Tumgik
#Hadiah Anak Sekolah
Text
Tumblr media
3 notes · View notes
jualkadoanaklareeza · 2 years
Text
TERVIRAL, WA : 0812-1366-2703, Kado Anak Sekolah, Lareeza
Tumblr media
4 notes · View notes
jualkadonatal · 2 years
Text
SPECIAL,WA: 0812-1366-2703,Kado Natal Keren Lareeza Gift
Tumblr media
Kado Natal Keren Cowo, Kado Natal Keren Anak Lai Laki,Kado Natal Keren Buat Sahabat, Kado Natal Keren Dibawah50ribu,Kado Natal Keren Dibawah100ribu, Kado Natal Keren Murah,Kado Natal Keren Favorit, Kado Natal Keren Girls, Kado Natal Keren Murah Berkualitas,Kado Natal Keren Kekinian ,Kado Natal Keren Lucu,Kado Natal Keren Simple, Kado Natal Keren  Zaman Sekarang
2 notes · View notes
Text
Pengrajin Custom Gift Name PALING BARU, 081381800030
Tumblr media
"Pengrajin Custom Gift Name KLIK https://wa.me/6281381800030, Usaha Souvenir Unik Bandung, Bingkisan Jajan Banjarbaru, Custom Hampers Tomohon, Gift Box Hijab Mertoyudan, Contoh Souvenir Boneka JonggolKami menyediakan aneka Souvenir Custom Terlengkap yang Dikemas Rapih dan Bermanfaat Edukatif * Free Request Tema Desain* Free Nama Anak* Free Pakai Foto* Bersifat Edukatif* Unik Dan Tidak Pasaran* Dilengkapi Dengan Peralatan Pendukung Yang Aman dan Berkualitas* Bisa Dikirim Seluruh IndonesiaLareeza GiftJual Aneka Souvenir BerkualitasUtk Tanya & Order, Bisa Langsung Via:WA1 : 0813-8180-0030WA2 : 0812-1366-2703Kunjungi Juga :TOKOPEDIA : Star Kids & Toys https://tokopedia.link/zgxicQ7xDsbSHOPEE : Star Gift Shop https://shopee.co.id/souvenirstarkidsINSTAGRAM : @gypfun.id @HampersulangtahunanakBli Bli : Souvenir & Kado Anak LareezaTik Tok Shop : Souvenir Anak Gypfun#kerajinantangansouvenirunikbanjarmasin, #bonekaondel-ondelberupasouvenirdibuatuntukgrogol, #souvenirkelahiranbayiunikbandarlampung, #souvenirunikwisudajogjamanokwari, #souvenirboxjasinga, #alatperagaedukatifuntukanaktkjatiwangi, #mainanedukasianakkelas2sdkotaambon, #mainanedukatifanaksdsidoarjo, #ideultahanak2tahuntangerang, #souvenirulangtahunanak2tahunjawilan"
0 notes
maitsafatharani · 2 months
Text
youtube
Salah satu habit yang rutin dilakukan: dengerin podcast sambil beraktivitas malam (re: masak). Dan berasa tertampar banget habis dengerin podcast ini.
Di awal podcast, aku dibuat amazed dengan cerita hidupnya Mbak Ela yang serba cepat timelinenya. Menikah di usia 19 tahun, lulus S1 Psikologi di 21 tahun, dan mendirikan sekolah sendiri di 22 tahun.
Lucu tapi juga miris mendengar cerita di balik kenapa beliau ingin jadi guru sejak kecil. Ah ya, disini juga kita bisa tahu kenapa Mbak Ela yang ingin jadi guru tapi justru mengambil jurusan psikologi. Rasanya aku sendiri nggak punya strong values sekuat beliau dulu saat memutuskan jurusan kuliah.
Tapi part yang bagiku sangaaaat menyentil diri ini adalah part-part akhir. Dimana Mbak Ela dikasih pertanyaan,
"Gimana mendidik anak supaya nggak korupsi?"
Disitu beliau jawab,
"Jangan pernah nyogok anak, dan ajari etika bukan fokus ke konsekuensi tapi ke intensi."
Lalu Mbak Ela menjelaskan, bahwa ngasih hadiah saat anak melakukan pencapaian tertentu itu sangat nggak efektif untuk mendidik anak. Okelah sekarang yang nyogok anakmu kamu sebagai orangtua. Besok kalau dia sudah besar? Ya lingkungannya yang harus melakukan itu. Entah temannya, koleganya, dan seterusnya.
Ah, iya banget lagi :')
Seringnya kita merasa perlu memberikan hadiah atas pencapaian yang anak lakukan. Itu wajar karena hadiah adalah bentuk apresiasi kita. Tapi, ternyata efek hadiah secara jangka panjang nggak se-sederhana itu ya :')
Sistem reward and punishment mungkin efektif untuk jangka pendek. Tapi.. itu tidak efektif untuk jangka panjang. Bukankah kita ingin anak kita besok berlelakuan baik karena motivasi dan niat yang datang dari hatinya sendiri? Bukan karena ada yang diharapkan (dari eksternal) dari perbuatannya itu.
Berat rasanya di dada pas denger part ini. Ya Allah, peran jadi orangtua itu.. memang jauh menuntut untuk lebih banyak belajar ya.
Kemudian tentang etika.
Ajarkan ke anak, bahwa perbuatan yang salah itu akan selalu salah karena niatnya, bukan karena konsekuensinya.
Misal anak kita membully/mengolok temannya. Lalu menolak minta maaf karena beralasan temannya juga tidak merasa terganggu dengan bully-annya. Itu perspektif yang keliru.
Perilaku bully, mau yang dibully itu sukarela pun, akan tetap salah. Karena apa intensimu berbuat demikian? Kalau niatmu baik, cara yang akan kamu lakukan tentu akan baik pula, kan.
Terakhir, yang lagi-lagi menyentil.
Anak itu meneladani orangtuanya. Mbak Ela sendiri terus menulis sampai saat ini karena melihat Abi nya selalu belajar dan menulis, bahkan sampai sekarang.
Sementara aku, apa kabar? Ingin anak bisa ini dan itu tapi aku sendiri masih kurang memberikan teladan.
