Buktinya? Pihak yg menjanjikan makan gratis berkata sumber dananya adalah dengan memangkas subsidi BBM 🫰🏻Belum peresmian loh, udah buka topeng 🙀
Tumblr media
Takut banget gak tu, definisi yang kaya makin kaya, yang miskin tinggal di bikini bottom aja 😭
Jadi sekarang bisa apa? Bisa tetap kerja keras membantu perekonomian keluarga dan tentunya bisa gak sewot duluan ngeliat harga skinker karna insyaallah masih sanggup beli + tak lupa jajan kopi (aamiin).
Makasih banget loh pendukung 02 udah bikin negara makin sejahtera HAHAHA. Se-chaos apapun di luar sana, you do you guys, agar tetap waras 💃
34 notes · View notes
kuebeludrumerah · 7 months
Text
Curang itu kalau misal hasil real berbeda jauh dengan quick.
Misal ada 5 lembaga survey dengan kredibilitas tinggi melaksanakan survey mengumumkan hasil kemenangan oleh pak Joged, ketika nanti di real keluar hasil pemenangnya malah pak Tantrum maka dari situlah jadi pertanyaan besar. Baru deh deklarasi Terstruktur, Sistematis, dan Masif itu pas banget buat diserukan secara sporadis. Kalau yang 5 tahun lalu mah itu emang goblok aja.
Maka dari itu gugur sudah argumen tentang bawaslu typo, KPPS ngantuk, salah tulis, atau apalah itu. Omong-omong jadi tim KPPS tuh capek lho, kataku ga sepadan sih ama bayarannya wgwgwg. Jadi, misal nanti tuh semua typo dibenerin pun tidak akan merubah kedudukan yorobun.
Jadi, salah satu fungsi hitung cepat itu ya sebagai pengawasan di hasil real, jangan sampai hasil quick menyatakan A tapi di real yang menang malah keponakan pak RT.
Lebih sederhana lagi, ketika nanti menemukan perhitungan cepat telah mencapai sampel sebesar 80%, silakan legowo dengan hasilnya. Serius deh, membangun kredibilitas lembaga survey tuh ga gampang lho. Tanya deh ama temen kalian yang kuliah di bidang tersebut.
Makanya lembaga survey yang punya hasil berbeda di tahun 2014 itu nggak muncul lagi di 2019. Habis sudah ditelanjangin Indikator, LSI, SMRC, dkk.
Aku pribadi punya janji ke diri sendiri misal sebelum 13 Februari nanti ada ketua umum partai yang meninggal aku bakalan pilih pasangan calon yang di usung partai tersebut. Cuma kok aku lihat 13 Februari masih hidup dan teriak-teriak di panggung jadinya ya gajadi lah.
Lha piye meneh, ada pasangan yang sudah dibuat kecewa merasakan mulut manisnya dan sebel tiap ditanya solusi oleh wartawan yang keluar cuma retorika. Ada juga yang malah kaya lawak, kek anak kecil dikasi permen langsung seneng, bedanya ini bukan permen, tapi jabatan. Mana tiap beres debat selalu ngumpulin gerombolannya buat curhat dan ngomel-ngomel. Ada juga yang diusung sebenernya ga terlalu buruk, walaupun tetep jelek, kebantu ama wakilnya sih, tapi ya aku sebel banget ama ketua partainya.
Jadi gausa bangga ah pilihanmu menang, calonnya jelek semua.
Nah, seharusnya nih, seharusnya ya yang memprihatinkan bukan di bagian soal curang-curangan, tapi pada tingkat kepercayaan komunitas masyarakat kita ini yang percaya kalau makan siang gratis itu solusi stunting.
Itu yang seharusnya jadi diskursus besar di dunia maya, bukannya nuduh curang-curang, itu sih anda ketinggalan jauh peradaban modern, mending anda gabung bersama orang-orang yang ngomong TSM di 5 tahun lalu aowkaowkaokw.
