#Kata Kata Anak Rantau Lucu
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kata Bijak Anak Rantau yang Penuh Perjuangan dalam Hidup
Kata Bijak Anak Rantau yang Penuh Perjuangan dalam Hidup. Menjadi pribadi yang mandiri adalah dambaan banyak orang. Salah satunya adalah ketika merantau dengan alasan apapun. Hidup sendiri tanpa ada yang menemani baik keluarga ataupun teman dekat. Kata hikmah anak rantau akan menjadi ulasan yang menarik untuk sobat Gingsul.Com yang selalu hadir dihalaman ini. Anak rantau menjadi asik untuk…
View On WordPress
#Anak Rantau Harus Kuat#Curhatan Anak Rantau#Doa Untuk Anak Rantau#Gambar Kata Kata Mutiara Anak Rantau#Kata Kata Anak Rantau Lucu#Kata-Kata Anak Rantau Buat Orang Tua#Kata-Kata Anak Rantau Sedih#Prinsip Anak Ranta
0 notes
Text
Kamu benar-benar mencintai seseorang ketika kamu tidak bisa membencinya meskipun ia telah menyakitimu
#kata kata bijak#kata kata bijak singkat#kata kata bijak cinta#kata kata bijak bahasa inggris#kata kata bijak kehidupan#kata kata bijak islami#kata kata bijak untuk diri sendiri#kata kata bijak lucu#kata kata bijak tentang kehidupan#kata kata bijak ali bin abi thalib#gambar kata kata bijak#kata kata bijak anime#kata kata bijak anak rantau#kata kata bijak albert einstein#kata kata bijak aesthetic#kata kata bijak arab#kata kata bijak alam#kata kata bijak ali bin abi thalib tentang cinta#kata kata bijak anak sekolah#kata kata bijak agama islam#ali bin abi thalib kata kata bijak#kata kata bijak bahasa inggris dan artinya#kata kata bijak untuk anak laki laki
11 notes
·
View notes
Text
Muqoddimah
Mari kita awali action membangun kebiasaan baru ini dengan menceritakan salah dua dari kawan kawan aku yang membuat aku tergerak ingin membangun kebiasaan baru yaitu menulis.
Dimulai dari seorang kawan yang dulu ketika di pesantren kemana mana selalu bawa binder hijau B5 kesayangannya dan pulpen (aku lupa sii spesifik pulpennya kayak apa, tapi yg jelas dia maniak pulpen zebra). Kemana mana hampir selalu dia bawa binder itu dan tiap ada kesempatan pasti dia nulis di binder itu, sering nya ketika halaqoh tahfidz setelah setoran murojaah. Pernah suatu hari aku diizinin dia buat baca tulisan nya dan aku sukak! lucu, seru gimana gitu. ^^
Nah selanjutnya ada temen aku lagi, kalo yang tadi kemana mana bawa binder hijau, temen ku yang satu ini kemana mana bawa meja kecil dan totebag merah. Kalo kalian tanya isi totebag nya apa, isinya buku semuaaa sama ada facemist 😆. Dia juga sama kayak temen ku yang sebelumnya, suka menulis tiap ada kesempatan. Beberapa karya tulisan dia udah terbit di majalah remaja Islam, di mading sekolah dan dia juga aktif nulis di blog.
Nah sampai sini, aku jadi berkesimpulan 'oke, kalo mau rajin nulis kemana mana harus bawa buku'. Akhirnya aku menyediakan satu buah notebook yang bakal aku pake buat nulis, apapun itu bakal aku tulis. Oh iya aku jadi keinget satu pesan dari guru ku,
Tulislah apa yang akan dikerjakan, kerjakanlah apa yang sudah di tulis dan tulislah apa yang sudah dikerjakan.
Waktu denger pesan itu dari guruku, woaah semangat menulis ku semakin berkobar kobar!! Dan langsung saat itu aku putuskan untuk mulai menulis setiap hari. Ternyata eh ternyata belum ada seminggu semangat ku goyah dan mulai loyoo, buku yang tadinya aku siapkan buat menulis malah jadi buat coret coret latihan lettering yang masih selalu gagal. Aku jadi males dan 'sudahlah kayaknya aku emang gak bisa' . Tapi biarpun begitu aku selalu menyediakan satu buku buat menulis. Sampe sekarang aku masih punya 6 notebook 4 diantaranya masih kosong :)
Meskipun hampir menyerah, tapi aku masih berusaha mencari titik terang supaya aku bisa bangkit dan mulai menulis. Aku pun jadi sering memerhatikan kedua kawan aku ini, (hahaha kayak dispatch gitu yaa). Lama aku memerhatikan akhirnya aku menemukan satu kesamaan dari mereka berdua yang aku rasa ada hubungannya sama kebiasaan menulis mereka.
Baca buku, ya mereka berdua sama-sama suka baca buku dan bisa dibilang koleksi buku yang mereka punya juga gak sedikit. Aku jadi berfikir mungkin dari membaca buku aku bisa memperbanyak kosa kata juga bisa menambahkan pengetahuan. Akhirnya tanpa berpikir dua kali aku putuskan untuk mulai membaca buku. Berhubung karena aku gak punya koleksi buku, akhirnya aku beli buku :). Pertama kali beli buku rasanya shock dan berat banget, pasalnya tiap kali beli buku uang jajan rasanya jadi cepet habis, sekali beli minimal 50 ribu 🥲karena aku anak rantau jadi harus hemat dan cermat.
Akhirnya aku mencoba untuk menyisihkan uang saku tiap pengiriman awal bulan dan ternyata belum cukup juga tapi aku gak kehabisan akal, aku pun berjualan. Dari hasil berjualan sebagian aku sisihkan buat beli buku. Dan berhasillah aku beli buku dari jerih payah ku sendiri 😆. Karena itu, hampir setiap 2 bulan sekali aku pasti beli buku baru.
Tapi apakah setelah aku membaca buku aku jadi mulai bangkit untuk menulis? Ternyata masih belum. Terus aku harus kayak gimana lagi?? Ikut workshop udah pernah, webinar ini itu juga pernah. Kurang apalagi sii?
Jawabannya, Aku kurang berlatih dan kurang berkomitmen dengan diri ku sendiri. Alih alih memperbanyak latihan menulis atau sekadar coret coret aku justru hanya fokus pada teori teori tanpa pernah mencoba untuk mempraktekkan nya, Alhasil begitu lah jadinya. Aku juga jadi bertanya tanya sebenernya aku menulis buat apa sih? Apa cuma buat ikut ikutan?
Karena itu, aku mencoba untuk meluruskan niat dan tujuan aku menulis.
Pastinya di awal proses belajar gak bisa langsung mahir, gak bisa ujuk ujuk ciptain buku. Semua butuh proses dan inilah aku sekarang, mencoba menulis dengan membagikan kisah kisah aku ke kalian sambil mengulik hikmah apa aja yang bisa diambil dari kisah ini. Dengan harapan semakin banyak hikmah yang aku sampaikan semakin banyak pula kebaikan yang tersebar. Gak hanya itu, semoga kita bisa menjadi hamba yang senantiasa bersyukur.
Oh iya, kembali lagi sama dua kawan aku. Mungkin mereka gak sadar kalau selama ini mereka aku perhatikan, mereka gak sadar kalau selama ini mereka jadi guru buat aku. Kebiasaan kebiasaan baik yang mereka bangun ternyata gak hanya berdampak untuk diri mereka sendiri tapi juga untuk orang lain, bahkan aku yang awalnya cuma pengen punya kebiasaan menulis eh malah jadi plus plus. Aku jadi punya hobi baca buku sekarang dan gak khawatir uang habis gara gara beli buku 😆. Jadi, apa yang kita tanam itulah yang kita tuai, Kalau yang kita tanam saat ini kebaikan insyaallah kebaikan juga yang akan kita dapat. Aku berharap karya karya ku ini kelak bisa menjadi tabungan amal kebaikan, Aamiin.
Dan aku bersyukur banyak banyak sama Allah karena bisa berteman baik sama kalian yang insyaallah shalih shalihah, Barakallahufikum kawan ku semuaa 🤍🤍
Kedepannya insyaallah setiap pekan di hari kamis aku akan berbagi cerita sama kalian lewat tumblr ku ini, stay tune yaa :)
Saudaramu, Fathimah Azzahra
4 notes
·
View notes
Text
RE:Pengalaman Membersamai Bumil
Ditempat kerja selain kerja saya punya kehidupan lain yaitu ngeliatin dan nemenin temen saya yang LDM sama suaminya karena kami sama-sama anak rantau ditempat kerja, dan dia lagi hamil karena gak mungkin dia ditemenin temen laki-laki jadilah saya temennya yang masih jomblo yang nemenin dia.
asli saya sendiri gak tau harus ngapain, jadi kalo dia gak ngomong dan gak minta tolong saya diem aja kek patung, hahaha, atau sibuk sama urusan saya sendiri, dan ternyata sikap saya ini bagi orang hamil versi temen saya itu nyebelin. Hahaha
Hal-hal yang saya sadari terjadi sama ibu hamil versi temen saya
1. Sensitif, karena ada dua orang dalam dirinya maka kekhawatiran bukan lagi tentang dirinya tapi juga nyangkut bayinya juga, orang yang teledor kek saya udah pasti kena omel atau diberikan tatapan dan raut wajah yang mau jatuh ke tanah. Ini udah pasti, hahaha.
Dan bagi anda laki-laki yang istrinya hamil harap maklum aja, kalo udah gak kuat dijutekin karena kebodohan sikap atau masalah sepele yang dipermasalahkan si bumi, semisal gak sengaja nuangin air di lantai dan udah dilap tapi menurut dia masih basah, mending pergi bentar, perbaiki mood anda. Jangan keikut jelek mood gegara yang didepan anda moodnya super swing.
2. Yang saya sadari orang hamil itu ‘sakit’ iya sakit, sakitnya sakit baik kata orang-orang, dan temen saya ini kadang saya kasian liatnya, muntah, makan cuma bisa dikit, katanya sih memang begitu kalo baru trisimester pertama, alhasil setiap makan yasudah pasti makananya saya yang habisin.
Orang hamil juga gak bisa dipaksa, jangan malah diomelin dan marah-marah suruh dia makan nginget bayinya temenin aja udah mau makan apa iya oke toh juga ujung-ujungnya cuma dicicipin bukan dimakan, trust me si ibu itu juga gak mau kali susah makan, tapi apa mau dikata orang lagi ‘sakit’ ya ada aja yang tidak ideal.
