#Halmeoniseries
Explore tagged Tumblr posts
Text
Halmeoniseries #4 “Kucing ditukar Ayam”
Pagi ini, kittenku sedang berlari-lari di rumah.
Melihat mereka, dimulailah cerita mbah Uti tentang kucing. Anak ragil mbah Uti, suka sekali dengan kucing. Kucingnya lucu, gendut, dan sangat penurut. Tanteku tak hanya memanjakannya, tapi bahkan tidur kucingnya pun di kasur bersamanya.
Suatu saat, kata mbah ada orang yang datang ke rumahnya. Tanteku sedang bersekolah, dan sang kucing setia menanti di pintu.
“Mbah, ini kucingnya dituker ayam ya,, “ kata orang itu. Sepertinya dia tertarik dengan kucing tante yang unyu.
Mbah uti yang tau anaknya sangat sayang kucing itu menolak dengan halus.
“Maaf, ini bukan kucing saya, tapi punya anak saya. Kalau mau ya minta ijin dulu ke anak saya.”
========================================
mbah Uti adalah sosok yang sangat menghargai siapapun. Bahkan kepada anaknya sendiri. Aku ingat sekali, mbah Uti dulu hidup serba kekurangan. Makan ayam adalah hal yang sangat mewah bagi keluarganya. Seandainya beliau tega, bisa saja menukar kucinng itu dengan ayam untuk dimakan sekeluarga. Tapi beliau tahu, anaknya akan sangat sedih bila kucing kesayangannya diambil orang lain.
0 notes
Text
Halmeoniseries #3 “Beli Durian”
Halmeoni series #3
Ini kisah tentang bagaimana mbah uti membeli buah durian yang matang dan bagus. Membeli buah durian itu, bisa dikatakan untung-untungan. Kalau penjualnya jujur, kita bisa dapat durian yang bagus dan enak rasanya. Tapi kalau tidak jeli, maka zonk yang kita dapat. Sudahlah mahal, dalamnya kadang keras, sepat, atau malah busuk. Rugi berlipat.
“Mbah itu.. Kalau mau beli durian selalu nunggu orang Cina.” kata Mbah suatu hari.
Di Lasem, tempat mbah Uti tinggal, memang banyak sekali etnis Cina.
“Maksudnya mbah? Kenapa nunggu orang Cina?”
“Orang Cina itu, tau mana durian yang bagus, mana yang enggak. Kalau mbahmu ini, ga tau gimana cara ngebedainnya. Jadi kalau ada orang Cina pegang durian yang mau dibeli, trus nawar ke penjual, mbah akan perhatiin.”
“Trus mbah?” tanyaku tertarik.
“Kalau penjualnya ga mau menurunkan harga sesuai yang diminta, orang China itu akan pergi. Nah, mbah langsung ambil durian yang ditinggal tadi, trus naikin sedikit harga tawarnya dari harga yang ditawar orang China itu. Biasanya penjualnya mau kalau kita naikin harga.”
Aku terpana mendengarnya. Wow.. sungguh movement yang cerdas sekali. Aku bisa merasakan bahwa mbah Uti itu sangat teliti dan perhitungan. Nggak mau rugi. Masya Allah.
Benar juga ya.. Kalau kita nggak ekspert di suatu hal, ya temukan sosok yang ekspert itu, lalu sebisa mungkin kita ambil manfaat darinya. Dengan cara yang tidak merugikan orang lain tentu saja. Karena memang kita tidak bisa memaksakan diri untuk ekspert di semua hal. Serahkan hal-hal yang tidak bisa kita lakukan ke ahlinya, dan kita fokus pada apa yang ingin kita raih.
0 notes
Text
Halmeoniseries #2 “About Her”
Mbah uti, bisa aku bilang adalah sosok yang cerdas, meski tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Semasa kecil, beliau harus mengurus keponakannya dan tidak diijinkan ayahnya untuk bersekolah di sekolah rakyat sebagaimana teman-temannya.
Saat teman sebayanya bersekolah, mbah uti akan duduk di luar, di dekat kelas mendengarkan penjelasan guru, sambil menjaga keponakannya.
Suatu saat sang guru bertanya tentang penjumlahan matematika. Tiba-tiba secara spontan terdengar suara jawaban dari luar. Ya, mbah uti yang excited karena tahu jawabannya tanpa sadar mengucapkannya dengan keras. Semua menoleh. Guru pun keluar kelas, mendapati Mbah Uti kecil, dan mengajaknya untuk masuk mengikuti pelajaran. Merasa malu, mbah Uti malah berlari menjauh dari pelataran sekolah. Sejak saat itu, beliau tak pernah kembali lagi. Malu, jawabnya saat kutanya mengapa.
Jadi, hingga saat ini mbah Uti tidak bisa membaca atau menulis. Tapi beliau survive dengan kecerdasannya dalam menghadapi berbagai masalah.
Mbah uti juga sosok yang sangat mempercayai perkataan pak Kyai. apa yang beliau dengar di pengajian-pengajian, maka akan terpatri di hati beliau dan sebisa mungkin diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Maka meski tidak bisa membaca Al Qur’an, tapi bibir beliau selalu basah dengan dzikir. Do’a-doanya, meski berbahasa Indonesia, selalu pernuh dengan penghayatan. Tak jarang air matanya menetes.
0 notes
Text
Halmeoniseries #1 “Mbah Utiku”
Series ini akan bercerita tentang mbah uti, sosok yang sering menemani masa liburanku saat kecil dengan cerita-cerita pengalamannya yang seru, lucu, tapi ada banyak hikmah yang terselip, yang baru aku sadari saat sudah dewasa.
Kenapa judul seriesnya pakai kata halmeoni?
Entah kenapa rasanya seru aja, pakai bahasa asing untuk tema series ini, dan kebetulan Halmeoni kata yang cukup bagus dan cocok menurutku.
Kondisi mbah uti saat ini semakin tua, dan bersamaan itu pula, aku merasakan kebenaran kalimat yang mengatakan bahwa orang sepuh, kadang akan bertingkah seperti bayi. Kadang mendadak sangat tidak rasional, memprotes apa yang kita lakukan, berteriak menyuruh kita melakukan sesuatu yang harus dikerjakan saat itu pula tanpa memahami bahwa saat itu kita juga sedang sibuk dengan sesuatu yang lain. kadang juga marah-marah dengan hal sepele.
Ya,, tentu saja sebagai orang normal, kadang aku merasa agak jengkel, tapi semua itu harus ditahan. Karena memang seperti inilah hidup. Bisa jadi, saat kita nanti tuapun seperti itu. Mbah Uti, juga pasti sebenarnya tidak mau demikian. karena memang sifat asli beliau bukan seperti itu. That’s why, ini harus menjadi ladang pahalaku. Harus bersabar dan melapangkan dada.
Tulisan ini sekaligus untuk menyegarkan lagi ingatanku betapa aku pernah sangat menghormati dan menyayangi mbah uti. Aku tidak ingin semua itu pudar tergantikan oleh cerita bagaimana aku menghadapi tantrum beliau.
Bismillah..
0 notes