#Dinda di Bintaro
Explore tagged Tumblr posts
vhyndha · 7 years ago
Text
6.50 am
Terimakasih ayah dan umak
Mohon maaf anak kalian ini jauh sehingga tak bisa membantu apapun termasuk pekerjaan rumah :(
Hemat. Iya aku harus hemat.
Kelaparan mataku ini memang sulit dikondisikan. Rasa penasaranku selalu terluapkan untuk jajan jajanan yg baru aku temukan. Keseringanku meneraktir orang selalu kulakukan. Hingga tujuan utamaku untuk meringankan beban orang tua pun menjadi terlalaikan.
Tidak cuma uang. Tapi waktu.
Disaat aku melakukan kegiatan yang wajib kulakukan, aku mencari-cari waktu kosong untuk istirahat dan melakukan pekerjaan rumah. Disaat waktu kosong itu tiba, aku malah menghabiskan waktu itu hanya untuk berinstagram ria. Niatnya ingin membersihkan kamar, istirahat, dan belajar. Tapi telepon pintar ini menggodaku untuk membuka hal-hal yang tidak berguna.
Tapi, alhamdulillah. Hari ini Allah beri aku 1 hari libur, hari yang benar-benar kosong. Tidak ada kegiatan apapun untuk keluar dari kamar. Sehingga aku dapat melakukan "me time" ku dengan baik dan produktif, insyaAllah.
Pagi yang indah. Akhirnya aku bisa tidur sepulas ini. What a tiring week!
Pondok Aren, 21 September 2017
1 note · View note
writewrapped · 7 years ago
Text
Rantau
Kehidupan di Bintaro, jujur, mengubahku habis-habisan.
dari segi “menjadi seorang mahasiswa” sekaligus “jauh dari orang tua”.
Sebelumnya Bunda sudah memprediksi bahwa aku adalah putrinya yang kelak akan merantau, tidak sulit, ia memprediksi dari seberapa dekat kami berdua. Ya, aku adalah putrinya yang betah sekali dirumah, tidak seperti adikku yang suka main atau kakakku yang tinggal di Ibu kota dan bagi ibuku, siapa yang paling dekat dengan ibu akan ditakdirkan untuk hidup di tempat yang jauh. Hmm keyakinan macam apa itu, entahlah~
Tanah perantauan banyak mengajarkanku tentang kehidupan, mulai dari mencintai kebersihan sampai kritis terhadap masalah disekitarku.
Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung adalah pesan yang Bunda selalu ingin aku ingat-ingat. Aku mempelajari banyak hal dari Bunda, bisa dibilang mungkin aku lolos dari seluruh teori yang ia ajarkan namun kenyataannya aku buruk dalam praktik. Hmm, beberapa akan kuceritakan disini.
Tanah perantauan mengajarkanku untuk selalu bersikap ramah dan sopan, begitulah seharusnya manusia sebagai makhluk sosial tetapi bagi perempuan yang keluar-rumah-hanya-sekolah-atau-ke-warung-depan-rumah sulit sekali bagiku untuk menerapkannya.
Beruntung aku mendapat keluarga yang tulus menyayangiku dan teman kost lain, jujur, hal tersebut adalah yang paling aku syukuri mengenai perantauanku. Rantau adalah tentang Ibu, Bapak kost dan Mbak Lia (anak ibu kost) di dalamnya berisi aku dan Halimah, Maya dan Ossy, Tiara dan Ati, Mbak Dinda dan Anne.
Tanah perantauan mengajarkanku betapa jarak itu sangat berarti. Bila aku tahu lebih dini akan waktuku di tanah perantauan, aku akan lebih meluangkan waktuku untuk keluarga dirumah tanpa handphone dan event sekolah yang ku ikuti.
Bukan perkara mudah harus mengurangi porsi makan disini, ya, sejak di bintaro aku jarang bahkan tidak pernah makan lebih dari 2x sehari. Itu karena aku tak memiliki kuasa apapun untuk menghabiskan uang pemberian orang tua. Aku mendaftar sebagai guru les matematika dan bahasa inggris untuk siswa SD dan SMP, memperbanyak diriku dengan puasa dan gemar berburu promo atau makanan murah dengan porsi banyak. Nah, karena makanan disini, aku sangat merindukan Jogja yang serba murah dimana-mana.
Menjadi tekanan ketika aku mendapat nilai jelek dalam kuis, ketika Bunda dan Bapak sangat berharap padaku di Jogja.
Di tanah rantau, last but not least, aku membuktikan bahwa hanya doa yang mendekatkan jarakku pada Bunda dan Bapak di Jogja.