Bersyukur mendengarkan podcast ini. Inilah juga alasan kenapa aku langsung menuliskan apa insight yang kudapat.
Aku berefleksi, dan merasa sudah banyak melenceng jauh.
I have to start over.
32 notes · View notes
milaalkhansah · 6 months
Text
Mendewasa bersama Anak-Anak
Tumblr media
Sepanjang aku bertumbuh dewasa, aku ditemani oleh anak-anak. Aku belum menikah, berpasangan apalagi. Anak-anak itu adalah anak-anak yang Allah tempatkan dalam satu tempat yang sama denganku, dalam kurun waktu yang lumayan lama. sehingga beberapa tahun yang kulewati bersama mereka, membuatku ikut menyaksikan tumbuh kembang mereka semua.
Beranjak dewasa dengan ditemani banyak anak-anak, membuatku mengambil banyak sekali pelajaran. Di antara pelajaran yang kudapat itu ialah :
1. Menjadi orang tua adalah belajar menjadi pribadi yang lebih sabar
Menyaksikan berbagai bentuk kesabaran seorang orang tua, selalu mampu membuat mataku berkaca-kaca. Membayangkan betapa sabarnya orang tuaku dalam merawat dan membesarkanku. Karena merawat seorang manusia yang belum sempurna akal dan perasaannya bukanlah sesuatu yang mudah. Bergadang, kelelahan, kelaparan, stres, penilaian orang lain, dan serentetan ujian lainnya adalah makanan sehari-hari yang harus dikomsumsi oleh para orang tua kita. Bahkan tak jarang, mereka melakukan kezaliman melanggar hak-hak tubuh mereka sendiri— hanya karena kasih sayangnya kepada anak yang sangat besar.
Menjadi orang tua adalah suatu latihan penguji kesabaran yang tidak ada garis finish, pemenang bahkan hadiah yang diberikan.
2. Anak kecil adalah orang dewasa yang berhati lapang
Meskipun memiliki sifat yang naif dan juga ego yang tinggi, anehnya mereka mempunyai hati yang lapang dalam memaafkan dan melupakan kesalahan. Kita seringkali melihat begitu mudah mereka kembali berbicara dengan seseorang yang bahkan semenit yang lalu telah membuat mereka menangis. Apakah hal seperti itu mudah kita lakukan sebagai seseorang yang mengaku telah dewasa? kita seringkali menganggap bahwa anak kecil adalah seseorang yang kekanak-kanakan. Padahal, bukan hal yang kekanakan bila seseorang dengan mudah mampu memaafkan seseorang yang membuat mereka bersedih, bahkan dengan jejak tangis yang masih basah di pipi.
3. Anak adalah pribadi yang jujur
Betapa sering kita mendengar celetukan-celetukan konyol dan lucu mereka, ketika sedang melihat, merasakan, ataupun mengalami suatu kejadian? Mereka adalah pribadi-pribadi yang tidak malu ataupun segan untuk melontarkan apa yang mereka rasakan dan juga pikirkan di mana hal tersebut seringkali bisa tergambar jelas dalam bahasa tubuh mereka.
Mereka menangis saat merasa sedih & terluka. Mereka tertawa dan tersenyum saat merasa senang dan bahagia. Sehingga jika kita melihat ada anak-anak yang selalu tertutup dengan perasaannya. Itu adalah sebuah alarm, bahwa ada yang tidak beres dan harus diselidiki penyebabnya.
4. Fitrah seorang anak yang selalu bersih dan suci
Saat lahir, anak seumpama kertas atau kanvas putih kosong yang belum berisi apa-apa. Dan orangtuanyalah yang akan pertama kali menjadi pena ataupun kuas gambar yang akan menorehkan berbagai macam "bentuk" dan juga menghiasnya dengan berbagai "warna".
Anak-anak yang baru lahir ataupun masih kecil fitrahnya akan selalu memiliki akhlak yang baik. Sehingga saat kita bertemu dengan anak-anak yang masih kecil namun telah dengan fasih berucap kata-kata kotor, dan berprilaku kurang baik. Orang tua akan selalu menjadi sosok yang pertama kali disalahkan.
5. Menjadi orang tua dan seorang anak adalah proses pembelajaran seumur hidup.
Tidak ada sekolah bagaimana menjadi orang tua yang baik, tetapi di banyak pelajaran sekolah, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua adalah hal yang sering dibahas. Seolah tugas belajar hanya dibebankan untuk seorang anak, bukan kepada orang tua. Seolah-olah yang mempunyai tugas-tugas untuk ditunaikan dengan baik hanyalah seorang anak. Orang tua akan selalu menjadi pihak yang benar dan tidak punya salah.
Aku paham, kedudukan orang tua tentu jauh lebih besar daripada kedudukan seorang anak. Tetapi bukan berarti orang tua tidak dituntut untuk ikut belajar memperbaiki diri. Di masa depan nanti, kuharap kesenjangan ini dapat diperbaiki. Sehingga generasi yang tercipta bisa lebih baik lagi. Tidak lagi fokus saling menyalahkan dan menuntut hak dan kewajiban masing-masing.
Sampai saat ini, meskipun aku belum menikah dan merasakan langsung menjadi orang tua. Aku bersyukur Allah mengenalkanku dengan banyak anak. Tingkah polos dan lucu mereka selalu mampu membuatku mengobati kerinduan akan masa kecilku dulu. Dan dari sosok orang tua mereka pula, aku lebih dini bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang tua.
Ke depannya, entah dengan anakku sendiri atau anak-anak yang "dititipkan" padaku. Aku pengen untuk belajar lebih banyak lagi. Belajar memahami sosok anak kecil dan juga orang tua. Berharap, darisanalah aku bisa menjadi seorang anak dan juga seorang orang tua yang lebih baik.
