Tumgik
#Berita sumatera barat hari ini
sumbarlivetv · 1 year
Text
KUNJUNGI KORBAN KEBAKARAN, SUTAN RISKA SERAHKAN BANTUAN
Dharmasraya, Sumbarlivetv.com — Kunjungi korban kebakaran, Sutan serahkan bantuan. Duka mendalam turut di rasakan Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan, atas musibah kebakaran yang menghanguskan 2 rumah, empat petak kedai, dan satu unit mini bus roda empat di Nagari Gunung Medan, kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Rabu (14/06/2023) malam. Atas dasar itu Ketua Umum…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
beritaterkini123 · 2 days
Text
Masuki Musim Hujan, ini Perlengkapan Berkendara yang Harus Disiapkan
Tumblr media
( BERITA TERKINI )
Musim hujan diprediksi akan tiba pada bulan Oktober 2024 di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Namun hari-hari belakangan, hujan deras sporadis sudah turun di sejumlah daerah menandakan memasuki musim pancaroba.Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), beberapa daerah di Jawa Barat, seperti Tasikmalaya dan Pangandaran, akan mengalami hujan lebih awal, yaitu pada akhir September. Sementara itu, di Sumatera Selatan, musim hujan diperkirakan mulai pada Oktober 2024, meskipun suhu panas masih mendominasi pada bulan September.
0 notes
Text
Konsep Sekolah Keluarga: Pesantren Muallimin Muhammadiyah Sawah Dangka Agam
Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Sawah Dangka Akan Terapkan Konsep Sekolah Keluarga.
Mata Jurnalist 08 Sep, 2024
Tumblr media
Agam Matajurnalist.com_ Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Sawah Dangka, salah satu pondok ternama di Sumatera Barat, berencana mengimplementasikan konsep pesantren berbasis sekolah keluarga. Hal ini disampaikan oleh Utama Wardi, Pimpinan Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah, saat melakukan silaturahmi dengan orang tua murid kelas 7 dan 10 di Kampus 4, Jalan Raya Bukittinggi-Payakumbuh, Parit Putus, Kabupaten Agam, pada hari Minggu (8/9/2024).
Baca juga:
Saat ini, Pondok Pesantren Muallimin Sawah Dangka memiliki empat kampus, diantaranya Kampus I dan III di Sawah Dangka, Kampus II di Ranah Garegeh, dan Kampus IV di Parit Putus, Kabupaten Agam. 
Pumpinan Pondok, Utama Wardi menjelaskan bahwa ke depan, pondok pesantren ini akan bertransformasi menjadi sekolah keluarga yang ramah dan sehat, ucapnya di depan para orang tua santri.
"Kami ingin menciptakan suasana pesantren yang lebih dekat dengan konsep keluarga, di mana orang tua dapat langsung terlibat dan mengamati kehidupan pendidikan santri di pondok," ungkapnya.
Kemudian, Ia menambahkan bahwa pondok pesantren ini akan menyediakan kesempatan bagi orang tua untuk melihat langsung aktivitas dan kehidupan santri di kampus. Orang tua akan memiliki kesempatan untuk menginap di kampus sesuai dengan lokasi anak mereka, dan pertemuan ini akan dilakukan secara berkala, setidaknya sekali dalam tiga bulan, dengan harapan bisa dilakukan lebih sering, satu kali dalam sebulan, ujarnya.
Konsep ini bertujuan untuk menciptakan suasana seperti di rumah sendiri, di mana orang tua merasa nyaman dan bahagia, serta anak-anak merasa lebih dekat dengan keluarga mereka. 
Selain itu, pondok pesantren ini juga akan fokus pada pengembangan diri santri dengan mendeteksi bakat mereka sejak awal dan memberikan pelatihan sesuai minat masing-masing. Ini termasuk memberikan kesempatan kepada santri untuk terlibat dalam berbagai usaha produktif dan kegiatan sesuai bakat mereka, seperti di swalayan, perkantoran, atau humas pondok pesantren.
