#Di gedung DPR lagi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Di Pelataran Oktagon
<<Cerita sebelumnya, Di DPR>>
Aku pernah dengar pepatah yang bilang ‘Curiousity kills the cat’. Konon, rasa penasaran itu terkadang dapat mengundang bahaya. Memang, rasa penasaran adalah hal yang dapat membuat kita berkembang, namun kita juga harus pandai-pandai mengelola rasa penasaran itu. Kapan harus maju, kapan harus mundur. Kapan harus jalan terus dan kapan harus menoleh.
Malam ini, aku memutuskan untuk menoleh.
Hanya sedikit, untuk membuang rasa penasaranku. Mungkin saja wanita itu memang sedang ada acara formal di salah satu gedung kampus. Mungkin saja, aku salah lihat atau memang sejak awal ini hanya imajinasiku saja.
Dari sudut mataku, tak kulihat apa pun. Masih dalam posisi berdiri terdiam, aku memutar perlahan tubuhku ke arah belakang. Menoleh sedikit tidak membantuku mendapatkan jawaban.
Pelan, perlahan,.
Dengan nafas tertahan, kini aku sempurna memandang ke arah DPR. Wanita bergaun merah itu tidak ada disana. Ada rasa lega yang menyesap di dada. Untuk menghabiskan penasaran sampai tak bersisa, aku berjalan dengan hati-hati ke arah tempat yang diduduki oleh wanita bergaun merah tadi.
Tidak ada apa pun. Tidak ada kain merah, tidak ada kresek merah, tidak ada apa pun sesuatu yang dapat membuatku salah mengira bahwa tadi ada seorang wanita bergaun merah yang sedang duduk disana.
Fiuuuh. Imajinasiku saja. Mungkin perubahan situasi yang drastis dari area depan ke area belakang ini membuatku memikirkan hal yang bukan-bukan.
Baru saja ketika otot-ototku melemas, tiba-tiba ada yang berbicara, lebih tepatnya bertanya dari arah telinga kiriku. Dari intensitas suaranya, kuperkirakan si penanya berada tepat di sampingku. Tapi ternyata tidak, dia ada disana, di seberang tempatku berdiri.
Kampus ini menjunjung tinggi keharmonisan. Mungkin itu juga yang jadi alasan kenapa banyak gedung dan struktur dibuat berpasang-pasangan. Termasuk spot DPR ini, lokasinya berada di kiri dan kanan jalan utama kampus dengan susunan yang nyaris persis. Tempat duduk dari adukan semen dengan sebuah pohon rindang di belakangnya.
‘Cari apa?’, tanya si wanita bergaun merah yang ternyata telah berpindah tempat duduk.
Kini, aku bisa melihatnya cukup jelas. Rambut panjangnya yang tergerai tidak dapat sepenuhnya menyembunyikan keganjilan wajahnya.
Cantik? Tidak. Jelek? Tidak juga. Aku tidak bisa melakukan penilaian apa-apa, karena memang tidak ada yang bisa kunilai. Tidak kulihat suatu apa pun di wajahnya. Polos saja.
Tanpa merasa perlu menjawab. Aku berlari sekencang mungkin ke arah belakang kampus, menuju kompleks unit. Aku harus segera bertemu Luna. Mengajaknya pulang lewat jalur belakang. Berharap masih ada angkot yang lewat. Sekarang mungkin masih sekitar setengah 10 malam. Semoga di luar masih ramai!
Untuk mencapai kompleks unit, beberapa puluh meter dari DPR ada beberapa anak tangga yang harus kunaiki. Sat set sat set. Meski dalam kondisi panik, aku berhasil menaiki tangga dari batu ini dengan baik. Dari sini tinggal berjalan lurus sedikit maka kompleks unit akan segera terlihat.
Aku sudah jauh dari DPR.
Baru beberapa langkah aku berjalan,. Kudengar sayup suara wanita bergaun merah tadi dari arah belakang. Dari intensitas suaranya, kurasa dia tidak mengikutiku. Memang, tidak mungkin rasanya jika dia dapat mengejarku mengingat betapa kencangnya tadi aku berlari.
Tanpa pikir panjang, aku menoleh ke belakang. Lalu,.
Kulihat wajah polos itu tepat berada di depan wajahku. Kulit wajahnya yang semula putih, perlahan meredup. Lama-lama berubah hitam,.. dan tak lama kemudian aku tidak melihat apa-apa lagi.
***
‘kamu uda sadar?, enak ga posisinya?, tanya gadis itu.
Kepalaku masih terasa pusing. Ada rasa sakit di bagian kepalaku, mungkin bekas terbentur. Tadi aku terjatuh, kepalaku sepertinya membentur aspal jalan. Jatuh karena tidak sadarkan diri, dan hal itu disebabkan oleh,.
Sambil mengurut pelan bagian belakang kepala yang sakit, aku mengambil posisi duduk dan mengedarkan pandanganku ke sekitar. Rupanya aku berada di pelataran gedung oktagon. Gedung ini posisinya tidak jauh dari tangga batu yang kunaiki tadi.
‘Pusing, sakit juga ini di bagian belakang’ jawabku sambil mengurut area yang sakit. Untung tidak sampai benjol atau berdarah.
‘Syukur kalo gitu. Aku kaget lihat kamu tiduran di pinggir jalan tadi’
Dari posisi tempatku terjatuh tadi ke tempat ini cukup jauh. Apalagi harus berjalan menuruni tangga. Melihat fisiknya, aku tidak bisa membayangkan kalau gadis ini sendirian membopongku turun.
‘untung tadi ada beberapa orang kakak tingkat yang lewat. Jadi aku bisa minta tolong. Kamu lagi apa jam segini masih di kampus?’
Oia? Luna!, aku baru ingat.
‘jam berapa sekarang?,’ aku balik bertanya.
‘pukul setengah 11an kayaknya. Eh iya, dari tadi hape kamu bunyi’
Aku segera merogoh saku celanaku dan kutemukan 10 panggilan tak terjawab, juga 6 pesan singkat.
‘aku mau ke lapangan depan. Barang-barangku masih disana. Kamu mau ikut ke depan apa mau istirahat dulu disini?’
2 notes
·
View notes
Text
Cerita Ikut Indonesia International Book Fair 2024
Kali ini aku mau cerita pengalamanku datang ke Indonesia International Book Fair 2024. Acara ini diadakan di JCC Cendarwasih Hall dari tanggal 25-29 September 2024. Aku bisa ikut acara ini karena ada event dari Gramedia Pustaka Utama yaitu Editor’s Clinic. Aku coba mengirimkan outline naskah, dan ternyata naskahku terpilih untuk dibimbing dan diberi saran oleh editor Gramedia Pustaka Utama di hari sabtu tanggal 28 September 2024.
Aku sama temanku berangkat ke Jakarta naik kereta pukul sepuluh malam, dan sampai di Stasiun Pasar Senen sekitar pukul lima pagi. Sampai di Pasar Senen, aku bersih diri lalu cari sarapan di Coto Makassar dekat stasiun. Selesai sarapan, aku dan temanku naik Bluebird. Di dalam taksi, sopir Bluebird malah curhat dan dia bersyukur sekali bisa kerja jadi supir taksi Bluebird karena karyawan sangat diperhatikan oleh perusahaan, bahkan anak-anak karyawan mendapat tunjangan untuk sekolah. Selama perjalanan aku merasa aman karena setiap pergerakan taksi dipantau, bahkan perusahaan bisa tahu kalau sopir melanggar lampu merah, dan sopir akan diberi peringatan bila hal ini sampai terdeteksi oleh perusahaan.
Perjalanan cukup lancar karena tidak ada macet sama sekali. Kami sampai di JCC sekitar pukul tujuh pagi. Berhubung pengunjung diperbolehkan masuk pukul sembilan pagi, maka aku dan temanku jalan-jalan di sekitar JCC. Ada banyak orang yang olahraga di sekitaran JCC; lari pagi, jalan pagi, bersepeda, dan lain sebagainya. Ada banyak event yang diadakan di JCC seperti acara untuk anjing Husky, acara Idea Fest 2024, dan lain sebagainya.
Setelah lama menunggu, aku dan temanku masuk ke Cendrawasih Hall tepat pukul sembilan. Di sini aku juga ketemu dan kenalan sama penulis novel Seoul, Lost In Love; ada juga editor penerbit Gagas Media. Aku masuk ke ruang Editor’s Clinic di meja satu. Di meja ini aku juga kenalan dengan penulis lain yang memiliki karya-karya hebat. Tak lama kemudian, editor Gramedia Pustaka Utama hadir; nama beliau Kak Christie Putri. Kak Christie Putri ini berasal dari Semarang. Aku bilang kalau aku pernah kuliah di Semarang di Undip. Lah, Kak Christie Putri juga bilang kalau di juga kuliah di Undip Jurusan Sastra Inggris. Kami malah ketawa-ketawa, kemanapun pergi bertemu dengan orang-orang yang nge-link dengan background yang hampir sama.
Kak Christie Putri me-review outline naskahku, beliau menyarankan supaya ending naskah diganti. Beliau juga bilang supaya ada bab yang perlu ditambah dan untuk dialog dibuat yang ringkas saja tapi bisa menggambarkan suasana. Dan masih banyak lagi saran dari beliau. Ada banyak ilmu yang didapat saat mengikuti Editor’s Clinic ini. Aku jadi bisa menilai apakah naskah yang kutulis sudah cukup atau belum, dan ternyata naskahku belum cukup.
Aku lihat-lihat booth di Indonesia International Book Fair, ada banyak buku, novel, dan komik bagus tapi aku nggak beli karena kalau aku beli itu menambah beban bawaan. Aku cukup lihat-lihat judulnya saja, dan nanti belinya lewat online saja. Puas keliling, aku ikut acara diskusi novel metro pop. Ada banyak tips dan trik yang dibahas oleh para penulis novel metro pop. Penggemar juga bisa foto bareng dan dapat tanda tangan dari para penulis. Ada juga sesi bagi-bagi hadiah undian motor listrik pagi para pengunjung.
Aku dan temanku pulang setelah acara selesai, aku sama temanku jalan kaki menuju ke Senayan Park. Kami melewati gedung DPR/MPR yang dipagari tinggi sekali, tidak ada celah untuk bisa masuk ke sana. Padahal itu rumah bagi perwakilan rakyat, tapi seakan-akan rakyat tidak boleh masuk. Perjalanan berlanjut hingga sampai Senayan Park. Kami mau makan di Solaria tapi harus antri panjang sekali. Kamipun memutuskan untuk balik ke Stasiun Pasar Senen. Selama perjalanan ke Stasiun Pasar Senen, temanku senang sekali karena dia bisa lihat monas. Di sekitaran Monas ada banyak truk-truk tentara dan mobil-mobil tentara. Aku pikir itu acara untuk persiapan ulang tahun TNI. Semangat para tentara Indonesia!
