#Induksi Tidur
Explore tagged Tumblr posts
Text
Assalamu'alaikum Aqsha!
Rabu, 17 Juli 2024M | 12 Muharram 1446H
اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ
Telah lahirnya putera pertama kami tepat di pukul 19.39 WIB di Rumah Sakit Hermina Medan.
Bismillah, aku ingin menuliskan kisah persalinan dan proses bagaimana seorang sosok penerus peradaban lahir dari rahimku kemarin.
Berawal dari merasakan kontraksi di tanggal 14 Juli. Malam hari tidurku sudah mulai tidak nyenyak, hampir setiap 10-20 menit sekali aku merasakan kontraksi. Saat aku cek juga sudah mulai ada flek dan cairan bening yang keluar.
Paginya aku dan suami langsung bergegas ke rumah sakit untuk mengecek, karena sebenernya kami punya agenda untuk mengikuti event sudut pandang dan ittiba' dari komunitas Yuk Ngaji Medan, kebetulan juga aku salah satu panitianya dan suami sudah membeli tiket kedua event tersebut.
Setelah cek di Rumah Sakit, hasilnya belum ada bukaan. Dokter langsung menyarankan aku untuk pulang, beraktivitas seperti biasa, dan lebih banyak lagi bergerak untuk jalan lahir si bayi.
Dengan memantapkan hati, aku dan suami memilih untuk pergi ke event yuk ngaji. Sembari mengikuti event, menjadi panitia, aku merasakan gelombang cinta per 10-20 menit sekali. MasyaAllah.
Tetapi pelan-pelan kontraksi itu berkurang, saat malam hari bisa 30 menit sekali mungkin kontraksi itu muncul dan hanya sebentar saja. Setelah event tersebut, malam itu aku bisa tertidur lelap. Mungkin karena kelelahan juga ya pikirku saat itu.
Besoknya tanggal 15 Juli, kontraksi juga sering muncul per 30 menit. Flek juga semakin banyak.
Malam harinya, aku tidak bisa tidur lagi. Kontraksi semakin kencang, bisa 5-10 menit sekali. Semakin sakit dan nyeri rasanya.
Suami sudah membujuk aku untuk pergi ke Rumah Sakit sejak jam 2 pagi, tapi aku masih mengurungkan niat dan menunggu, berharap kontraksi semakin cepat lagi.
Namun ternyata, pukul 4 lewat aku sudah tidak tahan. Dicoba untuk tidur pun tak bisa, kontraksi nya sangat membuatku tidak nyaman.
Aku dan suami pun langsung bergegas ke Rumah Sakit sebelum shubuh (aku tidak ingat waktu pastinya).
Tanggal 16 Juli, kembali lagi ke Rumah Sakit. Setelah di cek oleh bidan disana, aku sudah bukaan 1. Alhamdulillah pikirku. Si dedek bayi sudah ingin keluar.
Sembari menunggu bertambahnya bukaan, aku berusaha untuk jalan di sekitar rumah sakit ditemani suami, melakukan pergerakan agar si dede bayi semakin semangat untuk keluar juga.
Qadarullah, bukaannya tidak bertambah banyak. Sejak siang hari sampai besok paginya tanggal 17 Juli, bukaannya tetap di 3-4. Belum bertambah.
Kekhawatiran itu muncul dari dalam hati. Kenapa? Apakah aku masih kurang gerak? Batinku.
Karena tidak bertambahnya bukaan, dokter pun menyarankan agar aku di induksi. Aku diberikan perangsang kontraksi agar bukaan bertambah.
Alhamdulillah atas izin Allah:
- Pukul 12 siang aku sudah bukaan 5-6
- Pukul 2 siang bukaan bertambah menjadi 7-8
- Pukul 4 sore menjadi bukaan 9
- Pukul setengah 6, sudah bukaan 10.
Saat bukaan 10, aku memperhatikan sekitar ruangan bersalin, semua bidan sudah bergerak mempersiapkan persalinanku.
Tidak ada lagi jeda kontraksi. Perut, vagina, bokong, semua terasa nyeri dan aku seperti ingin mengeluarkan sesuatu sesegera mungkin.
Alhamdulillah Allah bantu, Allah mampukan. Pukul 19.39, buah hati kami lahir ke dunia ini.
Semuanya atas izin Allah.
Alhamdulillah bini'matihi tatimmush sholihaat.
Mohon do'a nya untuk teman-teman yang membaca.
Semoga anak kami menjadi anak yang shalih, qurrota a'yun, faqih fiddin. Aamiin allahumma aamiin
Yang berbahagia,
Ola & Farhan ( @farauzanotes )
| Medan, 29 Juli 2024
6 notes
·
View notes
Text
Kamis Manis
Fajar tiba dengan tepat waktunya. Tak seperti biasa, kali ini aku sudah terbangun sebelum azan berkumandang tiba. Dikejutkannya aku dengan kasur yang basah penuh cairan tanpa warna. Aku kira berkemih ketika tidur adalah penyebabnya. Bergegas aku menuju kamar kecil membersihkan segala noda. Serta tak lupa membangunkan sang Tuan yang masih tertidur dengan lelapnya. Gelombang cinta yang sempat terhenti sesaat, kini kembali aku rasa. Tak perlu berlama-lama, dihubunginya bidan terdekat dengan segera.
Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh, kala kami meninggalkan kediaman. Tidak lupa dibawanya semua peralatan. Tak perlu waktu lama kami telah sampai pada tujuan. Segera diperiksanya aku, dan rupanya bukaan belum ada penambahan. Cairan bening tadi ternyata adalah air ketuban. Ditunggunya selama dua jam, namun tak ada perubahan. Segera mereka membawaku menuju rumah sakit umum yang tak jauh dari praktik bidan. Mobilku melaju kencang pada pukul sembilan.
Tiba di rumah sakit dengan perut yang kian melilit. Lekas diperiksanya aku, dan pembukaan kini bertambah sedikit. Diputuskan menggunakan cairan induksi untuk mempercepat segala persalinan ini. Lantaran enam jam sudah air ketuban keluar dini. Khawatir sang janin tertelan nanti. Rasa sakit pun tak bisa aku hindari lagi. Nyaris enam jam menahan kontraksi yang tanpa permisi.
Tibalah pukul setengah tiga, segala pembukaan telah lengkap sempurna. Sang Tuan telah berada di sisiku sejak pukul dua. Bersama aba-aba dari para ahli, akhirnya yang dinantikan telah tiba. Tepat ketika azan ashar menyapa. Pada hari Kamis di bulan ke sebelas tepatnya. Putri cantik nan sempurna menyapa dunia. Segala puji kami haturkan pada Tuhan sang pencipta.
3 notes
·
View notes
Text
Surga sebelum Surga.
Sepenggal kata ini menggambarkan bagaimana perasaan juga perjuangan seorang perempuan mengantar sang buah hatinya ke dunia.
01/
Tentang kepayahan demi kepayahan yang dialami selama masa mengandung sembilan bulan. Saat janin masih berada di dalam perut seorang ibu.
Ketika memasuki trimester awal kehamilan sebagian ibu merasa kehilangan selera makan. Tak mengenal waktu pagi ataupun siang dan malam, selalu saja mengalami morning sickness.
Mual, muntah, pusing sudah seperti obat yang diminum tiga kali sehari. Tak bisa mencium bau-bauan yang menyengat. Entah itu hanya bau deodoran, odol, sabun, parfum jenis tertentu. Sehingga saat mau masuk WC aroma itu makin menambah intensitas mual dan muntah yang makin tak karuan. Juga bau masakan dari bumbu perbawangan. Ada pula yang tak bisa sama sekali mencium bau durian.
Belum lagi dorongan ngidam yang hanya ingin memakan jenis makanan tertentu. Parahnya, ada ibu hamil yang mengalami muntah darah hingga harus bedrest total di rumah.
Ada ibu yang baru bisa makan saat sudah diberi obat pereda mual. Ada ibu yang tidak bisa melihat cahaya matahari selama masa awal mengandungnya sehingga harus sepenuhnya mengurung diri di kamar.
Ada juga yang harus rela janinnya keguguran karena terlalu banyak gerak, kehamilan diluar rahim dan berbagai perjuangan ibu lainnya yang heroik.
02/
Lelah itu malah bertambah saat usia kandungan semakin menua, menjelang trimester ketiga. Ketika ukuran janin semakin besar, perut membuncit seperti membawa bola yang beratnya hampir sepadan dengan tabung gas elpiji.
Saat pagi maunya rebahan. Walaupun sudah bisa makan banyak tapi ketemu sembelit. Bicara saja, nafasnya sudah ngos-ngosan. Bahkan langganan setiap beberapa menit ke toilet untuk buang air kecil.
Malamnya, tidur makin tak nyenyak. Gaya apapun entah miring kanan ataupun ke kiri sudah tak nyaman lagi. Belum lagi beban pikiran mengahadapi persalinan yang dibayang-bayangi kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Apalagi jika itu adalah persalinan pertama.
03/
Tentang keletihan yang makin menjadi-jadi saat menjelang persalinan. Tentang rasa nikmatnya menahan gelombang cinta kontraksi dari pembukaan satu menuju ke sepuluh.
