#Kira De Riva
Explore tagged Tumblr posts
Text
yes I'm obsessed with her yes I would kill Gods for her Lucanis isn't special for that one
1 note
·
View note
Text
Finished my first playthru of Veilguard and immediately started a second. Meet Kira de Riva. We're going to have a hard time not romancing Lucanis (again), especially when she told Neve that she always wanted to meet him. Might be worth it just to cause Viago a headache though (Kira likes to cause trouble and is one of those 'strike first, ask questions later' kinda people)
1 note
·
View note
Text
➡️ Previous username was megasilly ⬅️
Tags for original posts, unintuitive curated content, and OCs are listed here.
The most self-indulgent one is #nod games, which is literally just screenshots of whatever video game I’m playing currently.
Also #cr spoilers isn’t listed here since it’s mostly reblogs, but I tend to spam that tag on Thursday evenings.
Filter as desired :)
Me: nod blogs nod games nod blogs in the tags nod blogs about their life Misc: my art laugh rule inspo stuff I've been sent I've been there TTRPG Characters: Nina Tevanni Bastien Bradán Sikai Sinha Kira Kaiko Pompiere Conacqua Suvi Fómhar
Donati Deimos Danielle Deimos Kellien Crespi Keira Harper Nico Silvestri Nat/Kel Dani/Keira/Nico Cheliax AU Video Game Characters: Mari Lavellan Grace Trevelyan Genesis Shepard Aurora Shepard Daniel Ryder Exodus Ryder My V Kyan Tav Rose Tav Leo “Rook” De Riva
3 notes
·
View notes
Text
100 RIBU KEDUA
Sekarang agustus ya? Mengembalikan ingatan Nia pada bulan yang sama di tahun 2016. Sore terakhir masa orientasi kampus ketika itu berhamburan keluar ribuan mahasiswa baru (maru) untuk pulang, ada sekitar 8000 maru yang Nia ingat ketika MC memberitahukan di hari pertama. Diantara mereka saling melambaikan tangan, sekedar mengucapkan salam perpisahan, berjabat tangan, melempar senyum, menepuk pundak, berbagi tawa, bertukar kontak, mengabadikan foto, bahkan ada yang meloncat-loncat riang sambil merangkul, juga ada yang berlalu begitu saja tanpa perlu berinteraksi.
“keren! empat hari masa orientasi kampus yang berkesan, makasih orang-orang berperan yang telah menyiapkan semua ini. Kalian berhasil!” pendapat Nia dalam hati usai memerhatikan sekitar.
Tiga hari lalu menjadikan Nia tidak pemalu pada situasi baru yang dihadapi, sejak hari pertama datang seorang diri diantara ribuan wajah yang tidak dikenali, Nia tak sungkan mengawali perkenalan. Bermula dari gerbang masuk kampus, bola mata Nia sudah otomatis berputar menyapu sekeliling mencari sasaran sebagai berikut: perempuan memakai kemeja putih, rok hitam, menggantung nametag dileher, sepatu tali hitam dan sedang tidak mengobrol. Yaps asal memenuhi kriteria sasaran, Nia tak acuh membiarkan macam-macam respon yang akan diterima. Melancarkan aksi menjadikan dirinya perempuan paling ramah. Kalau yang diajak kenalan tidak memberikan respon baik, yasudah toh watak manusia memang beragam. Jadi Nia meninggalkannya “eh, aku duluan ya” berpamitan ramah dengan senyum dan lambaian tangan. Lalu cari yang lain, sesingkat itu.
Empat hari selama acara dalam gedung berlangsung, selama itupun setiap harinya teman duduk disebelah kanan kiri Nia tak pernah sama. Maka Nia berkenalan kembali, tak jarang bukan Nia yang mengawali. Hal paling singkat padat jelas dan pasti dijawab sebagai pembuka pintu perkenalan ialah mengawali dengan menanyakan nama target kenalan, kemudian memperkenalkan nama sendiri atau sebaliknya. Cara lain yaitu melirik terlebih dahulu nametag dengan huruf besar yang jelas terbaca itu, lalu bertanya sambil mengulurkan tangan “Desi ya?” “i…ya” “kenalin, nama aku Nia” selanjutnya bla bla bla. Lagipula moment ini adalah kesempatan untuk mengetahui keragaman. Pasti akan ada hal baru yang Nia dapatkan dari orang baru, hal yang membuat Nia membuka pemikirannya. Maka memutuskan sendirian bukanlah pilihan bagi Nia. Lingkungannya benar-benar baru, saatnya memberanikan diri dan menerapkan kembali istilah adaptasi. Menjadi ramah itu perlu, tetapi terlalu sok kenal sok dekat belum tentu berhasil.
Hari terakhir justru pulang lebih awal, ba’da salat asar. Sudah direncanakan jika pulang hari itu tujuannya bukan rumah seperti biasa, melainkan rumah teman mamahnya. Nia pernah berkunjung kesana satu kali ketika pindahan, tepatnya satu minggu sebelum masa orientasi kampus dimulai. Ya, teman mamahnya sukarela memberikan tumpangan untuk Nia setelah mendengar kabar Nia diterima kuliah tetapi tidak akan bisa jika harus menyewa kost, juga dikasihani jika harus pulang pergi sejauh 30 KM memakai angkutan umum. Di rumah itu Nia boleh menempati satu petak kamar berpintu tanpa gagang yang sudah berisi masing-masing satu buah kasur lipat, meja kecil, dan lemari. Disana berarti menjadi genap ada 6 orang tidak termasuk teman mamahnya, tetapi sepasang suami istri bernama kak Eza dan kak Ira, anak laki-laki mereka Adi yang berumur 5 tahun, adik perempuan yang sedang bekerja yaitu kak Revi, adik perempuan satu lagi yang berkuliah semester 7 namanya kak Reva dan ditambah Nia.
