Tumgik
#Gubahan
fathurariz · 1 year
Text
ياآل فهر لمظلوم بضاعتـه - ببطن مكة نائي الدار والنفر
ومحرم أشعث لم يقض عمرته - يا للرجال وبين الحِجر والحَجر
البيت هذا لمن تمت مروءته - وليس للفاجر المأفـون والغدر
(Penuntut Keadilan)
Usai berakhirnya perang Fijar dan disepakatinya perjanjian damai, kaum Quraisy menyeru kabilah-kabilah elit Makkah untuk beraliansi dan membentuk konfederasi yang disebut sebagai Hilf al-Fudhul / Perjanjian Kehormatan, dan menjadi satu perjanjian yang terhormat di Makkah.
Yang melatarbelakangi terbentuknya perjanjian ini adalah penindasan yang dilakukan oleh Ash bin Wa'il (salah seorang elite Quraisy) terhadap seorang pendatang dari Yaman. Pendatang tersebut berusaha mencari bantuan kepada pembesar Quraisy dan penduduk sekitar, namun sia-sia. Kemudian ia mendatangi Ka'bah dan menyeru dengan gubahan sya'ir untuk menuntut hak-haknya. Walaupun ia adalah orang asing, namun ia juga memiliki kehormatan dan keamanan yang harus dijaga.
"Sesungguhnya Baitullah ini hanya pantas untuk orang yang sempurna kehormatannya, bukan untuk orang yang jahat dan berkhianat"
Kemudian, Zubair bin Abdul Muthalib datang memenuhi seruannya, dan berinisiatif untuk mengundang para elite Makkah untuk membuat konfederasi sebagai upaya melawan segala bentuk kedzaliman, tak terkecuali kedzaliman kelompoknya sendiri.
Konfederasi ini dihadiri dan disepakati oleh para elite Makkah yang terdiri dari Bani Hasyim bin Abdi Manaf, Bani Asad bin Abdul 'Uzza, Bani Zuhrah bin Kilab, Bani Tamim bin Murrah, bersama Abdullah bin Jud'an sebagai tuan rumah.
Perjanjian ini bertujuan untuk menjaga penduduk Makkah maupun pendatang dari kejahatan dan kedzaliman, menolong dan membela mereka, hingga mengembalikan hak-hak mereka.
Rosul saw. turut hadir bersama para delegasi Quraisy dalam konfederasi ini. Keikutsertaan beliau menjadi bukti kredibilitas, integritas, dan kepercayaan publik akan pribadi beliau yang masih muda (20 Tahun).
Menegakkan keadilan dan melawan kedzaliman menjadi salah satu nilai yang dijunjung tinggi, dan hal tersebut dibuktikan dengan kecintaan beliau terhadap perjanjian ini. Yaitu seandainya beliau turut diundang hadir setelah risalah kenabian, pasti beliau akan menghadirinya.
Setelah disepakati perjanjian ini, Ash bin Wail dituntut untuk mengembalikan hak-hal yang telah dirampasnya. Sejak itu penduduk Makkah maupun pendatang telah dijamin keamanannya dari bentuk penindasan.
Sumber:
Sirah 'Ainul Yaqin, syekh Khudlari Bik.
Sirah al-Khadlrami
__________
#Respect, 20 tahunku.
"Mari berkonspirasi dalam membela dan mencari kebenaran"
#Peace #Militan
7 notes · View notes
ainayyahnurfauzih · 1 year
Text
Tentang Perjalanan
#1 entahlah saya menuliskan ini untuk diri sendiri or what I miss the most. Keane dalam gubahan liriknya somewhere only we know benar-benar membawa saya kembali pada taraf berfikir tentang ‘arah’ seseorang. Di beberapa waktu terakhir ini, saya dengan begitu sudi membiarkan seseorang mendiami pikiran dan separuh  hati. Ah, agak berlebihan memang kalimat ini. Namun demikian-lah adanya. Keakrabanku dengan kesudian itu-lah yang menjadikan saya -kembali- berkenan memeluk kecewa. Dibiarkannya sayatan-sayatan kecil itu melintang dalam diri. Adalah perjalanan. But why?  apakah pertemuan-pertemuan kecil itu : patok dalam perjalanan? dibuatnya saya gelagapan nyaris kehilangan arah?
3 notes · View notes
mynameisfate · 1 year
Text
jika muncul kebencian yang membutakan yang ditujukan kepadaku, aku akan menerimanya. aku tidak akan mengelak, karena aku tidak bisa menghalau apa-apa yang sudah Allah gariskan untuk menemuiku.
kata-kata yang tajam menusuk itu aku terima, cukup aku "terima" tanpa embel-embel harus ikhlas dengan perkataan itu, karena aku rasa aku bukan orang alim yang otomatis ikhlas ketika dikata-katain seperti itu. jadi ya, cukup aku hanya menerimanya saja.
aku rasa itu adalah caraku untuk "embrace all the situsations". karena penjelasan yang aku berikan, dimana penjelasan itu sudah kususun agar seminimal mungkin menimbulkan konflik lebih lanjut, ternyata tetap saja membuatku menjadi tujuan serangan kata-kata menyakitkan, maka aku akan mundur. biar aku mengalah dan menarik diri sejenak (pun jika selamanya aku tidak keberatan). karena aku tipe yg tidak ingin menimbulkan konflik berkepanjangan, dimana inti konflik itu masih sama, hanya gubahan kondisi dari sebelumnya saja. kurasa itu pun juga bukan komunikasi 2 arah, jadi ya karena kusadari miskomunikasi tetap terjadi, entah seberapa berusaha aku untuk menjelaskannya, jadi biarlah. kadang banyak hal dalam hidup yang memang tidak bisa kita "perbaiki" kondisinya. seberapa kita sudah mengalah, mengaku bersalah, dan beriktikad baik untuk memperbaiki, tetap akan ada orang yang memandang kita buruk, seolah buruknya kita itu adalah fungsi yang linear dalam perjalanan hidup.
tidak dipungkiri memang, menjadi sedih, marah, dan kecewa atas perkataan-perkataan yang tidak baik yang ditujukan untuk kita itu. dan itu normal, jangan terlalu keras pada diri sendiri, mewajibkan diri untuk selalu tangguh dan kuat karena kondisi "lingkungan" yang memaksa. karena sejatinya manusia itu rapuh dan lemah, terhadap hal yang berbeda-beda. biarkan saja rasa-rasa kurang nyaman itu hadir dan menemani sejenak. biarkan diri ini merasakannya, karena kita tidak mungkin bisa melarikan diri darinya. tapi berjanjilah dengan bertekad, jangan membuat perasaan itu menjadi kontrol kehidupan. kita pun kadang susah untuk mengontrol diri, karena memang kita tidak pernah kuasa mengendalikan diri, cukup minta sama Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, agar dimampukan dan dikuatkan dan diberi kelapangan dada seluas samudera untuk menjalani hidup.
semoga aku, kamu, dan kita semua selalu menaruh harap yang baik pada Allah, karena sesungguhnya Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. :))
5 notes · View notes
menujusenja · 2 years
Text
Manusia, Pertemuan-Pertemuan dan Hal-Hal yang Tak Pernah Selesai
Sebelumnya, aku tidak pernah terbesit sedikitpun untuk menjejakkan kaki dan tinggal tanah Bumi Pasundan. Bandung menjadi Ibu Kota Provinsi kedua di Pulau Jawa, setelah Serang yang belum pernah aku singgahi sebelumnya untuk waktu yang lama.
Aku lahir dan tumbuh besar di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Darah Jawa mengalir kental dari kedua orang tuaku. Begitu pula aku tumbuh besar di lingkungan dengan kultur orang-orang Jawa dengan bahasa pergaulan bahasa Jawa yang memiliki tingkatan yang rumit itu. Solo, Surabaya dan Yogyakarta yang sempat ku singgahi dalam jangka waktu panjang semuanya berlatar budaya lokal Jawa. Maka dari itu tidak pernah terpikirkan di dalam benak untuk merantau di negeri orang yang kulturnya sama sekali berbeda dengan apa yang selama ini aku datangi.