34 notes · View notes
diaryputri · 4 months
Text
skala prioritas
menginjak usia dua puluhan mengajarkan banyak pertimbangan. Tak boleh mudah menghamburkan uang untuk hal-hal yg kurang berguna. enggan banyak bermain karena masing-masing sedang bertarung dengan impian. sukar membuka hati takut akan kecewa apalagi sampai salah pilih.
banyak dari anak dua puluhan enggan untuk ditanya "lulusan mana? sekolah tinggi-tinggi ujung2nya kemana? kapan menikah? sudah ada calon? Kerja dimana? sebulan berapa? Dan berbagai pertanyaan** yg mungkin terdengar sederhana namun terkadang cukup menggores jiwa.
masalah pernikahan dan rumah tangga misalkan. setelah pendidikan terbitlah pelaminan merupakan pemandangan lumrah di banyak tempat dan tidak ada yg keliru dengan itu. Hanya saja statement bahwa setelah menyelesaikan pendidikan wajib mendirikan pelaminan bukanlah hal yg mudah bagi banyak orang.
menikah bukan hal yg instan untuk dijalani, ibadah terlama dengan orang asing yg tidak sepenuhnya dikenali, harus tetap stabil bagaimana pun kondisi rumah tangga nanti, berbagi bukan hanya kebahagiaan tetapi juga air mata perjuangan, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, menjadi pakaian penutup aib satu sama lain, menginjak ego demi mewujudkan mimpi-mimpi besar bersama, dan hal itu jelas tak mudah.
ada alasan mengapa orang siap menikah, sebagaimana ada pula alasan bagi mereka yg belum siap menjalaninya. Setiap manusia memiliki target & mimpi yg ia kejar, setiap target tsb pun memikili skala prioritasnya masing**. Ada hal besar yg dikedepankan atas hal-hal lain yg sekiranya tidak mendesak, termasuk di dalamnya pernikahan.
Bukan tak ingin atau enggan bersegera seperti kawan-kawan yg lain. Hanya saja kesadaran diri akan kesakralan & keagungan suatu pernikahan, memacu manusia untuk mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. entah itu pendidikan, finansial, mental, kedewasaan, terutama Agama maupun syariat harus benar** dipersiapkan.
setiap manusia hanya ingin satu kali yg berarti, untuk mendapatkan yg berarti diri pun dituntut untuk memberikan yg terbaik, dan itu butuh waktu dan durasi yg mungkin tidak sedikit, sampai pada akhirnya Tuhan benar** berkata "dirinya memang sudah pantas"
Oleh sebab itu, tidak usah terburu-buru akan tetapi jangan pula menunda terlalu lama, pertimbangkan matang** mana yg lebih prioritas & membawa banyak kebaikan bagi diri dan juga orang sekitar. Ingat masa muda hanya sekali, pergunakan sebaik mungkin untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang dulu pernah tertulis di dalam buku diary.
tak ada anak yg bisa memilih mau terlahir dari rahim ibu yg mana, atau dididik oleh ayah yg seperti apa, maka kesadaran diri setiap calon orang tua sangatlah dibutuhkan. perjuangan kita di masa muda, bergelut dengan berbagai kegiatan, merantau di negeri orang, kesana kemari melamar pekerjaan, lanjut pendidikan, menepis perasaan, maju tanpa malu demi hari hari esok yg lebih cerah adl hadiah terindah untuk anak-anak dimasa depan. suatu saat hal tsb akan menjadi dongeng penuh makna yg akan kita ceritakan dengan bangga pada mereka bahwa "ibu dan bapaknya pernah berjuang sekeras itu di masa muda" :)
so, semangat anak muda. semangat pejuang masa depan. Jangan mudah menyerah. Jangan lengah. Jangan galau. Sayang, nanti durasi waktu berjuangnya habis. ingat tidak semua datang tepat waktu sesuai yg dimau, tapi percayalah bahwa semuanya akan datang di waktu yg tepat bersama orang yg tepat dengan cara yg terhormat.
9 notes · View notes
ceritasiolaa · 6 months
Text
Time Flies to Fast
Waktu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin duduk dibangku sekolah dasar, mengikuti lomba cerdas cermat pengetahuan umum, diantar-jemput oleh orang tua pergi ke sekolah, menunggu uang saku bertambah jika naik kelas, ditambah lagi menunggu hadiah dari orang tua jika berhasil juara kelas atau mendapat kejuaraan lomba sekolah lainnya.
Hari-hari penuh dengan bermain dan bercanda dengan teman sebaya, belum ada memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang-orang dewasa.
Dulu, kalau mau pergi ke sekolah sering kehilangan kaos kaki sebelah mendadak. Tapi hebatnya, mama bisa menemukannya dengan cepat.
Dulu, kalau mau pergi ke sekolah harus wajib sarapan pagi. Bahkan mama selalu menyediakan susu atau teh di meja makan. Kalau kesiangan bangun, saat pakai sepatu pun masih sempat-sempatnya mama menyuapi makan. “Harus ada isi perut!” ucapnya buru-buru menyuapi.
Dulu, kalau bingung sama PR dari sekolah, ayah si jenius sains selalu jadi tempat aku bertanya. Nilai PR ku selalu bagus. Bahkan aku diledekin abang sendiri, “Itu sih yang sekolah ayah, bukan kamu”
Dan banyak lagi dulu-dulu lainnya.
Sekarang? Masa sudah berubah, aku sudah dewasa dan punya kehidupan sendiri. Namun seorang anak tetap lah menjadi ‘anak’ di mata orang tua nya, bukan?
Untuk mengenang semua itu, aku berusaha untuk selalu mengabari mereka.
Dan nanti, aku akan meneruskan hal-hal baik yang mereka terapkan kepadaku untuk anakku kelak. InsyaAllah.
9 notes · View notes
ameliazahara · 10 months
Text
Sekolah S1 dan S2 bedanya apa?
Baru tau kalau ‘hidup tuh demikian’ setelah terjun ke dunia kerja. Setelah terjun ke dunia kerja, ternyata ada banyak kampus yang akreditasinya beragam, dan jauh banget dari standar yang selama ini dijalani. Sekolah pun sama, diri baru tau kalau ternyata ada sekolah dengan akreditasi yang tidak setara juga—yang jauh banget dari standar yang dipahami selama menjalani masa-masa sekolah.
