#Gloria Toba
Explore tagged Tumblr posts
Text
#Best Bombalurina Poll#cats the musical#cats the musical fandom#Gloria Toba#cats mexico 2013#Tanya Valenzuela#cats mexico tour 2018#bombalurina
0 notes
Text
mexico 2013 - juan carlos casasola (?) and gloria toba
16 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/a1143982bb495d7775694223a5c05dd7/1f26b0a2bf65a564-ba/s540x810/7ba50d37f5d4dac6ae0e1b15a8752ed9f0c1c253.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/3e72f37143b50b80b93d613793516871/1f26b0a2bf65a564-e5/s540x810/a6ce75073fb89df2f8d045104f7a9d27f31420b8.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/85fc8f4aea45843e4b5678c6015147a7/1f26b0a2bf65a564-84/s250x250_c1/3d5ff9d5c78beac87b06ee8b1885209e5f0cbc02.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/68f99a8d332e7118bc9ffed438cc4a83/1f26b0a2bf65a564-38/s400x600/9afdfcd41f9310c4b6664bb1dca60324a0415217.jpg)
Bombalurina performer of the day: Gloria Toba
Mexico City - 05/2013
79 notes
·
View notes
Text
this is a gloria toba stan page now sorry guys
#bombalurina#cats the musical#cats mexico#cats mexico tour 2013#in the middle of watching the mexico prod finally and i just finished macavity and OH MY GOD#her VOICE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! deep and beautiful!!!!!!!#and her movements!!!!!!#loml
30 notes
·
View notes
Text
i am a HUGE bomba lover so i will give you a few of my faves!! i also LOVE marlene danielle but since you already mentioned her in your tags i will focus on some others. In no particular order:
Sabine Hettlich: Featured as Bomba in the 2003 Berlin boot AND as bomba in the Tecklenburg proshot. Her voice makes me crazyyyy and I love how she does the Macavity choreo in the Berlin production
Delaine Andrzejewski: I AM biased because the July 2006 US Tour 5 boot is one of my fav boots of all time. Her voice isn't as deep as I would usually like for a Bomba but she still sounds amazing. I think where she really shines is her on-stage chemistry with Lisa Karlin as Demeter. They have so many great moments throughout the show :)
Chelsea Nicole Mitchell: As seen in US Tour 6 2022! She has that perfect deep lounge singer-esque voice it's so gorgeous. I do think she is sort of lacking in that protective energy that I love for Bombie but her voice is so beautiful I have to mention her.
Gloria Toba: Played Bombalurina in the 2013 Mexican production. Couldn't find good clips on youtube but you can DM me for the proshot if you want it. And you should. We should all be stanning Tobalurina. her VOICE her ENERGY i love you girl
Anna Bagmet: ANNA BAGMET THE WOMAN YOU ARE. Beautiful DEEP voice. Her energyyyy she might as well have been making out with Demeter on stage. Also LOVE her in the Macavity fight. The way SHE'S the one who gets macavity to drop demeter??? The way she tries to cover a fallen munkustrap with her body???? that's what im talking about!!!!!!!!!!!!!!!!!! the moscow production just slays overall man
Can you guys send me your favorite Bombalurina performers and why?
Like it doesn’t have to be very long it can even just be photos or a link to a boot they’re in since I feel like I don’t really get her and I want to.
#bombalurina#i think im way pickier about bomba actors than i am deme actors#i think ive yet to find my Perfect Bombalurina. Anna Bagmet is pretty darn close though#also im bad at explaining why i like actors. sorry about that!!!
28 notes
·
View notes
Text
Bombalonzo!
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/2c0568800942158dbefc1aa68cdd11f3/b198541b8d8a6a25-2e/s540x810/47db030477f280eb1371994d5ec101d4ae864975.jpg)
Gloria Toba and Vinicio de la Vega, Mexico 2013 (X).
#2013 mexico#c: alonzo#vinicio de la vega#lisette garzon#gloria toba#c: bombalurina#alonzoxbombalurina#bombalonzo
24 notes
·
View notes
Photo
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/0c51354cc3d483f2e62418c86751fabd/019ff6aa708d4a0e-59/s540x810/8501acc160dde18690dea9859cedb601aaa483e7.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/05ea1aa51e816f88c66a16fe2603018b/019ff6aa708d4a0e-39/s540x810/ad4a954a60190b7956fa2c705f7832fdf9fed703.jpg)
Gloria Toba as Bombalurina, Mexico 2013
74 notes
·
View notes
Text
Spenderemo megatrilioni, sacrificheremo economie e prosperità di intere generazioni ma riusciremo a mantenere l’aumento delle temperature medie sotto un grado e mezzo al 2050, ne sono certo. C’è Draghi sopra, mica Greta, stavolta mi fido! Poi nel 2051 erutterà il super vulcano Toba, emettendo tremila chilometri cubi di materiale in atmosfera e innescando così, come 85.000 anni fa, un altro paio di ere glaciali alla facciaccia nostra.
Sic transit gloria mundi (che pena mi fanno quelli che è tutto sotto controllo umano per poter dire che è tutta colpa nostra).