Ada banyak bias opini tentang ini, tapi kalau hematku kayanya ya cuma 3. Satu emang masyarakat berhasil berempati dengan calon pilihannya, kena bully, mau nangis, kasihan, dll. Dua, masyarakat suka sama hasil yang fisik dan cepat kayak beras, bansos, makan siang, susu gratis dan lain-lain.
Atau ya emang tolol aja.
Tapi nggak ya, argumen mentolol-tololkan yang menang ini gugur oleh opini di mana pasangan yang menang ini emang bener-bener dan sungguh-sungguh paham dengan apa yang dibutuhkan oleh seluruh berbagai lapisan masyarakat.
Jadi nggak cuma ngerti sama apa yang dibutuh ama orang-orang kaya, tapi yang miskin juga ngerasa aspirasinya bisa dipenuhi oleh pasangan ini. Gitchuu.
Yah, semoga ya, ehe ehehe ehehehe.
21 notes · View notes
milaalkhansah · 9 months
Text
Menjalani Hidup Semampu Kita
Bulan ini, aku ikut 3 kelas penulisan intensif. Satu kelas full pake model & diskusi grup, dua kelasnya lagi webinar satu hari.
Semenjak bukuku terbit, "pressure" untuk bisa menjadi penulis yang lebih baik lagi membuatku memutuskan untuk melatih skill nulisku ini dengan rutin mengikuti berbagai perlatihan atau kelas. Entah itu yang gratis maupun berbayar. Selain karena itu, beberapa waktu belakangan ini, aku mulai memikirkan untuk berganti pekerjaan menjadi freelancer writer setidaknya beberapa tahun lagi. Makanya aku berusaha untuk menyiapkannya dari sekarang.
Dari tiga kelas itu, ada salah satu mentornya yang membagikan kepada kami bagaimana habit beliau dalam belajar menulis. Beliau bercerita kalau dia belajar nulis itu sama seperti lagi kuliah. Jadi beliau membagi 15 keterampilan menulis yang dia ingin pelajari dalam waktu per dua hari selama sebulan. Jadi satu skill nulis itu beliau pelajari 2 hari, dan begitu terus selama bertahun-tahun. Kebiasaan tersebut mengantarkan beliau menjadi seorang penulis lepas di berbagai platform, menerima berbagai perhargaan dan mendapatkan klien hingga dari luar negeri.
Aku yang bercita-cita pengen kayak beliau, mencoba untuk mengikuti kebiasaan belajar nulis yang dia lakukan.
Hasilnya?
Benar. Aku nggak sanggup wkwk.
Alasannya? Kita punya kesibukan yang berbeda. Aku kerja Senin-Jumat, dari jam 7 sampai 4 sore. Pulang kerja— karena aku tinggal sendiri jadi gak ada yang bisa diandelin untuk mengurus pekerjaan rumah seperti beres-beres, nyuci, dan masak buat makan malam—jadi aku kerjain semuanya sendiri. Bisa dibayangin, kelar itu semua udah secape apa aku. Wkwk.
Sedangkan dia hari-hari emang full nulis. Energi dia ke pake full untuk nulis.
Di mana ada kemauan, pasti ada jalan.
Yah. Terkesan banyak alasan sebenarnya. Tapi mau gimana? Kita punya kesibukan yang berbeda-beda. Jadi prioritasnya pun pasti beda. Capeknya juga jadi beda.
Jujur, aku sempat paksa diriku untuk bisa. Untuk mampu kayak dia. Aku sempat merasa diriku membuat teralu banyak alasan, berpikir kenapa aku teralu lemah, atau mungkin karena aku seseorang yang malas berusaha saja.
Tapi pada akhirnya aku mengaku kalah. Aku gak bisa mengikuti cara belajar dia. Karena aku tipikal orang yang gak bisa maksa belajar dalam keadaan aku capek. Mau seberapa keras pun aku memaksa untuk bisa memahami apa yang sedang aku pelajari, kalau tubuh aku menolak, dan meminta untuk istirahat. Yah, percuma.
Sehingga cara belajarku selama ini adalah aku hanya bisa belajar dalam keadaan yang sudah terkondisikan; jauh dari distraksi, dan dalam kondisi tubuh yang nyaman.