Malam pertama Nia akan satu atap bersama keluarga yang baru berkenalan satu kali. Sekaligus pertama kalinya Nia naik angkutan kota (angkot) rute menuju arah sana, meski Nia telah hafal sesuai intruksi yang diberikan yaitu dua kali naik angkot. Namun Nia sepakat dengan istilah malu bertanya sesat dijalan sehingga yakin akan menaiki angkot yang benar setelah bertanya ke orang sekitar. Nia naik angkot pertama, duduk dibelakang pak supir dengan maksud mudah bertanya dan suaranya jelas terdengar karena suara Nia bervolume kecil, untungnya penumpang masih lima orang karena ini terminal. Angkot melaju lambat dijalanan kota yang padat, memang sepertinya selalu seperti itu apalagi sore hari jam pulang kerja.
Semburat jingga diatas sana terlihat jelas seperti sedang mengikuti laju angkot, sesekali hilang tertutupi bangunan, kendaraan juga pepohonan. Ada yang menenangkan ditengah keramaian, senja tak pernah mengecewakan ya! Menikmatinya sampai benar-benar berganti menjadi gelap. Akhirnya sampai dipemberhentian terakhir angkot pertama, Nia turun dan melanjutkan naik angkot kedua setelah bertanya. Angkot warna kuning itu penuh sekali, lebih dari muatan seharusnya tetapi masih dijejel, Nia yang berbadan kecil terhimpit sebelah kanan kiri, menyebalkan ketika harus salah tingkah juga karena jarak antar penumpang sungguh berdekatan, apalagi dengan orang yang ada didepan Nia. Sore hari pula ih bau keringat, begitupun Nia yang setengah hari berkegiatan hehhehe. Angkot kedua melaju sampai bertemu rute yang sama dengan ketika pertama Nia kesana, sudah lewat waktu magrib sehingga cukup gelap. Jarak yang dilewati angkot kedua tidak lebih dari sepuluh menit dari pertama kali berangkat.
Nia melihat sekeliling dari balik kaca jendela angkot, Nia melewati arah jalan yang benar. Tetapi… semua gang disekitar sana ternyata sama, yaitu gapura berbentuk gedung sate, yang membedakan adalah bertuliskan nama gang dan nomor RT RW. Ini akhir agustus kan biasanya memang tiap gang selalu dikreasikan. Nia hanya mengingat gapura gang saja, tidak dengan nama dan RT RW nya. Nia baru menyadari hal itu, kepanikan menyelimutinya, kemudian mengeluarkan handphone dari dalam tas untuk mengirim pesan ke nomor kak Riva. Tak dibalas, ditelepon tidak diangkat. Percuma Nia jika nanya ke supirpun, supir tidak akan tahu dengan alamat yang tidak jelas. Nia pun memutuskan untuk turun di area yang Nia ingat, patokan rumahnya sebelum lampu merah. “kiriii” dan menyerahkan uang 2000 rupiah. Menyebrang diperempatan lampu merah, ahhhh ini bukan gangnya, bukan kearah sini karena setidaknya Nia ingat bagaimana penampakan jalan yang pernah Nia lewati. Hari semakin gelap, sudah malam. Ini pertama kalinya Nia tersesat, sendirian ditempat asing.
Nia berjalan masuk melewati gang yang cukup untuk satu mobil, gelap taka da lampu yang menerangi karena sepanjang pinggir kiri hanyalah tembok besar tinggi dan pinggir kanan rumah yang menghadap bukan kea rah jalan gang sehingga cahaya lampu yang menyinari remang-remang. Dipinggir kiri ada pedagang es krim dan satu pembeli. Nia melewatinya, percuma pikirnya jika bertanya! Nia tak tau alamat, Nia hanya sedang mencoba mengingat penampakan jalan menuju rumah itu. Ternyata juga bukan gangnya, kemudian Nia kembali memutar menuju keluar gang. Sebelum itu Nia mengeluarkan handphone kembali mencoba menghubungi, tidak ada jawaban, ia sangat bingung. Membalikkan badan kearah tembok, menghindar dari orang yang lewat agar tak terlihat sedang menangis. Menangis sesenggukan, Nia tak cukup berani untuk situasi saat itu. Nia hanya bisa berdo’a.
Meskipun Nia berbalik tapi sudut matanya bisa menangkap orang yang lewat.
“de kenapa?” suara seorang pria dari belakang dengan logat yang berbeda, sepertinya bukan orang sunda, gumam Nia dalam hati.
Ini kan pria yang tadi lewat, kemudian balik lagi dan menyapa Nia?
“kesasar” ia menjawab dengan suara diselingi tangisan, air matanya justru membasahi pipi semakin deras.
“mau kemana emang?” Tanya pria itu kembali
“pulang kerumah teman mamah tapi lupa alamatnya, tapi gangnya daerah sini” jawab Nia sembari sesenggukan dan menunduk mengusap air matanya dengan ujung kerudung segiempat yang dikenakan.