9 notes · View notes
hunkeydorey · 6 years ago
Text
Komm ZurĂĽck
Mau bikin ucapan welcome back ala ala ah.
Pertama kali nulis disini kalo ga salah kelas 11. Masih inget waktu itu ngopasin konten di blog buat diposting di tumblr soalnya gatau kenapa waktu itu ngerasa tumblr lebih menarik. Ah, iya. Alasannya bukan sekadar itu. Alasannya adalah karena di tumblr ada fitur follow di beranda, jadi lebih mudah kalo mau baca tulisan orang orang di tumblr.
Beranjak kelas 12, ada kabar kalo tumblr diblokir oleh pihak berwenang. Selama kurang lebih setahunan, akunya selalu menimbang-nimbang. Kek waduh, nulis di platform apaan ya kalo bukan di tumblr. Kenapa ga nulis secara konvensional, karena aku orangnya lalenan(?) aku sering tiba-tiba lupa naruh kertas/buku dimana. Sekalinya ketemu baru kek 2 tahun kemudian. Jadi dari sudut pandangku, media online ngebantu banget sebagai sarana investasi memoriku (Weseleh weseleh bahasanya. Aku ngomong apaan dakh)
Dan,
tadaaa!
Setahun kemudian, dimana dunia perkuliahan udah mulai beberapa bulan, tumblr udah diunblokir lagi. Ga tau kenapa tapi seneng banget waktu ngelihat tanggapan beberapa orang yang lumayan sering aktif di tumblr. Seperti kembali menemukan jalan untuk pulang, katanya.
(E bentar. Lagunya The Overtunes baru keputer. Mau menghayati dulu, mumpung suasananya mendukung)
Ngomongin tentang diksi pulang, sekarang ini aku lagi ada diatas kereta. Kepulanganku yang.......ketiga deh keknya. Sampe bosen denger pertanyaan dari Dinda/Azu perihal, "Heh fi kok kamu tu pulang teros e".
Iya juga ya, ternyata aku terhitung sering pulang juga. 
Udah 4 jam di atas kereta, tapi gatau kenapa aku sama Riza sama-sama merasa, "Ih kok keknya pengen lebih lama lagi ya ada di atas kereta". Kayak ga pengen cepet-cepet sampe Jogja, tapi kangen Jogja. Apaka ini efek karena bepergian bersama teman?
Tumblr media
(Riza, teman 8 jam yang hobi mondar mandir ke tempat duduk Fafa)
Tumblr media
(Pilihan terbaik tempat duduk di kereta adalah kursi dekat jendela)
Tumblr media Tumblr media
(Ini gimmick doang karena sejatinya gabisa coy nulis di kereta, goyang-goyang)
Tumblr media
(Jaket geografi Ayah yang super duper hangat)
Dan target liburan kali ini adalah : ingin memberi makna di setiap kejadiannya! Aku ga pengen liburanku berlalu tanpa ada hal yang bisa aku pelajari atau tanpa hal yang berkesan di dalamnya. Aku pengen ngejadiin liburan ini sebagai liburan yang healing, sekalipun ga kemana-mana.
Yha mulai ngelantur topiknya.
Balik lagi tentang platform ini, semoga ke depannya bisa konsisten buat naruh apa aja disini (mohon dimaklumi akunya tuh keknya emang suka ngepost hal-hal yang sebenernya tidak penting begitu?). Semoga platform ini ngga diblokir lagi, biar aku tetap bisa berinvestasi memori disini. Semoga akunya juga tambah banyak belajar dari sini, biar pinter, biar tambah ilmu, biar jadi orang keren!
Dah ah gitu aja.
Tumblr media
(Da-da Bintaro, halo Jogja!)