Jadi alih-alih memaksakan diri, aku lebih suka untuk pergi tidur saat ngantuk, atau ambil istirahat sebentar terus lanjut belajar lagi saat aku udah merasa lebih baik.
Dari sini aku belajar kalau ternyata kita gak perlu untuk selalu memaksa diri untuk bisa kaya orang lain. Untuk mengaplikasikan apa yang orang lain lakukan. Untuk 'mencontek' cara orang lain. Ataupun menelan mentah-mentah tips yang diberikan.
Karena faktanya, apa yang berhasil di orang lain. Belum tentu akan berhasil di kita.
Kita bisa saja mengambil cara orang lain dalam melakukan sesuatu sebagai insipirasi. Tapi jangan menjadikan itu sebagai patokan satu-satunya cara untuk bisa mendapatkan hal yang sama seperti dia. Alias, coba mulai adaptasi dengan melakukan perubahan. Cari cara atau jalan yang membuat kita nyaman sehingga tidak perlu mengabaikan hak-hak tubuh kita yang lain, istirahat misalnya.
Dulu, aku selalu merasa bangga saat aku tidur larut malam karena belajar ataupun bekerja. Karena di otakku tertanam sebuah pemikiran bahwa orang yang sedikit tidurnya itu adalah calon orang-orang yang sukses. Dan aku mau menjadi bagian dari 'calon orang-orang sukses itu'.
Tapii, aku mulai rasa pemikiran itu keliru dan mulai menyesal saat aku sadar bahwa bisa istirahat dan tidur nyenyak adalah sebuah kesuksesan yang tidak semua orang dapatkan. Lagian, misalnya kelak nanti aku jadi orang sukses tapi dengan tubuh yang sakit-sakitan. Yah apa gunanya? Sebab yang namanya kesehatan itu gak akan bisa kebeli mau seberapa banyak pun uang yang kita punya.
Tak hanya soal cara belajar—dalam banyak hal apa pun itu. Sepertinya kita gak bisa menelan mentah-mentah alias mengikuti semua cara yang orang lain lakukan. Misalnya dalam menggapai sebuah kesuksesan.
Karena jangankan dari segi cara mendapatkannya. 'Definisi' sukses itu sendiri saja kita gak harus sama dengan orang lain.
yah intinya sih semua cara dalam mendapatkan sesuatu yang berhasil di orang lain ya itu karena mereka udah melakukan trial dan error . Alias mereka udah mencoba banyak cara hingga mendapatkan cara yang paling pas dengan mereka. Tentunya dibarengi dengan pemahaman akan diri dan tujuan yang mereka ingin capai.
Sehingga nggak papa kok, kalau kita gak mau mengikuti cara orang lain. Kalau kita mau membuat 'jalan' kita masing-masing.
Karena menjalani hidup semampu kita bukanlah sebuah kesalahan. Karena mengusahakan sesuatu sesuai kesanggupan kita bukanlah sebuah kelemahan. Karena memiliki hidup yang gak sesuai standar kebanyakan orang bukanlah sebuah kegagalan.
21 notes · View notes
ruang-bising · 1 year
Text
Sepenggal Tulisan Bising Diri Sendiri [ Bag. 2]
***
Bising, bising sekali omongan orang lain tentang keluargaku. Aku sudah bias, mana peduli mana yang hanya gosip. Ayah yang menafkahi kami dengan harta yang haram, ibu yang jarang dirumah, kami yang tercabik-cabik nama baiknya. Aku malu sekali. Aku hanya bisa berdo'a semoga suatu saat nanti mereka diberi hidayah oleh Tuhan.
Saat aku Kelas 3 SMA, Ayah jatuh sakit, parah sekali. Habis fasilitas yang kami punya, mulai dari rumah, transportasi, alat komunikasi. Mobilitas hidup kami benar benar hancur. Mungkin ini cara Tuhan membersihkan dosa masa lampau keluarga ini. Kakakku mengungsi di rumah kerabat, dekat dengan kampusnya. Aku terpaksa diasuh oleh yayasan tempatku bersekolah, aku yang setiap hari mencicipi masakan yang entah seperti apa rasanya. Tapi bagiku itu lebih enak kebanding memakan harta haram ayah.