Selama masa pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga jenjang magister, alhamdulillah mendapatkan pendidikan di sekolah yang grade-nya kelas menengah ke atas di tingkatannya. Tentu, di sekolah tersbut diisi oleh beragam orang dari berbagai wilayah dan kalangan, dan juga dengan kualitas guru yang alhamdulillah mumpuni. Dari hal ini diri akhirnya terbiasa menghadapi persaingan dengan berbagai orang dengan kelas yang setara.
Alhamdulillah bisa merasakan jadi mahasiswa yang kuliah di kampus negeri terbaik Aceh, yang bahkan kampus S1 dan S2 akreditasinya sama-sama unggul saat ini, bahkan sekarang termasuk kampus PTN-BH juga.
Balik lagi, yang mahal dari pendidikan itu adalah lingkungannya.
Atas dasar apa yang diterima, diri berupaya mewariskan itu ke anak-anak kelak. Semoga mereka bisa merasakan hadiah pendidikan terbaik yang bida diberikan.
Saaat ini, diri bekerja di kampus yayasan pemda, dan tempat kerja yang sebelumnya merupakan kampus yayasan pribadi, yang kedua-duanya adalah kampus swasta. Di kampus yayasa pemda ini, diri tidak bisa menafikan kalau kampus ini adalah suatu yang sentral banget di kota ini. Kampus ini terbiasa terlibat atas sesuatu yang buka porsinya, tapi bisa memberi benefit bagi berdirinya institusi tercinta. Terlbiat politik harus siap. Terlibat sasaran-sasaran dari berbagai sisi harus bersiap juga. Beruntungnya menjadi bagian dari institusi insyaAllah bisa mengangkat reputasi diri.
Visi-misi dan sumber dana adalah dua hal yang menjadi indikator penting dari berbagai institusi pendidikan tinggi di daerah. Hal ini mempengaruhi kinerja dan pada siapa tunduk diberikan. Bahkan, cara mereka menghasilkan lulusannya juga tergantung pada kebijakan dan kepentingan institusi. Apapun itu, segala gap yang terjadi merupakan suatu yang tidak perlu dipermasalahkan karena semua punya dalih demi kepentingan bersama.
Diri menyadari kalau apa yang dijalani dulu dan apa yang kini dihadapi adalah dua kelas yang tidak setara, jika dikomparasikan pun akan tetap tidak sebanding. Jadi, sebagai karyawan diri bertugas menjalankan apa yang diembankan, ikut aja gimana aturannya, selagi rejeki yang dihasilkan halalan tayyiban.
Beberapa waktu lalu di time line twitter nemu tweet ini yang sampe di repost ulang.
Tumblr media
Tumblr media Tumblr media
Tulisan ini terinspirasi dari thread tersebut. Bahwa ternyata banyak yang juga menyadari bahwa grade dari pendidikan menentukan banyak hal di kemudian hari. Diri juga menyadari kalau, berproses itu selalu membuahkan hasil yang tidak sama pada setiap orang. Tempat di mana kamu ditempa dengan prosesmu juga penting banget. Relasi yang menemani dan menjatuhkanmu di masa berproses juga penting. Karena kelas kehidupan diterpa sejak di masa ini.
Jika diibaratkan dengan rumah, jenjang S1 itu seperti pondasi, ini penting banget. Jenjang S2 atau pun S3 adalah yang menjadikan indah rumahnya. Tanpa pondasi yang kokoh, jika terjadi bencana gempa bumi maka bangunan tidak akan bertahan juga. Atau seindah apapun tampilan luar, jika pondasinya tidak kuat maka bangunan tersebut akan rapuh juga.
Penting banget untuk menentukan pendidikan S1 hendak ke kampus mana. Jangan asal menentukan. Karena pondasi diri kedepannya bahkan di dunia kerja, diterpa sejak pendidikan S1.
Pentingnya pendidikan itu bukan dibagian gelar atau ijazahnya, bukan dibagian keren cover luarnya saja. Bahkan diri begitu terkejut ketika tau ada dosen lulusan S2 yang ga tau value dari pendidikannya. Anehnya, dia masih merasa tidak berdaya, dia merasa tidak bisa memberi kontribusi apapun. Lha, selama sekolah S2 ga diajarin gimana harusnya sebagai lulusan S2? Padahal kini dia sudah jadi dosen ber-nidn. Setelah nanti kamu jadi lulusan dan menjadi bagian masyarakat, maka kamu wajib survive, wajib mengembangkan dirimu sendiri. Kamu tidak lagi dibimbing seperti ketika dulu sebagai mahasiswa. Itu sebabnya salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan problem solving.
Jangan heran ketika nanti di dunia kerja bertemu karyawan yang titelnya banyak tapi kerjanya ya B aja.
Walau nanti di dunia kerja, yang pintar dan memiliki kapabilitas, akan kalah dengan mereka yang mahir berdalih—berbicara dan punya relasi orang dalam.
Dari pengalaman yang diperoleh, ternyata ada beberapa orang yang merasa bisa memperkuat pondasi dengan memperindah tampilan luar sebuah bangunan. Lha gimana? Jadi mereka yang merasa kurang percaya diri dengan pendidikan S1 nya berusaha mencoba untuk lanjut sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi di kampus ternama dengan dana dari orangtua yang mumpuni. Mungkin mereka merasa dengan pendidikan lebih tinggi dari yang lain mereka bisa merasa lebih unggul dan lebih percaya diri. Ini adalah hak masing-masing orang.
Kok diri seperti iri ya? Bukan. Tapi poin pentingnya adalah, bangun pondasi yang kokoh dulu, jika pondasi sudah kokoh, mau kerja di masa saja, walau lulusan S1 atau apalah, insyaAllah akan tetap berhasil dan berjaya. Yang terpenting itu kapabilitas dan bertahan.
11 notes · View notes
Text
Tumblr media
https://www.facebook.com/share/p/z5CpMpQZ2NdNfT9f/
DISKON Khusus Al-Qur'an untuk Anda!