Hingga akhirnya sebuah kesempatan tak terencana tersebut datang. Peluang untuk beranjak menuju sesuatu yang lebih baik membawa langkahku terayun kemari. Pertama kali datang ke Bandung, aku merasakan suasana yang asing. Aku tidak terbiasa dengan udara dingin. Baik Solo, Surabaya maupun Yogyakarta semuanya berhawa panas dan kering. Aku juga merasa asing karena di stasiun tidak ada lagi yang menawarkan jasa transportasi becak dengan kalimat,” Mas monggo ngge becak teng terminal sedoso ewu mawon”. 
Mayoritas masyarakat di sini berbahasa Sunda yang walaupun sama-sama halus tetapi memiliki logat khas tersendiri berbeda ketimbang Jawa. Tidak ada lagi tembang Sepasang Mata Bola milik Ismail Marzuki ataupun lantunan suara Dara Puspita lewat gubahan lagu Surabaya-nya di sudut-sudut peron. Aku pun tersadar bahwa ini adalah babak baru kehidupan yang akan segera dijalani.
Mungkin saja bagi sebagian orang beradaptasi dengan lingkungan baru itu melelahkan. Muncul pertanyaan baru, kekhawatiran tidak bisa bergaul, ketakutan tidak diterima, adanya ketidakcocokan dan sebagainya. Awalnya, aku juga berat untuk mencoba beranjak dari zona lama yang telah terlalu nyaman ditinggali.
Namun, semua prasangka buruk itu perlahan-lahan memudar seiring pertemuan demi pertemuan baru yang dilewati. Rekan-rekan seprofesi yang tidak disangka sangat sefrekuensi dalam berbagai hal, baik dari gaya bercanda, lelucon receh, hobi yang sama, perbincangan-perbincangan hangat nan mendalam dan kemauan untuk saling memahami satu sama lain dalam proses adaptasi. Belum lagi banyak handai taulan sejawat yang lebih senior yang begitu supportif, ramah, ringan tangan dalam membantuku belajar dan belajar lagi di lingkungan baru. Hanya ada waktu kurang dari beberapa hari awal yang canggung dan penuh ketakutan, setelah itu yang terjadi adalah sejarah. 
Bagaimanapun kita menghindar, pertemuan-pertemuan baru tidak akan pernah bisa terelakkan. Manusia terlahir satu paket lengkap dengan pertemuan dan perpisahan. Perpisahan baru artinya pertemuan baru pula. Pertemuan baru berarti kelak akan ada masa perpisahan entah bagaimana, ke mana dan untuk apa. Seluruh manusia akan berputar pada siklus seperti ini, terus-menerus tanpa pernah terputus. Manusia memang akrab dengan hal-hal yang kontinyu dan tak pernah selesai, seperti apa yang dikatakan oleh Mochtar Lubis dalam Jalan Tak Ada Ujung. Percabangan ranting menuju titik demi titik kulminasi adalah tahap untuk mendewasakan kita menuju puncak hakikat bernama kebijaksanaan.
Manusia tidak mungkin kuasa menghentikan putaran zaman dan peradaban. Maka jalan satu-satunya adalah menerima semua yang datang kepada kita, entah apakah itu yang pernah kita lewati, sedang kita jalani atau nanti akan kita temui. Kita rangkul seluruh pertemuan baru pada dimensi apapun yang terjadi dengan menyelaraskannya satu-persatu, mengharmonikannya dengan nada yang berbeda-beda dalam satu alunan lagu yang sama. Menjadi lebih indah dan bermakna tanpa perlu repot memaksa semuanya untuk seragam bukan?      
Selamat datang perihal-perihal baru, kesibukan baru, tantangan baru, orang-orang baru, keluarga baru, rutinitas baru, kesulitan baru, pertemuan baru, kebaikan baru dan ruang tumbuh untuk menjadi manusia utuh yang satu.
Bandung, 26 Oktober 2022
@menujusenja
5 notes · View notes
Text
youtube
00:00 Alang Tabang (Gubahan Suryaman) - Elly Kasim 03:30 Anak Jo Abak (Nuskan Sjarif) - Nuskan Sjarif/Santy Nuskan 05:36 Pulanglah (Sjamsir Tanjung) - Elly Kasim 08:40 Rang Mudo Dalam Bacinto (Rustam Rachany) - Elly Kasim 12:33 Tagolek Golek (Nuskan Sjarif) - Elly Kasim 15:16 Cinto Siamang (Yasir Syam) - Elly Kasim 17:33 Mode Batuka (Nuskan Sjarif) - Elly Kasim/Yan Bastian 20:46 Jaman Ganjo (Yan Bastian) - Yan Bastian 23:43 Mato Karanjang (Yasir Syam) - Elly Kasim 26:09 Usah Risaukan (Nuskan Sjarif) - Fardian 29:34 Anak Mamak (Nuskan Sjarif) - Elly Kasim 34:46 Pituah (Nuskan Sjarif) - Elsa Mardian
0 notes
nuviafrah · 16 days
Text
KBA Semanggi Suroboyo: Kiprah Sentra Kuliner dan Budidaya Semanggi untuk Bangkitkan Ekonomi Daerah
Ditulis oleh: Nuvia Manzilina Afrah, SKL
07 September 2024
Tumblr media
 “Semanggi.. Semanggi..”
Lima ibu-ibu menjajakan dagangannya dengan lantang berbalut selendang gendong. Langkah kaki mereka dengan mantap menyusuri jalanan Benowo Surabaya sambil memikul pecel semanggi dan menyunggi kerupuk puli. Pemandangan tahun 1960-an ini menjadi asa bagi budidaya Semanggi di pekarangan rumah warga kelurahan Sememi, Benowo, Surabaya  sejak tahun 2015. Pasalnya, seiring dengan banyaknya pembangunan dan pengurukan rawa, keberadaan semanggi menjadi semakin langka. Bahkan, untuk mendapatkan Semanggi, para suami dari pedagang Semanggi Suroboyo tersebut harus harus pergi ke kota sekitar seperti Mojokerto, Bojonegoro, sampai dengan Kediri.
Sebelum dibudidayakan bersama-sama oleh warga, satu dua petani telah memulai menanam semanggi lebih dulu. Dari merekalah kemudian berkembang minat terhadap pertanian semanggi.
“Tahun 1998 saat kirisis moneter, tanaman padi sulit tumbuh, jadi sekaligus untuk membantu ibu saya berjualan Semanggi Suroboyo, saya beralih dari petani padi menjadi petani semanggi”, ungkap Pak Loji, salah satu petani Semanggi di Benowo. Hingga saat ini, beliau dan para petani semanggi menggunakan lahan yang tidak dihuni dan lahan kota yang belum dipergunakan untuk melakukan budidaya.
Dibudidayakan dengan akarnya, semanggi yang dulu ditemui sebagai gulma pada tanaman padi ini, kini telah digarap oleh 39 petani dengan luas lahan mencapai 3 hektar. Budidaya Semanggi ini tergolong cepat mengingat pembibitannya yang hanya membutuhkan waktu sekitar 1 bulan untuk sampai di fase pemupukan. Setelah dipupuk, 15 hari kemudian semanggi dapat dipanen. Sementara untuk pemanenan berikutnya membutuhkan waktu 20 hari, tidak perlu dilakukan pembibitan ulang lagi.
Semanggi Suroboyo yang Berkembang Seiring Zaman
“Di makan enak sekali, sayur semanggi kerupuk puli, bung… mari..
Harganya sangat murah, sayur Semanggi Suroboyo
Didukung serta dijual masuk kampung, keluar kampung, bung.. Beli…
Sedap benar bumbunya dan enak rasanya
Kangkung turi cukulan dicampurnya
Dan tak lupa tempenya”
Tumblr media
Sepenggal lirik lagu keroncong berjudul “Semanggi Suroboyo” gubahan S. Padimin di era 50-an ini memerikan komposisi makanan legendaris dari Kota Pahlawan Surabaya yang dulunya dimakan pula dengan didih/darah ayam. Namun seiring dengan perkembangan kepercayaan, saat ini didih tidak diminati lagi.
Semanggi Suroboyo memiliki keunikan yang tak ditemukan pada makanan tradisional lainnya baik dari segi bahan baku, cara penyajian, ciri khas rasa, hingga cara menikmatinya. Penyajiannya dengan mencampurkan bumbu dengan daun semanggi, tauge, daun kangkung, bunga turi, petis, dan kerupuk puli dalam pincukan (bungkus makanan khas Jawa dari daun pisang). Kerupuk puli difungsikan sebagai pengganti sendok. Ukurannya yang besar sangat pas untuk menghabiskan satu pincuk Semanggi Suroboyo. Bumbu yang terbuat dari kacang, ubi jalar, gula merah, gula putih, cabe, dan bawang putih juga menambah nilai keunikan Semanggi Suroboyo karena menghasilkan bumbu yang kental berisi dan rasa yang cenderung manis, berbeda dari bumbu pecel pada umumnya. Dalam sehari, para pedagang Semanggi Suroboyo bisa menjual hingga 50 pincuk.