Sampai di Pasar Senen, aku sama temanku langsung menuju ke Solaria untuk makan nasi goreng. Aku paling suka makan nasi goreng di Solaria karena rasanya enak dan porsinya banyak. Selesai makan, aku dan temanku menunggu sampai kereta datang. Kereta datang tepat pukul setengah tujuh malam, dan berangkat pukul tujuh malam. Sampai di stasiun di kotaku sekitar jam satu malam. Dan aku sampai rumah jam setengah dua malam.
Senang sekali bisa ikut acara Editor’s Clinic yang diadakan Gramedia Pustaka Utama. Aku bisa mendapatkan pengalaman dan ilmu baru dari editor yaitu Kak Christie Putri. Aku juga bisa menambah pengetahuan baru sekaligus bisa mendapati suasana baru di luar kota. Terima kasih Kak Christie Putri dan Gramedia Pustaka Utama yang telah memberikan kesempatan untuk ikut serta di acara Indonesia International Book Fair.
Semoga kita semua sukses selalu. Aamiin.
0 notes
Text
Berpasrah di Tangga Sarinah
Saya duduk di tangga Sarinah bersama beberapa warga Jakarta lainnya dan seorang expat Jepang yang hanya duduk memandang ke depan dengan segelas plastik teh dingin, yang entah kenapa saya iri terhadapnya.
Saya duduk sambil menikmati kue cubit yang saya beli di tengah jalan saat CFD dan segelas hot ginger lemongrass dari salah satu kafe yang harganya 3 kali lipat dari harga kue cubit saya, tapi tak apa, saya butuh pengisi perut yang telah kembung dari pagi hari.
Memandang ke arah langit terbuka dengan beberapa gedung tinggi di antaranya seperti memberikan perasaan lega, mengingat dua minggu ke belakang kota ini diriuhkan oleh masalah putusan MK, DPR, dan ingar-bingar pilkada. Saya bisa paham kenapa masyarakat marah, dan memang seharusnya. Walau saya hanya bisa menyaksikan mereka turun ke jalanan dari balik layar. Tapi hati saya juga ikut geram, mungkin itu tanda selemah-lemahnya iman.
Dalam hati ada kepasrahan, saya tidak mengerti tentang banyak keadaan. Dan dalam tahun-tahun yang telah terjadi seharusnya kita semua mengerti, politikus bukan Nabi dan jangan pernah menempatkannya begitu. Saya ingat dengan ucapan Zen RS dalam sesi SPACE di X pada malam sebelum demonstrasi terjadi. Bahwa aksi yang akan dilakukan adalah untuk dari dan untuk diri sendiri, bukan siapapun.
—
Di seberang jalan motor berlalu dengan knalpot bising berlalu lalang, menyebalkan memang, tapi mungkin beberapa orang butuh pelampiasan stres di hari Minggu pagi, dan mungkin itu yang menjadi salah satu denyut nadi kota ini. Sementara itu orkes ondel-ondel jalanan mencoba menerobos batas Sarinah yang tidak berpagar, memohon apresiasi dari kami yang menonton dari tangga terhadap atraksi yang mereka tawarkan walau mereka bukan pengisi acara dan tampil tanpa diminta, sementara petugas keamanan turun tangan tak lama menertibkan situasi. Entah kenapa saya merasa seperti melihat miniatur negeri ini.
Saya tidak tahu lagi perasaan saya untuk Jakarta, terlalu muak untuk bilang cinta namun juga terlalu sayang untuk mengatakan benci. Yang pasti saya seperti terjebak di dalamnya, menemui berbagai fakta dan realita yang kadang membuat saya mengernyitkan dahi. Saya berada di antara rasa marah dan tidak peduli. Saya tidak ingin ambil pusing terhadap masa depan yang terjadi. Saya hanya ingin menghirup lebih banyak udara. Entahlah, mungkin saya hanya ingin bernafas dengan lega.
0 notes
Text
#Repost @ngomonginuang
Tetap Kawal Demokrasi! Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad memastikan pengesahan revisi UU Pilkada dibatalkan.
Dasco menyebut putusan Mahkamah Konstitusi (MK) lah yang berlaku untuk pendaftaran Pilkada pada 27 Agustus 2024 mendatang.
“Dengan tidak jadinya disahkan revisi UU Pilkada pada tanggal 22 Agustus hari ini, maka yang berlaku pada saat pendaftaran pada tanggal 27 Agustus adalah hasil keputusan JR MK yang diajukan Partai Buruh dan Partai Gelora. Sudah selesai dong,” ujar Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad kepada Kompas, Kamis (22/8)
Dasco menegaskan rapat paripurna hanya bisa diselenggarakan pada hari Kamis dan Selasa. Sehingga, kata dia, mustahil DPR mengesahkan RUU Pilkada pada Selasa depan atau pada hari pendaftaran Pilkada.
Ia juga memastikan tidak ada lagi rapat paripurna pada malam ini, seperti kecurigaan-kecurigaan yang ada.
Sebelumnya, Sidang Paripurna DPR rencananya akan mengesahkan revisi UU Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala Daerah atau UU Pilkada, di gedung DPR, Senayan, Kamis pagi (22/8).
Namun, hal itu batal terlaksana karena jumlah anggota DPR yang hadir tidak memenuhi kuorum rapat.
Sejumlah elemen masyarakat sipil, mulai dari buruh, mahasiswa, hingga aktivis menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI, Jakarta, hari ini, Kamis (22/8).
Aksi ini merupakan reaksi penolakan dari publik lantaran Baleg DPR sepakat membawa RUU Pilkada ke Paripurna hari ini.
Pembahasan RUU Pilkada dilakukan dalam waktu kurang dari tujuh jam. Revisi UU Pilkada juga dilakukan sehari usai MK mengubah syarat pencalonan pilkada melalui putusan nomor 60/PUU-XXII/2024. Namun, DPR tak mengakomodasi keseluruhan putusan itu.
1 note
·
View note
Text
DPR batal sahkan revisi UU Pilkada, putusan MK soal pencalonan kepala daerah 'dibegal'
Pengunjuk rasa dari Forum Guru Besar, akademisi, masyarakat sipil, dan aktivis 98 membentangkan spanduk saat berunjuk rasa mengawal putusan Mahkamah Konstitusi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis (22/8/2024). Mereka menolak revisi UU Pilkada oleh DPR yang akan menganulir keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60 dan Nomor 70 Tahun 2024 tentang ambang batas pencalonan di Pilkada Serentak 2024.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membatalkan pengesahan RUU Pilkada setelah rapat paripurna DPR untuk pengesahan revisi undang-undang tersebut ditunda pada Kamis (22/08) karena jumlah anggota legislatif yang hadir tidak memenuhi batas minimum atau kuorum.
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad memastikan pengesahan RUU Pilkada batal dilaksanakan dan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal pilkada akan berlaku. Dia memastikan pada saat pendaftaran calon kepala daerah untuk pilkada pada 27 Agustus 2024 bakal menerapkan putusan dari MK.
"Artinya, pada hari ini revisi undang-undang Pilkada batal dilaksanakan," ujar Sufmi Dasco dalam konferensi pers pada Kamis (22/08) petang.
Seusai dengan mekanisme yang berlaku, lanjutnya, apabila ada paripurna lagi harus melalui tahapan-tahapan yang diatur sesuai dengan tata tertib di DPR.
"Karena kita patuh dan taat dan tunduk pada aturan yang berlaku, bahwa pada saat pendaftaran nanti karena RUU Pilkada belum disahkan menjadi undang-undang, maka yang berlaku adalah hasil putusan Mahkamah Konstitusi judicial review yang diajukan oleh Partai Buruh dan Partai Gelora," jelas Sufmi kemudian.
Pada Kamis (22/08) pagi, rapat paripurna DPR dibuka sekitar pukul 09.30 WIB. Namun setelah 30 menit, batas minimum kehadiran anggota tidak terpenuhi. Tiga Wakil Ketua DPR yang memimpin rapat itu, Sufmi Dasco Ahmad, Lodewijk Paulus, dan Rachmat Gobel lantas menunda sidang hingga 30 menit.
Namun saat rapat dibuka kembali pada 10.00 WIB, rapat itu juga tidak memenuhi kuorum.
Kepada pers, Dasco menyebut tidak bisa menentukan sampai kapan rapat paripurna tersebut akan ditunda.
”Kami akan lihat mekanisme yang berlaku, apakah nanti mau diadakan rapat pimpinan dan Bamus. Itu ada aturannya,” kata Dasco.
“Saya belum bisa jawab, kami akan lihat lagi dalam beberapa saat ini,” tuturnya.
Pada Rabu (21/08), atau hanya berselang satu hari, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dianggap sebagai “angin segar” bagi demokrasi “dibegal” melalui persetujuan revisi Undang-Undang Pilkada yang berlangsung kilat di Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kata pengamat pemilu.
Delapan dari sembilan fraksi di DPR sepakat untuk hanya menerapkan sebagian putusan Mahkamah Konstitusi terkait syarat pencalonan kepala daerah pada rancangan perubahan UU Pilkada.
Keputusan yang diambil dalam rapat kerja di Badan Legislasi megabet99 itu dianggap sebagai sebuah “pembangkangan” yang akan menghasilkan proses “demokrasi palsu” dalam pilkada 2024.
RUU Pilkada yang telah selesai dibahas oleh DPR dan pemerintah rencananya akan disahkan dalam Rapat Paripurna DPR, Kamis (22/08).
“Langkah-langkah DPR yang ingin mengubah apa yang menjadi isi putusan MK tentu saja bertentangan dengan konstitusi dan bisa disebut sebagai pembegalan atau pembangkangan terhadap konstitusi,” kata dosen pemilu Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Titi Anggraini.
Kalau revisi UU itu disahkan, maka peta pencalonan Pilkada akan kembali dikondisikan sesuai kepentingan para elite yang bersatu di dalam koalisi gemuk, kata pengamat politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor.
Partai-partai di parlemen yang dikucilkan dari koalisi seperti PDI-Perjuangan terancam tak bisa mengusung calon mereka sendiri. Ini setidaknya terjadi di DKI Jakarta.
Sebaliknya, revisi UU Pilkada soal batas usia akan membuka kembali peluang bagi putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep untuk mencalonkan diri.