Gegara ngeliat temen saya ini, saya jadi nyadar kenapa Islam begitu memuliakan ibu sampe tiga kali, baru ayah, tapi jadi ayah juga harus hebat, orang hamil itu banyak maunya, udah maunya banyak kadang abis susah-susah kita cariin dinikmatinya cuma dikit. Nah kalo udah gitu jangan emosi, santai aja.
dan Entah mengapa setiap ngeliat temen saya ini makan lahap saya ikut seneng. Hahaha.
3. Susah tidur, temen saya ini susah tidur, jadi setiap saya liat dia sudah tidur gak saya bangunin, dan berusaha untuk gak berisik, karena kalau dia bangun bisa berubah jadi macan. hahaha,
Dan masih banyak hal lain lagi yang menurut saya lucu dan saya jadi bisa mengerti kenapa laki-laki Allah lebihkan dalam persoalan logika dan minim persoalan perasaan, karena emang sikap perempuan gak boleh dinilai dan diambil kesimpulan hanya dari perasaan, kadang kala hanya perlu diliat dari sisi logika, gak boleh dibawa perasaaan nanti sakit hati terus.
Makanya saya menekan banget perasaan saya dalam nemenin dia ini, semua perbuatan dia yang tidak menyenangkan saya pikir dari sudut pandang logika dan saya timbang dengan dalil syariat, bahkan untuk soalan syariat saja saya masih harus berhati-hati ngasih tau dia.
Dan yang paling penting adalah berdoa ke Allah untuk dibantu dalam menghadapi si bumil karena ngandelin kemampuan diri keknya gak bisa, apalagi orang kek saya yang defaultnya nyebelin.
Selain itu Orang hamil memang harus banyak mendekatkan diri sama Allah dan meminta bantuan Allah dengan banyak dzikir, ibadah sunnah ngaji gitu, supaya emosinya tidak melukai orang lain, karena memang gak semua orang peduli dengan keadaan emosi orang yang lagi hamil.
Ini juga keknya hikmah Allah turunkan syariat sebagai pedoman kita dalam bersikap dan menilai sikap orang lain, udahlah selama tidak melanggar syariat terima aja, kalopun marah ya release rasa marah itu dengan cara yang baik dengan tidak menyakiti orang dan membahayakan diri sendiri.
Semoga temen saya itu, bisa melalui kehamilannya yang super susah karena jauh dari suaminya dengan selamat dan baik-baik saja, semoga Allah jaga dia dan bayinya. aamiin
9 notes
·
View notes
Text
Diajak Menangisi Tahun Bersama-sama
PERTAMA kali saya sadar tahun baru bisa dilalui biasa-biasa saja ketika memasuki sekolah menengah pertama. Sebelum itu saya pikir tahun baru sama seperti hari raya. Pada malam tahun baru, kau harus keluar dengan pakaian terbaikmu, mendatangi rumah kawan, membakar jagung, menunjuk hantu, lalu melihat kembang api meletus di langit. Di masa menengah pertama, saya juga pertama kalinya tahu tahun baru bisa haram dirayakan. Karena sederet hal seperti terompet adalah budaya Yahudi, tahun baru ajaran Nasrani, dan menyalakan api pertanda Majusi. Pada masa itu, hal baru yang tidak kau ketahui selalu terdengar mudah untuk diterima.
Saya pernah merayakan tahun baru dengan menonton pertunjukan musik di Losari. Lalu tersesat kemudian terjebak macet tengah malam. Pada perayaan yang lain, saya menyambut 1 Januari dengan mengelilingi Samarinda sambil kehujanan dan kedinginan. Setelah saya pikir lagi, saya tidak menyesal malah ingin mengulanginya kalau ada kesempatan. Tapi sekarang banjir datang lebih lekas dibanding beberapa tahun lalu. Walaupun hari ini mereka sudah menyebutnya sebagai genangan air.
Saya juga pernah menghabiskan tahun baru dengan menonton saluran televisi. Menunggu Jakarta menghitung mundur saat tahun baru telah lewat satu jam di atap rumah saya. Pada waktu yang lain, saya bekerja di malam tahun baru. Bertemu dengan penggemar 2NE1 yang percaya girlband kesukaannya akan kembali naik panggung. 11 bulan setelah profilnya terbit di koran, YG Entertainment mengumumkan 2NE1 bubar. Saya berharap pria itu baik-baik saja dan memilih jalan baru sebagai ARMY.
Total selama lima kali pergantian tahun, saya selalu menulis satu kalimat, ya hanya satu kalimat, untuk mewakili 365 hari. Bukan cara yang bagus untuk merangkum jurnal memang, tapi toh saya tetap melakukannya. Ada tahun saat saya menulis kalimat: Mengalami naik dan turun dengan takaran yang tidak impas. Atau tahun yang mengajarkan: Bukan lagi tentang diri saya, karena cinta pasti akan berkuasa berkali-kali. Kemudian tahun saat saya berpikir: Waktu telah habis untuk orang yang berengsek. Lalu begitu saja, tahun baru menjadi parade yang tidak begitu ingin saya rayakan. Seperti hubungan yang membosankan—mungkin kami sekadar tidak cocok. Tapi, tenang, saya tidak akan menolak jika diajak untuk menangisinya bersama-sama.
MALAM pengujung tahun lalu, saya bersama Khajjar, Amel, Kiky, Syahrif, dan Darul. Sesudah membakar jagung dan memeram ubi di bara, kami berbaring di atas terpal berwarna biru. Tenda yang sore tadi, saya bantu dirikan tipis-tipis ternyata tidak ada yang ingin memakainya. Kami lebih memilih berbaring di bawah pinus yang tinggi, yang siang tadi dikabarkan rawan tumbang oleh si penjaga pantai. Khajjar yang paling senang ketika akhirnya kami sampai di Pantai Tanah Merah Tanjung Harapan. Perjalanan darat yang dimulai dari Samarinda, menjemput Darul di Handil, lalu kembali lagi ke Samboja untuk kamping. Saking senangnya Khajjar, saya sampai harus mengingatkan kalau dia lapar dan sudah mengeluh soal ini dari satu jam yang lalu.
Kami makan dengan nasi bungkus yang ditebak Syahrif dibeli tadi pagi di Jalan Perjuangan, tebakan anak rantau yang tentu saja benar. Setelah mengisi perut kami sepakat untuk tidur sejenak, paling tidak lima belas menit. Saya rupanya ketiduran dan baru bangun setelah mendengar suara Amel cengengesan. Ya ketua rombongan, yahahaha! Dia merekam adegan saya kaget, lalu memasukkan video itu ke Instagram Stories. Sehingga kini orang Instagram tahu, dalam kamping selalu ada orang yang tidak tahu diuntung dan itu adalah saya.
Kami pernah ke pantai ini dua tahun yang lalu. Saat itu Sketsa, lembaga pers mahasiswa tempat kami bernaung, sedang merayakan ulang tahun ke-10. Khajjar sebagai ketua ingin mengadakan trip singkat untuk merayakan momen spesial satu dekade. Selain membuat acara jalan-jalan ke pantai, ada juga seminar nasional dan acara syukuran yang kami gelar di kampus. Hebatnya semua acara bisa terlaksana meski tanpa ada sokongan dana yang jelas. Menyenangkan pada saat itu, tapi saya bilang ke Khajjar, sayalah yang menanggung akibat dari perbuatannya. Karena ketika saya jadi ketua, banyak anggota jadi mendadak malas bikin event! Dan tiap mendengar itu Khajjar cuma tertawa.
Beberapa adegan lain yang juga saya ingat, saat di dalam bis kami bermain komedi situasi yang judulnya “apa yang terjadi jika Amel dan Kiky punya suami seorang aktivis”—dan sampai hari ini kemungkinan itu masih terbuka. Ada juga permainan kelompok yang dipimpin Darul sebagai wasit. Waktu itu kelompok saya kalah dan saya protes seperti Didier Drogba. Sementara buat saya dan Syahrif, pantai ini mengingatkan kami dengan tulisan nakal di tembok kayunya. Dua tahun lalu, saya pernah mengambil gambar Syahrif sedang duduk sambil nyengir, persis di belakang dia ada teks berisi kalimat nakal. Awalnya lucu tapi Syahrif kesal ketika saya memperlihatkan hasilnya. Dia meminta fotonya dihapus. Kemarin saat kami berjalan untuk mengecek tulisan itu lagi, saya mengaku saya belum menghapus foto tersebut, dia sudah biasa saja dan memilih ikut tertawa. Komedi memang butuh waktu.
Malam hari ketika kami kamping adalah pekan terakhir dari tahun 2019. Amel bilang ini waktunya untuk percakapan yang serius. Setiap orang dia wajibkan untuk menceritakan kesan 2019 dan harapan untuk tahun depan. Ide itu awalnya terdengar konyol. Tapi, satu per satu dari kami tetap bercerita. Saya mendengar sambil memejamkan mata. Setiap cerita menampilkan wajah tahun yang tersenyum tapi muram. Begitu pun dengan saya. Malam itu saya hanya sanggup menceritakan sebagian dari apa yang saya rasakan tentang 2019. Hal-hal yang mungkin kawan saya bisa dengar tanpa harus menaruh simpati berlebih atas apa yang saya hadapi.
Bagi saya 2019 manis, tapi keparatnya juga minta ampun. Ini mendorong saya untuk berhenti mengharapkan tahun yang baik karena itu harapan orang dewasa, dan mereka selalu keliru saat menaruh harapan. Memulai, bertahan, berjalan, marah, menangis, mencapai, melepas, pergi, tiba, melawan, dan seperti juga kau, kami berenam mampu melalui 2019. Sebagai penyintas yang memeluk tubuh sendiri. Malam itu tersisa tiga hari lagi sebelum 2020 datang, tapi siapa peduli. Malam itu kami berenam sepakat tahun baru adalah malam ini saat ombak tidak terdengar dan laut sedang surut. Dan untukmu 2020 yang masih lugu dan mungkin bengis, fatum brutum amor fati.
PAGI harinya saya menjuluki orang-orang di kamping lain, yang mencari kerang dari malam sampai tembus pagi sedang praktik kerja romusha. Hal berbeda dilakukan Khajjar pagi ini, sebagai juru masak dia berhasil membuat sarapan yang enak. Menu nasi goreng, kangkung, tempe goreng, dan bumbu kacang. Sudah tidak ada lagi yang mengingat kalau Khajjar memasak makanan ini menggunakan pisau yang kemarin sore dipakainya untuk mengiris jamur di pohon, supaya bisa menyangga ponsel dan kami bisa berfoto berlima tanpa merepotkan orang lain. Hasilnya bikin saya gemas karena fotonya jadi miring. Kiky menertawai saya dan mencoba menenangkan dengan bilang nanti fotonya bisa diedit.