"Pesantren ini akan menjadi tempat yang ramah, sehat, dan terasa seperti rumah sendiri. Kami ingin menjadikan pondok pesantren ini sebagai tempat di mana orang tua dan santri merasa seperti keluarga besar, membangun sinergi untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik," pungkas Utama Wardi.***
Pewarta : sutan mudo 
Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Sawah Dangka Akan Terapkan Konsep Sekolah Keluarga
Agam Matajurnaliat.com_ Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Sawah Dangka, salah satu pondok ternama di Sumatera Barat, berencana mengimplementasikan konsep pesantren berbasis sekolah keluarga. Hal ini disampaikan oleh Utama Wardi, Pimpinan Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah, saat melakukan silaturahmi dengan orang tua murid kelas 7 dan 10 di Kampus 4, Jalan Raya Bukittinggi-Payakumbuh, Parit Putus, Kabupaten Agam, pada hari Minggu (8/9/2024).
Baca selengkapnya! https://www.matajurnalist.com/2024/09/pondok-pesantren-muallimin-muhammadiyah.html
0 notes
beritaterkinisiantar · 8 months
Text
Tahun Baru Imlek Tahun 2024 Berlangsung Aman dan Kondusif Wali Kota: Toleransi di Kota Pematangsiantar Semangkin Baik dan Dewasa
Tahun Baru Imlek Tahun 2024 Berlangsung Aman dan Kondusif, Wali Kota: Toleransi di Kota Pematangsiantar Semangkin Baik dan Dewasa https://ift.tt/SWl4rok Via DUTAMEDAN.COM (DM/01) Pematangsiantar, DUTAMEDAN.COM – Wali Kota Pematangsiantar dr. Susanti Dewayani Sp.A mengunjungi sejumlah Vihara di hari perayaan Tahun Baru Imlek Tahun 2024, Sabtu (10/02/2024). Adapun kunjungan tersebut sebagai wujud nyata dalam memelihara toleransi di Kota Pematangsiantar. Kunjungan dr Susanti Dewayani, Sp.A ke Vihara didampingi oleh Ketua Dekranasda Pematangsiantar, H. Kusma Erizal Ginting, S.H., bersama Kapolres Pematangsiantar AKBP. Yogen Heroes Baruno, S.H., S.I.K serta Danrem 022/Pantai Timur, Kolonel Inf. Agustatius Sitepu, S.H., M.Han. Vihara Avalokitesvara di Jalan Sipiso-piso Kelurahan Karo Kecamatan Siantar Selatan menjadi kunjungan Wali Kota bersama Fokopimda Pemantangsiantar, dilanjutkan ke Vihara Samiddha Bhagya di Jalan Thamrin, Kelurahan. Dwikora, Kecamatan. Sianțar Barat. Selanjutnya ke Vihara Vajra Bumi Simalungun di Jalan. Cokro Aminoto, Kelurahan. Merdeka Kecamatan Siantar Timur dan Vihara Dharma Buddhist Guang Zhi di Jalan Sabang Merauke. Di empat Vihara yang di kunjungi, Susanti mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek. Semoga di Tahun Naga Kayu ini diberi kemakmuran dan kesejahteraan. Wanita pertama sebagai Wali Kota Pematangsiantar ini  juga menyampaikan, bahwa saat ini Kota Pematangsiantar berada di urutan ke-11 Kota Paling Toleran di Indonesia, setelah sebelumnya berada di urutan 31. “Ini menunjukkan toleransi di Kota Pematangsiantar semakin baik dan dewasa. Semoga ke depan kita mendapatkan peringkat yang lebih baik. Bukan sekadar predikat dan piagam, tapi toleransi di Kota Pematangsiantar memang sesuai kenyataan,” kata dr Susanti. dr. Susanti mengucapkan terima kasih kepada pihak vihara dan seluruh etnis Tionghoa yang selama ini sudah menjaga keharmonisan dan kekondusifan, sehingga akan mewujudkan Pematangsiantar Sehat, Sejahtera, Berkualitas demi Pematangsiantar Bangkit dan Maju. “Semoga harapan kita dimudahkan Tuhan Yang Maha Esa,” tukasnya. Susanti bersama Forkopimda mengakhiri kunjungan di Vihara  Maha Vihara Vidya Matreya di Jalan Ade Irma Suryani. Di vihara ini, kedatangan dr. Susanti disambut atraksi Barongsai. Di setiap vihara, dr Susanti dan Erizal Ginting bersama Forkopimda menerima bingkisan cenderamata dari para pengurus vihara. Turut dalam kunjungan tersebut, Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Pematangsiantar, Susanto dan Sekretaris Candra SE. (Soib Yusuf Siahaan) Klik Berita Terbaru DUTAMEDAN.COM di Google News The post Tahun Baru Imlek Tahun 2024 Berlangsung Aman dan Kondusif, Wali Kota: Toleransi di Kota Pematangsiantar Semangkin Baik dan Dewasa first appeared on DUTA MEDAN - Media Informasi Terkini Sumatera 2024.