Hampir setahun ayah sakit, akhirnya menemukan titik terang. Apa ayah bertaubat dari pekerjaannya? Tidak. Dan aku terpaksa masih betah diasuh yayasan lagi.
Satu bulan kemudian, pandemi menyerang. Itu tidak berpengaruh terhadap pekerjaan ayah. Aku berjanji tidak ingin lagi memakan harta haram. Aku kembali bertahan di asrama yang berukuran 3x5 m ini. Aku menghidupi mimpi-mimpiku sendiri sejak tahun itu. Masa kejayaan orang tua yang telah habis, kata orang. Aku menarik diri dari keramaian satu tahun itu, lebih dari puasa sosmed yang anak muda sekarang katakan. Aku harus segera menuntaskan perjuangan ini, hingga lulus bersekolah. Aku mengajar di surau seberang sekolah dan berdagang untuk sampingan.
"Nanti kalau udah lulus SMA, langsung kerja!!! Bales budi orang tua!!!" Ujar salah satu bibi dari ayah saat lebaran. Berat sekali bertemu keluarga besar ayah yang berpikiran kolot, dan setolol itu. seolah anak lahir, diasuh kedua orang tua berarti sama dengan berhutang. Bukankah itu kewajiban orang tua membesarkan anak? siapa pula yang menginginkan dilahirkan? "nasib tersial adalah dilahirkan" celoteh filsuf yunani seolah memenuhi kepalaku.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana.
Aku bisa saja mengambil beasiswa prestasi di perkuliahan, berkat sertifikat lomba yang sering kujuarai. tapi reguler, yang berarti akan hidup dengan harta haram keluargaku lagi. Dan itu juga berarti aku harus hidup berdesakkan di kontrakkan petak, karena rumah ludes terjual. Akhirnya aku memilih jalan dengan mencoba berbagai beasiswa keagamaan, dan berakhir di asuh oleh salah satu yayasan pesantren terkemuka di kota ini. Seratus persen!!! Tentunya setelah mengikuti panjangnya seleksi. Persetan! Aku hanya ingin keluar dari lingkaran iblis ini.
Sesekali ibu menelponku dan ingin mengirimiku uang, tapi aku tak pernah mau lagi.
Berat sekali rasanya, kamu bisa membayangkan?
Memasuki tahun ke dua menjadi santri yayasan, Ayah mendapat hidayah, berhenti dari pekerjaannya, do'aku terkabul, terimakasih Tuhan. Ia berdagang, Ibu masih bergelut menjadi ART semenjak badai melanda keluarga kami. Pembersihan dosa, ujarku dalam hati.
Tahun kedua merupakan tahun terberatku di tempat ini, tuntutan dari yayasan semakin banyak, maklum, beasiswa seratus persen. "Kalian harus bener belajar di sini, setoran 2 lembar perhari, hadist juga, kitab pun jangan terlewat. Makanan yang hari ini kalian makan ga gratis, donatur, UMMAT yang membiayai kalian! Malu kalian kalau makan tapi gasampe target!!!" Bentak salah seorang ustadz kami. Semenjak itulah lidahku mati rasa memakan makanan yang di sungguhkan di sana.
Ajaib, aku berhasil lulus lebih cepat dari kalender pendidikan. Berbagai target di sana telah kucapai. Alhamdulillah. Aku bisa pulang ke rumah. Aku berjanji tidak ingin pulang sebelum pendidikan selesai di sana. Sisanya hanya persiapan mengabdi.
Liburan semester 4 dari total 6 semester, aku kembali ke rumah. Aku tersenyum melihat kontrakkan petakan. Tak apa, ujarku, Aku ikhlas, Tuhan. Kebanding menempati harta haram yang mendarah daging di setiap sudut tembok. Satu hal yang baru kusadari, ibu jarang di rumah, Terlibat hutang selepas badai keluarga kami.