1 note
·
View note
Text
Hari ini gw ke gedung nusantara nemenin nyokap karena diminta. Selain nyerahin berkas yang diperluin buat beberapa urusan, beliau juga pengen cek kesehatan karena gw bawel banget dari ntah kapan. Everything started out good that day. Cuaca enak, gabegitu macet, berangkat naik TJ pun engga lama2 amat nunggu. Some outstandingly cute lady even flirt with me just because I told her that her bag is open, and than gave her my seat, plus a smile.
Sampai di gedung nusantara, setelah menaruh berkas, kita berjalan ke arah klinik kesehatan under dpr yang kebetulan melewat ruang rapat. Di sana gw mendengarkan sejenak ketuk palu keputusan untuk menaikkan masa kerja apdesi ke 8 tahun, dan juga ketuk palu tentang pengesahan RUU DKJ menjadi UU DKJ. Everything still moving on nicely, I'm all smile.
Sampai di klinik, gw maksa nyokap untuk cek darah karena beliau niatnya hanya ke physiotherapy untuk perihal bahunya yang sakit sampai sekarang. Setelah sekian waktu berjalan menunggu hasil lab, diselingi gw nyelip ke gedung rapat buat nonton, akhirnya hasilnya keluar.
Dokter di sana mengecek hasil lab nyokal, dan ternyata hasilnya baik. Terlalu baik malah untuk seumuran beliau, paling masalahnya cuma di liver beliau yang rada kacau karena nabrakin obat generik, dan tradisional macam jamu2an.
Gw girang! My Mom is as healthy as she can be!
Tapi deep down, gw selalu percaya kalau when I went on perfect day, or week, there's must be something behind the leaf. Dan feeling gw masih agak engga sreg dengan omongan dokter tadi. Gw minta dokternya untuk fokus cek perihal liver, dan kemudian move ke gula. Penuh tawa dokternya mulai mengecek dengan teliti, ekspresinya perlahan berubah.
"Ibu gula di badannya tinggi sekali, padahal Ibu sedang puasa pun gulanya luar biasa tinggi. Sebentar saya minta orang lab cek lebih teliti perihal gula"
*DHEG*
Jantung gw sakit.
Setelah sekian waktu berlalu, hasil lab selanjutnya keluar, kita pun kembali ke dokter.
"Bu, Ibu positif mengidap diabetes ya. Gula di badan Ibu sangat tinggi. Ibu harus benar2 mengurangi gula, dan minum obat diabetes seumur hidup"
Nyokap diem. Gw diem. Dokter diem. Insting pertama gw adalah ngusap punggung beliau perlahan, dan mulai berbicara ke dokter mengenai detail sekarang, dan kedepannya. Gw tau dari gelagat Ibu yang sudah bersama gw puluhan tahun, beliau panik. Gw tetap tenang, dan mengurus semuanya. Dari cek lab lanjutan hari senin, appointment bulan depan ke dokter itu, membaca hasil lab dengan seksama menggunakan kemampuan gw membaca history medical yang minim, dan mengurus obat2an yang banyak sekali macamnya.
Ucapan yang keluar dari mulut gw ke nyokap sesimpel, "cie penyakitan haha". "Kamu tuh ya malah ngebecandain. Ibu dulu cek padahal aman loh Yo, kok bisa diabetes ya...", ucap beliau. Gw diam sejenak, mengusap punggung nyokap kembali, dan berucap, "gapapa, tapi Ibu gaboleh makan manis banyak2 lagi. Kasian gaboleh banyak nyemil gitu2 haha".
Nyokap cuma tersenyum ngeliat respon gw, dan kemudian kita beranjak pulang.
Things that she doesn't know is that, I'm trying my hardest not to cry the moment that doctor told us about the severe diabetic problem my Mom have. Insting gw cuma maksa gw buat suck it up, at least in front of her, and tryin to make her feel that its not really a big deal, and everything's gonna be okay.
IT IS A FUCKING BIG DEAL, MASSIVE, HUGE
Mungkin banyak orang berfikir, "ah gula/diabetes doang, engga parah2 amat", and maybe its true.
Tapi alesan gw panik, dan hampir teriak adalah karena Bokap itu selain jantungnya rusak ¾ sampai akhirnya dibypass, beliau juga komplikasi. Dan salah satu trigger terkuatnya selain darah tinggi, hidup engga sehat, adalah penyakit gula, atau diabetes.
Gw ngeliat Bokap macam tengkorak di tahun 2021, tahun di mana everything crumble down for me that I got severe panic attack, depression, and all, the year where my massive character development arc occurs.
Gw hampir kehilangan Bokap saat itu. Sosok pria tua yang sangat gw benci that if someone gonna stab him to death, it must be me. Tapi ngeliat sosok Bokap yang sudah seperti tengkorak saat akhirnya gw memutuskan datang ke rumah beliau dan ibu tiri, gw membulatkan keputusan untuk membuang semua yang gw jalani, berdamai dengan keluarga itu, dan mulai dari 0 lagi.
Vonis diabetes Nyokap tadi brings back tons of haunting memories that I can't never forget. Dan gw lebih baik loncat dari atas gedung lantai 20 daripada ngeliat nyokap in a similar state with him. I can't. I'm not ready. I'll never be ready. I love her to death.
What I can do now is simple. After this Ramadhan, I'm gonna throw away all doubts, fears, and harsh memories from 2021, and focus solely on one thing. Being successful enough that my Mom could live the best life she could imagine.
God, I rarely pray to you for personal gain. My wish is simply, please, let money be a simple thing to gain for me. Help me go into a position where I won't even do a damn thing, yet the money kept on pouring in, legally. Please say amen to my mantra, "Getting money will be super easy for me. I won't even worry about money since it'll come for me. I'll be getting money easily. Money will come itself to me".
Solely, so my Mom can have all the happiness, luxury, and better life she deserved. That's it.
I know you answered my prayer before when I wish for me to be a much better person, that you showed it by giving me one of the harshest character development arc that year. So now, I'm gonna be much much much more specific. Please grant my Mantra to be real.
"Getting money will be super easy for me. I won't even worry about money since it'll come for me. I'll be getting money easily. Money will come itself to me".
Amen.
Don't you worry, Mom. I'm gonna take care of you, like what you did to me as a single Mom, who always push forward when life being shit to you.
But this time, we won't go over that path anymore. I'm gonna be so rich that you'll confused on what else you wanna do, or buy, or enjoy. Trust me, I won't let you down.
0 notes
Text
Buka DAJAFEST 2023, Bupati Sanjaya Dorong Kreasi Inovatif Agar Terus Dikembangkan
BALIPORTALNEWS.COM, TABANAN - Selain dikenal sebagai lumbung pangannya Bali, Kabupaten Tabanan juga dikenal memiliki potensi lokal dan kebudayaan beragam yang mampu menjadi daya tarik. Upaya pelestarian tradisi, seni adat dan budaya oleh Desa Dajan Peken melalui event Dajan Peken Festival, mendapat apresiasi tinggi dari Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, SE., MM., apalagi turut berkontribusi dalam memeriahkan serangkaian perayaan HUT ke-530 Kota Tabanan. Penghargaan tersebut ditunjukannya secara langsung, Jumat (10/11/2023), saat menghadiri Opening Ceremonial Dajan Peken Festival sekaligus Membuka Acara DAJAFEST Tahun 2023 secara Resmi di Gedung Kesenian I Ketut Maria, Tabanan. Visi misi besar Pemkab Tabanan menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul dan Madani diharapkan dapat terwujud melalui Festival Dajan Peken yang digelar malam ini. "Selaku Kepala Daerah, selaku Bupati yang kebetulan lahir di Kota Tabanan ini, jadi saya memberikan apresiasi kepada warga Dajan Peken yang telah membuat festival ini. Perlu saya sampaikan, bahwa ide penyelenggaraan festival, baik Festival Dajan Peken, Dauh Peken maupun Delod Peken adalah sebagai bentuk kontribusi aktif keterlibatan tiga Desa yang ada di Kota Tabanan dalam mengembangkan tradisi, seni maupun budaya lokal yang ada," ujar Sanjaya dalam sambutannya saat itu. Turut hadir dalam festival malam itu, Ida Tjokorda Anglurah Tabanan, salah satu Anggota DPR RI Dapil Bali dan anggota DPRD Bali, dan salah satu anggota DPRD Tabanan, Kepala OPD terkait di lingkungan Pemkab Tabanan, Camat dan unsur Forkopimcam Tabanan, Perbekel, Bendesa Adat, Panitia Festival, tokoh masyarakat dan para Yowana se-Desa Dajan Peken yang sangat aktif berkontribusi dalam pelestarian tradisi, seni dan budaya yang ada, serta hadir undangan terkait lainnya. Menariknya lagi dalam event ini dirangkaikan dengan Penyerahan Piagam Penghargaan Partisipasi 9 Banjar Adat dan PAUD/TK binaan Pemerintah Desa Dajan Peken oleh Perbekel Desa Dajan Peken. Penyerahan Plakat dan Piagam Pramana Patra Nugraha kepada 1 orang seniman, An. I Wayan Sujana asal Desa Dajan Peken oleh Bupati Tabanan. Penyerahan Cinderamata Berupa Prangko Prisma (Prangko Identitas Milik Anda) oleh PT. Pos Indonesia kepada Bupati Tabanan. Tidak hanya itu, berbagai kreasi inovatif tradisi, seni dan budaya ditampilkan, seperti senam lansia dari 50 Orang Lansia di Desa Dajan Peken, Peed Aya, Gong Kebyar PKK Mebarung total 6 Sekaa, Gender Massal serta Beleganjur antar Sekaa Teruna se-Desa Dajan Peken. Bahkan, kegiatan ini melibatkan pelaku UMKM lokal terutama yang bergerak di bidang kuliner yang tampak menjajakan hidangannya di stan-stan yang telah disediakan oleh panitia di area luar Gedung Kesenian I Ketut Maria. Pagelaran ini bahkan mampu menarik animo ribuan masyarakat yang sangat antusias pada malam itu menyaksikan pementasan seni budaya Festival Dajan Peken. Pun menurut Bupati Sanjaya, event atau kegiatan serupa sangat penting dilaksanakan guna mempertegas predikat kebudayaan yang dimiliki di Kabupaten Tabanan, dimana masyarakat dengan sadar turut berkontribusi melestarikan tradisi, adat, dan budaya yang tentunya sangat sesuai dengan visi misi besar Pemerintah Kabupaten Tabanan. "Dajan Peken khususnya, bukan hanya turut membuat festival tetapi juga turut memeriahkan lahirnya Ibu Kota Tabanan yaitu Jayaning Singasana. Jadi salah satu tujuannya adalah ini serta untuk meningkatkan silaturahmi masyarakat, baik pemuda, ibu-ibu, tokoh masyarakat, juga para pedagang, sehingga adanya interaksi guna meningkatkan ekonomi kerakyatan yang terbukti hadir dalam festival ini," imbuh Sanjaya. Perbekel Desa Dajan Peken, I Nyoman Sukanada dalam sambutan pembukanya menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak terkait yang turut berkontribusi dalam festival ini. Begitu juga terimakasih dan apresiasi disampaikannya kepada Bupati Tabanan dan jajaran atas apresiasi dan dukungannya atas terselenggaranya festival kali ini, dimana sangat disambut baik oleh masyarakat terutama bagi para pemuda dalam menunjukan kreasi seninya dalam festival kali ini.(bpn) Read the full article
0 notes
Text
Kamu dan Motor Mati.