0 notes
titaninfrabatubara · 9 months
Text
Optimalisasi Distribusi Batubara di Sumsel dengan Pemanfaatan Kapal Tongkang
Tumblr media
Pada tanggal 1 Januari 2024, Pemerintah Provinsi Jambi kembali menegaskan komitmennya terhadap penertiban angkutan batubara melalui surat berita acara komitmen bersama. Forkompimda Provinsi Jambi, yang terdiri dari berbagai unsur pimpinan daerah, menyepakati sejumlah poin penting dalam rapat koordinasi pada hari tersebut.
1. Larangan Operasi Kendaraan Batubara di Jalan Umum
Larangan beroperasinya kendaraan pengangkutan batubara di jalan umum ditegaskan, khususnya pada beberapa ruas jalan tertentu. Mulut tambang dari berbagai kabupaten, seperti Merangin, Bungo, Tebo, dan Sarolangun, yang melakukan hauling menuju Pelabuhan Talang Duku dan Pelabuhan Niaso, dilarang menggunakan jalan umum. Larangan serupa berlaku untuk mulut tambang dari Sei. Bahar-Desa Pelempang Kabupaten Muaro Jambi dan Sei. Gelam.
2. Penghentian Pengangkutan Batubara oleh Perusahaan dan Transportir
Perusahaan pemegang izin IUP OP, IPP, dan IUJP, bersama dengan transportir, diminta untuk tidak melaksanakan pengangkutan batubara hingga pembangunan jalan khusus selesai. Mereka diimbau untuk mengoptimalkan hauling batubara melalui penggunaan jalur sungai.
3. Keterlibatan Badan Usaha dalam Pembangunan Jalan Khusus
Badan usaha pemegang izin PKP2B dan IUP-OP diwajibkan untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam merealisasikan pembangunan jalan khusus pertambangan batubara.
4. Pengecualian untuk Perusahaan yang Hauling ke TUKS Pelabuhan Dagang
Perusahaan pertambangan yang masih diperbolehkan menggunakan jalan umum menuju TUKS Pelabuhan Dagang, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Bengkulu harus mematuhi ketentuan tertentu, seperti penggunaan kendaraan tertentu dan jumlah muatan yang ditetapkan.
5. Persyaratan Izin dan Rekomendasi dalam Pengangkutan Batubara
Badan usaha pemegang izin IUP-OP, IPP, IUJP, dan transportir yang menggunakan jalan umum dalam pengangkutan batubara diwajibkan memperoleh izin dan rekomendasi dari penyelenggara jalan sesuai peraturan yang berlaku.
6. Pengawasan dan Penindakan oleh Polda Jambi
Polda Jambi akan melalui Ditlantas dan Ditpolair Polda Jambi, bersama dengan Satgaswasgakkum batubara Provinsi Jambi, melakukan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Solusi Infrastruktur Batubara dari Titan Group di Sumatera Selatan
Titan Infra Energy: Operator dengan Inovasi Terdepan
Titan Infra Energy, yang beroperasi di Provinsi Sumatera Selatan, tidak hanya memiliki izin usaha pertambangan (IUP) tetapi juga mengelola jalur hauling batubara sepanjang 113 kilometer. Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, menerapkan aturan penggunaan jalan umum sebagai jalur pengiriman batubara, sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2022.
