#Gereja Protestan Maluku
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kepala Sekolah Polisi Negara Polda Maluku beserta Staf dan Bhayangkari mengucapkan Dirgahayu Gereja Protestan Maluku (GPM) yg ke-89
1 note
·
View note
Text
Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-25): Persaingan Diantara Para Penjajah Nusantara
Post Views: 71
Dr Muhammad Najib, Dubes RI untuk Spanyol dan UNWTO
Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).
Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.
Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.
Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.
Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)
**********************************************************
SERI-25
Persaingan di antara Para Penjajah Nusantara
Sesuai permintaan Usted, Aku menyiapkan tulisan tentang pertarungan Belanda melawan Kerajaan Portugal di Nusantara. Aku lalu memaparkannya di hadapan Usted.
“Permusuhan antara Belanda dengan Kerajaan Portugal sedikit banyak merupakan kelanjutan dari konflik mereka di daratan Eropa, meski kali ini motivasinya berbeda. Pada tahun 1602, Belanda menyerang koloni Portugal di Amerika, Afrika, India dan Timur Jauh, untuk kepentingan hegemoni perniagaan. Portugal menang di Amerika Selatan dan Afrika, sementara Belanda menang di Timur Jauh dan Asia Selatan. Di wilayah Nusantara, Portugal hanya mampu bertahan di ujung tenggara Nusantara, yakni Pulau Timor,” ujarku.
“Bisa diberikan beberapa contoh tentang pertarungan Belanda dan Portugal ini?”pinta Usted.
“Pada tahun 1575, bangsa Belanda, yang saat itu masih berupaya memerdekakan diri dari Spanyol, mulai menduduki Maluku dan menggeser kekuasaan bangsa Portugis. Pada tahun 1579 masih terdapat empat gereja Katolik di Ambon yang dibangun Portugis, di antaranya Gereja Santiago dan Sao Tomas. Satu terletak di dalam benteng dan tiga lainnya di luar. Gereja-gereja ini diampu oleh Ordo Jesuit. Namun kemudian, semua gereja itu dihancurkan Belanda. Contoh lainnya, pada tahun 1605 terbentuk aliansi di Ambon antara Belanda dengan Suku Hitu yang beragama Islam. Mereka bekerja sama menyerang benteng Portugis di Ambon, yang berdiri sejak 1575. Portugis hengkang dan Belanda mengambil alih benteng itu. Nama benteng tersebut diubah menjadi Victoria. Di Pulau Timor, sisa-sisa pasukan Portugis terus dikejar Belanda sehingga mereka harus bersembunyi di hutan dan harus meminta perlindungan masyarakat setempat,” paparku agak panjang.
“Apakah sekarang Anda bisa melihat bahwa permusuhan Belanda dengan Portugal jauh lebih keras dibandingkan permusuhan mereka dengan masyarakat setempat?” tanya Usted.
Pertanyaan ini membuatku harus berpikir sesaat.
“Apakah ini ada hubungannya dengan pertentangan antara Katolik dengan Protestan di daratan Eropa?” ujarku menjawab pertanyaan Usted.
“Si!”, katanya tegas dalam Bahasa Spanyol yang berarti: “Ya”.
Lalu beliau melanjutkan: “Motif ekonomi tentu saja menjadi alasan mereka untuk memperebutkan wilayah-wilayah strategis. Tetapi itu bukan satu-satunya alasan,” tegas Usted.
“Apakah Usted ingat sesuatu? Saya jadi teringat cerita Filipina dari Anda dulu,” ujarku memancing ingatannya tentang Filipina.
“Ya… Di dekat Kota Manila ada tempat bernama Ternate, yang sampai kini dihuni banyak keturunan Maluku Utara. Kampung Ternate ini terletak di Cavite, di sebelah Selatan pantai Manila. Tempat ini didirikan oleh orang-orang Mardica, Mardika atau Mardijker, salah satu puak Melayu yang berasal dari Ternate dan Tidore. Saat Spanyol berjaya di Maluku Utara, mereka diangkut ke Filipina untuk melawan bajak laut.
Ketika Spanyol diruntuhkan VOC Belanda, Katolik pribumi beserta orang Spanyol asli maupun turunan yang bermukim di Maluku, mengungsi ke Manila. Hingga kini keturunan Maluku tersebut berkomunikasi dengan dialek berbeda dari komunitas lain di sini.
