#Gelem
Explore tagged Tumblr posts
Text
'I'll bet you're just creating all those gelem warriors to hire out as butlers. Butlers R Us - dinner served, enemies annihilated.'
9 notes
·
View notes
Text
.
#just mispelled cynthia von doom's name as 'cunthia' which was an honest typo BUT it would make an excellent drag name#ladies and gentlemen welcome to the stage CUNThia von Doom SNATCHtalya Maximoff and SLAGda Eisenhardt#*gelem gelem club mix starts playing*
11 notes
·
View notes
Text
smth smth gay people can divorce without getting married
20 notes
·
View notes
Text
Mazón anuncia un nuevo plan estratégico para promover la igualdad de oportunidades de la comunidad gitana
El president de la Generalitat, Carlos Mazón, ha anunciado la próxima elaboración de un nuevo Plan Estratégico para la inclusión, respeto y visibilización del pueblo gitano 2024-2030 “que mejore las condiciones, los derechos y promueva la igualdad de la comunidad gitana”. Así lo ha avanzado durante el acto de celebración del Día Internacional del Pueblo Gitano que ha tenido lugar en el parque de…
View On WordPress
0 notes
Text
i do think the ginpachi/gintoki illust was made to kill me specifically
1 note
·
View note
Text
Perempuan Dominan
Sebenernya pengen bahas ini dah lamaaa banget, tapi bingung nulisnya kayak gimana. Sampai akhirnya aku terpantik dari story tehdin sekitar minggu lalu, yangmana belio dapat nasihat jangan terlalu dominan
Aku agak gemes, karena dominan seringkali konotasinya negatif. Padahal tidak selalu seperti itu
Oh iya, sebelum menulis ini, aku tanya dulu sama suamiku, "Aku ini dominan nggak sih mas?". Dia jawab, "Iya".
"Definisi dominan menurut mas itu kaya gimana?", tanyaku. "Unggul, kuat", jawabnya
"Hmm masa? Kayanya lebih ke berpengaruh gitu nggak sih mas?", tanyaku. "Hmm gak juga. Tapi iyasih, membawa pengaruh", jawabnya
"Akupun juga terpengaruh beberapa hal dari mas. Buktinya aku sekarang lebih calm dan gak se-sangar dulu", kataku. "Trus mas nyesel gak nikah sama aku? Aku kan dominan. Biasanya cowo-cowo gak mau tuh sama cewe yang suka ngatur", tanyaku
"Enggak. Meski kamu sering reaktif, bawel, tapi itu kan juga perhatian. Aku suka sama orang yang bisa diajak diskusi dan ngasih saran. Trus kadang kalo aku sudah maunya A, kamu juga gapapa, bisa terima aja", jawabnya
Perempuan dominan memang cocok sama laki-laki yang perlu dukungan dan validasi; yang perlu diajak negoisasi dan diskusi. Dominan seringkali dianggap negatif, padahal bukan berarti angkuh dan berkuasa, justru dominan itu memiliki kontrol kuat dalam dirinya, sehingga mudah menempatkan diri pada kondisi
Namun bukan berarti nantinya tidak ada konflik, pasti ada karena dua individu berbeda. Biasanya kita mencari yang minim potensi konflik
___
Dulu sebelum menikah, yang paling khawatir ialah mamaku, karena beliau tau aku orangnya dominan, tidak mau diatur, kuat pendirian dan keras kepala. Padahal aku merasa diriku gak semenakutkan itu. Terbentuk seperti itu karena keluargaku memang keras, ceplas ceplos, no baper-baper. Aku merasa diriku ini diplomatis, gak saklek, tapi ketika orang-orang menilai berbeda. Ya slow aza
Kayanya udah biasa ya, cewe-cewe dominan dan independen selalu dapat nasihat dari orang lain yang intinya jangan terlalu dominan. Tapi aku selalu skeptis. Why? Ya nggak apa-apa dong, asalkan paham dengan kapasitas diri, paham dengan peran berdasarkan prinsip masing-masing, bisa mengatur ego
Gak masalah menjadi perempuan yang dominan, strong, independen atau apa lah sebutannya. Justru itu harus, daripada nggak punya pendirian, gak tau tujuannya apa, cuma ngikut alur dan mudah terwarnai. Manut-manut ae, dikon nyemplung kali moro gelem sisan wkwk candaa ini perumpamaan aja