35 notes
·
View notes
Text
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/d3610d40df5ab012ec34e9de1a0f725a/3164225c91e5e870-a6/s540x810/ea7d06695f930a4b7b7fd9d304c9abdc6740d76c.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/3cae7fa4fdae73f26028712f97952568/3164225c91e5e870-12/s540x810/edc0268ec7699ce67bffcabebe21115abd3bbaa3.jpg)
Coquettical cats!
Gloria Toba as Bombalurina, with a) Ana Cirré and b) Filippa Giordano as Grizabella; Mexico 2013 (X, X).
(This is actually growing on me as a ship... 👀)
23 notes
·
View notes
Text
Profesi Unik : Perias Jenazah Bekerja dengan Sukarela
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/c79a68169727611ce62d8d8c578d118e/acb02f8ccffe5227-c2/s540x810/adfdd457f862adf8297b8d33a2872c7b47d42080.jpg)
Gloria Elsa merupakan seorang perias jenazah. (Farah Meilinda/UMN)
Hidup terkadang tak berjalan sesuai yang diinginkan. Banyak orang yang berharap bisa menjadi orang yang sukses dan hidup dengan mudah. Namun ternyata, hidup tak semudah yang kita bayangkan. Kita harus bekerja keras dan terkadang profesi yang kita jalankan tidak sesuai dengan keinginan kita.
Bekerja di bidang pemakaman atau mengurus jenazah mungkin bukanlah sebuah profesi yang diinginkan oleh banyak orang. Alasannya, tentu saja karena harus berhubungan langsung dengan jenazah yang tentunya mempunyai sensasi menakutkan atau menyeramkan. Banyak orang yang tidak berani dan lebih memilih profesi yang lebih umum. Dalam profesi ini, orang-orang beranggapan bahwa hampir tidak ada yang mau menekuninya. Ketika ditawari pekerjaan yang berhubungan dengan jenazah, mungkin hampir tak ada orang yang langsung mau berkata ‘iya’.
Perias jenazah adalah sebuah profesi yang bisa dibilang cukup unik dan sedikit peminatnya. Hal tersebut dikarenakan profesi ini membutuhkan mental yang kuat untuk menjalaninya. Oleh sebab itu, mungkin hampir tidak pernah kita jumpai orang yang berprofesi sebagai perias jenazah di lingkungan kita. Gloria Elsa Hutasoit yang merupakan seorang ibu dengan anak satu ini berprofesi sebagai seorang perias jenazah. Selain menjadi seorang perias jenazah ia juga pernah menjadi seorang model plus size, fotografer, dan juga make up artist.
Ia menjalani profesi sebagai perias jenazah ini dengan sukarela. Gloria Elsa mengaku bersedia merias jenazah secara cuma-cuma. Selain ingin berbagi kebaikan, Gloria ingin membantu anggota keluarga jenazah yang mengalami kesulitan karena tak mampu menyewa perias jenazah. Make up bekas atau yang sudah kadaluarsa bagi sebagian orang akan berakhir di tempat sampah. Namun, tidak bagi Gloria. Wanita yang berprofesi sebagai make up artist ini memanfaatkan make up bekas dan make up kadaluarsa untuk melakukan sebuah kebaikan.
Make up bekas dan yang sudah kedaluwarsa itu ia dapatkan dari sumbangan orang-orang yang turut ingin membantu dan menebarkan kebaikan. Semua make up yang ia terima digunakan untuk merias wajah orang yang sudah meninggal secara gratis. Tak peduli jika make up yang diberikan masih baru atau barang bermerek. Jika sebuah barang disumbangkan untuk sesuatu maka kita harus tetap melaksanakan amanah tersebut. Bukannya dijual atau digunakan sendiri. Make up yang diterima sepenuhnya ia gunakan untuk merias jenazah.
Alasan utama Gloria ingin merias jenazah yaitu karena ia ingin menjadi pelita di tengah orang yang sedang berduka. “Saya mulai jadi perias jenazah sejak 2 tahun lalu. Awalnya saya hanya merias untuk keluarga saya, kemudian untuk para tetangga yang kurang mampu. Beberapa tahun lalu suami saya sakit keras dan selama itu saya merasa banyak berkah dan kebaikan yang saya terima dari Tuhan. Maka, sebagai ucapan syukur saya putuskan untuk mendedikasikan keterampilan merias yang saya miliki untuk membantu mereka yang membutuhkan sebagai bentuk dari ucapan syukur saya,” kata Gloria, saat ditemui di kediamannya, Rabu (4/12).
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/62a73da0f36841f41344659b652d3654/acb02f8ccffe5227-2e/s540x810/cbb568936e59d3e555167f66803960cec29df032.jpg)
Gloria Elsa menceritakan profesinya sebagai perias jenazah. (Alfrido/UMN)
Dikarenakan dirinya yang sekarang lebih dikenal sebagai perias jenazah, pekerjaannya sebagai make up artist menjadi berkurang. Hal ini disebabkan orang-orang tidak mengetahui fakta tersebut serta ada juga orang yang tidak mau dirias oleh Gloria karena takut make up yang digunakan adalah make up untuk merias jenazah. Padahal, Gloria memisahkan make up bekas untuk jenazah dan make up yang masih baru untuk kliennya.