Mereka juga telah berasimilasi dengan budaya dan bahasa Portugis. Orang Filipina menyebut mereka Caviteno atau Ternateno Chavacano. Kisah komunitas ini juga disinggung oleh Pigafetta, seorang penulis yang berlayar bersama Magellan,” kata Usted dengan mimik murung. Ia diam sejenak seperti berpikir keras, kemudian menarik napas panjang dan melanjutkan diskusi Kami.
0 notes
Text
Pastori GPM Sion Diresmikan, Bukti Jemaat Berkembang Dalam Spiritualitas
Pastori GPM Sion Diresmikan, Bukti Jemaat Berkembang Dalam Spiritualitas
satumalukuID – Penjabat (Pj) Walikota Ambon, Bodewin M. Wattimena meresmikan bangunan Pastori II Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Sion Klasis Kota Ambon, di kawasan Talaga Raja, Sabtu (13/8/2022). Turut hadir saat itu, Pj. Ketua TP-PKK Kota Ambon, Ny. Lisa Wattimena dan sejumlah pimpinan OPD di Lingkup Pemerintah (Pemkot) Ambon. Wattimena menyatakan, rasa syukur atas peresemian aset harta…
View On WordPress
#Ambon#Gereja Protestan Maluku#GPM#GPM Sion#Kota Ambon#Maluku#Penjabat Walikota Ambon#Walikota Ambon
0 notes
Photo
Gereja Protestan Maluku Nehemia Berbagi Dengan 388 Jemaatnya http://www.pustakalewi.com/?mod=berita&id=38683 #gpm #gerejaprotestanmaluku #gereja #protestant #protestan #maluku #church #jemaat #388 #2020 #pustakalewi #liputan #beritaViral #beritaterkini #berita #beritaterbaru #beritabaru #beritabaru #informasi #infoviral #viral https://www.instagram.com/p/CApfHkTlsH2/?igshid=v9jim1mcoe0v
#gpm#gerejaprotestanmaluku#gereja#protestant#protestan#maluku#church#jemaat#388#2020#pustakalewi#liputan#beritaviral#beritaterkini#berita#beritaterbaru#beritabaru#informasi#infoviral#viral
0 notes
Photo
Selamat 87 Taong Gereja Protestan Maluku. #BetaGPM #HUT87GPM (at Gereja Maranatha Jl. Raya Pattimura - Ambon) https://www.instagram.com/p/CiJPxLlJtzSrYy-b1GDLEjPMyBR7zVqLX-NZ5k0/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
GPM Klasis Tansel Gelar Sidang Ke-47 di Eliasa
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Gereja Protestan Maluku (GPM) Klasis Tanimbar Selatan (Tansel) di Kabupaten Kepulauan Tanimbar menggelar sidang ke-47 di Gedung Gereja Pniel Jemaat GPM Eliasa pada Minggu, 16 Mei hingga Selasa,18 Mei 2021. Mewakili Bupati Petrus Fatlolon, Pejabat Sekretaris Daerah (Sekda) Tanimbar, Ruben Moriolkossu memberi apresiasi kepada pemangku adat dan jemaat GPM Eliasa atas…
View On WordPress
0 notes
Text
Buka Sidang Sinode GPM, Sekjen Ingatkan Toleransi dan Kearifan Lokal Maluku
Buka Sidang Sinode GPM, Sekjen Ingatkan Toleransi dan Kearifan Lokal Maluku
Ambon (Kemenag) — Sekjen Kemenag Nizar Ali mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas membuka Sidang ke-38 Sinode, Gereja Protestan Maluku (GPM). Sidang berlangsung di Gereja Maranatha yang beralamat di Uritetu, Sirimau, Kota Ambon, Maluku, Minggu (07/02). Hadir, Dirjen Bimas Kristen Thomas Pentury, Gubernur Maluku Irjen Pol (Purn) Murad Ismail, dan panitia. Pembukaan ditandai dengan penyiraman…
View On WordPress
0 notes
Photo
Taman di tengah kota Ambon yang berdampingan dengan Gubernuran dan Gereja Protestan Maluku Jemaat Maranatha. . Dijaga oleh Patung Pattimura di satu sisi dan gitar di sisi satunya. Ambon sedang dengan giat memposisikan dirinya sebagai Kota Musik. . #ambon #ambonmanise #ayokeambon #ayokeSwissBelhotelAmbon #maluku #wonderfulindonesia #touristdestination #tourism #indonesia #travelgram #traveler (at Kota Ambon) https://www.instagram.com/p/CFo0IEIlGDD/?igshid=z3ew0awhx8e9
#ambon#ambonmanise#ayokeambon#ayokeswissbelhotelambon#maluku#wonderfulindonesia#touristdestination#tourism#indonesia#travelgram#traveler
0 notes
Text
Dirjen Bimas Kristen Resmikan Gereja Protestan Maluku di Saparua
Dirjen Bimas Kristen Resmikan Gereja Protestan Maluku di Saparua
Maluku Tengah (Kemenag) — Dirjen Bimas Kristen Thomas Pentury hari ini, Selasa (24/12), meresmikan Gereja Protestan Maluku (GPM) Taman Hoea Belohy Amalatu, Saparua, Maluku Tengah.