Mengoptimalkan Transportasi Melalui Jalur Sungai dengan Kapal Tongkang
Karakteristik Unggul Kapal Tongkang
Kapal tongkang, dengan badan lebar, rata, dan bagian depan tajam, memiliki keunggulan navigasi di perairan dangkal. Bergantung pada kapal pengangkut atau kapal tunda, kapal ini memberikan kontribusi vital pada distribusi barang.
Fungsi Multi-Dimensional Kapal Tongkang
Distribusi Barang yang Tepat Sasaran: Kapal tongkang memastikan distribusi barang yang tepat sasaran, membuka akses ke daerah-daerah terpencil, mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Keefisienan Transportasi: Di perairan laut, kapal tongkang menjadi solusi efisien, membantu perusahaan tambang mempercepat distribusi barang tambang dan mengurangi biaya operasional.
Kapasitas Besar untuk Distribusi Skala Besar: Kapal tongkang mendukung angkutan skala besar, memungkinkan distribusi batubara ke berbagai pulau di Indonesia.
Tantangan dan Peluang dalam Distribusi Batubara
Regulasi yang Ketat: Regulasi ketat dari pemerintah menjadi tantangan utama dalam distribusi batubara, memerlukan solusi alternatif agar distribusi tetap lancar.
Infrastruktur yang Tidak Memadai: Meskipun usaha telah dilakukan, infrastruktur distribusi batubara masih memerlukan investasi lebih lanjut.
Perubahan Dinamika Pasar Global: Perubahan permintaan global terhadap batubara mempengaruhi distribusi, memerlukan adaptasi strategis.
Kesimpulan: Mewujudkan Distribusi Batubara yang Efisien dan Berkelanjutan
Dalam menghadapi perubahan regulasi dan optimalkan distribusi batubara, implementasi kapal tongkang muncul sebagai solusi holistik yang menjanjikan. Langkah-langkah strategis seperti inovasi teknologi, kerjasama antarpelaku industri, dan dukungan penuh pemerintah dapat mempercepat transformasi menuju distribusi batubara yang efisien dan berkelanjutan.
Sebagai langkah pertama, perusahaan tambang dan pemerintah perlu bersinergi dalam merancang strategi implementasi yang komprehensif. Dengan demikian, distribusi batubara tidak hanya tetap berjalan lancar tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan di Indonesia.
0 notes
sumutberitaaja · 1 year
Text
Kunjungi Pasar Brahrang, Jokowi Sempat Bandingkan Harga Bawang di Binjai Dengan Jawa
BINJAI, Waspada.co.id – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyebut sebagian harga bahan pokok di Pasar Tradisional Brahrang di Jalan Gatot Subroto Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Sumatera Utara, masih baik-baik saja. Hanya saja, harga beras premium mengalami kenaikan. “Hari ini melakukan kunjungan kerja di Kota Binjai. Saya lihat-lihat harga di pasar ini. Harga bawang […] The post Kunjungi Pasar Brahrang, Jokowi Sempat Bandingkan Harga Bawang di Binjai Dengan Jawa first appeared on Waspada Online | Pusat Berita dan Informasi Medan Sumut Aceh. http://dlvr.it/Sv8pVd
0 notes
bentengsumbar · 1 year
Text
Ketua TP PKK SumbarHarneli Mahyeldi Apresiasi Kerja Kader PKK se Sumatera Barat | BentengSumbar.com
0 notes
unofficialumsumbar · 2 years
Text
Milad ke-67 UM Sumbar
Amanat Penting Buya Shofwan Karim Dalam Milad Ke-67 UM Sumatera Barat
https://umsb.ac.id/upload/berita/amanat_PWM.jpg
Dokumentasi Oleh : Sandra Putra
Humas UM Sumatera Barat - Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat rayakan Milad ke 67 tahun, di Convention Hall Dr. Ahmad Syafii Maarif, MA kampus I Padang, Rabu (30/11). Beberapa harapan dan pesan disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Sumatera Barat, Buya Shofwan Karim dalam kegiatan ini.