Inisiasi Kampung Berseri Astra (KBA) Semanggi Suroboyo
Semanggi Suroboyo, atau yang saat ini lebih dikenal dengan Pecel Semanggi Suroboyo, kini telah mendapatkan atensi lebih sejak dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2022 oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surabaya.
Atensi tersebut dimulai dengan peresmian program KBA di Kampoeng Semanggi, Benowo, Surabaya oleh PT. Astra Internasional Tbk pada tanggal  3 September 2021. Pada saat itu, PT. Astra Internasional Tbk sedang memfokuskan diri pada program Indonesia Kreatif dan melihat potensi tersebut pada Kampoeng Semanggi.
Peresmian KBA Semanggi Suroboyo membawa dampak positif bagi budidaya tanaman semanggi. Dampak positif tersebut dipaparkan melalui program-program yang diusung, yaitu bantuan kebutuhan pokok kepada 300 lebih warga sekitar Kampoeng Semanggi, dana dan pelatihan tentang kemasan, pemasaran secara daring, hingga pengolahan semanggi secara mandiri. Dalam pelaksanaan program, PT. Astra Internasional Tbk menggandeng Universitas Wijaya Putra sehingga sukses mengubah tanaman yang dulunya dianggap liar dan gulma, kini justru menjadi salah satu poros ekonomi daerah, sentra kuliner, bahkan sumber edukasi bagi peneliti dan mahasiswa.
Tumblr media
Memupuk Harapan Baru
Eksistensi Kampoeng Semanggi diharapkan dapat menjadi kekuatan perekonomian daerah dan menarik lebih banyak minat anak muda untuk turut melestarikan semanggi. Warga juga berharap dapat memiliki lahan pertanian tetap. Pengembangan Kampoeng Semanggi menjadi Kampoeng Wisata juga menjadi potensi yang perlu dipertimbangkan Pemerintah Kota Surabaya, mengingat semanggi belum banyak dikenal di Asia Tenggara.
0 notes
xatskee · 27 days
Text
Tumblr media
#QuoteOfTheDay (20240827):
“Abaikan yang orang pikirkan tentang dirimu. Bekerjalah lebih keras dan lebih cerdas, terutama saat tiada yang melihat.”
Gubahan quote Gymholics ini bukan bermaksud agar kita mengabaikan masukan orang lain. Kalau kritik membangun itu ok banget. Namun tak semua begitu, ada yang ternyata toxic people. Biasanya orang yang tak bahagia itu suka menyakiti (unhappy people hurt people). Kebanyakan pelaku perundungan pun berlatar belakang seperti ini.
So, dari pada sibuk memikirkan anggapan orang lain, buktikan dengan kerja dan karya. Dari pada makan hati dengar ocehan orang lain, hatinya diikhlaskan buat Allah saja. Imam Al-Ghozali mengatakan puncak keikhlasan bekerja dan beramal itu manakala tumbuh atas kesadaran yang tulus dan keinsafan yang mendalam. Jika sudah menjadi karakter hati, niscaya akan menjalani kehidupan ini dengan lurus, benar, dan istiqamah.
#Ignore #what #people #think #Work #harder #smarter #especially #when #nobody #watching
Telegram Channel: https://t.me/x_QoTD
1 note · View note
lemonandomurice · 2 months
Text
stable
—Boku no Hero Acedemia fanfiction; Bakugou Katsuki x Jirou Kyouka —Written in Bahasa Indonesia —Alternate Universe; no quirk AU, Bakugou & Jirou are married, might be OOC —Boku no Hero Academia © Horikoshi Kouhei. Fanfiksi ini ditulis hanya demi menambah asupan pribadi kapal kesayangan saya. Saya tidak bermaksud untuk mengambil keuntungan materiil apapun.
Bakugou Katsuki tidak percaya dengan segala teori golongan darah terhadap perilaku dan hubungan antar manusia.
Kuso, bagaimana bisa ia memercayainya jika di dunia ini hanya terdapat empat golongan darah saja sedangkan umat manusia tidak terhitung jumlahnya? Sungguh aneh jika hanya terdapat empat personaliti di dunia yang terbentang luas ini.
Lagipula semua teori itu tidak terbukti benar. Katanya, pasangan bergolongan darah O dan AB tidak cocok. Akan terjadi chaos ketika dua golongan darah itu dipasangkan. Namun kenyataannya, Kirishima Eijirou, sahabat baiknya yang bergolongan darah O malah berkencan dengan Ashido Mina, seorang gadis bergolongan darah AB. Hubungan mereka langgeng. Malahan mereka selalu mengumbar kemesraan, tidak seperti yang tercantum pada artikel majalah wanita murahan yang menyatakan bahwa pasangan bergolongan darah O dan AB selalu marak konflik dan susah akur.
Teori golongan darah tentunya tidak masuk akal bagi dokter muda sepertinya. Itu semua hanya berdasarkan subjektivitas. Katsuki lebih percaya dengan teori konspirasi alam semesta dan ilmu kedokteran yang bersifat logis dan sudah terbukti kebenarannya.
Bagaimana seorang barbarian seperti Bakugou Katsuki bisa menjadi seorang dokter? Terpujilah otaknya yang cerdas—minus sikap menyebalkannya itu.
Dan satu-satunya dari berjuta umat Jepang yang bodoh itu adalah Jirou Kyouka—kini Bakugou Kyouka—yang sedang membaca komik bertemakan golongan darah yang berjudul Simple Thinking About Blood Type Volume 1.
Sejak seminggu lalu, Kyouka yang biasa sibuk dengan musik-musiknya, kini mulai jarang menghabiskan waktu di studio mungil pribadinya pada malam hari. Kyouka yang memiliki passion besar terhadap musik dan workaholic dan sering tertidur dalam studionya itu kini selalu berada di kamar mereka berdua ketika malam hari tiba. Hal yang sangat langka mengingat Katsuki jarang menemukan Kyouka tertidur di atas kasur besar mereka berdua—wanita itu biasanya terlalu sibuk dengan gubahan-gubahan musiknya.
Hal itu diam-diam membuat Katsuki senang karena bisa bersama Kyouka, bisa menghabiskan waktu lebih lama bersamanya setelah ia pulang bekerja, namun di satu sisi ia merasa risih. Meskipun akhirnya mereka bisa tidur bersama, tetap saja Kyouka sibuk dengan dunianya sendiri hingga tidak menganggap keberadaan suaminya.
Kyouka selalu membaca majalah ataupun buku-buku yang berkaitan dengan golongan darah tanpa menghiraukan Katsuki yang berbaring di sampingnya. Katsuki tidak tahu apa yang merasuki wanitanya itu. Mungkinkah Mina dan Yaomomo membombardir Kyouka dengan segala gosip yang berkaitan dengan golongan darah hingga istrinya terobsesi dengan hal laknat itu? Siapa yang tahu.
Ini sama sekali tidak ada romantisnya. Katsuki memang bukan tipe romantis, namun bukannya ia tidak ingin bermesraan dengan istrinya itu, hanya saja cara Katsuki menunjukkan afeksinya berbeda—terkadang ia menyerang wanita itu dengan ganas ataupun menunjukkan kode-kode (yang sayangnya tidak jelas) ingin dibelai. Dan Kyouka jarang sekali peka terhadap kodenya.
—Berkaca terlebih dahulu, Katsuki! Kau juga terlalu gengsian untuk memberi afeksi pada istri tercinta! Mengatakan “aku mencintaimu” saja mungkin saja hanya tiga kali dalam setahun. Gara-gara gengsi itu pula Katsuki menunjukkan afeksinya dengan ganas, seperti predator yang sedang kelaparan.
Ah, Katsuki jadi cemburu dengan semua buku-buku itu. Ia ingin memeluk Kyouka dan menciumnya ganas, ingin merasakan bibir yang sudah seminggu tidak dilumatnya. Selama itukah ia tidak merasakan bibir menggoda istrinya? Sudah lama pula ia tidak merasakan betapa pasnya tubuh kecil itu berada dalam dekapannya. Tak bisa dipungkiri ia rindu dengan wajah merona Kyouka maupun sikap sarkasnya itu.