23 sept 23 07:19
Jam 03:50 motor tetiba mati di tengah jalan., pada kecepatan 80km/jam. Tepat di depan gedung DPR, seketika itu juga aku panik, dan otomatis aku langsung menghubungi mu. Ya kamu, lagi² cuma kamu yang ada di otakku, di saat terburuk dalam hidupku, otakku memikirkan bagaimana cara menghubungimu. Dan hingga sekarang aku berada di titik ini, setelah kita kembali bersama. Hadirmu membuatku takut, aku merasakan hal² yang tak pernah ku rasakan sebelumnya, aku merasa di lindungi, aku merasa di perhatikan, aku merasa di sayangi, aku merasa di cintai, aku merasakan perasaan² baru yang entah bagaimana cara ku menafsirkannya.
Apakah aku pantas mendapatkan semua perlakuan ini dari lelaki sebaik kamu?
Di saat aku terbiasa memperjuangkan, kehadiranmu yang jauh berbeda membuatku merasa takut, malu, dan ovt. Bagaimana tidak, aku tidak pernah di perlakukan sebaik ini oleh laki² dan perlakuan ini jelas membuatku takut, takut akan kemungkinan² yang memang sebenarnya belum tentu terjadi. Malu, malu akan apa yang ku lalui, kau harus menyaksikan sisi lemah dari diriku, dan jelas kelemahanku lagi²membuatku takut dengan kemungkinan² yang memang belum tentu terjadi. Ovt, dengan semua kemungkinan² yang lagi² belum tentu terjadi. Memang serandom itu, dan semenakutkan itu apa yang ku fikirkan. Hingga aku tak kuasa menahan tangisku, aku sudah berusaha untuk menahan semuanya. Sekuat tenagaku, sungguh aku tak ingin terlihat selemah ini. Sebenarnya ini bukan saja membuatku takut, tapi juga membuatku jengkel. Sungguh!!
0 notes
Text
Mas Anies, Sang Ayatullah Perubahan
Bulan Agustus bagi bangsa Indonesia identik dengan bulan perjuangan dan pembebasan. Setidaknya hari ini ada dua peristiwa besar yang saling terkait di Indonesia, satu terjadi di Jakarta dan satu lagi di Surabaya. Yang terjadi di Jakarta saat ini didepan gedung DPR / MPR RI terjadi aksi tuntutan oleh sejuta kaum buruh dengan isu mendasar cabut Omnibus Law, undang – undang haram cipta kerja. Undang…
View On WordPress
#Anies#Anies Baswedan#Anies Rasyid Baswedan#Calon Presiden#capres#pemilihan presiden#Pilpres#relawan
0 notes
Text
Law Firm Togar Situmorang new
Kebahagiaan tengah menyelimuti Advokat Togar Situmorang, tepat pada tanggal 18 Agustus 2021, Advokat Kondang Togar Situmorang genap merayakan hari ulang tahun yang ke 55.
Togar Situmorang yang dikenal sebagai orang tangguh dalam menjalani hidup dan tidak mengenal putus asa berhasil membuat bangga orang tuanya dengan menjadikan dirinya sebagai Advokat papan atas yang bisa bersaing di tingkat Nasional.
17 Agustus 2021 adalah Hari KEMERDEKAAN INDONESIA yang ke 76 dan tanggal 18 Agustus 2021 adalah Hari KELAHIRAN Togar Situmorang. Itu merupakan hari yang sangat baik dan bersejarah. Karena seperti yang disampaikan Bung Karno, Bapak Proklamator INDONESIA, bahwa kemerdekaan adalah JEMBATAN EMAS membangun Indonesia. Dan Tanggal 18 Agustus sehari setelah 17 Agustus adalah awal untuk meniti JEMBATAN EMAS tersebut.
Makna simbolik kelahiran dari Togar Situmorang di Tanggal 18 Agustus adalah MOMENTUM mengawali INDONESIA bangkit dari Keterpurukan Ekonomi, Sosial, Budaya Akibat COVID-19
Saya pribadi merasa sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena bisa merayakan hari ulang tahun saya yang ke 55 ini. Banyak cobaan yang diterima oleh saya tahun ini, salah satunya yaitu pernah terkena virus corona yang sangat berbahaya dan mematikan. Namun Puji Tuhan, saya bisa selamat dan bisa pulih kembali serta bisa kembali dengan keluarga dan orang-orang tercinta,” ungkap Togar Situmorang
Tentunya hal ini membuat saya mengerti kehidupan dan terbenak di hati saya bahwa nyawa itu hanya titipan oleh Tuhan yang bisa diambil oleh-Nya kapan saja beliau mau. Oleh sebab, mari kita tetap ingat untuk selalu berbuat baik juga merendah menjadi pribadi sederhana serta bisa membantu masyarakat yang sedang membutuhkan tanpa kita harus pamer harta atau pamer wanita dimuka umum,”imbuhnya
Akibat dari dedikasi tinggi yang dimiliki seorang Togar Situmorang tidaklah heran banjir ucapan yang diterima dari keluarga besar, rekan advokat, Ormas, klien, ketua partai, kolega maupun dari rekan-rekan di instansi Kepolisian Kejaksaan Pengadilan TNI maupun aparat hukum lain termasuk anggota DPR RI di hari ulang tahunnya ke 55 tahun ini.
Atas dedikasi dan kepeduliannya terhadap masyarakat yang kurang mampu, banyak sekali orang yang sayang kepada beliau. Seperti pada hari ini tanggal 18 Agustus 2021, dalam perayaan hari ulang tahun Togar Situmorang yang ke 55, bertempat di Kantor Hukum Togar Situmorang di Jalan Gatot Subroto No.22 Denpasar dihadiri langsung oleh Raja Puri Pemecutan dan Raja Puri Grenceng. Suasana begitu hangat dalam kebahagiaan untuk merayakan hari ulang tahun dari Togar Situmorang.
Advokat Togar Situmorang yang sering menyabet berbagai penghargaan itu tidak henti-hentinya mengucapkan syukur pada Tuhan Yesus atau Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat beliau saya bisa seperti ini keadaannya dan berharap semoga Tuhan selalu pakai dirinya untuk tegak Salib dimuka bumi dengan cara melayanin masyarakat yang butuh bantuan hukum dengan Kasih.
Saya pribadi sangat bersyukur "Puji Tuhan" sampai detik ini masih dikasi kesempatan untuk menatap dunia, menjalani aktivitas sebagai advokat dan masih bisa bersama dengan orang-orang yang saya cintai.
Togar Situmorang memang dikenal sebagai Advokat senior yang dikenal tegas serta tidak pandang bulu dalam hal menangani perkara Hukum. Tapi dibalik itu semua, sosok Togar adalah orang yang bisa berfikir simpel dalam melihat berbagai persoalan sehingga dibeberapa perkara hukum kemenangan demi kemenangan telah diraihnya.
Kelihaian dan kecermatan beliau dalam menganalisis suatu permasalahan atau kasus hukum memang tidak perlu diragukan lagi. Ini dibuktikan dengan banyaknya kasus yang ditangani dan berhasil membuat klien menang.
Advokat Togar Situmorang yang sering disapa "Panglima Hukum" tersebut yang memiliki motto "Melayani Bukan Dilayani" itu memang pantas di canangkan pada dirinya, sebab beliau banyak sekali memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang lagi membutuhkan.
HUT RI ke 76 dan HUT ke 55 diri saya berharap agar kedepan Hukum menjadi Panglima di Wilayah Bali Khusus dan Di Wilayah Republik Indonesia Umumnya sehingga penegakan hukum tidak tumpul keatas dan tajam kebawah serta Hukum bukan merupakan alat untuk menjerat masyarakat hanya karena rekayasa atau kepentingan segelintir orang sehingga Pengacara Kepolisian Jaksa Hakim bisa bekerja profesional dan bukan menjadi bagian dari Mafia Hukum atau jadi Makelar Hukum sehingga Proses Hukum itu sendiri tidak dihormati dan Budaya Malu terima suap atau kriminalisasi hukum tidak akan terjadi.
Harapan saya untuk Kesehatan berharap, semoga Tanggal 18 Agustus 2021 Mengawali PUNAHNYA COVID-19 di INDONESIA dan Ekonomi bisa kembali Stabil, Sehingga Kita (Bangsa Ini) Bisa Mengisi Kemerdekaan Dengan Berbagai Pembangunan Nasional Sesuai Dengan Pidato Bung Karno : KEMERDEKAAN Adalah JEMBATAN EMAS Menuju Indonesia Makmur, Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kertha Raharja, Indonesia Yang Teguh dan Kokoh Persatuan dan Kesatuannya
Puji Tuhan Yesus Kristus Atas Kasih dan BerkahNYA di Hari Ulang Tahun saya Togar Situmorang telah masuk usia 55 Tahun, di 18 Agustus 2021, Hari Istimewa dan Hari Kebahagiaan Bersama Keluarga Terkasih. Dan saya bersyukur kita masih bisa saling memiliki. MERDEKA MERDEKA MERDEKA, INDONESIA TANGGUH INDONESIA TUMBUH,” tutup CEO & Founder Law Firm “TOGAR SITUMORANG“ berkantor di Jl. Gatot Subroto Timur No.22, Denpasar Timur dan Jl. Kemang Selatan Raya No.99, Gedung Piccadilly,Jakarta serta Jl. Terusan Jakarta No. 181, Ruko Harmoni, Kav 18, Antipani, Kota Bandung dan Jl. Pengalengan Raya No.355, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan Jl. Prof. IB Mantra Gg Melati banjar Gumecik, Ketewel
1 note
·
View note
Text
Atas request pribadi, pada kuy aja diajakin jalan keliling kota, abisnya bosen hidup di Jakarta bagian Timur, gelap banget suasananya wkwkwk, pengen liat gedung2 tinggi, ya kan di kota rantau liatnya sawah mulu.