Kalau istri cenderung dominan dari suami, tetap harus bisa menghargainya sebagai kepala keluarga; juga sebagai suami. Beri ruang, dan turunkan ego. Pahami love language pasangan. Dua tahun ini, aku juga akhirnya belajar, bahwa memang benang yang mbulet itu harus diluruskan (dibicarakan baik-baik dan belajar memvalidasi apa yang sedang dirasakan)
Sekalem-kalemnya suami, tentu ia tetap ingin diperlakukan sebagai kepala keluarga yang punya andil besar dalam setiap keputusan. Istri mendampingi, menemani dan keduanya saling support
Jadi.. pasangan itu bukan saingan, justru saling mendukung. Siapapun yang lebih dominan, sebisa mungkin mau memposisikan diri dalam hal satu atau hal yang lainnya. Kedudukan suami di atas, dan istri di bawah suami, bukan berarti ada penindasan atau sebagainya. Dikarenakan suami memiliki peran dan tanggungjawab paling besar di dalam keluarga
Semoga Allah lembutkan hati kita untuk terus berbaiksangka, juga saling mendukung orang-orang di sekitar kita
Jakarta, 1 Agustus 2023 | Pena Imaji
262 notes
·
View notes
Text
Aptal adam mal bu kadar berbat bir hoca olamaz mall yürürken düş geleme ins
10 notes
·
View notes
Text
sabahın nurunda gelem tenha olur dedim. yine tenha değil idi
27 notes
·
View notes
Text
Povídková olympiáda
Sportovní olympiáda mě nezajímá, preferuji tu povídkovou a příjemně teplou😍
Maraton psaní při snaze dopsat povídku za dva dny.
Sprint protagonistů do postele, někdy přes překážky (harmoniku)
Synchronizované ochmatávání. 😈
Žhavá gymnastika na vratkém stole.
Šermování 🍆🍆
Házení lubrikačním gelem, někdy také v podobě štafety.
Střelba 💦 na cíl/pupík.
Starost o softbally
Sportovní lezení jeden po druhém.
Všestrannost (versatile) je asi všeříkající, na psaní drezury moc nejsem
Vrh koulí ze zdravotn��ch důvodu provozován není.
Feel free to add more :)
7 notes
·
View notes
Note
Kaan seni silkelerim. Balkona çıkar, kendine geleme kadar duvara duvara vururum seni. Hani bir şey kullanıyorsan söyle, biz de bilelim.
PJAKZNAŞZMAWLDAŞDN
2 notes
·
View notes
Text
These elements — the anthem, the flag, the understanding of ourselves as a people — are also part of the making of a national narrative encompassing who we are, our shared history and our shared future.
And yet, my own Romani identity is one that is built on diversity. People can — and should — identify as Romani, as one of us, without negating the multiple ways we can be Romani: with the multiplicity of our language practices, cultural formations, gender and sexual identities, religions and class.
I am a feminist, not a nationalist. I love the “Gelem, Gelem” anthem and have taught it to my daughters. The flag is beautiful. I grew up speaking a Romani dialect. I believe that Romani people are a transnational minority who share a common history and a common future. But I also know that when any group constructs its own nationalism and national myths, these are built on patriarchy, on maintaining power and hierarchy, on erasing diversity and effacing difference.
Our Romaniness — our romanipe — includes the strong community of women who raised me; it includes my daughters, cousins, sisters and my ancestors who continue to sustain me. It includes various accountings and stories about who we are. Whether we are women, queer, poor, disabled, we are still Romani. We should refuse exclusion and embrace the changing, makeshift and contingent ways of being Romani.
Ethel Brooks
On International Romani Day, I celebrate my community's diversity - Los Angeles Times
16 notes
·
View notes
Text
Cerita kalau lagi enggak mau ketemu sama si A karena energi akan habis kalau ketemu sama si A ini. Jebul dapet kata-kata,
"Mesti awakmu enek perkoro gak penak karo wong iki, sampek ra gelem ketemu barang. Biasane awakmu easy going dijak metu."
Allah. Pingin cerita tanpa di-judge kok ya sulit banget 😭😭
14 notes
·
View notes
Text
Harga sebuah keyakinan dan percaya.