Sesudahnya kami duduk-duduk di batang pohon. Kelompok perempuan mencari hiburan lain sementara saya, Syahrif, dan Darul bercerita tentang dunia sepak bola. Darul sangat mengikuti Liga Inggris, sangat berbeda dengan saya yang cuma peduli Barcelona. Di ponsel White Shoes & The Couples Company sedang menyanyikan Senandung Maaf. Ketika bagian “gelombang nestapa kuharap sirna” saya mengaminkannya dalam hati, sambil menyimak percakapan sepak bola yang terus mengalir.
Matahari semakin naik, ini hari terakhir kamping dan tidak ada pertanda laut akan pasang. Saya mengajak Syahrif untuk main air tapi dia menolak dengan alasan takut kulitnya hitam—tidak papa, itu alasan yang masuk akal—sementara Darul sudah puas karena main air duluan kemarin sore. Saya bersikeras pergi sendiri. Saat itu, jarak ombak mungkin 100 meter dari bibir pantai. Kata Amel yang pergi main air duluan pas sebelum sarapan, air laut cokelat seperti banjir di Samarinda dan dia bingung kenapa masih mau berenang.
Saya berjalan mendekati ombak itu. Tidak banyak orang. Ombak itu hadir dengan riuh paling kecil. Saya merasa lebih kuat, mencoba menendangnya sekali. Kemudian sekali lagi, lagi, dan lagi. Sampai di satu titik saya menendang tiap ombak yang datang sembari mengumpat. Ini untukmu 2019! Terus mengulanginya, terus mengulanginya, terus mengulanginya, sampai apa yang tidak saya ceritakan menjadi pecah dan lenyap.
Tak jauh dari sana, saya melihat sepetak tanah basah dikelilingi laut yang susut. Tidak ada seorang pun di sana, saya berlari lalu membanting badan berkali-kali. Merayakan gravitasi. Menghempas badan ke tanah lunak, kau tahu, seperti jatuh tapi tidak marah sama sekali. Badanmu utuh sedangkan tanah itu meninggalkan bekas. Saya membanting badan terus-menerus, teriak, terus-menerus, tertawa. Hingga amarah satu tahun meluap. Begitu penting karena dengan itu saya merasa 2019 bisa saya maafkan. Karena saya tahu rasanya membenci tahun yang sangat brutal dan saya tidak ingin hal semacam itu terulang lagi. Tidak ada yang bisa kau ubah atas apa yang sudah dilahap waktu.
Saya menghempas tubuh sekali lagi. Sore nanti mungkin laut naik, jejak massa menghilang tapi masa terus terkenang.
3 notes
·
View notes
Text
So here is the first post !
-Amuk-
Mengulang kembali memori masa kecil, dulu sempat terpikir bahwa menjadi anak sulung itu sepertinya tidak mudah, setidaknya begitu yang pernah terlintas dipikiranku. Imajinasi dan isi kepalaku penuh dengan kata 'andai saja' setiap kali melirik teman-temanku yang punya kakak. Memang kadang isi kepalaku suka menggambar berbagai pengandaian.
Lalu si pikiranku tadi itu kepikiran lagi (bingung kan?) , memangnya kenapa kalau aku anak sulung? Harus punya kakak kandung gitu kalau ingin punya rolemodel? Pikiranku tadi menjawab (kepikiran sendiri, dijawab sendiri. Ya aku memang begitu adanya 😅), 'Every good persons all over the world can be your rolemodel, jangan ribet deh'
Namanya bukan Amuk, tapi Jeanny. Dia kupanggil Kakak atau Amuk. Aku bingung, dia Tanteku, adik sepupu Papiku paling kecil. Tapi umurnya cuma beda 13 bulan denganku. Kikuk juga kalau jaman kelas 3 SD aku panggil tante ke anak kelas 4 kan? Kami satu sekolah sejak SD hingga SMP. ia sering juara kelas, sering tampil di sekolah. Puncaknya SMP, segalanya dia lakoni. Ikut speech contest bahasa inggris, pengurus OSIS, ikut Forum Annisa, les bahasa inggris sampai ke Bukittinggi (iya, dulu belum ada LIA di Payakumbuh jaman itu).
Suatu kali aku ingat, aku ditanya Papi, 'Gak pengen kayak Kak Jeanny? Les juga? Jangan kayak Papi bahasa inggrisnya pas-pasan'. Lantang ku jawab, 'Mau', karena memang sejak SD aku udah kayak anak kucing yang nurut dan gak bisa jauh dari emaknya sama si Amuk ini.
Lulus SMP kita berpisah, Amuk lanjut SMA jauh di Bandung. Aku? Ya di Payakumbuh-payakumbuh aja idupku mah. 2 tahun di Bandung, ikut student exchange ke US, lanjut kuliah sarjana ke Malaysia, lanjut lagi Master ke Belanda. Sepanjang 2006-2016 kita terpisah, si Aku yang kayak anak kucing tadi LDR an sama Emak kucingnya. Cuma ketemu tiap lebaran, itupun kalau si Emak kucing itu pulang. Tapi ternyata tetap ada yang melekat, cara dan langkahnya di kepalaku. Aku selalu ingin punya langkah baru, mengembangkan diri, belajar lebih banyak karena si Emak Kucing yang jadi rolemodel ku mencontohkan demikian. Meski rantau ku tak sejauh dia.
Amuk pulang dan menetap di Jakarta saat aku memulai kuliah Magister di Bandung 2016. Akhirnya si anak kucing bisa sering ketemu emak kucingnya lagi. Ternyata, 10 years doesn't change anything at us. Aku bahagia punya teman bercerita lagi. Aku yang cerewet ini bahagia bisa cerita panjang dari A sampai ZZ, dari kuliah sampai sekedar cerita receh sebuah akun medsos yang tak sengaja muncul di explore IG ku dan aku kepikiran.
10 tahun itu aku juga tetap punya teman cerita, Papi salah satunya. Aku tak punya rahasia dengannya. Semua orang tau bagaimana aku dan Papiku adalah 2 sosok yang entah bagaimana sangat sama, persis. Hingga akhirnya Papi dan Aku ditempatkan Allah di alam berbeda. Papi pergi 6 bulan setelah Amuk, si Emak Kucingku, kembali ke Indonesia. Baik sekali Allah dalam hidupku, aku yang cerewet ini tidak Allah biarkan kehilangan teman cerita. Dipulangkannya Emak Kucingku sebelum Papi pergi.
Sekarang segalanya kuceritakan padanya. 1,5 tahun belakangan hidupku udah kembaran sama Roller Coaster nya Dufan. Bukan tanpa alasan, Allah ingin mendewasakanku, itu saja. Aku sekali lagi berbahagia, karena Allah baik padaku. Aku dititipkannya pada Amuk si Emak Kucingku. Baik hatinya, tingkah lakunya, langkahnya, pekerjaannya dan jalan hidupnya setiap hari menyisakan pelajaran untukku.
Terimakasih karena menjadi solusi atas pikiran lucu masa kecilku yang bingung mencontoh siapa karena tak punya Kakak. Amuk, si Emak Kucingku, adalah satu dari sejuta bentuk baiknya Allah padaku. Salah satu alasan untuk aku tetap berucap,
'Fabiayyi alaa irabbikumaa tukadzibaan'
#30haribercerita yang dimulai terlambat.
2 notes
·
View notes
Text
It's my birthday !
Hai, hari ini tepat aku berusia 29 tahun. Feeling grateful, seneng, sedih campur aduk jadi satu karena tahun ini gak bisa rayain hari spesial ini bareng orang-orang yg aku sayang. Yap, aku jadi anak rantau lagi. Bersyukur karena masih diberi kesempatan sama Allah buat nikmatin hidup ini, seneng karena tambah dewasa, sedih karena belum bisa berkumpul sama keluarga. Tahun pertama aku juga sebagai seorang yg single alias jomblo hehe. Entah kenapa di usia sekarang, lebih sering overthingking. Padahal dulu cuek banget, gak pernah mikirin omongan orang, hidup ya hidup aja tinggal jalanin gapake ribet. Sekarang gabisa, jadi lebih sensitif, gampang ke trigger, gampang nangis dan homesick :(
Banyak yang doain biar cepet ketemu jodoh. Biar cepet nikah. Banyak juga yang bilang, "suci nikmatin aja mumpung belum nikah, nikah itu banyak gaenaknya. saya aja nyesel kenapa nikah muda. Kayak belum ngapa2in gitu". Jadi bingung ya pengen nikah, tapi juga masih pengen bebas hehe. Yaaa doanya semoga bertemu jodoh yg juga suka travelling dan sharing kegiatan2 yg kita suka.
Ngomongin soal jodoh, kadang suka bingung sendiri. Udah ketemu cocok, udah jalan tahunan, udah komitmen ini itu, udah sreg banget, eh tapi kalo Allah bilang itu bukan yg terbaik, mau apalagi? Akhirnya lepaslah. Ada teman deket, sering jalan bareng, eh tiba-tiba bilang suka tapi kita beda agama. Lucu ya, mau ngotot sama yg kita mau tapi kata Allah dalam satu ayatnya, "bisa jadi apa yang kita suka itu bukan yang terbaik untuk kita dan justru yang tidak kita sukai bisa jadi yang terbaik untuk kita".
Kata orang hidup itu seperti perjalanan dan bertemu orang-orang dalam perjalanan. Sebagian besar orang yang kita temui hanya lewat begitu saja, hanya sebagian kecil yang terus melangkah bersama menjadi bagian dari proses perjalanan kita. Pada akhirnya semua akan berpisah dan hanya diri dan tujuan sendiri yang dimiliki.
Akhir kata, biarkan mereka yang ingin pergi mencari jalannya sendiri, rangkul mereka yang ingin berjalan bersama. Yang paling penting, sayangi diri sendiri yang gak pernah lelah melangkah. Sekali lagi selamat ulang tahun ya buat diriku sendiri
1 note
·
View note
Text
a letter
Aku ingin menulis banyak hal, hal yang selalu aku pendam, yang sebenarnya ingin aku katakan kepada kalian semua. Semenjak aku sudah menyadari untuk apa aku hadir di muka bumi ini, semenjak aku sudah menyadari bahwa pada akhirnya hanya aku dan diriku sendiri yang menyelesaikan semuanya.
Pertama, Ayah.
Ayah… kenapa kamu sangat takut ketika anak perempuan tak berdosa itu lahir, kenapa di saat usia nya baru menyentuh usia 3 bulan, dan dia menangis tanpa henti, bukannya mencari jalan keluar dan menenangkannya kamu malah menggoyang ayunan itu dengan kencang dan menyumpahi bayi malang itu.
Ayah…. kenapa saat anak perempuan itu tidak sengaja jatuh bukannya menanyakan “apakah kamu baik-baik saja nak?” ayah justru menghardik dan menjambak rambut anak itu.