Banyak rintangan yang Gloria hadapi ketika menjadi seorang perias jenazah. Mulai dari hal mengerikan, hingga masalah-masalah dasar. Salah satunya saat ia merias jenazah seorang ibu yang meninggal setelah melahirkan anaknya, air matanya keluar tanpa henti. Rintangan lain yang biasa ia hadapi adalah masalah transportasi. Karena tidak memiliki mobil, ia harus naik motor untuk bisa sampai ke tujuan. Terkadang ia kehujanan saat berangkat ke rumah duka untuk merias jenazah.
Saat ini, Gloria adalah founder dari gerakan “Maraton Kebaikan”. Ia ingin berbagi pengalaman, pengetahuan, dan kebaikan kepada semua orang. Ia bermimpi untuk membuka les atau sekolah untuk merias jenazah bagi siapa saja yang ingin belajar. Perbuatan baik ini sangat menginspirasi semua orang.
“Jangan terlalu melekat dengan kesenangan duniawi, karena apapun yang dimiliki tidak akan dibawa mati. Hidup itu untuk berbagi, apa yang kamu punya berikan kepada orang yang membutuhkan selagi kamu mampu,” pesan yang Gloria sampaikan kepada anak muda.
Tonton Dokumenter WWT :
youtube
Pendapat Pemuka Agama
Setiap orang pasti memiliki perspektif yang berbeda mengenai merias jenazah. Dalam segi agama, budaya, dan tradisi memiliki sudut pandang yang berbeda pula dalam hal merias jenazah. Ada yang mengatakan bahwa merias jenazah itu boleh-boleh saja, ada juga pula yang mengatakan merias jenazah itu tidak diperbolehkan, dan ada pula yang mengatakan bahwa merias jenazah itu adalah suatu hal yang wajib dilakukan.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/58ed282eee64756a4f923d93e232ce84/acb02f8ccffe5227-8a/s540x810/d057f16bae18ff4a6ff8be9f1f4dd932a0e9ec3e.jpg)
Andreas Joko mengemukakan pendapatnya mengenai merias jenazah. (Alfrido/UMN)
Biasanya ketika orang yang menganut agama Kristen meninggal dunia maka jenazahnya akan dibersihkan, terkadang sedikit diawetkan, digunakan pakaian yang cantik bagi jenazah perempuan dan jas bagi jenazah laki-laki. Jenazah juga terkadang diberikan aksesoris seperti jam tangan, kalung, dan cincin. Kemudian, jenazah tersebut didandani dan dibawa ke rumah duka, gereja, atau rumahnya. Jenazah ditempatkan di peti dalam keadaan terbuka. Setelah itu, dilakukan beberapa kebaktian atau misa. Di akhir kebaktian peti akan ditutup. Terkadang di dalam peti diletakkan barang berharga bagi jenazah. Seperti syal kesayangan, atau alat untuk menyulam karena jenazah sangat suka menyulam. Pada saat kebaktian biasanya banyak anggota keluarga dan juga teman dari jenazah yang berkunjung melihat jenazah untuk yang terakhir kalinya.
Andreas Joko yang merupakan seorang pendeta Kristen Protestan mengatakan bahwa dari sisi agama Kristen tidak ada aturan tertulis di Alkitab yang memerintahkan untuk merias jenazah atau tidak.
“Kalau merias jenazah tidak harus ya. Itu tergantung dari keluarga saja. Kalau ada keluarga yang ingin meminta dirias ya silahkan. Kalau tidak mau dirias ya silahkan. Tidak ada suatu kewajiban kalau dari sisi agama Kristen,” ujar Andreas.
Pandangan Budaya (Budaya Batak)
Budaya juga merupakan salah satu faktor yang mendukung adanya perias jenazah. Bagi orang Batak khususnya Batak Toba, adat atau budaya lebih berharga daripada agama. Hal itu diperkuat dari percakapan orang Batak pada umumnya seperti “Dang Maradat ho” yang artinya “Kau gak punya adat”. Jika hal tersebut disampaikan oleh seseorang kepada sesama orang Batak maka akan menimbulkan sakit hati.
Ritus kematian dan cara memperlakukan jenazah merupakan salah satu bagian dari adat. Ketika merias jenazah, wajah atau kondisi jenazah akan lebih baik atau lebih cantik sehingga keluarga dapat melepas kepergiannya dengan tenang karena mereka merasa sudah mengantarkan keluarganya yang meninggal dalam keadaan lebih layak. Bagi anggota keluarga yang sedang berkabung akan sangat baik jika jenazah dipakaikan riasan dan pakaian yang bagus. Kemudian pakaian dan barang-barang berharga dimasukkan ke dalam peti dan dikubur bersama.
