#Jam Besuk Rumah Sakit Jakarta
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jadwal Jam Besuk RS Andhika
Rumah Sakit Andhika merupakan salah satu fasilitas kesehatan terkemuka di Jakarta, yang dikenal dengan layanan medis berkualitas dan fasilitas lengkapnya. RS Andhika berfokus pada pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi pasien dengan berbagai latar belakang dan kebutuhan medis. Dengan artikel Jadwal Jam Besuk RS Andhika ini, kami akan mengulas jadwal jam besuk RS Andhika, informasi seputar…
#alamat RS Andhika#fasilitas RS Andhika#IGD 24 jam RS Andhika#informasi kunjungan RS Andhika#Jadwal Jam Besuk RS Andhika#jadwal kunjungan RS Andhika#jadwal poli dokter RS Andhika#jam besuk RS Andhika#Jam Besuk Rumah Sakit Jakarta#jam besuk terbaru RS Andhika#laboratorium RS Andhika#layanan pasien RS Andhika#pasien BPJS RS Andhika#pasien umum RS Andhika#pelayanan kesehatan RS Andhika#poli spesialis RS Andhika
0 notes
Text
Cukup Kali Kedua
Pagi itu 25 November 2019 notifikasi chat Instagram muncul di HP ku. Dari 2 orang yg tidak terlalu sering kontak secara personal denganku, FS dan EK. Penasaranku pupus setelah ku buka pesan salah satu diantaranya. “Kar tau kabar ZS ?”. Ku ejakan dalam hati intonasinya, dan ku simpulkan sepertinya berita kurang baik. Benar, setelah chatting beberapa menit, sahabatku ZS rupanya dalam keadaan kritis di ICU di salah satu rumah sakit swasta di Kota Medan. Langit seperti runtuh, 7 lapisan seperti bergantian menimpaku satu persatu, ruang ICU adalah kondisi dimana pasien dalam keadaan 50:50 antara hidup atau mat*. ya Allah apa rencana-Mu untuk sahabatku, ucapku dalam hati.
Kejadian itu mengingatkanku pada memori 10 tahun silam, sekitar awal tahun 2009. Sahabatku yg lain terbaring kaku di ICU selama hampir 2 bulan. Lemah tak berdaya, kurus seperti tengkorak diberi nyawa, berbalut kulit. Jarak kampung dan rumah sakit tempatnya dirawat cukup jauh, membutuhkan waktu tempuh lebih kurang 6 jam. Pun demikian isi kantong seadanya tak menghalangi kami untuk memberikan support moril untuk seseorang yg kami panggil sahabat. A friend in need is a friend indeed, dia adalah sahabat kami dia adalah saudara kami. Doa kami waktu itu cukup itu kali terakhir melihat ICU. Tak sanggup rasanya melihat keluarga atau sahabat merasakan sakitnya ditemani alat bantu pernapasan, monitor hemodinamik & saturasi, EKG, dll. Usaha dokter & team, doa keluarga dan doa dari semuanya berbuah manis. Sahabat kami SP akhirnya lepas dari dari ruangan pencabut nyawa, berakhir dengan happy ending.
Ku buka grup chat yg kami namakan BESTFRIEND. Ramai perbincangan mengenai keadaan salah satu sahabat kami yg sedang berjuang di ruang ICU. “eh betulnya si ZS masuk ICU”, “kabarnya kawan kita ZS masuk ICU”, “Kok bisa tiba2 di ICU ? kenapa we ?”, dan lain-lain, seolah tak percaya. Kesehariannya terlihat biasa, tak pernah mengeluh, selalu ceria, hampir tiap bulan melancong ke negeri orang. Malaysia, Singapore, Dubai, Paris, Hongkong adalah salah lima dari beberapa negara yg dia kunjungi akhir-akhir ini. Masih tak percaya rasanya sekarang tiba-tiba dia terbujur kaku tak berdaya.
Sebelumnya, saat pertama kuliah, 5 dari kami melanjutkan studi di Kota yg sama, Medan. Bahkan sebagian besar mengontrak di rumah yg sama. Yg membuat rasa persaudaraan semakin bertambah, senasib sepenanggungan. Akan tetapi setelah lulus kuliah kami berpencar. Ada yg di Jakarta, Blangkejeren, Singkil, dan ada yg tetap di Medan, akan tetapi mayoritas balik ke Kampung halaman. Dan kebetulan bebarapa bulan terakhir aku sudah menetap di Kampung. Kami mewacanakan untuk berangkat ke kota Medan. Pendek cerita kami ber 4 sepakat untuk berangkat malamnya. Akan tetapi detik-detik sebelum berangkat; drama terjadi, hanya 2 diantara kami yg berangkat berhubung sisanya tidak diberi izin oleh atasannya.
26 November 2019 pukul 11.20 WIB kami tiba di rumah sakit BT. Tak menunggu lama, setelah bertanya ke bagian informasi, kami langsung berangkat ke ruangan ZS. Ternyata kami datang diwaktu yg salah. Jam besuk untuk pasien ICU adalah 10.00-11.00 WIB dan 17.00-19.00 WIB. Pasien sedang melakukan hemodialisis atau biasa dikenal dengan cuci darah. Ya, ZS divonis Gagal Ginjal stadium akhir. Laju Filtrasi Glomerular (LFG) dibawah 15. Sementara rata-rata normal untuk ukuran dewasa adalah 116. Setelah diskusi dengan keluarga kami meminta untuk mendampingi ZS di unit Hemodialisa (ruangan cuci darah). Di lantai 7 rumah sakit tersebut, tampak jelas di depan kami. Semua mesin bekerja untuk menggantikan fungsi ginjal. Organ sebesar bola kasti ciptaan Allah digantikan dengan mesin sebesar lemari es. Satu diantaranya adalah sahabat kami, ZS. Terbaring tak sadar, sementara alat bekerja untuk filtrasi, ekskresi, sekresi sebagaimana fungsinya. Setelah proses hemodialisis, ZS dikembalikan ke ruangan ICU. Kami diharuskan untuk menunggu jam besuk, untuk bisa masuk. Dan hari itu adalah Kali Kedua kulihat ICU. Terbesit doaku, cukuplah kali kedua.
Hari berganti, keadaan ZS membaik. Racun dalam darah hanya bersisa 50%. Tak lupa kami semua mengucap syukur, tak terhitung emoticon senyum, ucapan hamdallah berseliweran di grup chat kami. Jika keadaan memungkinkan hari Kamis tanggal 27 akan dilakukan hemodialisis ke 3. Akan tetapi, qadarullah keadaan ZS menuruk, tekanan darahnya tidak memungkinkan untuk dilakukan hemodialisis. Tekanan darahnya turun 100/50, sementara standar ZS untuk melakukan hemodialisis harus di atas 140. Dokter memutuskan menunda tindakan medis sampai esok hari. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tak kurang ikhtiar yg team dokter lakukan, tak kurang doa yang kami panjatkan. Jum’at 28 November 2019 keadaan ZS tak kunjung membaik, pukul 16.40 WIB, saat hampir sebagian besar keluarga datang menjenguk, sahabat kami ZS pergi untuk selamanya. Di hari yg baik dia menuliskan janji untuk kembali ke pangkuan Ilahi. Suara mesin ICU tak terdengar lagi, berubah menjadi tangisan.
Selama hidupnya almarhum adalah orang baik, selalu membantu teman yg kesusahan, menjadi orang pertama diingat ketika butuh bantuan. Kami sebagai sahabat mewakili pihak keluarga memohon maaf apabila selama hidupnya almarhum pernah berbuat salah. Semoga kebaikan almarhum menjadi amalan jariyah di akhirat kelak. Selamat jalan sahabat kami ZULPAN SURIMANTO SIMBOLON.