“oh, yaudah hayu saya antar nyari gangnya, tapi saya ambil motor dulu biar cepat.”ajak pria itu
“makasih a” jawab Nia singkat
Nia menerima ajakan pria itu tanpa menunggu lama, masih sambil menangis. Berbarengan keluar dari gang.
“mau minum nih?” pria itu menawari cup minuman dingin yang dia pegang
“engga a makasih” Nia menjawab sambil menggelengkan kepala
Trotoar disepanjang jalan itu cukup lebar, Nia masih berjalan mengikuti pria itu untuk mengambil motor terlebih dahulu.
“habis darimana?” pria itu bertanya lagi.
“habis pulang orientasi kampus a hari terakhir” jawab Nia sambil menoleh ke arah pria itu yang sedang menyeruput minumannya dengan pandangan lurus kedepan, rambut pendeknya tersapu kebelakang oleh angin.
Pria berkaos hitam lengan pendek, memakai celana jeans dan ditangan kirinya memegang keresek putih berisi satu cup minuman berwarna cokelat, lebih tinggi dari Nia, Nia tak terlalu jelas mengingat wajahnya karena tak pernah menatapnya dengan jelas, hanya saja pria itu berambut hitam dengan kulit agak putih, usianya 20han terlihat masih muda, mungkin hanya beberapa tahun diatas Nia. Nia tak ada merasa takut sekarang, air matanya sudah tidak jatuh.
“oh mahasiswa, saya kira anak smp tadi, soalnya pake baju putih rok navy bawa tas, hehehhe” pria itu mengeluarkan nada kaget sambil tertawa kecil.
Mungkin karena gelap, sebenarnya rok Nia warna hitam.
“hehehhe iya a” Nia menjawab
Belum lama berjalan Nia sekarang mengingat gang yang jaraknya beberapa meter lagi didepannya.
“a itu a gangnya iya kayanya itu yang didepan” tunjuk Nia kearah gang yang ia maksud.
“mana? Yaudah hayu kesana” pria itu membalas ucapan Nia sambil langsung berjalan menuju kesana.
Mereka berbelok dan Nia yakin kalau itu adalah gangnya, penampakannya sama persis seperti yang Nia ingat. Mereka berjalan lurus dan menemukan belokan ke kiri, benar Nia menemukan rumahnya diujung belokan itu.
“ini a gangnya, udah ketemu” Nia berbicara dengan raut senang
“Bener ini?yakin kamu?” pria itu berbicara tegas dengan tampak kurang yakin
“mana rumahnya?” sambung pria itu
“itu yang disana, bener a udah ketemu. Alhamdulillah” Nia mengucap syukur sambil menunjuk ke arah rumah
“oh yaudah, kamu ada duit ga?” Tanya pria itu
Nia tidak menjawab.
Kemudian pria itu mengulurkan tangan ke arah Nia, hendak memberikan uang 100 ribu.
Nia terdiam cukup lama, bergelut dengan pikirannya sendiri. Membiarkan pria itu menunggu jawaban. Nia memang sedang tidak punya uang, ia hanya punya uang untuk ongkos esok berangkat hari pertama masuk kampus.
“udah a gausah a makasih” Nia menolak dengan sopan, melambai lambai tangan kepada laki-laki itu memberikan isyarat tidak.
“udah ambil aja” pria itu masih mengulurkan tangannya.
Nia terpikir mungkin ini memang adalah rezeki baginya. Kebetulan juga Nia memang sedang tidak ada uang. 100 ribu adalah jumlah yang besar bagi Nia.
“ah, beneran a? makasih banyak, maaf ya a” Nia mengambil uang 100 ribu dengan malu-malu tapi mau, mengalahkan gengsinya sambil tetap menunduk dan sesekali menatap ke arah pria itu
“kurang ga?” pria itu bertanya kembali
“engga a, udah. Makasih banyak” jawab Nia dengan terheran-heran karena dengan sukarelanya pria itu memberikan uang
“yaudah, sana. Nih minumnya mau ga?” sambil menawarkan keresek yang berisi minumannya
“engga a, makasih” Nia menjawab sambil tersenyum ke arah pria itu.
Raut wajah dan bicara pria itu amat tegas, pria itu terdengar amat peduli kepada Nia, itu yang Nia rasakan.
Mereka kemudian berpisah disana. Berpamitan. pria itu berjalan lurus sedangkan Nia belok ke arah kiri
“eh a, siapa namanya?” Nia menoleh ke arah belakang, pria itu baru beberapa langkah berjalan dan masih terlihat, kemudian menoleh ke arah Nia.
“Ade” pria itu menjawab singkat
“oh, makasih banyak a Ade” teriak Nia
“yooo”pria yang bernama Ade itu menjawab lalu berjalan lurus kembali menatap kea rah ia berjalan.
Nia sampai dirumah, mengucap salam dan masuk. Tadi kak Riva ga pegang handphone. Wajah Nia bengkak terlihat sisa menangis. Kemudian tak banyak bercerita dan langsung masuk ke kamar.