Terdapat pula cerita bahwa orang yang meninggal pada dasarnya sedang berada pada fase kehidupan yang baru sehingga harus dirayakan. Tapi karena orang yang sudah meninggal tidak bisa memilih pakaian atau dandanan apa yang ia mau, maka keluarga yang memilihkan untuknya. Biasanya berdasarkan apa yang sering ia pakai saat masih hidup di dunia.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/81770a964a9185c820a66fcebb22d6ff/acb02f8ccffe5227-ae/s500x750/ab786961eee0b054bd4ce451f7bf8035f27f9a52.jpg)
Andi menanggapi profesi perias jenazah (Georgia/UMN)
Pendapat Masyarakat
Pekerjaan sebagai perias jenazah bisa dikatakan sebagai pekerjaan yang tidak biasa. Peminat dari pekerjaan ini juga tidak banyak, bahkan sedikit. Hal ini dikarenakan pekerjaan tersebut memiliki kontak langsung terhadap jenazah yang membuat banyak orang mengurungkan niatnya. Bahkan saat mendengar kata perias jenazah saja sudah membuat mereka takut. Tetapi, tidak sedikit dari masyarakat yang menganggap bahwa pekerjaan sebagai perias jenazah merupakan pekerjaan yang keren. Karena tidak banyak orang yang memiliki keberanian seperti para perias jenazah inilah mengapa mereka dianggap sebagai pemberani.
-------------------------------------------
Sita Aisha Ananda 00000031869 (Videographer, writer)
Alfrido 00000032643 (Videographer, writer)
Farah Meilinda Putri 00000009894 (Photographer, writer)
Georgia Giugno Ariani 00000032600 (Editor, planner, MC, Videographer)
Shela Dhamayanti 00000026884 (Videographer, writer)
1 note
·
View note
Text
Best Bombalurina Tournament
Polls posted so far:
Femi Taylor vs Chelsea Nicole Mitchell
Marlene Danielle vs Christine Cornish Smith
Geraldine Gardner vs Donna King
Rosemarie Ford vs Taylor Swift
Tomoko Hanaga vs Charlotta Thorell
Joyce Stevens vs Christina Grimandi
Cecilia Huerta vs Cristina Girona
Lauren Louis vs Suzie Melloy
Aillis Oliver Kirby vs Karolina Krigsman
Giorgia Cino vs Patrycja Wódz
Djalenga Scott vs Kristin Berg
Lucy Rice (RCCL) vs Lucy Rice (Asia Tour 2022-23)
Birgit Arquin vs Erin Chupinsky
Renata Vilela vs Jacqui Boatswain
Chika Watanabe vs Yurie Sato
Emma Lee Clark vs Han Ji-yeon
Ute Lemper vs Edyie Fleming
Beth Cloninger vs Angelina Emanuele
Montserrat Bernal vs Elisa Piispanen
Gloria Toba vs Tanya Valenzuela
Bencze Ilona vs Kjersti Alveberg
Lucy Nolan vs Lauren Mobley
Erica Lee Cianciulli vs Charlotte Reavey
Thalia Burt vs Natalie Bennyworth
Rachael Ward vs Lexie Plath
Wang Feifei vs Monique Chanel Pitsikas
Helen Frank vs Anne Hawthorne
Reiko Nishimura vs Emi Takakura
Tara Lynette Elliot vs Magdalena Wojtacha
Rachel Marshall vs Caitlyn De Kuyper
Joanie O'Neill vs Andie Mellom
Olivia Kate Ward vs Alice Grasso
Lizzie Nance vs Emma Johnson
Hannah Kenna Thomas vs Charlie Johnson
Sabine Hettlich vs Carien Keizer
Nina Munkholm vs Anna Bagmet
Anouk van Nes vs Petra Ilse Dam
Florence Kasumba vs Anneka Dacres
Feel free to send me your fave Bombas! Must be through either asks or submission and include a photo. Crossed out names are the Bombas who have lost their polls.
13 notes
·
View notes
Text
KLIK https://wa.me/6281380882083 Distributor Resmi Kain Katun Mikro Roll Supply Ke UD Gita Sarana Surabaya, Pabrik Bahan Kain Disperse Roll Supply Ke Pasar Cigondewa Bandung, Supplier Kain Disperse Roll Supply Ke Median Textile Bandung, Harga Bahan Kain Katun Mikro Roll Supply Ke UD Gita Sarana Surabaya, Distributor Resmi Bahan Kain Disperse Roll Supply Ke Lunar Textile Kain Surabaya
Khusus ROLL"-an Tidak Melayani Ecer Meter-an
.
Melayani Pembelian : Grosir, Partai Besar, Untuk Di Jual Kembali, Untuk Produksi, Pasar Dll.
Bahan Kain Polymicro Atau Disperse Cocok Untuk : Cover Kasur, Cover Sarung Bantal, Cover Sarung Guling, Sprei, Gorden, Piyama, Daster Dll
.
Alamat Kami : (Sebaiknya Info Sebelumnya Jika Ingin Berkunjung)
Jl Gelam Jaya, Gelam Jaya, Pasar Kemis
Tangerang, 15560
.
Hubungi Kami :
Tlpn : +62 813-8088-2083
Wa : 0813 8088 2083
.
Kunjungi Kami Di :
G-Site : https://pabrik-kain-polymicro-grosir-kain-polymicro.business.site
Tik-Tok : https://www.tiktok.com/@pabrikkainmicro
You Tube : https://www.youtube.com/channel/UCn_k-GTtPhdbOfjlnceh0Qw
.