Ada yang menjalaninya hanya dalam hitungan jam, adapula yang berhari-hari bahkan ada yang sampai berpekan-pekan lamanya.
Dimana semua cairan berbaur menjadi satu dalam tubuh ringkih nan rapuh sang ibu. Tangisan air mata haru dan bahagia yang menetes tak terbendung mengalahi rasa sakit.
Keringat yang meluncur satu persatu membanjiri setiap lekuk tubuh. Air ketuban dengan aromanya yang khas meledak seperti balon udara dalam rahim, keluar membasahi seisi ranjang persalinan. Ada pula yang ketubannya pecah dini sehingga mau tak mau harus segera di induksi.
Berkantung-kantung darah merah segar yang mengalir bagai air bah dari kedua tungkai sang ibu tak mampu lagi dilukiskan rasanya seperti apa. Mungkin seperti retaknya beberapa tulang dalam satu hentakan.
Ada yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang mengharuskannya dioperasi caesar secepatnya. Ada yang operasinya berhasil namun ada pula yang mengalami trauma yang hebat.
Ada yang berteriak meraung-raung karena sakitnya memang tak lagi tertahankan. Ada yang antara setengah sadar mengeja lirih doa-doa dalam pengharapan kepada Tuhannya karena tak sanggup lagi menahan derita yang begitu memilukan.
Namun ada pula yang tetap tenang, menaklukan semua rasa yang mengoyakkan seisi badannya. Merayu jiwa dan raganya agar tetap tenang dan tak begitu saja menyerah. Fokus mengatur ritme nafas sebaik-baiknya, meski perih dan pedihnya tak seketika berangsur lenyap.
Hanya bisa dilalui dengan keyakinan bahwa Tuhan maha Melihat segala perjuangan dan pengorbanan semasa melahirkan. Membujuk Tuhan agar mau menggantinya dengan senyum tawa kebahagiaan hadirnya seorang anak sebagai pelipur laranya selama ini.
04/
Tentang perjuangan di atas perjuangan sesaat setelah melahirkan. Tiga puluh menit pertama setelah persalinan adalah waktu yang sangat menentukan untuk keselamatan dan kehidupan sang ibu.
Karena bagi sebagian ibu yang melahirkan di saat itu, sangat rentan akan komplikasi dan berbagai penyulit persalinan. Bahkan ada yang sampai berujung pada kematian jika tidak ditangani sesigap dan secepat mungkin.
Plasenta yang harus segera menyusul saat bayinya lahir. Ada ibu yang mengalami pendarahan hebat karena sisa plasenta masih tertinggal dan berujung di korek. Ada pula yang harus di vakum. Semuanya memiliki resiko yang berat.
Seorang ibu mesti bersiap menyambut bayinya yang baru lahir. Memasuki babak baru kehidupan mengASIhi. Dimana perhatian utuh, pelukan hangat begitu dibutuhkan sang bayi saat sang ibu sendiri belumlah sepenuhnya pulih.
Ada ibu yang sudah lemah tubuhnya lagi payah jiwanya terpaksa merawat bayinya dengan sisa-sisa kekuatannya yang perlahan habis.
Ada yang sampai mengalami depresi hingga baby blues paska lahir karena belum menyesuaikan diri menerima status baru dari seorang istri menjadi ibu sepaket dengan segala tanggung jawabnya.
Bukan hanya soal menghadapi kehamilan dan persalinan saja, bertambah lemah ini juga meliputi kondisi saat menyapih dan mendidik anak yang sungguh luar biasa perjuangannya.
05/
Dari segala kesusahan, keletihan, kelelahan yang dialami seorang ibu justru menunjukkan bahwa seorang wanita bukanlah mahkluk yang lemah. Justru merekalah manusia-manusia kuat yang merasakan kepayahan demi kepayahan namun juga mampu menghalau semua rasa sakitnya bersamaan.
Lalu apakah seorang ibu marah dan putus asa dengan segala keletihannya melalui semua proses campur aduk dari mengandung, melahirkan dan membesarkan anak-anaknya? Jawabannya, tidak. Sebab semuanya dilalui karena luasnya cinta ibu pada sang anak.
Maka benarlah sabda Nabi kita Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ketika ditanya oleh para sahabat tentang siapa yang harus pertama kali dihormati dalam kehidupan ini. Jawaban beliau; Ummuka, Ummuka, Ummuka, tsumma Abuuka. (ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu).
Semoga kita mampu mengambil hikmah yang terserak dibalik setiap perjalanan seorang ibu. Bahwa padanya diletakkan kemuliaan juga kehormatan yang agung. Jagalah baik-baik setiap perempuan sebab mereka yang akan menjadi ibu bagi anak-anak kelak.
Di dunia ini ternyata ada surga yang bisa kita upayakan. Surga sebelum surga yang diletakkan pada bakti seorang anak pada ibunya.
Selamat memberikan pelukan dan ciuman hangat pada ibunda tercinta. Kalaupun tak bisa lagi semoga rasa itu diterbangkan dalam khusyuknya doa-doa.
#parenting#keluarga#ibu#lahiran#hamil#persalinan#bakti#melahirkan#mengandung#perjuanganibu#
937
13 notes
·
View notes
Text
Pengalaman Rawat Inap di RS
Lg scrolling nemu ini di twitter, jadi pgn cerita ttg pengalaman rawat inap. Pertama kali rawat inap wkt lahiran nemo umur 29 thn. Iya betul, Allah selalu meloloskan aku dari sakit2 yg mengharuskan utk rawat inap dari kecil hingga 29 thn. Disaat adikku dari SD selalu keluar masuk RS utk dirawat, disaat dewasapun sama. Sepupu2ku jg dari SD sama ririwitnya. Hanya aku aja yg alhamdulillah gapernah.
Malah aku seringnya jadi caretaker, jagain nenek, ibu, adik saat mreka semua dirawat di RS, udah sering nyobain tidur seadanya di kursi RS, ya seenak2nya kelas 1 paling dpt sofa yg kaki jg ttp meringkel. Udah biasa bgt jadi caretaker
Tiba lah giliranku harus di rawat di RS, saat itu thn 2018 pas aku harus dipaksa lahir di minggu ke 37, lebih cpt 3 minggu dr hpl karena ketubanku seret. Masuk RS h-1 lsg di infus (induksi), baru pertama kali tuh. Posisinya skrg caretaker nya suamiku. Ibu, nenek yg selalu aku jagain di RS udah meninggal smua. Ada adik sibuk kerja. Skrg hidupku bergantung sama suami. Ya memang saat lahiran idealnya suami mendampingi yakan.
Di fotoin suamiku, posisinya udah di kamar bersalin. Msh kondusif belom ada kontraksi samsek. Suami masih chill ngehibur aku liatin video2 lucu dr hp wkwk.
Selang setahun aja aku masuk RS lagi, sekarang kena DBD. Saat itu aku msh menyusui, nemo msh 8 bulan. Berusaha bgt buat sembuh sampe ke dokter umum ttp ngga ngaruh. Ngga enak bgt sakit disaat jd ibu menyusui yg harus setrong, karena anak beneran nempel 24 jam bgt. Tp gmn aku gakuat, lsg kami ngungsi kerumah mertua wkt itu masih ada bibinya suami jd bnyk bala bantuan. Belom sembuh bener masih lungse, ada kabar mang aku suaminya bibiku di cimahi, bapaknya sepupu2 terdekatku meninggal dunia 😭 lagi sakit lsg nangis sesenggukan sejadi2nya, mang aku yg baik hati, role model sosok ayah ideal yg aku dan adikku pengenin ada di beliau. Bingung bgt pgn lsg ngapung ke cimahi meluk Sepupu2ku dan bibiku ya Allah. Akhirnya dijemput sama adik dan adiknya ibu, aku ditemenin mama mertua ke makam, suami nyusul dr tempat kerja. Ya Allah aku nulis ini knp nangis ya 😭. Di makam aku gabisa jalan cpt, lemes sejadi2nya ya mental ya fisikku. Pgnnya aku nginep nemenin gakuat bgt aku jadinya plg malem. Udah dirumah mertua makin lemes, jam 1 1 malem ke ugd. Dan ditahan trombositku turun drastis. Harus rawat inap, lsg mikirin anak gmn belom pernah berpisah selama ini, nangis lg. Mang ku jg sempet di rawat di RS yg sama jd kebayang lg ya mikirin mang ku yg meninggal ya mikirin pisah sama anak. Bener2 ujiannya ya Allah.. Total 4-5 harian aku dirawat, pisah sama anak. Sedih bgt bgt bgt.. Caretaker nya suamiku lah siapa lagi hehe. Blio izin kerja, karena ngga ada yg bisa aplus. Malem jaga, siang plg dulu nengokin nemo yg lg batpil. Kasian bgt ya Allah.. Anakku kasian, suamiku kasian 😭
Pov suami. Pov istri
Bener2 pengalaman yg gabisa dilupain huhu.
Ya Allah berilah selalu kami kesehatan..
Tag @sagarmatha13
3 notes
·
View notes
Text
Episode 2
Senin, 20 Februari 2023 - 18.30
Assalamualaikum Sayangnya Bunda Shanum ..