0 notes
Text
Parsel Buah
Anda temukan beberapa jenis rangkaian bunga dikombinasikan dengan buah segar di bawah ini :
Bunga Rangkaian ini adalah kombinasi antara bunga dan buah segar seperti buah apel, buah anggur, buah pisang, buah kiwi, buah mangga, buah nenas, buah jeruk, buah pir, jambu dan berbagai jenis buah segar lainnya dikombinasikan dengan bunga segar potong seperti mawar, lili, tulip, krisan, aster, anggrek, matahari dan bunga segar lainnya sehingga kombinasi ini terlihat akan indah apabila anda kirimkan kepada seseorang.
Parsel bunga kombinasi buah segar ini biasanya dikirimkan orang untuk memberikan ucapan semoga lekas sembuh kepada seseorang yang lagi di rawat di rumah sakit dan parsel ini biasanya dikirimkan orang sebagai tanda besuk seseorang yang lagi sakit.
Kami melayani pemesanan parsel ini untuk dikirimkan ke rumah sakit yang berada dikawasan DKI Jakarta, Tangerang, Serpong, Karawaci, Bekasi, Depok, Cibubur, Cimanggis, Cibinong, Cikarang, Bogor dan Karawang.
Jual Parcel Buah Dan Bunga Dikirimkan Ke Rumah Sakit
Apabila anda ingin mengirimkan untuk tanda ucapan semoga lekas sembuh kepada seseorang yang lagi di rawat Rumah Sakit di florist 24 Jam ini lah tempatnya. Kami menyediakan beraneka jenis rangkaian bunga kombinasi buah yang bisa anda temukan di gambar yang kami lampirkan di atas. Anda bisa mempercayakan dan rekomendasi ke teman, saudara, klien dan partner anda untuk berbelanja di Toko Bunga kami dengan cara menghubungi kami via online melalui telepon, wa, sms, bbm dan email atau anda bisa berkunjung ke kios kami. Kami akan melayani pemesanan, pembuatan dan pengiriman rangkaian bunga tersebut 24 Jam Non Stop.
Sumber : http://tokobunganazura.com/parcel-buah-dan-bunga/
1 note
·
View note
Text
Ping☉
Pagi ini saya dapet kabar.. Ayah teman SMA saya operasi di Jakarta. Langsung saya dateng ke rumah sakit saking kagetnya. Rencana stlh besuk langsung ngantor jd udh bawa laptop dll. Krn macetnya lg ga ketulungan drpd ngojek fikir saya mending naik busway. Qadarullah jalur busway dipake juga sm kendaraan pribadi hehe jadinya sama aja macet. Dan kebetulan pula lagi penuh buswaynya jd sepanjang perjalanan saya berdiri.. Mungkin ada sktr 1,5 jam berdiri sambil chat sm teman saya td. Alhamdulillah operasinya lancar. Waktu itu ga kerasa laper krn concern ke operasi ayah tmn. Cuma mmg badan lemes aja. Baru dlm hati gumam, "Ini kalo tiba-tiba nyawaku diambil gimana ya. Atau kl engga, ternyata saya ada penyakit kronis yg butuh biaya banyak dan diagnosa dokter hidupnya tinggal hitungan hari gimana ya. Duh belum siapin apa apa." .. Mak cling.. tiba-tiba pandangan kabur.. Karena blm pernah pingsan (tanpa sakit) sebelumnya jadinya saya bingung. Ini kok saya ga bisa lihat ya awalnya goyang-goyang terus memudar terus gelap. Padahal matanya kebuka tapi semua gelap badan lemes banget. Hei rum ayo melek. Ah masa gini aja lemah. Malu lah di tempat umum. Dlm hati saya masih nyoba sadarin diri. Saya cuma denger Ibu2 di busway teriak2 minta tolong ada yang pingsan tolongin kasih tempat duduk. Waktu itu saya masih ga tau kl yg dimaksud saya haha. Soalnya saya kira saya cm ga bisa lihat aja (sebenernya sering sih tiba2 pandangan kabur, tapi kalau lg pusing krn darah rendah, kl skr sm skali ga ngerasa sakit apa apa). Sampai tiba-tiba saya bangun sudah duduk sambil pegang minyak kayu putih (gatau punya siapa wkwk). Terus saya dikerumunin buibu nanya dr mana mau kemana sm siapa kok engga sama mamanya (haha) dll. Saya tetiba nyeletuk, "Ada yg punya air putih ndak?".. Ketika saya sadar sebenernya pandangan msh kabur. Dan auuus wkwkkwkw. Ada tu buibu bawain air. Alhamdulillah.. Pandangan langsung jelas. Saya lgsg turun di halte pemberhentian saat itu lgsg naik taksi dg sempoyongan -ke-tempat-makan. Badan saya lemes jadi ndak kuat ke kantor :3. Pulang dr tempat makan saya pingin ke kantor. Tapi engga kuat masih lemes. Lihat jalanan macet juga ga kuat, akhirnya mutusin naik ojek motor aja. Ternyata badan saya hari ini tidak bisa diajak kerjasama, saya lemes kali lagi. Saya izin sama Bapak ojeknya, "Pak, saya izin pegangan jaket Bapak ya.".. Untuk pertama kalinya saya pegangan. Untuk pertama kalinya pula saya ga ngomel supirnya lewat jalur busway. Krn udh lemas kali. Ternyata...saya pingsan lagi... Bapaknya khawatir gitu. Tiba-tiba saya bersandar. Bapaknya sontak berhenti terus bangunin saya. Keluarin minuman dr tas saya. Hiks. Yg kedua saya engga tau ini tidur apa pingsan haha. Sampailah saya di kamar. Istirahat. Hmm.. hikmahnya.. Saya terlalu sombong. Saya sombong karena biasa sendiri, berobat sendiri, nahan sakit, merasa kuat dan merasa tau kemampuan saya padahal badan ini titipan Allah yg harus dijaga, kasih makan dan air. Dan harus banyak lagi bersyukur dikelilingi banyak orang baik mau nolongin saya. Jazakumullah khairan katsiran semuanya yg sudah arum repotkan sepanjang perjalanan drama hr ini.. Asli rindu rumah jadinya.. kangen Bapak Ibuk..
3 notes
·
View notes
Text
Tidak Lagi Sama (lanjutan)
Sekarang hari Rabu, 5 Juni 2019 pukul 10.18 WIB. Hari kemenangan. Hari Idul Fitri. Hari yang terlewati dengan berkumpul bersama saudara. Di tengah kesendirian malam, izinkan ku melepaskan emosi yang tertahan. Kesedihan akan kerinduan yang tidak lagi dapat terlampiaskan.. Lebaran pertama tanpa Papah… Seolah denial aku berusaha untuk mengalihkan perhatian, terwujud dalam postingan absurd wujud pengalihan. Yes, sengaja. Banyak ketawa hari ini, karena ga mau nangis. Ga mau memberi kesempatan duka itu menyelimuti diri di tengah kebersamaan.. sederhananya, aku ga mau menunjukkan kesedihan di depan Mamah, Abang, Kakak, Tante, Om, Sepupu semuanya. Dan saat ini, sekarang, di kesendirian malam, di kamar aku, sekali lagi aku curahkan. Malam kedua tidur sendiri di kamar aku, aku menyatakan dengan jelas aku ingin tidur sendiri dulu. Sembar Mamah mulai kembali menempati kamar ditemani tante dan sepupu. Aku butuh waktu untuk bercakap dengan diriku sendiri. Bukan bermaksud meratapi, hanya menuntaskan emosi yang selama ini berusaha kutahan atau ya hanya dialihkan.
Bangun pagi tadi bersiap sebagaimana hari Raya, berangkat shalat, beberapa momen perenungan terjadi. Iya, Papah ga ada. Papah ga ikutan shalat Ied, Papah udah ga ngerayain lebaran sama kita lagi… Sepulang shalat, kami salam-salaman, atmosfer mendung haru mulai melingkupi. Mamah berkaca-kaca, nangis malah, tante pun juga, no no no, aku hanya mengalihkan pandangan dan mencari alasan kesibukan. Ya Allah… Kami saling berpelukan bergantian. Tidak banyak kata yang diutarakan, karena ntah mungkin memang sama-sama memendam rasa rindu duka yang tertahan.
