#LiterasiKeluarga
Explore tagged Tumblr posts
Text
Gothenburg, The City Where We Read for Our Children
Sudah 5 bulan tinggal di sini baru kerasa rinduuu sekali tinggal di Swedia. Ngga bosan-bosannya saya cerita tentang Swedia, karena bagi saya negara ini too good to be true. Saya takjub dengan kenyataan bahwa hubungan kepercayaan antara masyarakat dan pemerintah bukan hanya sebatas jargon dan slogan semata. Selain hal-hal yang udah saya ceritakan sebelumnya, ada hal lain yang bikin saya takjub, dan belum pernah saya ceritakan mendetail, yaitu kota tempat kami tinggal, Gothenburg.
Ada banyak hal yang saya kagumi dari kota ini. Akan saya ceritakan ulang nanti satu per satu. Bukan, bukan untuk membandingkan enaknya di sini dan di sana, tapi lebih ke arah ngasih tau, ada loh tempat tempat seperti ini, kita juga bisa kok jadi seperti mereka.
Oke, karena di bulan ini ada hari aksara dan gerakan sadar literasi sedang gencar-gencarnya, saya akan cerita soal tema yang sama. Sudah siap membaca “dongeng” tentang sebuah kota yang bisa menggerakkan seluruh elemen masyarakatnya untuk meningkatkan kemampuan literasi bersama?
Sebagai gambaran awal, di World’s Most Literate Nation Ranked yang dibuat oleh presiden Central Connecticut State University di New Britain, negara negara Skandinavia masuk ke dalam jajajran 5 besar (Swedia menduduki peringkat 5). Negara- negara ini ngga main-main dalam menjadikan literasi sebagai salah satu prioritas urusan dalam negeri. Sementara Indonesia menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara yang disurvey. Meskipun survey ini hanya berdasarkan 5 kategori, termasuk jumlah dan ukuran perpustakaan serta jumlah pembaca koran, namun hal ini sedikit menggambarkan bahwa literasi masih menjadi PR terbesar negara kita.
--
Oke, kembali ke Gothenburg.
Gothenburg, sebuah kota yang terletak di barat daya Swedia, kota terbesar kedua, memiliki pelabuhan terbesar se-negara Nordic. Letaknya yang dekat dengan laut membuatnya menjadi kota yang cukup berangin. Orang ngga akan tahan berdiri lama-lama di luar, apalagi jika sudah memasuki waktu musim gugur seperti saat ini. Oleh sebab itu, Gothenburg memiliki banyak fasilitas umum indoor, termasuk perpustakaan. Tercatat ada 28 perpustakaan yang terintegrasi satu sama lain di kota ini.
Nongkrong dan menghabiskan waktu di perpus mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, termasuk saya pada mulanya. Tapi surprisingly, perpus menjelma jadi satu-satunya tempat yang kami tuju ketika kami ngga tau harus kemana. Ketika mendengar kata perpus, yang terbayang pada mulanya tempat yang membosankan, penuh rak-rak buku dan kursi berjajar. Tapi bayangan itu langsung hilang ketika pertama kali saya kesini. Waktu itu saya sedang hamil besar 9 bulan. Fasilitas yang nyaman seperti kursi besar, sofa lengkap dengan ottoman, dan quiet room cukup membuat saya nyaman menghabiskan waktu berjam-jam disana, bahkan kadang sampai ketiduran. Mau makan? Tersedia café yang lengkap dengan menu vegan maupun non-vegan.
Apalagi sejak Lila lahir. Semakin banyak fasilitas perpus yang bisa saya nikmati. Membawa bayi usia beberapa minggu ke perpus mungkin terdengar aneh ya? Tapi disini engga sama sekali. Ada satu section sendiri bagi bayi dan balita, namanya miini. Di section ini, semua lantainya beralaskan karpet tebal dan empuk. Di setiap sudut sudut dinding dilapisi oleh busa tebal, untuk menghindari benturan. Terdapat mainan dan kolam bola juga. Belum lagi spot spot unik yang memang didesain untuk memberikan kenyamanan bagi orang tua dan balita yang akan membaca buku. Pilihan bukunya pun beragam dari mulai board book, sound book, serta buku-buku ilustrasi bergambar lainnya.