Buya Shofwan Karim mengatakan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat adalah salah satu perguruan tinggi swasta tertua di Sumatera Barat yang telah berdiri sejak tanggal 18 November 1955. Cikal bakal Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dimulai dengan diselenggarakannya kuliah perdana untuk Fakultas Hukum dan Falsafah (kemudian menjadi Sekolah Tinggi Ushuluddin) di Padang Panjang, dengan mahasiswa angkatan pertamanya adalah utusan cabang dan daerah Muhammadiyah se-Sumatera Barat, dengan 5.120 mahasiswa, 12 Fakultas, 27 prodi, 45 doktor dan 2 guru besar.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat saat ini memiliki kampus yang tersebar di 4 kota dalam Provinsi Sumatera Barat yakni kota Padang, kota Padang Panjang, kota Bukittinggi dan kota Payakumbuh.
Perguruan tinggi perlu mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang out of the box dan berbeda dengan tradisi keilmuan yang seringkali diredusir pengembangannya oleh individu tertentu yang malas belajar.
Hal ini akan mendorong transformasi perguruan tinggi sehingga program-program akademiknya mampu menghasilkan insan unggul dan berdaya saing global. Menurut Herry Suhardiyanto Mantan Rektor IPB (2015) Pribadi unggul dapat dilihat dari karakter yang memiliki lima filosofi dasar yaitu 1) memiliki kemampuan berpikir dan gemar menggali ilmu pengetahuan, 2) pandai mengambil hikmah, dan pelajaran dari setiap fenomena alam maupun sosial, 3) selalu berpegang teguh pada kebaikan dan keadilan, 4) memiliki pengetahuan luas, kritis dan teliti dalam menerima informasi, teori dan proporsional, 5) dan mampu mengedepankan kemaslahatan umat.
Dibalik itu, menurut Fathur Rokhman, Rektror UNES Semarang, (2022) mengutip Alvin Toffler dalam Power Shift (1990) manusia unggul digambarkan dalam pergeseran zaman dan bergesernya kriteria manusia unggul. Ada tiga periode besar perubahan manusia unggul. Pada periode pertama peradaban manusia, manusia unggul di identifikasi oleh kekuatan fisik, karena itulah, pemimpin kelompok hampir selalu yang terkuat kondisi tubuhnya.
Ketika manusia memasuki era pertanian, foedalisme, dan kemudian industri, sumber daya unggul di identifikasi oleh aksesnya terhadap alat-alat produksi. Pada periode ini, pemilik lahan dan pabrik menjadi SDM unggul dalam arti yang sebenarnya. Kriteria itu bergeser lagi ketika peradaban memasuki era informasi. Pada era ini, orang kuat adalah yang memiliki akses terhadap data. Inilah yang membuat dunia ini tidak lagi dikendalikan oleh para industriawan tradisional, melainkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi berbasis data.Hipotesis ini terbukti hari ini.
Perusahaan seperti Google bukan hanya mengontrol akses pengetahuan kita, tetapi juga membentuk pandangan dunia (worldview) kita. Facebook dengan Metaversenya WA, Intagram dan medsos lainnya bukan hanya membentuk pola interaksi pengguna, tetapi juga membentuk nilai-nilai pemakainya. Begitu pula MNC Informasi Teknologi lainnya produk mereka membentuk selera kita. Apalagi dengan produk Artificial Inteligent (AI) lainnya.Lalu di mana letak AUM PTMA kita? UM Sumatera Barat salah satu dari 172 PTMA kita di Tanah Air yang sangat potensial.
Hari-hari belakangan ini menunjukkan sinar yang semakin cermerlang. Hampir dari segala sektor. Fisik, infrastruktur dan sarana prasarana, jumlah mahasiswa, dosen yang bergelar doctor, penerbitan, dosen yang meneliti, peringkat akademik, prestasi akademik dan kegiatan student need, student interest dan student welfare-nya semakin prestatif dan seterusnya, semua sangat menggembirakan. Lebih jauh silahkan klik searching google tentang prestasi dan posisi UM Sumatera Barat di antara ratusan Perguruan Tinggi Swasta di Sumbar. Akan tetapi tentu saja belum dan tidak akan memberikan kepuasan kepada kita. Pada saatnya bila lebel unggul kita sandang, upaya mempertahankan dan meningkatkannya nanti lebih hebat lagi.