Aih, agak malu sebenarnya terkesan over mencari penghiburan. Iya, aku hanya tidak ingin merasa kesedihan. Meski tetap terasa ketika berulang kali memandang sosok Papah di bingkai foto dinding maupun album kenangan. Iya ya, udah ga sama Papah lagi… Kapan si Far benar-benar sadar. Aku sadar kok, hanya memang masih begitu terasa. Kangen Pah.. Maafin Farah…
Pagi hingga sore, tidak ada persinggungan bahasan kenangan. Sampai di shalat Maghrib, berjamaah kami lakukan dengan Om Oman menjadi imam. Lepas shalat ada pesan yang disampaikan. Sebuah nasehat berulang, mengenang dan doa, tema bahasan yang lahir dari percakapan Om dan Abang. Iya pemimpin keluarga ini sekarang di tangan Abang. Sebenarnya dari hari kepergian Papah, sentakan gelombang kesadaran bahwa kematian hanya membawa kain kafan dalam bentuk fisik dan atribut, selebihnya adalah 3 hal seperti yang dipahami dalam ajaran Islam. Amal Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, anak yang sholeh. Pembahasan yang seringkali tersampaikan tapi baru benar terasa ketika kami mengalami kehilangan dengan kepergian Papah. Apa lagi yang bisa kami perbuat. Dalam hal ini Abang, semasa hidup begitu banyak kesempatan yang diupayakan Abang untuk menyenangkan Papah dalam segi fisik harta, tapi pada akhirnya tidak ada yang dapat dibawa. Iya.. Kepergian Papah menghentakan kesadaran kami semua bahwa ruh, hidup, mati, ada di genggaman Allah Azza Wa Jalla. Mungkin dibawah akan kusampaikan pesan Om berdasarkan prinsip yang Papah pegang teguh. Atau dipostingan lain, ntahlah bagaimana jemari ini menjentikkan keyboard malam ini..
Kembali di 5 April 2019, iya tepat dua bulan lalu berarti.. Di jam seperti ini, ntah aku tak lagi mau membayangkan kekalutan, keresahan, ketidakpahaman dan ketidakberdayaan kami semua. Di hari Jumat itu, aku keluar sesaat untuk beli Hepatosolola di KalCare Lotte Avenue Kuningan. Sebentar saja.. Posisi sore itu ada Bang Vian, ntahlah singkatnya Abang kabarin keluarga Papah. Hubungin om tante semua. Papah mulai mengalami penurunan kesadaran. Wey, barusan aku lihat rekaman story 5 April, genggaman tangan hangat yang tidak lagi bisa kurasakan.. Astaghfirullah Ya Allah… Yes, I’m crying right now. Aku lupa urutan waktunya… Yang pertama datang Om Husni, Om Husni datang maghrib atau isya ntahlah. Kemudian Tante Neny datang bareng Bang Reza yang kebetulan pulang sebentar. Sesampainya Tante Neni, yang Papah tanyakan adalah Tante Neneng.. Kami pun mengabari Tante Ida, Om Ikhsan untuk menanyakan Tante Neneng. Singkatnya lepas Isya, pukul 20-21 kami sudah berkumpul di ruangan.. Kondisi Papah? Resah, gelisah, ga nyambung..
Ah ya, sebagai gambaran. Koma hepatikum.. “Bareee. Mau nanyaa” “Boleee” “Komahepatikom” “Iya.. kenapa gt ..?” “Penjelasannya :”D” “Papamu skrg agak ga nyambung kah?” “Iyaa. Lolaa. Ngigo di rumah terus” “Usah pulaaang?” “Engga. Masih di RS” “Ooohh” “Tapi sering ngajak ke RS” “Koma hepatikum adalah gangguan kesadaran yang disebabkan karena penumpukan racun pada otak terutama ammonia. Krn seharusnya ammonia dibuang bersama ee, cia liver” “I see” “Ketika livernya terganggu, jd ngebuangnya susah, akhirnya racunnya muter2 aja” “Natriumnya rendah” “Biasanya gejala awal malah euphoria, ketawa2, ngigo gitu, jd heboh. Selanjutnya jd gelisah, gabisa tidur. Setelah itu masuk ke tahap akhir…” “Gimana Bar? Ini ga bisa tidur juga. Tidur kebangun tidur kebangun terus” “Setelah gelisah, selanjutnya ngantur terus sulit dibangunkan” “Hilang kesadaran ya Bar?” “Iya…” “Baiklaaaah Maaci Bareeee” “Pakai NGT kah skrg far? Itu selang hidung buat makan” “Engga kok. Pake kateter aja” “Koma seperti itu biasanya kebanyakan protein. Jd kalo dibatesin sih harusnya bagus” “Dari kemarin minumnya hepatosolola aja Bar”
Selentingan chat aku dan Bare di pagi harinya.. Informasi ini aku keep sendiri. TIdak kuceritakan ke Mamah atau abang langsung, menimbang fase tahapan itu terjadi berselang hari, ternyata terjadi semua di hari Jumat itu..
Malam itu.. keriuhan gema takbir, tahlil berkumandang di ruangan. Riuh sekali. Air mata sudah mengalir deras. Pah.. Pah.. Pah… Bahkan pesan-pesan terakhir Papah mulai diutarakan.. Beberapa pesan yang masih sangat terngiang, kalo memang baik, InsyaAllah semuanya jadi baik. Berlomba dalam kebaikan.. Iya itu yang menjadi pegangan hidup Papah. Papah itu orang baik. Hasil didikan terbaik Kakek. MasyaAllah Pah… Malam dimana rasa ketidakberdayaan membuncah, hingga diputuskan untuk Papah pindah ruang ICU. Karena saturasi oksigen Papah yang turun terus. Dini hari, tengah malam, Papah pindah ruang ICU. Rekaman-rekamanan kejadian yang tidak bisa ku ketik manual. Bayangan Papah yang kesakitan dan tidak nyaman. Penyesalan karena tidak ada lagi kesempatan untuk kami berbincang normal. Demi masa… sesungguhnya manusia dalam kerugian.. ayat yang terngiang dan terasa lekat dirasakan. Kangen banget Ya Allah ngobrol sama Papah, dinasehatin Papah. Ga ada lagi yang omelin Farah kaya Papah. Ga ada lagi yang khawatirin Farah seperti Papah.. Ntah firasat atau apa, tulisan-tulisan yang kubuat sewaktu hari-hari terakhir Papah benar-benar merepresentasikan rasa yang kualami. Ada penyesalan terdalam yang aku sadar harus direlakan. Penyesalan akan ketidakmasimalan kami, khususnya aku untuk mendengarkan, untuk berbincang hangat, untuk memperhatikan, Papah.. Sosok wali hidup aku sampai usia menjelang 25 tahun. Iya, Papah aku, waktu yang aku sia-siakan begitu banyak. Astaghfirullah…
Malam itu, kami berbagi tugas. Om Tante pulang dulu, driver kami membantu mencari kostan karena ruang perawatan sudah harus dilepas pagi harinya. Malam yang Panjang, tidur kami tidak nyenyak. Sesak himpitan dada begitu terasa. Bahkan Abangku pun terlunglai lemas. Nyatanya kami belum siap kehilangan.
Malam itu yang menginap ada Mamah, aku dan Bang Reza. Alhamdulillah dapat kamar kost dekat rumah sakit. Langsung dibayar Abang untuk dua minggu. Bang Reza bilang sudah sempat melihat Papah. Papah dibantu alat-alat medis di ruang ICU. Abang berpesan temani Mamah ketika melihat Papah. Dan pagi itu, sebagaimanapun aku berusaha mempersiapkan diri tidak siap melihat Papah dengan kondisi seperti itu. Mana ada anak yang sanggup membayangkan. Ruang ICU, alat bantu medis, Duuuuh tak mampu ku gambarkan. Papah dengan kondisi diluar kemampuan kami. Ntahlah, kekalutan saat itu lagi-lagi menyadarkan. Bahwa manusia hanyalah makhluk lemah, bahwa kita semua tidak berdaya, bahwa ruh kita dipegang oleh Allah Azza Wa Jalla. Kalo boleh jujur, bahkan ku pun membatin jika memang Papah sudah harus pergi, untuk disegerakan, dipermudah langkahnya.. Ga tega.. Hari dipenuhi dengan tangisan.. Saudara, keluarga besar, kerabat, teman-teman Papah pun mulai diinformasikan. Pada awalnya permintaan Papah untuk hanya keluarga inti (Papah) yang diberitahu. Tapi keputusan Om-Tante untuk memberitahukan keluarga besar. Ya, berita kondisi Papah mulai menyebar. Dukungan, perhatian mulai berdatangan. Termasuk sahabat-sahabat Yisc, astray dan sahabat dekatku lainnya yang masuk daftar yang aku informasikan lebih awal..
