#Jimpa
Explore tagged Tumblr posts
fyeah-olivia-colman · 7 months ago
Text
Tumblr media
Olivia Colman and John Lithgow head the cast of “Jimpa,” a multi-generational family tale involving a nonbinary teenager and her mother who take a trip to see their gay grandfather. The Australia- and Europe-set film is directed by Sophie Hyde, whose most recent film was the breakout “Good Luck to You, Leo Grande.”
“Hannah (Colman) takes her trans nonbinary teenager Frances (Aud Mason-Hyde) to Amsterdam, to visit their gay grandfather ‘Jimpa’ (Lithgow). But Frances’ desire to stay with Jimpa for a year abroad means Hannah is forced to reconsider her beliefs about parenting and finally confront old stories about the past,” reads a synopsis provided by the producers. The screenplay was written by Hyde and Matthew Cormack.
36 notes · View notes
codyfernuk · 7 months ago
Text
Tumblr media
‼️ Cody has joined the cast of upcoming movie ‘Jimpa’
Olivia Colman and John Lithgow head the cast of “Jimpa,” a multi-generational family tale involving a nonbinary teenager and her mother who take a trip to see their gay grandfather. The Australia- and Europe-set film is directed by Sophie Hyde, whose most recent film was the breakout “Good Luck to You, Leo Grande.”
The film is now in its third week of production in Amsterdam and will later shoot in Adelaide, Australia and Helsinki, Finland.
I’m unsure how big/small Cody’s role will be and what it will be, but it’s so nice to see him in another Aussie project!
27 notes · View notes
brightpunjabexpress · 2 years ago
Text
MANN GOVT. RECEIVES HONOUR AT NATIONAL LEVEL FOR PROVIDING PIPED DRINKING WATER TO 100% RURAL HOUSEHOLDS: JIMPA
–              WSS Minister congratulates the department and people for making Punjab proud Chandigarh, February 26: Water Supply and Sanitation Minister Bram Shanker Jimpa has said that it is a matter of pride for the Punjab government that it has achieved target of providing Tap/piped drinking water supply to every rural household under ‘Jal Jeevan Mission’.  The total number of rural…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
dartalias · 4 months ago
Text
attempt to make a spy in Kyoshi's avatar team
Given what we know of the political corrupt mess in the beginning of Kyoshi's era, it is very likely that some (stupid) nobleman or rich chief would try to buy a way to make Rangi or Jimpa betray Kyoshi (Kinda like that guy from the first Yangchen novel)
And i just think this would be SO funny to see
26 notes · View notes
kalabendu · 7 months ago
Text
Tumblr media
TIDAK MUNGKIN DIA KEMBALI!
TAGAR YANG HARUS DIPERHATIKAN : DEPRESI, HALUSINASI, DAN MENYAKITI DIRI.
Baru mampu memupuk keberanian untuk memijaki laboratorium yang akan menghapus kejadian malam itu. Malam mimpi buruk menerkam aku bertalu-talu. Rebah jimpa di atas salira biru untuk merawikan kejadian bertahun-tahun lalu.
“Bisakah kamu ceritakan tentang momen awal kamu mengalami peristiwa menyakitkan ini? Apa yang kamu rasakan dan pikirkan saat itu?”
Tarik napas.. Buang. Terus aku lakukan hingga tenang dan siap untuk bercerita. Dwinetra aku pejamkan barang sejemang seraya mengingat kejadian yang enggan aku ingat, sebenarnya.
BALIK KE MASA LALU...
Malam diselimuti keheningan dan ketaksaan, tungkai jenjang bawa daksa untuk kembali ke kediaman. Kuyu dan lesu perpaduan syahdu untuk dia selepas bekerja karena operasi anak bulu. Seluruh ruangan minim cahaya sebab tidak sempat untuk menyala.
Dia meraba-raba dinding hingga temukan saklar dan ruang utama menjadi terang. Kegiatan selanjutnya, dia menyalakan lampu-lampu guna menerangi ruang. Baru setelahnya Menik boleh membersihkan diri di kamar mandi.
Hawa kelahiran tahun 1993 ini menghabiskan waktu sekitar lima belas menit lamanya. Saking lelahnya dia, langsung ingin tidur. Mungkin karena masih dalam keadaan berduka juga dan tetap harus beraktivitas seperti semula buat energi terkuras sempurna.
Rentetan skincare sudah diaplikasikan ke iras menawan dia. Sekelebat memoar terputar tatkala Rasuni bermalam disini. Rasa rindu mencuat seketika seolah di atas pembaringan ada handai yang terlelap. Namun, kenyataannya kosong.