Di perjalanan kali ini, siapa sangka Allah pertemukan dengan teman perjalanan berumur 71 tahun. Sebut saja nenek Emi, berdarah Jawa. Tepatnya Gunungkidul, Yogyakarta. Beliau ini sendirian naik bus,merantau ke Jakarta untuk berdagang (jualan layaknya angkringan). Sudah berpuluh tahun tinggal di Jakarta.
Awal perkenalan kami biasa saja, jujur cenderung beliau yang lebih memghidupkan obrolan kami. Sampai pada akhirnya nenek Emi bilang kalau dulu sebelumnya beliau beragama kristen, sejak umur 30 tahunan beliau masuk Islam. Alasan beliau luar biasa, karena 'mimpi'. Ini benar-benar mimpi, iya! Bunga tidur. Namun, bisa mengubah kepercayaan beliau dalam kehidupan nyata.
Suatu malam , bibi dari nenek Emi mengajak beliau keluar jalan-jalan. Siapa sangka ajakan itu ke tempat yang benar-benar gelap, sangat gelap. Membuat nenek Emi katakutan dan mencoba meraih sesuatu untuk digenggam. Bibi dari nenek Emi memegang beliau dan berusaha menenangkannya. Akhirnya muncul lah cahaya, "Nah Emi, cahaya itu adalah Islam. Jika kamu ingin hatimu tenang, maka kamu boleh menuju cahaya itu," kata bibi dari nenek Emi.
Apakah saat terbangun, nenek Emi langsung masuk Islam? Tentu tidak. Beliau berusaha meyakinkan diri bahwa memang Islam adalah pilihan yang benar sambil mempelajari agama Islam. Nenek Emi memberi tahu bahwa ketika terbangun dalam keadaan menangis, beliau membisikkan pada dirinya, "Jika ini memang jalan yang benar harus aku tempuh,maka akan kujalani dengan sepenuh hati. Tanpa harus diganti lagi." Sampai pada akhirnya, 2 tahun setelahnya nenek Emi bersyahadat , berpindah ke agama Islam.
"Sakjane mbak, ket seprono seprene anak-anakku ki podo durung ikhlaske aku mlebu nang Islam. Sampe sekarang iseh bujuk aku kon malek kristen, bahkan janji bakalan ngurusi aku,nuruti aku opo wae sing tak pingini. Nanging yo iku, aku kudu malek. Sing sijine kayak e malah benci karo aku. Ben mbak, aku ga peduli! Mbok arep anakku podo ga gelem ngurusi aku, rapopo. Iseh ono panti jompo,iseh ono wong liyane sing ngurusi aku. Teenan mbak, aku ga gelem!,"jelas nenek Emi.Maka dari itu, nenek Emi memilih tinggal di Jakarta dan lebih dekat dengan anak angkat beliau.
Mungkin dari kisah nenek Emi tersebut masih banyak pertanyaan yang timbul. Dan masalah percaya atau tidak dengan kisah beliau, itu pilihan masing-masing orang. Tapi sungguh, meskipun beliau tegar, tapi aku bisa melihat sedikit binar kesedihan ketika menceritakan tentang anak beliau. Sayangnya kami tidak sempat foto bersama
--Dalam sebuah perjalanan ke Ciputat, 08/05/2023
Ketika bus yang kami tumpangi berhenti cukup lama di lampu merah Magelang. Shoot from jendela bus.
10 notes
·
View notes
Text
Dari Goa Hira' menuju masjid
"Koe kok iseh gelem solat ki ngopo e Fiq?", tanya Apis.
"Aku pekewuh wae ro Gusti Allah", jawab Wafiq.
Iqamah pun berkumandang. Percakapan selesai.
Sabagai orang Jawa, rasa pekewuh yang cukup tinggi nyatanya bisa dimanfaatkan untuk menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan.
3 notes
·
View notes
Text
Balapan Gores Paha (2)
Bendera dikibarkan, Race dimulai.
Race
Saat itu masih pukul 04.49 WIB pagi. Masi gelapp. Biasanya di rumah, paling cepet mulai lari sekitar jam 5, ya sama sih, masi gelap juga wkwkwk. Pemandangan sekitar belum keliatan, tapi Candi Prambanan tampak berdiri di sebelah kiri jalur. Baru berapa menit "semuanya liat atas" yang awalnya agak nahan apel bentar... auto senyum dan memasang pose dua jari *cekrek+flash. cekrak, cekrek, cekrak, cekrek. Fotografer kelewat, lanjut naha.. ehm lari lagi.