Kami Melayani Pembeli Dari
Provinsi Sumatera Utara Meliputi : Kab Asahan-Kisaran, Kab Batu Bara-Limapuluh, Kab Dairi-Sidikalang, Kab Deli Serdang-Lubuk Pakam, Kab Humbang Hasundutan-Dolok Sanggul, Kab Karo-Kabanjahe, Kab Labuhanbatu-Rantau Prapat, Kab Labuhanbatu Selatan-Kota Pinang, Kab Labuhanbatu Utara-Aek Kanopan, Kab Langkat-Stabat, Kab Mandailing Natal-Panyabungan, Kab Nias-Gido, Kab Nias Barat-Lahomi, Kab Nias Selatan-Teluk Dalam, Kab Nias Utara-Lotu, Kab Padang Lawas-Sibuhuan, Kab Padang Lawas Utara-Gunung Tua, Kab Pakpak Bharat-Salak, Kab Samosir-Pangururan, Kab Serdang Bedagai-Sei Rampah, Kab Simalungun-Raya, Kab Tapanuli Selatan-Sipirok, Kab Tapanuli Tengah-Pandan, Kab Tapanuli Utara-Tarutung, Kab Toba-Balige, Kota Binjai, Kota Gunungsitoli, Kota Medan, Kota Padangsidempuan-, Kota Pematangsiantar, Kota Sibolga, Kota Tanjungbalai, Kota Tebing Tinggi Dan Seluruh Kota Se-Indonesia.
#DistributorResmiKainKatunMikroRollSupplyKeUDGitaSaranaSurabaya, #GudangResmiBahanKainPolymicroRollSupplyKePasarMayestikJakarta, #DistributorPusatBahanKainPolymicroRollSupplyKeTokoAs-SalamSurabaya, #DistributorPusatBahanKainKatunMikroRollSupplyKeUdMitraMuliaSurabaya, #PabrikBahanKainPolymicroRollSupplyKePasarGHAJayaJakarta
Distributor Resmi Kain Katun Mikro Roll Supply Ke UD Gita Sarana Surabaya, Gudang Bahan Kain Polymicro Roll Supply Ke Pandai Sikek Padang, Gudang Kain Disperse Roll Supply Ke Ras Jaya Tekstil Padang, Distributor Resmi Kain Disperse Roll Supply Ke Gloria Textile Surabaya, Produsen Kain Disperse Roll Supply Ke Megah Textille Jogja
0 notes
Text
Capitel americano
La arquitectura se hace de materiales, de tiempo y política. Combina elementos individuales con un criterio, para un uso, con una técnica, en una época, en un espacio. Tiene una dimensión pragmática. Y una histórica.
Un capitel es un elemento de un sistema, es el remate de las columnas. Existieron, dependiendo de la época y lugar, varios tipos. Según los cánones clásicos (grecorromanos, V a.C. al II d.C aprox) eran cinco y a cada uno correspondía un carácter (sólido, masculino, esbelto, liviano), una proporción, un tipo de base, de fuste, de todo. Hay -hubo- un canon artístico y constructivo que determinó qué elementos iban con cuáles para representar belleza y el significado de su uso. Los órdenes clásicos, por su lógica interna, eran un sistema, eran un lenguaje construido. En el siglo XV, el Renacimiento redescubrió esa gloria pasada que había sido sepultada, perdida, por casi mil años. Lo que hay en medio del apogeo clásico y su redescubrimiento es la Edad Media. El Renacimiento surgió del poder, de la banca, del comercio y, en el arte, de la arqueología que “reencuentra” a Grecia y a Roma. La antigüedad clásica influyó en occidente, a través de los siglos y sus relecturas, en política, filosofía y arte. Su canon construyó templos paganos antes, construyó iglesias católicas después. Una cosmovisión distinta rigió cada época y esos lineamientos (de forma más estricta hasta el siglo XIX) se plasmaron en las grandes obras, en los edificios posibles en cada contexto: el templo, la basílica, el castillo, la iglesia, la biblioteca, luego la cárcel, luego cualquier cosa que el dinero privado pueda pagar.
En la enseñanza universitaria de blancos latinoamericanos dontwannabe el punto de partida para el estudio de la Historia de la estética profesional por la que te van a dar un diploma, es ese período clásico, occidental, luego mayormente monárquico y cristiano, y su recorrido europeo. Se estudia por años cómo esos elementos se transforman y se adaptan a nuevos usos. Cómo la expansión y quiebres internos de las instituciones políticas y religiosas modifican la forma en la que los arquitectos a su servicio dejan construidos pedazos de su época. Leemos durante años cómo Dios explica al arte. Se le pone fecha y nombre a cada período, y desde ahí se arrastra europeidad hasta nuestros exámenes finales. Se estudia que el Renacimiento empieza a terminar por las consecuencias de la Reforma (protestante de la iglesia) porque la idea unívoca de Dios, y la relación del hombre con lo divino cambian para siempre. Que la era de la exploración da cuenta de un mundo mucho más grande de que era conocido hasta entonces (por quién, se da a entender). Que la iglesia intenta adaptarse a esa crisis instrumentando políticas de Propagación de la Fe para llegar a los nuevos territorios. Mientras el Renacimiento en Italia pasa por la breve mutación manierista de camino al propagandístico Barroco, a una España que convierte musulmanes al catolicismo a la fuerza, está recién llegando. Hasta ahí son solo textos para estudiar. La arquitectura protorrenacentista -o medieval tardía- española, mezclada con arte mudéjar y bases góticas cruza el océano con misioneros que viajan a evangelizar al nuevo mundo. Y la Biblia pisa América. Entonces eso que lees se vuelve, también, la larga historia de tu país.
