#Dea terpencil
Explore tagged Tumblr posts
transpublikid · 4 years ago
Text
Wagub Sumut Kunjungi Desa Terpencil di Kabupaten Karo
Wagub Sumut Kunjungi Desa Terpencil di Kabupaten Karo
transpublik.co.id | KARO – Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah mengunjungi desa terpencil, sekaligus Safari Ramadan ke Desa Tanjung Merahe, Kecamatan Kutabuluh dan Desa Gung Pinto, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sabtu (24/4). Wagub Musa Rajekshah yang didampingi Wakil Ketua I TP PKK Provinsi Sumut Sri Ayu Mihari menempuh jarak lebih kurang 5 jam menuju Desa…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
hellopersimmonpie · 3 years ago
Note
Assalamualaikum kak Dea.
Hallo. Semoga kak Dea dan Keluarga dalam keadaan sehat.
Kak, aku baru aja kehilangan Ibu sekitar satu minggu yang lalu. Ini sangat berat dan mengejutkan buat aku. Apalagi, kepergian ibu juga sangat mendadak. Ibu lagi ga sakit atau apa. Memang sudah waktunya saja.
Ini sangat menganggu keseimbangan di keluarga kami. Selain diakunya sendiri juga sangat berat karena kehilangan ibu, aku juga adalah anak sulung sekaligus perempuan satu-satunya. Adik-adik aku masih di usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, masih butuh banyak bimbingan. Aku sendiri baru aja selesai sidang skripsi dan sedang menunggu wisuda. Rencananya setelah wisuda aku akan berangkat ke kota dan mencari pekerjaan disana. Keluarga kami tinggal di satu desa terpencil yang jauh dari mana-mana. Sejak SMA aku sudah merantau ke kota Kabupaten dan juga kuliah di luar kota.
Sebelum Ibu meninggal, aku sempat ikut salah satu assement konseling, dan hasil dari sana aku disarankan untuk datang ke psikolog / psikiater terdekat untuk memvalidasi kondisi aku. Aku disarankan untuk ikut semacam tes secara menyeluruh pada profesional untuk dapet hasil yang lebih akurat tentang kondisi aku. Tetapi, sampai saat ini aku belum kesana karena biaya. BPJS aku juga sedang bermasalah dan ga bisa digunakan.
Setelah Ibu meninggal, aku praktis pulang ke rumah. Menunda semua cita-cita dan mimpi aku untuk sementara (seperti S2, bekerja di luar kota). Ayah dari awal bilang silahkan kalau nanti aku mau merantau lagi. Dia bilang mereka akan baik-baik saja dan aku ga perlu mengkhawatirkan apa-apa. Ayah lebih khawatir aku mengorbankan hidupku untuk mereka (karena ada kasus serupa di keluarga besar sebelumnya dan si kakak sulung perempuan mengambil peran sebagai ibu dan terputus dari dunia luar, ayah ga mau aku berakhir seperti itu).
Jujur, kondisi ini terasa sangat berat bagiku kak De. Aku ga tega meninggalkan ayah dan adik-adikku, tetapi aku juga ga bisa selamanya tinggal disini. Dengan latar pendidikanku, aku ga akan bisa berkembang disini. Karena ga ada peluang bagiku untuk mengembangkan diri disini. Aku juga berencana menikah dalam satu atau dua tahun, tetapi rasanya itu agak mustahil dengan kondisiku sekarang. Aku hanya ga mau, setelah kehilangan Ibu, keluargaku juga kehilangan aku. Aku masih ingin menemani adik-adikku sampai mereka bisa mandiri dan dewasa. Di sisi lain, aku juga ga mau merelakan hidupku, mengingat umurku juga cukup dewasa saat ini ( 24 tahun), jadi aku juga harus mulai mengurus hidupku sendiri juga.
Aku ga tau harus melakukan apa sekarang bahkan aku juga ga tau aku harus kemana setelah wisuda. Aku seperti menjalani hari-hari yang kosong tanpa tujuan.
Waalaikumussalam. Turut berduka cita ya. Take your time. Hidup tuh marathon. Kita perlu berkomitmen untuk menjalani hidup yang baik Tapi kalo kita berurusan dengan pengambilan keputusan, butuh kepala dingin.
Kepergian salah satu orang tua tuh pasti ngebuat hidup kita berubah banyak. Kita perlu pelan-pelan bikin bonding sama keluarga biar bisa pelan-pelan jalan dengan baik dan nggak pincang lagi. Dulu pas ibu wafat, saya tuh udah mikir ga bakal kuliah di LN karena takut ninggalin keluarga. Sekarang saya pelan-pelan nyari kampus lagi.