Bunda dan Ayah makan soto nak siang sampai dengan sore itu .. Ayahmu berkali kali menyuruh Bunda makan banyak.. tanpa disuruhpun Bunda pasti akan makan banyak hihi
Kamu tau Nak, sepanjang sore Ayahmu selalu memberitahu Bunda , entah sudah keberapa kali waktu itu .. dengan kalimat yang sama "Bun kata temenku Induksi itu sakit loo" "Bun apa gak bisa langsung operasi aja" " Bun... Atahh atahh" "Bun..." "Bun.." dan seterusnya .. Bunda waktu itu masih santai saja karna Bunda sudah tau nak dengan cara apapun yang namanya melahirkan pastilah sakit kan hehe..
Sehabis Maghrib Ayah dan Bunda sama2 menghafal doa untuk melahirkan, Bunda berinisiatif menghafal dengan membuatnya bernada sehingga lebih mudah untuk dihafal .. dan karna bunda sering menghafalkan didepan Ayahmu, bukan hanya Bunda yang hafal tetapi juga Ayahmu .. malam itu Ayahmu juga membacakan dongeng untuk Bunda tentang cerita tokoh zaman Nabi .. Bunda merasa tenang malam itu ..
Bunda memastikan lagi barang2 yang akan Bunda bawa besoknya untuk ke RS, Bunda juga menyiapkan tugas untuk kelas yang Bunda ajar .. semua Bunda usahakan selesai agar lebih lega dalam proses mengasuhmu.
Berkali kali Ayahmu menyuruh Bunda untuk istirahat, namun Bunda masih berkutat dengan pekerjaan Bunda .. akhirnya sekitar jam set. 10 Bunda memutuskan untuk tidur ..
Bunda tidur disamping Ayahmu .. Tiba2 Bunda ingin makan Nasi Bakar untuk besok sebelum melahirkanmu, Bunda bilang ke Ayahmu "Bee, besok aku pingin sarapan dulu ya" .. dan kata Ayahmu "Iya besok aku masak nasi pagi2 ya buat sarapan" batinnya Bunda .. yaahhh padahal pinginnya nasi bakar, but its oke usaha Ayahmu lebih besar dan lebih nikmat dibanding nasi bakar hehe..
Malam itu betul2 bunda tidak bisa tidur .. Bunda terbangun tengah malam .. entah apa yang bunda pikirkan, sepertinya Bunda juga mulai gelisah.. Bunda membuka Gallery HP dan membuka kembali kenangan2 Bunda bersama Ayahmu.. rasanya sungguh mengharukan, entah kenapa ..
Ayahmu pun ikut terbangun dan berkali kali menyuruh bunda untuk tidur .. namun tidak semudah itu . Kira2 jam 2an Bunda berhasil tidur itupun dengan dipeluk Ayahmu
7 notes
·
View notes
Text
It's good to be back!
Ternyata menulis itu bisa menjadi tranquilizer yg oke untuk orang2 yg sulit bercerita secara langsung sepertiku. Kadang saat sedih, orang lain berusaha menghibur dibandingkan ikut menangis bersama. Sementara, yang kubutuhkan juga teman dikala sedih. Bukan hanya utk tertawa.
Okay udah kebawa melow seperti suasana hati ibu2 yang baru lahiran. Hampir setiap habis lahiran pasti ada masanya aku menangis sejadi2ny. Inget banget saat pertama lahirin Maryam, bbrp hari setelahnya entah kenapa suasana hatiku sangat amat tidak menentu tanpa sebab, atau semua malah jadi sebab, menjadikanku sangat amat emosional. Begitupun saat setelah melahirkan Aisyah. Dan skrg terjadi lagi setelah lahiran Shofiyyah.
Cerita sedikit tentang lahiran Shofiyyah. Karena dihantui bayang2 akan induksi perkara sudah lewat dari HPL, dan saat di cek obgyn pun dibilang masih jauh dr persalinan, aku berdo'a sama Allah. Wkwk inget banget do'anya
"Ya Allah, tolong segerakan persalinan ini sebelum hari Senin (waktu induksi), dan jadikan persalinannya lancar, nyaman dan CEPAT. Selamatkan hamba ya Allah, dan sehatkan juga bayi yang hamba lahirkan nanti".
Tibalah hari Minggu (hari-H), karena blm ada tanda2 juga, baik kontraksi, flek atau ketuban rembes, akhirnya memutuskan untuk pergi CFD an. Mayan lah siapa tau jalan kaki membantu. Udah niat juga hari itu mau masak nasi mandhi mumpung ada daging kurban. Pas lagi sarapan di CFD, bbrp kali terasa kontraksi. Ya udel udh mengeras kaya papan, walau masih sebentar dan jarak antar kontraksinya juga lama. Tapi klo diinget2 walau lama tapi teratur.
Pulang CFD, beli nanas. Wkwk segala dicoba dah. Sampai rumah, mulai masak. Dan kontraksi mulai lebih pendek jaraknya. Tapi masih slow.
Beres masak, lanjut beberes. Ganti2 sprei, nyapu, ngepel. Perut udh makin cenat cenut. Masih ketahan.
Lanjut nyuapin anak2 makan siang, dan kontraksinya mulai agak terasa nyeri. Tapi yasudah. Lanzuuut.
Anak2 tidur siang, aku mandi dan memutuskan untuk mencoba tidur siang. Tapi ternyata sudah tidak bisa dibawa tidur. Dan rebahan malah bikin rasa sakitnya jadi makin ganyaman. Akhirnya aku nyiap2in baju anak2, siapa tau beneran lahir hari itu dan hrs nginep di RS.
Hbs ashar, lanjut ngangkat jemuran biar bisa di drop di laundry dan nyiapin bekel makan malam dibantu suami, krn kontraksiny mulai intens dan bikin meringis wqwq
Long story short, berangkat ke RS, langsung menuju IGD. Nyampe di IGD masih pula ditanya2, pdhl dlm hati udh menzerit. Di cek, baru bukaan 6 ke 7. Waduh br separo jalan kupikir. Tapi abis cek bukaan, entah kenapa kontraksinya makin tidak ketahan sampai aku feel better saat ngeden.
Manggil perawat klo kayanya ada yg mau keluar, langsung buburu diangkut ke ruang bersalin di lt.2. Tapi pas di lift itu bener2 udh ga ketahan dan sesuatu menyeruak keluar (kepala bayi).
"Duh sus, kepalanya keluaar"
"Bu, jangan dieden bu"
"Gimana sus, ga bisa ketahan"
Kebayang ga si klo pup trus udh keluar, ga bisa ditahan pupnya di tengah2.
Sampai di ruang bersalin, bener2 ga ketahan dan langsung keluar semuanya😂. Ga sempet pindah ke kasur bersalin. Dari nyampe IGD sampe lahiran hanya butuh 30 menit. Bener2 dibikin cepat sama Allah. Wkwk. Satu sisi tentunya bersyukur ga lama2, tapi disisi lain juga kenaikan kontraksi yg cepet rasanya bikin ga bisa napas dulu.
Apakah ini yg dibilang klo lahiran anak ketiga bersin aja udah keluar bayinya?
1 note
·
View note
Text
Akhirnya habis juga minggu ni, alhamdulillah. Sangat packed dan penuh rasa stress ye sebab kena settlekan tugasan kita yang tertangguh disebabkan orang lain juga.
Semalam agak perit sikit sebab malam tu kita tidur lambat sebab guru pembimbing kata nak cerap esok kena guna LCD so kita pun struggle la buat bahan guna slide Canva dan sebagainya. Dan esoknya baru terfikir nak tanya GP yang patutnya hari ni nak ulangkaji sebab 2 hari dah habis satu bab so hari Khamis tu nak masuk tajuk baru ke sebab kalau ikut RPT kena tajuk yang sama so saya keliru nak tetap tajuk yang sama buat ulangkaji atau masuk tajuk baru terus gitu. Lps tu gp pun cakap teruskan je tajuk baru sebab sepatutnya kita dah jauh, kita kira lambat la jugak sampai tajuk tu.
Maka segala struggle malam tadi buat 2 slide tau, satu slide nota dan satu slide kuiz terbiar begitu saja. Penat tapi nak buat macam mana kena la ready RPH tajuk baru, kelam kabut buat BBM, set induksi pun simple² je. Nasib baiklah kelas tengah hari so cukup² masa je kita siapkan semua, tapi bila nak mengajar je rasa nervous gila, dia rasa macam semput + penat + kurang bersedia bab tu. Nampaklah mcm kurang kat situ. Ahh stress. Disebabkan kita banyak fokus kat diri sendiri yang kena cerap, budak tidur pun tak larat nak tegur huhu.
Tu baru satu kelas, lps zohor pula ada kelas lain tapi guna bahan yang sama cuma kali ni nak record sekali alang² banyak bahan kan. Dah habis semua tu kena la edit video semua tu. Part ni la paling tak suka sebab kita record video tu dekat fon mak kita sebab fon sendiri tak cukup storage then lepas guna selalu transfer video tu dekat laptop untuk post dekat youtube channel. Tapi video yang direcord dari minggu lepas pun tak sampai², hantar kat Telegram semua memang tak lepas. Memang stress tau. Malam Khamis tu memang struggle la nak transfer dah try guna bluetooth jugak sampai kita tertidur dengan laptop sekali sebab lama sangat nak sampai.