Karena emang kali ini ga cuma 21 tapi 42 kilometer, sadar diri lah bro, kalo mo pake pace 4, fix modar, terjatuh, tersungkur, cukup pake pace kalem tercepat aja sekitar 5:30/km
Keluar dari kompleks Prambanan, langsung disambut sama masyarakat yang entah, antara belum tidur, kelar solat subuh, atau kebetulan lewat, pokoknya udah adaa aja yang nontonin pinggir jalan, ya walau emang ga se rame itu, dan belum yang "semangat mass" karena bisa jadi masi pada loading, ni orang rame rame ngapain si, atau mungkin malah panik, heee ngopo ik mlayuuu?! ngopo e ngopoooo?! ga gitu juga deng.
btw salut, untuk segenap panitia dan pihak lain yang daaaari awal bgt, bahkan sebelum mulai race, udah stand by, dipinggir jalan, memastikan keamanan dsb, serta mungkin sepele ya tapi "semangat mas"-nya, ngajak tos-nya, sekedar senyum-nya, apalagi motoin-nya, ehe, yang sedikit banyak membantu menembus 42 km perjalanan yang kalo dipikir lagi, panjang juga ya wkwk. Terlebih di km awal yang saya masih asal lari sendiri (3 km awal) dan Km akhir yang rasanya luar biasa pegel kakinya. Untuk mas mbak pak bu dek kak semua, terima kasih poko e.
Selain ada panitia yang di sepaaaaaaaaaaaaaanjang jalan bilang semangat mas sampai jadi word of the day, pun ada sebagian warga yang ikut meramaikan, mbuh mung ibuk ibuk seragaman kuning, abang, kumpul karo nyanyi, bapak bapak sing lagi gotong royong ra sengojo kepapasan, sing mung nongki nongki, bocah sekolahan sing tenanan nari, sing asal rame awut awutan, sing ngguya ngguyu, sek mung asal nge drum, dan tentu yang masi bertahan dipinggir jalan kecapean sendiri, belum sarapan, karena menyambut wong wong asing, mlayu mlayu ng dalan rajelas, kok yo gelem geleme mlayu wadoh, yo aku salah sijine wkwkwk, sampek kwalik, aku sing ngekei semangat wkwkwk. Teruntuk kalian juga, ini luar biasa, terima kasihhh.
Paling seneng tapi tetep pas lewat "ayooo semangat buibuuuuuk" "adek adek mana suaranyaaaaa" yang bakal langsung always, disambut dengan semangat mereka, yang terus balik meneh semangat ng aku, wkwkwk. One of the favorite. Entah bener apa ngga, tapi energi positif itu menular. Coba aja.
Yak lanjut proses on race nya gessss.
Selama 3 km awal, masi agak nahan rasa tidak nyaman di perut dan masih sendiri, eh sekarang juga masih deng... sendirian tanpa dia uhuk uhuk wkwkwk. Baru sampe akhirnya, bertemu seorang bapak, berbaju merah, topi rimba, celana hitam, running belt, garmin, dan sepatu brooks hyperion putih, bernama Pak Miftah. Seorang teman perjalanan, yang akan menemani dalam 30- km perjalanan kedepan. Lihatlah betapa semangatnya beliau dibanding pemuda sebelahnya.
Fyi jadi emang kalo aku dr awal, karena sadar, lari sendiri itu ga enak, apalagi ini jarak jauh, dan gaada barengan kenalan dr awal, cari teman adalah opsi yang sangat saya rekomendasikan. Apalagi punya target finish yang sama. Wes fix, mending kalian bareng. Sejak Mangkunegaran dan STIKES run, insyaaa allah terbukti, cukup efektif mengurangi kejenuhan dan menjadi support system selama berlari. Mau muda mau tua, gapeduli, semua akan ada alasan masing masing untuk saling support. Kalo kata Pak Miftah kemarin, yang muda gengsi kalah sama yang tua, yang tua juga ga mau kalah sama yang muda, saling support, unik emang, tapi nyata.