Apakah Anda sedang mencari Al-Qur'an berkualitas untuk keperluan pribadi, hadiah, atau untuk dijual kembali? Pabrik Percetakan Al-Qur'an adalah solusi terbaik untuk Anda! Kami menawarkan berbagai jenis Al-Qur'an (Alqur'an saku, Alqur'an terjemahan, Alqur'an tajwid, Alqur'an hafalan, Alqur'an untuk anak-anak, serta Alqur'an custom untuk instansi, perusahaan, sekolah, dan pesantren sesuai selera Anda) dengan harga terjangkau dan kualitas unggul.
Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan DISKON khusus bagi setiap pembelian Al-Qur'an di tempat kami.
Hubungi kami segera di 0822-6472-1535 untuk informasi lebih lanjut dan nikmati penawaran istimewa ini!
Pabrik Percetakan Al-Qur'an - Solusi Terlengkap dan Termurah untuk Kebutuhan Al-Qur'an Anda
Temukan Al-Qur'an pilihan Anda dengan harga terbaik hanya di Pabrik Percetakan Al-Qur'an!
2 notes · View notes
gdsmonoton · 7 months
Text
Tumblr media
Ruang Di Sudut Pikiran (21)
- Seribu Tahun Berlalu pun, Ayah Tidak Akan Pernah Kulupa -
Dahulu aku sering merajutkan kalimat tentang bagaimana aku menyayangi Ibuku, tapi aku sangat jarang menulis perihal bagaimana aku menyayangi Ayahku.
Kali ini, aku akan menuliskannya. Sedikit saja, meskipun dipertengahan mungkin aku akan menangis karena tembok bernama 'gengsi' di antara kami berdua begitu tinggi dan kokoh.
Terlampau sering melihat dari sudut pandang diriku yang marah, aku hanya mengingat bagaimana Ibu terlalu hebat agar terus bisa berdampingan dengan Ayah. Aku kecil yang selalu dibuat takut dengan Ayah, membuatku begitu marah dan tumbuh hanya dengan peduli pada sudut pandangku yang melihat ia begitu buruk (terlebih dalam perkataan dan emosinya)
Beranjak dewasa; ketika aku mulai mencoba berdamai dengan segala runyam, aku kembali menilik masa kecilku dengan Ayah.
Ayah pemilik kendi kata yang sangat sedikit, senyumnya begitu langka, dan yang paling sering membuat aku mendumal adalah: ia tidak pernah tahu cara mengapresiasi keluarganya.
Sejujurnya, aku banyak menelan rasa sakit dari perlakuan atau perkataan Ayah, tetapi mungkin jika dipikir ulang; tak sebanding atau setidaknya sama dengan apa yang dulu Ayah rasakan.
Biar hari ini akan kusembuhkan satu persatu dengan 10 alasan kenapa seribu tahun berlalu pun, Ayah tidak akan pernah kulupa:
1. Ayah adalah satu-satunya yang rela bermain denganku sepulang ia kerja atau di hari libur. Menawari diriku untuk bermain pahlawan kecil berkuda, ia menaruhku di atas punggungnya dan kami akan bermain peran.
2. Ayah tidak pernah sekalipun absen dalam mengabadikan masa kecilku. Pertama kali aku dapat berjalan, saat aku makan, saat aku mendapatkan mobil mainan pertamaku, bahkan saat aku menangis karena kami sekeluarga batal pergi melihat danau sebab teman kerja ayah datang ke rumah. Ia bahkan menuliskan keterangan manis di setiap foto-foto yang ia ambil tentangku.
3. Walaupun kalimat Ayah terlalu kasar ketika bertengkar dengan Ibuku, dan ia terlalu menyakiti saat mengkritik diriku, tetapi dia adalah orang pertama yang berkata bahwa ia merindukanku saat aku menginap beberapa waktu di rumah nenek seorang diri.
"Ayah lihat foto kecil kamu di lemari, eh masa ayah kangen."
Itu terjadi saat aku masih usia sekolah dasar, tentunya.
Lalu hubungan kami semakin mengering, jarang terhujani dialog meski sederhana hingga akhirnya aku dewasa.
4. Ia yang tidak pernah berkata: "Ayah sayang kamu", tetapi selalu berusaha menyalurkan kasih sayangnya dengan menjemput diriku yang berkuliah di Ibu Kota, satu jam empat puluh menit dari tempat aku tinggal.
5. Ayah adalah orang pertama yang menulis di akun pribadinya bahwa ia merindukanku (lagi),di hari pertama aku masuk boarding school.
6. Ayah tidak perna memahami bagaimana cara mengatakan: "Hebat, terima kasih kakak sudah berusaha", tetapi ia selalu mencoba mendukung apapun yang merupakan hobiku dengan memfasilitasinya, membelikan apapun yang ia bisa dan ia tahu berkaitan dengan hobiku.
7. Kerap kali aku menangkap ia bertengkar dengan Ibu, tapi aku juga begitu memahami bahwa sebenarnya ia sangat menyayangi Ibuku. Ayah membawa kami pergi makan malam di luar setiap Ibu berulang tahun dan mencoba memberikan hadiah pada Ibu, meskipun sangat sederhana.
8. Ayah adalah Ayah. Ia tidak pernah tampil bagai malaikat hanya untuk menyenangkan kami. Ia tampil apa adanya, sesuai apa yang memang menjadi karakternya yang terbentuk dari masa kecilnya. Dan aku mulai sangat menghargai hal itu.
9. Karena Ayahku adalah Ayah.
10. Karena Ayahku adalah Ayah.
Mungkin beberapa hal lain membuat aku kesal, marah, dan sedikit trauma. Akan tetapi, beberapa hal lainnya membuat aku bersyukur memiliki Ayah seperti Ayah.
Aku sadar, ayah sudah berusaha semampu yang ayah bisa. Tidak ada sekolah untuk belajar menjadi Ayah, sementara Ayah memiliki masa kecil yang cukup berat.
Jadi, seribu tahun berlalu pun, aku akan selalu bersyukur menjadi anak Ayah (akan lebih berusaha bersyukur dibanding tahun-tahun sebelumnya)
Seribu tahun berlalu pun, ayah tak akan pernah kulupa.
-gdsmonoton.