Disana, kita juga ngga perlu panik ketika si bayi cranky ingin menyusu atau buang air. Terdapat family room dengan ruangan menyusui dan kamar mandi yang disertai dengan changing table. Di family room ini juga terdapat microwave dan wastafel. Kadang kami memanfaatkan fasilitas ini untuk dinner bareng di perpus hehe, jadi saya dan Lila membawa bekal dari rumah, nanti si Ayah akan nyusul kesana selepas pulang kerja. Bersyukur sekali kami ngga perlu keluar dana untuk menikmati itu semua.
Di sebelah section miini, ada section yang dikhususkan untuk anak anak sekolah dasar hingga remaja. Terdapat ruangan khusus untuk melakukan kegiatan seperti menggunting, mewarnai, dan menggambar, lengkap dengan semua sarana dan prasarananya. Selain itu terdapat pula games seperti halma, catur, dan board game. Pilihan bukunya juga sangat beragam, dan ada satu lemari yang berisi buku-buku dari berbagai negara.
Dengan fasilitas seperti itu, rasanya ngga mungkin anak-anak ngga tertarik untuk pergi ke perpustakaan. Ngga cuma anak-anak aja, kakek nenek juga suka kesana lho untuk sekedar membaca koran, atau fika bareng teman temannya yang lain. Di basement, tersedia juga game elektronik seperti nitendo wii, dan play station. Ada juga ruangan yang bisa dipinjam untuk rapat atau sekedar belajar bareng. Ruangan tersebut dilengkapi dengan proyektor, meja kursi, dan yang pasti kedap suara. Mahasiswa banyak yang memanfaatkan fasilitas ini.
Terlihat sekali bagaimana perpus kota Gothenburg mampu memanjakan semua kalangan. Semua fasilitas tersebut gratis! Dan kalau kita sudah punya personnummer (semacam nomor KTP), kita bisa meminjam semua bukunya. Untuk koleksi baru biasanya waktu meminjamnya maksimal 1 minggu, tapi untuk edisi lama, seperti novel dan buku anak-anak bisa sampai 6 minggu, dan ngga ada batas maksimal jumlah buku yang bisa dipinjam. Rekor buku terbanyak yang saya pinjam di waktu yang bersamaan ada 24 buku wkwk. Tapi kalau telat kena denda, dan dendanya mahal, sekitar 18kr per buku per minggu, 30ribuan kalau dalam rupiah.
Satu lagi, demi memudahkan semua orang mengakses buku di perpustakaan, semua perpus yang ada di Gothenburg terintegrasi satu sama lain. Artinya, kita bisa meminjam buku di satu perpus, dan mengembalikannya di tempat berbeda, tergantung yang dekat yang mana. Ditambah lagi dengan adanya aplikasi perpus yang baru dilaunching akhir tahun lalu. Lewat apps ini, kita bisa memesan buku yang akan kita pinjam. Jika buku tersebut tersedia maka kita akan mendapatkan notifikasi dan kita bisa memilih di perpus mana kita akan pick up itu buku. Kalau udah mau menjelang waktu pengembalian, ada notifikasinya juga. Ngga ada alasan lagi untuk telat mengembalikan buku kan?
Wah baru ngobrolin fasilitas perpustakaannya aja udah panjang banget ya! Tapi memang menarik banget perpusnya. Dengar-dengar perpus di Stockholm dilengkapi hammock juga, jadi rasanya bener bener kaya di rumah dan bikin betah.
Saya makin menyadari keseriusan kota ini untuk membangun literasi ketika saya menemukan poster tentang milestone literasi anak usia dini. Jadi anak-anak balita di sana, ngga cuma dilihat kemampuan motorik dan sensoriknya aja, tapi juga kemampuan literasinya.
Poster di atas kalau saya artikan, kurang lebih begini
Anak usia 12-18 bulan, kemampuan literasinya :
1. Menirukan dan menyebutkan gambar-gambar yang ada di buku 2. Mengerti bahwa setiap kata memiliki makna 3. Bisa membolak-balikan halaman buku 4. Minta dibacakan buku 5. Punya buku favorit yang minta dibaca berulang-ulang 6. Mulai punya ketertarikan terhadap buku dan membawanya kemana-mana
Dari sini saya mulai cari tau lagi soal pengembangan literasi di kota ini. Kesan pertama yang saya tangkap kok kesannya serius sekali sih dalam mengembangkan literasi?