Lampu kamar, padam. Dia sudah tergeletak di atas pembaringan. Baru memejamkan netra, sayup-sayup rungu menangkap suara persis Rasuni memanggil asmanya.
“Menik..”
“Menik..”
Takut-takut berani dia buka netra perlahan. Di pojok kamar, nampak bayang hitam dengan mata merah menyalang. Sosok itu kian mendekati dia dan mulai pegari jelas oleh lampu tidur. Dia.. Rasuni.
“Menik.. mengapa kamu lupakan aku?”
“Mengapa kamu tidak datang menemaniku?”
“Kamu membunuhku, Menik.”
“Nggak! Aku nggak membunuhmu. Kamu bunuh diri, bukan salahku.”
Menik mengambil guling dan memukul bayangan hitam tersebut untuk pergi. Namun, momok itu tidaklah pergi dan terus berada di hadirat dia.
“KAMU PEMBUNUH! MENIK, KAMU PEMBUNUH.”
“NGGAK! AKU BUKAN SEORANG PEMBUNUH.”
“KAMU HARUS RASAKAN INI MENIK. RASA SAKIT YANG AKU ALAMI.”
Sekonyong-konyong dua yad dia mencekik leher dan momok Rasuni berdiri di atas jisimnya. Berusaha dia meraup udara agar tidak kehabisan dan bertahan sebisa mungkin.
“P-per-gi ka-m-mu.”
Lalu semuanya gelap. Dia kalah telak. Apa dia sungguh mati?
BALIK KE MASA KINI...
“Aku bukan pembunuh kan, dok? Ya, kan?”
Haus validasi sebab selepas bercerita napasku mulai memburu dan tanganku gemetar hebat.
“Dok jawab. Aku bukan pembunuh Rasuni kan?”
Lagi, dia kembali. Momok Rasuni hadir berdiri dibelakang dokter yang bertanya dengan keadaan persis yang aku lihat pada malam kematian.
“HAHAHAHAHA RASUNI. KATA DOKTER INI AKU BUKAN PEMBUNUH. BUKAN. SEORANG. PEMBUNUH.”
“DEMI TUHAN RASUNI. AKU NGGAK MEMBUNUHMU.”
Aku tidak dapat berpikir jernih. Tanpa aku sadari, sudah memukuli jemala dan menjambak surai jelaga ini. Sedetik tertawa, sedetik menangis. Nampaknya aku menggila, GILAAAAA! Sungguh, Rasuni. Aku ini bukan seorang pembunuh, tapi rasa bersalahku yang akan membunuh diri ini.
0 notes
liangmerawi · 11 months ago
Text
LIANG_MERAWI : Luluh Lantak.
Tumblr media
ANCAI! Kobaran api angkara murka t’lah gelojoh sekotah memoar ahwal keluarga harmonis setakat runtuh-ripuh. Muasal dari percik-percik sumbu selingkuh. Kau, kembali jadi saksi bisu, adakah mampu kau laku?
Ancai tak bersisa sudah. Tiada segenggam harap lagi untuk bahagia. Ada pitawat disini! Seperti : keluarga tak utuh, kekerasan, tutur kasar dan lainnya. Bisa bertambah seiring cerita. Tolong bijaklah!
️️ ️️
SABAN MALAM acapkali ia tangkap bahana segala benda jatuh serta-merta tutur kasar nyaris buat telinga pecah. Tiada lagi hari-hari berlayar ke pulau kapuk¹ dengan jenjam. Bawah mata t’lah menghitam jangkap kausa kurang tidur disertai sesak petak pikirnya.
Pagi harinya selayak normal keluarga nan harmonis. Mardawa kecil kerap tipis bibir² sekonyong-konyong menjadi berat bibir³ dan dingin hati⁴. Ia tidak pernah lagi unjuk tabassam kala kumpul bersama.
Kemelut nan repetisi rupanya t’lah berlanjur satu tahun. Kapan semua ini usai? Ia masih taruh harap bahagia pada keluarga kendati barang setitik saja.
Sebagaimana malam nan sudah-sudah, ia kembali muskil terlelap. Segala cara t’lah dicoba namun tiada unjuk hasil boleh lelap lebih cepat. Mardawa kecil penat, Mardawa kecil ingin semua hanya mimpi.