Baru lihat perubahan kota yg ternyata udah beda banget. Lihat halte busway, MRT, kiblatnya desain kota Singapura, diatas ada jalan LRT membentang. Lihat tembok depan gedung DPR yg kembali kokoh. Baru kemarin kayaknya yaaa:'), sekarang gimana? Harus Ditambel lagi keyeknya, dibersihin lagi ya kotanya
#lekaspulih
"semua orang pnya opininya masing-masing dan juga kepentingannya masing-masing:)"
4 notes
·
View notes
Text
UU CILAKA bikin CELAKA?
tentu kita sudah tidak asing dengan UU ini, dari media massa, elektronik, hingga media sosial dipenuhi dengan perbincangan, perdebatan, pro kontra dari UU ini. kemudian, UU ini semakin familiar di masyarakat ketika dalam 2 tahun terakhir ini para buruh, mahasiswa, turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan atas disahkannya UU ini.
lalu, kemudian yang menjadi pertanyaan apa yang dimaksud dengan UU ini? kenapa banyak penolakan? siapa yang paling diuntungkan?
UU Cilaka ini adalah rangkaian pembahasan yang masuk dalam Program Legislasi Nasional tahun 2019 di DPR. tentu kita sudah tahu, bahwa gak hanya UU ini saja yang dibahas melainkan ada RUU yang lainnya yang siap disahkan seperti RUU Kefarmasian, RUU Fasilitas perpajakan, RUU penguatan perekonomian, dan RUU ibukota negara.
Namun, diantara semua UU yang dibahas. kenapa hanya UU CILAKA saja yang mendapat banyak penolakan dan yang paling dikritik oleh lapisan masyarakat termasuk buruh? sebelumnya UU ini dirancang bertujuan memudahkan para investor mau berinvestasi di indonesia, terutama menyejahterakan buruh. tapi pada kenyataanya, pada draft UU CILAKA ini terdapat beberapa pasal yang sangat merugikan para buruh, diantaranya : tentang pengaturan upah pekerja yang dihitung secara perjam, menurut buruh dengan sistem tersebut upah mereka akan dibawah minimum, kemudian dalam draft tersebut disebutkan penghapusan cuti lahiran, kawinan, keguguran, bagi buruh wanita, lalu ada tidak ada cuti sabtu minggu yang biasa dilakukan, kemudian menggunakan sistem outsourching atau kontrak seumur hidup, buruh bisa di PHK kapan pun dengan sepihak oleh perusahaan. tentu masih banyak lagi pasal pasal yang disorot.
Dari draft UU CILAKA ini sudah jelas bahwa, memang sangat tidak adil bagi para buruh. bagi saya, UU CILAKA ini kurang cocok dipakai dengan sistem ekonomi yang ada di Indonesia. catatan, UU ini juga dipakai berbagai di negara eropa dan berhasil menaikkan level ekonomi mereka. namun, dengan kondisi indonesia saat ini yang masih berkembang, UU ini masih belum cocok dengan iklim ekonomi indonesia. UU ini butuh perbaikan di semua lapisan.
lalu kemudian dalam pasal lain disebutkan bahwa perizinan investor dimudahkan, tidak ada kewajiban berbahasa indonesia, dan tidak ada regulasi perizinan AMDAL yang sangat mengancam lingkungan. investor bisa bebas membakar hutan untuk membuka lahan perusahaan dan merampas tanah tanah rakyat untuk lahan bisnis. tentu ini tidak cocok dengan iklim ekonomi indonesia, mengingat indonesia adalah paru paru dunia dengan hutan hujannya yang lebat di Kalimantan, sumatra dan Papua. kemudian masih banyak tanah tanah adat yang masih dijaga oleh masyarakat setempat atau suku yang sudah menjaga beratus ratus tahun. tentu tidak lah cocok.
saya kemudian teringat bagaimana kejamnya di awal awal masa penjajahan belanda dengan sistem tanam paksa. awalnya mereka berkedok sebagai investor dibawah naungan VOC bertujuan memakmurkan tanah Nusantara. kemudian lama kelamaan, rakyat dijadikan buruh tanpa upah, bekerja sampai mati, dan tidak mendapat apa apa. tentu kita tidak mau kembali dengan sistem seperti itu di masa yang sudah modern saat ini.
mohon kepada para penghuni senayan, anda tidak mempunyai alasan untuk berbuat jahat kepada rakyat. jangan menumpuk kebencian kami dengan regulasi regulasi merugikan yang anda buat. cabut kembali, atau rakyat kembali ke gedung yang seharusnya milik rakyat.
4 notes
·
View notes
Text
Like it Here
23/10/20
“Hendra.”
“Halo? Ya, kak?”
“Lo di rumah gak?”
“Enggak, kak. Lagi di kosan. Kenapa?”
“Gue ke sana ya.”
“Semalem ini? Dari kampus?”
“Ga bisa ya?”
“Lo bukannya dijemput ama Kak Jul-“
“Julian ga jadi bisa jemput gue.”
Hening. Gak tau berapa lama, tapi cukup buat bisa denger detak jantung gue sendiri.
“Boleh nunggu gak 30 menit? Gue jemput ke sana sekarang.”
“Ya lo bolak-balik dong… Dari Kemanggisan ke Pejaten lumayan, Hen.”
“Gapapa, habis dari kampus kita ke mana kek. Tunggu ya, jangan gerak. Gue ganti baju sekarang. See you.”
*pip*
Gue cengok, ngeliatin layar hp gue dengan heran. Gue mesti ngapain nunggu setengah jam? Kampus udah gelap gini… Masih ada Esther dan Judi sih di lab. Mereka nginep, ngerjain tugas.
Gue menghela nafas pasrah. Daripada gue buang duit mesen Gojek, mending gue nungguin Hentong sambil lanjut nugas di lab bareng yang lain. Hitung-hitung ada company juga kan.
Gue balik masuk ke dalam kampus, ditanyain Joko di tengah jalan kenapa gue ga jadi pulang. Gue ketawain aja, gue bilang anginnya terlalu kencang di luar jadi gue gak bisa keluar dari lobi.
“Ga jelas lu, Chi.”
“Sejak kapan wa jelas. Lop yu, Jok.”
Joko tuh emang gitu, staff kampus gue yang paling ngehe. Se-aneh-anehnya Joko, tetep aja orang-orang seneng sama dia. Gak dosen, gak mahasiswa, masih bisa ngehargain dia. Apa yang dibutuhin sama staff yang lain dia selalu bisa kerjain. Lop yu, Jok.
Dari luar suara speaker lab kedengeran keras. Kayaknya itu berdua stress lagi deh… Gue buka pintu lab dan menemukan dua teman gue sibuk di komputer mereka masing-masing. Gue ngeliat proyeksi di dinding depan kelas, terpampang jelas MVnya K/DA – POPSTAR lagi dimainkan. Secara spesifik, lagi adegan si Ahri duduk di atas mesin cuci.
“Lah, chingu kok balik lagi?” Esther nyaut. Agak keras karena ngelawan speaker kelas.
“Bukannya lu dah pulang tadi?” Judi juga nyaut, matanya aja yang keliatan dari sudut pandang gue gara-gara ketutupan monitor.
“Cowok gue ga jadi jemput tadi. Jadi gue nungguin temen gue yang jemput otw ke sini.” gue jelasin singkat sambil jalan balik ke komputer gue.
Entah Esther nyadar ada yang off dari nada bicara gue atau enggak, tapi dia langsung jawab dengan nada simpatik gitu.
“Yaudah, Chi. Lu lanjut texturing aja sambil nge-POPSTAR di sini. Sambil nunggu temen lu, maksud gua.”
“Udah berapa kali kalian loop ini sih anjir hahaha.”
“Ga tau anjir dah ga keitung. Berapa Jud kira-kira?”
“I don’t fucking know and I don’t fucking care yang penting POPSTAR tetep bikin gue waras ngerjain ini sampe pagi.”
“Ntap.” Jujur, lumayan kehabisan kata-kata untuk ngerespon. Struggle menuju deadline dalam 2 minggu memang gak main-main.
Gue taruh tote bag gue di bawah meja dan mulai ngebuka save file kerjaan terakhir tadi siang. Lumayan selama 30 menit, sepertinya gue bisa kelar bikin detil tekstur kulit naga gue. Itu pun kalau gak ke-distract sama youtube…
Gue narik kedua tangan gue ke atas, stretching my thin bones out yang udah kaku di atas kursi biru ini entah berapa lama. Gue menghela nafas berat, mata gue tertuju ke arah jam di pojok kanan bawah desktop.
09:35.
Gak berasa udah setengah jam aja.
“Hentong dah di mana ya…” ucap gue halus, lebih bertanya-tanya ke diri sendiri.
Pas banget setelah gue mempertanyakan itu, layar HP gue nyala. Ada tanda masuk call WA dari dia.
Anehnya, gue lebih excited dari yang gue kira.
“Halo?”
“Gue dah di parkiran, kak.”
“Oh, oke! Tunggu bentar yaa.”
“Siiip.”
Setelah gue end call, gue langsung simpan progress gue dan nge-copy filenya ke dalam HD. Komputer gue matiin, botol minum dan hp gue masukin ke dalam tas. Setelah making sure meja gue rapi dan semua perangkat udah mati, gue pamit sama Esther dan Judi, gue bilang udah nyampe jemputannya.
“Ganbatte ya, guys!” tentu saja tidak lupa dengan kalimat penyemangatnya.
Gue bergegas turun ke bawah, gak mau bikin Hendra nunggu lebih lama dari semenit kalau bisa. Gue tuh paling gak enakan bikin orang nunggu, udah lagi dia dari Kemanggisan kan.
Tapi jujur untuk yang kali ini, gue gak bisa bedain gue ga enak atau gue yang excited…
Gue pamit ke Joko dan pak satpam di luar sebelum akhirnya gue masuk ke dalam mobil honda civic merahnya Hendra.
Yang pertama kali gue notice setelah gue duduk di sampingnya adalah pengharum beraroma kopi di mobil dia. Gue liat ke kaca spion, di situ digantung kantong pengharum berbahan karung goni yang isinya biji kopi asli, itu gue beliin buat dia seminggu lalu.
“Selamat malam, mbak. Ke Cibubur yah?”