Setelah isya, pukul 20.00 Nia keluar memutuskan membelii flatshoes untuk dipakainya besok ke kampus karena sepatu yang Nia pakai selama orientasi kampus sudah kotor dan kucel. Biasanya flatshoes harganya tidak terlalu mahal. Kali ini Nia kembali berani jalan kaki menuju pasar yang hanya beberapa meter dari rumah, letaknya diseberang jalan gang. Area pasar itu luas sekali terletak disamping lapangan besar tempat olahraga dan sesekali dipakai menyelenggarakan acara musik. Area luar dan dalam dipenuhi pedagang, sepanjang jalan. Dingin, bising kendaraan, warna-warni lampu, lalu lalang orang. Nia berjalan memasukan kedua tangan kedalam saku jaketnya. Terdengar suara laki-laki memanggil Nia uhmm istilahnya cat calling, Nia mempercepat langkah. Baginya jam segitu belum terlalu malam, dan selama masih ditempat ramai maka ia merasa aman. Nia juga melihat laki laki dan perempuan duduk diatas trotoar menyender ke pagar seperti hilang kesadaran. Beragam orang disepanjang jalan area luar pasar. Nia masuk area dalam pasar, cepat-cepat mencari flatshoes yang cocok dengannya, setelah menemukan maka Nia langsung pulang ke rumah, masuk kedalam kamar.
Pukul 21.00 ternyata satu jam berlalu, Nia meletakan bantal dengan posisi berdiri ke tembok kemudian menyandarkan badannya. Mengingat kejadian beberapa jam tadi sejak Nia tersesat sampai bertemu pria itu. Mempertanyakan kenapa Nia begitu saja langsung percaya mau ikut dengan pria yang baru dikenalnya? bahkan tanpa menaruh rasa curiga. Nia baru menyadarinya. Kenapa Nia malah diam hanya mencari sendiri alamat tanpa bertanya pada orang lain yang ada apakah kenal keluarga Kak Ira? Kenapa Nia tidak tau malu menerima saja uang dari pria itu? Kenapa pria itu amat baik pada Nia? Kenapa pria itu juga ga terpikirkan kalau kalau Nia bisa aja seorang penipu yang pura-pura nyasar? Kenapa pria itu begitu peka berani bertanya kepada Nia? kenapa ? sedangkan orang lain tak memperhatikan
Padahal Nia selalu waspada terhadap orang yang baru dikenalnya, meskipun Nia sangat senang punya kenalan baru. Tetapi situasinya berbeda, ketika bersama pria itu Nia merasa aman dan dilindungi dan beranggapan bahwa pria itu memang niat tulus ingin membantu. Ternyata benar, pria itu amat baik. Nia hanya mengetahui namanya, mungkin rumah pria itu juga terletak di daerah sana.
Kenapa skenario Allah begitu tak terduga, baru saja Nia merasa kebingungan dan amat sedih sampai menangis, tetapi tiba-tiba ada seseorang yang menolongnya bahkan sampai memberikan apa yang Nia perlukan. Allah amat baik kepada Nia, mungkin memang jalan rezeki Nia. Tetap selamat meski malam hari tersesat juga mendapatkan uang 100 ribu yang Nia langsung belikan flatshoes seharga 35 ribu, sisanya Nia akan pakai untuk keperluannya. Nia pikir pria itu malaikat, haha saking baiknya. Nia akan selalu mendo’akan agar pria yang bernama Ade itu mendapatkan pahala atas kebaikan yang dia lakukan serta digantikkan dengan yang lebih untuk harta yang telah dia berikan. Mungkin saja memang rumah pria itu juga ada di gang yang sama. Entah bisa bertemu lagi atau tidak, Nia amat berterima kasih kepada pria itu.
Nia pun intropeksi diri untuk lain kali harus punya alamat yang lengkap bukan hanya daya ingat ketika pergi ke tempat baru, tidak pernah ada yang tahu niat seseorang menolong karena apa. Di situasi yang berbeda meningkatkan kewaspadaan dan tidak terlalu panik sampai tidak bisa memikirkan solusi bijak itu Nia perlu mempunyainya. bahkan kejadian itu membuat Nia melupakan kalimat yang disepakatinya “malu bertanya sesat dijalan.”
Nia tidak menyangka bahwa ia mendapat 100 ribu kedua yang tidak terduga dan tak akan pernah dilupakannya, setelah 100 ribu pertama Nia dapatkan dari dalam kacang tanah ketika Nia masih SD. Waktu itu Nia membeli jajanan kacang tanah seharga 500 rupiah, ketika dibuka ternyata salah satu kacang ada yang kulitnya dibalut perekat bening, memang kacang tanah itu tertulis bacaan berhadiah jika beruntung, Nia membukanya dan ternyata 100 ribu isinya, maka Nia dan mamahnya sujud syukur. Esoknya Nia pergi ke pasar membelikan baju muslim hitam putih seharga 65 ribu dari uang hadiah kemarin. Di pengajian Nia memang seragamnya hitam putih, dan Nia salah satu yang belum punya karena belum ada uang untuk membeli.
Sungguh maha kuasa Allah dan kasih sayangnya, jalannya amat tidak terduga, Allah sebaik-baiknya pemberi pertolongan, sebagai hamba maka berusaha, berdo’a dan berserah dirilah kepada-Nya.
Sekarang agustus 2020, sudah 4 tahun dan Nia masih mengingat pria baik itu, Nia hanya bertemu satu kali dimalam itu dan belum pernah melihatnya lagi, bahkan Nia sekarang lupa wajah pria itu. Tetapi Nia tak akan pernah melupakan kebaikannya, akan selalu mendoakannya. Dan mengikuti hal baik yang ditularkan pria itu kepada Nia. Menolong. Ya, selalu ada hal baru dari orang baru.
Aksaraya, agustus 2020
#cerita#bersyukur#keajaiban#pria#bandung#katamotivasi#kisahinspirasi#kebaikan#menolong#uang#kampus#kisah#fiksi
1 note
·
View note
Note
1, 4, 16 for the nationality ask!