La expansión hacia América se hizo en modo imperial y cruzado. Dios disparó, acaparó y urbanizó. Para evangelizar a los “nuevos” pueblos, la arquitectura religiosa cavó los cimientos pero tuvo que adaptarse al territorio. La monumentalidad europea encontraba problemas nuevos en zonas con actividad sísmica, o por los materiales, el clima que era otro, los constructores que eran otros. En cada obra religiosa americana se ve esa forzada adaptación. La material y la humana. Los espacios abiertos en los que se negoció la ex-pagana procesión, la incorporación de ciertas danzas, la fusión de símbolos originarios con otros típicamente católicos, el conocimiento técnico de los pueblos indígenas puesto a tallar santos ajenos en retablos bien dorados. El canon estricto de los órdenes clásicos se perdió para siempre en el mundo, por más fuerza que haya hecho Sarmiento por traernos ocho cuotas de París.
En las facultades, la historia de esa transculturación es una bolilla en una materia (la de Sarmiento es la mitad de otra). La Biblia mata en América, pero para saber qué murió tenés que buscar por tu cuenta. Si te alcanza la curiosidad. Buscar los informes escritos a la Corona en el siglo XVII o los codices prehispánicos que se copiaban por ejemplo, en los que dan cuenta de la cosmogonía de cada pueblo, de sus explicaciones a por qué el Sol y por qué la Luna, su vínculo con el paso del tiempo, su organización social. Tenés que buscar mucho más solo todavía su poesía y su lengua. O comprarte un pasaje para hacer un tour a unos edificios y ruinas, que son vistos como una vía rota, como una excusa para venderte una mermelada y un llavero.
La arquitectura se hace de materiales, de tiempo y política. La Biblia quedó construida en América. Trazó los límites entre lo mestizoeuropeo y lo primitivo de esos indios. Con esa división se escribieron libros, se hicieron programas académicos, se educó, se hicieron políticas de Estado más tarde, se forjaron insultos, se delimitaron asentamientos. Para la mirada contemporánea el barrio toba en la periferia de una ciudad es un problema estético; esos coyas algo ajeno que no tenemos elementos para comprender, sobre lo que no leímos una sola página jamás; el que mapuche que dice territorio y ancestral es una amenaza a la propiedad privada. Desde que nacés “blanco” latinoamericano convivís con todo eso que la hegemonía no te enseño ni enseñará. La base de nuestra educación sigue deseando ser europea y nuestros problemas, también.
La Biblia quedó construida en América vimos esta semana, también, en la forma imperial de matar.
0 notes
Video
Patricia Sosa Hasta la cima llegare
Patricia Elena Sosa (n. Barracas, Buenos Aires, 23 de enero de 1956) es una cantautora argentina con influencias de rock, soul y blues. Ha incursionado en el campo de la actuación, incluyendo participaciones en televisión (Poliladron, RRDT, Chiquititas, Un cortado... historias de café), cine (Noche de ronda de Marcos Carnevale, Ningún amor es perfecto de Pablo Sofovich, Papá por un día de Raúl Rodríguez Peila, Otro Corazón) y teatro (Las hijas de Caruso, El Principito, Teatro por la identidad). Preside la fundación Pequeños Gestos, Grandes Logros realizando diversas tareas solidarias, siendo la que más se destaca, la de la ayuda a distintas comunidades Tobas del Impenetrable chaqueño. Se ha desempeñado también por su potente voz contralto. Ella es vegetariana x esposa del productor Oscar Mediavilla, su carrera musical comenzó en 1974 cuando se incorporó a la banda "Nomady Soul", en la que cantaba en inglés. Realizó giras internacionales y permaneció allí por seis años. Luego de abandonar la formación se unió al grupo La Torre, marcando un nuevo estilo: el de las mujeres en el rock. Con él grabó seis álbumes, desde 1982 hasta 1989. En el año 1985, la Fundación Konex le otorgó el Diploma al Mérito, como una de las cinco mejores cantantes de la historia del rock argentino. Hacia finales de los ochenta, realizó dos giras extensas por la entonces Unión Soviética con La Torre En 1990 se lanzó al mercado musical como cantante solista, con un material discográfico titulado Patricia Sosa que llegó a disco de platino en una semana. Debutó en Buenos Aires en el Teatro Coliseo, punto de partida de una gira por el interior del país y Latinoamérica. Al año siguiente grabó en vivo