8 km dengan tanjakan, karena bareeeeeng terus sama pak Miftah, jujur ga kerasa, padahal jalannya sebagian itu udah mulai nanjak, walau emang tanjakannya ga yang naik banget, engga, tapi setidaknya kalo diukur, elevasinya positif yang artinya jalannya semakin naik mdpl nya. Baru, agak kerasanya pas mendekati tanjakan fase akhir yang makin naikk, ditambah lagi pas itu kita ngobrol, jadi tambah menggeh lagi wkwk. Nah, sejak itulah hampir ga ngobrol, bukan karena ngambek, bukann, tapi karena selain bingung mo ngobrol apaan, ya tadi, ngobrol nggarai menggeh2 wkwk.
Oke sebelum lanjut km nya. Ada satu hal yang saya sangat respect ke Pak Miftah, apa itu? Minum di water stationnya yang duduk. Sepele emang, tapi dari pengalaman ikut 2 race sebelumnya, wah... rangorang semuane, kalo minum di WS, gaada yang berhenti dulu, duduk dulu, adanya dateng, nyamber gelas, minum tumpah, lempar buangnya ga masuk tempat sampah. Sebenere ini, keknya, emang hal yang wajar si, dan dari panitia pun sepertinya sudah menyiapkannya. Tapi, hmm mungkin secara adab makan minum yang diajarkan di sekolah dasarku dulu, agak kurang ya hehe. Dan itulah hal yang sebaliknya saya temukan di Pak Miftah, tak hanya ketika minum, tapi ketika membuang pun, beliau pastikan masuk dan terbuang ke tempat sampah. respek.
Tak ada salahnya, berhenti sejenak saat di Water Station, duduk, tenang, lantas minum atau bahkan makan, serta membuang sampah pada tempatnya, selama race berlangsung. Karena, bukankah memang sebaiknya demikian? dan tiap tuntutan syariat darinya, percayalah, entah mau terlihat apa ngga, terasa apa ngga, pasti ada manfaatnya.
Lanjut, setelah tadi 8 km ga kerasa, dan sudah lanjut perjalanan lagi. Coba cek pace, jarak, dsb di jam tangan, tanpa sengaja, tombol di jam kepencet, awalnya ga kenapa2, trus tiba tiba muncul loading, bentuknya bunder, tengahnya tanda stop/finish this workout. Sebelumnya ga perna kayak gini, makanya kukira awalnya, karena tanda tengahnya itu, wah ini fix jangan dipencet sih, tunggu loadingnya kelar aja. Eh ternyata, habis loadingnya kelar, tuut, tampilan aktivity workoutnya ilang. Mulai gelo sedikit...
Sebagai pelari kebanyakan, yang membutuhkan bahan bukti (baca:validasi, awokwowo) lari serta dalam waktu yang bersamaan digunakan sebagai konten untuk menginspirasi temen temen agar mau ikut berlari, disitulah saya sedih, tapi kok masih 32 km lagi wkwkwk. Kalem, no panik, relaks, ikhlaskan, tarik hembuskan, tarik, hembuskan, makin panik makin cape, makin cape makin tepar. Yuk bisa yuk record lagi wae gapapa. Dan inilah alasan kenapa, pas share di instagram, hasil activity nya ada dua, sebelum akhirnya nemu, ternyata strava bisa gabungin 2 activity atau lebih lewat web dan third app. Fiuh, gajadi sedih.
Selama perjalanan di km belasan, tak banyak yang kami bicarakan, hanya menikmati lari, mendengarkan semangat dari panitia dan warga sekitar, memberi semangat balik, kasih tos, dan tentu bergaya serta senyum sumringah pas di depan fotografer wkwkwk. Lalu, di sekitar km belasan akhir, alhamdulillah, dari yang tadinya nanjaak, sekarang mulai turun, yang awalnya pace 5:30 an, alhamdulillah bisa juga ternyata jadi 4an. Km demi km terlewati, tiap water station kita berhenti, setidaknya minum lah, ga sok kuat nge skip WS bos, udah bayar juga, maksimalkan semua fasilitas yang ada agar tida rugi.
km Belasan kelar, km dua puluhan berlanjut. Pertama kali, karena udah setengah jalan juga, akhirnya berhenti dan makan. Makan pisang ama fitbar. Minum isoplus plus aqua sekalian istirahat agak lebih lama, sekalian juga, karena selama jalan turun ngebut wkwkwk, dengkul seperti biasa, kok ada rasa nyeri nyeri dikit yak wkwk, mumpung di sini ada medisnya juga dan terlebih lagi kita disamperin, dan ditawarin butuh bantuan ga, wah pake nanya lagi dan etil pun disemprotkan, wah agak enakan nih, walau ga 100% ilang si nyerinya hehe. Habis tu, duduk bentar, lanjut lari lagi.