Kamu kalo udah tenang, mungkin juga bakal nemu jawaban kudu ngapain. Pelan-pelan aja dulu. Tetep semangat buat jalanin hidup.
22 notes · View notes
ekkiekkii · 6 years ago
Text
Ku rindu (Makanan) Jogja
Jarak tercipta agar rindu tetap ada.
Hari ini ingin bercerita tentang dia yang saya rindukan, sebuah tempat bernama Jogja
Dari sebuah kampung yang penduduknya di dominasi mahasiswa bernama Klebengan semua aktivitas bermula, kadang sebelum berangkat kuliah saya naik ke lantai 3 kost putri Wisma Widya Rahayu untuk ngambil jemuran lalu memandang ke utara menyapa Puncak Merapi yang indah. Walaupun kampus deket tapi kuliah pagi biasanya telat, ini gak bagus dan tydack utk ditiru 🙂
Kalo gak ada kuliah pagi bisa nyabu atau nyoto dulu. Menu sarapan lain favorit saya adalah tahwa atau kembang tahu di daerah kranggan, lumayan jauh tapi gak pernah menyesal tiap kali dtg kecuali kalo lagi tutup.
Makan siang paling deket biasanya vegaresto kantin fakultas saya 😆Paling murah jelas Bu Ito favorit mahasiswa klebengan di tanggal tua, kalo mau cari rasa dikit bisa geser ke sebelahnya ada warung Barokah. Pilihan lain ada banyak banget sampe saya gak tau mau nulis yang mana, malah ngiler saya jadi pengen. Ayam geprek jogja yang termasyur itu jelas masuk top list silahkan pilih bu rum, bu made, ato mas kobis yg udah kayak franchise dimana2 ada. Kalo kuliah selesainya siang atau jedahnya lama boleh makan ke SS karena nunggunya pasti lama, tapi kalo pengen mending sambil ngemol sekalian ke Mall Galeria di foodcourtnya ada mie ayam katsu, sop kacang merah atau bubur cimoy, boleh juga kalo mau ke bakso grezz 🙃🙂
Kalo lagi kangen coto saya ke lacapilla di asrama mahasiswa sulsel, walopun rasanya belum bisa menandingi yang di Makassar tapi lumayan lah untuk mengobati kerinduan lidah saya akan cita rasa khas kampung halaman.
Camilan setelah makan siang saya sukanya rujak es krim belakang kampus (FKH UGM), kalo sore2 ada 3C cilok cireng cimol di simpang mumet jalan boulevard depan FT UNY, atau gorengan “ibu2 depan kosannya dea”. Kalo buat minuman manis, dingin dan segar pilihan number one saya Chacha milk tea, Lingling fruit bar atau susu poang dari minimarket fakultas tetangga. Kalo mau sambil menikmati tempat yang nyaman enaknya nyemil ke kebun roti, disini rotinya gluten free, bagus buat diet😆
Tumblr media
Menu makan malam kalo lagi males tinggal telpon atau sms bu RT seberang kosan pesen capcay atau nasgor, menu males lainnya ya ke burjo pesen mie dokdok, magelangan, atau nasi telur/sarden. Gak jauh dari kosan juga ada kiken sup, ada berbagai jenis krim sup dan oseng mercon, yang jika kedua menu ini dipadukan akan menghasilkan rasa pedas , manis, asin, gurih dan ajaib 🤤🤤🤤🤤
Pilihan makan malam lain yang wajib saya tuliskan disini adalah tora-tora disini ada menu japanese food kayak teriyaki dan yakiniku tapi menu terfavorit saya toge gorengnya😁, uniknya warung japanese food ini adalah warung kaki lima pake tenda, kalo tendanya full lesehan deh di trotoar sambil berdoa ya semoga gak ada burung2 ugm yg lewat dan menambahkan mayonaise ke piring mu 🤣🤣
Ayam cahdojo di belakang amplaz (Ambarukmo Plaza) yang tempatnya terpencil tapi kalo kesana diatas jam 8 langsung antri bisa sampai 2 jam juga harus saya ceritakan, disini menunya nasi goreng, mie goreng dan ayam cahdojo sejenis ayam goreng tepung yg tepungnya agak tebal lalu disiram sayuran berkuah kental kayak capcay, kalo kesini selalu bareng Ucik adik saya gak pernah ngajak yg lain takut yang diajakin bete karena kelamaan nunggu.