Katsuki menggerutu.
Bagaimanapun juga ia ingin bermesraan dengan Kyouka setelah sekian lama wanita itu lebih asik dengan dunianya sendiri.
“Oi, telinga panjang…”
“Hmm~”
Kyouka, masih asik dengan komik strip itu, tidak menggubris Katsuki yang memanggilnya lirih.
Namun kali ini sepertinya Kyouka salah besar mengira Katsuki hanya akan mengucapkan selamat tidur sebelum berkelana ke alam mimpi. Ia terkejut ketika Katsuki mengambil buku komik itu dari tangannya dan meletakkannya di meja samping tempat tidur mereka—tepatnya di meja samping sisi Katsuki.
Kyouka yang menoleh hendak protes, namun terdiam mendapati suaminya yang menatap lurus ke matanya tanpa berkedip. Kini mereka saling berhadapan, tidak saling membelakangi seperti seminggu sebelumnya.
Mereka terdiam selama beberapa detik. Mengabaikan tatapan tajam Katsuki, Kyouka balas menatapnya dengan pandangan memelas—seperti anak-anak yang menginginkan sesuatu—yang sayangnya tidak ampuh sama sekali. Malahan suaminya menatapnya semakin tajam sembari menggembungkan pipi kesal.
Kalau saja Katsuki tidak mengambil bukunya—
“Katsuki, kembalikan!”
Katsuki sebenarnya ingin menerjang si mungil yang sekarang tampak beribu kali lebih menggemaskan—terpujilah ekspresi memelas itu—sembari menahan seringaian predatornya.
“Tidak mau, baka!”
Katsuki nyengir melihat Kyouka yang kini mengerucutkan bibir kesal.
“Jangan memasang ekspresi seperti itu. Kau ingin kuterkam sekarang juga?”
Sebelum Kyouka sempat membalas, Katsuki langsung membenamkan kepala wanita itu pada dada bidangnya, membuatnya merasakan wajah memanas Kyouka dan gestur terkejut wanita itu. Bisa ia rasakan Kyouka gemetar, namun istrinya tidak berusaha melepaskan diri meski terdengar gumaman kecil seperti: “Katsuki, kau menyebalkan.”, “apa yang kau lakukan?”, “kembalikan bukuku.”, “bodoh.”, maupun makian khas Bakugou Kyouka lainnya.
“Kau senang dipeluk olehku, ya? Makanya tidak ingin melepaskan diri.”
“Uh, pede sekali kau, tuan Bakugou.”
Kalau begini, Katsuki makin senang menjahili tuan puterinya itu. Tanpa sadar Kyouka telah membangkitkan iblis laknat dalam diri Bakugou Katsuki.
Katsuki menyeringai, “Atau jangan-jangan kau sengaja mengabaikanku karena ingin mencari perhatianku, hah?”
Kyouka kembali mengerucutkan bibir sebal, namun kali ini debaran jantungnya semakin kencang—yang tentu saja dapat dirasakan Katsuki.
“Terserah kau saja, Katsuki.”
Kyouka menghela napas. Kalau suaminya sudah seperti ini, ia tak akan bisa menang.
“Katsuki…”
“Hm?”
“Kau percaya tidak dengan teori golongan darah?”
Kyouka bertanya tanpa melepaskan pelukan mereka. Diam-diam ia menikmati dekapan Katsuki.
“Aku tidak percaya dengan hal bodoh semacam itu. Kenapa memangnya?”
“Tidak apa-apa, hanya saja… uh… bagaimana mengatakannya, ya?”
Kyouka terdiam sejenak, mencari kata-kata yang pas. Katsuki menunggu wanitanya berbicara. Ia sedikit penasaran sebenarnya.
“Pasangan bergolongan darah A adalah pasangan yang stabil dan paling sempurna dibandingkan dengan pasangan bergolongan darah lainnya. Kita sama-sama bergolongan darah A dan aku pikir kita sangat cocok. Yah, meski terkadang kau menyebalkan, susah jujur, suka berkata kasar, dan sikapmu sangat tidak mencerminkan pria bergolongan darah A yang kalem, hehehe.”
Mendengar pujian—atau makian?—keluar mulus dari mulut Kyouka, Katsuki meledak, “KAU BEDEBAH—”
Bukankah ia adalah pria baik-baik? Kasihan dihina istri sendiri.
Kyouka terkekeh gemas, memaklumi sikap meledak-ledak suaminya.
Kyouka melanjutkan, “Eits, tunggu sebentar, jangan bakar apartemen kita! Ada lanjutannya! Saat pertama kali aku membaca artikel mengenai golongan darah, aku selalu mencari artikel lainnya yang berhubungan dengan kita. Tanpa sadar aku mulai tertarik dengan teori-teori itu. Kurasa kita juga sangat cocok kok. Aku yakin hal itu memang benar karena—”
Kyouka mengecup singkat bibir Katsuki. Hanya sebuah kecupan ringan yang berlangsung kurang dari tiga sekon, namun dapat membuat wajah Katsuki memerah. Yah, Katsuki juga menyukai sisi tidak terduga wanitanya.
“—Hubungan kita sangat stabil, Katsuki.”
Mendengar penuturan yang baginya tidak masuk akal namun manis itu, Katsuki yang awalnya menganggap teori itu palsu hanya menyeringai dan mendekap Kyouka lebih erat. Katsuki mengecup keningnya dan berbisik pelan, “Baiklah, baiklah. Kalau nona Bakugou bilang begitu, maka aku percaya. Hubungan kita tidak buruk dan sangat sempurna.”
—Perkataan manis yang sangat berbanding terbalik dengan kepribadian menyebalkan Bakugou Katsuki. Diam-diam Kyouka ingin menjahili suaminya itu.
Kyouka mengangguk. Tak lama kemudian rasa kantuk menyerangnya. Ia menguap lebar, begitu pula dengan Katsuki.
“Sekarang tidurlah, baka! Besok kita masih harus bekerja. Kau dengan seluruh komposisi musikmu dan aku harus ke rumah sakit pagi-pagi sekali. Dasar bos bajingan.”
Kyouka terkekeh. Tanpa disuruh pun, ia akan segera tidur dan berlabuh ke alam mimpi. Ia melepaskan pelukan mereka, membaringkan tubuhnya di kasur empuk mereka, menyelimuti dirinya dengan selimut tebal mereka.
“Selamat tidur, Katsuki.”
Ketika mendengar dengkuran pelan di sampingnya, Katsuki tersenyum tulus. Sesekali ia menatap wajah damai Kyouka ketika tertidur. Wanita itu cukup manis ketika terlelap seperti itu.
Katsuki masih menganggap teori golongan darah itu tidak realistis.
—Namun Katsuki akan memercayai teori golongan darah jika hal tersebut keluar dari bibir Kyouka-nya.
Sekali lagi, Katsuki mengecup kening wanita itu sebelum menyusulnya ke alam bawah sadar.
“Aku mencintaimu, dasar wanita bodoh.”
Dalam tidurnya, Kyouka tersenyum kecil.
finish (Rabu, 19 Februari 2020 - unedited)
0 notes
trinugroho · 4 months
Link
https://syehhakediri.blogspot.com/2024/05/babad-panambangan-gubahan-pakempalan.html
0 notes
ay-sis-stuh-lee · 5 months
Text
128 — pameran!
1,3k words. ditulis menggunakan sudut pandang orang ketiga
Tumblr media
Di dekat Taman Ismail Marzuki ada satu galeri seni kecil yang berdiri tepat di ujung bangunan bersama dengan ruko-ruko tua yang ada di sepanjang jalan Cikini, ada tulisan “Ruang Temu” yang tertempel pada kaca depan persis sebelah pintu besi galeri itu. Ruang Temu hanya berjarak tujuh menit dengan menggunakan kendaraan dari kediamannya. Bangunan Ruang Temu tidak besar, sebaliknya bisa dibilang cukup kecil untuk ukuran sebuah galeri seni. Ranja bisa melihat keadaan di dalam Galeri Ruang Temu lewat kaca yang tembus pandang, ruangan yang di dominasi warna krem itu biasanya kosong jikalau Ranja melewatinya pada hari-hari biasa, tetapi hari ini telah disulap selayaknya galeri seni —ada lukisan-lukisan yang menggantung, juga beberapa televisi dan karya seni rupa tiga dimensi. 