Then esok pagi sedar laptop dah mati teruslah siap² pergi sekolah. Lps solat cuba la lagi tengok kat tele lepas tak video semalam, tapi malangnya tak lepas juga. Stress betul pagi². Datang sekolah try lagi tapi tak boleh jugak. Hampir² nak menangis time tu sebab GP nak tengok katanya, kita pun dah try hard. Kita cuba la tahan, tenangkan diri, pergi makan dulu lepas tu baru fikir balik.
Dalam jam 10 macam tu baru terfikir, tak payah la transfer² semua, kita cuba post je la video tu kat channel YouTube kat fon mak kita tu. Tapi bila nak post tinggal satu video je guys, video minggu lepas je ada, video semalam hilang lesap tanpa jejak. Tu yang membuatkan kita lagi stress. Kita pun bagitau lah keadaan tu dekat GP, dia kata ok je alhamdulillah. Cuma video yang post kat youtube mak kita tu lambat sikit la nak proses, tengah hari baru siap. Takpelah kita redha walaupun kena tambah lagi satu video.
Jadinya malam ni kita pergi healing ikut abang kita pergi Shah alam. Nak healing sorang tak berani haha so kita teman abang kita ada meeting kat sana. Better la sekarang.
Tu je lah kisah struggle di hujung² praktikum ni haha.
Moga Allah permudahkan semua urusan kami pelajar Praktikum habis dengan cemerlang 🤲
1 note
·
View note
Text
Cerita Pertama Arfathan
Arfathan, seperti setiap anak pertama di tiap keluarga adalah anugrah paling di tunggu olehku dan suami.
Kami mencintainya, bahkan sebelum kami tahu dia perempuan/laki-laki. Sebelum kami menyiapkan nama dengan arti terbaik yang bisa kami cari.
9 bulan dia tumbuh di perutku. Dia membuatku merasakan hal-hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Mual, sulit tidur, nafas sesak, dan hal-hal yang menyulitkan tapi tetap menyenangkan dan jadi hal yang sangat aku syukuri.
Hari Perkiraan Lahirnya adalah 23 Maret. Aku pikir dia akan lahir sebelum itu, dengan cara yang normal (begitu harapan setiap perempuan). Tapi ternyata, hari itu dia tidak juga lahir.
Hari itu aku ke dokter, karena sudah HPL dan belum kontraksi, aku di sarankan untuk induksi, air ketuban juga sudah mulai sedikit, oligohidramnion istilah medisnya. Lalu di rujuklah aku ke rumah sakit.
Di rumah sakit itu, aku di periksa lagi oleh dr. Kandungan yang berbeda. Ternyata panggulku sempit dan dokter menyarankan operasi caesar, tanpa tapi dan langsung di jadwalkan esok paginya.
Sejak itu, aku sudah memasrahkan tubuhku untuk setiap rasa sakit yang mungkin akan aku terima. Ambil darah untuk cek lab, tes antigen, di infus, cek alergi dan puncaknya operasi caesar. Sejujurnya, operasinya tidak berasa, tapi luka setelahnya yang lumayan lama pulihnya.
"Tuh bu, anaknya sudah lahir, nangis dia" kata salah satu dokter. Aku juga menangis saat itu, terharu sekali karena di detik itu, aku bukan hanya jadi istri untuk suamiku, tapi juga ibu untuk bayi itu.
Tapi aku masih tidak bisa bergerak, dan dokter lain juga masih sibuk menjahit perutku. Benangnya kelihatan, dengan sedikit noda darah di tiap bagiannya.
Setelah operasi, aku di bawa ke ruang pemulihan, lalu kembali ke ruang rawat. Arfathan belum disana, katanya harus di observasi dulu 6 jam.
Sekitar jam 4 sore, Ar di antar suster padaku, manis sekali, tampan, mirip ayahnya. Dia memandang sekeliling, mungkin sedang berusaha mengenali wajah-wajah kami.
Waw ternyata ingin menangis untuk melanjutkan. Nanti saja ya.
0 notes
Text
Terlahir Kembali
Dear Albirru,
Saat itu, mama senang sekali sebentar lagi kita akan bertemu. Setelah mengajukan cuti melahirkan, tiada hari tanpa menunggu datangnya kontraksi. Hingga usiamu 39 minggu 5 hari, kontraksi itu belum muncul juga. Mama rasa kamu masih betah berdiam di dalam perut mama.
Jadwal kontrol pun tiba, setelah banyak berdiskusi dengan dr.Syamsu. Sore itu juga mama dan papa sepakat untuk diberikan induksi pertama untuk memancing kontraksi. Mama pikir efeknya mungkin akan lama karena dosis yang diberikan hanya se-perempatnya. Ternyata mama salah, pukul 20.00. Saat sesampainya di rumah, perut mama rasanya kencang dan sakit tapi belum terfikirkan kalau sejak saat itu kontraksi palsu sudah ada. Mama masih bisa tidur dalam keadaan itu, tapi tidak terlalu lama. Pukul 03.00 pagi. Papamu terbangun, melihat mama yang kesakitan menahan kontraksi, saat itu mama sudah tidak bisa tidur, miring sana-sini, mengatur nafas tapi tetap saja tidak meringankan. Papamu menawarkan untuk langsung berangkat ke IGD saat itu juga. Namun mama masih bisa menahannya sampai subuh tiba. Setelah banyak baca artikel, katanya pembukaan itu akan lama sekali. Jadi mama memutuskan untuk berangkat ke IGD setelah subuh.
Nak, waktu itu papa ngebut. Mama bingung mau memposisikan badan bagaimana lagi di dalam mobil. Rasanya ingin cepaaaaat sekali sampai.
Mama menuju IGD rumah sakit dan papa mengurus administrasi. Suster jaga datang dan dilakukan pemeriksaan untuk melihat sudah seberapa jauh pembukaan. Mama kira belum ada pembukaan, ternyata sudah bukaan 4. Akhirnya alat pemindai detak jantungmu dipasang di perut mama, hal ini dilakukan untuk memantau seberapa berpengaruh kontraksi dengan keadaanmu di dalam sana. Pengambilan darah juga dilakukan saat itu. Setelah semua prosedur mama ikuti, akhirnya papa menjemput mama bersama satu perawat. Kami boleh menunggu di ruang rawat inap.
Sejak pagi hingga sore mama dan papa menunggu kontraksimu lagi nak. Dokter saat itu berkunjung, cek pembukaan pukul 15.00. Katanya pembukaan hanya naik 1 saja. Sedari pagi hingga sore pembukaan hanya stuck di 5. Kontraksipun tidak intens, kadang datang dan kadang pergi. Mama belum merasakan sakit yang luar biasa itu. Lalu papamu dipanggil oleh dokter jaga, katanya bada maghrib mama akan diberikan induksi ke-2. Kalau masih tidak ada pembukaan maka mau tidak mau kita harus SC. Ahhh mama takut sekali nak, jujur mama tidak menyiapkan mental jika harus SC.
Pukul 17.30 datang perawat ke kamar, menjemput mama. Saat itu papa selalu mendampingi mama. Sejak awal, mama hanya ingin didampingi papa, ternyata papamu sehebat itu nak. Sabar saat jadi orang yg mama pegang erat tangannya, entah sekuat apa waktu itu mama memeluk papa.
Mama sampai di ruang bersalin, ruangannya dingin. Sampai mama merasa sedikit kedinginan. Tetes demi tetes cairan induksi masuk melalui infus. Sambil terus bermain gymbal, mama berharap kamu mau cepat turun ke panggul. Saat itu bu bidan bilang :
"Hebat ibunya masih semangat padahal udah dari pagi"
Kalimat sederhana itu ternyata sangat berarti bagi seseorang yg sedang berjuang. Iya, mama memaksimalkan apa yg bisa mama lakukan. Memberdayakan tubuh ini agar dapat sedikit diajak berkompromi. Agar bisa mengupayakan jalan lahir secara pervaginam. Hmm selama cairan induksi masuk, rasanya kontraksi sudah semakin intens. Kalau ditanya rasanya seperti apa, sepertinya tidak ada satupun rasa sakit yg pernah mama rasakan yg sakitnya seluarbiasa ini.
Papamu selalu mengingatkan "Istighfar ya, yuk istighfar". Terdengar suara adzan isya, sudah lima waktu sholat kami menunggumu nak. Papa izin untuk sholat isya dan mama melanjutkan untuk terus bergerak di atas gymball. Saat itu kontraksi semakin pendek jaraknya, terus menerus hingga sakitnya tak tertahan.
"Ya allah sakit, eh ayo aku bisa"
Papamu lama sekali, ia tak kunjung kembali. Mama masih di atas gymball. Saat papa kembali mama langsung meminta papamu untuk membantu mama naik ke atas kasur bersalin saja. Rasanya mama ingin beristirahat sebentar.
Papamu selalu sabar, memeluk mama. Membantu semua hal yg mama butuhkan saat itu. Tidak lama setelah berbaring di atas kasur, dengan posisi tubuh mama yg meringkuk. Ketuban pecah, rasanya kamu mendorong ke bawah dengan cepat. Papamu lari memanggil bidan. Saat itu cek pembukaan sudah naik menjadi 7.