Perawatan di ruang ICU berbeda dengan perawatan di ruang biasa. Tidak bisa didampingi langsung, jam besuk hanya 2 x 1 jam setiap harinya.. Pukul 11-12 dan 17-18.. Sabtu itu, Papah minim respon. Sebenarnya Mamah dan aku pun sempat konsultasi langsung dengan dokter jaga hari itu, dijelaskan yang intinya Kami diminta untuk mempersiapkan diri dengan kondisi terburuk. Karena ya, Papah sudah komplikasi. Hari Sabtu itu, hari yang Panjang. Kami pun tidak didiamkan untuk meratapi sendiri, dukungan om tante sahabat hadir menemani. Bahkan sampai malam pun kami didampingi, kumpul keluarga dengan pesan-pesan petuah Om Oman terutama untuk kami tidak lepas dari dzikir, mengikhlaskan segala kondisi, dan terus menggaungkan kalimat Allah ke Papah setiap ada kesempatan. Malam minggu itu ka Niken tiba di Jakarta. Aku sama Mamah bobo di kostan. Paginya kami bersiap, sarapan bubur. Kami sama-sama saling menjaga untuk tetap menjaga kondisi tubuh. Jam 8an kalo ga salah, Mamah dan aku sudah di ruang ICU. Alhamdulillah ada kesempatan konsultasi dengan dokter kepala ruangan. Penjelasan bahwa Papah sudah mengalami infeksi akut, aku sempat rekam penjelasan dokter dan ku kirimkan ke grup keluarga. Penjelasan dokter yang menjadi angin segar untuk kami. Pukul 10 Mamah dan aku bersantai depan ruang UGD, kalo ada yang inget aku sempat buat story candaan sama Mamah sekitar pukul 10.30… jam besuk pukul 11, ada Om Wawan (adik Mamah) dan tante Maryam (istrinya) yang hadir. Tante Maryam seorang bidan. Jadi kemudian kami menanyakan segala peralatan Papah. Urutan pertama masuk ruangan, Mamah dan aku.. ini mau ngetik aku pun tertahan.. Bagian emosional yang rasanya masih ingin kusimpan sendirian. Momen terakhir kebersamaan aku dengan Papah…
Mamah dan aku masuk ruangan. Papah terlihat jauh lebih tenang. Tidak kaget karena dokter sudah menjelaskan bahwa Papah diberi obat penenang. Aku pun bercakap searah dengan Papah. “Pah ini Farah sama Mamah datang, papah sabar ya.. ikhlas.. Papah lagi diobatin sekarang. Kondisi Papah….” Blablabla, rekaman yang masih berputar berulang, aku menceritakan penjelasan dokter ke Papah. Dan Papah merespon :) dengan kedipan mata dan tetesan air mata yang menenangkan. “Pah, Farah sayang Papah, semua sayang papah. Papah ikhlas ya.. Maafin Farah, Maafin kita semua…” Tetesan air mata terakhir Papah. Tidak ku tahu saat itu adalah momenku terakhir.. Sampai detik ini ingin rasanya aku tetap berada di ruangan, tidak memberikan kesempatan bergantian untuk menemani Papah. Papah.. Farah kangen…. Mamah sempat berniat untuk ngaji saat itu, aku cegah karena ingin memberi kesempatan ke om tante dan lainnya. Genggaman tangan terakhir, sejujurnya mulai terasa dingin tapi aku tidak mau berasumsi. Percayalah, kami menahan segala asumsi, prasangka, praduga, segala firasat-firasat dan berupaya keras untuk bersandar pada ketetapan Allah. Om Wawan dan Tante Maryam keluar ruangan, berbincanglah kami dengan parallel waktu berjalan, Ka Niken dan Tante Neny di ruangan, terus Abang Vian. Di sisi luar Mamah, aku, Tante Maryam memberi penjelasan segala peralatan yang digunakan.. Di dalam Ka Niken tanya ke suzter karena ada semut-semut disekitar selang dan bantal papah. Di penjelasan akhir Tante Maryam menyatakan ‘pupil mata papah mulai mengecil’. Deggg.. himpitan sesak mulai bermunculan. Aku bersandar di dinding sebrang pintu. Kejadian sangat cepat. Ini bukan sinetron dan skenario buatan manusia. Tante Neny keluar ruang ICU dengan pekikan dan nangis tertahan “Bang Shah…”. Sontak ku masuk ke ruangan, depan nurse station. Mamah, Bang Vian, Bang Reza, dan aku. Aku hanya mampu memeluk Bang Reza, bersandar dengan air mata yang terurai, Bang Reza hanya membisikkan kalimat agar aku ikhlas, menerima, ini yang terbaik dari Allah. Ruangan Papah diselubungi tirai. Dokter datang dan semua kejadian berlangsung cepat. Singkat tapi terasa lama. Hingga dokter memanggil kami, “Keluarga Pak Husin”. Kata Mamah dokter sempat memberi penjelasan singkat, bahwa Papah sudah kena serangan jantung, sedang yang aku dengar.. “dibimbing bapaknya”. Ya, kami langsung mengelilingi Papah, Mamah di samping kanan Papah tidak henti melafaskan tahlil dan takbir, dibelakangnya suzter memompa jantung papah, Bang Vian, aku mencari kaki Papah. Dingin. Dunia berputar di kepala, lemah, tidak berdaya. Ketidakmampuan. “Pah. Pah.. Pah..” Hanya itu yang mampu ku ucapkan. Di sebrang ntah Bang Reza, Tante Neny, ka Niken, samar gambaran jelasnya. Sangat singkat.. singkat.. sampai dokter kemudian menyatakan, “bapak sudah tidak ada”. Pah… Bahkan sampai ku ketikkan ini semua aku masih menangis dan menggigil kedinginan. Ya Allah.. Papah pergi pukul 11.20 di ICU RS Polri Kramatjati, Minggu, 7 April 2019. Innalillahi wa innailaihi rajiun. Mamah, sosok paling kuat, berusaha menuntun Papah di akhir hayat. Aku blank sekarang. Masih kental emosional memori hari itu. Yang aku ingat kemudian, Mamah, Bang Vian dan aku pulang duluan diantar Om Wawan, Tante Maryam. Ritme kehidupanku, kami berubah kemudian..
Kembali ke hari ini.. maghrib tadi, kami sedikit bernostalgia, pesan-pesan prinsip hidup Papah. Oh ya, sedikit cerita Om Oman dulunya guru ngaji abang-abang aku yang kemudian Qadarullah berjodoh dengan Tante Ida (adik Papah) hingga sampai detik ini jadi salah satu sosok tempat kami bertanya perihal agama.. Pesan Papah, Fastabiqul Khairat, diantaranya menjadi pribadi, sosok manusia yang baik terutama kepada sesama manusia, anak yatim dan dhuafa yang harus diperhatikan. Pesan, didikan, ajaran yang dicontohkan langsung oleh Papah. MasyaAllah. Terima kasih ya Pah…
Sejujurnya aku kehabisan kata sekarang. Rindu yang membuncah bercampur dengan kehangatan dari kenangan indah akan ajaran dan didikan Papah. Ya, Papah udah ga ada bersama kami. Tapi didikan, ajaran Papah InsyaAllah terus mengalir di sanubari kami.