Maka setelah turun dari motor milik Adian —Papanya, Ranja menggandeng tangan Pria separuh baya itu lalu mendorong pintu besi yang menimbulkan suara bel. Setelah menginjakkan kakinya di dalam sana, aroma wangi bunga dahlia menyapa hidungnya. Lalu kemudian, ia melihat perempuan berdiri di depan meja bertuliskan loket melemparkan senyum kepada dirinya. 
“Dua orang ya, Kak!” ujar perempuan itu setelah merobek tiket seukuran bioskop dan memberikannya kepada Ranja. Seusai menerima uluran tiket dan mengucapkan terima kasih, Ranja kembali menggerakkan tungkainya agar semakin masuk ke dalam Ruang Temu. 
Ruang Temu cukup sesak, meskipun pengunjungnya mungkin hanya berkisar dua puluh sampai tiga puluh orang, tetapi karena ruangan itu memang tidak besar jadi rasanya menumpuk menjadi satu. Ranja edarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang, melihat-lihat karya seni rupa berbagai bentuk yang membuatnya takjub dan cukup mendistraksinya sehingga ketika menengok, ia tidak dapatkan Adian di sebelahnya. 
Ranja menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan sang Papa, lalu ketika ia menjatuhkan pandangannya pada sosok tinggi berbaju putih dengan tangan penuh tato berada di depan lukisan dengan warna biru yang mendominasi, maka Ranja langkahkan kakinya menghampiri sosok itu.
“Ih, Papa jangan jauh-jauh, dong! Ntar ilang deh,” ujar Ranja sembari menepuk tubuh besar itu, membuat empunya menoleh. 
“Mana mungkin Papa ilang, orang segede gini, kecuali kamu yang ilang, Mbak,” sahut Adian membalas gurauan Ranja sembari merangkul tubuh anak gadisnya itu, kemudian tangannya menunjuk lukisan di depannya dan melanjutkan ucapannya, “Tadi pas masuk Papa langsung ngelihat ini, bagus banget deh, Mbak.” 
Maka sejurus kemudian, Ranja pusatkan atensinya pada lukisan yang Adian tunjuk. Lukisan dengan dominasi warna biru yang jika dilihat dari dekat ternyata potret pesisir pantai yang ombaknya menyapu dan tumpah ruah memenuhi daratan, langitnya biru kelabu, dari kompleksnya komposisi warna yang dituangkan dalam kanvas itu hingga pada detail-detail terkecilnya, Ranja dibuat kagum. Lukisan ini dilukis di atas kanvas yang besar, seolah-olah memang pelukisnya sedang mencoba menyombongkan dirinya lewat lukisan yang luar biasa indahnya ini.
Tumblr media
“Komposisi warnanya tuh kompleks banget, lho. Waktu ngelihat lukisan ini, Papa tuh overwhelmed. It feels painful yet beautiful at the same time. Artist-nya siapa ya, Mbak? Kalo pameran tugas akhir kayak gini tuh boleh dibeli nggak, ya?” Adian sudah sibuk mengoceh, mengomentari lukisan di hadapannya juga keinginannya untuk membawa pulang lukisan itu. 
Adian memang sangat menyukai lukisan, kegemarannya akan potret-potret dari gubahan tangan manusia itu tergambar jelas pada seisi rumah mereka yang dipenuhi dengan berbagai macam lukisan-lukisan. Adian selalu sempatkan waktunya untuk mengikuti acara pelelangan lukisan dari pelukis-pelukis lokal maupun pelukis dari negara luar. Maka ketika Ranja mengajak Adian mengunjungi pameran seni rupa yang diselenggarakan Hadenoel, tanpa tolak Adian mengiyakannya.
Cukup lama mereka berdua berdiri di depan lukisan itu, sampai-sampai seseorang berjalan mendekati keduanya lalu menyerukan, “Ranja?”
Baik Ranja maupun Adian sontak menoleh, mendapati Hadenoel tersenyum dengan canggung. Ranja buru-buru memutar tubuhnya lalu menyapa, “Haden, halo!”
Ada binar terang ketika Hadenoel mendapati presensi Ranja di Ruang Temu, kemudian pemuda itu membalas sapaannya, sejurus kemudian kepalanya menoleh pada Adian dan menundukkan kepalanya. Sementara Adian hanya menatap Hadenoel dengan lurus sembari tersenyum.
“Udah lama di sininya, Mbak Ra?” tanya Hadenoel, membuat Adian mengernyit kecil.
“Nggak kok. Belum lama banget sampe,” jawab Ranja.
“Kenapa nggak chat aja?” tanya itu lagi-lagi dilontarkan, membuat Ranja menggeleng.
“Nggak enak, lah. Takutnya lo sibuk apa gimana, nanti malah maksain buat nemuin gue,” jawab Ranja lagi. Membuat Hadenoel meringis. Sementara Adian sudah mencolek-colek Ranja, mungkin maksudnya bertanya siapa pemuda ini.
“Oh, iya! Pa, ini Haden. Temenku yang ngadain pameran ini dan dia juga yang ngajarin Nyanya les gambar,” Ranja berseru tanpa mengindahkan colekan Adian, kemudian tangannya menarik tangan Adian pelan, “Den, ini Papa gue,”
Hadenoel jelas tahu siapa pria di samping Ranja ini, sontak kepalanya mereka ulang pikiran bodoh yang kemarin sempat menguasai kepalanya, pikiran bodoh di mana dirinya mengira bahwa  pria paruh baya di hadapannya ini ialah kekasih Ranja. Hadenoel meringis, lalu mengulurkan tangan dengan maksud menyalami Adian. 
Adian membalas uluran tangan itu, lalu Hadenoel mencium tangan Adian sembari mengucapkan, “Hadenoel, Om. Panggil aja Haden,” ujar Hadenoel sopan sembari tersenyum segan. Adian tersenyum, kali ini kelopak matanya sampai ikut tertarik membentuk sabit. 
Perlakuan Adian membuat Hadenoel tertegun, sebab Adian menarik tangan Hadenoel yang masih dalam genggamannya itu lalu menepuk-nepuk dengan tangan kirinya lalu berkata, “Pamerannya bagus sekali, Hadenoel. Saya sering lihat pameran anak muda di Taman Ismail Marzuki itu, tapi jarang sekali lihat yang seperti ini. Keren kamu,” 
Hadenoel menganggukkan kepalanya, dengan senyum canggung ia mengucapkan terima kasih atas pujian yang diberikan oleh Adian kepadanya, “Makasih banyak, Om. Tapi ini juga project barengan sama yang lain juga, kok. Bukan cuma saya,”
“Boong!” tahu-tahu Ranja berseru membuat Hadenoel dan Adian menoleh, “Papa tau nggak, ini yang konsepin semuanya tuh Haden tau, terus yang pusing ngurusinnya kebanyakan dia doang!” 
Mendengar klarifikasi tak perlu dari Ranja membuat Adian tertawa sementara Hadenoel menoleh kaget, “Mbak Ra…” 
“Ih emang bener! Biar semua orang tau siapa yang bikin ini pameran jadi dan bisa sesukses ini!” tanpa indahkan seruan Hadenoel, Ranja terus berbicara. 
Adian masih tertawa sementara Hadenoel menggeleng-gelengkan kepalanya menyuruh Ranja untuk berhenti mengatakan hal-hal itu, sementara yang ditatap hanya memberikan tatapan tak acuhnya.
“Hadenoel, Kamu tahu yang lukis ini siapa?” Adian menoleh pada Hadenoel dengan tangan yang menunjuk lukisan di hadapannya.
“Saya, Om.” Ujar Hadenoel membuat Ranja memusatkan pandangannya pada mata Hadenoel.
“Serius kamu?” tanya Adian memastikan, nadanya tersirat keantusiasan. Membuat Hadenoel menganggukkan kepalanya, “Kenapa, Om?”
“Ini satu-satunya lukisan di ruangan ini yang bikin saya betah buat liatin lama-lama, bagus sekali Haden…” ujar Adian, “Saya boleh minta kontak kamu?”
Ranja menoleh dengan mata yang membulat, juga Hadenoel. “Pa, buat apaan sih?” seru Ranja membuat Adian menoleh pada anak gadisnya.