Suara berat yang nyeleneh itu mengangkat perhatian gue ke arah wajah panjangnya.
Meskipun gelap, tapi senyuman manisnya dan tahi lalat kecil di dagu kirinya jelas terlihat.
Ya Tuhan andaikan abang Gojek ada yang secakep ini—WOY.
“Iya mas, betul. Gak usah ngebut ya di jalan, santai aja.”
Hendra cuma ketawa. Ngakak puas gitu, matanya sampai hampir hilang. Gue senyum dengerin ketawanya dia sambil masang seat belt, agak bangga karena udah bikin dia seneng. You know, for humoring him.
“Stylish banget, Hen, kayak mau ke Grando aja haha.” Gue komen setelah ngeliat dia pake kemeja putih favoritnya dengan celana beige berbahan chino Uniqlo.
Buka dua kancing pula. Anjing.
“Baju pergi gue di kosan kebetulan sisanya ini, kak.” dia ketawa sambil lanjut muter setirnya buat keluar dari parkiran. Gak lupa dia buka jendelanya dulu buat pamit ke pak satpam sebelum mobil kami masuk ke jalan raya. “Sisanya masih di laundry.”
Ya Tuhan padahal dia bisa aja pake kaos biasa…
“Belum balik ke Cibubur lagi kah?”
“Beluuum. Ada tugas kelompok soalnya jadi weekend kemarin gue gak bisa balik pulang.” Dia jawab, nada bicaranya agak tinggi karena kecewa gitu tapi matanya tetap fokus ngeliat kanan kiri pas belokan, “by the way itu kabel AUX pake aja.”
“Owkay.”
Dengan senang hati gue colokin kabelnya ke HP gue. Hm… lagu apa kali ini?
“Jadi itu Kak Julian kok bisa ga jadi jemput kakak?” dia bertanya. Khawatir, buat memecah keheningan juga biar ada topik. Jempol gue masih sibuk nyari lagu apa yang mau dimainkan.
“Tau tuh. Kata dia mendadak ada urusan sama kakaknya.”
“Kakaknya?”
“Ck itu loh yang pernah gue ceritain salah satu orang terkaya di Indonesia. Julius Gamma Barus.”
“Aaaah! Ya ya ya inget.”
Gue memutuskan untuk mainin lagunya One Ok Rock dari playlist wibu gue kali ini. Cuma pas di mobil Hendra aja gue bisa muter lagu J-rock. Kalau sama Julian agak susah, doi lebih demen EDM. Gue juga suka sih tapi cuma ya kalau lagi kangen ama suara teriakannya Taka gak bisa sharing bareng Julian.
“Ciat The Beginning.”
“Yup.”
“Jadi mau kemana kitaaa?” Hendra nanya dengan semangat. Energi dia kayaknya belum kekuras malam ini.
“Beli makan aja terus ke kosan lo, Hen.”
“Oh, seriusan?”
Kenapa dia? Suaranya kayak gak yakin.
“Napa emang?” Gue tanya.
“Udah ngomong ke Kak Julian belum?”
Deg. Agak tersentak.
“Belum.” Suara gue lebih ciut dari yang gue inginkan.
Dan jujur, gue gak mau. Gue gak mau ngabarin Julian. Ngapain? Toh, paling dia baca baru setelah dia bangun besok siang. Toh, dia gak bakal terlalu peduli. Begitu terus kan akhir-akhir ini. Tapi kalau ternyata peduli gimana? Dia bakal ngelarang gue main sama Hendra gak? Dia bakal—
Tangan besar Hendra tiba-tiba ngelus kepala gue. Badai di dalam otak gue seketika sirna begitu saja. Gue membiarkan tangannya melakukan apapun itu untuk menghibur gue, memberikan gue keyakinan kalau apa yang gue lakukan itu… tidak masalah.
“Alright.” jawabnya simple dengan senyuman kecil. Hendra memutuskan untuk tidak memojokkan pilihan gue.
…
…..
Why is he so… how dare he made my heart beating like crazy? I’m speechless.
“I change my mind. Ke KMB aja. Hang out bentar ampe jam 11an, terus anter balik ke apart gue. Gimana?”
Tersenyum lebar dan menunjukkan gigi besarnya itu, mata Hendra terlihat lebih hidup setelah mendengar ide dari gue.
Lucu. Ganteng. Lucu. GANTENG. Ya Tuhan.
“Siaaap!”
Bocah seneng kayak mau diajak pergi outbond.
.
.
.
Di KMB, suasananya masih lumayan rame. Beberapa orang masih pada nongkrong di sana, nikmatin live music dengan beberapa gelas bir. Mata gue ngeliatin was was kanan kiri, takut ada kenalan dari sirkelnya Julian lagi ada di sini.
Huft. Sepertinya gak ada.
“Nape? Nyari orang yang dikenal?” Hendra nanya sambil nyenggol siku gue.
“Bahaya kalau ada yang liat kan.”
“Peduli setan, ah. Tinggal bilang aja kebetulan gue lagi di area Pejaten terus mau nongki bareng.”
“Ck yaudah deh.”
Sekali lagi, si bocah tiang ngacak-ngacak rambut gue.
“Dah gausah dipikirin, kak. Di sini kan mau have fun, ya toh?”
“Iya sih…” Gue cuma bisa balas dengan senyum. Hendra anaknya selalu posthink. Alasan kenapa gue percaya semua bakal baik-baik saja kalau dia yang ngomong tuh karena pada dasarnya, Hendra adalah anak yang selalu bisa diandalkan. Anaknya bertanggung jawab, bahkan gue rasa lebih dewasa daripada kebanyakan anak-anak seumurannya. Jadi tiap kali dia ngomong gini, mudah untuk gue percaya kalau memang gak bakal ada masalah.
Kalau misalkan malam ini ada meteor jatuh di Jakarta dan dia bilang “Udah kak, gapapa, itu meteornya paling juga ga bakal nyampe sini. Yang kena paling gedung DPR doang.” Gue bakal percaya 100%.
Setelah duduk di meja yang kosong, pelayannya, Mbak Lopez, datengin meja kami buat ngasih menu.
“Mbak, aku langsung pesen aja. Chicken popcornnya satu, Summer Sling satu. Hen lo minum?”
“Iya deh, Anker satu sama chicken wings satu.”
Setelah mengiyakan order kami, Mbak Lopez pergi dan membiarkan kami sendiri.
“Gue masih heran lo tuh suka nongkrong di sini tapi minum aja kagak.” Hendra nyeletuk. Not this again.
“Kan gue gak dajjal kayak lu.”
“Yang kemarin beli vi—”
“DIEM, BANGSAT.”
“MAKANYA NGACA, JING.”
BERANI-BERANINYA DIA PAKE MELET SETELAH BUKA KARTU GUA. GA USAH.
“Gue kalo soal alkohol bener-bener gak berani, Hen.” Gue tertawa hambar, menggelengkan kepala atas cupunya gue. Entah cupu atau enggak yang jelas… Gue ada beban moral ke diri sendiri di area konsumsi. Termasuk rokok. Gue merasa substance yang masuk ke dalam badan gue itu jatohnya invasif banget karena gue gak bisa ngeluarin mereka lagi selain dari pantat.
“Hahaha ya gapapa! Kak Yohan aja alkohol ‘halal’ buat dia tapi dia sendiri gak bisa minum, kan?”
“BETUL! Gue tidak sendirian di tongkrongan kita. Ck.”
Hendra ketawa. Lagi. Dan gue ga pernah puas dengerin suaranya itu. Wajah dia yang lagi bahagia dan terhibur kayak gini menjadi semacam antidote buat mood gue yang pahit sejam-an lalu.
“Kak, lu tuh, sumpah lucu banget.” Kata dia di tengah tawanya. “Haduh bisa-bisanya yang kayak gini ditelantarin berminggu-minggu sama DJ Kemang…”
“…I know right. Fuck, Julian. Anjing.” Gue menggerutu sambil menopang wajah gue. What the hell is wrong with Julian, you ask? Well. Manusia satu itu rasanya jauh banget dari gue semenjak dari awal Oktober. Ketemu susah, ngobrol jadi jarang, telponan udah gak pernah, ngabarin seadanya, berantem iya, makan hati yang ada. Alhasil? Gue ya jadinya sering jalan keluar sama Hendra dan tongkrongan SMA gue which is temen-temen di sirkel kami berdua.
“Your boyfriend’s dumb, kak.”
“I know.”
“Kalo gue jadi dia gue ga bakal ngebiarin lo suntuk gini.”
“I know.”
“How do you know?”
“You know me the longest. Of course you wouldn’t.”
Dia diem bentar. Mungkin gak berekspektasi jawaban gue bakal begitu.
“Yup. Betul sekali.” Dia jawab dengan percaya diri.
Setelah itu hening. Jangan salah sangka, heningnya gak canggung. Live musicnya lagi enak hari ini. Keributannya juga enak. The vibe tonight feels really good and I’m glad I took my childhood friend here with me.
.
.
.
Don't change, sit tight.
Don't change, you think I'm already tired.
Sekitar jam setengah 12 kami sudah di jalan balik ke apartment gue di Nirmana Kemang. Deket banget sebenernya dari kampus gue, cuma 15 menitan. Kenapa gue rencana awalnya mau dijemput sama Julian itu karena sebenarnya awal rencananya mau nginep di studio dia… You know, catching up and do things. Iya bangsat gue tuh sebenarnya sekangen itu. Terus taunya dia bilang gak bisa? Gimana gue gak bete. Hampir sebulan loh kita gak ketemuan… Bayangin aja.
I don't mind you stay today
Besides, you did it once, did it all
I don't mind you brush my hair
You did it once, did it all
“Hen.” Mulut gue kebuka sebelum gue sadar.
“Hm?”
“…Enggak, gak jadi.”
“Yaelah anjir jangan gitu. Gue jadi penasaran kan.”
“No, nanti aja.”
“Nanti kapan?”
“Mm… Nanti pokoknya.”
I don’t know what came over me but to be honest, I wanted to say some things that could possibly ruin my current relationship. I hate this. I hate how painful it is. I couldn’t help but to let my tears fall, hoping that the friend beside of me doesn’t see it.
Gak lama kemudian, kami udah masuk ke dalam gerbang apartment gue. Kami masuk ke basement dan parkir di dekat lobinya. Hendra memutuskan untuk parkir mundur, biar keluarnya lebih gampang. Setelah mobilnya parkir dengan rapih, Hendra narik rem tangannya, tapi mesinnya masih dia biarkan hidup. Gue juga gak buru-buru langsung merapihkan tas gue.