Papamu mengambil posisi, bidan mengubungi dr. Syamsu. Mama dan bidan tidak menyangka kalau pembukaan 7 ini hanya berlangsung sebentar. Tidak jauh dari pembukaan 7, saat dicek pembukaan berikutnya sudah masuk pembukaan lengkap. Semua panik karena dokter belum datang.
Bu bidan bilang belum boleh mengejan, tapi mama refleks mengejan. Rasanya kepalamu sudah di ujung. Tinggal sedikit, tinggal sedikit.
Setiap rasa ingin mengejan datang, lagi-lagi mama harus menahannya. Terus menahan sampai dokter datang. Untuk memperlambat adik bayi lahir mama tidur dengan posisi miring. Menghadap papamu, katanya agar mama lebih nyaman.
Dan benar, ternyata sudah dalam kondisi "crowning" atau kepala bayi sudah terlihat. Mama senang sekali kita akan bertemu sebentar lagi.
Akhirnya dr. Syamsu datang. Bidan membantu mama untuk memposisikan diri untuk bersiap mengejan. Tapi saat kaki mama baru dipindahkan ternyata kamu sudah lahir tanpa mama bersusah payah mengejan. Wah kamu hebat!
Dokter kaget karna belum memberi aba². Tapi ia sigap saat kamu lahir, ia langsung menangkapmu. Saat itu rasanya dunia sudah kembali berputar pada porosnya. Namun.. ada yang lebih sakit daripada melahirkan kamu nak. Yaitu melahirkan plasenta dan membersihkan rahim. Mama masih ingat bagaimana rasanya.
Selamat datang Albirru Rashyanda Fairel.
To be continue...
1 note
·
View note
Text
My Second Born
My Baby Hafizh
Ini sebenarnya belum selesai ditulis, tapi karena anaknya sudah mau 1 tahun, dan itung-itung save moments juga, jadi mari berceritaa 😃
TIDAK BOLEH PULANG
Sabtu pagi yang cerah tanggal 15 Januari 2022. Pada hari itu bertepatan dengan jadwal kontrolku dengan dokter Yudit. Agak deg-degan karena makin dekat dengan tanggal HPL. Antrian hari sabtu seperti biasa, tidak pernah sepi apalagi kalau tanggal muda. Dan aku biasanya dapat nomor belasan, kali ini dapat nomor 21 😅 Tentu saja lumayan lamaa menunggu..
Beberapa pasien dilewati karena ketika dipanggil tidak kunjung datang, hingga tiba giliranku. Ditemani suami & anak sulungku, kami bergegas masuk ke ruangan dr.yudit. Dokter memeriksa kondisiku serta si bayi melalui usg. Dokter bilang posisi sudah bagus, kepala bayi juga sudah masuk ke panggul. Plasenta serta air ketuban jg baik. Namun masalahnya adalah, tensiku tidak baik2 saja. Semakin besar kandungan, tensiku jg makin naik. Hari itu hampir 190. Sementara kekentalan darahku sudah membaik...
"Hari ini langsung masuk kamar bersalin ya, udah ga bisa ditunda lagi." Kata dr.yudit. Aku & suami sempat diam, mencerna.. "Hah, maksudnya dok?", "Iya, hari ini langsung k kamar bersalin, diinduksi, siap2 bersalin". Jelas dokter. "Loh harus hari ini banget dok, ga bisa ditunda besok aja gitu dok, soalnya ini bener2 belum ada persiapan apa2" kata suami. "Ga bisa, harus hari ini, masih mau melahirkan normal kan? Tensinya udah ga bisa nunggu lagi."
Dokter Yudit sudah ketok palu, kalau hari ini aku harus langsung masuk kamar bersalin & diinduksi, sementara suami mengurus administrasi, kemudian kami swab antigen, serta suami mengantar putra sulungku pulang untuk persiapan menginap di rumah eyang.
Kaget? Iya.. tapi hal semacam ini pernah beberapa kali saya baca di birth story orang2. Niatnya mau kontrol, malah harus masuk kamar bersalin saat itu juga. Yaa naseeb 😂 Qadarullah Wa ma syafaal..
Pengalaman pertama masuk ruang vk.
RUANG VK 2
Bidan memintaku untuk langsung masuk ke ruang vk 2 sambil menunggu suami yg sedang pulang mengantar si sulung serta packing barang2 bawaan. Kamar vk 2 terdiri dari 2 tempat tidur & 1 kamar mandi. Karena letak ruang vk 2 persis di depan meja bidan aka nursery station, jadi obrolan bidan2 lumayan dapat terdengar jelas. Saat itu mereka ngobrolin Akoh! 😁
"Ga bisa langsung diinduksi ini, coba hubungi dr.yudit!".
"Ini dr.yudit yg ngebolehin diinduksi?"
"Kalau ada apa2, kalau ada yg salah2 ,nanti kita juga yg kena diomelin."
"Kalo si Bapak sudah bersabda, udah ga bisa diganggu gugat deh"
"Bukan masalah VBAC nyaa, ini aseli tensinya segini bisa dibolehin VBAC sama si Bapak?!"
Yg dimaksud 'Bapak' disitu adalah dr.yudit 😁
Wkwkwk jadi para bidan di nursery station meja depan belum bisa ambil tindakan apa2 terkait induksi ku. Karena tensiku yg tinggi sekaligus rencana vbac. Beberapa kali bidan mengukur tensiku. Setelah itu memasang alat ctg untuk memonitor kondisi bayiku. Alhamdulillah selama monitoring dgn ctg, kondisiku & bayi baik2 saja sampai akhirnya jam 14.30 bidan mulai memasang induksiku melalui infus.
0 notes
Text
Adzan isya berkumandang, anakku tidur, aku rebahan karena gantian suami yg makan.
Alhamdulillah. Setelah lewat 6hari dr hpl, anakku lahir jugak. Tanpa induksi, kontraksi alami. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Entah terimakasih yg bagaimana atas rasa syukur ini kpd Allah.
Seminggu diambang pilu dan ragu, hopeless, pasrah dan dititik terpaksa untuk tawakal dan lillah. Masya Allah, Allah dengar do’a kami.
Telah lahir anak kami di hari kamis pekan lalu, tgl 17 november 2022.
Ya allah, tiada henti kami memohon ampun serta penjagaan engkau, kami hanyalah hamba yg hidup sementara didunia tapi masih banyak maunya huhu
Ya allah, jaga kami, jaga buah hati kami, hilangkan semua keraguan kami atas segala kebesaranMu. Sehatkan anak kami, entah rasa syukur yg bagaimana lagi….😭😭 bimbing kami dalam merawat anak ini, panjangkan umur kami dan anak kami ini ya Allah.
Semoga engkau selalu temani kami ya Allah.
Terimakasih atas segala rezeki yg tidak dapat kami pikirkan sebelumnya, maha kuasa engkau ya Allah.
0 notes
Text
29 Mei 2022
07.50 WIB
Terima kasih ya Allah, kau hadirkan ia. Dengan penuh drama. Dari sejak induksi pukul 00.30 WIB sampai pukul 07.00 pembukaan 9, Sembari menunggu pak dokter datang. Lahirlah pukul 7.50, berat 3,4 panjang 5,2 dengan bantuan dorongan suster dan mengejan 4 kalian. Mungkin sudah nggak ada sisa tenaga. Sembari menunggumu lahir dek , cuma berdoa biar Allah memberi kekuatan untuk tidak mengejan sebelum waktunya. Alhamdulillah sampai lah ketika terdrngar suara oekmu dan abimu di sampingku. Aku nggk menyangka ia bakal kuat melihat darah yang kluar. Benar kan kataku nanti bakal di temani abi waktu kamu lahir. Alhamdulillah 'ala kulli hal.
Setelahnya kau di taruh di atas pundakku, sembari di adzani oleh abimu. Dan setelah itu aku nggk tau apa yang terjadi. Setahuku kamu di angkat suster, abimu menyemangatiku untuk tidak tidur karena masih proses observasi, ternyata ada sesuatu terjadi di rahimku, yakni pendarahan. Yang membuat jahitanku harus di lepas lgi dan di jahit ulang. Yang setelah itu ternyata hal besar terjadi dek. Orang2 menyebutku koma dek, tapi kataku cuma tertidur. Aku bangun ternyata sudah di ICU dek, trus manggil suster ngk ada yang menyahut. Aku melihat abimu bicara dengan dokter Kandung dek, serius sekali. Lalu ku minta tolong untuk memanggilkannya dan ku lihat ia sudah tak kuasa menahan air mata, ia mencium keningku terus menerus sembari menyemangati "semangat sayang, pasti sembuh". Mungkin trauma abimu masih membekas dek. Aku sebenarnya nggk tau mau di apain. Aku lantas bilang "kaka, aku cuma ngantuk, udah yuk kluar aja". Ternyata setelah itu aku masuk ruang oprasi dek, dan disana aku masih belum tau diapain, aku cuma tau aku pendarahan dan harus di oprasi. Dan selama prosesnya yang ternyata aku sudah di ambili darahnya, udah di cari venanya karena ternyata terlalu kecil, aku cuma berfikir 'apa ini sudah waktuku?' Tapi aku meminta kepada Allah untuk di kuatkan karena 1 motivasiku 'aku nggk mau melihat air mata abimu keluar dek', trauma itu bisa berkepanjangan dek. Dan ia sudah banyak sekali mengalaminya dek.