Derit pintu sayup-sayup ia tangkap seiring dengan bunyi saklar ditekan. Ruang tengah nampak lebih bayan. Ini sudah pukul satu dini hari. Dawa kecil jeraus turun dari ranjang dan buka pintu perlahan-lahan.
Ia mengamati dari pintu yang terbuka sedikit. Disanalah ada Maina khas baru terbangun sedang Moewardi pijak tak tegak bahkan jalan pun tak lurus laik orang mabuk.
“Habis darimana kamu Mas? Jam satu baru pulang. Mana bukti mau berubah, hah? Pulang saja masih mabuk. Gila kali kamu.”
Moewardi belum agih respon. Kentara betul kalau Moewardi bukan dalam keadaan sadar sepenuhnya. Maina maju untuk mencium aroma suaminya. Bau alkohol berpadu dengan parfum seorang hawa lagi.
Ini kesekian kali Moewardi begini. Maina merasa leher terasa panjang⁵, helaan napas panjang. “Mas, jawab aku! Kamu main sama perempuan mana lagi? Jalang mana lagi yang kamu sewa? Hah?!”
Moewardi mendekati Maina lalu dorong setakat Ibu dua anak itu rebah jimpa. Dawa kecil memirsa timbul keluar tanduknya⁶. Bahkan mengepal yad kuat-kuat sampai buku-buku jemari memutih.
“Sudah gua bilang berapa kali sama lu? Gua itu, kerja! Lu udah janji ngga mengusik, tapi kenapa USIK GUA TERUS? BANGSAT! Kenapa lu susah banget nurut? Dasar istri durhaka.”
Baluwarti Maina masih kokoh. Ia masih sanggup mengatasi suaminya yang mabuk. “MAS! CUKUP YA! AKU UDAH SABAR HADAPAIN KAMU TIAP MALAM. Aku mohon, mohon seperti sediakala. Kamu lihat Dawa? Dawa korban Mas! Dawa pasti lihat kita tengkar terus.”
Maina mulai terisak betapa menyakitkan akan perubahan Mardawa kecil nan ekstrem. Raut wajah nihil unjuk keceriaan. Dawa kini selalu tampak kuyu, tidak bersemangat dan melankolis.
Mulai kembali lagi Moewardi melekatkan tangan kepada Maina bahkan hingga menendang. Ia berulat mata melihat⁷ pula darahnya didih⁸. Cerca demi cercaan dari Moewardi dilayangkan untuk Maina.
Satu yad terkepal, bukan untuk menghantam kepala keluarga, melainkan dalam kepalan ini ialah harap untuk kembalinya keluarga bahagia kendati hanya sebesar genggam kecil.
Keluarlah ia dari persembunyian dan lekas hampiri Maina yang senantiasa terisak sembari meringis kesakitan. Ia rabit muncung⁹ di bibir mata¹⁰ Moewardi, “PAPA STOP!”
“Anjing!” Moewardi acak rambut sembarang; frustasi. Bukan tenang, kepala keluarga ini justru semakin menjadi. Mungkin pengaruh alkohol yang tidak dapat berpikir jernih. Kuasa ia masih terkepal, semoga hadirnya buahkan hasil baik.
“Papa cukup nyakitin Mama! Awa mohon Pa. Papa juga jangan begini,” Ia memohon sembari memeluk tungkai kepala keluarga. Sungguh ironis! Tidak disangka-sangka bahwa respon Moewardi malah menendang darah daging sendiri. Dasar berjantung pisang!¹¹
Ibu dan anak tersedu-sedu melihat gajak sergut Moewardi. Sedang yang korenah demikian justru kian darahnya didih. “STRESS LAMA-LAMA GUA! NGGA IBUNYA, NGGA ANAKNYA, SAMA-SAMA MENYUSAHKAN. SIALAN LU BERDUA! MAINA, LU GUA TALAK. CERAI!”
Moewardi meninggalkan dua insan yang masih mencerna tutur menusuk relung. Kepalan tangan mulai melemah dan ia terban bumi tempat berpijak¹². Ia lidah tergalang¹³, bisu seketika.
Harapan t’lah pupus dan menguap bersamanya udara hunian ini. Isak tangis keduanya lah mengisi senyap yang ada. Sudah benar-benar cerai-berai. Tiap kepingnya t’lah selirak dimana-mana. Tidak dapat disatukan kembali.
Mimpi buruk yang tidak ia damba, t’lah menjadi nyata. Benar-benar nyata. Mardawa kecil terguncang, Mardawa kecil tidak tahu harus buat apa. Kemelut berakhir, benar-benar berakhir tragis.