Peresmian gereja Taman Hoea ini ditandai dengan penandatanganan batu prasasti oleh Thomas Pentury dan Gubernur Maluku Murad Ismail. Ikut menyaksikan, Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode GPM, A.J.S Werinusa.
Tampa…
View On WordPress
0 notes
Text
Pembukaan Sidang MPL Sinode Gereja Protestan Maluku ke-40 http://bit.ly/2qIv4rN
Pembukaan Sidang MPL Sinode Gereja Protestan Maluku ke-40 https://t.co/bFgNO9ZMbA #kalwedo
— Kalwedo.com 🇮🇩 (@Kalwedocom) November 12, 2018
Source: @Kalwedocom November 12, 2018 at 10:00PM More info Your Website/Page Anchor Text Here
0 notes
Text
Makna "Merayakan Natal dengan Rendah Hati dan Setia"
Makna “Merayakan Natal dengan Rendah Hati dan Setia”
Tema Natal GPM tahun 2021 ini adalah “Merayakan Natal dengan rendah hati dan setia”. Tema yang diinspirasi dari Injil Matius 1:18-25, untuk menimba pelajaran dari keteladanan Yusuf yang rendah hati dan setia. Pada teks itu, Yusuf berencana meninggalkan Maria, tunangannya, yang diketahuinya sedang mengandung. Alasan Yusuf adalah agar Maria tidak malu di tengah masyarakat. Yusuf menggunakan…
View On WordPress
0 notes
Text
Catatan Menuju PESPARANI Katolik di Kota Ambon
KIRIMAN PEMBACA, dawainusa.com – Indonesia merupakan salah satu negara paling besar di dunia, negara yang dikenal dengan beragam kebudayaan, bahasa, suku, ras dan agama.
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa perbedaan itu sesungguhnya merupakan kekayaan terbesar bagi bangsa Indonesia, sebagai suatu hal yang baik sebagai kelebihan dan harus di terima oleh semua kalangan sebagai makluk sosial.
Berbicara tentang Indonesia berarti kita juga akan berbicara tentang Maluku, karena pada kenyataannya Maluku adalah salah satu provinsi tertua dan provinsi yang mempunyai andil besar dalam proses perjuangan untuk memerdekakan dan juga terlibat secara aktif dalam prosespembangunan bangsa Indonesia.
Baca juga: Hierarki Diantara Politik dan Tugas Utamanya
Maluku Era Konflik
Maluku sejak tahun 1999 sampai pada tahun 2002 sempat mengalami masalah kesenjangan sosial yang mana pada saat itu kita kenal dengan namanya kerusuhan Ambon. Kerusuhan dikala masa itu menimbulkan banyak sekali kerusakan harta kekayaan, memakan begitu banyak sekali korban jiwa, sehingga pada akhirnya mengalami kelaparan dan kemiskinan.
Pada masa yang sangat sulit dan memprihatinkan itu, kemudian orang Maluku boleh melewatinya dan kemudian kembali merefleksikan pada saat damai dengan segudang pertanyaan; Mengapa kita harus saling membunuh? Mengapa kita harus saling bermusuhan antara satu dengan yang lain? Tidakkah kita bisa hidup damai, hidup berdampingan sebagai orang Maluku?