Gue belum mau pergi. Dia pun juga menunggu apa yang mau gue ucapkan tadi pas di jalan.
Meskipun bibir gue terasa kering, tapi gue tetap berusaha mengutarakan pikiran gue.
“Hen—”
“Kak.”
…Huh? Tangannya itu tiba-tiba dengan hati-hati meraih pipi gue, mengusap area di bawah mata gue dengan jempol panjangnya itu.
“Jangan nangis, yah. Everything is going to be okay.”
Kalian inget pas gue bilang semuanya akan jadi baik-baik aja jika Hendra ngomong seperti itu?
Somehow, I wish he didn’t say that to me.
“What makes you think so?”
“I just know.” dia jawab dengan senyum kecil, “Jangan nangis. Lo gak pantes nangisin dia. Lo lebih pantes nangisin kematian yang mulia Noctis tahun lalu daripada si DJ Kemang.”
“Tai ah, Hen.” Gue mendengus. Sempet-sempetnya aja dia bercanda. Dia juga nyengir puas setelah liat kedua ujung bibir gue terangkat, senang udah bisa bikin mood gue sedikit lebih baik.
…Tapi dengan caranya dia begini, dia benar-benar mendorong gue untuk menggali kuburan untuk perasaan gue ke yang lagi jauh entah di mana.
Saat dia menarik tangannya kembali, tangan gue seketika menghentikannya. Gue tetap menjaga telapak tangan besarnya itu menangkup di pipi gue. I don’t wanna let go of his company.
“Hen, may I do something that you could possibly hate?”
Even amidst of his darting dark pupils, trying to see what I meant, his eyes still remained beautiful. Prettier than any other pair of gems in the world. Despite of how foolish this sounds like, I wish I could keep them staring just at me.
No shame I won't make a judgement
“Will you regret it?”
“I’m perfectly aware of what I’m saying.”
Don't stray I'm here your opposite direction
“…Okay.”
I don’t know whether I should be grateful or questioning his sanity.
Kenapa bisa dengan mudahnya lo bilang ‘iya’, Hendra?
I lace my fingers on his own that still stayed on my cheek, sebuah gestur intimasi yang belum pernah gue lakukan dengan dia sebelumnya. Bibir gue mendekat ke permukaan pergelangan tangannya, mengecupnya dengan lembut seakan kulitnya itu rapuh. Padahal, semua tentang Hendra dari ujung kepala hingga ujung kakinya jelas lebih kuat dari gue.
“…I’m sorry.” Gue berbisik lirih.
“…Is that it, kak?”
This is tiring
Still, can I be yours for a day
“No. Not yet.”
A day.
Kalian mungkin gak ngerti, tapi gue tau persis cara Hendra bertanya apakah sudah cukup atau belum itu terdengar seperti dia berharap lebih. He wants to know what else I can do.
Gue melepas jaket gue sebelum gue beranjak dari kursi gue sendiri ke kursinya dia, melompati rem tangan yang menjadi pemisah. Mungkin, memang, gue sudah gila. Seberani ini gue menempatkan diri di atas paha dia, mendorong kehendak gue ke depan muka dia. Hendra teman gue dari SD, paling lama. Gue seharusnya takut apa yang kita berdua miliki selama 10 tahun hancur karena apa yang sedang gue lakuin sekarang. Tapi… Tapi saat gue melihat kedua mata gelapnya itu lagi yang cuma berjarak satu jengkal dari wajah gue sendiri, semua keraguan gue hilang.
He was looking at me back, focused, expecting.
“Hendra, bisa tolong turunin sandaran kursinya?”
“Sure.”
Dia melakukan sesuai dengan apa yang gue perintahkan.
“Cukup?” Tanya dia, saking datarnya mukanya itu sampai gue kira dia kelewat polos.
“Cukup. Hen,” gue langsung memanggil namanya sekali lagi, “First, you can’t touch me. Just stay still. Lastly, what happens tonight, only stays tonight. I’m not going to hurt you. Dan… jangan kasih tau yang lain.”
Hendra terdiam.
…Kenapa dia diam?
Dia cuma ngeliatin gue aja, nafasnya stabil, alisnya bahkan gak gerak. Gue takut. Gue mendadak ciut. Gue mendadak pingin pergi keluar pintu sekarang. Am I asking for too much?
“Kak.”
“I-iya?” shit I fuckin’ stuttered.
“Gue juga punya peraturan gue sendiri.”
“…Oke. Apa?”
“Pertama, lo gak bisa mengontrol perasaan gue. Kedua, apa yang terjadi malam ini stay di malam ini tapi gue gak bakal lupain. Ketiga, stay away from my lips or else I’ll lose my shit.”
“…Peraturan gue cuma dua kok lo tiga sih. Dan maksud aturan nomor sa—"
“Kalau lo gak setuju kita bubar.”
“Gue cuma bercanda elah.” Gue menelan ludah, bracing myself. “Lo gak bakal kasih tau Gio dan lain-lain, kan?”
“Iya, enggak.”
“…Alright.”
Tanpa basa basi lagi, gue perlahan ngedorong badan Hendra biar dia sandaran di kursinya. Dia nurut, gak ngelawan. My fingers were tracing on the skin of his neck, wondering of how smooth it was. Gue leaning down ke arah leher dia, mencium lebih dekat bau parfum Tom Ford Fucking Fabulous yang ayahnya belikan buat ulang tahunnya September lalu. Dia tau gue suka baunya… dia tau bau ini yang menarik perhatian gue.
Gue merasa kontrol gue hilang saat itu juga saat bibir gue akhirnya menyentuh lehernya, kulitnya terasa panas saat gue sentuh. Dia mengerang kecil, dadanya mulai berpacu lebih kencang, tapi tarikan nafasnya tetap stabil.
Cute…
Tangan kiri gue menuju ke arah kerah kemejanya yang sudah terbuka duluan. Gue menyelipkan tangan gue masuk ke dalam, sekali lagi terkejut akan betapa lebarnya dada cowok ini. Gue terkadang suka lupa… kalau dia itu sudah sebesar ini. Rasanya panas juga di sini. Padahal AC mobilnya cukup dingin…
“…Hen.”
“Hm..?”
Gue menarik wajah gue pergi dari lehernya, berpindah ke samping kupingnya untuk membisikkan pesan yang dapat menyelamatkan dia dari malu.
“Beberapa hari ke depan, sebaiknya pake kaos aja. Dan jangan yang V-neck.”
Hendra mendengus, dia ketawa, sepertinya gak percaya gue barusan nyuruh dia kayak gitu.
“Untung gue udah izin off modelling dari agensi 2 minggu.”
“Bagus.” Gue menarik diri gue mundur dan melihat diri laki-laki yang sedang gue duduki itu lebih jelas. Kemejanya kusut, kupingnya juga agak merah. …Lucu banget.
“Kak.”
“Ya?”
“Are you going to give me hickeys?”
“…Mm.”
“Setelah itu?”
“Itu aja. Gak lebih.”
“Haha, alright.”
Apa yang gak gue expect adalah saat Hendra membuka satu lagi kancing kemejanya atas kemauan dia sendiri. Dan anjingnya, dia menarik kemejanya lebar untuk memamerkan kulit bening di dada kirinya yang masih belum tersentuh itu.
“You…” gue gak habis pikir. This kid.
“Go ahead.” Dia menawarkan dengan senang hati.
Gue jadi berpikir apakah dia sudah pernah melakukan ini sebelumnya… dengan cewek lain. Tapi apa urusan gue? Gue gak berhak menanyakan soal itu di posisi gue sekarang.
I leaned down again, kali ini mengarah ke tempat yang dia ‘sediakan’ buat gue tandain.
“…Kak, can I hug your waist?”
“…Mm.” Gue bergumam di atas dadanya. Setelah mendengar konfirmasi dari gue, gue merasakan lengan kirinya melingkat di balik pinggul. Aneh… Gue merasa… secured. Gue udah lama gak ngerasa kayak gini… “kalau sakit, bilang ya.”
“I’m sure I’ll be able to take it.”
Baiklah. Without further ado, I started kissing some spots on his skin, until I found a place near his collarbone to place my hickey. Gue ngerasain genggaman dia di pinggul gue sedikit menguat, bereaksi dari hisapan gue. Hendra hanya mengerang, menutupi kedua matanya dibalik lengan kanannya. Gue juga belum berhenti. Gue lanjut mencari tempat lain untuk gue tandai. Dada dia lebar. At least… three would do.
Sucking on the second place somehow managed to bring out a tad louder groan out of him. Posisisinya di atas bahunya, persis di atas tahi lalatnya yang sekecil titik.
“Awas deket leher…” katanya lirih.
“Don’t worry.”
Marking him. What’s the meaning of it when he’s not even mine? It’s absurd.
It’s absurd of how much I want to keep him to myself.
It’s absurd of how willing he wants to do this.
It’s absurd of how clear our mutual feelings are yet we keep hiding it.
We're odd to be
Way I see it, ooh I like it here.
End.
1 note
·
View note
Text
Kota Kesepian
Hari ini, aku tidak naik gojek dari Stasiun Palmerah ke Transmedia. Hari ini, aku berjalan kaki dari Palmerah ke gedung DPR, lewat pintu kecil di sebelah pos polisi. Cukup jauh untuk sampai ke Gedung Nusantara III, aku bertanya dua kali dan kakiku lecet. Sial juga, sekalinya pakai flatshoes malah harus jalan jauh. Aku kikuk untuk masuk ke press room, tapi aku putuskan tidak peduli dan membaca Perempuan di Titik Nol. Pada akhirnya, aku berhasil melewati hari ini dengan tiga berita, tiga doorstop, dan tiga transkrip. Aku bangga pada jari, hp, dan sebagian kecil otakku.
Perjalanan pulangku hari ini tidak seperti kemarin, yang benar-benar menyedihkan. Hari ini, meskipun tidak ada PKL di Palmerah, aku sudah naik commuter line jam 6. Akhirnya, aku bisa lihat langit berubah warna di pemakaman antara Kebayoran-Pondok Ranji. Aku senang hari ini, punya sedikit hal-hal baik, yang patut disyukuri.