lo que sería su segundo álbum. A éste le siguió Luz de mi vida (1992). En 1994 editó Suave y profundo, ganando el premio ACE como mejor álbum femenino en el rubro balada-pop. Este disco incluye el tema "Aprender a volar" que constituye hoy un himno en su carrera. En 1995 Emilio Estefan la convocó para formar parte del proyecto Voces unidas, en el cual participaron Gloria Estefan, Jon Secada, Ricky Martin, Plácido Domingo, Alejandro Fernández, Roberto Carlos, y Julio Iglesias. Puso su voz en "Puedes llegar", el himno de los Juegos Olímpicos de Atlanta en 1996 y compuso un tema para dicho álbum llamado "Nunca es tarde para amar". En el mismo año Patricia ganó el Konex de Platino como la Mejor Cantante de Balada-Pop de la época y grabó dos capítulos de la miniserie Poliladron. En 1996, compuso "Olvidarte no podrán", el tema central de la película Eva Perón, participó de un programa piloto para una miniserie policial, Beso mortal, y formó parte del elenco de la ópera prima de Marcos Carnevale, Noche de ronda. Luego lanzó su quinta placa, La historia sigue. En 1997 grabó con el maestro Ariel Ramírez el disco Mujeres argentinas - Cantata sudamericana, quien la invitó a incorporarse a su conjunto musical, llevándola a recorrer el mundo. Patricia Sosa protagonizó entre 1997 y 1998 la telenovela RR DT, junto a Carlos Andrés Calvo, China Zorrilla, y Pepe Soriano, entre otros. Al año siguiente escribió y protagonizó junto a Valeria Lynch el musical "Las hijas de Caruso". Además editó su primer libro: Código de barrio. En el año 2000 reapareció en televisión para interpretar a Paula, la villana de la telenovela infantil Chiquititas de Cris Morena. La telenovela, además, la llevó a presentarse durante 80 funciones en el Teatro Gran Rex de Buenos Aires. Dos años más tarde, editó No me dejes de amar (2002). Y en 2003 protagonizó junto a Juan Carlos Baglietto y Sebastián Francini, la comedia musical "El Principito", donde interpretaba a la Serpiente. También compuso las letras de musicales como "Peter Pan, todos podemos volar" y "Aladín, será genial". En el año 2004 grabó el disco Toda, un compilado de canciones de toda su carrera. En 2005 Patricia recibió el diploma al mérito como una de las cinco mejores cantantes de la balada-pop. En 2006 participó en Showmatch siendo jurado de Cantando Por Un Sueño. Además, presentó su segundo disco en vivo con DVD, el cual fue galardonado con el Premio Carlos Gardel. Este disco incluyó las participaciones de Sandra Mihanovich, Juan Carlos Baglietto y Carica.
En 2007 editó un nuevo disco de estudio llamado Lija Y Terciopelo, que incluye tres covers, entre ellos una reversión de Mueve, mueve otra vez, de La torre, y un dúo con Ricardo Montaner. Contó con una nominación al Premio Carlos Gardel como mejor álbum pop solista femenino. Además, volvió a participar de Cantando Por Un Sueño. En 2008 se puso en marcha la fundación "Pequeños Gestos, Grandes Logros", la cual preside. Emprendió la causa Toba, realizando viajes al Chaco Impenetrable
0 notes
Text
anyway please enjoy Gloria Toba being a stunning lioness as Bombalurina in Mexico 2013.
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/0c51354cc3d483f2e62418c86751fabd/e7c236c71c439533-27/s540x810/a4b38ffdbf22126b385f8c01bd0ab7899a575300.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/05ea1aa51e816f88c66a16fe2603018b/e7c236c71c439533-e0/s540x810/c5befb83f914707ee935479dfdc34c69189a5cb7.jpg)
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/59d7dd8b1e05a7ef1f8db8e44f0d9dd1/e7c236c71c439533-35/s540x810/c1944fa283d39776d8f62189b601be8961b5542b.jpg)
64 notes
·
View notes
Text
Kajatisu Siapkan 150 Jaksa Pengacara Negara Dukung Pembangunan Proyek Nasional di Sumut