Masuk km 30an, di WS nya (oiya fyi jadi tiap 2,5 km ada WS atau Water Station yang isinya medis, makan dan minum, hehe sori penjelasannya disini agak telat udh bahas WS drtd awikwok) karena udah nahan berkemih juga dari awal, "mbak ada toilet?" "ada mas, itu" akhirnya galyh nd menyerah menahan dan agak merasakan sedikit rasa lega. Keluar dari kamar mandi, ngecek mana pak Miftah, tolah toleh, eh lha kok, beliau tidak ada wkwkwk. Coba lari pelan, sambil liat depan, eh lah kok... di depaaaan! paaak aku ojo ditinggaaal paaaak! Terpaksa saat itu, mogamau agak ngebut sekali, sekitar 400m kali yak, agak menguras tenaga. Sampe akhirnya kesusul dan Pak Miftah cerita ternyata beliau udah nyari saya di WS ga ketemu dan kebetulan liat pelari yang pake baju kayak saya (saya pake baju peserta btw) trus coba ngejar, eh la kok bukan aku. Ya jadi ini kita ceritanya saling kejar kejaran, dan untungnya kekejar.
Masuk km 31, Pak Miftah mulai keram kakinya, awalnya masi bisa jalan-lari pelan, tapi ga lama, keramnya semakin menjadi jadi, sampe butuh bantuan buat stretching. Dan sejak saat itulah, kami berpisah karena masi mencoba target finish sub 4 sambil berharap semoga ketemu lagi habis finish, dan ya alhamdulillah ketemu lagi di tempat pijet.
Habis pisah, karena mungkin udah terlanjur bareng dan expect lanjut sampe finish, agak turun dikit lah semangatnya dan juga matahari... tiba tiba kerasa lebih panas wkwkwk. Tapi terus keingat, kalo ga lari ya ga bakal selese, dan alhamdulillah tinggal seperempat perjalanan broh. Yoooh bisa yooooh lehh semangaaaat, 10 kilo lagi.
Karena berhubung jadi sendiri lagi apalagi matahari semakin panas (emang beneran makin terik karena makin siang wkwkwk, bukan cuma kiasan ditinggal sendiri) coba carinbarengan lagi lah, tapi kok ini yang klop ga ketemu ketemu, sampe di km 35-37 akhirnya ada bapak bapak yang tampak kecepatan dan konsistensi larinya sefrekuensi lah (Entah apa emang peserta kategori marathon didominasi bapak ibu, atau kebetulan yang tak temu aja). Akhirnya, kita bareng, mulai naik lagi sedikit semangatnya. Tapi di km km inilah juga, rasa capek di kaki yang sebenarnya dimulai.
Km km yang sebelumnya, kalo mo dibilang cape ngga, jawabannya nggakkk sebanding sama 7 km terakhir. Dan ini juga yang saya rasakan pas latian rumah ke ibbas di km 30+. Mau lari kok puegel pol, tapi kalo istirahat jalan, tambah pegel wkwkwkk. Berhubung bapak barengan kali ini juga masi berlari (walau beliau kadang tiba tiba takbir dan istighfar sendiri karena capek wkwk) yauda ikutan lari aja lah, bismillah.
Capekk capekk cuapekkk tenannnnnnn. Di fase cuapek ini, baru, yang tadi sepanjang jalan bisa kasih semangat balik ke panitia dan warga, atau bahkan yang ngasih semangat duluan, disini? beuh, skip bro, senyum tu dah maksimal poko e, tos yo gapopo seh, tapi mau bales semangat, apalagi yang nyemangatin awal? hehe, skip dulu. Sampe akhirnya masuk 2 km terakhir, masuk kompleks Prambanan...