Maka sampai kamu boleh di bawa pulang dek, aku masih di ICU dek, masih pemulihan kata suster dan dokter, dan menunggu sampai semua stabil. Suka duka di ICU dek, suka sekali karena suster dan perawatan disana sangat baik. Duka nya harus bertahan sendiri dek, ndak boleh ada yang menemani, katanya abiku curi2 liat dari jendela dek, mana ku tahu. Tapi so sweet kan. Itulah ia, yang nggk pernah mencintai wanita selain ibunya, tapi dikelilingi oleh wanita. Adiknya, sepupunya, aku yang akhirnya masuk ke kehidupannya dan kamu dek.
Lalu setelah kamu pulang, aku boleh kluar ICU dan pindah bangsal dek. Seneng alhamdulillah sudah stabil, tapi seperti ada yang menjauh dek, badanku panas lagi dek, dalihku adalah kqrena pindah dari AC ke ruang biasa, tapi sebenarnya karena jauh dari kamu dek. Karena kamu kluar RS duluan. Tapi nggk papa, ada abimu waktu itu yang sangat repot mengurusiku, terima kasih ya Allah, Kau kuatkan iaaa ya Allah. Buatlah ia selalu bersamaku. Hehe. Alhamdulillah besoknya setelah kunjungan dokter boleh pulang dek, delang urine nya di lepas dek, dan di minta untuk latihan berjalan sebelum benar2 boleh pulang. Dan sorenya pulang ke rumah. Kita bertemu dek.
Sangat unik bukan, perjalanan penuh air mata dan pengharapan penuh kepada Allah sang Maha Kuasa, perjalanan yang menharuskan untuk terus bertahan sembari meminta agar terus di kuatkan oleh Sang Maha segala Maha. Terima kasih ya Allah.
Maka ku katakan kamu adalah misteri dek, tapi terima kasih sudah bertahan dek. Ridholah kepada kami sebagai orang tuamu dek.
"Nazneen Alula Farzanah"
بنت من محمد الصالحين و أنيس نور الصفية بإذن الله.
Semoga senantiasa membawa keberkahan, rizki, serta kebahagiaan bagi diri sendiri, ayah ibu, serta kluarga besar yang berpartisipasi.
Kami menyayangimu dek, jadi mutiara yang susah di cari, permata yang berbeda di tengah umat dan mampu membedakan mana yang baik dan bathil, bijaksana, pandai2 dalam menempatkan diri di tengah gempuran kebathilan alias tidak gampang goyah, serta cantik rupa maupun hati dek.
09 Juni 2022
13.54 WIB
7 notes
·
View notes
Text
Bye 2021
Tahun ini kaya rollercoaster, diawali dengan kesedihan ditinggal saudara tersayang. Tetiba di bulan ke 3 dikasih amanah sama Allah yang ga disangka sangka.
Kalau ditanya rasanya ya campur aduk antara ga percaya dan degdegan aja gitu ada sesuatu yang hidup di dalem rahimku. Bulan bulan awal masih ga ngerasa apa apa tapi masuk bulan ke 2-5 wihhh berat banget ga bisa nyium bau bauan langsung muntah, kadang lagi mandi aja tetiba muntah ga jelas. Mana di pertengahan tahun kasus Corona meningkat, banyak saudara dan teman yang kena dan bahkan sampai meninggal, hampir setiap hari grup wa isinya berita duka 😭 memang tahun yang berat, mudah mudahan tahun 2022 bisa lebih baik semua keadaan bisa normal kembali.
Ngomongin perut yang makin besar Alhamdulillah di kasih kehamilan yang sehat dan ga ada keluhan (hanya di awal aja sering muntah). Masuk trisemester akhir memutuskan untuk lahiran di bidan deket rumah aja, soalnya agak serem kalau harus ke RS. Di Minggu ke 36 posisi si Ade malah melintang, takut gabisa lahir normal tiap hari ku lakuin sujud gitu supaya posisinya turun ke panggul. Alhamdulillah di Minggu 38 dia udah di posisinya. Tiap pagi jalan pagi di lapangan atau ga senam yoga di rumah. Pokonya sebisa mungkin cari cara buat lahiran normal dan bisa di bidan ga usah ke RS.
Di hari Minggu tanggal 14 Nov jam setengah 10 malem keluar flex dan ada sedikit air yang keluar, takut air ketuban buru buru ke bidan. Jam 12 malem bidan bilang masih pembukaan 1 tapi ketuban udah rembes jadi ga usah pulang lagi. Jam 5 pagi di cek pembukaan masih pembukaan 2. Semaleman ga boleh tidur, ngerasain kontraksi yang subhanallah nikmat sekali 😣. Tiba tiba di jam 7 pagi Bu bidan bilang "saya izin ya mau ujian, jadi nanti kalau mau lahiran di bantu sama dokter yang nanti tugas buat usg". Buuu saya di tinggal nih 😣 ada ada aja dah. Jam setengah 11 karena ga ada pembukaan terus akhirnya di induksi. Tapi tiba tiba jam 11 dokter udah siap siap buat lahiran, dokter 1, bidan junior 1, ibu nya ibu bidan, dan emak perawat itu semua yg bantuin lahiran. Ibun dan eM yg rencananya mau masuk ruang bersalin malah ga jadi gara gara udah penuh. Pengalaman melahirkan yang super duper udah di marahin gara gara teriak pas itu di gunting terus di teriakin garagara salah ngeden (maklum pengalaman pertama) tapi setelah proses itu semua kita semua udah maaf maafan ko 🤭 pokonya drama. Tapi di balik semua kesakitan itu ga ada suara yang paling di tunggu selain suara tangisan si Ade huuhuuhuu itu kaya semua sakit ilang, perjuangan lebih dari 12 jam kontraksi, sakitnya melahirkan, plus jahit macem di sulam entah berapa banyak tuh jahitan mikirinnya aja masih kebayang rasa linu pas di jahitnya. Emang bener ya surga ada di telapak kaki ibu perjuangan memang ga ada akhirnya 😭
Hai Namaku Noura itu foto pertama setelah aku lahir, sebelahnya foto ibu (abis di jahit) dan ayah (abis adzan in aku). 15 November 2021
Segemas itu, semoga menjadi anak yang sholehah, pinter, baik hati, rajin, berbakti pada orang tua ya nak. Sekarang nih bocah udah sebulan aja, ngajakin begadang terus, mana kalau siang nyusunya susah lepas, sampe susah buat makan dan mandi tapi ga apa apa sayang yang penting kamu sehat selalu. Bikin ini aja di sempet sempetin ketika kamu bobo siang de. Love you Noura 😘♥️
3 notes
·
View notes
Text
draft: catatan persalinan 4 agustus 2020
“nanti jangan kaget ya, teh, kalau kontraksinya agak lama. soalnya baby-nya belum turun panggul.” kata bu bidan ketika kami memeriksakan kehamilan yang semakin tua, tapi masih belum memunculkan tanda apapun--seperti masih tinggi dan jauh.
sekitar dua hari sebelum kontraksi semakin hebat, sebenarnya saya sudah mengalami kontraksi. hanya saja jarak waktu antar kontraksi agak lama. hal inilah yang membuat tidur saya tidak pernah nyenyak berhari-hari lamanya--bahkan berhari-hari berikutnya.
“semangat ya, dek! sebentar lagi kakak akan keluar..” aa mengelus punggung saya (waktu itu kami masih memanggilnya kakak).
setiap waktu aa selalu memberikan support tanpa henti. aa sampai memutuskan untuk tidak masuk kerja selama seminggu karena terlalu mencemaskan saya. aa menemani 24 jam saya melewati rasa sakit sembari saya berjalan-jalan di depan rumah bolak-balik, sembari dia mengotak-atik tanaman miliknya. sembari saya mempraktikkan senam hamil dan yoga di rumah, sembari dia menonton film.
malam itu, tepat pada hari perkiraan lahir, sehabis maghrib saya mengalami kontraksi yang cukup intens. tapi kami tidak memilih buru-buru. sebab pesan orang-orang, meskipun sudah mulai terasa kontraksinya, kalau belum sakit banget nggak usah ke puskesmas terlebih dahulu. sekitar tengah malam, kontraksi saya semakin hebat. akhirnya kami memutuskan untuk memanggil tetangga kami untuk menemani kami--sekaligus menjadi saksi nantinya.
setelah diperiksa bidan, ternyata saya baru pembukaan satu. bidan tidak memberikan instruksi apa-apa selain ditunggu saja hingga ke pembukaan selanjutnya. dan nantinya akan diperiksa setiap empat jam sekali.
detik segera berganti, malam beralih pagi. saya masih tetap merasakan kontraksi yang jaraknya mulai agak lama. harap-harap cemas, saya kira bidan akan memeriksa atau setidaknya mengecek setiap empat jam sekali. tapi hingga pukul 09.00, tidak ada bidan yang mengeceknya. saya semakin cemas ketika menyaksikan bumil-bumil masuk di ruang khusus persalinan dengan lancar tanpa halangan apapun.
pukul 17.00 bidan baru mengecek pembukaan saya dan ternyata saya baru masuk pembukaan 2. paginya, sekitar pukul 06.00 di hari berikutnya dicek kembali alhamdulillah saya memasuki pembukaan 4.