3 notes · View notes
lamyaasfaraini · 1 year
Text
Akhirnyaaaaa Beli Buku!!
Ceritanya temen sekolah nemo ada 2 org yg ultah, 2 hari berturut2 mengunjungi gramed utk beli buku anak buat hadiah. Waktu hari ke 2, tiba2 pengen nyari buku buat aku baca. Sebetulnya ngga harus beli, dari thn kemarinpun aku blg ke bestie mau minjem bukunya apa aja deh genrenya. Bestie ku ini thn kmrn apa 2 thn lalu sblm kerja di dinas dan sibuk bgt, kerjanya kan konsultan klinis dewasa (iya dia psikolog), di instansi dan freelance jg. Hobinya nulis cerpen, sampe menang 10 besar gt di event apa yah lupa. Sempet aku baca jg, jagoan ih bakat terpendam! Skrg super sibuk mana sempat, nonton series aja dia ngga sempet huhu.
Naaaah gitulah balik lg ke beli buku, iya minat udah ada.. 3 thn ada BBW skip jg beli buku utk diriku sendiri. Kdg tuh faktor ngurus anak bikin aku males sih buat mulai baca lg, kaya dramanya tuh ada aja perihal anak ngga kaya jaman gadis punya bnyk wkt sendiri. Ya begitu.. Ngubek aja itu buku2 yg banyak itu.. Suami nanya mau cari buku kaya gmn? Aku blg pgn yg terjemahan pokonya pgn penulis luar POV org asing weh. Nah belom tau genre nya mau apasih. Novel cerita narasi biasa atau apa kutaktau lah apa kebutuhankuuuu. Pengennya buku self improvement tp gamau yg pemaparan motivator bgt, kek kaku lah gt. Cari lagi.. Yuu.. Cari lagii.. Daaaan nemu aja ini kayanya passss
Chicken Soup for the soul - Rumahku Istanaku
Tumblr media
Yaaaakk siapa yg gatau chicken soup yakan dr dulu suka liat2 tp dirasa belom butuh jd ngga aku beli. Kayanya ini cocok buatku, semuanya dari berbagai cerita POV org2 yg berbeda2. Siapa tau jadi menginspirasiku, jalan healing buatku jg hehehe.
Btw pembatas bukunya tag bingkisan ultah nemo, bukunya ngga ngasih pembatasnya haha.
Bab pertama dan halaman pertama kaya serba cocok aja gt. Memulai Kembali.. Bisa berarti aku mulai kembali baca buku, bisa memulai kembali menata rumah tanggaku yg lebih baik dgn suamiku, memulai kembali segalanya yg baik2 tentunya. Hahaha gpp yah aku hubung2kan aja..
Plus ada quote nya
"keberhasilan rumah tangga menuntut kita jatuh cinta berkali-kali, selamanya, pada orang yang sama"
Tumblr media
Membacanya supersantai soalnya ceritanya beda2 masing2 2 halaman udah beda cerita. Seru sejauh ini.. Masih sedikit aku baca disela2 ngurus anak, kerjaan domestik dan tergoda Netplikan haha
Tag @sagarmatha13
4 notes · View notes
jualkadonatal · 2 years
Text
TERHEBOH, WA: 0812-1366-2703, Kado Natal Murah Lareeza Gift
Tumblr media
2 notes · View notes
sadyah99 · 8 months
Text
Naratif Literasi
Saya baru mengenal istilah literasi sewaktu duduk di bangku kuliah. Selain karena ada mata kuliah literasi yang kami ampu, kampus kami cukup aktif dalam kegiatan pembiasaan literasi. Namun dalam praktiknya saya gemar membaca jauh sebelum itu, tepat sebelum duduk di bangku sekolah dasar. Saya sudah bisa membaca dan menghabiskan berbagai macam bacaan seperti cerita rakyat dan bacaan anak-anak lainnya. Hal tersebut tidak luput dari kontribusi mama yang sangat telaten mengajari anak-anaknya membaca disela-sela kesibukannya berjualan. Mama adalah teladan bagi saya untuk banyak hal. Sejak kecil saya terbiasa melihat mama membaca beberapa majalah favoritnya seperti majalah Kartini, Femina, dan beberapa buku bacaan lainnya. Ia membelinya ketika berbelanja di supermarket. Sampai sekarang saat senggang beliau mengisi waktunya dengan membaca. Saya pun memiliki majalah favorit yaitu majalah Bobo. Tak selalu dibelikan tiap edisi majalah tersebut, tetapi saya selalu bisa membacanya karena sahabat semasa kecil saya berlangganan majalah Bobo dan suka meminjamkannya. Tak hanya itu ia juga sempat menghadiahkan buku cerita jenaka Abu Nawas. Saya sangat bersyukur diberikan keluarga dan sahabat-sahabat yang sangat mendukung kegemaran saya.
Selain mama, ada bapak yang selalu membelikan beberapa buku bacaan tiap kali ada pekerjaan keluar kota. Tak lepas dari ingatan ketika bulan ramadhan, bapak membelikan buku The Best Stories of Quran yang menceritakan kisah-kisah nabi. Buku itu cukup tebal untuk dibaca anak berumur 5 tahun namun saya menghabiskannya dalam sehari. Bisa terlihat sesuka itu saya dengan membaca. Sampai masuk SD saya selalu suka membaca buku-buku pelajaran, RPUL dan buku-buku bacaan diperpustakaan apalagi yang berwarna, sangat menggugah untuk anak-anak seperti saya. Tapi sejujurnya ketika dewasa bacaan berwarna yang memanjakan mata itu masih terlihat menarik. Tak hanya membaca, saya juga gemar menulis seperti mengarang cerita pendek salah satunya cerita tentang desa mama yang kita datangi saat liburan semester di daerah Tuban yaitu desa Wonosari yang saya tulis saat kelas 5 SD. Ketika melihatnya lagi saat sudah duduk di bangku kelas 1 SMP ternyata karangan yang saya tulis sudah cukup baik.