Cimanggis, 6 Juni 2019; 00:14 WIB
Farfye
0 notes
Text
Bougenville dan Rakyat Jelata
Penat. Rasanya mata terlalu letih untuk melihat.
Muram. Melangkahku menapaki jalan dan terdiam.
Hari ini Jum'at bukan? Hari yang dinanti semua orang nyaris tanpa terkecuali. Iya, soalnya besok akhir pekan 'kan?
Sholawat belum juga terdengar waktu aku memutuskan tak mengikuti kegiatan rutin organisasi keagamaan tempatku juga bernaung. Semua sibuk masing-masing dan membuatku mendengus bosan.
Selalu seperti ini. Memuakan jika mereka mengatasnamakan kekeluargaan jika pulang saja hanya dibalas senyum tanpa bertanya alasan.
Aku gontai menunggu ojek online. Sampai akhirnya, dapat. Menyusuri jalan Pejaten hingga Cilandak.
Korps Marinir sebagai tempat bernaung rumah sakit yang baru sebulan lalu terakhir kupijak. Bunda jadi alasannya. Terlalu rindu sebab 3 hari tak bertemu, dan selama itu pula aku sendiri di rumah penuh ketakutan.
In shaa Allah Bunda baik. Yang tak baik adalah diriku perihal takut kesiangan bangun.
Lorong rumah sakit yang kulewati lebih jauh lagi dibanding terakhir kemarin kesini. Aku tak tau harus berperasaan apa saat ini. Karena yang terpenting maksud kedatanganku sudah baik-baik.
Ruang Bougenville menjadi tujuan.
Sempit, sesak, dan penuh orang yang menjenguk pasien dirawat. Terang saja sumpek, karena ini hanyalah ruang rawat inap kelas 3. Penyembuhan rakyat jelata.
Aku memandang heran semuanya. Dari yang sakit sampai yang baik-baik. Ini ruang inap RS 'kan?
Walau ada ringis kudengar, setelahnya berisik mengganggu gendang telingaku yang lelah seharian dengar ceramah pelajaran.
Mau gimanapun ya begini, sebatas BPJS gratis setidaknya patut disyukuri. Alhamdulillah sudah mendapat perawatan baik dan intensif.
Malam mulai menemui takdirnya menaungi sebagian bumi tepat di tempat kuberpijak saat ini. Usai kumandang azan Isya yang dilanjutkan berjamaah, aku kembali ke tempat Bunda. Mulai sepi yang kurasa, sebab jam besuk sudah hampir habis.
Semua terjaga dalam cengkrama satu dengan yang lainnya. Ada yang pamit pulang tak lupa mendoakan mereka yang tertinggal, ada pula yang lanjut bergosip ria perihal kehidupannya. Mereka terbuka satu dengan yang lainnya.
"Begini enaknya kelas 3, dari pada yang 'ono' sepi sendiri. Mending sumpek tapi ada teman. Sebagian mungkin ada yang tak nyaman mengenai si sakit dan kegaduhan. Namun, yang sakit punya rasa aman begitu dikelilingi banyak orang dengan senyuman, bukan?'
Ah itu ilmu baruku setelah dari sini. Gak usah gengsi, toh manusia mati juga membutuhkan manusia lain untuk mengurusi jasadnya.
-tawananaksara
Jakarta, 21 Oktober 2017
0 notes
Text
Ust. Al Khathath Masih Dirawat Intensif di RS Bhayangkara dan Belum Diizinkan Besuk
Ust. Al Khathath Masih Dirawat Intensif di RS Bhayangkara dan Belum Diizinkan Besuk
Harianpublik.com, JAKARTA – Permintaan kuasa hukum Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al-Khaththath, Achmad Michdan agar memindahkan kliennya ke Rumah Sakit Bhayangkara dari Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, disetujui oleh pihak kepolisian.
Hal ini dilakukan lantaran kondisi tersangka kasus pemufakatan makar itu menurun sehingga membutuhkan perawatan intensif.
“Kondisi terkininya saya belum tahu, mungkin nanti agak siangan setelah diperiksa dokter. Semalam baru dipindahkan pukul 22.00 WIB,” kata Achmad Michdan ketika dikonfirmasi Okezone, Jumat (19/5/2017).
Saat ini terang dia, Al-Khaththath belum boleh dibesuk. Sebab masih dilakukan pemeriksaan dan perawatan intensif oleh dokter di rumah sakit yang berada di Kramat Jati Jakarta Timur tersebut.
“Ya enggak ada yang menemani karena istri mau besuk enggak boleh.Kita belum bisa berkunjung karena masih pemeriksaan intensif,” katanya.
Kondisi Al-Khaththath diketahui mengalami tekanan darah tinggi di Mako Brimob saat istinya berkunjung ke sana.
“Jadi tekanan darahnya tinggi muntah-muntah dehidrasi jadi kita minta dari sore agar dirawat baru jam 10 malam dirujuk ke RS. Kita baru kita ketahui jam 4 sore karena kebetulan istrinya hari besuk kemaren itu,” tukasnya.
Sebagaimana diketahui, Al-Khaththath ditangkap penyidik Polda Metro Jaya sebelum Aksi 313 digelar. Dia ditangkap bersama empat tokoh lainnya yakni aktivis IMM Zainuddin Arsyad, Wakorlap aksi Bela Islam 313 Irwansyah, Panglima Forum Syuhada Indonesia (FSI) Diko Nugraha dan Andry. (okezone) Sumber : Source link
0 notes
Link
Sujanews.com — Minggu-minggu ini isu ‘kriminalisasi terhadap ulama’ merebak di tengah umat. Sebenarnya, kisah-kisah serupa bukanlah hal baru. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau akrab disapa Buya Hamka pernah mendapatkan ujian berat dan dijebloskan penjara di era rezim Soekarno. Sunnahnya, semakin kokoh agama seorang hamba, makin beratlah ujiannya. Kala itu, di siang Bulan Ramadhan, Buya Hamka, salah satu ulama besar Indonesia ditangkap dengan tuduhan penghianat bangsa. Tuduhan sangat keji yang ditimpakan kepada ulama mulia yang sudah mulai memasuki masa senja. 15 hari Buya diinterogasi dengan kejam. Saat itu umurnya 58 tahun, sudah tua. Perihal penangkapannya ini dicurahkan dengan detail dalam pengantar cetakan XII buku “Tasawuf Modern“. Berikut kutipkannya. “Akhirnya, pengarangnya sendiripun terlepas dari bahaya besar, yaitu bahaya kekal dalam neraka jahannam sesudah hancur nama sendiri dan nama keturunan karena pertolongan “Tasawuf Modern”! Pada hari Senin tanggal 12 Ramadhan 1385, bertepatan dengan 27 Januari 1964 kira-kira pukul 11 siang saya dijemput ke rumah saya, ditangkap dan ditahan. Mulanya dibawa ke Sukabumi. Diadakan pemeriksaan yang tidak berhenti-henti, siang malam, petang pagi. Istirahat hanya ketika makan dan sembahyang saja. 1001 pertanyaan, yah 1001 yang ditanyakan. Yang tidak berhenti-henti ialah selama 15 hari 15 malam. Di sana sudah ditetapkan lebih dahulu bahwa saya mesti bersalah. Meskipun kesalahan itu tidak ada, mesti diadakan sendiri. Kalau belum mengaku berbuat salah, jangan diharap akan boleh tidur. Tidur pun diganggu! Kita pasti tidak bersalah. Di sana mengatakan kita mesti bersalah. Kita mengatakan tidak. Di sana mengatakan ya! Sedang di tangan mereka ada pistol. Satu kali pernah dikatakan satu ucapan yang belum pernah saya dengar selama hidup. “Saudara pengkhianat, menjual Negara kepada Malaysia!” Kelam pandangan mendengar ucapan itu. Berat! Ayah saya adalah seorang Alim Besar. Dari kecil saya dimanjakan oleh masyarakat, sebab saya anak seorang alim! Sebab itu maka ucapan terhadap diri saya di waktu kecil adalah ucapan kasih. Pada usia 16 tahun saya diangkat menjadi Datuk menurut adat gelar pusaka saya ialah Datuk Indomo. Sebab itu sejak usia 12 tahun saya pun