Ternyata, usut punya usut, Gothenburg merupakan salah satu kota peserta Erasmus+ project yang bertema “open the door for reading” sejak tahun 2017, and they take it seriously. Dalam menyambut ulang tahun kota yang ke-400 pada tahun 2021 nanti, Gothenburg memulai kampanye Staden där vi läser för våra barn atau the city where we read for our children, dan mulai meluncurkan gerakan “Read Aloud” yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membacakan buku ke anak setiap hari.
Dalam web resminya, mereka mengatakan butuh 3 hal untuk dapat menyukseskan hal di atas. Pertama, mereka harus meningkatkan pengetahuan soal literasi di dalam kota. Kedua, mereka harus meningkatkan promosi tentang membaca dan literasi. Ketiga, meraka harus meningkatkan kesadaran orang tua tentang pentingnya literasi sejak anak usia dini.
Ketika seorang bayi lahir di Gothenburg, maka dia memiliki hak untuk bisa mendapatkan kemampuan literasi yang mumpuni dari orang tuanya. Untuk meningkatkan kesadaran tersebut, para bidan dan petugas perpustakaan memberikan penyuluhan yang disertai dengan Bookstart, yaitu goodie bag yang berisi buku, pembatas buku dengan beberapa tips membaca, postcard dengan pesan read aloud yang bisa diwarnai bersama, serta beberapa flyer yang berisi tingkat perkembangan bahasa dan literasi pada anak usia dini. Sejak tahun 2018, mereka bahkan mulai melakukan home visit ke setiap rumah yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan.
Sedangkan, untuk anak-anak usia 3-6 tahun, mereka memiliki goodie bag khusus yang bisa dipinjam di perpustakaan. Goodie bag berlabel Read Aloud tersebut berisi 5-6 buku yang memang dipilih sesuai jenjang usia mereka. Buku-buku tersebut biasanya bertema keseharian, lingkungan sekitar, keluarga, dan self awareness. Diakhir buku biasanya orang tua diajak berdiskusi bersama anak tentang tema tersebut, harapannya, dengan dibacakan buku-buku tersebut anak semakin mengenal dunia sekitar mereka, dan mereka merasa aman. Selain itu, diskusi juga memancing pengetahuan berbahasa si anak.
Tidak hanya buku, pemerintah juga menggalakkan program story telling di berbagai tempat-tempat umum seperti perpustakaan, playground, pusat kesehatan dan open preschool. Story telling ini berguna untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi bagi anak-anak tersebut.
Selain balita, pemerintah setempat juga mengadakan gerakan bagi anak-anak usia sekolah. Di tingkat dasar, setiap tahun pemerintah memberikan paketan buku-buku yang wajib digunakan saat circle time. Paket tersebut disertai dengan berbagai aktivitas dan diskusi singkat yang bisa dikerjakan oleh para siswa dan murid. Di tingkat lanjut, setiap tahun masing-masing anak diberi tugas untuk membuat resensi dari salah satu buku favoritnya. Hal ini semakin mendorong para siswa untuk aktif membaca.
--
Oke, dari tadi sudah ngomongin literasi, sebetulnya literasi tu apa sih?
Menurut KBBI, literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Lebih jauh lagi, literasi dihubungkan dengan kemampuan mengolah dan memahami informasi yang dilakukan ketika sedang menulis atau membaca. Jadi sebetulnya, literasi ini juga ada sangkut pautnya dengan kemampuan berbahasa.
Anak-anak usia dini yang diberikan pemahaman dan kemampuan dalam berbahasa akan lebih percaya diri dalam menghadapi dunia ke depannya karena dia mampu mengekspresikan dirinya. Anak-anak yang memiliki perbendaharaan kata yang kaya ketika kecil, dia dapat berkomunikasi dengan lebih cepat. Berdasarkan data dari studi The Millenium Cohort, anak usia 3 tahun yang dibacakan buku setiap hari akan lebih mudah untuk memulai sekolah. Dia memiliki kemampuan berkomunikasi dan berbahasa 2.8 bulan lebih cepat serta memiliki kemampuan matematis 2.4 bulan lebih cepat dibandingkan anak sebayanya. Kemampuan tersebut bisa berkembang pesat dan menghasilkan kemampuan komunikasi yang baik.
Kemampuan berkomunikasi inilah yang juga dibutuhkan oleh society kita. Dengan menginvestasikan sedikit waktu kita dan perhatian kita terhadap literasi, kita ngga cuma bisa mengubah anak kita sendiri, namun juga bisa memberikan dampak berarti terhadap masyarakat social secara keseluruhan di masa depan nati.