Ayah….. kenapa saat anak perempuan itu ingin memiliki banyak pengalaman ayah justru mengekangnya, kenapa ayah melarang semua hal yang justru bisa membanggakan ayah, ayah malah mengurung anak itu di rumah.
Ayah…. Kenapa ayah pergi di saat anak perempuan itu harus mengadu nasib di rantau, kenapa ayah menghilang selama 3 tahun dan membiarkan anak perempuan itu kehilangan sosok ayah.
Ayah… kenapa ayah pergi dari rumah dan merubah semuanya, kenapa ayah tidak berpaling dan melihat wajah anak perempuan itu, wajah yang mengatakan bahwa dia masih membutuhkan ayah.
Ayah…. Kenapa ayah sekarang menjadi seorang pecundang yang tidak bisa bertanggung jawab? Kenapa ayah tidak lagi menjadi sosok yang dihormati, kenapa ayah membuat mas marah dan merasa malu.
Ayah…. Kenapa hanya mas yang ayah banggakan, kenapa hanya mas yang ayah sampaikan, kenapa anak perempuan itu harus berusaha mati-matian agar bisa mendapat afirmasi dari ayah.
Ayah…. Kenapa ayah tidak pernah beripikir bahwa anak perempuan itu butuh fasilitas? Kenapa ayah tidak pernah mencukupinya bahkan hingga ayah pergi.
Ayah… masih banyak yang ingin anak perempuan itu sampaikan tapi air mata terus mengalir jika dilanjutkan.
Kedua, Ibu
Ibu…. Tidak banyak kata selain terimakasih, terimakasih untuk semua didikan dan kontribusi yang ibu berikan selama masa-masa remaja anak perempuan itu, ia begitu disegani, dihormati, dipandang berkat ibu.
Ibu…. Ini susah, kita sama-sama jahat karena saling menutupi, tapi mungkin itu yang terbaik
Ibu…. Kamu banyak menuntut, itu baik, tapi anak perempuan itu sebenarnya sudah di titik terendahnya, ibu tidak paham, karena memang ibu tidak perlu paham, ibu sudah cukup menderita
Ibu…. Semua laki-laki itu memang bangsat, tapi tidak semuanya ibu
Ibu….. anak perempuan itu selalu menjadi kebanggaan ibu, dia tahu dan sangat tahu, tapi ibu….. ada dimana anak perempuan itu tidak selamanya bisa memenuhi ekspetasi ibu.
Ibu…. Semua yang hanya ingin anak perempuan itu ucapkan adalah terimakasih, terimakasih untuk segalanya ibu.
Ketiga, Mas
Mas…. Terimakasih sudah menjadi teman bermain sejak kecil, teman bercerita, teman sharing, terimakasih telah menjadi sosok kakak laki-laki yang hebat.
Mas…. Ya kita sama-sama susah, dengan perpisahan orang tua kita, kita sudah sangat menderita.
Mas…. Adik kecil mu sudah besar, dia sudah tahu mana baik dan buruk, biarkan dia menetukan sendiri jalan hidupnya, kau cukup mengarahkan, apapun yang dia pilih jangan kau cerca.
Mas…. Adik kecil mu sangat susah, hanya saja dia tidak mau memperlihatkan itu
Mas… adik kecil mu menerima semua candaan itu, tapi setelah Kembali ke kos, dia bisa menangis sedih
Mas… adik kecil mu masih butuh bahu untuk bersandar, tapi bahu siapa?
Terakhir. Ayah, Mama, Mas
Kita pernah melewati masa yang sangat bahagia, naik motor ber empat, lucu harus aku yang duduk di tengah, lucu Ketika mas ketiduran dan mama mebangunkannya dengan air liur (kekekekekek), sedih, susah, senang kita tetap bersama disebuah kapal kecil dengan ayah sebagai nahkoda nya. Tapi tiba-tiba badai besar melanda, kita kehilangan nahkoda, setir itu diserahkan ke Mas, tapi…. Mas memilih untuk pindah sekoci dan berlayar bersama anggota baru. Hanya tersisa Mama dan Aku, siapa yang memegang Nahkoda nya sekarang? Tidak ada, kami berlabuh dan beristirahat.
Ayah, Mama, Mas
Sulit sekali…. Sangat sulit, aku sangat susah disini, hingga detik ini yang hanya dipikiran ku adalah “ku akhiri saja hidup ini”, tapi aku tidak mau Mama sendiri yang memegang kendali nahkoda, Mama terlalu lemah. Tapi… aku juga tidak sedang baik-baik saja.
Ayah, Mama, Mas
Susah sekali, sangat susah, semua terasa gelap dan sendiri, tidur dengan perasaan was-was bangun dengan perasaan kosong. Aku ingin melakukan banyak hal, aku ingin menulis tapi aku tidak ada laptop, aku ingin membuat content tapi Hp ku sangat menyedihkan, aku ingin belajar fotografi tapi kamera sudah ku jual untuk bertahan hidup. Aku harus bagaimana? Aku bahkan tersesat dipikiranku sendiri untuk mencari jalan keluar.
Ayah, Mama, Mas
Aku benci kalian, kenapa aku sekarang sendiri, kenapa kalian biarkan aku sendiri memikul ini sendiri dan harus bersandar pada orang lain, aku tidak suka, aku ingin tempat pulangku ke kalian, aku ingin berdiri diatas kaki sendiri , tapi Ayah, Mama, Mas aku sudah tidak mampu, mental ku hancur lebur bahkan aku tidak tau bagaimana harus menyembuhkannya.
Ayah, Mama, Mas
Aku tidak tau untuk apa menulis surat ini dan kalian pun tidak akan membaca nya, tapi aku benar-benar ingin pergi, aku sudah di titik salah satu yang bisa ku lakukan adalah menghilang, sebelum itu terjadi, aku harap surat ini bisa menjadi ocehan terakhir dari anak bungsu ini.
Suicidal attemped yang sudah berkali-kali ku rasakan, tidak mungkin aku bisa menahan ini lebih lama lagi.
0 notes
Text
Teman Perjalanan
Si teteh baik dan teman sebangku yang unik
Sebagai anak rantau, bersahabat dengan pulang pergi adalah sebuah keharusan. Sebuah kebiasaan dan rutinitas yang malas ketika dibayangkan tetapi menyenangkan ketika dilakukan. Nikmatnya lalu lalang di terminal, mencari bus kota dengan barang bawaan yang banyak, bahkan disapa orang-orang baik yang menawarkan jasa antar kendaraan. Dari semua perjalanan yang telah terlewati kurang lebih 3 tahun ini, aku menemukan banyak kesan dan kenangan, dan tentunya pelajaran. Di perjalanan, entah itu bersama teman atau sendirian, aku selalu menemukan sosok "teman perjalanan" baru. Dari mereka aku dibagi kisah, dari mereka aku belajar banyak hal.
Aku bagi cerita ini, beberapa potongan ingatan yang masih membekas.
Pernah suatu hari aku pulang sendiri saat Bulan Ramadhan. Cerita baru dimulai, di tempat penantian aku bertemu dengan teteh cantik yang MasyaAllah baik sekali. Pertama kali aku kira hanya lebih tua 2 tahun dari aku, ternyata lebih tua 4 tahun kalau tidak salah. Si teteh baik ini adalah seseorang yang Allah undang duduk di sebelah bangku ruang tunggu untuk menemani perjalanan 12 jam dari Bandung ke Lampung. Cukup ingat, aku yang pertama kali bertanya karena dia tampak panik. Panik karena belum tes swab covid-19, karena qadarullah hari keberangkatanku adalah hari pertama dikeluarkannya kebijakan harus menggunakan hasil swab tes negatif agar bisa menyebrang pulau. Hey? aku pun ikut panik melihat si teteh panik, karena aku juga belum tes swab tentu saja:). Kata pertama yang aku keluarkan adalah, "teh maaf, aku jadi ikut panik karena belum swab. Jadi nasib kita gimana ya?" Plis apaansih Desi, menanyakan nasib diri sendiri ke orang yang baru dikenal rasa anehnya baru terasa sekarang. Tapi si teteh baik menjawab dengan ramah, "oiya aneh banget ya ini, panik banget pas mau berangkat ada kebijakan kaya gt. Ga dapet kabar juga dari pihak DAMRI. Tapi tadi aku udah nanya udah sempet moto kebijakan tu yang di tempel di dinding, kata petugasnya cukup tunjukin itu aja buat membantah kalo dimintai tes swab." Panjang lebar sekali jawabannya, dan aku suka.
Itu adalah percakapan pertama kami hingga berlanjut ke percakapan sepanjang perjalanan. Percakapan mulai dari kuliah, pekerjaan, pengalaman, berangkat kehujanan, sampai adik lelaki yang katanya seusia denganku. Qadarullahnya lagi, si teteh baik ternyata membeli tiket dengan nomor duduk tepat di belakang bangku-ku.
Dan sebuah funfact, aku adalah salah satu manusia yang sering nyasar di muka bumi ini. Hmm bagiku, turun dari bus di dak kapal lalu naik ke badan kapal lalu turun mencari bus di tempat awal adalah kegiatan yang menyeramkan dan melelahkan. Tentu saja karena aku lupa dimana si bus itu ada! Foto-foto nomor bus di gawai sampai sekarang masih disimpan oleh pelupa satu ini. Karena itu, bertemu orang baru adalah hal yang menyenangkan karena aku bisa berbicara, "nanti di kapalnya bareng ya. Takut nyasar" haha konyol.
Cerita berlanjut, sebelum naik bus kita berbuka puasa dan solat maghrib bersama di ruang tunggu. Lalu naik bus keberangkatan pukul 19.00 dan menikmati perjalanan masing-masing karena cukup sulit berbicara dengan orang yang duduk di belakang kita bukan? Di bus, aku bertemu orang baru lagi. Yang duduk di sampingku tentu saja. Si teteh ini lebih panik lagi dari si teteh baik, agak menggemaskan aku kira dia salah naik bus karena turun di Tanjung Karang. Tapi ternyata memang bus ini singgah dulu di Tanjung Karang. Dia juga meracau tentang banyak hal. Ternyata si teteh sebangku ini sedang menyelesaikan penelitiannya di Bandung untuk skripsi setelah tertunda karena covid-19. MasyaAllah sekali perjuangannya, meski harus ada jeda tapi dia tetap yakin untuk menempuh dan berjuang sampai akhir. Kita terus bercerita hingga berbagi makanan dan tertidur sepanjang jalan. Waw! untuk pertama kalinya, aku tidur senyenyak itu di perjalanan. Entah karena seharian puasa, atau entah perasaan aman datang. Tapi sungguh hari itu rasanya sangat melelahkan.