dihormati secara adat. Lantaran itu sangat jaranglah orang mengucapkan kata-kata kasar di hadapan saya. Kemudian sayapun berangsur dewasa. Saya campuri banyak sedikitnya perjuangan menegakkan masyarakat bangsa, dari segi agama, dari segi karang-mengarang, dari segi pergerakan Islam, Muhammadiyah dan lain-lain. Pada tahun 1959 Al-Azhar University memberi saya gelar Honoris Causa, karena saya dianggap salah satu ulama terbesar di Indonesia. Sekarang terdengar saja ucapan: “Saudara pengkhianat, menjual negara kepada Malaysia.” Memang kemarahan saya itulah rupanya yang sengaja dibangkitkannya. Kalau saya melompati dia dan menerkamnya, tentu sebutir peluru saja sudah dalam merobek dada saya. Dan besoknya tentu sudah dapat disiarkan berita di surat-surat kabar: “Hamka lari dari tahanan, lalu dikejar, tertembak mati!” Syukur Alhamdulillah kemarahan itu dapat saya tekan, dan saya insaf dengan siapa saya berhadapan. Saya yang tadinya sudah mulai hendak berdiri terduduk kembali dan meloncatlah tangis saya sambil meratap: “Janganlah saya disiksa seperti ini. Bikinkan sajalah satu pengakuan bagaimana baiknya, akan saya tandatangani. Tetapi kata-kata demikian janganlah saudara ulang lagi!” “Memang saudara pengkhianat!” katanya lagi dan diapun pergi sambil menghempaskan pintu. Remuk rasanya hati saya. Mengertilah saya sejak saat itu mengapa maka segala barang tajam wajib dijauhkan dari tahanan yang sedang diperiksa. Di saat seperti itu, setelah saya tinggal seorang diri, datanglah tetamu yang tidak diundang, dan yang memang selalu datang kepada manusia di saat seperti demikian. Yang datang itu ialah SETAN! Dia membisikkan ke dalam hati saya, supaya saya ingat bahwa di dalam simpanan saya masih ada pisau silet. Kalau pisau itu dipotongkan saja kepada urat nadi, sebentar kita sudah mati. Biar orang tahu bahwa kita mati karena tidak tahan menderita. Hampir satu jam lamanya terjadi perang hebat dalam bathin saya, di antara perdayaan Iblis dengan Iman yang telah dipupuk berpuluh tahun ini. Sampai-sampai saya telah membuat surat wasiat yang akan disampaikan kepada anak-anak di rumah. Tetapi Alhamdulillah! Iman saya menang. Saya berkata kepada diriku: “Kalau engkau mati membunuh diri karena tidak tahan dengan penderitaan bathin ini, mereka yang menganiaya itu niscaya akan menyusun pula berita indah mengenai kematianmu. Engkau kedapatan membunuh diri dalam kamar oleh karena merasa malu setelah polisi mengeluarkan beberapa bukti atas pengkhianatan. Maka hancurlah nama yang telah engkau modali dengan segala penderitaan, keringat dan air mata sejak berpuluh tahun. Dan ada orang yang berkata: Dengan bukunya “Tasawuf Modern” dia menyeru orang agar sabar, tabah dan teguh hati bila menderita satu percobaan Tuhan. Orang yang membaca bukunya itu semuanya selamat karena nasihatnya, sedang dirinya sendiri memilih jalan yang sesat. Pembaca bukunya masuk Surga karena bimbingannya, dan dia di akhir hayatnya memilih Neraka.” Jangankan orang lain, bahkan anak-anak kandungmu sendiri akan menderita malu dan menyumpah kepada engkau.” Syukur Alhamdulillah, perdayaan setan itu kalah dan diapun mundur. Saya menang! Saya menang! Klimaks itu terlepas. Setelah selesai pemeriksaan yang kejam seram itu, mulailah dilakukan tahanan berlarut-larut. Akhirnya dipindahkan ke rumah sakit Persahabatan di Rawamangun Jakarta, karena sakit. Maka segeralah saya minta kepada anak-anak saya yang selalu melihat saya (besuk) agar dibawakan “Tasawuf Modern”. Saya baca dia kembali di samping membaca Al Qur’an. Pernah seorang teman yang datang, mendapati saya sedang membaca “Tasauf Modern”. Lalu dia berkata: “Eh, Pak Hamka sedang membaca karangan Pak Hamka!” “Memang!” –jawab saya: “Hamka sedang memberikan nasihat kepada dirinya sendiri sesudah selalu memberi nasihat kepada orang lain. Dia hendak mencari ketenangan jiwa dengan buku ini. Sebab telah banyak orang memberitahukan kepadanya bahwa mereka mendapat ketenangannya kembali karena membaca buku “Tasawuf Modern” ini!” Ulama akan diuji. Ini pasti. Yang belum pasti itu kita. Jangan-jangan ujian ke ulama menjadi ujian pula untuk kita. Dimana posisi kita? Apakah kita termasuk sang pencaci, yang karena kejahilan diri menghina orang-orang yang Allah cintai? Atau malah kita ada dibarisan pecinta ulama? Yang dengan kecintaan ini kita berharap….benar-benar berharap… Allah mengumpulkan kita bersama beliau-beliau yang mulia. Ulama Rabbani. Bersama, di Surga. [Sujanews.com] from Sujanews.com | Portal Informasi Terpercaya http://ift.tt/2jSV26j via IFTTT
0 notes
Photo
15 HARI BUYA HAMKA DISIKSA. Semakin kokoh agama seorang hamba, makin beratlah ujiannya. Didalamnya terdapat ulama-ulama besar. Beliau-beliau mendapatkan ujian yang sangat hebatnya. Sulit nalar ini menggapai bahwa ada manusia yang bisa dengan manis melewatinya. Termasuklah Buya Hamka, salah satu ulama besar Indonesia. Disiang Ramadhan, Buya Hamka pernah ditangkap dengan tuduhan penghianat bangsa. Tuduhan sangat keji yang ditimpakan kepada ulama mulia yang sudah mulai memasuki masa senja. 15 hari beliau diinterogasi dengan kejam. Dibulan Ramadhan. Saat itu beliau berumur 58 tahun, sudah tua. Perihal penangkapannya ini beliau curahkan dengan detail dalam pengantar cetakan XII buku "Tasawuf Modern". Berikut saya kutipkan. ------ "Akhirnya, pengarangnya sendiripun terlepas dari bahaya besar, yaitu bahaya kekal dalam neraka jahannam sesudah hancur nama sendiri dan nama keturunan karena pertolongan “Tasawuf Modern”! Pada hari Senin tanggal 12 Ramadhan 1385, bertepatan dengan 27 Januari 1964 kira-kira pukul 11 siang saya dijemput ke rumah saya, ditangkap dan ditahan. Mulanya dibawa ke Sukabumi. Diadakan pemeriksaan yang tidak berhenti-henti, siang malam, petang pagi. Istirahat hanya ketika makan dan sembahyang saja. 1001 pertanyaan, yah 1001 yang ditanyakan. Yang tidak berhenti-henti ialah selama 15 hari 15 malam. Di sana sudah ditetapkan lebih dahulu bahwa saya mesti bersalah. Meskipun kesalahan itu tidak ada, mesti diadakan sendiri. Kalau belum mengaku berbuat salah, jangan diharap akan boleh tidur. Tidur pun diganggu! Kita pasti tidak bersalah. Di sana mengatakan kita mesti bersalah. Kita mengatakan tidak. Di sana mengatakan ya! Sedang di tangan mereka ada pistol. Satu kali pernah dikatakan satu ucapan yang belum pernah saya dengar selama hidup. “Saudara pengkhianat, menjual Negara kepada Malaysia!” Kelam pandangan mendengar ucapan itu. Berat! Ayah saya adalah seorang Alim Besar. Dari kecil saya dimanjakan oleh masyarakat, sebab saya anak seorang alim! Sebab itu maka ucapan terhadap diri saya di waktu kecil adalah ucapan kasih. Pada usia 16 tahun saya diangkat