️️ ️️
DINYATAKAN USAI!
️️ ️️
CATATAN :
Berlayar ke pulau kapuk = tidur.
Tipis bibir = banyak bicara; cerewet.
Berat bibir = pendiam.
Dingin hati = tidak bergairah dan tidak bersemangat.
Leher terasa panjang = sudah lelah.
Keluar tanduknya = marah.
Berulat mata melihat = timbul rasa benci kalau melihat.
Darahnya didih = marah sekali.
Rabit muncung = berteriak keras-keras.
Di bibir mata = di depan mata; dekat sekali.
Berjantung pisang = tidak berperasaan; tidak memedulikan.
Terban bumi tempat berpijak = hilang harapan.
Lidah tergalang = tidak dapat berkata-kata lagi
1 note · View note
meratsaki · 1 year ago
Text
DIKOYAK REALITA
Gelanggang sandiwara Barmawi Larang dan Praduta Sadajiwa tahun 2033.
‘Tak seperti biasa, Barmawi Larang pulang tepat waktu dengan segala urusan pekerjaan sudah diselesaikan lebih dulu. Merasa bahwa hari ini begitu melelahkan bahkan ia tidak bisa fokus pada banyak hal.
Belum lagi, Mama acapkali agih teror pesan padanya. Buat ia betul-betul muak sendiri. Rasa-rasanya jika ditunda terus menerus akan semakin gencar teror pesan padanya.
Pun, ia sendiri sudah lejar menangisi realita. Rebah jimpa di atas resbang dan biarkan penat itu hilang dengan sendirinya. Sebelum melanjutkan istirahat sejenak ini, ia akan mengirimkan pesan kepada suaminya.
𝙒𝙃𝘼𝙏𝙎𝘼𝙋𝙋 : Suamiku.
— Online ( @drunkardazed )
: Sayang.
: Kamu pulang apa nggak?
━─────────┈
Lelah. Pekerjaan Praduta di hari itu terasa jauh lebih melelahkan dari biasanya. 𝘔𝘦𝘦𝘵𝘪𝘯𝘨, 𝘱𝘩𝘰𝘵𝘰𝘴𝘩𝘰𝘰𝘵, kembali 𝘮𝘦𝘦𝘵𝘪𝘯𝘨, sampai dengan 𝘧𝘪𝘭𝘮 𝘴𝘩𝘰𝘰𝘵𝘪𝘯𝘨 yang menjadi penutup hari kerjanya.
Yang diinginkannya saat itu hanya satu, pulang kepada Barmawi. Barmawi Larang, istrinya tersayang. Memikirkannya saja sudah membuat Praduta tersenyum sendiri, tidak peduli mendapat tatapan aneh dari 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘨𝘦𝘳-nya, yang pasti sudah tahu apa yang ada di kepalanya.
Sebelum mendengar komentar tidak berguna dari sang 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘨𝘦𝘳, Praduta keluarkan gawainya, hendak menelepon Barmawi yang pasti sedang menunggunya untuk pulang. Namun, sesaat sebelum melakukan panggilan tersebut, terlihat pesan yang baru saja masuk dari sang istri.
𝙒𝙃𝘼𝙏𝙎𝘼𝙋𝙋 : Istriku.
— Online ( @Meratsaki )
: Ini sedang dalam perjalanan pulang.
: Ada apa, sayang?
: Tumben, kamu tanya begini.
━─────────┈
Rehat singkat ini agaknya sudah tercukupi begitu pesan masuk dari suami. Nihil raut bahagia manakala bersamai pesan masuk dari Ibu mertua. Memang pesan dari orang tua Praduta acap ia abaikan sebab tengah sibuk dengan pekerjaan.
Namun, vibrasi gawai agaknya jadi mengganggu untuknya. Lagi-lagi, ia memilih abai dengan pesan tersebut dan Mawi sudah kepalang hafal maksud dari sang ibu mertua, yakni 𝘬𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘮𝘰𝘮𝘰𝘯𝘨𝘢𝘯?
Barmawi alami tekanan dari berbagai arah. Belum lagi dengan ia yang menyimpan rahasia besar selama berbulan-bulan. Senantiasa ia masih ingin menyimpan itu dengan sendiri.
𝙒𝙃𝘼𝙏𝙎𝘼𝙋𝙋 : Suamiku.
— Online
: Nggak apa-apa, sayang.
: Aku mau berduaan sama kamu.