Satu lagi yang rasanya tidak akan lengkap cerita saya tanpa membahasnya, angkringan. Angkringan tuhh banyaaaaaakkkk banget di jogja. Saya seringnya main ke angkringan sekitar pakualaman yang depan kantor kedaulatan rakyat atau di kopi joss deket stasiun, kalo kata orang angkringan tuh buat tanggal tua, buat saya enggak karena kalo diangkringan saya jarang banget makan nasi, adanya ngemil makanya bisa sampai bayar 20 ribuan tapi gak kenyang. Terakhir, nikmatnya kehangatan wedang ronde rasanya pantas untuk penutup malam di Jogja, saya paling suka ronde di bundaran ugm sambil menikmati pisang atau kacang rebus dari gerobak sebelahnya.
Tumblr media
Tadinya saya pengen cerita keseharian di jogja, tapi entah kenapa alurnya malah mengarahkan ke keseharian makan saya 😂 ini belum seberapa, masih banyak banget tempat makan enak dan ngangeni di jogja, bukan cuma karena rasa tapi juga suasana. Mungkin nanti cerita ini akan saya buat part 2 nya yang lebih fokus ke aktivitas lain selain makan yaaa, ditunggu 😉
2 notes · View notes
soedagoeng · 2 years ago
Text
Mas Ba malam ini bermain peran jadi tim medis yang mengevakuasi pasien di daerah terpencil. Kata Mama Dea, sepertinya sedang mengurusi pasien patah tulang. Pasiennya dibawa pakai crane, dibalut dulu biar ndak jatuh, dan pake heli juga tadi dibawanya.
Pontianak, 10.9.2022
0 notes
dealectica · 7 years ago
Text
CATATAN BULAN KE-11
Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi daerah Sulawesi Selatan. Ada tiga daerah yang saya kunjungi, Pare-Pare, Gowa dan Maros. Kebetulan ada event dari lembaga saya di Pare-Pare, namun karena setelah itu weekend, jadi saya teruskan saja perjalanan. Karena kebetulan rumah orangtua suami saya ada di Makassar, jadi gak perlu pusing mikirin biaya hotel hehehe. Jadi hanya teman saya saja yang menyewa hotel.
               Perjalanan dimulai pada Rabu malam (9/8). Saya berangkat berdua dengan satu orang teman, Mas Dian namanya. Pesawat kami berangkat dari Halim menuju Bandara Sultan Hasanuddin pada pukul 22.00 dan sampai di Makassar sekitar pukul 02.00, agak lama,  karena ada kendala parkir saat landing. Setelah menginap semalam di Makassar, kami pun langsung menuju Pare-Pare dengan menyewa mobil. 2 hari di Pare-Pare, kami pun kembali ke Makassar pada Jumat (10/8) sore.
               Keseruan dimulai saat kami memutuskan untuk pergi ke peternakan di Maros dan Gowa pada Sabtu (11/9). Semenjak di Jakarta sebenarnya kami sudah merencanakan kunjungan ini, namun agak sempat ragu karena teman-teman kantor cabang Makassar yang tadinya mau menemani kami, tiba-tiba berhalangan karena satu kantor mereka mengadakan outing ke Malino. Untung masih ada satu orang yang bersedia menemani kami pergi ke peternakan. Kebetulan peternakan yang akan kami kunjungi ini adalah binaan dari lembaga tempat saya bekerja, dan yang mendampingi kami kebetulan pendamping program peternakan tpendamping program peternakan tersebut.
               Singkat cerita, pertama kami mengunjungi peternakan yang ada di Gowa. Kurang lebih satu jam perjalanan dari rumah Ibu mertua saya di Sudiang, Makassar. Kami masih menumpang mobil yang kami sewa saat ke Pare-Pare. Beruntung supirnya sangat baik, tidak minta macam-macam, dan menguasai medan, jadi kalau mau cari makanan enak, tinggal tanya, HAHA. Di Gowa, kami mengunjungi sentra ternak kambing. Program pemberdayaan disini baru berjalan 4 bulan. Meski baru seumur jagung, para peternak binaan merespon positif program ini. Mereka yang sebelumnya bekerja serabutan, kini mereka memiliki harapan dengan menggembala domba. Yang unik dari peternakan ini adalah, para peternak tidak perlu repot-repot bersaing dengan peternak besar yang modalnya lebih tinggi. Mereka memiliki  kepastian pasar, yaitu lewat program Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa. Iya, saya kerja di Dompet Dhuafa, hehehe.