Ayah? yang ayah lakukan hanyalah duduk di teras, tatkala di rumah, lebih sering makan dan tidur di rumah saudaranya yang kolot dan bodoh itu. aku dan kakakku (yang satu tahun kedepan akan menikah) terpaksa berkecimpung melunasi hutang mereka. kami menyisihkan uang dari keringat kami sendiri. Adikku? Adik kecilku bahkan masih kelas 2 SMP, ia masih terlalu lugu untuk memahami kondisi keluarga kami, yang ada dipikirannya mungkin masih bermain dan mencari jati diri.
Akhir semester 6, hutang mereka habis dan lunas, begitu pula tabunganku dan tabungan menikah kakak. Kakakku terpaksa menikah sederhana. habis sudah dream wedding dia, "gapapa, yang penting halal dulu." Ujarnya. Ya Tuhan, aku melihat wajah paling ikhlas di wajah kakakku. Bahkan aku menangis saat menuliskan ini.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana.
Saat ini aku sudah bisa menabung diam-diam, aku ingin melanjutkan sekolah, aku juga ingin mempersiapkan masa depan. Tidak banyak, tapi aku ingin memulai rumah tangga lebih siap nantinya.
Aku ingin pulang, tapi entah kemana. Aku ingin sekali saja tidur, nyenyak, tenang, tanpa memikirkan apa yang akan datang, hari esok, tuntutan. Tanpa memikirkan keluargaku yang begitu berkecamuk. Aku ingin sekali beranjak. Meninggalkan semua ini. Keluarga... yang membuat hidupku segetir seperti ini.
Kamu bisa bayangkan? Kontrakkan ini, tepatnya keluarga ini, bising sekali, sehingga aku tidak bisa mendengar diriku sendiri.
Aku hanya perlu terus berlayar, mengembara, jika besok pun kalian tidak lagi mendengar kabarku, mungkin aku tersesat di samudera atau di suatu pulau, atau bisa juga kapalku karam, sebab perjalanan ini kususuri sendiri.
*****
Satu jam aku menceritakan detail kejadian menyakitkan itu kepada seseorang yang kupanggil "umi". Pandanganku kosong, aku ingin menangis tapi tak memiliki tenaga. Sudah terkuras, aku tak memiliki kalimat sedih untuk menggambarkan itu semua.
Tiba tiba pelukan menghantamku. Umi memelukku sembari terharu.
"De, kamu sekarang udah umi anggap anak umi. Jangan pernah ngerasa sendiri ya de. Umi bangga sama kamu, kamu hebat."
Tangisku baru pecah. Saat aku menyadari bahwa ada orang lain, bukan dari keluargaku, yang memiliki sebongkah hati sehangat itu. Aku tak lagi mampu menahan hebatnya kesedihanku. Aku tak mampu lagi membohongi perasaan sedihku. Aku menangis. Aku benar-benar merasa ditemani. Kebisingan ini sedikit mereda. Penerimaan. Kepercayaan diri yang lama hilang seolah hadir kembali. Kekhawatiranku, mereda. Aku menangis. Aku merasa lemah ketika menangis, tapi bolehkah aku menangis kali ini saja? Karena besok aku harus kembali berjuang untuk mimpi-mimpi, aku harus kembali berlayar, aku tak boleh berhenti sekarang.
44 notes · View notes
tangerangraya · 4 months
Text
Mahasiswa TPT-M Gelar Penelitian Progam Makan Siang, Kemenag Tangsel: Ini Luar Biasa
Tangerang Selatan – Anak adalah aset masa depan bangsa, karenanya generasi yang yang saat ini masih berusia anak-anak mesti dijaga dengan baik. Utamanya dalam asupan gizi. Hal ini senada dengan pemikiran Pelaksana Harian Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan (PLH Kemenag Tangsel), H. Ahmad Rifaudin, S. Ag., M. Pd dalam pembukaan Dialog Terbuka yang bertajuk Efektifitas Program Makan Siang…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes