Don't wanna be here? Send us removal request.
syifarahmaniaa · 5 years ago
Text
Tumblr media
Maul-Lanny
Bagian kedua dari #30haribercerita di tumblr ku yang baru reactivated ini ingin ku dedikasikan untuk sosok ini. Namanya Maulanny, dulu kupanggil Lanny kadang Gibo. Sekarang kadang kupanggil Maul, kadang kakMaul. Aku memang sesukanya menggantinya. Di cerita ini kusebut saja dia Lanny.
Lanny, si Dokter Gigi. Satu sekolah denganku sejak SMP, tapi mulai akrab sejak SMA karena 3 tahun satu kelas. Aku dulu suka nebeng pulang sekolah, naik Motor Beat nya yang selalu bikin kami nyanyi "lets get the beaaaat". Setelah lulus, aku kukuh dengan obsesi kuliah Teknik Lingkunganku, dia kukuh ingin ke Bandung belajar jadi dokter gigi. Aku ingat persis kami berbalas chat di inbox Facebook untuk saling cerita saat lulus SNMPTN di jurusan yang kami mau. Sejak bimbel dia sudah di Bandung, bahkan corat coret baju kelulusan saja dia tak ikut, hanya titip bajunya saja karena jauh.
2015 saat aku mulai kerja di Jakarta, setahun lebih aku bolak balik sering dinas luar ke Bandung. 'aku gak usah di pesenin hotel ya Mbak, aku mau ke temenku aja', kalimat tetapku ke orang kantor tiap kali dikasih tugas ke Bandung. Kosan Lanny lebih nyaman dan hangat ketimbang Hotel buatku. Meski tak ada kolam renangnya, dan tidurnya pun rame rame. Karena nyaman dikosan Lanny juga lah aku mulai terpikir lagi mimpi lamaku, kuliah S2 ke ITB. 2016 dengan mantap aku resign, pulang dan mempersiapkan diri. Aku berangkat ujian masuk ITB ke Bandung, satu bulan aku jadi anak kucing yang dipungut nginap di kosan Lanny. Hari pengumuman kelulusan, kami sedang di perjalanan mudik lebaran. Aku gugup takut tak lulus, Lanny bilang 'Lulus kok insyaallah, Lanny yakin'. Entah kenapa dia yang yakin, padahal aku yang ujian. Tapi aku sungguh lulus. Hahaha.
Usai lebaran aku packing semua barangku, bersiap menuju rantau dan perjuangan baru. Belum punya kosan, Papi berpesan 'Ngekos aja di kosan Lanny. Kalaupun belum ada kamar kosong, numpang dulu aja di Lanny. Nanti Papi telfon Lanny nya. Pokoknya uni harus sama Lanny'. Baiknya Allah, ternyata ada kamar kosong di sebelah kamar Lanny, langsung kuambil.
Aku memulai cerita baruku di Bandung, belum hafal jalan, banyak ketidaktahuan, tapi aku tak ambil pusing. Ada Lanny, begitu filosofiku. Mungkin itu juga alasan Papi kukuh aku harus bareng Lanny. Aku dititipnya ke Lanny, udah kayak locker di Mall Lanny jadi tempat penitipan. Tiap kali Papi Mami ke Bandung, kami jalan jalan, makan, piknik, selalu bawa Lanny juga. Rasa anak sendiri kalau kata Papi.
Desember 2016 Papi berpulang, aku panik harus bagaimana. Allah baik padaku, aku tidak sendiri. Ada Lanny, yang bantu packing bajuku, pesan tiketku dan adikadikku. Aku bisa pulang menemui Papi.
Januari 2017 aku kembali ke Bandung, melanjutkan kuliahku. Lanny selalu one call away, 5 step away juga. Kadang aku sakit, ke Lanny aku mengeluh. Kadang kuliahku bikin stres, ke Lanny juga aku mengeluh. Kadang tesisku bikin otak keriting, ke Lanny juga aku adukan.
Lanny ini ajaib, ada kehebatannya. Setiap kali aku mengeluh, dijawabnya 'Kenapa gitu? Yaudah, coba aja dulu. Bisa tu, Lanny yakin syifa bisa'.
Ada ajaibnya yang lain lagi, setiap kali aku mengeluh sakit. Entah itu demam, batuk, flu, diare, sakit kepala, atau apapun, dijawabnya 'Banyak banyak minum air putih'. Hanya itu. Sampai pernah aku ngobrol sama pikiranku, 'Itukah yang dia belajar selama bertahun tahun sampai jadi dokter gigi?' Hahaha. Tapi ampuh. Meski aku tau jawabannya akan sama, tetap saja aku ingin mengeluh.
Lanny juga pendengar super baik. Mulai dari cerita kuliahku, sedihku ditinggal papi, kegalauanku, sampai sekedar cerita recehku. 'Maul, tadi aku baca buku ini, katanya bla bla bla'. Atau 'Maul, tadi aku baca berita, katanya gini gini gini'. Iya, aku hobi membaca, hobi juga menceritakannya. Lanny? Entah hobi atau sekedar sabar, dia salah satu pendengar terbaik dihidupku.
Hal lainnya? Aku ke-ayam-an sejak di Bandung. Bisa 3 kali sehari, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan Lanny selalu makannya Ayam. Bukan karna tak punya ide, dia memang Ayam-ers. Hahaha. 'Syiiiff, mau pesen makan gak?' 'Boleh, mau pesen apa?' 'Hhhmm, Lanny mah Ayam. Ayam apa ya?'
Dia hanya pusing memilih Ayam dari outlet mana yang ingin diorder kali ini. Hahaha.
1,5 tahun terakhir kuliahku hingga lulus dari ITB, dialah yang persis tau seberapa beratnya semuanya kujalani. Dia juga yang tau seberapa kuat aku berusaha bertahan atas segalanya.