Setelah menempuh enam jam perjalanan dari Kota Bandung, kami tiba di Pelabuhan Merak. Saatnya penyebrangan! Kami bertiga turun dari bus dan naik kapal bersama. Kabar baik datang tentang tes swab yang menjadi alasan kami bertiga saling berbicara. Yap, tidak perlu ada tes swab karena masih kebijakan baru!!! Kami bersorak hore dalam hati, setidaknya aku yakin mereka juga bersorak sepertiku bukan? Di badan kapal tepatnya di lantai atas kapal, kami duduk melingkar makan mie instan lalu menertawakan beberapa hal termasuk perihal tes swab tadi. Sebelum akhirnya, kami bertiga tidur lagi karena kelelahan. Ketika nyaris tertidur, aku melihat seorang ibu bersama dua anaknya, paras dua anak itu persis sekali. Ya, aku pikir mereka memang kembar. Alhamdulillah, Allah hadirkan senyum ketika aku melihat tingkah lucu mereka berdua. Bergelayutan di depan jendela kapal, dengan ibunya yang setiap detik memperingatkan, "hati-hati ya". Manis sekali.
Setelah perjalanan dua jam, kami turun dari kapal dan menaiki bus yang masih sama, dengan perjalanan 4 jam lagi kira-kira. Sempat sahur dengan sebungkus roti di bus, lalu singgah ke masjid sebentar untuk solat subuh. Hingga akhirnya perpisahan pertama datang. Aku berpisah dengan teteh sebelah bangkuku. Ya, si teteh yang turun di Tanjung Karang. Tanjung Karang rasanya masih menyenangkan dengan memori lama yang tiba-tiba datang. Memori anak-anak SMA yang pergi jauh dari rumah ke Tanjung Karang untuk tes simulasi kala itu. Memori anak-anak SMA yang ke Tanjung Karang untuk lomba olimpiade kala itu. Menyenangkan sekali ketika tiba di tempat yang ada cerita kita di dalamnya.
Tujuanku adalah Way Jepara, kampung halaman. Aku turun di Metro, si teteh baik juga turun disana. Aku masih harus menunggu bus selanjutnya karena kakak tidak bisa menjemput di pemberhentian terakhir. Dan si teteh baik dengan kebaikannya menawarkan diri untuk menunggu. "Aku temenin ya sampe busnya dateng. Mamah aku juga belum nyampe di tempat janjian jadi aku disini dulu aja." Setelah setengah jam, tempat kami menunggu adalah tempat kami berpisah juga. Ingat sekali kata-kata perpisahan akhir yang kami ucapkan. "Teh, makasih banyak ya udah nemenin ngobrol dan banyak bantuin aku di perjalanan. Sehat selalu sekeluarga." Dan yang diucapkan si teteh baik untuk akhir kala itu adalah , "iya, kamu hati-hati makasih juga ya kamu seru dan baik banget, semoga nanti pas kita ke Bandung bisa satu bus lagi, ya." Selesai. Dari sana cerita ini selesai. Pertemuan selanjutnya belum Allah hadirkan, perjalanan ke Bandung setelahnya belum Allah temukan lagi dengan si teteh baik. Tapi Allah pertemukan lagi dengan orang baik lainnya. Aku ceritakan nanti, sekarang cucian baju berisik sekali ingin dihabisi. Oiya, satu hal unik yang selalu ada bersama teman perjalanan adalah tanpa nama.
Tanpa saling mengetahui nama masing-masing, kita punya cerita yang sama untuk diceritakan ke orang lain, seperti yang sedang aku lakukan lewat tulisan ini. Tanpa nama, tapi banyak cerita. Dari mereka aku belajar menjadi sosok yang lebih mandiri lagi, yang pantang menyerah lagi, dan yang tidak banyak mengeluh lagi. Mereka adalah perantara kebaikan yang Allah hadirkan di perjalanan Bandung-Lampung pada Bulan Ramadhan. Dan hikmahnya adalah, kata-kata "setiap pertemuan selalu ada perpisahan" bukan sebuah omong kosong belaka. Kadang Allah hadirkan orang baru bukan untuk menetap, tetapi sebatas pelajaran tentang makna-makna ketika kita hidup bersama manusia.
Sampai jumpa di cerita lain "teman perjalanan" !
1 note
·
View note
Text
Third
Mengakhiri aktivitas kantor di sore hari ini, saya menyelesaikan tantangan ketiga yaitu tema “A Memory” untuk dituangkan dalam tulisan ini.
Salah satu yang terbelesit di ingatan saya kini adalah kehidupan saya ketika SD. Saya bersekolah di salah satu SD negeri yang terkenal sangat baik di kota kelahiran saya, namun saya merupakan siswa pindahan setelah sebelumnya merasakan 2 tahun bersekolah di kota perantauan tempat Papa saya bekerja. Atmosfir yang berbeda saya rasakan dari awal bersekolah di kota kelahiran ini dibanding saat bersekolah di rantau. Dari segi bahasa terkadang berbeda sedikit sedikit. Jika di rantau kami menyebut tempat pensil adalah TEPAK, di kota kelahiran saya disebut DUSGRIP. Belum lagi sebutan GEMBES untuk botol minum. Saya selalu tertawa saat ada yang mengucapkan kata tersebut.
Tapi dari hal-hal lucu tersebut yang mengundang kebahagiaan, itu hanya secuil dibandingkan depresinya saat saya bersekolah disana. Ya, saya sangat depresi saat itu.
Saat kelas 4 SD, saya masuk kelas khusus yang isinya hanya 30 anak terpilih yang memang nilainya di atas rata-rata. Namun seiring berjalan waktu, hanya tersisa 26 anak sebab 4 anak mengundurkan diri karena tidak kuat mengikuti pelajaran yang padat dan pulang hingga jam 4 sore setiap harinya. Saat itu di kelas hanya terdapat 8 siswa, sisanya adalah siswi.
Delapan siswa. Saya berharap kita dapat kompak, saling membantu, dan melakukan banyak aktivitas bersama. Namun nyatanya tidak. Bully membully sering dilakukan. Memang tidak dengan kekerasan, namun secara verbal dan sikap. Apabila saya tidak mengikuti perintah atau kemauan salah seorang siswa yang merupakan pentolannya, saya akan dijauhi oleh yang lainnya. Tidak ada yang boleh duduk semeja dengan saya, apalagi mengajak saya mengobrol. Sebagai seorang ekstrovert, diam dan didiamkan seharian penuh merupakan suatu siksaan. Akibatnya, saya sering membolos sekolah saat sedang ada konflik. Saya tidak sanggup dari jam 7 pagi hingga 4 sore dikecam, didiamkan, dan diperlakukan seperti angin lalu saja.
Terlintas sebuah cerita dulu...
Jaman saya kelas 5 SD, HP tercanggih saat itu, dan tentu saja termahal, adalah Nokia 6600. Ketika itu, teman saya sudah ada yang membawa Nokia 3650 yang kala itu mungkin hanya sejengkal dibawah 6600. Selain itu beberapa teman juga ada yang membawa seperti Ericsson, Sony, Phillip, dan lain-lain. Terjadilah kemudian obrolan di jembatan penghubung antara dua gedung SD.
“Sangumu sedino piro?”
“Aku 5000.”
“Aku 4000“
“Aku 10.000“
“Wah, do akeh ya. Aku 4000.“
Dalam hatiku, “Aku 3000.″
“Eh tapi kan aku gowo HP, iki hargane 3juta. Dadi sanguku 3juta 7ribu.“
“Ohiyo ono HP, berarti aku 2 juta lima ratus lima ribu.“
“Nek koe piro, Ga?”
Saya hanya bisa terdiam, karena satu-satunya yang tidak memiliki HP. Betapa tersiksanya saat itu.
Karena sebagai satu-satunya yang tidak memiliki HP, mereka perlahan mulai menjauhi, mengatakan bahwa saya tidak cocok untukmasuk ke kumpulan mereka. Sakit hati, dan terbawa hingga kini memorinya.
Apalah Papa Mama saya dibanding mereka.
Untuk makan sehari saja kadang bingung dan harus berhutang ke warung.
Untuk SPP masih sering dibantu keluarga dekat.
Salah satu memori yang traumanya masih saya rasakan hingga kini. Iri dan dengki terhadap mereka yang berpunya, dan sakit hati.
#30dayswritting #dayThree #30hariMenulis
0 notes
Photo
Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi anak rantau selain didatangi orangtuanya. In frame : Ketika menemani Ibu and friends kondangan ke UII. *** "Rin, Minggu depan ibu ke Jogja." "Yeey, ngapoi Buk? Begawe? Berapo hari?" "Idak.. nak kondangan bae." "....... wow haha, oke" *garuk-garuk kepala* ** Aneh dengernya ibu ke luar kota cuma buat kondangan, lucu juga wkwk karena biasanya ibu emang keluar kota karena urusan kerja, rasanya hampir semua kota di Indonesia sudah ibu kunjungi kecuali Pulau Papua hehe. Ga mau kata beliau, jauh. Sekalinya keluar kota bukan tugas kerja, para ibu-ibu modern itu mengubek-ubek oleh-oleh di Malioboro. Weekend yang bermakna, latihan membagi birrul walidain dengan tetep berusaha ta'dhim ke guru memperhatikan izin kelas asrama hehe. _Arina Fahma_
1 note
·
View note
Text
"Kebahagiaan karena cinta hanya berlangsung sekejap saja, namun kekecewaan karena cinta berlangsung selamanya."