“Jangan, Den. Jangan dikasih kalo lo nggak nyaman,” ujar Ranja sembari lebih dulu menarik ponsel yang diulurkan Adian sebelum Hadenoel sempat menerima uluran itu. 
“Eh, nggak apa-apa, Mbak Ra. Siniin hapenya, biar gue ketik nomor gue,” ujar Hadenoel sedikit panik. 
“Nggak, nggak. Jangan. Kebiasaan si Papa ya, apa-apa main dibeli aja,” perkataan Ranja sukses membuat Hadenoel melebarkan kelopak matanya.
“Om, mau beli lukisan saya?” tanya Hadenoel, membuat Adian menoleh. Sementara Ranja mencubiti pelan tangan Adian dan memelototinya sembari menggoyangkan kepalanya.
“Tadinya begitu… tapi lihat itu si Mbak udah melotot serem banget, jadi urung kan, saya...” Ujar Adian sembari dagunya menunjuk Ranja. Membuat Hadenoel menoleh, mendapati Ranja yang buru-buru merubah ekspresi wajahnya.
Ranja ini benar-benar tidak ada takutnya sama orang tua. 
“Tapi, Den. Kamu ada kepikiran buat jual lukisan ini, nggak?” Adian tanpa gentar bertanya lagi, membuat Ranja mendecak dan meliriknya dengan tatapan kesal. Membuat Adian meringis.
“Ck, Papaaaa!” 
“Mbak Ra, udah nggak apa-apa…” Hadenoel berusaha menenangkan Ranja dengan mengusap bahunya pelan, membuat Adian menaikkan salah satu alis ketika melihat perlakuan Hadenoel kepada anak gadisnya, lalu Hadenoel kembali menatap Adian, cukup lama ia berpikir keras, lalu melanjutkan, “Belum tau sih, Om.” 
“Tadinya sebelum tau yang melukis ini temannya Mbak Ranja, saya mau maksa biar bisa bawa pulang lukisan ini. Tapi begitu tau lukisan ini kamu yang buat, saya nggak berani maksa soalnya yang jagain galak banget,” Kekeh Adian sembari melirik Ranja.
“Tapi kalau suatu saat kamu mau jual, boleh lho, info-info ke saya,” pungkas Adian.
“Siap, Om!” balas Hadenoel sembari ikut terkekeh. Selepas itu, ponsel di saku milik Hadenoel bergetar. Hadenoel mengeluarkan ponsel itu lalu membaca pesan di layarnya.
“Om, Mbak Ra, saya tinggalin sebentar, ya,” ujar Hadenoel permisi.
“Silakan, silakan,” 
Setelah mengucapkan kata permisi, Hadenoel memutar tubuhnya. Namun suara-suara di belakang sanggup membuatnya tersenyum lebar seraya berjalan menjauh meninggalkan kedua orang itu.
“Pacarmu ya, Mbak?”
“Ck, Pa! pelan-pelan bisa nggak sih ngomongnya!”
“Bener, yaaa?”
“Belom!”
0 notes
ghinaila2901 · 8 months
Text
Bahasa Arab Sebagai Jembatan Pemenuhan Fitrah Bahasa dan Estetika
Oleh: Sakila Ghina Athifa Eka Bhavani
Pernah nggak sih kalian mendengar tentang fitrah bahasa dan estetika? Ternyata dalam diri setiap orang membawa fitrah bahasa dan estetika mereka masing-masing. Fitrah bahasa dan estetika adalah dua unsur yang saling terkait dan memberikan warna pada pengalaman manusia dalam berkomunikasi dan berkarya seni. Fitrah bahasa mencakup kemampuan alamiah manusia untuk berkomunikasi menggunakan kata-kata, simbol, dan ekspresi verbal. Di sisi lain, estetika melibatkan penilaian keindahan dan kesan visual atau sensorik yang muncul dari karya seni atau penggunaan bahasa.
Pertama-tama, fitrah bahasa sebagai sarana komunikasi merupakan bagian integral dari hakikat manusia. Bahasa memungkinkan kita untuk menyampaikan ide, perasaan, dan pengalaman dengan cara yang kompleks dan nuansawan. Namun, tidak hanya sekadar alat komunikasi, bahasa juga mencerminkan keunikan budaya dan identitas manusia. Setiap kata dan ungkapan dapat menciptakan jaringan makna yang kaya dan mendalam, merangkai kisah-kisah hidup dan warisan kebudayaan. Dalam konteks ini, estetika memainkan peran penting sebagai penunjang keindahan dalam bahasa. Bagaimana sebuah kalimat disusun, pemilihan kata yang digunakan, dan ritme dalam ungkapan adalah elemen-elemen estetika yang dapat memperkaya pengalaman berbahasa. Bahasa yang indah dapat menciptakan suasana yang menyentuh hati, merangsang imajinasi, dan menggugah emosi.
Ketika fitrah bahasa dan estetika berpadu, muncul kekuatan untuk menginspirasi dan menyampaikan pesan dengan lebih efektif. Penggunaan bahasa yang indah dapat memperkuat daya tarik suatu karya seni, apakah itu puisi, prosa, atau karya sastra lainnya. Bahasa yang dipadukan dengan estetika yang cermat menciptakan harmoni, seakan-akan menciptakan sebuah lukisan verbal yang memukau. Lalu apa sebenarnya hubungan bahasa Arab dengan dengan terpenuhinya fitrah bahasa dan estetika seseorang ??Seperti yang kita ketahui bersama bahasa Arab adalah bahasa dari Al-Qur’an yang terkenal akan keindahannya, keindahan bahasa Arab juga memancar dari kekayaan bahasanya dan kelenturan ekspresinya. Hal inilah yang membuat bahasa Arab sebagai bahasa yang paling memesona di dunia.
Itulah bahasa Arab dengan segala keindahan di dalamnya, keindahan merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan manusia. Bukan hanya sekedar kebutuhan, tapi juga kesenangan, kegembiraan, kebermaknaan hidup dan kepuasan batin. Sejak zaman Jahiliyyah pun keindahan bahasa suku Quraisy sangat terkenal lewat gubahan-gubahan syair mereka. Dengan segala kekayaan linguistik dan budayanya, bahasa Arab memancarkan keindahan yang luar biasa. Menyelami bahasa ini bukan hanya menjelajahi suatu cara berbicara, melainkan juga sebuah perjalanan ke dalam kekayaan budaya dan sejarah yang melekat pada setiap penutur yang berbicara dalam bahasa ini.
Setiap Muslim dianjurkan untuk mempelajari bahasa Arab untuk memahami lebih dalam isi dari Al-Qur’an dan keindahannya, hal inilah yang menjadi hubungan erat dari pemenuhan fitrah bahasa dan estetika. Dengan memahami bahasa Arab seseorang dapat memahami kedalaman makna dan kejelasan bahasa dalam Al-Qur’an. Dalam konteks ini, ayat-ayat Al-Qur'an dianggap sebagai puncak keindahan bahasa Arab. Kedalaman makna dan kejelasan bahasa dalam Al-Qur'an sering kali memberikan pengalaman spiritual yang mendalam. Bahasa Arab juga terkenal dengan keanggunan aksaranya, aksara Arab, dengan garis-garis melengkung dan bentuk yang artistik, menciptakan kesan keindahan visual yang unik. Tulisan tangan dalam bahasa Arab sering dianggap sebagai bentuk seni, dan kalligrafi Arab menjadi wujud nyata dari kesempurnaan estetika dalam penulisan yang mewujudkan adanya pemenuhan fitrah estetika seseorang.
Bahasa Arab terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Dalam era modern, bahasa Arab tetap menjadi media komunikasi yang dinamis, digunakan dalam sastra kontemporer, media massa, dan dunia akademis. Pembaruan kosakata dan penggunaan teknologi informasi memperkaya bahasa ini tanpa kehilangan keindahannya. Maka sudah sepatutnya kita sebagai pemelajar bahasa arab bangga dengan hal itu, karena dengan mempelajari bahasa arab kita dapat memenuhi fitrah bahasa dan estetika yang menyertai kehidupan kita sejak dilahirkan. Setiap keindahan bahasa Arab mencerminkan kekayaan budaya, sejarah, dan spiritualitas yang telah memikat jiwa manusia selama berabad-abad. Dengan akar yang dalam dalam sastra dan kesejarahan Islam, bahasa Arab menonjol dengan keindahan uniknya dalam berbagai aspek, dari fonetik hingga struktur gramatika, dan dari puisi hingga filsafatnya, jika kita membicarakan keindahan bahasa Arab maka tak akan ada habisnya.