Dalam kaitan itu, maka sebagaimana karakter lembaga, institusi, dan organisasi, bahkan negara, selalu ada dua pendulum. Yaitu pendulum satu yang kadang berlawanan dengan pendulum dua. Saya ingin menyebutnya sebagai cluster atau pihak yang loyal-progressive dan konstruktif sebagai pendulum satu. Dan cluster atau pihak yang loyal-krititikal konstruktif sebagai pendulum kedua.
Bahasa mudahnya, ada pihak yang loyal kepada lembaga dan pimpinan dengan bekerja keras dan konstruktif. Dibalik itu ada yang loyal kepada Lembaga dan pimpinan tetapi sangat kritis, tentu juga kontruktif. Cluster satu tadi biasanya mayoritas bekerja dalam diam. Cluster dua bekerja dalam hiruk pikuk ktitis dan vocal terhadap lembaga dan pimpinan.
Bagaimana menjaga keseimbangan kedua pendulum tadi untuk kemajuan UM Sumatera Barat? Semua bermitra dan berkolaborasi. Disitulah peranan Pimpinan UM dan BPH dengan bijak mempersuasi semua civitas akademika secara dinamis dan konstruktif untuk menjalankan dan mencapai tujuan pelaksanaan sesuai dengan VISI Menjadi Universitas unggul berbasis kearifan lokal dalam pembinaan IMTAQ dan pengembangan IPTEK untuk kesejahteraan umat.
“Selamat Milad 67 Tahun UM Sumatera Barat, semoga selalu diberkahi-Nya dan terus maju menjemput keunggulan,” tutup Shofwan Karim.
(RI)
Tumblr media
0 notes
blorainfo · 3 years
Text
Kecelakaan Tunggal Terjadi di Jalan Lintas Sumatra Rute Kota Padang-Arosuka-solok
Kecelakaan Tunggal Terjadi di Jalan Lintas Sumatra Rute Kota Padang-Arosuka-solok # BERITA HARI INI # KECELAKAAN TUNGGAL # JALUR SUMATRA # RUTE KOTA PADANG-AROSUKA-SOLOK
PADANG — SANGHIYANG.ORG — Kecelakaan yang terjadi di Jalan Lintas Sumatera dengan rute Kota Padang-Arosuka-Solok, Sumatera Barat PADANG — SANGHIYANG.ORG — Kecelakaan yang terjadi di Jalan Lintas Sumatera dengan rute Kota Padang-Arosuka-Solok, Sumatera Barat pada Senin (12/7/2021) malam. Kecelakaan yang melibatkan sebuah truk yang terguling hingga mengalami beberapa kerusakan cukup…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
sumbarlivetv · 4 years
Link
0 notes
lesgobipu · 2 years
Text
05. Kerajaan Sriwijaya
Informasi Kerajaan
Corak: Buddha Berdiri: abad ke-7 (671) Letak: Palembang, Sumatera Selatan (membentang ke Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Singapura, Jawa, dan Kalimantan)
Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Maritim. Sriwijaya menjadi pusat persebaran agama Buddha di Indonesia (orang yang akan mempelajari agama Buddha di India dianjurkan untuk belajar bahasa Sansekerta dulu di Sriwijaya).
Bukti Kerajaan
Berita dari Dinasti Tang: pendeta Tiongkok, It-sing, mengunjungi Sriwijaya pada abd ke-7 dan menetap di sana selama 6 bulan. It-sing bersama Sakyarkirti (pendeta Sriwijaya) menerjemahkan kitab.
"... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Samudra Selatan percaya dan mengagumi Buddha, di hati mereka telah tertanam tingkah laku adun. Di dalam benteng kota Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang berusaha bisa dengan tekun dan mengamalkannya dengan adun... Bila seorang biarawan Cina akan berkunjung ke India untuk berusaha bisa Sabda, lebih adun ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India". - Berita Dinasti Tang
Ditemukannya surat kepada Khalifah Abdul-Aziz dari Bani Umayyah pada abad 8 yang berisi tentang persahabatan dengan raja kedua Sriwijaya.