0 notes
auliasyafira · 8 years ago
Text
Kakek
Sabtu, 31 Desember 2016 Pukul 07.00 WIB Aku beranjak dari kamarku untuk sarapan. Aku lihat kakek sedang duduk di sofa menyantap makanan kesukaan beliau, nasi goreng daun mengkudu buatan ummiku, menghadap televisi. Serius menonton berita. Sementara itu, aku, ayah, dan adik-adikku duduk lesehan di depan televisi sambil menyantap lontong isi oncom, risol, dan bakwan lengkap dengan sambal kacang pedas. Setelah selesai sarapan, kami berbincang banyak mengenai berita-berita di televisi. Lalu, kami beranjak ke teras rumah untuk bermain dengan Zahwan, cucu kakek yang paling muda, usianya baru 2 tahun 3 bulan. Aku tinggal bersama kakek dan rumah Zahwan tepat di samping rumahku. Zahwan adalah penghidup suasana, penyemangat, dan pelipur penat. Gemass. Pukul 13.30 WIB Aku bergegas keluar dari kamar dengan pakaian formal. Kakek sedang menonton televisi. Kakek: "Mau kemana?" Aku: "Pia mau melayat ke rumah teman SMA di Tangerang, kek." Kakek: "Innalillahi.. Siapa yang meninggal?" Ummi datang menghampiri: "Ibunya, kek. Kakak dompetnya udah?" Aku: "Udah, mi." Aku berpamitan dengan kakek. Aku: "Pia berangkat dulu ya kek." Kakek: "Hati-hati ya, kamu jangan ngebut-ngebut." Aku: "Iya, kek." Aku mencium tangan kakek, lalu aku menatap matanya sambil tersenyum. Kakek membalas senyumku. Lalu, aku pamit dan mencium tangan ayah ummi. Pukul 21.10 WIB Di tol Tangerang-Bintaro, LED handphoneku menyala terus menerus. Adik pertamaku, Dinda, menelepon dan mengirim line banyak sekali. Aku memperlambat laju kendaraanku dan membuka chat dari Dinda. Dinda: "Kakak dimana? Cepet pulang." disertai puluhan Ping. Aku telfon Dinda Aku: "Kakak masih di tol. Kenapa din?" Dinda: "Kakek kak, cepet pulang!!!" Aku: "Kenapa kakek?" Dinda: "Kakek meninggal kak. Cepet!!!" Innalillahi wainna ilaihi roji'uun.. Aku tercekat. Dunia terasa runtuh. Jantungku seperti berhenti berdegup. Tanganku gemetar. Hatiku sakit. Air mataku deras mengalir.Ternyata jarak kehidupan dan kematian sedekat itu. Kakek. Kenapa tiba-tiba sekali? Kenapa cepat sekali? Kenapa saat aku sedang tidak di rumah? Kakek pun sedang sehat, tidak sedang mengeluh apa-apa. Aku ngebut. Kalut. Tidak peduli dengan kecepatan kendaraanku asalkan lekas sampai rumah. Pikiranku berkecamuk. Terbayang tangan keriput kokoh yang aku cium dan senyum terakhir kakek saat aku berpamitan tadi siang. Beberapa meter dari rumah, sudah ada bendera kuning dan banyak sekali orang. Aku parkir sembarang. Aku lari mencari ummi. Ummi menghampiri dan memelukku. Aku menangis sejadi-jadinya di pelukan ummi. Hatiku sakit sekali karena aku tidak ada di rumah. Di detik-detik terakhir kakek. Kakek jarang sekali sakit. Terakhir setahun lalu beliau asma dan asam lambungnya tinggi. Ummi pun bilang sampai sore itu kakek sehat wal'afiat. Tetapi, ba'da isya kakek yang sedang tidur tiba-tiba bangun dan batuk-batuk. Batuknya yang terakhir mengeluarkan sedikit darah. Setelah itu, kakek tidak sadarkan diri dan nadinya sudah tidak teraba lagi. Kakek tutup usia di 88 tahun. Aku masuk ke rumah bersama ummi. Aku lihat kakek direbahkan di atas dipan di ruang tengah, berselimutkan kain cokelat dan kepalanya tertutup hijab berwarna putih transparan. Aku buka hijabnya perlahan. Kakek seperti sedang tersenyum, ganteng, dan gagah. Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun. Allahummaghfirlahuu warhamhu wa’aafihii wa’fu’anhu.. 1 Januari 2017 03.00 WIB Sedari tiba di rumah, tak sedetik pun aku memalingkan pandanganku dari wajah kakek yang terlihat samar-samar dibalik hijab. Aku masih belum percaya kakek sudah tiada. Air mataku masih saja mengalir deras. Kek, Pia ikhlas.. Pia yakin kakek kembali ke pangkuanNya dengan indah, inshaa Allah khusnul khotimah. Yaa Allah, terimalah amal ibadah kakek. Ampuni dosa-dosa kakek. Tempatkan kakek di surgaMu, Yaa Allah. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin.. Selamat beristirahat, kakek... Semoga di akhirat nanti kita bisa berkumpul kembali, sama seperti yang kita lakukan sejak Pia masih bayi sampai hari terakhir kakek menghembuskan napas. Kek, 31 Januari 2016 dan hari-hari selanjutnya akan menjadi hari-hari dimana Pia sangat merindukan kakek. Love, Pia, cucu kakek yang paling tua.
1 note · View note