Medan (SIB) -Kejatisu dan Kanwil BPN Sumut serta Kajari se-Sumut dan Kepala BPN Kabupaten/Kota se-Sumut, Rabu (10/5) menandatangani MoU (kesepakatan bersama) bidang hukum perdata dan tata usaha negara (Datun) di Hotel Adimulya Medan. MoU ini dilakukan sebagai upaya mendukung program nasional Presiden Joko Widodo di Sumut, meningkatkan pendaftaran/pensertifikatan tanah serta upaya mendukung percepatan pembangunan proyek strategis nasional seperti pembebasan tanah untuk jalan tol dan pembangunan destinasi wisata Danau Toba yang pelaksanaannya tak terlepas dari masalah tanah sebagai objek pembangunan. Penandatanganan MoU bidang Datun tingkat Sumut itu dilakukan Kajatisu DR Bambang Sugeng Rukmono (BSR) MM MH dan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (Ka Kanwil-BPN) Prov Sumut Bambang Priono SH MH. Sedangkan MoU tingkat kabupaten/kota dilakukan Kajari se-Sumut dan Kepala BPN kabupaten/kota se-Sumut. Di hadapan Kajari se-Sumut dan Kepala BPN se-Sumut, Kajatisu mengingatkan, dengan adanya MoU, bidang Datun diharapkan tugas-tugas terkait Datun ke depan yang dihadapi BPN dapat terlaksana maksimal, profesional dan proporsional serta jangan asal masuk karena ada batasan-batasan. "Untuk percepatan pembangunan di Sumut, kejaksaan menyiapkan JPN (jaksa pengacara negara) memberi bantuan hukum bidang Datun. Kita kawal dan pastikan berjalan sesuai target dan sasaran. Kalau kegiatan itu misalnya ke Toba, ya pastikan berjalan sesuai target dan sampai ke Toba, jangan jadi kemana-mana. Tidak bisa asal-asalan," kata Kajatisu sembari menambahkan, untuk pendampingan hukum mulai perencanaan sampai pelaksanaan proyek nasional itu, Kejaksaan juga punya TP4D (tim pengawal pengaman pembangunan pemerintah). Mantan Kepala Biro Kepegawaian Kejagung ini mengingatkan, jadi seorang kepala atau pimpinan harus berani membuat kebijakan, karena tidak semuanya permasalahan bisa diatasi dengan aturan. Tidak bisa seorang pimpinan melakukan tindakan semata-mata berdasarkan SOP, tapi harus berani mengambil kebijakan asal ada payung hukumnya, seperti "Diskressi". Jangan biarkan masalah itu terjadi dan menjadi masalah dalam masalah. Kejaksaan, BPN dan lainnya punya target yang harus berjalan. "Kita semua harus betul betul merapatkan barisan, jangan sampai kalah dengan pihak yang tidak bertanggungjawab, yang bisa menghambat pembangunan nasional. Tapi semuanya harus terbuka dan jelas. Apa masalahnya, solusinya apa, harus ada benang merahnya," kata Kajatisu sembari mengatakan, bahwa hal tersebut pernah disampaikan Presiden Joko Widodo ketika seluruh Kajati dan Kapolda dikumpulkan tahun lalu. Usai penandatanganan MoU, atas pertanyaan wartawan, Kajatisu Bambang Sugeng Rukmono menyatakan, ratusan JPN telah disiapkan mendampingi jajaran BPN di Sumut melaksanakan proyek strategis nasional di Sumut seperti pendaftaran/pensertifikatan tanah. Peran JPN bisa memberi bantuan/nasihat hukum, mediasi maupun sebagai kuasa hukum masalah Datun, jika BPN membutuhkannya menghadapi gugatan pihak ketiga, seperti terkait pembebasan tanah yang terkena proyek pembangunan nasional. Penandatanganan MoU tingkat kabupaten/kota dimulai dari Kajari Medan Olopan Nainggolan SH MH didampingi Kajari Belawan Yusnani SH MH dengan Kepala BPN Medan. Disusul Kajari Deliserdang Asep M dengan Kepala BPN Deliserdang Hiskia Simarmata SH dan Kajari lainnya seperti Kajari Gunungsitoli Parningotan Bakkara SH MH, Kajari Karo Gloria Sinuhaji SH MH, Kajari Simalungun Irvan P Samosir SH MH, Kajari Taput Hotma Tambunan SH MH, Kajari Binjai Wilmar Ambarita SH MSi dan Kajari Sidikalang Johny W Pardede masing-masing dengan Kepala BPN-nya. Tak Boleh Sendiri Sendiri Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah (Ka Kanwil) BPN Sumut Bambang Priono berterima kasih atas terwujudnya penandatanganan MoU dengan Kejaksaan. Kesepakatan ini diharapkan mendorong BPN dan masyarakat dalam meningkatkan pensertifikatan/pendaftaran tanah di Sumut untuk mewujudkan peningkatan ekonomi, dalam membangun kepercayaan masyarakat sesuai program Presiden Jokowi. "Kita tunjukkan komitmen kita. Negara ini harus kita bangun bersama tidak boleh sendiri sendiri, agar tujuan tercapai. Kalau bangun sendiri-sendiri, negara tercinta ini akan pecah belah," kata Ka Kanwil BPN Sumut. Menurutnya, di Sumut masih banyak tanah yang belum tersertifikatkan. Dan di sisi lain dalam pelaksanaan pembangunan nasional di Sumut, tidak terlepas dari masalah pembebasan tanah yang terkena proyek tersebut. Untuk itu, BPN sangat mengharapkan peran dan bantuan bidang Datun dari Kejaksaan. Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara (Asdatun) Kejatisu Munasim SH MH menambahkan, SDM dan personil JPN di Sumut tidak perlu diragukan. "Kalau dihitung-hitung yang di Kejatisu dan Kejari se-Sumut ada sekitar 150 orang," katanya. Turut hadir Aswas Kejatisu Tambok Nainggolan, para kasi Datun di antaranya Dayan Pasaribu dan Kasi Penkum Kejatisu Sumanggar S. (BR1/h) http://dlvr.it/P73V4b
0 notes