Kira! So kind of you, thank you!!!
1. favourite place in your country?
now the sap in me wants to say home lol:
(those are my sisters)
sometimes we get nice views:
but! there are so many places I love to visit. I love San Gerardo de Rivas:
I loved the Tortuguero Canals:
I loved the views of Arenal Volcano when we went there:
and nearby waterfall:
And I love various rivers and beaches near my home but I can’t find pictures of those online!
But there are so many other places I want to see.
4. favourite dish specific for your country?
now given the way Latin America came to be there seldom is something that is *entirely* Costa Rican. But from our more traditional dishes I like gallo pinto:
this is our most traditional breakfast food. it’s rice and beans prepared together (hopefully the ingredients are at least a day old). you’d usually eat it with eggs (fried or scrambled), sour cream, avocado, tortillas, bread, sausages, or almost anything else.
and arroz con pollo:
which is rice with minced chicken. best eaten with fries, yum!
16. which stereotype about your country you hate the most and which one you somewhat agree with?
as a good Costa Rican (we call ourselves Ticos) I seldom think of ourselves having good stereotypes lol. But we are known as a very peaceful country (an image we have encouraged for hundreds of years), and it kinda bothers me because we do have way less conflict than the rest of Latin America but we have so many mysoginistic and xenophobic and queerphobic views that many people like to gloss over because we haven’t had an army in 70 years.
we’re also known as a “green country”. even @theplasticmailman has heard about our green policies at her home. there’s nuance to these discussions as there are always hidden agendas etc but we do have governmental laws protecting about 20% of our total land and sea so there’s effort from varius groups, both nation-wide and locally, to protect nature. we haven’t used fossil fuel to power any of our electricity for about 2 or 3 years now I think, so there are some cool things.
anyways sorry this is so long and thank you so much for asking!!!
#kira#nire-the-mithridatist#asks#personal#costa rica#if i could i would cook some gallo pinto for you and prepare some homemade tortillas for you and your partner the way my grandma taught me#food *is* super important for us too and practically a love language lol
14 notes
·
View notes
Text
Diario fragmentado del retorno (con epílogo abierto)
Recibimos a una nueva colaboradora: Kira Kariakin, hemos preservado el artículo pues demuestra los cambios que cualquiera de nosotros pasa en sus vidas. Bienvenida Kirian! -j re crivello (Link Cv) By Kira Kariakin Este relato o divagación acerca del retorno, fue publicado en el libro Escribir Afuera – Cuentos de intemperies y querencias, compilación de Katie Brown, Liliana Lara, Raquel Rivas…
View On WordPress
0 notes
Text
Man danke dem Seemann für seine Überredenskunst
1. Würdest du mit der Person, der du zuletzt geschrieben hast, schlafen? Burrito time , baby! 2. Hast du noch Kontakt zu einen deiner Ex-Freunde/innen? lol 3. Hast du jemanden entjungfert? no 4. Ist Vertrauen ein großes Problem für dich? vertraue eh niemandem von daher auch kein problem 5. Hast du dich vor Kurzem mit der Person, die du im Moment magst, getroffen? wen mag ich denn?!!!! 6. Auf was freust du dich? das soja würstchen im Kühlschrank 7. Was ist letztes Wochenende passiert? keine ahnung, ist das jetzt ein gutes oder ein schlechtes zeichen? 8. Findest du es anstoßend, wenn sich jemand ständig betrinkt? total osbzön ey! 9. Ist Selbstvertrauen anziehend? ausziehend 10. Was war das letzte alkoholische Getränk, welches du hattest? keine ahnung, aber es war viel 11. Wie vielen Menschen des anderen Geschlechts vertraust du blind? keinem 12. Besitzt du Skinny Jeans? come on skinny looooove 13. Was wirst du nächsten Samstag machen? Die Kunden auf meiner Arbeit mit meinem super stumpfen cuttermesser einschüchtern hehehehehe 14. Für was hast du als letztes Geld dafür ausgegeben? Knoblauchpaste die viel zu knoblauchig war! 15. Datest du die Person, die du zuletzt geküsst hast? so weit reicht mein gedächtnis nicht zurück 16. Denkst du, dass du dich in den nächsten 3 Monaten verändern wirst? si si claro 17. Mit wem redest du am liebsten? mit hundebabys!!!!! 18. Wann hast du dich zuletzt kaputt gefühlt? allday everyday 19. Hattest du heute Sex? hahahahaahahahahaha 20. Beginnst du Dinge zu verstehen, die dir sonst immer ein Rätsel waren? ich selbst bin mir das größte rätsel ok 21. Hast du gute Laune? ja, schon. auf einer skala von 1-10 war meine Wut heute nur bei 7 22. Willst du mal mit Haien schwimmen? lieber mit hundebabys 23. Ist deine Augenfarbe wie die deines Vaters? yes! Mc thomas bester mann 24. Was willst du in diesem Moment? Hundebabys und memes 25. Was würdest du machen, wenn du siehst, wie dein Crush jemand anderes küsst? tequila bestellen 26. Ist deine aktuelle Haarfarbe deine natürliche? all natural bb 27. Würdest du mit jemand zusammen sein, der dich nicht zum Lachen bringt? was das für ne frage??? 