Hal ini sudah disadari oleh negara-negara Skandinavia, oleh sebab itu mereka benar-benar memperhatikan tingkatan literasi generasi selanjutnya demi mempertahankan eksistensi dan kesuksesan negara mereka di masa depan.
Coba kita lihat kejadian akhir-akhir ini di negara kita. Informasi simpang siur, banyak orang termakan berita hoaks, ujaran kebencian dimana-mana, dan hal-hal sedih lainnya. Sebetulnya hal ini bisa dihindari jika kita semua memiliki kemampuan literasi yang baik. Kita bisa mencari tau sumber berita kredibel, tidak asal menyebarkan berita bohong, yang berakhir dengan menambah keruh suasana yang sudah ada, serta, kita bisa belajar menyampaikan segala sesuatu yang kita inginkan dengan komunikasi yang efektif dan efisien.
Yuk kita sama sama tingkatkan lagi kemampuan literasi kita. Pemerintah kita juga sudah mulai membuat banyak gerakan sadar literasi kok, seperti Gernas Baku (Gerakan Nasional Orang Tua Membaca Buku) yang disampaikan melalui kemendikbud. Yuk kita sambut usaha pemerintah kita dalam mencerdaskan generasi selanjutnya.
Kalau kita mau usaha sama-sama kita ngga akan kalah keren kok dari Gothenburg. Siap menuju 5 besar jajaran World’s Most Literate Nation Ranked? 😉
2 notes
·
View notes
Photo
Membacakan nyaring itu kalau orang awam yang lihat dikira kaya orang kehabisan obat. Soalnya berekspresi , berintonasi sesuai dengan cerita. Dibuku Halo Balita yang berjudul "Aku Suka Berterima Kasih" ini ditujukan agar anak kita terbiasa mengucapkan salah satu kata dari #KATAAJAIB , selain MAAF dan TOLONG yaitu TERIMAKASIH . Sebenernya pengen videoin, cumaa Arka udah ngantuk tadi, jadi cuma bisa foto doaang, mau di ambil video dianya udah keburu minta susu dan tidoor, ga apa-apa, anak mah suka suka dia, tingkahnya ada-ada aja kan? tapi kalau pas lagi kooperatif mah duduk anteng dengerin cerita kan. Tak ada anak yang tak suka didongengin, emaknya aja suka di ceritain yang manis manis walaupun belum keturutan ye kan? yuk bacakan buku di rumah @khikmahnovita , @nur_widianningsih , @nur.rohmanarif #10haribacakanbuku #readaloud #kegiatanbacarumah #bacabukuyuk #pejuangliterasi #dutaliterasiindonesia #perpusnas #halobalita #openarisan #manfaatmembaca #boardbook #bukuanak #membacanyaring #readaloudday #worldreasaloudday #WRAD2020 #readaloudIndonesia #LiterasiKeluarga #tipsparenting #kegiatanrumahanak #readaloudchallenge https://www.instagram.com/p/B8QlHQ6HEr5/?igshid=aiz1ojxvp3r2
#kataajaib#10haribacakanbuku#readaloud#kegiatanbacarumah#bacabukuyuk#pejuangliterasi#dutaliterasiindonesia#perpusnas#halobalita#openarisan#manfaatmembaca#boardbook#bukuanak#membacanyaring#readaloudday#worldreasaloudday#wrad2020#readaloudindonesia#literasikeluarga#tipsparenting#kegiatanrumahanak#readaloudchallenge
0 notes
Text
Ingin Anak Gemar Membaca. Awali Dengan #LiterasiKeluarga Sebagai #SahabatKeluarga !
Budaya literasi atau budaya baca masyarakat kita bisa dibilang masih belum banyak. Dapat dilihat dari bagaimana masih banyak berita hoax yang dipercaya, dan banyaknya waktu yang dihabiskan anak dengan permainan di gawai dibandingkan membaca buku. Berdasarkan dari data reportdari Central Connecticut State University di Amerika, Indonesia menduduki peringkat ke 61 dari 200 negara di dunia. Mengapa…
View On WordPress
#Budaya Literasi Keluarga#LiterasiKeluarga#SahabatKeluarga#Budayakan membaca#kegiatan membaca bersama anak-anak
0 notes