YOSSHAAA! mou sukoshi dakeeeee! (sorry emg kebiasaan kalo udh capek wibunya keluar) dikitttt lageeeee! woh semangat meningkat, ya sedikit sih, tapi meningkat wkwkwk. Tapi ya, yang namanya tubuh dah capek, mo ada semangat apa ngga, kalo kurang ion, keram ya keram. Di sinilah saya hampir keram pertama kali. Awalnya telapak kaki kanan, ganti kiri, wes loro karone poko e. Tapi berbekal semangat, pilih all out atau nyesel, walau dimik dimik, tetap usaha formnya jangan sampe jalan dan coba terus berlari. Sampe akhirnya gapura finish terlihat, warna biru, udah agak sepi an, cuma paling mc beberapa orang dan footgrafer, makin dekat, makin dekat, sampai benar benar di depan mata, satu langkah kali lagi dannnnn....... dessssss.
Marathon pun terselesaikan.
Dirayakan pertama dengan pose luffy gear second dan kaki hampir keram sebelah kiri yang sangat ditahan karena lagi beneran pose di depan kamera. Yakali lagi gaya, eh keram trus jatuh, ga keren blas broh. Yang kemudian, pas dicari cari fotonya kemana-mana ga ketemu. kampret tiwas gaya dan menahan keram, tapi alhamdulillah Full Legaa, Full Senyum, Full Senang karena bariki istirahat tenanan dan udah berusaha maksimal.
18 Juni 2023, Galyh ND akhirnya menuntaskan marathon 42,195 km dalam kurun waktu 4 jam 2 menitan di Jogja. Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillahhhh. terima kasih ol.
Post Race
Habis kelar foto, yang gatau fotonya nyari dimane, langsung... ikut arahan panitia ambil medali, pisang, fitbar dan minum. Mau langsung ambil finisher tee gatau kemana, dan karena udah cuapek juga, terutama kaki, langsung cari tempat teduh, lekaran. Habis itu lanjut rendem air dingin buat recovery, ambil finisher tee, cari makan, Foto sama temen kenalan instagram namanya Kendi, peserta 10K asal Jakarta, nonton konser, dan akhirnya pulang sekitar jam 12 siang.
Yang dimana, hampir di kesemua rangkaian post race ini, dijalani dengan posisi kaki yang kalo jalan agak melebar, karena... paha ini sakit sekali coooooy. Perih wkwkwk tapi mo gamau nyari makan kudu jalan, ke panggung konser jalan, ke spot foto jalan. Yowes, bomat lah, yang kenal disini juga cuma masku yang juga lecet ternyata (wkwkkw pekok e...) dan mas aiman, yang ga lecet, ggwp. Tapi walau emang paha ini benarlah perih, mendengar RAN bernyanyi dan dikit dikit ikutan (walau cuma reffnya doang pas, kurasa ku telah jatuh cinta~ awikwok) tetep bisa dinikmati. Sendiri, sembari duduk selonjor, di sudut terop yang teduh, karena udah jam 12 siang wkwk.
Kurasa ku tlah jatuuh cintaa, pada pandangan yang perrrtamaa~ wes, selebihnya nggremeng. Moga aja ga ada yg ngerekam trus dikasi son, lihatlah dan bukalah mata hatimuuu~
Sampe rumah mas aiman langsung adus, gantian, solat, cepak cepak siap balik, dan tidur wkwkwk sakjam lebih lah kurleb. Bangun bangun laper, tapi harus balik, yowes langsung gocar stasiun Tugu. Kok tugu ga lempuyangan? wahh, sebagai masyarakat yang telah menjalani marathon, berdiri sepanjang perjalanan KRL adalah opsi yang kami hindari, makanya ambilnya langsung dari KRL yg plg awal. Tapi ala kulli haal, takdir tetaplah takdir kawan kawanku, mungkin ini pula sebagai strength training post marathon agar kaki tambah kuad bin banget, gaslah kita berdiri bro, dari Stasiun Tugu sampe stasiun Jebres :) Maasyaa allah luar biasa
Kursi prioritas buat yg habis marathon? haha, jangan bercanda, dunia tidak sebaik itu kawan.
Sampe Palur turun, mangan nasi goreng, pulang, adus, tidur? no broh, cari foto foto dululah kita wkwkwk sampe baru akhirnya tidur agak maleman, dan kisahpun? kita cukupkan, makasi udah baca sampe akhir hehe
Gas lari besok? gaslahh
2 notes
·
View notes