28. Was hat dich zuletzt zum Lachen gebracht? giraffen. oder memes! 29. Vermisst du jemand richtig stark zur Zeit? meine Gin tonic brüder! 30. Hat jeder eine zweite Chance verdient? niemals 31. Hasst du den Jungen, mit dem du zuletzt geredet hast? JA WEIL ER DER GRUND IST WARUM ICH ALL DIESE BESCHEUERTEN FRAGEN HIER BEANTWORTE EY 32. Weiß die Person, für die du Gefühle hast, dass von deiner Seite diese vorhanden sind? ich weiss nicht mal, wann ich hungrig bin und wann nicht 33. Bist du einer dieser Menschen, die nie Limonade trinken? Fanta ist mein Feind! 34. Was hörst du grade? Meine Nachbarn beim Abwasch. 35. Schreibst du noch mit Füller? Niemand schreibt mehr mit Füller. das sind alles gerüchte 36. Woher kennst du die Person, die du zuletzt geküsst hast? die ist einfach so aufgetaucht, POOF! 37. Glaubst du auf Liebe auf den ersten Blick? dafür schiel ich immer viel zu verwirrt durch die gegend 38. Wer hat dich zuletzt angerufen? als würd ich an mein handy gehen alter wie viele fragen kommen hier noch 39. Mit wem hast du zuletzt getanzt? kira! 40. Warum hast du die letzte Person, die du geküsst hast, geküsst? ey warum sind das hier so kack fragen???? 41. Wann war das letzte Mal, als du einen Cupcake gegessen hast? Als des Teufels Bruders zu besuch war und wir ihn am nächsten morgen rauswarfen 42. Hast du heute schon Menschen umarmt/geküsst? ne bin nicht so touchy 43. Blamierst du dich oft vor deinem Crush? ich blamier mich nie vor irgendwem 44. Sonnst du dich nackt? nackst du dich sonnig? 45. Würdest du, wenn du könntest, deinen letzten Kuss wiederholen? alter warum gehts hier nur um küssen 46. Lag heute Nacht jemand neben dir? ja, die neuen leiden des jungen W 47. Wer war die letzte Person, die du angerufen hast? Fabio 48. Singst du unter der Dusche? bade nur 49. Tanzt du im Auto? hasse autos 50. Hast du schon mal mit Pfeil und Bogen geschossen? nein, ich verwechsel pfeil und Bogen öfter mal mit Ankern! 51. Wann warst du das letzte mal beim Fotografen? hahahahaahahahahahhaah 52. Findest du Musicals kitschig? voll 53. Ist Weihnachten eher das Fest des Stresses? aber hallo! 54. Magst du Spinat? spinat is love spinat is life 55. Was ist dein Lieblingskuchen? alle kuchen! 56. Was war dein Traumberuf, als du noch ein Kind warst? pathologin 57. Glaubst du an Geister? manchmal 58. Hast du oft ein Déjà-vu? oft genug 59. Nimmst du Nahrungsergänzungsmittel? Gin! 60. Barfuß oder Hausschuhe? Socken...? 61. Trägst du einen Bademantel? äh ne?? 62. Was ziehst du im Bett an? Muminsschlafanzughose wenn kalt. sonst nur t shirt. mumins t shirt. 63. Erstes Konzert? ey das wird jetzt voll peinlich aber....mein erstes Konzert war tatsächlich JULI. kennt die noch einer????? 64. Kleiner Supermarkt oder große Mall? kleine mall 65. Nike oder Adidas? nada 66. Pringles oder Chio Chips? Pringles! 67. Erdnüsse oder Wallnüsse? erdnüsse! 68. Peinlichstes Lieblingslied? oh man ...ich werd so viele follower verlieren..Favorite - ihr seid alle scheisse! 69. Warst du schon mal im Tanzunterricht? nein 70. Hast du eine genaue Vorstellung, als was dein zukünftiger Ehepartner arbeiten soll? hauptsache nichts mit menschen 71. Kannst du deine Zunge rollen? i wish :(( 72. Hast du schon mal bei einem schulischen Wettkampf (Buchstabierwettbewerb, Mathe Olympiade, Big Challenge, usw) gewonnen? ich lief immer ausserhalb der konkurrenz x) 73. Schon wegen Freude geweint? als crybaby muss man sowas tun,ja 74. Was ist dein Lieblingsbuch? kann ich so nicht sagen 75. Lernst du mit oder ohne Musik? ohne 76. Bist du Raucher? mir raucht der kopf 77. Schon mal verliebt gewesen? fast. dann war es nur der Magen, der geknurrt hat :( 78. Wen würdest du gerne Live sehen? tomte 79. Letztes Konzert? FIL BO RIVA 80. Heißer oder kalter Tee? lauwarm 81. Tee oder Kaffee? HM LEGGA LEGGA KOFFEE 82. Lieblingskeks? jeder keks 83. Kannst du gut schwimmen? i bims arielle die Meerjungsfrau 84. Kannst du lange die Luft anhalten? locker für immer 85. Bist du geduldig? äh ?! 86. DJ oder Band bei Hochzeiten? Keine Hochzeit keine Probleme easy going 87. Bei einem Sportwettbewerb gewonnen? hahahaahaha ja , beim behindertenlauf 88. Würdest du dich für einen plastische Operation unter’s Messer legen? jederzeit! 89. Was ist besser, schwarze oder grüne Oliven? grüne! 90. Willst du mal heiraten? ih.
11 notes
·
View notes
Text
Manifiesto de la comunidad de Ciencia Ficción en Venezuela con motivo de los recientes hechos ocurridos en el país
“—¿Por qué van los soldados? ¿Por qué un hombre va a matar a desconocidos?