Sejatinya, maksud daripada pesan ia adalah ingin berbicara dengan @drunkardazed. Boleh jadi, akan menggiring konversasi mengarah yang agak sensitif dan jarang ia singgung juga. Daripada memikirkan terus, ada baiknya ia bebersih diri dulu.
━─────────┈
Balasan dari sang istri buat Praduta senang bukan main. Jarang sekali Barmawi bertingkah sejujur itu dan Praduta sangat menyukainya. Biasanya, sang istri seperti itu saat Praduta harus bekerja di luar kota atau bahkan luar negeri.
Sebentar. Benar juga. Ada yang sedikit aneh dari pesan tersebut. Apa Barmawi memang hanya sedang merindukan Praduta atau ada hal yang mengganggu pikirannya sehingga membuatnya bertingkah seperti itu?
𝙒𝙃𝘼𝙏𝙎𝘼𝙋𝙋 : Istriku.
— Online
: Sekitar 30 menit lagi sampai.
: Tunggu aku, ya, sayang?
: Aku sayang kamu.
Ah, mungkin hanya pikiran Praduta saja yang terlalu jauh. Harinya memang begitu melelahkan. Ingin sekali ia berpikir seperti itu, rapi tetap saja hatinya yang gelisah tidak dapat berbohong. Praduta tidak sabar untuk memastikan sendiri bagaimana keadaan istrinya.
Praduta menatap sang 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘨𝘦𝘳 yang duduk di bangku depan. "Bro, agak ngebut sedikit, ya. Darurat." Sang 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘨𝘦𝘳 tidak berkata banyak dan hanya mengiyakan permintaan sang aktor. Semoga @Meratsaki baik-baik saja.
━─────────┈
Bahkan, manakala mandi saja ia banyak memikirkan apa yang harus diucapkan nanti. Memang untuk yang ini jauh lebih berhati-hati musabab Mawi tidak ingin menjadi 𝘣𝘰𝘰𝘮𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨️️ ️️untuk diri sendiri.
Mendaratkan jisim di sofa lagi sembari intip adakah balasan pesan dari Praduta. Rupa-rupanya ada dan pesan itu datang sudah dari beberapa menit lalu. Tidak lama lagi akan segera tiba.
Ada sejumput sesal hinggap sudah mengirim pesan demikian. Kepulangan Praduta kali ini membuat ia betul-betul kelesah. Sampai ia hilir-mudik ‘ntah minum air atau sekadar keliling.
Kelesah itu acap mengoyak perlahan, namun ia berusaha tenang. Pun degup jantung serasa ingin keluar. Sungguh @drunkardazed, jangan tiba lebih cepat dari perkiraan. Ia belum ada kesiapan.
━─────────┈
0 notes
diarioelpepazo · 1 year ago
Text
Eili Aranza Devia Viloria Al menos 98 personas han muerto en las últimas dos semanas por las torrenciales lluvias y las inundaciones en el norte de la India, mientras las autoridades trabajan por rescatar a miles de personas que continúan atrapadas o incomunicadas en las montañas, informó este jueves el Gobierno regional. «Hasta ahora, el número total de pérdidas humanas desde el 24 de junio es de 88 y el número total de personas desaparecidas es de 16», informó la autoridad de gestión de desastres del estado de Himachal Pradesh. A este balance de muertos por lluvias, se suma una decena de fallecidos en el vecino Punjab, según comunicó el ministro de Hacienda de la región, Brahm Shankar Jimpa, a la agencia india ANI. Himachal Pradesh ha registrado 392,8 litros de precipitaciones desde comienzos de julio, el doble que los 195,6 que recibe de media en esta época del año, marcada por la llegada del monzón a la India. Las lluvias han provocado deslizamientos de tierra e inundaciones que han dañado carreteras y han dejado incomunicados varios puntos de esta región predominantemente montañosa, donde «aproximadamente 10.000 turistas continúan atrapados», anunció hoy en Twitter el jefe de Gobierno de la región, Sukhvinder Singh. En Punjab, las lluvias de las dos primeras semanas de julio también doblan los promedios de años anteriores y han provocado numerosas inundaciones. El Departamento de Meteorología (IMD) alertó en su último boletín de lluvias extremas en los estados de Uttarakhand (norte), Meghalaya (noreste), Bengala (este), Sikkim (este), el oeste de Uttar Pradesh y de Madhya Pradesh (norte), y en el costero Tamil Nadu (sur). También mantuvo la alerta de fuertes precipitaciones en puntos aislados de Himachal Pradesh, además de Rajasthan (noroeste), Arunachal Pradesh (noreste), Karnataka, Telangana y Andhra Pradesh (sur). Las intensas lluvias causan cada año importantes daños personales y materiales en los países del Sur de Asia, especialmente durante el periodo del monzón entre mayo y septiembre.   Para recibir en tu celular esta y otras informaciones, únete a nuestras redes sociales, síguenos en Instagram, Twitter y Facebook como @DiarioElPepazo El Pepazo/2001/Agencias/EFE