               Tebar Hewan Kurban sendiri adalah salah satu program tahunan Dompet Dhuafa. Berbeda dengan kurban-kurban pada umumnya, kurban yang disalurkan lewat Dompet Dhuafa, akan disebar ke berbagai daerah di Indonesia dan juga negara-negara lain yang membutuhkan. Latar belakang diadakannya program ini sederhana, yaitu terlalu banyak daging kurban menumpuk di kota. Sedangkan di daerah-daerah terpencil diujung sana, banyak masyarakat yang bahkan makan daging setahun sekali pun sudah Alhamdulillah. Kita mungkin sering merasakannya sendiri, saat Idul Adha tiba, kulkas kita akan penuh dengan berkantung-kantung daging kurban. Ibu saya sendiri bahkan seringkali bilang “Bingung ini daging mau diapain lagi, dari di sate sampe di gule, tapi kok gak habis-habis.” Dan pastinya banyak ibu-ibu lain di daerah perkotaan yang merasakan hal yang sama. Untuk itulah Dompet Dhuafa dengan program Tebar Hewan Kurban nya, berinisiatif untuk menyebar kebahagiaan dari tiap potong daging kurban tersebut ke daerah-daerah.
               Kembali ke perjalanan “tugas sekaligus pulang kampung” Saya. Setelah dari pemberdayaan kambing di Gowa, kami melanjutkan perjalanan ke peternakan Sapi di daerah Bantimurung, Maros. Terletak dibawah bukit-bukit, peternakan sapi ini dikelilingi oleh padang rumput yang luas. Berada disitu, membuat saya merasa berada di padang rumput di film-film koboy Amerika HAHA. Disitu, kami mengobrol panjang lebar dengan peternak binaan Dompet Dhuafa. Mereka sangat amaze dengan progres yang mereka rasakan semenjak ikut program Tebar Hewan Kurban. Kelompok peternak ini yang tadinyahanya mempunyai 4-8 sapi, kini bisa sampai 20-an sapi. Dan itu semua ludes habis terjual saat Idul Adha. Jadi bukan hanya menyebar kebahagiaan daging kurban ke pelosok, program ini juga ternyata membantu hajat hidup para peternak yang berpotensi tapi terbatas kemampuan manajerial maupun tergerus persaingan pasar. Unik!
               Setelah 4 hari di Sulawesi Selatan, dan disusul suami *harus banget ditulis, De?* HAHA, akhirnya pada hari Minggu (13/8) Saya kembali ke Jakarta dengan sejuta hikmah *Lebay*. Setidaknya, walaupun tak banyak orang yang mengerti, perjalanan kemarin menjadi catatan indah yang akan saya sampaikan ke anak cucu saya. Bahwa bekerja itu tidak harus melulu di gedung pencakar langit, atau menjadi birokrat handal berpenampilan necis. Tapi filosofis bekerja adalah lebih dari sekedar menimbun kepingan uang, tapi juga harus menimbun kepingan hikmah. Dan perjalanan ini menjadi suntikan tenaga untuk saya di bulan ke-11 bekerja di lembaga ini. Semoga serum vitamin dari perjalanan kemarin bisa terus bertahan hingga nanti Allah benar-benar meminta saya untuk undur diri J
“So remember Me; I will remember you. And be grateful to Me and do not deny Me.” QS.Baqarah:152
 Jakarta, 24 Agustus 2017
Dari Gedung Filantropi lantai 2, tempat Saya ‘bersenang-senang’
 Cheers!
Dea Putri Noviani Pratiwi.  
2 notes · View notes
bisnisjakarta · 5 years ago
Text
Portable Grashof Incubator, Solusi Selamatkan Bayi Prematur
Portable Grashof Incubator, Solusi Selamatkan Bayi Prematur
JAKARTA (Bisnisjakarta)- Melampaui usia setengah abad, berbagai prestasi telah diukir Fakultas Teknik Universitas Indonesia, salah satunya menciptakan Portable Grashof Incubator. "Incubator Grashof Portable merupakan salah satu hasil riset yang dilakukan Prof. Dr. Ir. Raldi Artono Koestoer, DEA, dan diharapkan dapat menjadi solusi untuk menyelamatkan bayi prematur di wilayah terpencil atau…
View On WordPress
0 notes