—Pero si los soldados están para eso”.
Ursula K. Le Guin, Los desposeídos
LAS UTOPÍAS NO EXISTEN
En 1516 Tomás Moro escribió uno de los antecedentes más importantes de lo que hoy llamamos ciencia ficción: Utopía. Una visión de la sociedad perfecta donde todos vivían en armonía trabajando para el bien común, adoraban a Dios sin complicaciones, y no conocían el odio, la envidia, o el pecado. Algo similar a lo que, siglos después, retratarían las hermanas Wachowski en The Matrix: un prototipo de matriz que proveía de eterna satisfacción a los humanos conectados a ella.
El siglo XX, que fue testigo del ascenso y popularidad de la ciencia ficción, también vio el auge de regímenes como la Unión Soviética y la Alemania Nazi, promesas concretas de sociedades perfectas llevadas a la práctica, degeneradas en algunos de los actos criminales más cruentos vistos en la historia. No la utopía, sino la distopía, el mal lugar, el que por más que parezca pesadilla, es muy real para quien la padece. Un término devenido de los griegos "no" y "lugar", las utopías, por definición, no existen. Infinidad de autores de ciencia ficción lo demostraron y aún insisten, porque hace falta, porque las distopías sí existen.
El día de hoy, Venezuela se sumerge en la anomia tras la promesa del futuro perfecto. La comunidad nacional dedicada a la literatura de género, que como todo el sector literario ha sido testigo y víctima de la evaporación de espacios culturales libres, ve comprobadas las peores desazones de la ciencia ficción: un gobierno que conquista lentamente espacios con una neolengua, demanda la total devoción de una ciudadanía sumisa, justificando la traición entre familiares, enunciando que la matriz es perfecta, así estés conectado a un sistema que realmente te mata. Decía Ursula K. Le Guin en Los desposeídos: “El individuo no puede negociar con el Estado. El Estado no reconoce otro sistema monetario que el del poder, y él mismo acuña las monedas”; George Orwell añade en 1984: “La Humanidad es el Partido. Los otros están fuera, son insignificantes”.
Dice el lugar común que 1984 es una advertencia y no un manual de instrucciones, pero la frase es pertinente. Los aquí firmantes, asociados a la ciencia ficción y literatura fantástica venezolana, alzamos nuestra voz promoviendo el arte como resistencia. En poco más de un mes de lucha, tenemos treinta y ocho muertos confirmados (según cifras manejadas por PROVEA. En Venezuela, a los doce días del mes de mayo de dos mil diecisiete), así como centenares de heridos y detenidos de forma violenta e irregular, jóvenes en su mayoría: la promesa de un futuro que ya nunca será. Exhortamos a todos los artistas de las diversas disciplinas a que nos tomemos de las manos y recordemos aquella frase de V de Venganza: “Los ciudadanos no deben temer al gobierno, el gobierno debe temer a los ciudadanos”.
Porque ante la distopía, uno no puede darse el lujo de la indiferencia.
Juan Carlos Aguilar
Milan Banjanin
Rafael Baralt Lovera
Marco Antonio Bastardo Ordaz
Ana Camacho Guerrero
Julio Nicolás Camacho
Yadira Camacho
Carlos Eduardo Demoly Briceño
Víctor Drax
Rafael Eduardo Figueredo Oropeza
Iliana Gómez Berbesí
Jorge Gómez Jiménez
Gabriela González
Javier E. González F.
José Eduardo González Vargas
Romelia Guerrero de Camacho
Miguel Humberto Hurtado
Gonzalo Jiménez Sagarzazu
Kira Kariakin
Gonzalo Lucena
Carlos Francisco Millán Verde
Guillermo Moreno
Joseín Moros
Guido David Nuñez-Mujica
Danny J. Pinto-Guerra
Juan Raffo
Luis Rivas
Alcides Del Valle Rojas Barroso
Carlos Rosi
Soledad Santamarina
Enza Scalici
Alejandro Sosa
Sergio Soto
Susana Sussmann
J. Andrés P. Tovito
William A. Trabacilo
José Urriola
Vladimir Vásquez F.