“baru pembukaan empat, jalan seperti masih jauh.” saya baru saja menyadarinya.
padahal saya sudah mulai kelelahan merasakan kontraksi yang tak kunjung naik. kami--terutama saya, kala itu sempat ingin menyerah. bagaimana tidak? punggung saya seperti ditekan-tekan sembari harus menahan untuk tidak mengejan supaya jalan lahir saya tidak bengkak. katanya kalau bengkak akan menghasilkan banyak jahitan. hingga sore harinya, sekitar pukul setengah tiga, Allah seperti mulai menunjukkan sesuatu. alhamdulillah saya sudah memasuki pembukaan delapan.
saya bersyukur sekali dianugerahi Allah seorang suami yang sedikitpun tak pernah membuat saya merasa disia-siakan. beliau menawari saya makan, membuatkan teh hangat, menemani ke kamar mandi, menunggui saya yang setiap waktu mengalami kesakitan yang tak bisa saya definisikan.
“wah, sebentar lagi. sudah pembukaan delapan. semangat ya, dek! yang kuat!” kata suami sembari menggosok-gosoki punggung saya tanpa saya minta.
“insyaaAllah ashar pembukaannya lengkap, tinggal nunggu ketuban pecah aja..” tetangga saya, bi edah, meyakinkan kami berdua.
waktu ashar hampir habis dan mulai memasuki waktu maghrib. tapi ketuban tidak kunjung pecah. kakak seperti belum menemukan jalannya. ternyata setelah dicek, saya sudah lama tidak pipis. akhirnya saya harus pipis menggunakan kateter. dua jam kemudian, ketuban masih belum pecah-pecah. pembukaan juga tidak mengalami perubahan. setelah bidan dari puskesmas ini konsultasi ke rumah sakit pusat kota, disarankan untuk dipecahkan saja ketubannya.
ditunggu lagi hingga dua jam, ternyata belum juga ada reaksi. bahkan kontraksi saya mulai menurun keintensitasannya dan mulas terasa semakin melemah. kemudian bidan memberikan saran untuk dirujuk saja ke rumah sakit, dengan syarat menunggu 6 jam (padahal ketuban sudah dipecahkan). atau langsung saja ke klinik SPOG. tapi bayarnya memang lumayan.
dengan tegas dan sigap, aa memutuskan untuk langsung saja ke klinik agar supaya penanganannya cepat dan sigap. toh, beliau sudah sangat bersyukur saya masih mau bertahan dan tidak menyerah hingga tiga hari lamanya di puskesmas. beliau tidak mau membiarkan saya semakin lama merasakan sakit.
ambulans segera disiapkan. perjalanan satu jam di ambulans membuat pembukaan saya naik dari 8 ke pembukaan 9. sampai di klinik, saya segera dipasangi infus dan cairan induksi, juga antibiotik. beberapa menit kemudian ternyata pembukaan saya sudah lengkap.
sekitar satu jam saya mengejan dengan penuh semangat, akhirnya kakak sudah keluar. bu bidan segera mengangkat kakak dan segera dibersihkan. aa kemudian segera mengadzani kakak. saya memang tidak tahu bagaimana aa mengadzani kakak, tapi saya tahu melalui video--yang kala itu divideo tetangga saya. saking terharunya aa, di video tersebut saya menyaksikan aa sampai mengulang adzan gara-gara beliau gemetar menangis bahagia. saya lega sekali mendengar suara tangis kakak. saking leganya, saking terharunya, saking bahagia dan bersyukurnya, sampai saya tak mampu lagi untuk meneteskan air mata.
setelah perenium saya dijahit bu bidan, saya kemudian diinstruksikan untuk beristirahat. paginya, ketika adzan subuh, saya terbangun dengan perasaan yang lebih tenang. sekitar pukul enam pagi, seusai sarapan, aa segera menyelesaikan administrasi. dan saya segera ganti pakaian untuk bersiap-siap pulang.
sampai di rumah, saya disambut dengan wajah bahagia bapak ibu saya, nenek dan juga sanak lainnya. kebahagiaan saya semakin bertambah menyaksikan semua orang di sekitar saya bahagia menyaksikan kelahiran saya yang begitu lama.
“kuat banget ya si tetehnya. sabar banget...” celetuk para tetangga ketika menengok kakak di kamar yang berada di samping saya. “dari awal kontraksi sampai lahiran sabar banget” kata mereka lagi.
Salangit Gumbira Al Ayubi. para penduduk langit bergembira menyambut kelahiran anak kami. itulah harapan kami berdua. selamat datang Aa Al. kita berjuang bertiga ya! semoga selalu bersabar dan bersyukur untuk menjalani hari-hari berikutnya. bunda dan ayah bahagia sekali memiliki Aa Al. :)
ps: sekarang Al sudah 7 bulan, sudah mulai kemana-manaaa wkwkwkwk
17 notes
·
View notes
Text
Part(us)
Mendekati usia kehamilan 36 minggu, saat itu rasanya masih biasa saja. Walau dokter kandungan sudah memberi edukasi bahwa tanda2 kelahiran sudah bisa saja muncul di usia kehamilan segini. Tapi aku yakin sepertinya tidak dalam waktu dekat kok hahaha. Posisi kepala janin masih terlalu tinggi. Belum juga masuk pintu atas panggul. Ikhtiar yoga, power walk, jongkok2 pun aku lakukan demi kepala janin bisa masuk pintu atas panggul.
Aku akui memang terlambat untuk melakukan itu semua di usia kehamilan 36 minggu hehe. Tapi tidak mau menyerah begitu saja dong, aku pun merutinkan power walk setiap hari sekitar 30 menit. Selesai jalan kaki, lanjut yoga. Begitu terus kulakukan hingga sampai juga di usia kehamilan 40 minggu.
Tanda-tanda persalinan belum juga muncul, tapi aku juga ragu apakah kepala janin sudah masuk panggul atau belum. Ibarat 'kucing-kucingan' saling kejar-kejaran dengan waktu antara kecepatan tumbuh si janin dan proses turunnya kepala janin ke panggul. Dokter kandungan sudah menjelaskan bahwa kemungkinan untuk operasi caesar akan semakin besar bila janin tidak segera lahir. Karena bayi akan semakin besar, ketuban semakin sedikit, semakin sulit juga untuk proses persalinan normal.
Aku masih bersikeras ingin mencoba persalinan normal terlebih dahulu. Saat itu taksiran berat janin sudah mencapai 4 kilo saat diperiksa dengan USG. Sepertinya apa yang dikatakan dokter sebelumnya bisa saja terjadi bila tidak segera lahir. Akhirnya pun aku menunggu hingga 40 minggu 3 hari. Diputuskan untuk persiapan induksi saja.
Saat datang ke rumah sakit untuk persiapan melahirkan, dilakukan pemeriksaan NST awal sebagai syarat sebelum dilakukannya induksi. Ternyata hasilnya tidak begitu baik, bund :''') Saat itu aku masih optimis, yakin "masih bisa lahir normal kok." Ditunggu beberapa saat dengan istirahat, oksigenasi, dan maintenance cairan infus. Berharap masih ada kemungkinan untuk hasil NST yang baik, agar bisa segera di induksi. Qadarullah, hasil pemeriksaan menunjukkan denyut jantung janin (djj) masih tidak baik. Bernegosiasi dengan dokter kandungan yang merawatku, supaya diobservasi saja terlebih dahulu sampai paginya (sekitar 12 jam kedepan) berharap djj akan membaik di pagi hari.
Suara alat ini sungguh berisik banget
Tidak kusangka, ruangan bersalin yang tidak aku suka suasananya sejak jaman dokter muda. Sekarang aku diposisi menjadi pasien hahahaha.
Jam demi jam kulalui dengan istirahat di bed pasien. Diselingi bolak balik ke kamar mandi setiap 1 jam. Rasa kantuk pun tidak muncul sama sekali. Pukul 1 dini hari, aku tidak bisa tidur. Punggung bawah hingga tulang ekorku rasanya pegal sekali. Kukira karena kelelahan persiapan2 sebelumnya. Saat hendak buang air kecil ke toilet, keluarlah cairan merah kecoklatan. Tidak yakin apakah ini ketuban atau air kencing hahahahaha. Karena benar2 keluar begitu saja saat aku berdiri, tidak bisa kutahan, mengalir begitu saja. Jam demi jam, intensitas nyeri punggung semakin sering, dan semakin nyeri. Tanpa induksi, malam itu gelombang cinta yang ditunggu datang juga. Menghitung jam membuat waktu terasa sangaaaat lamaaaa. Latihan nafas yang sudah aku latih sebelumnya, cukup berguna. Walaupun saat rasa nyeri semakin hebat, rasanya pengaturan nafas sudah tidak berguna hahahaha. Fokus sudah terpecah. Anehnya setiap kontraksi muncul, bukan hanya nyeri kontraksi yang terjadi, tapi disertai muntah berkali2 setiap 'gelombang cinta' datang. Badan yang awalnya masih terasa kuat, perlahan2 melemah dengan muntah yang tak berhenti hingga pagi. Makan dan minum sudah tidak ingin rasanya. Pengalihan fokus nyeri ke pernafasan memang sangat penting, tapi praktiknya sangat susah bunddd :)
Pukul 6 pagi, hari Selasa, tanggal 11 Mei 2021.