menjadi Datuk menurut adat gelar pusaka saya ialah Datuk Indomo. Sebab itu sejak usia 12 tahun saya pun dihormati secara adat. Lantaran itu sangat jaranglah orang mengucapkan kata-kata kasar di hadapan saya. Kemudian sayapun berangsur dewasa. Saya campuri banyak sedikitnya perjuangan menegakkan masyarakat bangsa, dari segi agama, dari segi karang-mengarang, dari segi pergerakan Islam, Muhammadiyah dan lain-lain. Pada tahun 1959 Al-Azhar University memberi saya gelar Honoris Causa, karena saya dianggap salah satu Ulama Terbesar di Indonesia. Sekarang terdengar saja ucapan: “Saudara pengkhianat, menjual negara kepada Malaysia.” Gemetar tubuh saya menahan marah, kecil polisi yang memeriksa dan mengucapkan kata-kata itu saya pandangi, dan pistol ada di pinggangnya. Memang kemarahan saya itulah rupanya yang sengaja dibangkitkannya. Kalau saya melompati dia dan menerkamnya, tentu sebutir peluru saja sudah dalam merobek dada saya. Dan besoknya tentu sudah dapat disiarkan berita di surat-surat kabar: “Hamka lari dari tahanan, lalu dikejar, tertembak mati!” Syukur Alhamdulillah kemarahan itu dapat saya tekan, dan saya insaf dengan siapa saya berhadapan. Saya yang tadinya sudah mulai hendak berdiri terduduk kembali dan meloncatlah tangis saya sambil meratap: “Janganlah saya disiksa seperti ini. Bikinkan sajalah satu pengakuan bagaimana baiknya, akan saya tandatangani. Tetapi kata-kata demikian janganlah saudara ulang lagi!” “Memang saudara pengkhianat!” katanya lagi dan diapun pergi sambil menghempaskan pintu. Remuk rasanya hati saya. Mengertilah saya sejak saat itu mengapa maka segala barang tajam wajib dijauhkan dari tahanan yang sedang diperiksa. Di saat seperti itu, setelah saya tinggal seorang diri, datanglah tetamu yang tidak diundang, dan yang memang selalu datang kepada manusia di saat seperti demikian. Yang datang itu ialah SETAN! Dia membisikkan ke dalam hati saya, supaya saya ingat bahwa di dalam simpanan saya masih ada pisau silet. Kalau pisau itu dipotongkan saja kepada urat nadi, sebentar kita sudah mati. Biar orang tahu bahwa kita mati karena tidak tahan menderita. Hampir satu jam lamanya terjadi perang hebat dalam bathin saya, di antara perdayaan Iblis dengan Iman yang telah dipupuk berpuluh tahun ini. Sampai-sampai saya telah membuat surat wasiat yang akan disampaikan kepada anak-anak di rumah. Tetapi Alhamdulillah! Iman saya menang. Saya berkata kepada diriku: “Kalau engkau mati membunuh diri karena tidak tahan dengan penderitaan bathin ini, mereka yang menganiaya itu niscaya akan menyusun pula berita indah mengenai kematianmu. Engkau kedapatan membunuh diri dalam kamar oleh karena merasa malu setelah polisi mengeluarkan beberapa bukti atas pengkhianatan. Maka hancurlah nama yang telah engkau modali dengan segala penderitaan, keringat dan air mata sejak berpuluh tahun. Dan ada orang yang berkata: Dengan bukunya “Tasawuf Modern” dia menyeru orang agar sabar, tabah dan teguh hati bila menderita satu percobaan Tuhan. Orang yang membaca bukunya itu semuanya selamat karena nasihatnya, sedang dirinya sendiri memilih jalan yang sesat. Pembaca bukunya masuk surga karena bimbingannya, dan dia di akhir hayatnya memilih neraka.” Jangankan orang lain, bahkan anak-anak kandungmu sendiri akan menderita malu dan menyumpah kepada engkau." Syukur Alhamdulillah, perdayaan setan itu kalah dan diapun mundur. Saya menang! Saya menang! Klimaks itu terlepas. Setelah selesai pemeriksaan yang kejam seram itu, mulailah dilakukan tahanan berlarut-larut. Akhirnya dipindahkan ke rumah sakit Persahabatan di Rawamangun Jakarta, karena sakit. Maka segeralah saya minta kepada anak-anak saya yang selalu melihat saya (besuk) agar dibawakan “Tasawuf Modern”. Saya baca dia kembali di samping membaca Al Qur’an. Pernah seorang teman yang datang, mendapati saya sedang membaca “Tasauf Modern”. Lalu dia berkata: “Eh, Pak Hamka sedang membaca karangan Pak Hamka!” “Memang!” –jawab saya: “Hamka sedang memberikan nasihat kepada dirinya sendiri sesudah selalu memberi nasihat kepada orang lain. Dia hendak mencari ketenangan jiwa dengan buku ini. Sebab telah banyak orang memberitahukan kepadanya bahwa mereka mendapat ketenangannya kembali karena membaca buku “Tasawuf Modern” ini!” --- Ulama akan diuji. Ini pasti. Yang belum pasti itu kita. Jangan-jangan ujian ke ulama menjadi ujian pula untuk kita. Dimana posisi kita? Apakah kita termasuk sang pencaci, yang karena kejahilan diri menghina orang-orang yang Allah cintai? Atau malah kita ada dibarisan pecinta ulama? Yang dengan kecintaan ini kita berharap....benar-benar berharap... Allah mengumpulkan kita bersama beliau-beliau yang mulia. Ulama Rabbani. Bersama, di Surga. *arif rahman lubis with Rusiawan CBU and Naufal – View on Path.
0 notes
Text
untitled .
Aku segera bangun dari kantukku. Ibu dan Ayah sudah kembali. Padahal baru saja kemarin malam mereka berangkat ke Purwokerto untuk urusan kerja Ibu. Tapi beberapa jam kemudian, mereka harus kembali ke Jakarta dengan satu alasan penting dan mendesak. Kakak iparku akan melahirkan melalui jalur caesar.
Aku keluar dari kamarku yang kebetulan hanya berselang satu pintu masuk dari kamar ibuku. Suasananya tidak hangat. Dingin sekali menurutku. Ibuku tengah terisak tapi tangannya terus bekerja merapikan barang- barang yang harus dibawa ke rumah sakit. “Kasihan anak ibu di rumah sakit sendiri gak ada yang temenin,” begitu lirih kata- katanya keluar sambil terus terisak. Aku hanya terdiam melihat dari depan pintu. Sedangkan adik dan kakak-kakakku terus membantu ibuku merapikan apa saja yang akan beliau bawa. Aku masih terdiam. Bukan, bukan aku tidak mau membantu. Tapi di saat seperti itu aku memang hanya memilih untuk memperhatikan saja.
Beberapa menit kemudian, angkutan yang dipesan online oleh kakakku sudah datang menjemput. Ayah dan Ibu ku langsung ngacir dengan pamit cepat pada anak- anaknya. Tidak mandi dan tidak makan. Hanya wudhu dan minum air putih. Ayah dan Ibu ku kembali pergi.
--
Esok harinya aku baru bisa mengunjungi kakak iparku yang melahirkan. lokasinya memang tidak terlalu jauh dari rumah. Tapi banyak alasan yang memang aku belum bisa menjenguknya. Ah, dasar. Aku memang selalu mencari banyak alasan untuk hal tertentu.
Aku memilih sabtu pagi untuk menjenguk kakakku di rumah sakit, bersama adikku. Kami berdua jalan tanpa pamit pada Ayah yang kebetulan masih tidur dan Ibu yang sedari pagi sudah hilang entah kemana.
Sesampainya kami di rumah sakit, ya, seperti biasa. Kau tahu lah bagaimana menjenguk orang habis melahirkan. Ngobrol sedikit tentang banyaknya rasa sakit seorang perempuan melahirkan, dan ya, tentu saja, baby show.