Salah satu hal yang perlu kita lakukan untuk memenuhi fitrah bahasa dan estetika adalah pembiasaan diri dalam bertutur, berkisah, menggubah puisi atau syair, nah disinilah jawabannya, puisi Arab terkenal karena keindahan dan kedalaman maknanya. Dalam puisi Arab, setiap kata dipilih dengan cermat, dan ritme serta rima menciptakan sebuah karya seni lisan yang menghanyutkan. Sastra Arab memiliki warisan yang luar biasa, terutama dalam bentuk puisi. Puisi Arab dikenal dengan bentuknya yang elegan dan sering kali mempunyai makna mendalam. Keindahan puisi Arab, baik yang klasik maupun kontemporer, sering kali sulit disamai oleh bahasa-bahasa lain. Sejarah puisi Arab, termasuk karya-karya besar dari penyair seperti Al-Mutanabbi dan Ibn Arabi, menjadi warisan yang kaya akan keindahan kata. Dalam setiap bait kata, setiap seruan doa, dan setiap kata-kata kebijaksanaan, keindahan bahasa Arab menjadi suatu warisan yang luar biasa. Dengan keterkaitannya yang erat dengan Islam, sejarah, dan budaya, bahasa ini memancarkan keindahan yang melebihi fungsi komunikatifnya. Bahasa Arab bukan hanya alat untuk berbicara; ia adalah alat untuk merasakan, menghayati, dan merenungkan keindahan yang ada di setiap ujung kata.
Bahasa Arab juga memiliki kekayaan melodi dalam pengucapan. Vokal yang kaya dan variasi konsonan memberikan suara yang memukau dan membangun ritme dalam percakapan. Suara 'ghayn' yang dalam, 'qaf' yang dengung, dan vokal panjang dan pendek semuanya bersatu membentuk harmoni yang tak terlupakan, seolah-olah setiap kata adalah sebuah melodi. Kosakata dalam bahasa Arab sangat kaya dan penuh nuansa. Setiap kata seringkali memiliki akar kata yang mengandung makna mendalam, menciptakan lapisan-lapisan makna dalam komunikasi. Penggunaan kata-kata yang tepat memperkaya pesan dan memberikan dimensi emosional yang mendalam, namun puncak keindahan bahasa arab terletak dalam Al-Qur'an, kitab suci Islam. Kejelasan dan keanggunan ekspresi dalam ayat-ayat Al-Qur'an menciptakan sebuah pengalaman estetika yang luar biasa. Setiap kata dianggap sebagai wahyu ilahi yang dipilih dengan kebijaksanaan, memberikan kesan keagungan dan keindahan yang tak terlukiskan.
Keindahan bahasa Arab sebagai pemenuhan fitrah bahasa dan estetika adalah pengakuan akan keunikan bahasa ini sebagai suatu bentuk seni. Melalui kaligrafi, melodi kata-kata, dan kedalaman makna, bahasa Arab mampu memenuhi kebutuhan estetika manusia untuk merasakan keindahan dalam komunikasi. Sebagai bahasa yang terus berkembang, keindahan bahasa Arab tidak hanya merayakan warisan klasiknya tetapi juga menciptakan jembatan ke masa depan, mempertahankan pesona dan daya tariknya bagi generasi yang akan datang, sudah sepatutnya kita semakin bangga dan semangat dalam belajar bahasa Arab.
1 note · View note
fahrezadb · 9 months
Text
Hyperballad
Aku masih ingat dulu mau nabung buat beli CD album Viva La Vida nya Coldplay seharga 145 ribu. Harga yang terbilang cukup lumayan di tahun 2008. Akhirnya CD itu urung terbeli, Viva La Vida sekaligus menjadi album Coldplay terakhir yang mendapatkan antusiasme dariku. Bukan hanya karena musik Coldplay yang mulai shifting setelah album Viva La Vida tetapi juga karena berkurangnya antusiasmeku terhadap musik secara keseluruhan.
Sebagai pendengar Coldplay sejak kelas 1 SMP, tidak ada keraguan sedikitpun untuk melewatkan kunjungan Coldplay ke Jakarta tahun ini. Tapi ada satu konseryang ketika teringat membuatku kembali menyayangkan ketidakhadiranku didalamnya.
Itu bukan konser berbinar warna dan gemerlap dunia. Info atas konser itu sendiri pun tidak menjadi berita di koran – koran lokal kecuali pada kolom iklan saja, seolah – olah memang khusus untuk kalangan tertentu dan fans saja. Justru menurutku inilah letak kemewahannya.
Yang kumaksud adalah konser MOCCA di pentas seni SMA N 7 Surakarta pada tahun 2010.
Meskipun sudah tidak aktif mengikuti pergelutan dunia musik, MOCCA sejak dulu memang oke. Meskipun lagunya sebagian besar bertema percintaan tapi bagi yang tidak terlalu into musik percintaan masih enak lah.
Berbeda dengan produk fisik yang guna dan relevansinya memudar seiring dengan umur dan penggunaannya, muncul dan pudarnya musik dan lagu bergantung pada pikiran dan batin pendengarnya. Ikatan subjektif antara audiens dengan musik yang bisa muncul dari waktu ke waktu bisa membuat relevansinya bisa terjaga selama tidak ditinggalkan oleh audiensnya.
Salah satu produk artistik MOCCA yang masih membuktikan relevansinya bagiku hingga sekarang ini sebenarnya bukanlah lagu ciptaannya sendiri melainkan gubahan atau covernya atas lagu Bjork berjudul Hyperballad.
Dengan gaya yang eksentrik, instrumental yang kompleks, dan lirisisme yang bercabang, tidak sembarang musisi berani membawakan bahkan mengcover lagu – lagu Bjork, jikapun mengcover, maka tidak seberani yang dilakukan oleh MOCCA dengan Hyperballad versinya.
Jika di Hyperballad Bjork tampil dengan palet suara yang kaya warna dan mencakup spektrum emosional yang luas, maka MOCCA hanya mengambil salah satu diantaranya yang menurut mereka pas lalu mengamplifikasinya sehingga karakternya menjadi lebih terlihat. MOCCA menampilkan Hyperballad sebagai ballad, memilih kesedihan sebagai konteks emosional. Mungkin dengan karyanya ini MOCCA ingin menunjukkan bagaimana mereka menikmati bahkan membaca Bjork.
Bjork sendiri pada beberapa kesempatan telah menjelaskan mengenai salah satu hits nya ini. Hyperballad adalah tentang mencintai atau berada dalam relasi dengan orang lain berarti seseorang harus memberikan atau mengorbankan sesuatu yang menjadi bagian dari dirinya sendiri.
Car parts, bottles, dan cutlery yang dibuang dari pinggiran ngarai dalam lirik Hyperballad merupakan metafor dari bagian – bagian yang menjadi konstruk diri seseorang yang menurut Bjork perlu dibuang demi bisa bahagia di dalam suatu relasi.
To fall in love and be in a relationship for a long time is like giving a lot of parts of you away, because the relationship becomes more important than you as individuals. It’s a bit of a tricky balance.
-Bjork, Record Collector (2002)
Everything is geared towards self – sufficiency. F* that. For me, the target is to learn how to communicate with other people, which is the hardest thing, after all. What you should be doing is learning how to live with other human beings.
-Bjork, Interview Magazine (1995)
Penjelasan dari Bjork harus dipahami sebagai penjelasan garis besarnya saja, tidak mungkin dalam kesempatan yang sifatnya publik itu diungkapkan olehnya kedalaman – kedalaman sebenarnya dari makna Hyperballad. Mungkin memang nuansa dalam Hyperballad dimaksudkan demikian, tapi yang namanya sebuah produk seni jika sudah dipublikasikan bahkan artistnya pun tidak ada kuasa mengatur persepsi publik atasnya.
Yang perlu dipertanyakan dari Bjork—terlepas dari dianya yang orang barat dan mengusung kebudayaan barat—yaitu pandangannya yang mengasumsikan negativitas yang seolah secara inheren ada dalam sebuah relasi hanya karena memudarnya sense diri sendiri karena harus memberikan sebagian dari konstruk diri sebagai prasyarat kebahagiaan dalam sebuah relasi. Menurutku itu adalah sebuah generalisir yang buruk, namun jika konteksnya partikular sangat bisa dimaklumi karena tergantung pengalaman pribadi masing – masing.