Lewat pertanyaan-pertanyaan itu,maka muncullah berbagai jawaban; ada yang menafsirkan bahwa akibat dari konflik itu adalah masalah agama atau masalah identitas keagamaan yang mana sangat identik sekali dengan sapaan nama Acang dan Obet. Acang sebagai panggilan identik nama bagi kalangan agama Islam, sedangkan Obet identik dengan panggilan Agama Kristen dan Katolik.
Baca juga: Catatan Kritis Atas Regulasi Tentang Tenaga Honorer di Indonesia
Ada juga yang menafsirkan bahwa konflik itu terjadi karena masalah Ekonomi dan Politik, dan ada juga yang sempat menafsirkan akan konfik itu sebagai akibat dari keinginan orang Maluku untuk merdeka atau segera melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang mana perjuangan saat itu dipakai adalah Republik Maluku Selatan (RMS).
Dari berbagai tafsiran isu dimaksudkan itu kemudian memancing kemarahan dan terjadilah konflik ataukerusuhan yang berkepanjangan. Melihat akan masalah dimaksud, ada beberapa narasumber yang menjelaskan secara baik dalam berbagai moment terkait munculnya masalah kerusuhan Ambon di Maluku itu.
Misalkan, Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK) menjelaskan banyak pihak menyebut konflik di Maluku karena masalah agama. Padahal, menurut JK, konflik Maluku terjadi karena masalah ekonomi dan politik yang kemudian dibawa ke isu agama.
“Apabila berbicara tentang konflik Maluku, banyak orang menyangka itu konflik agama. Memang pada akhirnya adalah konflik agama, tapi sebabnya bukan konflik agama,” kata JK di Hotel JS Luwansa, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (10/7/2018) pada acara Sarasehan Nasional tentang Merawat Perdamaian-Belajar Dari Resolusi Konflik dan Damai di Maluku.
Selain JK yang telah memberikan penjelasan tentang akibat dari konflik di Maluku, saya salah satu putera asal Maluku yang dalam berbagai pertemuan di berbagai moment, selalu saja saya mengingatkan kepada masyarakat Indonesia bahwa masyarakat Maluku hari ini hidupnya sudah sangat terasa aman, nyaman dan damai. Masyarakat Maluku hidup dengan tingkat kebahagiaan yang sangat baik di Indonesia.
Itu berkat pembelajaran dari masa lalu di tahun 1999-2002. Kalau mau belajar damai datanglah belajar damai di Maluku, karena saat ini wilayah-wilayah di luar Maluku selalu berbicara tentang mayoritas dan minoritas untuk mengganggu kenyamanan di daerah, maka kami saat ini di Maluku masalah itu sudah tuntas, sudah kami lewati, sudah kami kuburkan di tahun 2002 dan tidak akan terulang lagi.
Simbol Pemersatu
Spirit “Ale rasa Beta rasa” bukan hanya merupakan panduan etik bagi orang-orang Maluku akan tetapi sebagai umat manusia kita juga hampir tak dapat mengelak bahwa kita semua terlahir dari satu kandungan. Jika ditelusuri asal usul manusia, maka sesungguhnya kita percaya bahwa dari kandungan yang sama kita dilahirkan dan beranak cucu dari generasi ke generasi.
Menjadi pertanyaan kritis, jika semua adalah satu mengapa dulu kita harus saling membenci, saling membunuh, saling melukai bahkan saling merusak satu sama lain? Ketika saat ini kita sadar bahwa kita adalah satu, maka semestinya kita harus makin kompak dan solid membangun masa depan bersama yang damai dan sejahtera.
Fakta dulu atau sebelumnya menyatakan bahwa semangat “Ale rasa Beta rasa” kian tergerus oleh sifat mencari kepentingan diri sendiri (individualisme), memaksakan kehendak sendiri (egoisme), memperjuangkan kepentingan sekolompok orang (parokhialisme) bahkan menebalkan ekslusivisme agama sendiri (fanatisme sempit). Orang tidak merasakan derita orang lain sebagai bagian dari deritanya.
Konsep “potong di kuku rasa di daging” seakan hanya slogan semata. Fakta hari ini telah mengembalikan fakta sebelumnya, bahwa orang Maluku yang dulunya memiliki sifat mencari kepentingan diri sendiri, memaksakan kehendak sendiri, memperjuangkan kepentingan sekolompok orang bahkan menebalkan ekslusivisme agama sendiri,.