Beberapa jam aku hanya menunggu di ruang tunggu karena jam besuk sudah berakhir. Tapi kudapati kabar Ibu ku datang dengan Ayah dan kakakku yang juga belum menjenguk. Aku mulai tak merasa nyaman. Entah, saat itu perasaanku memang sedang tidak baik sama sekali terkait banyak hal. Ku putuskan untuk pulang saja ke rumah.
Malam hari, aku dikabarkan Ibu ku tidak pulang, dan berganti jaga dengan abangku yang istrinya baru melahirkan itu.
Sekitar jam sepuluh malam, aku masih belum tidur, tapi mataku sudah mengejap- mengejap ingin tidur.
Tak sadar, aku menangis saat itu. Menangisi mengapa Ibu ku baik sekali.
Ibu. Apa nanti kalau aku melahirkan Ibu juga akan berada di sampingku?
Aku hanya takut, di saat sulit ku nanti aku seorang diri. Aku takut sekali.
Allah, berikanlah keberkahan dalam setiap sisa umur ku, ibu ku, ayah ku, saudara - saudari ku.
Ampunillah dosa- dosa kami. Jauhkanlah kami dari siksa api neraka Mu. Pertemukanlah kami kelak di surga Mu, ya Rabb.
Kampus, 11 Januari 2017.
0 notes
Text
Jadwal Jam Besuk RSU Pengayoman Cipinang
Assalamua’alaikum, Artikel kali ini akan membahas secara lengkap tentang Jadwal Jam Besuk RSU Pengayoman Cipinang, fasilitas dan pelayanan yang tersedia, serta informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengunjung dan pasien. RSU Pengayoman Cipinang merupakan salah satu rumah sakit umum yang menyediakan berbagai layanan kesehatan untuk masyarakat. Dengan fasilitas yang memadai dan tenaga medis…
#Fasilitas RSU Pengayoman#Jadwal Jam Besuk RSU Pengayoman Cipinang#Jam Besuk RSU Pengayoman Cipinang#Jam Besuk Rumah Sakit Jakarta#Jam Kunjungan RSU Pengayoman Cipinang#Panduan Kunjungan RSU Pengayoman Cipinang#Pasien BPJS RSU Pengayoman Cipinang#Pelayanan RSU Pengayoman Cipinang#Poli Dokter Spesialis RSU Pengayoman#RSU Pengayoman Cipinang#Sejarah RSU Pengayoman Cipinang
0 notes
Text
Jadwal Jam Besuk RS Yadika Pondok Bambu
RS Yadika Pondok Bambu merupakan salah satu rumah sakit swasta yang dikenal dengan pelayanan kesehatan berkualitas di Jakarta. Dengan fasilitas modern dan tenaga medis yang profesional, RS Yadika Pondok Bambu terus berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Dalam artikel ini, kita akan membahas jadwal jam besuk di RS Yadika Pondok Bambu, serta memberikan informasi mendetail tentang…
#Fasilitas RS Yadika Pondok Bambu#Jadwal Jam Besuk RS Yadika Pondok Bambu#jam besuk pasien rs yadika pondok bambu#Jam Besuk RS Yadika Pondok Bambu#Jam Besuk Rumah Sakit Jakarta#Jam Kunjungan RS Yadika Pondok Bambu Jakarta#Panduan Kunjungan RS Yadika Pondok Bambu#Pasien BPJS RS Yadika Pondok Bambu#Pelayanan RS Yadika Pondok Bambu#Poli Dokter Spesialis RS Yadika#RS Yadika Pondok Bambu#Sejarah RS Yadika Pondok Bambu
0 notes
Text
Jadwal Jam Besuk RSUD Kemayoran Jakarta
Dalam artikel Jadwal Jam Besuk RSUD Kemayoran Jakarta ini, kami akan membahas jadwal jam besuk di RSUD Kemayoran Jakarta, serta memberikan informasi mendetail tentang fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit ini. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda yang ingin mengunjungi pasien atau membutuhkan informasi tentang layanan di RSUD Kemayoran. RSUD Kemayoran Jakarta merupakan salah…
#Fasilitas RSUD Kemayoran#Inovasi RSUD Kemayoran#Jadwal Jam Besuk RSUD Kemayoran Jakarta#Jam Besuk RSUD Kemayoran Jakarta#Jam Besuk Rumah Sakit Jakarta#Jam Kunjungan RSUD Kemayoran Jakarta#Panduan Kunjungan RSUD Kemayoran#Pelayanan RSUD Kemayoran#Poli Dokter Spesialis RSUD Kemayoran#RSUD Kemayoran Jakarta#Sejarah RSUD Kemayoran
0 notes
Text
Jadwal Jam Besuk RS Pekerja
Kunjungan ke rumah sakit bukan hanya sebuah formalitas, tetapi juga wujud nyata dari dukungan moral yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan pasien. RS Pekerja, sebagai salah satu rumah sakit yang melayani masyarakat umum dan pekerja, memiliki aturan kunjungan yang terstruktur untuk memastikan kenyamanan pasien sekaligus mempermudah pengunjung. Artikel ini akan memberikan informasi…
#aturan besuk RS Pekerja#aturan kunjungan pasien RS Pekerja#BPJS di RS Pekerja#fasilitas RS Pekerja#informasi kunjungan RS Pekerja#Jadwal Jam Besuk RS Pekerja#jadwal kunjungan pasien RS Pekerja#jam kunjungan RS Pekerja#layanan kesehatan RS Pekerja#layanan RS Pekerja#poliklinik RS Pekerja#protokol kesehatan RS Pekerja#rumah sakit di Jakarta#rumah sakit pekerja Jakarta#tips menjenguk pasien RS Pekerja
0 notes
Text
Jadwal Jam Besuk RS Gading Pluit
Menjenguk keluarga atau teman yang sedang dirawat di rumah sakit adalah salah satu bentuk dukungan moral yang sangat berarti. Kunjungan dari orang-orang terdekat seringkali mampu memberikan semangat dan mempercepat proses pemulihan pasien. Namun, agar kunjungan tersebut memberikan manfaat maksimal dan tidak mengganggu proses perawatan, penting untuk memahami jadwal jam besuk serta aturan yang…
#aturan besuk pasien#aturan besuk rumah sakit#aturan kunjungan RS Gading Pluit#informasi rumah sakit Gading Pluit#jadwal besuk pasien rumah sakit#Jadwal Jam Besuk RS Gading Pluit#jam besuk rumah sakit Gading Pluit#jam besuk terbaru RS Gading Pluit#jam kunjungan pasien RS Gading Pluit#kunjungan pasien RS Gading Pluit#peraturan kunjungan RS Gading Pluit#RS Gading Pluit Jakarta Utara#rumah sakit Gading Pluit#tips berkunjung ke rumah sakit#tips kunjungan rumah sakit Gading Pluit
0 notes
Text
Jadwal Jam Besuk RS Meilia Cibubur
Menjenguk keluarga atau teman yang sedang dirawat di rumah sakit adalah bentuk kepedulian dan dukungan yang sangat berarti. Kehadiran Anda dapat membawa semangat dan kenyamanan bagi pasien, membantu mereka merasa didukung selama masa pemulihan. Namun, agar kunjungan tersebut berjalan lancar dan nyaman, penting untuk mengetahui jadwal jam besuk serta aturan yang berlaku di rumah sakit tujuan. Bagi…
#aturan kunjungan RS Meilia#aturan kunjungan rumah sakit#informasi jadwal besuk RS Meilia#jadwal besuk terbaru RS Meilia#Jadwal Jam Besuk RS Meilia Cibubur#jadwal kunjungan pasien#jam besuk pasien RS Meilia#jam besuk rumah sakit Cibubur#panduan kunjungan RS Meilia Cibubur#peraturan jam besuk RS Meilia#RS Meilia Cibubur Jakarta#rumah sakit di Cibubur#rumah sakit Meilia Cibubur#tips berkunjung ke rumah sakit#tips kunjungan RS Meilia
0 notes