Kebahagiaan tidak semestinya terlalu dilekatkan dengan individualitas. Bukan berarti memberi atau berkorban demi cinta atau orang lain berarti mengambil langkah menuju kehilangan satu bagian dari diri sendiri. Itu juga semestinya tidak melulu menjadi sesuatu yang sedih namun harus dimaknai sebagai sesuatu yang lumrah bahkan positif karena dalam interaksi yang terjadi sebenarnya tidak hanya memberi namun juga menerima. Memberi dan menerima bagaikan nafas dari interaksi itu sendiri. Dengan memberi, sekurang-kurangnya didapat yaitu pengembangan diri, pendewasaan diri, olah rasa yang lebih mapan, meluasnya sudut pandang, serta hal – hal samar lainnya. Tapi kalau memang counterpartnya itu a**hole yasudah.
Real happiness lies in doing the right thing.
Event itu menjadi salah satu pertimbanganku untuk mendaftar di SMA N 7 Surakarta. Di penghujung 2010 akhirnya aku harus berpuas diri hanya dengan membaca reportase dari konser yang kulewatkan itu di majalah internal SMA.
1 note · View note
tembanglawas · 11 months
Text
Gubahan Kuring (Gatot S.) - Hetty Koes Endang
0 notes
ace-minsung · 1 year
Text
Menurut hasil pencarian web saya, asal-usul nenek moyang manusia masih menjadi topik yang diperdebatkan di kalangan ilmuwan. Namun, berdasarkan penelitian terbaru, fosil kera yang ditemukan di Turki menunjukkan bahwa nenek moyang manusia dan kera Afrika berevolusi di Eropa sebelum bermigrasi ke Afrika antara 9 dan 7 juta tahun yang lalu 1.
Sementara itu, menurut sejarawan Moh. Ali dalam Sejarah Kebudayaan Indonesia (2021) gubahan An F.R. Syafei, nenek moyang bangsa Indonesia kemungkinan berasal dari pesisir di Asia Timur. Mereka datang dalam partai besar dan berangsung-angsur. Gelombang pertama datang berlabuh pada masa 3000 SM—1500 SM dengan perahu bercadik satu. Disusul partai kedua yang berangsur selama satu milenium setelahnya (500 M). Bedanya, partai yang kedua telah menggunakan perahu bercadik dua 2.
Perkembangan kehidupan masyarakat praaksara di Indonesia ditandai dengan migrasi pemukim baru dari beberapa daerah luar Indonesia ke kepulauan nusantara. Para pendatang itulah nenek moyang kebanyakan orang yang menjadi penduduk Indonesia saat ini 2.
0 notes
Video
youtube
Yoan, Asia
00:00 Enggo Lari (George Lewakabessy) - Jopie Latul 04:09 Mari Badansa (Johny Putuhena) - Jopie Latul 09:32 Mama Beta (Christ K./George L.) - Jopie Latul 15:14 Nusaiwe (n.n.) - Jopie Latul 19:26 Beta Cuma Rindu (Steefon Malaihollo) - Jopie Latul 23:17 Hasa Hasa Ambon (Christ K/George L.) - Jopie Latul 29:50 Huhate (n.n.) - Jopie Latul 34:33 Bulan Terang (n.n.) - Jopie Latul 40:01 Ambon Manise [Lagu Gubahan : "Esa Pastel" - Casiopea] - Jopie Latul 44:43 Kaweng Lari Pung Sangsara (Ongen Latuihamallo) - Jopie Latul 50:11 Beta Berlayar (n.n.) - Jopie Latul
0 notes
duamusim · 1 year
Text
Anang
Kemarin Anang datang ke kedai. Anak ini dulunya adalah salah satu karyawanku. Semalam dia datang sambil sumringah. Menyapaku. Aku mengamati penampilannya. Pake kacamata dengan frame tebal, punya cambang dan wangi. Beda jauh waktu masih kerja di kantorku. Kucel, cuek dan jarang mandi.
"Be kamu sekarang wangi. Wajah juga lebih bersih. Aku suka deh!"
"Ih mba Izza apaan sih?" Dia tertawa
Kita briefing logo dekor untuk projectku sama Bayu. Sejauh ini setelah suamiku, hanya Anang yang masuk standarku sebagai desainer grafis.
_______________
"Jadi gimana mba Izza?"
Anang menyorongkan badannya ke depan. Menatapku.
"Waaaa aku jadi klien! Selama ini aku kan jadi penyedia mulu. Dengerin klien banyak. Siap siap yak habis ini aku mau ngoceh. Mungkin aku bakal jadi klienmu yang paling rewel mana bayarnya nego wkwkwkwk"
Anang dan Bayu tertawa
"Jadi gini Be. Aku sama Bayu bikin project bareng. Namanya DuaBabak Dekorasi. Kenapa DuaBabak? Karena Papito sudah end. Wkwkwk. Babak kedua pernikahanku sama mas Faiz dan Babak kedua memulai Dekorasi lagi sama Bayu. DuaBabak adalah reverse dari Papito. Dia harus rumit, detail. Konsepnya heritage. Vintage. Kaya Warna. Bold tapi tidak hitam. Mmm apa lagi ya?......."
Aku menatap langit-langit kedai sembari berpikir. Mengetuk jariku di atas meja. Anang mengetik briefku secara singkat di laptop. Bayu diam. Menunggu kelanjutanku.
"Oh iya gini. Kalo DuaBabak dilahirkan dalam wujud manusia, harapanku dia terlahir kayak Iskandar Widjaja. Violis. Panggil aja Mas Is yak. Nih lihat. Ini adalah ambient yang aku inginkan untuk DuaBabak"
Aku menyodorkan handphoneku. Memutar video dimana Mas Is main biola di dalam sebuah rumah joglo lengkap dengan interior Jawa. Interior perpaduan gaya keraton dan kolonial. Dengan memakai beskap jogja dan jarik batik solo raut blesteran Mas Is yang mixing Barat dan Timur (Arab, Cina, Belanda, Ambon dll) terlihat menonjol. Sepasang Mata Bola gubahan Ismail Marzuki mengalun pelan dari dawai biola yang digesek penuh penghayatan. Ada wanita duduk di kursi. Bersanggul Jawa dan berkebaya. Turut menikmati alunan biola. Kami bertiga, mengamati video tersebut. Aroma royal khas bangsawan Jawa seolah menyeruak.
"Kalo Papito manusia, maka Papito adalah kamu saat ini Be. Muda, modern, simple dan stylish"
"Aku ngga stylish mba Izza"
"No. Bagiku kamu stylish. Gaya anak muda yang muda banget! Simple ringan. Ga pake ribet. Tapi DuaBabak adalah personal yang berkebalikan dari Papito. Dia Iskandar Wijaya yang main biola pake beskap Jawa di dalam sebuah rumah joglo yang kaya akan furniture khas keraton dan kolonial"
"Ok I got it!'
Anang tersenyum.
"Nah sudah dapat nih? Hihihi. Oiyaa untuk warna?"
"Bu iza kan sudah punya. Coba cek pinterest bu iza"
Bayu mengingatkan aku. Aku sering takjub dengan daya ingatnya yang membantuku mengingat hal kecil tapi detail dan krusial. Aku menyodorkan handphone. Ada warna biru gelap dengan detail emas. Emas yang lembut. Anang manggut-manggut.
"Saat yang paling sensitif Be. Budget berapa?"
"Mba izza budget berapa?"
"Kamu yang keluarin budget. Nanti aku nego. Jiwa emak emak pasti nongol kalo urusan begindang!"
Mereka berdua ngakak.
"Kalo standar sekian XX tapi buat mba izza segini gimana?"
"Tanya Bayu. Dia yang pegang duit. Wkwwk"
Bayu mengangguk
"Ok. Masuk kok budgetnya"
"Alhamdulillah. Kedepan maaf ya Be mungkin bakalan repot dan rewel atas permintaanku"
"Ah mba izza ga rewel kok. Aku sudah dikasih koridor sudah cukup banget buat bikin base untuk first briefing... banyak malah yang blank kosong ga bawa apa apa dan bikin repot"
"Alhamdulillah"
Tengah malam kita selesai sesi pertama. Membahas project, desain dan logo. Fondasi awal untuk berikutnya
Tumblr media
0 notes