0 notes
indiaepost · 2 years ago
Text
Newly recruited JEs of WSS Department to get appointment letters on February 21- Jimpa
IEP Chandigarh, February 20           For the uninterrupted supply of potable water and waste disposal in Punjab villages and to strengthen the department of Water Supply and Sanitation (WSS)  at grass root level,  Water Supply and Sanitation Minister Bram Shanker Jimpa has informed that 35 newly recruited junior engineers (JEs) would get appointment letters on Feburary 21. Chief Minister…
View On WordPress
0 notes
Photo
Tumblr media
Der #Labrador Mischling #Jimpa lief in 14 Monaten 3.218 km zurück nach Hause! Er ist bei Plantagearbeiten 1979 in #Australien entlaufen und lief den ganzen Weg zurück nach Hause! #foxyandfurry #Hundefakten ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ [😍] Der Beitrag gefällt dir? [😍] [🙋] Folgt uns! [🙆] [❤] Liken [❤] [✉] Kommentieren [✉] [👫] Markiere Freunde zum Mitmachen! [📍] ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 🐶 Dein Hundezubehör Ratgeber 🐶 foxyandfurry.de/Hundezubehoer
1 note · View note
fyeah-olivia-colman · 8 months ago
Text
Tumblr media
Olivia has been in Adelaide, Australia filming 'Jimpa'
A straight woman, her Queer family, and a life changing visit. Acclaimed director Sophie Hyde's most personal film yet - JIMPA - is a celebration of LGBTQI+ culture and considers, with nuance, the conflict and connection of a multigenerational Queer family on screen.
24 notes · View notes
shetheyshenanigans · 3 years ago
Text
I’m about to do a Dublin Zoo spam with a post for every animal, have fun
First! Dublin Zoo has two Red Panda’s and they are adorable.
Jasmina is a thirteen year old female and Jimpa is a three year old male
Tumblr media
Jasmina was having a nap and she was not impressed when Jimpa woke her up, 200/10
I think Jimpa had the panda version of the zoomies because he was running around the whole time, 200/10, have fun king
Facts!
Red Panda’s live in the Himalayas and countries like China. They have thick fur for the cold and wide paws that make sure they don’t sink into the snow. They have sharp claws for climbing trees and their tails are long enough to wrap around their noses when they’re cold! They also help them keep their balance.
They’re endangered sadly, due to factors such as deforestation, climate change and the fur trade.
The bamboos trees they depend upon are being cut down by humans and they’re not suited for anything warmer than their current climate, which is affected by global warming. They’re also hunted for their beautiful fur to be sold to the fashion industry
There are several conservation programs dedicated to their survival though, and reputable zoos like DZ often donate some of their profits to programs like the Red Panda Network.
4 notes · View notes
brightpunjabexpress · 2 years ago
Text
Mann Government to install Solar Power Energy System for rural piped water supply schemes in different districts of Punjab
Mann Government to install Solar Power Energy System for rural piped water supply schemes in different districts of Punjab
Chandigarh, December 25:Punjab government under the dynamic leadership of Chief Minister Bhagwant Mann has approved Rs. 60.50 crore to install Solar Power Energy System for rural piped water supply schemes in different districts of Punjab. Under this project, Solar Power Energy Plants (based on Net metering) would be installed at 970 Rural Water Supply Schemes of the state covering 1508 villages…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
cerukasih · 2 years ago
Text
LIANG_MERAWI : Luluh Lantak.
Tumblr media
ANCAI! Kobaran api angkara murka t’lah gelojoh sekotah memoar ahwal keluarga harmonis setakat runtuh-ripuh. Muasal dari percik-percik sumbu selingkuh. Kau, kembali jadi saksi bisu, adakah mampu kau laku?
️️ ️️
Ancai tak bersisa sudah. Tiada segenggam harap lagi untuk bahagia. Ada pitawat disini! Seperti : keluarga tak utuh, kekerasan, tutur kasar dan lainnya. Bisa bertambah seiring cerita. Tolong bijaklah!