Pada pelajaran Bahasa Indonesia saat SMP guru saya memberikan hadiah bagi siswa yang memiliki karangan pengalaman terbaik dan saya mendapatkannya. Tak hanya itu, guru pun memuji dengan mengatakan bahwa penulisan dalam karangan yang saya buat sangat bagus. Dibangku SMP saya semakin suka membaca dan buku-buku koleksi semakin banyak. Sedari dulu saya bercita-cita ingin punya perpustakaan kecil di rumah tetapi harapan itu hilang ketika tempat penyimpanan buku-buku kesayangan saya diserang rayap. Saya pun sudah tidak bersemangat lagi untuk menyimpan buku dan lebih memilih menghibahkannya ketika selesai membaca.
Kebiasaan membaca masih terus berlanjut tetapi menulis tidak lagi dilakukan. Saya sangat menyukai novel bergenre fantasi seperti novel Hujan, Matahari, Bulan, yang dikarang oleh Tere Liye, dan novel lain yaitu Dear Nathan, Dilan dan sebagainya. Semakin bertambah umur genre bacaan saya semakin beragam dengan menyukai bacaan motivasi untuk pengembangan diri salah satunya buku-buku yang ditulis oleh Wirda Mansur. Saking senangnya dengan buku, saya juga sempat menjual buku dan ternyata lumayan banyak peminatnya apalagi Novel yang sedang tren dikalangan kawula muda apalagi anak SMA. Saat SMA pun saya mendapat hadiah perpisahan dari teman dekat saya berupa buku juga.
Beranjak di bangku kuliah saya tak lagi sempat membaca buku karena bingung mengatur waktu. Waktu senggang yang berkurang membuat saya enggan meluangkan waktu untuk membaca karena dahulu saya terbiasa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membaca. Namun saat semester akhir saya mulai kembali membaca dengan genre bacaan pengembangan diri. Awalnya karena kebutuhan tetapi seiring berjalannya waktu saya mulai terbiasa dan mampu membagi waktu untuk membaca. Tak lagi menggunakan buku fisik, saya berlangganan e-Gramedia. Selain menghemat pengeluaran e-Gramedia juga lebih efisien dibaca dimana saja. Akan tetapi, aroma khas buku fisik masih menjadi juara.
Sampai sekarang literasi tak lepas dari kehidupan, apalagi profesi pekerjaan guru ini selalu terlibat dengan literasi. Setelah mengikuti mata kuliah Literasi Lintas Mata Pelajaran khususnya pada topik membuat cerita narasi, tanpa sadar saya mengasah kembali keterampilan menulis. Untuk menulis cerita ini saja butuh waktu berhari-hari untuk mengumpulkan niat, mencari ide rangkaian kata yang sesuai sekaligus mengingat memori beberapa tahun silam. Ternyata cukup sulit untuk membuat tulisan yang menarik dan mudah dipahami pembaca.
3 notes · View notes
kanyaslsbl · 1 year
Text
#1
Murid-murid perempuan menulis surat dengan tangan mungil mereka di sela-sela aku mengajar, mereka merahasiakannya dariku, saat aku pura-pura tidak mengetahui. Bertanya bagaimana cara menulis “bye” dalam Bahasa inggris, aku jawab saja “by” karena aku pikir mereka menulis surat tanpa mengetahui Bahasa inggrisnya “dari”. Aku agak sedikit menyesal setelah tahu bahwa maksud mereka adalah “bye” selamat tinggal, yang akhirnya mereka tulis dengan kata “by”. Mereka bilang, aku adalah ms dan guru terbaik, entahlah itu hanya kata-kata pemanis yang mungkin mereka lontarkan kepada semua guru, tapi itu sudah cukup membuat relungku terisi. Hati mereka masih polos dan bersih, tak mungkin aku balas dengan perasaan yang juga tak tulus.
Seorang murid laki-laki kemudian berkata padaku “Ms, tau kan apa yang lagi mereka siapkan?” ucapnya sambil mencondongkan tubuhnya ke arahku. “Hmm gak tau” jawabku asal sambil memeriksa buku modul anak-anak yang lain. Tiba-tiba ia berkata, “Ms maaf ya, aku gak nyiapin apa-apa”. Aku terenyuh kemudian menatapnya, “Ehh, gak apa-apa araz” ucapku kemudian lanjut menulis di buku. “Kalian belajar sama miss, bagi miss itu hadiah kok” aku terdiam. “Hadiah dari araz, araz jadi anak yang sholeh, ya?” ucapku sambil tersenyum menatapnya. “Aamiin” ucapnya sambil cengengesan.
Saat pulang sudah tiba, aku memberikan arahan pada semua murid untuk merapikan serta membereskan meja setelah belajar. Aku menghapus papan tulis, lalu araz menghampiri, “sini miss, aku hapus”, aku tersenyum lalu memberikan penghapus tersebut. Tubuhnya yang mungil tidak mampu meraih beberapa tulisan cukup tinggi untuk ia hapus. Aku terkekeh, “Coba araz hapus yang ini” ucapku sambil menunjuk tulisan tersebut. “Bisa, kok” ujarnya setengah berteriak sambil melompat-lompat. Aku hanya terkekeh, lalu pergi membiarkannya berusaha, kemudian kembali lagi untuk mengecek hasilnya. Bagus, semua terhapus.
Semua sudah berbaris, berdo’a, lalu mengucap salam. Aku memberikan ucapan terima kasih dan permohonan maaf. Tiba-tiba seorang murid laki-laki lainnya berteriak “Tunggu miss!” “Miss tunggu!” sambil merogoh sesuatu dalam tasnya, aku hanya tersenyum “Iya, iya, belum kok. Nanti kita mau salam-salaman dulu”. Setelah semua siap akhirnya kita melakukan ritual perpisahan seperti biasa saat pulang sekolah. Bedanya, kali ini mereka memberikan selembar kertas, amplop, maupun permen setelah salim padaku. “Miss ini buat miss, nanti dibaca, ya” ucap murid-murid perempuan. HIngga tiba pada murid laki-laki yang beberapa waktu lalu merogoh tas. Rupanya ia memberikan dua buah kartu pokemon, serta pengserut yang berisi permen di dalamnya. Entahlah dia mengambil barang itu secara sembarang lalu memberikannya padaku karena baru tahu bahwa ini adalah hari terakhir aku mengajar disana atau memang sudah ia siapkan. Walaupun ragu bahwa itu sudah ia siapkan, tapi aku sangat berterima kasih karena kehadiran, serta keaktifannya, suasana kelas sedikit berwarna.