Pemeriksaan NST menunjukkan hasil yang semakin buruk dari semalam sebelumnya :'( kondisi janin menjadi gawat. Keputusan terbaik adalah CITO operasi caesar yang berarti operasi gawat darurat yang harus dilakulan sesegera mungkin. Badan sudah sangat lemah. Muntah tiada henti dari dini hari membuatku rasanya kekurangan energi. Apalagi tidak tidur semalaman. Ingin rasanya segera selesai saja rasa nyeri saat itu. Persiapan operasi dilakukan cepat sekali. Kurang dari 1 jam aku sudah berada di dalam ruang operasi / ruang OK.
Pengalaman pertama di rawat di rumah sakit. Pengalaman pertama juga harus dioperasi. Menahan sakit harus pindah2 dan geser2 di bed pasien saat kontraksi, rasanya badanku remuk sekali. Sepasrah itu rasanya. Aku hanya bisa berkata iya iya saja sambil terpejam.
Kukira bius operasi akan lebih menyakitkan dibandingkan tusukan jarum saat pasang infus. Ternyata tidak. Entahlah antara dokter anestesinya yang hebat, atau rasa nyeri tusukan jarum bius bisa tertutupi rasa yang lebih nyeri saat kontraksi, atau memang tidak nyeri.
Seketika setelah obat bius bekerja, rasanya tubuhku bisa beristirahat. Lega sekali akhirnya rasa nyeri kontraksi hilang seketika. Senyum tipis pun akhirnya bisa ku lemparkan ke crew yang berada di ruang operasi saat itu.
Pukul 7 pagi, hari Selasa, tanggal 11 Mei 2021.
Dalam suasana haru, lelah, pasrah. Anak yang aku kandung selama 40 minggu 4 hari, akhirnya lahir. Mendengar suara tangisan anakku untuk pertama kalinya, memecah keheningan dan dinginnya ruang operasi pagi itu :'')
Selamat datang ke dunia wahai anakku. Terimakasih telah berjuang bersama ibu dan tentunya tak lupa, ayah yang selalu sabar menemani ibu dalam setiap prosesnya hingga kamu lahir, Nak :'')
3 notes
·
View notes
Text
Katanya sih, gitu!
Disclaimer dulu nih ya, tulisan ini ditulis oleh orang yang hanya suka mengamati kondisi di sekitarnya, tapi belum ngalamin. jadi kalau yang bilang saya asal ngomong, ya bisa jadi benar hehe.
Jadi gini, iseng iseng scrolling instagram. Terus liat salah satu IgTV, dari influencer, bukan Indonesia tapi. Usernamenya lauraclery (monggo di search aja masing masing, berhubung ngga disertain videonya disini. Nama videonya “My 4th Trimester).
Divideo itu, dia menceritakan mengenai pengalamannya, dengan 2 anak. Gimana rasa sakit yang diderita saat melahirkan, gimana rasa malunya dia karena poop didepan dokter saat melahirkan (well, fyi, banyak kasus dimana pasien poop saat melahirkan, karena proses mengejan), gimana repotnya ngurus anak, tapi disatu sisi gimana rasa senangnya dia punya anak, gimana sayangnya dia ke anak anaknya, disisi yang lain dia juga menceritakan gimana hubungannya dengan suaminya menjadi renggang setelah punya anak. Dia juga menceritakan apa yang dia alami dan dia rasakan ngga sesuai dengan apa yang dibilang orang orang.
“They told me I would feel bliss the moment she was born” “I didnt. I was still shaken from the pain. I was actually angry that it wasn’t the euphoric moment I had been promised“ Kalimat pertama yang dia ucapkan di videonya, dengan video saat saat dia melahirkan anak pertamanya, lengkap dengan wajah kesakitan, peluh yang membanjiri tubuhnya, dan anaknya yang diletakkan di dadanya. Video bergulir hingga kesehariannya, gimana ia bahagia melihat anaknya, lalu bagaimana ia memiliki anak keduanya. Berlanjut saat ia menceritakan bagaimana repotnya untuk BAK setelah melahirkan, bagaimana ia merasa tak lagi mengenal dirinya, bagaimana kehidupannya dengan suaminya menjadi hambar. Namun in the end, ia tetap mencintai anaknya.
Dalam video itu, dia menyatakan “I wish more people talked about the upsand downs of parenting, what its really like. Maybe the shame and the guilt would lessen if we all openly acknowledged how hard it really is and gratifying and painful and blissful and excruciating and exhilarating and frustrating and fun” Dalam video itu, dia juga mengajak untuk saling berbicara. Bila mengalami kesulitan, speak up, jangan merasa malu, jangan merasa sedih dengan apa yang akan orang katakan, karena menurutnya, kita akan merasa lebih baik saat tau bahwa kita tak mengalaminya seorang diri.
-------
Video dengan durasi 7 menit 11 detik ini sangat menyentuh hati saya, sebagai orang yang belum punya anak dan belum menikah. Sontak satu hal yang terlintas dipikiran saya adalah “Ya, ini kenyataannya”. Lalu otak ini berputar, mengolah memori dari omongan orang orang disekitar, dari postingan kawan yang sudah melaluinya. Semua berkata,
“Sakitnya melahirkan akan hilang saat melihat anakmu lahir dengan sehat” “Kalau kontraksi, anggap saja gelombang cinta yang datang” “Lelahmu akan hilang saat melihat anakmu” “Mual dan muntah saat hamil adalah kenikmatan yang tiada tara” “Saat sudah punya anak, suami akan lebih lengket. Kita berasa menjadi ratu” “Rasanya senang dan jadi semangat lagi ketika bekerja ditemani dengan tendangan si bayi didalam perut”
Yah, kata mereka sih gitu. Katanya sih gitu. Tapi kenyataannya.....
Tangan ini pernah sampai mati rasa gara gara dicengkeram sama pasien yang sedang kontrasi. Apalagi yang pakai induksi. Muka pucat pasi penuh dengan peluh itu menatap dengan intens dan penuh kesakitan.
Ibu ibu yang berteriak nyeri tatkala efek anestesi lokal sudah mulai menipis saat dilakukan penjahitan perinium.
Pasien pasien yang mengeluhkan sakitnya saat ingin buang air, sakitnya berjalan hingga harus tertatih tatih
Teman koas, yang saat itu hamil, mengeluhkan rambutnya rontok, susah tidur dan akhirnya menambahkan beban kerja ke kawan kelompoknya...
Well, mengeluh itu wajar. Ngga ada yang melarang untuk mengeluh kan? Cuman, poinnya adalah, Berhenti!! Berhenti meromantitasi kehamilan-kelahiran dan parenting!! Berhenti menceritakan bahwa hal hal itu 100% benar benar sangat indah tanpa masalah sama sekali. Berhenti menggunakan kalimat kalimat puitis yang berarti berbalikan dengan kenyataannya!.
Nyeri? Bilang aja kalau itu nyeri!! Takut? bilang kalo takut!!! Sedih? Bilang apa yang kau rasakan!!
Kenapa? kenapa kita harus berhenti meromantisasi hal hal itu?
Bayangin, bayangin ada ibu ibu akan lahiran, kebetulan nih, pain threshold nya rendah, ngerasain kontraksi suakit banget. Eh ndilalah pas lahiran, robekan perineumnya banyak. Dijahit lah sana sini, njerit sakit. Eh terngiang ngiang tuh “Rasa sakit melahirkan akan kalah sama senengnya punya anak” kalimat ini terngiang ngiang gara gara si ibu ini sering baca dan denger dari sekitarnya. Nah, orang habis lahiran, hormonalnya ngga stabil tuh. Kira kira, apa yang bisa aja dipikirin si ibu? “Kok tetep sakit ya? Apa aku ga sesayang ini sama anakku?” “Kok aku ga kaya ibu ibu yang lain ya?”
Apakah mungkin? mungkin banget lah. Kita gatau apa yang dipikirkan orang lain kan?
Ngasih sugesti boleh, ngasih afirmasi positif boleh, tapi jangan berlebihan, jangan menjadikan hal hal normal (e.c : nyeri melahirkan, takut, rasa lelah dll) menjadi hal yang tidak normal lagi. Berilah afirmasi positif yang secukupnya
“Lahiran emang nyeri kok, tapi kamu pasti bisa. Gapapa kalo habis itu mau mengeluh nyeri” “Nanti habis lahiran, kalo mau kebelakang agak sakit. Tapi cuman beberapa saat aja kok. Jangan malu minta bantuan ya” “Ngurus anak pasti lelah, masih nyeri juga. Tapi ada sisi senengnya kok.”
See? Lebih enak kan? Daripada daripadaaa...... Gelombang cinta yang simsalabim ilang habis brojol
4 notes
·
View notes