#kata kata bijak#kata kata bijak singkat#kata kata bijak cinta#kata kata bijak bahasa inggris#kata kata bijak kehidupan#kata kata bijak islami#kata kata bijak untuk diri sendiri#kata kata bijak lucu#kata kata bijak tentang kehidupan#kata kata bijak ali bin abi thalib#gambar kata kata bijak#kata kata bijak anime#kata kata bijak anak rantau#kata kata bijak albert einstein#kata kata bijak aesthetic#kata kata bijak arab#kata kata bijak alam#kata kata bijak ali bin abi thalib tentang cinta#kata kata bijak anak sekolah#kata kata bijak agama islam#ali bin abi thalib kata kata bijak#kata kata bijak bahasa inggris dan artinya#kata kata bijak untuk anak laki laki
1 note
·
View note
Text
Aku Lunasi Cerita ini
Blora, 2015. Aku membawa kabar gembira. Pulang dengan keterima di fakultas kedokteran gigi, ingin ku beritahu keluarga, aku diterima, aku kuliah akhirnya. Tapi sayangnya orangtua tidak menyukainya, hingga aku masih mencoba mencoba hingga diterima di kedokteran umum, well karena ndak suka dengan paksaan, mau disuruh ujian bagaimanapun akan gak bisa lolos. Akhirnyaa well disini aku 2015 menjadi mahasiswa kedokteran gigi. Aku disini punya teman baru, asik, baik, melati erisna, hingga kami sepakat satu kos yang ukurannya besar untuk hunian kita. Hal yang selalu janggal dan tidak suka ketika aku pulang kerumah, masih semester awal suka pulang kerumah karena jadwal ndak terlalu padat, papa selalu membahas FK FK dan FK, membandingkan teman-temannya FK, seakan FKG itu jelek- okee fix aku jenuh capek dibandingkan, stop cerita itu lagi bukan itu yang akan ku ceritakan disini. Di setiap aku pulang, disetiap cerita orangtuaku, selalu ada bayangan tentangmu, anak pak Rudi "siapa kamu? " setiap kali pulang nama "anak pak rudi" tersebut, papa selalu bilang "iku lo mbak anak e pak rudi yang dulu di jenguk jarene ning fkg ums, wes ketemu durung" like that tiap pembahasan itu yang diomongkan. Well throwback ya, sebelumnya, aku pernah diajak keluarga jenguk pak rudi yang sakit waktu itu, aku bertamu disana, aku penasaran, motor putih masuk ke rumah, iya masuk ke rumah haha. Lalu mama tanya ke istri pak rudi "gadah putra niki mbak? " dan istri pak rudi jawab " nggih sampun kuliah ting ums". Ohh terjawab penasaranku anaknya baru balik rantau pantes motornya sampai harus masuk ke ruang tamu gitu hahaha.
Di semester 2, aku cuti ambil bimbel di semarang mengikuti keinginan papa, anaknya masuk fk. Right ku ikutin dong, gak maulah kualat ya qaaan. Sampai akhirnyaa aku keterima di fkg undip, singkat cerita (males tauk cerita ini mulu) aku kembali di fkg ums dan menjabat sebagai wakil gubenur bem 16/17 saat itu, saat itu aku berfikir, akan lebih mudah mencari anak pak rudi yang slelau menjadi bayang bayangku. Lucu, aku kebayang dan penasaran, aku ingin tau cukup namanya.
Surakarta, 2016 akhir. Semakin banyak organisasi yang ku ikuti semakin aku akan ndak memikirkan perasaanku, suka dengan orang, baper sama orang, sibuk sana sini, rapat sana sini, tapi sejujurnya aku masih penasaran anak pak rudi, "siapa?". Temanku yang dulu ada melati dan erisna sekarang aku temenan yang deket banget sama ega, jopa, yuli, diyan dan salis. Setiap pergi kemana mana bersama mereka. Apapun itu, lebih sering ke kontrakan jopa, karena lebih bebas juga, jopa juga banyak membantu di skill kg, bantu banyak hal maka dari itu kita lebih sering kesana..
Surakarta, 2017.
Aku masih ingat, di koka, rapat psmkgi, mas haris senyum senyum, aku curiga. Ku lihatin aja. Trus aku tanya "kenapa mas?" akhirnyaa diaa jawab "eh cak ternyata kamu ki satu kota sama adil to" "adil? Adil siapa mas" "adil 2012, bapak e kancane bapakmu jare, bapakmu kepala puskesmas kan?" "ohhhh pak rudi!!" . Demi neptunusnya spongebob aku find you! Oalah namanya adil 2012. Adil. Adil. Adil inget inget caak. Aku udah tau namanyaa, haha aku udah tau namanyaa, trus (?) udah tau namanya aja (?) orangnya gak pengen tau (?) hmmn yaa penasaran itu datang lagi, aku ingin tau orangnya seperti apa sekarang.
Aku tanya sini situ mana yang namanya adil, yang seperti apa, gimana orangnya, biasanya dimana orangnya, nihil. Aku gak tau. Bener bener gak tau. Adil. Adil. Segila ini aku nyebut namanya di dalam otakku yang lagi panas karena organisasi. Penasaran.
Sore hari waktu itu aku ke tempat jopa, kita ada kerjaan yang harus kita kerjakan, waktu itu ada orang asing di kontrakan, dia naik ke lt 2 lari, langkahnya lebar lebar, tipekal anak kontrakan sih, waktu adzan berkumandang dia juga ikut rombongan untuk sholat jamaah di masjid, tapi dia asing, bukan penghuni kontrakan yang lain. Dulu penghuni kontrakan ada jopa mas tri mas henggar mas hilmi mas indra. Yes aku hapal karena sering sangat sering kesana, bukan karena modus tapi karena ada perlu. Lalu ada tambahan orang asing diantara mereka. Pertanyaanku siapa (?) sampai di jawab jopa "anak 2012. Mas readilkha. Panggilannya adil" . Seketika hati dan otakku menertawakanku hahaha kamu nyari orang yang deket denganmu sekarang caak 😂 memalukaan. Trus aku tanya lagi, mengulik, aku ingin tau lebih dia, aku penasaran "lah kenapa jo kan udah gak ada kamar disini" trus jopa jawab "iyaa dia di depan kamarnya mas tri, pindah gegara gak bisa bangun subuh" . Hahaha sebegitunya? Siapa diaa, ya Allah p.e.n.a.s.a.r.a.n.
Sekarang visi misiku ke kontrakan bukan karena aku ada perlu, tapi karena ada mau. Aku ingin bertemu dengannya. Serius. Sepengen inikah aku kenal sama orang seperti dia?
Jopa mas indra dan geng kontrakan keluar di koka habis itu bikin up ig, ngetag orang orang didalamnya, salah satunya mas adil. Haha aku follow deh mas adil dari sana kan gak keliatan. Ku scroll deh dia update apa aja selama ini, ngapain aja selama ini. Hehehe
Ketika itu aku berfikir, kalau aku diam aku gak akan dapat apa apa, kalau aku agresif, aku bukan agresif menampakkan diri "ini lo aku suka" waktu itu terlalu menjijikaan, aku konsul sama temen, ustad dan orangtua orangtua di solo, akhirnya mereka bilang, "udah doain aja, tiap lihat dia doain, pokoknga doain aja, tapi harus rela juga kalau ternyata bukan kamu yang dia mau nantinya, bukan kamu jodohnya" ini berat menurutku. Doain orang dan harus ikhlasin dia bersama yang lain suatu saat nanti. Berat ya Allah... Dan aku memutuskan, iya, aku lakuin itu aku doain kebaikan dia dalam segala hal, aku doain dia dalam segala kelancarannya, aku doain dia dalam lindungan Allah, tapi tak pernah aku doain dia untuk dekat denganku, karena aku takut aku akan berharap atas doa doaku..😥
Waktu itu banyak minyak dan wajan besar di kontrakan, aku tanya, buat apa barang kek gituan di kontrakan, trus mereka bilang mas adil bikin tahu walik. Mas adil? Buka usaha? Ngapain? Kurang uang? Gak ada uang? Pertanyaanku dalam hati, tapi nyatanya si jopa bisa baca "buat modal nikah hahaha" di akhiri dengan tawa jopa. Wah mau nikah yaa, ohh begitu. Yaa sudah baiklaah, tapi ternyata jopa memberikan klarifikasinya kembali "lagi nyoba usaha cak, mantap lo" ohhh syukurlaah..
Tiap pagi aku ke kantin mas hari, lihat tahu waliknya, aku foto ke group, buat temen temen pada beli, aku sendiri beli tiap hari hahaha rasanya kek bego beli tahu walik tiap hari banyak lagi hahaha dan you know, groupku bukan cuma 1 tapi ada banyak, group organisasi, group angkatan, group adek tingkat, group koas wkwka demi apaa ini aku. Aku dengar kabar waktu itu dia buka warung malam hari di tempat ketopak kalau pagi. Haha iseng iseng lah tiap malam aku keluar lewat cuma sekedar lewat. Dihh lucunyaa aku wkwkw gitu aja rasanya udah deg deg an haha aku masih hidup, aku masih deg deg, aku kira aku mati rasa. Haha
Waktu pulang ke rumah, aku selalu cerita tentang dia sama ornagtuaku, mama selalu muji dia karena mau kerja disaat masih kuliah, mau nyoba hal baru, ku ceritain juga dia pindah kontrakan cuma buat bisa sholat jamaah di masjid, kata mama waktu itu dia lelaki idaman. Rasanya hatiku menghangat, senyumku terhiasi membuat pipiku mengembung bahagia. Makasih yaa, cuma namamu aja udah bikin bahagia sederhana :)
Surakarta, 2018.
Aku dekat dengan temen tk ku, namanya tegar. Dia mengutarakan keseriusannya, orangtua kita sudah saling kenal, ibunya sudah menyatakan keseriusannya ke orangtuaku, tapi pertanyaan dari diriku adalah, apakah aku menyerah nunggu mas adil dan digantikan oleh tegar? Apakah aku bisa mengubah nama disetiap doa doaku jadi namanya tegar? Aku minta waktu tegar 1 tahun untuk berfikir, memikirkan, apakah aku sudah rela menyudahi penantianku ini..
Aku mencoba berinteraksi dengan tegar, mencoba memberikan kabar, tapi nama tegar tidak bisa membuat hangat hatiku, tidak bisa membuat aku tersenyum malu ketkka dengar namanya. Aku gila dengan satu nama itu ya Allah, tapi gilaku lagi aku cuma bisa memeluknya dalam doa, aku hanya bisa melihatnya dan pergi karena malu. Aku cuma bisa melihatnya dari lt 2 waktu dia berlarian di koas, aku cuma bisa lihat di phantom saat dia bicara sama ega, aku cuma bisa lihat dia dari jauh. Kapan aku bisa bicara dekat dengannya, kapan aku bisa tidak malu saat berdekatan dengannya, kapan aku bisa bercerita panjang dengannya, dan kapan aku akan mengakui perasaanku ini kepadanya..
Akhir bulan 2018, aku mendengar banyak gosip, ya biasa koas banyak gosip, well aku dengar aja, ada yang nglamar orang, ada yang di tolak ada yang di terima, ada yang htm an ada yang bertemanan, banyak lah gosipnya..
2019, kereta. Mas haris waktu itu bercerita, banyak salah satunya tentang mas adil. Mas adil, mas adil habis melamar orang. Wow boleh gak nangis di kereta? Boleh gak pergi terjun dari kereta aja? Sesak ya Allah. Aku pergi ke kamar mandi kereta, lah buat apa pergi ke kereta, aku diam disana. Lihat luar di sela gerbong safu dengan gerbong satunya lagi. Aku diam, aku butuh udara saat itu. Ya Allah sesesak inikah, ikhlas ikhlas. Setelah balik dari dari kamar mandi, ternyata ceritanya sudha beralih. Well udah cukup, kita cukupin penantian ini kita sudahin semuanya..