️️ ️️
SABAN MALAM acapkali ia tangkap bahana segala benda jatuh serta-merta tutur kasar nyaris buat telinga pecah. Tiada lagi hari-hari berlayar ke pulau kapuk¹ dengan jenjam. Bawah mata t’lah menghitam jangkap kausa kurang tidur disertai sesak petak pikirnya.
Pagi harinya selayak normal keluarga nan harmonis. Mardawa kecil kerap tipis bibir² sekonyong-konyong menjadi berat bibir³ dan dingin hati⁴. Ia tidak pernah lagi unjuk tabassam kala kumpul bersama.
Kemelut nan repetisi rupanya t’lah berlanjur satu tahun. Kapan semua ini usai? Ia masih taruh harap bahagia pada keluarga kendati barang setitik saja.
Sebagaimana malam nan sudah-sudah, ia kembali muskil terlelap. Segala cara t’lah dicoba namun tiada unjuk hasil boleh lelap lebih cepat. Mardawa kecil penat, Mardawa kecil ingin semua hanya mimpi.
Derit pintu sayup-sayup ia tangkap seiring dengan bunyi saklar ditekan. Ruang tengah nampak lebih bayan. Ini sudah pukul satu dini hari. Dawa kecil jeraus turun dari ranjang dan buka pintu perlahan-lahan.
Ia mengamati dari pintu yang terbuka sedikit. Disanalah ada Maina khas baru terbangun sedang Moewardi pijak tak tegak bahkan jalan pun tak lurus laik orang mabuk.
“Habis darimana kamu Mas? Jam satu baru pulang. Mana bukti mau berubah hah? Pulang saja masih mabuk. Gila kali kamu.”
Moewardi belum agih respon. Kentara betul kalau Moewardi bukan dalam keadaan sadar sepenuhnya. Maina maju untuk mencium aroma suaminya. Bau alkohol berpadu dengan parfum seorang hawa lagi.
Ini kesekian kali Moewardi begini. Maina merasa leher terasa panjang⁵, helaan napas panjang. “Mas, jawab aku! Kamu main sama perempuan mana lagi? Jalang mana lagi yang kamu sewa? Hah?!”
Moewardi mendekati Maina lalu dorong setakat Ibu dua anak itu rebah jimpa. Dawa kecil memirsa timbul keluar tanduknya⁶. Bahkan mengepal yad kuat-kuat sampai buku-buku jemari memutih.
“Sudah gua bilang berapa kali sama lu? Gua itu kerja! Lu udah janji ngga mengusik. Tapi kenapa USIK GUA TERUS? Bangsat! Kenapa lu susah banget nurut? Dasar istri durhaka.”
Baluwarti Maina masih kokoh. Ia masih sanggup mengatasi suaminya yang mabuk. “MAS! CUKUP YA! AKU UDAH SABAR HADAPIN KAMU TIAP MALAM. Aku mohon, mohon kembali seperti dulu. Kamu lihat Dawa? Dawa korban Mas! Dawa pasti lihat kita tengkar terus.”
Maina mulai terisak betapa menyakitkan akan perubahan Mardawa kecil nan ekstrem. Raut wajah nihil unjuk keceriaan. Dawa kini selalu tampak kuyu, tidak bersemangat dan melankolis.
Mulai kembali lagi Moewardi melekatkan tangan kepada Maina bahkan hingga menendang. Ia berulat mata melihat⁷ pula darahnya didih⁸. Cerca demi cercaan dari Moewardi dilayangkan untuk Maina.
Satu yad terkepal, bukan untuk menghantam kepala keluarga, melainkan dalam kepalan ini ialah harap untuk kembalinya keluarga bahagia kendati hanya sebesar genggam kecil.
Keluarlah ia dari persembunyian dan lekas hampiri Maina yang senantiasa terisak sembari meringis kesakitan. Ia rabit muncung⁹ di bibir mata¹⁰ Moewardi, “PAPA STOP!”
“Anjing!” Moewardi acak rambut sembarang; frustasi. Bukan tenang, kepala keluarga ini justru semakin menjadi. Mungkin pengaruh alkohol yang tidak dapat berpikir jernih. Kuasa ia masih terkepal, semoga hadirnya buahkan hasil baik.
“Papa cukup nyakitin Mama! Awa mohon Pa. Papa juga jangan begini,” Ia memohon sembari memeluk tungkai kepala keluarga. Sungguh ironis! Tidak disangka-sangka bahwa respon Moewardi malah menendang darah daging sendiri. Dasar berjantung pisang!¹¹
Ibu dan anak tersedu-sedu melihat gajak sergut Moewardi. Sedang yang korenah demikian justru kian darahnya didih. “STRESS LAMA-LAMA GUA! NGGAK IBUNYA, ANAKNYA JUGA MENYUSAHKAN. SIALAN LU BERDUA. MAINA, LU GUA TALAK. CERAI!”