9 notes
·
View notes
Text
Aidatların Kira ile Yarıştığı İlçeler
Türkiye Veri İşleme Merkezi'nin (TUVİMER) araştırmasına göre, İstanbul genelinde konut için ortalama aylık 160 lira aidat ödenirken, bu rakam Beşiktaş'ta 475, Sarıyer'de 650 liraya yükseliyor. Aylık ortalama konut aidatının en düşük olduğu ilçe ise 30 lira ile Fatih. TUVİMER'in 39 ilçe ve 800'ü aşkın mahalleyi mercek altına aldığı "İstanbul Ortalama Konut Aidatları" başlıklı raporuna göre, apartman daireleri dışında kalan site içi yapılar, site içi müstakil yapılar, özel lüks konutlar ve rezidanslar incelendiğinde şehir genelinde aidat rakamlarında büyük farklılık göze çarpıyor. Konut başına düşen ortalama aylık aidat rakamı İstanbul genelinde 160 TL olurken, bu rakamın en yüksek gerçekleştiği ilçe 650 TL ile Sarıyer. Bu alanda Sarıyer'i 475 TL ile ile Beşiktaş, 400 TL ile Beykoz, 250 TL ile Şişli, 235 TL ile Başakşehir takip ediyor. Sarıyer ve Beykoz'un ilk 5'te olmasında yüksek metrekareli konutların bu ilçelerde fazlaca olması etki ederken, Başakşehir'de ortalamayı yükselten etken binaların genç yaşta olması. Şişli ve Beşiktaş'ta ise hem site içi yapılar hem de lüks siteler ile geniş bir çeşitlilik ilçelerin ortalamasını yükseltmiş durumda. İstanbul'da ortalamanın üzerindeki diğer ilçeler ise sırasıyla 234 lirayla Büyükçekmece, 229 lirayla Ataşehir, 209 lirayla Tuzla, 200 lirayla Eyüp, 194 lirayla Bakırköy ve Çekmeköy, 171 lirayla Üsküdar, 165 lirayla Kadıköy şeklinde. EN DÜŞÜK FATİH VE SULTANGAZİ'DE En düşük ortalama aidatın ödendiği ilçelerin başında aylık 30 lirayla Fatih gelirken, onu 45 lirayla Sultangazi, 52 lirayla Bahçelievler, 60 lira ile Güngören ve 61 lira ile Avcılar takip ediyor. Ortalama aidatın 100 liranın altında olduğu diğer ilçeler ise 69 lirayla Beyoğlu, 73 lirayla Esenler, 79 lirayla Kağıthane, 97 liraya Çatalca, 98 lirayla Bayrampaşa, 99 lirayla Maltepe. İstanbul genelinde ortalamanın altında olan diğer ilçelerde rakamlar Sancaktepe 158 TL, Bağcılar'da 148 TL, Kartal'da 148 TL, Silivri'de 141 TL, Zeytinburnu'nda 140 TL, Ümraniye'de 139 TL, Esenyurt'ta 135 TL, Beylikdüzü'nde 131 TL, Şile'de 131 TL, Sultanbeyli'nde 128 TL, Arnavutköy ve Pendik'te 122 TL, Küçükçekmece'de 121 TL, Adalar'da 114 TL ve Gaziosmanpaşa'da 107 TL. Ortalamanın düşük olduğu ilçelerde konutların yaşının yüksek olması, binalarda asansör bulunmaması, kapıcı, güvenlik ve merkezi ısıtmaya çok sık rastlanılmaması etki ediyor. EN SIK RASTLANILAN AİDAT RAKAMLARI Araştırmaya göre en sık rastlanılan en yüksek aidat rakamları Sarıyer'de 490 lira, Beykoz'da 225 lira, Ataşehir'de ve Başakşehir'de 200 lira, Beşiktaş'ta ise 185 lira şeklinde. En düşük aidat rakamlarının en sık rastlandığı ilçeler ise 20 lira ile Zeytinburnu, Güngören, Fatih, Esenler ve Avcılar. Ortalama değerler genel olarak sık rastlanan değerlerin yukarı yönlü hareketi şeklinde görüntülenme.Bu durum, ilçelerin genel karakteri dışında yeni geliştirilen ama sık rastlanmayan projelerin de hesaplara dahil olmasından kaynaklanıyor. BAZI MAHALLELERDE KİRA FİYATLARINI GEÇİYOR Ortalama aylık aidatın en yüksek olduğu mahalleler ise neredeyse kira fiyatlarına yaklaşan rakamlarla göze çarpıyor. Sarıyer'in Büyükdere, İstinye ve Yeniköy, Beşiktaş'ın Levent ve Ulus, Beykoz'un Riva ve Acarlar, Şişli'nin Harbiye, Büyükçekmece'nin Alkent 2000 mahallelerinde ortalama aylık aidatlar 1000 lirayı geçiyor. Bu rakam İstanbul'un bazı ilçelerinde bin liranın altında ev kiralanabileceği düşünüldüğünde yüksekliğiyle dikkati çekiyor. Bu mahallelerde ortak payda olarak büyük metrekareli konutlar söz konusu. METREKARE BAŞINA ORTALAMA AİDAT RAKAMLARI Metrekare başına ortalama aylık aidat değeri 0,5 lira ile en düşük Fatih, Çatalca, Sultangazi, Bahçelievler ve Avcılar'da. Bu rakam en yüksek Beşiktaş, Sarıyer, Şişli, Ataşehir, Tuzla, Başakşehir ve Beykoz'da metrekare başına 1,5 TL'nin üzerine çıkıyor. Rapor hakkında AA muhabirine açıklamalarda bulunan TUVİMER Strateji ve İş Geliştirme Direktörü Ömer Türkoğlu, yeni projelerin bulunduğu merkezi yerleşim bölgelerinde homojen dağılımlara rastlamanın mümkün olmadığını söyledi. Türkoğlu, şu değerlendirmelerde bulundu: "Aynı ilçede, aynı mahallede hatta aynı sokakta birbiriyle yan yana denebilecek kadar yakın mesafede bulunan biri geleneksel apartman dairesinde ve aylık aidatı için sadece merdiven temizliği ile genel elektrik giderlerini öderken, diğer apartman dairesi aynı tip apartman özelliklerine sahip olmasına rağmen kapıcı masrafı, merkezi ısıtma, ek bakım giderleri gibi pek çok kalemi içinde barından aidat ödemelerini gerçekleştirebiliyor." Read the full article
0 notes
Text
I believe in Rook supremacy 🧎♀️
1 note
·
View note
Text
she's home
1 note
·
View note
Text
she's so important to me
1 note
·
View note
Text
🗡️Kira de Riva🐦⬛ my beloved
1 note
·
View note