Jika anak bungsu identik dengan ketidakdewasaan, sulit mengalah dan berbagai stereotype lainnya, Lanny jauh dari most of those. Bahkan pernah kutawarkan 'Mau kukenalkan biar berjodoh sama temen aku? Biar kayak Pak Habibie sama Ibu Ainun, satunya engineer satunya dokter'. Dijawabnya pakai senyum tiga jari khas nya. Hahaha.
Maul-Lanny, alasan berikutnya kenapa aku bisa terus berucap
Fabiayyi 'alaa irabbikumaa tukadziban.
'Aku berterima kasih karena Maul mau menjadi teman di hidupku. Gelar M.T ku juga sebagiannya punyamu. Semoga Allah selalu menyayangi Maul, aku juga selalu menyayangi Maul'
1 note · View note
syifarahmaniaa · 5 years ago
Text
Tumblr media
So here is the first post !
-Amuk-
Mengulang kembali memori masa kecil, dulu sempat terpikir bahwa menjadi anak sulung itu sepertinya tidak mudah, setidaknya begitu yang pernah terlintas dipikiranku. Imajinasi dan isi kepalaku penuh dengan kata 'andai saja' setiap kali melirik teman-temanku yang punya kakak. Memang kadang isi kepalaku suka menggambar berbagai pengandaian.
Lalu si pikiranku tadi itu kepikiran lagi (bingung kan?) , memangnya kenapa kalau aku anak sulung? Harus punya kakak kandung gitu kalau ingin punya rolemodel? Pikiranku tadi menjawab (kepikiran sendiri, dijawab sendiri. Ya aku memang begitu adanya 😅), 'Every good persons all over the world can be your rolemodel, jangan ribet deh'
Namanya bukan Amuk, tapi Jeanny. Dia kupanggil Kakak atau Amuk. Aku bingung, dia Tanteku, adik sepupu Papiku paling kecil. Tapi umurnya cuma beda 13 bulan denganku. Kikuk juga kalau jaman kelas 3 SD aku panggil tante ke anak kelas 4 kan? Kami satu sekolah sejak SD hingga SMP. ia sering juara kelas, sering tampil di sekolah. Puncaknya SMP, segalanya dia lakoni. Ikut speech contest bahasa inggris, pengurus OSIS, ikut Forum Annisa, les bahasa inggris sampai ke Bukittinggi (iya, dulu belum ada LIA di Payakumbuh jaman itu).
Suatu kali aku ingat, aku ditanya Papi, 'Gak pengen kayak Kak Jeanny? Les juga? Jangan kayak Papi bahasa inggrisnya pas-pasan'. Lantang ku jawab, 'Mau', karena memang sejak SD aku udah kayak anak kucing yang nurut dan gak bisa jauh dari emaknya sama si Amuk ini.
Lulus SMP kita berpisah, Amuk lanjut SMA jauh di Bandung. Aku? Ya di Payakumbuh-payakumbuh aja idupku mah. 2 tahun di Bandung, ikut student exchange ke US, lanjut kuliah sarjana ke Malaysia, lanjut lagi Master ke Belanda. Sepanjang 2006-2016 kita terpisah, si Aku yang kayak anak kucing tadi LDR an sama Emak kucingnya. Cuma ketemu tiap lebaran, itupun kalau si Emak kucing itu pulang. Tapi ternyata tetap ada yang melekat, cara dan langkahnya di kepalaku. Aku selalu ingin punya langkah baru, mengembangkan diri, belajar lebih banyak karena si Emak Kucing yang jadi rolemodel ku mencontohkan demikian. Meski rantau ku tak sejauh dia.
Amuk pulang dan menetap di Jakarta saat aku memulai kuliah Magister di Bandung 2016. Akhirnya si anak kucing bisa sering ketemu emak kucingnya lagi. Ternyata, 10 years doesn't change anything at us. Aku bahagia punya teman bercerita lagi. Aku yang cerewet ini bahagia bisa cerita panjang dari A sampai ZZ, dari kuliah sampai sekedar cerita receh sebuah akun medsos yang tak sengaja muncul di explore IG ku dan aku kepikiran.
10 tahun itu aku juga tetap punya teman cerita, Papi salah satunya. Aku tak punya rahasia dengannya. Semua orang tau bagaimana aku dan Papiku adalah 2 sosok yang entah bagaimana sangat sama, persis. Hingga akhirnya Papi dan Aku ditempatkan Allah di alam berbeda. Papi pergi 6 bulan setelah Amuk, si Emak Kucingku, kembali ke Indonesia. Baik sekali Allah dalam hidupku, aku yang cerewet ini tidak Allah biarkan kehilangan teman cerita. Dipulangkannya Emak Kucingku sebelum Papi pergi.
Sekarang segalanya kuceritakan padanya. 1,5 tahun belakangan hidupku udah kembaran sama Roller Coaster nya Dufan. Bukan tanpa alasan, Allah ingin mendewasakanku, itu saja. Aku sekali lagi berbahagia, karena Allah baik padaku. Aku dititipkannya pada Amuk si Emak Kucingku. Baik hatinya, tingkah lakunya, langkahnya, pekerjaannya dan jalan hidupnya setiap hari menyisakan pelajaran untukku.
Terimakasih karena menjadi solusi atas pikiran lucu masa kecilku yang bingung mencontoh siapa karena tak punya Kakak. Amuk, si Emak Kucingku, adalah satu dari sejuta bentuk baiknya Allah padaku. Salah satu alasan untuk aku tetap berucap,
'Fabiayyi alaa irabbikumaa tukadzibaan'
#30haribercerita yang dimulai terlambat.
2 notes · View notes