Meskipun mereka hanyalah anak-anak kelas 2 SD. Tapi aku selalu berusaha untuk tidak menganggap remeh setiap perasaan yang mereka tunjukkan serta utarakan. Saat mereka sedih, marah, kesal, kecewa. hal itu bukanlah hal mudah bagi anak seusia mereka. Segala perasaan itu, setara dengan usia yang sedang mereka jalani. Sehingga aku dengarkan satu persatu kata yang keluar dari mulut mereka, aku perhatikan setiap raut wajah mereka. Hanya berharap, bahwa mereka dapat tumbuh menjadi sosok yang percaya akan dirinya sendiri. Tidak menjadi hilang harapan, meskipun kenyataan menjatuhkan berkali-kali. Sepertiku beberapa waktu lalu dan mungkin hingga hari ini.
7 notes · View notes
shofiakurniaputri · 1 year
Text
Obrolan seusai sholat isya dgn Pak Rangga,
"adek bagus klo pake jilbab gitu, kyak bocah TPA"
"Eh iya ya krudung TPA jaman dulu kan tali kolor gini ya"
Seketika flashback tahun 94/95, berbekal ambisi orgtua agar anak-anaknya jago ngaji dan bisa jadi qori', aku dan kakak ku TPA yg bukan di masjid dekat rumah. Dulu sih rasanya pasti males lah yaa suruh berangkat TPA. Tapi krn Bapak dan ibuk adalah orgtua yg cukup disiplin, jadi tidak ada kata malas. Termasuk disiplin waktu. Jaman dulu, pulang sekolah itu nggak sampe sore kyak anak jaman skrg. Jam 10 atau 11 udah di rumah. Walopun cuma 1-2 jam tetep nyempetin maen sm temen, entah sepedaan atau pasaran. Adzan dzuhur harus pulang, sholat di rumah, no excuse. Setelah sholat, harus makan dan tidur siang. Adzan ashar udah dibangunin buat sholat, mandi dan siap2 berangkat TPA.
Saat itu orgtua ku sgt mengutamakan kualitas pengajarnya, bukan krn turah duit, bukan. Tapi krn mimpi orgtua ku sangat besar. Aku dan kakak ku di sekolahkan di AMM Kotagede. Bagi yg tau, sampul iqro' bagian belakang ada foto kakek bertongkat di situ, nah beliau lah pemilik AMM ini, alm. Bapak As'ad Humam namanya.
SPPnya bisa jadi lebih mahal dari SPP TK ABA ku. Belum lagi seragamnya, ada 3 jenis seragam waktu itu, warna merah, biru dan krem. Dan jgn ditanya, anak-anak di sini kebanyakan diantar naik mobil oleh orgtuanya atau driver pribadi. Dan saat itu aku diantar Bapak dgn YAMAHA V75 nya. Kebayangkan betapa jomplangnya hidup ini wkwkwk.
Aku ingat betul setiap hari Jumat jadwal pelajaran hafalan dan kaligrafi. Teman-temanku bawa pastel yg segede koper. Tau kan yg model gimana. Sedangkan aku cukup pensil warna faber castle yg ukuran kecil. Tapi alhamdulillaah, aku selalu dapat hadiah krn hasil kaligrafiku dapat nilai bagus.
Sampai akhirnya aku dan kakak ku sudah lulus kelas TQA. Oh yaa, jadi utk sekolah di AMM ini ada 3 grade. Mulai dari TKA, TPA dan terakhir TQA. Klo udah lulus TKA ada acara kenaikan tingkat ke TPA. Begitupun setelah TPA ke TQA. Setelah TQA, acaranya bukan kenaikan kelas lagi, tapi sudah wisuda. Krn dulu gedungnya terbatas, wisuda selalu diadakan di grahasaba UGM dan mengundang menteri agama. Meskipun waktu itu masih TK, tapi sudah ada rasa bangga ketika di wisuda dan berjabat tangan dgn pak menteri.
Perjuangan blm berakhir sampe wisuda TQA. Justru ini baru awal perjuangan. Bapak dan ibuku sepakat melanjutkan kami utk kursus qiro'ah. Tempatnya bukan di AMM lagi, tapi di Mu'adz bin Jabbal. Jadwal kursusnya sungguh mengejutkan kami yg masih anak-anak. Kami kursus setiap hari Jumat dan Ahad. Jumat setelah jumatan dan Ahad jam 7 pagi. Padahal prioritas kami adalah nonton kartun, bukan qiro'ah, wkwkwk.
Dan waktu berjalan begitu cepat, sekolah SD ku juga mengadakan ekskul qiro'ah setiap hari Rabu. Aku dan kakak ku sudah mulai aktif mengikuti lomba-lomba MTQ. Orgtua kami pun mengundang guru privat utk melancarkan bacaan qur'an. Setiap Selasa kami privat di rumah. Jadi hanya ada 3 hari free utk kami bermain tanpa ada tanggungan qiro'ah. Belum lagi setiap mendekati hari H lomba MTQ, guru kami selalu menyempatkan utk berlatih lebih sering, pulang sekolah masih gobyos keringat krn mengayuh sepeda langsung buka qur'an utk latihan persiapan lomba. Pernah sampe nangis krn saking capeknya pulang sekolah tp nafas nggak sampe di nada tinggi, ayat itu di ulang ulang sampai akhirnya bisa.
Saat itu mungkin ingin marah dan menyerah, tapi sekarang aku benar-benar bersyukur atas itu. Kalau saja orgtua ku tidak mengarahkan utk sekolah dan kursus, aku hanya murid biasa tanpa prestasi. Kalau saja guru ku tdk sekeras itu, aku tidak akan pernah mencapai juara-juara hingga tingkat provinsi. Kalau saja saat itu aku marah dan menyerah, aku tidak akan bisa lancar mengaji dan qiro'ah.
7 notes · View notes