Pulang itu aku ingin menerima tegar dan memulai hal baru, tapi banyak hal mengenai mula dan ternyata tegar dekat dnegan temanku juga dan aku bukan pengganggu dan bukan lelaki seperti ini yang aku mau, bermain dengan wanita lain . Keputusanku, menghilang dari mula, putuskan tegar, dan masih tetap mendoakan yang terbaik untuk mas adil batal lamaran. Jahat banget aku.
Setelah itu aku kumpul lagi sama anak koas, ada gosip baru lagi, mas adil, mas adil lagi. Ternyata lamaran yang diceritakan itu udah gagal 😂 senengnya hatiku turun panas demamku (sambil nyanyi) wkwk woooww bataalllllll bukan batal, gak jadiii hahaha gak jadiiii dongg gak hahahaha
Alhamdulillah, ya Allah aku doanya sekarang mau ku ubah, dekatkanlah dekatkahlah, pertemukan kita.
Anak sumpah kumpul pasti pada mempojokkan kita, dijodoh jodohkan, malu, malu seriusan malu. Merah padam, yaa taulah kalau malu itu tandanya apa. Apa kali dia gak ngerti yaa. Yaa pokoknyaa maluu malu bangett diginiin. Tapi akhirnyaa ketika orang menjodoh jodohkan aku dan dia, aku mengaamiinin biar mereka senang dan aku juga senang sebenernya hahaha tiap saat ketemu anak sumpah seperti itu tapi nyatanya, chatku aja yang pura pura ngechat aja dibales singkat padat kek gitu.nyerah jangan ya? Jangan lah belom akhir..
0 notes
Text
Ngapak, Medhog, Meduran, dan Berbagai Lintas Aksen di Sebuah Kota Rantau
Bahasa n Ling sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (kbbi) Mungkin kita nggak pernah asing sama bahasa. Kita ngomong pake bahasa. Menurut KBBI bahasa adalah salah satu sistem yang digunakn untuk anggota masyarakat dalam mengidentifikasikan diri. Kasarnya sih, ngasih tahu bahwa kita bisa ngerti dia darimana lewat dia ngomong pake bahasa apa. Gitu kan? Gue lahir di Jawa. Jawa Timur, di Blitar, dimana cara ngomong kami lebih halus dibanding cara ngomong orang Malang dan Surabaya. Orang Blitar memiliki banyak kata 'ajaib' dan bahasa yang sebetulnya nggak banyak orang ngerti kecuali orang Blitar itu sendiri. Bahasa jawa, khususnya mulai punya bahasa sendiri di setiap daerah, namun, kedengerannya masih Jawa, padahal sih, buat orang Jawa Timur yang denger orang Jawa Tengah ngomong ya beda banget. Lintas bahasa ini, mulai gue denger saat gue masih SMA. Tetangga gue adalah orang Blitar yang lama tinggal di Surabaya. Mereka pindah setelah akhirnya Ibu tetangga gue meninggal. Bagi gue waktu itu sih, denger mereka ngomong tuh 'asing'. Kadang bisa ketawa denger mereka ngomong. Kenapa? Ya karena beda. Bahkan kalo gue bilang cara mereka ngomong itu kayak dibuat-buat seolah-olah mereka adalah orang madura-an. Mereka punya cengkok, yang kadang kalo ngomong kecepetan aja gue udah bingung. Bagi gue sih nggak kasar waktu itu, padahal orang Surabaya itu terkenal sama kata mesohan yang khas. Anak-anak mereka santun dan nggak ada yg ngomong kasar sejauh ini. Lalu, gue ketemu sama temen gue SMA yang cara ngomongnya juga beda. Gue waktu itu disamperin gitu aja, dan yah... entah gimana gue nggak bisa menahan dahi gue untuk berkerut. Ada kata-kata gini "onok"(harusnya enek), "koen" (harusnya awakmu), "lapo" (harusnya nyapo). Setelah gue tanya kenapa dia ngomongnya begitu, karena dia lama tinggal di Sidoarjo pas SD dan pindah ke Blitar ketika SMP. Karena sejak kecil dijejelin ngomong begituan akhirnya dia paten untuk memakai khas cara ngomong yang begitu. Herannya bagi temen-temen lain nggak aneh ya selama pake bahasa jawa, it's okay. Tapi bagi gue ini benar-benar membingungkan. Gue dulu berpikir, dunia ini tuh cuma ada Blitar, si kota kecil di Jawa Timur dan bahasanya harus 'Paten'. Jadinya kita nggak perlu campur-campur aksen meski bahasanya tetep bahasa jawa. Dan gue pun nggak perlu bingung pula untuk berbahasa jawa dibarat lintas daerah. Ya tapi nggak bisa... Gue kuliah tahun 2016, dan waktu itu adalah era dimana gue lost translation banget. Gue jadi anak rantau, dimana sekian banyak anak-anak lain menimba ilmu dari seluruh Indonesia ke Surabaya. It was dissapointed me. Gue seakan memiliki penyakit tuli akut, karena tiba-tiba aja gue harus ngobrol sama anak yang rata-rata punya aksen Surabayaan yang khas dan kadang ada misuh-nya dikit. Nih ya, di jaman gue SD, misuh itu ngga boleh dan kadang temen kita yang sok bener ngelaporin kita kalau pake bahasa kasar macam itu (dancok, anjing, tai, cok, wedhus, mbot, nggapleki, gaplek, kirik... duh gue bahkan cuma 2,5 tahun di Surabaya dan gue hapal dosa-dosa misuh temen gue), dan gue sebagai anak SMA yang baru masuk kuliah, gue masih percaya bahwa itu nggak boleh dan DOSA. Tapi belakangan gue tahu pas lagi OSPEK dan dengerin Ketua BEM FEB bahwa semua misuh-misuh itu biasa dan menjadi komunikasi antara teman yang udah akrab. Jadi jangan kaget karena Surabaya itu memang begitu dan udah jadi budaya. Gue mikir... Anjir, budayanya gini banget! (Dan gue lagi-lagi masih percaya itu dosa). Rasanya tuh gue cuma geleng-geleng ajaib. Sambil mencari oksigen, karena gue tiba-tiba sesak mendadak. Gue se-syok itu. Entah. Ketika gue memutuskan untuk kuliah di Surabaya, gue nggak perlu khawatir karena seenggaknya gue masih pake bahasa jawa yang sedikit gue ngerti, tapi, ternyata emang nggak mudah coy. Berbulan-bulan gue kayak harus beradaptasi dengan cara ngomong mereka yang ajaib dan bully dari temen gue bahwa bahasa gue tuh aneh (ho'oh ye? Yang seharusnya di Suroboyoan adalah iyo ta?). Terlalu alus dan gue nggak pernah sama sekali misuh-misuh ketika marah atau jengkel. Dibanding temen gue, yang bebas misuh-misuh di saat itu gue cuma beristighfar di dalam hati HAHA aneh banget emang. Tapi, ya gue nggak sendiri merasa aneh di antara banyaknya aksen surabayaan ini, ada juga temen gue dari Pekalongan yang ngapak dan masih keceplosan manggil dirinya 'inyong' yang bagi gue itu lucu banget, atau bahkan temen gue dari Madura yang ngomongnya cepet dan nggak bisa direm, akhirnya dia pake bahasa Indonesia karena kurang mahir berbahasa jawa. Selama gue 2,5 tahun di Surabaya tuh, dunia gue nggak cuma sekecil kota Blitar, tapi dunia gue luas layaknya Jawa yang punya banyak bahasa dan aksen. Secara nggak sadar gue ngerasa bersyukur pernah mendengar banyaknya aksen karena berada di kota rantau, dan gue belajar banyak. Dari yang gue sebel kenapa bahasa jawa nggak dijadikan 1 pakem menjadi begini aja nggak usah diubah, biar gue jadi tahu cara ngomong mereka dan identitas diri mereka ketika berada di kota orang. It was nice to know that. Tahun 2018 lalu gue berkesempatan buat magang di Solo, Jawa Tengah. Akhir semester 4 dan mau semester 5. Gue diberi kesempatan 1 bulan untuk magang di sebuah PTN di Solo (iya PTN almamater biru tosca yang gue idamkan SMA dulu:')). Selama sebulan di sana... hmm seperti berada di surga ya teman-teman huhu:') kenapa? It was like Blitar. Bener-bener mirip, tapi Jawanya kalo gue akuin kenteel banget. Parah. Nuansa jawa yang gue idam-idamkan sebelumnya. Gue bisa leluasa pake aksen gue yang keblitar-blitaran itu ke orang lain yang gue ajak omong. Deuh masalahnya gue udah tinggal 2 tahun waktu itu di Surabaya, dan aksen gue tercemar gitu aja. Gue kadang punya campuran aksen surabayaan dan orang yang gue ajak omong nggak tahu. Rekan magang gue dari Semarang bahkan juga suka tanya apa yang gue omongin barusan karena miss gitu. Padahal selama ini, aksen yang gue idam-idamkan akhirnya bisa gue pake. Tapi, meski mirip aksen Solo itu ternyata banyak bedanya juga, apalagi Semarang. Serius. Aksen Solo itu Jawanya baku banget, sedangkan Blitar itu masih ringan. Semarang? Jawanya ada yang gue ngerti, ada yang sama sekali beda dengan Jawa yang gue tahu. Beberapa sih. Entah, selama sebulan di sana gue belajar banyak, kalo keJawaan gue tuh masih cetek banget, karena Solo itu Jawanya kentelnya Naudzubillah. Sedangkan aksen Blitar gue nggak Jawa-Jawa amat. Bahkan gue itu lebih memilih pake bahasa Indonesia karena kurang fasih ngomong krama sama orang tua, karena takut salah aja. Sedangkan gue tuh takjub banget sama rekan gue anak Semarang yang fasih ngomong krama ke gue pas pertama kenalan (iya ke gue, yang lebih tua daripada gue yang muda dan pake krama alus or inggil (?)) Gue ngerasa malu aja, kok gue gini banget tentang bahasa alusnya Jawa, padahal gue harus belajar lebih banyak lagi tentang Jawa dan bahasanya. Tapi dari situ gue mikir banyak tentang Aksen Jawa ini. Why? Bahasa Jawa ternyata seluas itu, sampai banyak aksen di setiap daerah yang berbeda sehingga kita tahu banyak soal identitas mereka lewat cara mereka ngomong satu sama lain. Keragaman bahasa Jawa, membuat gue sadar bahwa mungkin nggak harus dijadikan 1 paten untuk mereka berkomunikasi. Tetapi, biarkan begitu aja dan jangan diubah, karena dengan begitu gue jadi ngerti Bahasa Jawa itu luas dan cara setiap daerah memaknai bahasa jawa itu sendiri. Proud to be Javanese, how about you?