Moewardi meninggalkan dua insan yang masih mencerna tutur menusuk relung. Kepalan tangan mulai melemah dan ia terban bumi tempat berpijak¹². Ia lidah tergalang¹³, bisu seketika.
Harapan t’lah pupus dan menguap bersamanya udara hunian ini. Isak tangis keduanya lah mengisi senyap yang ada. Sudah benar-benar cerai-berai. Tiap kepingnya t’lah selirak dimana-mana. Tidak dapat disatukan kembali.
Mimpi buruk yang tidak ia damba, t’lah menjadi nyata. Benar-benar nyata. Mardawa kecil terguncang, Mardawa kecil tidak tahu harus buat apa. Kemelut berakhir, benar-benar berakhir tragis.
️️ ️️
DINYATAKAN USAI!
️️ ️️
CATATAN :
Berlayar ke pulau kapuk = tidur.
Tipis bibir = banyak bicara; cerewet.
Berat bibir = pendiam.
Dingin hati = tidak bergairah dan tidak bersemangat.
Leher terasa panjang = sudah lelah.
Keluar tanduknya = marah.
Berulat mata melihat = timbul rasa benci kalau melihat.
Darahnya didih = marah sekali.
Rabit muncung = berteriak keras-keras.
Di bibir mata = di depan mata; dekat sekali.
Berjantung pisang = tidak berperasaan; tidak memedulikan.
Terban bumi tempat berpijak = hilang harapan.
Lidah tergalang = tidak dapat berkata-kata lagi.
0 notes
avataranalysistext · 4 years ago
Text
Kyoshi & Rangi: the certainty of a family
“For better or for worse you are part of our family” Hei-ran to Kyoshi in Shadow of Kyoshi
One of the most interesting points in the couple that Kyoshi and Rangi form is that beyond their romance they form a solid family union.
Before Rangi came into Kyoshi's life, Kyoshi's only family was Kelsang, the father who taught him what selfless love meant, when he died from Jianzhu's betrayal, Kyoshi is devastated, at that moment enters Rangi that beyond her duty to the avatar selflessly accompanies kyoshi on an increasingly uncertain and confusing path, but even so Rangi never abandoned her.
An important feature that Yee's narrative in Avatar Kyoshi's dilogy is the parallels that occur in the development of the 2 books, parallels between the course of each novel, and parallels between ROK and SOK, those parallels help mark important points in the story, story development, characters and relationships.
One of the most important parallels occurs between the contexts of the deaths of Kelsang and Yun, when Kelsang died he was the only safe family that Kyoshi had, he was her only certainty and the only person who had openly expressed his pure and unconditional love to she, different context from when Yun had to be killed; In this case, Kyoshi had already built a family, along with Rangi she found her sworn brothers, Rangi gave her a mother (Hei-ran), Rangi shared a family affection for Kelsang, Rangi showed her that Jimpa and Aunt Mui also cared and appreciated kyoshi, Rangi gave Kyoshi her unconditional love before knowing who the real avatar was, only kyoshi didn't realize it and Rangi well ... she has her own way of showing affection.
Rangi & Kyoshi built a family based on respect, loyalty, and love; Also Kyoshi had built herself she had taken every piece of her and hugged herself, proudly accepted herself as an avatar and as a human.
When Kelsang died, she despised herself and began to connect with her and others through pain, when Yun died, she had already forgiven herself and began to connect with love, she was able to forgive the damage and save the good moments.
Another important parallel occurs between the end of Rok and Sok; When Kyoshi has to separate from Rangi in the first novel, the feeling expressed is uncertainty, a lack of security in the future and in her future with Rangi, that fear only vanishes when they meet again in SOK, a show of unconditional loyalty even in the distance; Sok end is marked by a certainty, she does not know what will happen in the future only that she will have Rangi by her side and that together they are willing to face the hectic life that being the avatar takes. Rangi accepts that Kyoshi will sometimes need her space, accepts the complexity and danger that comes with staying by the avatar's side and accepts it with love.
Definitely in many ways a complex work by FC Yee and supervised by Michael Dante di Martino, it works many symbolisms and in a few words it expresses complex feelings of our human condition.
106 notes · View notes
deadlinecom · 7 months ago
Text
1 note · View note