Mimpi untuk punya rumah di kota yang kesepian ini, misalnya, semakin nyata sejak aku punya rutinitas. Sejak aku bertemu dengan orang-orang yang membuatku ogah untuk menyerah. Semakin dekat dengan jantung ibu kota, mimpiku semakin pragmatis, dengan sedikit sisa harapan idealis, untuk diri sendiri. Tapi aku tidak malu, meski tidak punya apa-apa. Entahlah, aku tidak ingin punya rumah lagi seperti di Muktisari, yang banjir setiap tahun baru. Saat niat merayakan tahun baru selalu gagal, karena harus berjaga agar air yang bisa masuk rumah kapan saja, tidak membasahi barang-barang. Aku ingin kucing-kucingku tenang, dan tidak khawatir. Karena mereka sungguh aman bersamaku.
Jakarta, 23 Januari 2019. Tertambat di draft, entah kenapa. Ditulis semasa magang di CNN Indonesia. Waktu-waktu yang menyenangkan.
2 notes
·
View notes
Text
Sabar dan Fokus, Kunci Keberhasilan Revitalisasi Pasar Umum Negara
BALIPORTALNEWS.COM, JEMBRANA - Pembangunan revitalisasi Pasar Umum Negara, segera dimulai karena sudah ada pemenang tender. Pembangunan pasar tradisional terbesar di Jembrana ini sudah sesuai dengan harapan dari masyarakat, terutama pedagang. Meskipun awalnya sempat terjadi penolakan karena ukuran yang dinilai terlalu kecil, akhirnya disetujui untuk diubah dengan ukuran lebih lebar sesuai keinginan pedagang. Bahkan dalam kunjungan kerja Komisi V DPR RI ke Jembrana, Jumat (8/9/2023), di hadapan Bupati Jembrana, I Nengah Tamba dan rombongan Komisi V, perwakilan paguyuban pasar menyatakan dukungan revitalisasi Pasar Umum Negara. "Hadiah Pembangunan Pasar Umum Negara dari presiden ini, awalnya sempat ditolak pedagang. Setelah berkali-kali diskusi dengan Bupati, awalnya tidak ada solusi. Tetapi hal itu wajar terjadi," kata Muhammad Yunus, mewakili Paguyuban pedagang Pasar Umum Negara. Salah satu yang menjadi point penting yang ditolak pedagang adalah ukuran kios hanya 2x3 meter. Dulu tengah kerasnya protes pedagang, Bupati dengan sabar melayani dialog dengan pedagang dan memperjuangkan aspirasi pedagang. Bahkan sempat dimaki-maki pedagang ketika tengah meninjau proses relokasi. Akhirnya, dalam beberapa hari terakhir ini ada perubahan ukuran dan sesuai dengan harapan pedagang. "Ini sudah menjadi obat hati kami. Bupati sudah memberikan obat setelah sebelumnya sempat 'sakit' karena ukuran kiosnya tidak sesuai," ungkapnya. Mengenai konsep dua lantai yang sempat ditolak, karena dikhawatirkan sepi setelah revitalisasi selesai, Yunus menegaskan, bahwa saat ini sudah ada perubahan mindset. Tidak ada lagi kekhawatiran lantai dua nanti sepi, tapi kami optimis tetap ramai. "Jadi tidak ada lagi bahasa sepi, tapi ramai," terangnya. Dalam kesempatan itu, Yunus meminta juga kepada bupati agar bisa mencarikan solusi berupa relaksasi pinjaman bank para pedagang. Mengingat saat ini pasar relokasi masih belum ramai, sehingga belum bisa maksimal membayar tanggungan cicilan. "Bupati sudah berhasil mengupayakan revitalisasi pasar akhirnya sesuai keinginan pedagang, tentunya harapan kami mudah juga agar pedagang diberikan relaksasi," terangnya. Direktur sarana prasarana strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Essy Asiah mengatakan, pembangunan revitalisasi awalnya diperintahkan bulan Februari lalu. Meskipun waktu singkat, saat ini sudah ada pemenang dan pekan depan sudah mulai kontrak kerja. Terkait ukuran sebelumnya sudah dilakukan koordinasi dan telah disepakati. "Awalnya memang ukuran 2x3 setiap kios, tetapi sekarang sudah sesuai dengan pasar eksisting yang ada saat ini," terangnya. Menurutnya, untuk pembangunan Pasar Jembrana bahwa pekerjaan untuk tahun 2024 semester 1 sudah selesai pada bulan Juni. Mengenai bangunan untuk pengerjaan nanti ada dua gedung dan bangunan penunjang lainnya. "Pengerjaan dilaksanakan selama 300 kalender dan harapannya agar para pedagang untuk sama-sama mendung dan menjaga terkait pembangunan pasar ini," terangnya. Pembangunan ini sudah ada kesepakatan dari Pemerintah Daerah maupun Paguyuban, tinggal menjalankan untuk pembangunan pasar. "Pembangunan Pasar Negara nantinya bisa mengubah pasar menuju perekonomian yang lebih baik," tegasnya. Bupati Jembrana, I Nengah Tamba mengatakan, mengenai revitalisasi ini memang dari awal sampai pertengahan, sempat terjadi dialog panjang dan terakhir diterima semua pihak. "Memang itulah untuk menuju sesuatu yang baik perjalanan, ada dialogis dan berdebat. Kesabaran dan fokus berkerja itu yang menghasilkan sesuatu yang baik," ungkapnya. Menurutnya, dari kunjungan kerja Komisi V DPR RI bersama kementerian, memastikan bahwa revitalisasi pasar tetap berlanjut. Anggaran dari pagu Rp143 miliar, dimenangkan tender Rp114 miliar. Mengenai anggaran itu urusan pusat, termasuk penawaran. Wakil ketua Komisi V DPR RI, Andi Iwan Darmawan Aras mengatakan, pembangunan Pasar Umum Negara ini harus dikawal dengan baik. Pengawasan juga harus dilakukan karena dari pagu Rp143 miliar dimenangkan Rp114 miliar oleh pemenang tender. "Tetapi penawaran rendah itu bukan otomatis kerjaan jelek, dan melanggar aturan. Sebaliknya menguntungkan negara apabila kualitas pekerjaan itu bisa dipenuhi, terutama kualitas dan tepat waktu sesuai yang diharapkan," terangnya. Pihaknya juga akan tetap mengawal pembangunan Pasar Umum Negara ini, agar sesuai dengan harapan semua pihak. Terima masyarakat Jembrana.(ang/bpn) Read the full article
0 notes
Text
Berpihak
Di tengah duka di Wamena dan kesulitan orang-orang memahami marital rape, ada satu yang juga sama gentingnya; penyebaran hoax yang bikin kita sangat sukar mempercayai apapun. Di masa dimana semuanya sedang terpecah belah, tolong jangan cepat-cepat menelan informasi kecuali kita berada di lokasi kejadian. Kemarin, contohnya. Hati saya sakit sekali ketika beberapa orang nyinyir, marah-marah, misah-misuh, mengata-ngatai teman-teman yang ikut aksi di sekitar gedung DPR. Mereka bilang para pendemo sengaja bikin kerusuhan, tidak tertib, dan tidak tahu aturan. Saya di sana sejak jam 12 siang dan saya tahu betul proses penembakan gas air mata ketika massa aksi bahkan tidak melakukan apapun karena sedang mendengarkan adzan magrib. Saya juga masih ada di sana ketika sedang memutuskan untuk makan terlebih dahulu di daerah Semanggi sebelum pulang tetapi 5 menit kemudian polisi berhamburan ke jalan, kembali menembakkan gas air mata sehingga berimbas kepada warga sekitar.
Saya tidak akan dan tidak ingin menjelaskan kronologi kericuhan aksi kemarin, benar mungkin ada beberapa orang penyusup, tapi percayalah, sebagian besar massa aksi sudah berusaha sangat keras menghindari provokator kerusuhan macam itu.
Lucunya, waktu saya sedang duduk di depan pintu belakang plaza semanggi karena saya terjebak dengan tembakan gas air mata dari arah depan dan belakang, datanglah beberapa ibu-ibu, bapak-bapak, mas-mas, mbak-mbak, dengan gaya yang sangat kece kemudian bertanya kepada bapak satpam di belakang saya,
“Pak, ini kalau mau ke Balai Sarbini, yang konser Glenn Fredly itu, masuk lewat mana ya? Kok pada ditutup gini”
HADEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEH. Betapa saya tidak bisa menahan senyum lebar untuk merespon kesenjangan sosiyel yang baru saja terjadi tepat di depan kedua mata saya. Terus ternyata kemarin (entah di dalam gedung dpr atau bukan), sedang ada acara perpisahan anggota dpr dengan live music dan sajian makanan melimpah ya? Dan nampaknya anggota yang datang lebih banyak dibandingkan ketika rapat paripurna berlangsung? Wuaduh, padahal rakyatnya lagi kekurangan air gara-gara gas air mata, posko medik sedang disasar sama anak buah situ pada. Huehehehehehe.
Dengan ini saya ingin mengajak siapapun untuk tidak netral. Dalam situasi ini, saya pikir sangat penting untuk mengambil sikap dan berpihak pada kelompok tertentu. Jelas dong saya pro pada korban kekerasan seksual, pada ibu sumarsih yang tidak pernah absen kamisan, pada teman-teman di Papua, Kendari, Kalimantan, Sumatera. Pada buruh, petani, nelayan, yang kemarin hadir karena beberapa temannya pernah menjadi korban kriminalisasi hukum, dan pada siapapun yang akan menjadi korban sistem oligarQ brengseQ yang senangnya menyebarkan hoaX tapi tidak direncanakan dengan matang jadi kelihatan betul tololnya~ hehehehe.
Tidak apa-apa juga kalau teman-teman berpihak pada DPR dan pemerentah, mungkin teman-teman memang punya privileJ yang sangat besar dari lahir sehingga hukum ditempatkan dan dipandang secara tertulis saja tapi tidak pernah mau tahu praktiknya. Mungkin teman-teman juga sangat tidak mungkin akan menjadi miskin dan dipanggil pihak berwenang karena menyuarakan ketidakadilan yang merenggut kehidupan tetangga atau saudara teman-teman sekalian. Tidak apa-apa untuk berpihak kepada golongan yang super kaya, dan sangking kayanya malah mengopresi banyak golongan. Tidak apa-apa. Kan begitu memang kapitalisme yang teman-teman percayai?
DoOo00H kok saya jadi nyinyir melulu. Padahal saya sebal juga pada orang-orang yang nyinyirin demonstran kemarin. Tapi ya dengan ini toh saya membuktikan kalau saya cuma manusia biasa yang tak luput dari komen netizen dan keanehan Fadli Zon~
Maka untuk siapapun yang akan terus ke jalan; hari ini, besok, lusa, satu bulan atau satu tahun ke depan; perjuangkan semangat dan suara kalian. Terus lawan setelah rebahan!
13 notes
·
View notes