0 notes
Text
Waktu Luang
Bismillaah
Dua bulan yang lalu, saya pernah ngetweet, tanya ke temen-temen yang masih aktif ngetweet apa definisi waktu luang menurut mereka? Kemudian jawaban yang masuk beragam (cuma 6 sih sebenernya, saya ngga se-terkenal gitasav :))) ), dan menyenangkan juga melempar pertanyaan semacam itu.
“Waktu yang kalau dihabiskan dengan sia sia tidak gelo”- Ulfah, teman lucu, mahasiswi psikologi.
“Yang bisa tidur”- Shannia, teman kosan, mahasiswi kedokteran.
“Pergi ke toko buku tapi sekedar liat barang2 lucu dan baca sinopsis buku yg menarik. Heu”- Azizah, teman SMA, mahasiswi farmasi.
“Bisa boci. Eh ga cuma boci. Pokok e tidur cukup wkwk.”- Afin, anak rantau Bintaro.
“Keadaan dimana dlm kondisi terjaga dan sadar seutuhnya namun tdk ada aktivitas yg berarti”- Icun, teman selo~, mahasiswa teknik industri.
“Dimana kita bisa melakukan hal yg kita inginkan”- Hafidhqibe, anak ibunya, mahasiswa teknik industri.
“Sampai bingung mau ngapain.”- Rona, mbak koas tapi younger than me, dokter muda RSUP Sardjito.
Waktu luang versi saya adalah ketika saya bisa ngeberesin kamar, bisa ngerapiin rak buku, dan ngerapiin kertas-kertas ppt dan soal-soal yang semebar itu. Ya intinya beresin kamar dengan hati riang gembira deh ya. Dan hari ini saya bisa! Huee Alhamdulillah hari ini bisa beberes kamar yang sudah satu semester ini cuma saya jadikan tempat numpang tidur. Bahkan saya belum ngerasa ini kamar saya (karena 1,5 tahun ke belakang, rumah dibongkar dan kamar pindah-pindah, dan saya juga banyakan di Solonya daripada di rumah, dan kamar jaman SMP-SMA++ saya kini diakuisisi adik bungsu saya).
Kata Titi kemarin, ada metode membereskan kamar yang menyenangkan dari Jepang. Selengkapnya mungkin bisa dilihat sendiri di konmari.com (atau cari video nya di Youtube mungkin lebih praktis). Saya belum pakai sih, mungkin kalau ada waktu luang lain lagi saya akan coba.
Selamat libur lebaran! Maaf random, semata-mata mau menuntaskan #1hari1post nya :’D
---
Bunga Fatimah
27/06/2017
#24 #1hari1post
4 notes
·
View notes
Text
Perjalanan Tugas Akhir
Menyelesaikan tugas akhir memang penuh tantangan. mulai dari dosen yang timbul tenggelam, ngantri berjam-jam (ngantri sembako kali yak), nunggu acc berhari-hari, revisi bolak-balik, begadang tanpa henti, dan drama dengan genre lain yang biasanya melekat dengan gambaran para pejuang tugas akhir. tak hanya itu, masalah pribadi pun seakan gak mau kalah, mulai males, mager, bete ga jelas, marathon nonton, jalan-jalan tiap hari, rapat kanan-kiri, agenda nginep berhari-hari, dan kisah-kisah lain pun turut mewarnai. Dan masalah mengembalikan semangat juang itu tak pernah mudah. penuh tantangan, cobaan, dan godaan. but, if you don’t change nothing else will either.
bisa aja kita memilih untuk menunda mengerjakan atau bahkan tak mengerjakannya sekalipun. tapi lagi-lagi tanggung jawab itu ada di tangan kita sendiri. sangat tidak lucu jika kita gagal dalam melaksanakan kewajiban kita dan malah menyalahkan hal lain. apapun jenisnya, dosenlah, amanahlah, temanlah, orangtualah, pekerjaanlah. NO. mereka gak pernah salah, kitanya aja yang suka playing victim, membenarkan segala yang kita lakukan untuk kepuasan kita sendiri. but believe me, perilaku ini gak akan mengajarkan kita apa-apa selain menjadikan kita seorang pecundang dan pengecut. how come, kita nyalahin orang lain atas pilihan kita sendiri. (ini pengalaman)
and i find the cure for every mager dan masalah-masalah penghambat penyelesaian tugas akhir yang penuh drama ini (hiks). let’s start with perbaikan niat. ya, entah yang lain juga merasakan hal yang sama atau tidak namun jujur perjalanan panjang ini banyak cabangnya dan banyak godaannya untuk singgah ataupun belok ke arah memutar yang lebih jauh (awas nyasar aja sih). sempat di tengah perjalanan tergoda untuk berhenti namun akhirnya kelamaan, pernah juga tergoda berbelok namun akhirnya muter jauh, dan akibatnya adalah kehilangan niat. seperti orang yang kelamaan dijalan nyoba-nyoba jalan baru dan akhirnya nyasar, ga tau tujuannya mau kemana akhirnya belok suka-suka, leha-leha semaunya, istrahat sebanyak-banyaknya, sampai akhirnya tersadar waktu cepat berlalu, dan tinggallah kita sendirian. (ini kejadian).
so. i try to find the purpose of my life. and i got the answer, bahwa selama ini aku lupa melibatkan Allah dalam segala perjalanan ini. aku bersandar pada timeline-timeline ku (dan stress karena banyak ga sesuai target), planning-planning ku (yang lebih sering ditunda), dan list to do yang seabrek (dan sebagian besar tak terjalankan). ya, bersandar pada kemampuan diri bahwa aku bisa sendiri inilah yang membuat rasa sombong itu muncul dengan dalih “alah, aku pasti bisa, wes siap ngene” tapi, pada akhirnya kita ga bisa. karena apa? karena yang ngatur hidup itu bukan kita. terus apa salah kita buat plan-plan gitu? nggaklah. yang salah itu kalau kita hidup gak punya rencana. yakali, hidup gak punya rencana masuk surga gitu? situ mau masuk neraka? (yaudah jawab aja sendiri). punya plan itu kece banget, tapi bersandar pada plan itu yang gaboleh. merasa cukup dengan plan-plan itu yang dilarang. kan Allah itu Mengatur dan pasti tau yang terbaik untuk kita, maka jika kita mau buat plan libatkan Allah didalamnya. sebab, yang terjadi didunia ini adalah kehendak-Nya berjalan atas aturan-Nya. logikanya, kayak kita lagi naik motor tapi suka bikin aturan sendiri misal nerobos lampu merah, belok sembarangan, rating kanan tapi belok kiri padahal kan udah ada aturannya apakah kita akan sampai ditujuan dengan selamat? bisa jadi iya, bisa jadi nggak. kalau nggak mah paling masuk rumah sakit kalau nggak ya dipanggil polisi. begitu juga dengan kita, stay on the track of Allah dengan aturan Allah. libatkan Allah, minta ridho Allah atas rencana-rencana kita, husnudzhon atas pilihan-pilhan-Nya yang mungkin ga sesuai ama yang kita rencanain, minta bantuan-Nya sebab jika Allah yang udah mau ngebantu, ga tanggung-tanggung Allah akan menggerakkan seluruh semesta untuk ngebantuin kita. ga percaya? buktikan aja.
dan pada akhirnya diperjalanan ini aku menemukan sebuah kesadaran tentang tanggung jawab dan mengabdi. ya, tanggung jawab dengan menyadari bahwa diri sudah tak muda lagi (mau bilang ini mimpi buruk, tapi ini kenyataan. huft) dan sangatlah mengerikan apabila masih mengandalkan orang lain atau ‘menyalahkan’ orang lain atas pilihan-pilihan yang sejatinya kita putuskan sendiri. menyadari bahwa tanggung jawab sebagai apapun peran kita baik di keluarga kecil kita, di komunitas kita, di masyarakat kita, di negara kita, dan diagama kita. ya, kita tak kecil lagi untuk selalu mendapatkan rukhshoh. kita adalah orang-orang yang sudah sangat jelas dijelaskan dalam agama bahwa kita telah mukallaf, telah menjadi orang-orang yang memiliki beban dan tentunya akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah nanti. begitu pula dengan amanah ini, amanah bagi manusia untuk menjadi seorang yang berilmu. sebab ‘ilmu qobla ‘amal kalau kata Rasulullah dan Allah tak sudi diibadahi dengan kebodohan kalau kata Ibn Atha���illah. maka, menyelesaikan perjalanan ini dengan baik adalah tanggung jawab pada Allah, dan hanya dengan bantuan-Nya maka perjalanan ini akan lebih ringan. selain itu, kata mengabdi adalah pembakar api semangat dalam perjalanan ini. bagi para anak rantau, tak ada keinginan yang paling mereka dambakan selain bertemu dan berkumpul bersama keluarga dan orang tua tercinta. ya, do’a selama perjalanan panjang ini berkisar pada kesempatan untuk bisa mengabdi lebih lama pada mereka. mereka yang menjadi malaikat bagi kehidupan kita didunia. pada mereka ada pintu-pintu surga hingga Rasulullah melaknat seorang hamba yang memiliki orang tua dan keduanya masih hidup namun tak membuatnya masuk surga. ah, ruginya diri apabila menjadi orang yang seperti itu. Hingga do’a yang selalu dipanjatkan adalah “berilah mereka berdua (abi dan umi) umur yang panjang agar aku sempat memberikan pengabdian terbaik yang bisa kulakukan. mudahkan urusan ini ya Allah agar aku bisa lebih lama memberikan baktiku pada mereka. dan menjadi sebaik-baik hamba-Mu yang bisa memberikan bakti terbaik untuk orangtua”
terakhir, perjalanan ini masih sangat panjang, bahkan perjalanan tugas akhir ini mungkin hanya gang kecil dari road map kehidupan kita bertahun-tahun ke depan, namun bisa jadi juga ia adalah jalan terakhir yang akan kita lewati. bagaimanapun akhir jalan ceritanya, semoga perjalanan ini memberikan pelajaran-pelajaran luar bisa sebagai bekal untuk perjalanan yang lebih jauh lagi. menjadi ladang amal agar bisa kita petik hasil baiknya di surga nanti, menjadi ibadah terbaik untuk dipersembahkan kepada Allah kelak. Stay on the track, mari libatkan Allah dalam setiap hela nafas kita agar hidup lebih berkah.
tulisan ini dibuat sebagai pengingat, penyemangat, dan janji bagi diri sendiri
01.09 23-05-2017
2 notes
·
View notes