Maka saat ini telah diberlakukannya revitalisasi semangat Ale rasa Beta rasa bagi komunitas orang Maluku, bahkan spirit tersebut telah ditransformasikanmenjadi bagian dari spirit bersama sebagai bangsa bahkan warga dunia.
Hari ini, ketika semua elemen bangsa menyadari sungguh bahwa kita semua adalah satu (Bhineka Tunggal Ika) maka rasa saling percaya, saling memiliki, saling menghargai saling menghormati dan saling menolong satu sama lain, makadengan sendirinya akan mendorong kita untuk maju bersama-sama.
Pandangan orang Maluku saat ini, spirit “Ale Rasa Beta Rasa” bukan sekedar meromantisir identitas orang Maluku di tanah rantau. Menegaskan spirit ale rasa beta rasa merupakan sebuah ikhtiar untuk membangun persaudaraan sejati, solidaritas dan kebersamaan yang kukuh demi masa depan bersama yang lebih baik.
Menegaskan spirit ale rasa beta rasa, sekaligus menegaskan bahwa rasa yang terlahir dari jiwa lebih kuat daripada sekedar rasio yang seringkali mengkotak-kotakan manusia.
Bicara tentang persaudaraan sejati dalam konteks “Ale rasa Beta rasa” per hari ini telah menjadi makna yang sangat sempurna dan sangat berarti bagi masyarakat Maluku dalam kelangsungan hidup sebagai makluk sosial menuju pembangunan Maluku yang sejahtera, belajar dari resolusi konflik Maluku di tahun 1999-2002.
Slogan “Ale rasa Beta rasa” saat ini sejalan dengan keinginan orang Maluku yang di tanggap dan di jabarkan oleh setiap kandidat Gubernur – Wakil Gubernur dalam visi dan misi pada setiap periodisasi pemerintahan berlangsung.
Hal demikian di buktikan dalam berbagai konteks, moment dan berbagai kepercayaan yang di berikan kepada Maluku misalkan, pada tahun 2012 pemerintah pusat memberikan kepercayaan kepada Provinsi Maluku untuk di letakannya Gong Perdamaian Dunia yang berlokasi di kota Ambon sebagai induk Ibukota Provinsi Maluku dan sebagai simbol perdamaian bagi seluruh masyarakat di dunia.
Dalam konteks yang sama, pada moment keagamaan di tahun 2013 Maluku diberikan kepercayaan oleh pemerintah pusat untuk menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Islam tingkat Nasional yang bertempat di kota Ambon, pada tahun 2015 di berikan kepercayaan lagi oleh pemerintah pusat untuk menyelenggarakan Pesta Paduan Suara Gerejawi (PESPARAWI) Kristen tingkat Nasional di kota Ambon.
Pada tanggal 27 Oktober sampai 02 November 2018 kepercayaan itu datang lagi dari pemerintah pusat kepada masyarakat Maluku untuk melaksanakan kegiatan Pesta Paduan Suara Gerejani (PESPARANI) Katolik tingkat Nasional I di kota Ambon, Maluku.
Momentum PESPARANI Katolik tingkat Nasional I yang akan berlangsung di kota Ambon dalam waktu dekat (27 Oktober – 02 November 2018) telah di rancang dengan matang sejak awal tahun 2013 sehingga pada pertengahan tahun 2014 di Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku, dimana saat itu berlangsungnya PESPARANI tingkat Keuskupan Amboina ke III maka ditandatangani sekaligus peluncuran kesepakatan akan di laksanakannya PESPARANI Katolik tingkat Nasional I di kota Ambon oleh Pemerintah Pusat.
Penandatanganan ini diwakilkan oleh Bapak Lukman Hakim jabatan sebagai Menteri Agama RI, didampingi oleh Bapak Eusabius Binsasi selaku Dirjen Bimas Katolik RI, Gubernur Maluku Ir. Said Assagaff, Uskup Diosis Amboina Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC., Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (LP3K) Provinsi Maluku, Bapak Angki Renyaan serta di saksikan oleh biarawan – biarawati dan umat sekalian.
Gereja Katolik wilayah Keuskupan Amboina secara khusus dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) secara umumnya di masa ini telah melihat bahwa PESPARANI Katolik Nasional I yang akan berlangsung di kota Ambon sebagai salah satu bentuk untuk mempersatukan bangsa Indonesia, dimana dapat dilihat dari tema besar PESPARANI itu sendiri “Membangun Persaudaraan Sejati” dengan motonya Dari Maluku Untuk Indonesia.
Hal demikian di sampaikan oleh Uskup Diosis Amboina dalam berbagai pertemuan bawasannya; “Kegiatan ini bukan hanya milik umat Katolik semata, melainkan milik semua agama yang ada di republik ini secara umum, dan umat beragama di Maluku khususnya” mengapa demikian, sebenarnya PERSPARANI ini pestanya umat Katolik, tapi yang menyelenggarakan justru umat Muslim, umat Protestan dan umat lainnya, persaudaraan sejati itu kita temukan disini.
Penegasan
Pada pembahasan di atas, hendaklah saya menyampaikan beberapa point penegasan yang perlu di lihat secara baik dalam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, diantaranya:
Pertama, Jika masyarakat Indonesia ingin belajar tentang keberagaman dan kerukunan antar umat beragama, datang dan belajar di Maluku karena Maluku tempat yang sangat tepat.
Kedua, Maluku saat ini sudah sangat aman dan damai, tidak ada lagi perpecahan/konflik/kerusuhan. Maluku saat ini tidak lagi bicara tentang mayoritas dan minoritas di daerah, Maluku saat ini bicara tentang persaudaraan sejati lewat filosofi “Ale Rasa Beta Rasa”
Ketiga, PESPARANI Nasional I yang akan berlangsung di Kota Ambon sebagai salah satu bentuk pemersatu masyarakat Indonesia.
Oleh: Anakletus Fasak* (Pengurus Pusat PMKRI)
Selengkapnya: Catatan Menuju PESPARANI Katolik di Kota Ambon
#dawai
0 notes
Video
instagram
Dirgahayu Gereja Protestan Maluku . . . #BetaGPM #86TaongGPM #dirgahayuGPM #HUTGPM (at Paso, Maluku, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CTdKQPsBhAJz2IUYxMDWkCVRsqhI_He_SGBwRU0/?utm_medium=tumblr
0 notes
Text
Ranting Siloam AMGPM Ebenhaezer Berbagi Kasih kepada Janda dan Duda
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Usia Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) kini memasuki usia yang ke-88 tahun. Sudah delapan dekade AMGPM berdiri teguh dalam pelayanan di wilayah Maluku – Maluku Utara, wilayah pelayanan yang sangat kompleks dalam merangkul setiap insan pemuda dan pemudi gereja, membina dan membentuk karakter menjadi kader-kader yang dapat berperan di berbagai tempat di daerah…
View On WordPress
0 notes
Text
Sekjen: Kearifan Lokal Ikut Jaga Kerukunan Umat Beragama
Sekjen: Kearifan Lokal Ikut Jaga Kerukunan Umat Beragama
Ambon (Kemenag) — Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nizar Ali menyampaikan bahwa kearifan lokal, tradisi, dan adat istiadat sangat efektif mendukung upaya menjaga kerukunan antarumat beragama. Pesan ini disampaikan Nizar Ali saat membacakan sambutan Menag Yaqut Cholil Qoumas pada acara sidang ke-38 Sinode, Gereja Protestan Maluku (GPM). Sidang berlangsung di Gereja Maranatha yang beralamat di…
View On WordPress
0 notes
Text
Cerita Suku Mause Ane yang Bertahan Hidup dengan Makan Daun
MALUKU, dawainusa.com – Kelaparan dialami oleh sekitar 170 warga komunitas adat suku Mause Ane yang mendiami kawasan hutan di pegunungan Kabupaten Maluku Tengah. Pimpinan Gereja protestan di wilayah tersebut, Pendeta Hein Tualena, mengatakan, untuk bertahan hidup sebagian dari mereka terpaksa mengganjal perutnya dengan makan dedaunan. “Mereka bertahan hidup dengan makan daun,” kata Pendeta Hein seperti dilansir […]
Selengkapnya: Cerita Suku Mause Ane yang Bertahan Hidup dengan Makan Daun
http://www.dawainusa.com/cerita-suku-mause-ane-yang-bertahan-hidup-dengan-makan-daun/
0 notes