“Surat itu dikirim dari seorang Maharaja, yang memiliki ribuan gajah, memiliki rempah-rempah dan wewangian serta kapur barus, dengan kotanya yang dilalui oleh dua sungai sekaligus untuk mengairi lahan pertanian mereka dan mengantarkan hadiah untuk khalifah pada waktu itu. Khalifah Umar bin Abdul-Aziz juga memberikan hadiah untuk utusan Sriwijaya dan mereka kembali dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam).”
Ditemukannya Candi Muara Takus di Riau.
Ditemukannya Candi Gumpung di Muaro Jambi (Kerajaan Melayu) yang ditaklukkan oleh Sriwijaya.
Ditemukannya Candi Kaew yang dibangun Sriwijaya di Thailand.
Ditemukannya 7 prasasti, yaitu:
1. Prasasti Kedukan Bukit, ditemukan di tepi Sungai Tatang (dekat Musi)
Prasasti tertua yang ditemukan dalam aksara Pallawa berbahasa Melayu Kuno.
Isi: 
“Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 604, pada hari ke sebelas paro-terang bulan Waiśakha Dapunta Hiyang naik di sampan mengambil siddhayātra (perjalanan). di hari ke tujuh paro-terang bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas dari Minanga tambahan membawa bala tentara dua laksa dengan perbekalan dua ratus cara (peti) di sampan dengan berlangsung seribu tiga ratus dua belas banyaknya datang di mata jap (Mukha Upang) sukacita. di hari ke lima paro-terang bulan....(Asada) lega gembira datang menciptakan wanua...... Śrīwijaya jaya, siddhayātra sempurna......”
Prasasti Kedukan Bukit berisi tentang tahun berdirinya Sriwijaya yang dimulai dari penaklukan Dapunta Hyang (pendiri Sriwijaya) terhadap wilayah Minangtamwan (daerah di dekat Sungai Musi). Prasasti ini juga menceritakan perjalanan Dapunta Hyang merayakan bulan waisak. Kedukan Bukit berarti keduk (menggali) bukit, permulaan atas tanah Sriwijaya.
2. Prasasti Kota Kapur, ditemukan di Pulau Bangka
Prasasti pertama yang ditemukan mengenai keberadaan Sriwijaya. Prasasti ini merupakan prasasti kutukan Dapunta Hyang yang isinya mengancam penduduk Jawa supaya tidak melakukan tindak tidak terpuji (termasuk tidak tunduk terhadap perintah Sriwijaya).
Prasasti ini kemudian memicu serangan terhadap Tarumanegara di Jawa Barat dan Kalingga di Jawa Tengah oleh Sriwijaya yang dipimpin Dapunta Hyang (Sri Jayanasa). Penyebabnya adalah orang-orang Jawa (Bhumi Jawa) tidak mau tunduk terhadap Sriwijaya.
Isi:
“Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tidak berbakti, yang tidak setia pada aku, biar pelaku tingkah laku tersebut mati kena kutuk. Akan tetapi bila orang takluk setia kepada aku dan kepada mereka yang oleh aku diangkatkan sebagai datu, karenanya moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya dengan kesuksesan, kesentosaan, kesehatan, kebebas­an dari bencana, kelimpahan segala­nya untuk seluruh negeri mereka ! Tahun Śaka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha (28 Februari 686 Masehi), pada saat itulah kutukan ini diucapkan”
3. Prasasti Talang Tuwo, ditemukan di Bukit Seguntang
Prasasti Talang Tuwo menceritakan tentang Taman Srisetra.
Taman Srisetra adalah taman yang dibangun oleh Dapunta Hyang pada 684 M.
Isi:
“Pada tanggal 23 Maret 684 Masehi, pada saat itulah taman ini yang dinamakan Śrīksetra dibuat di bawah pimpinan Sri Baginda Śrī Jayanāśa. Inilah niat baginda: Semoga yang ditanam di sini, pohon kelapa, pinang, aren, sagu, dan bermacam-macam pohon, buahnya dapat dimakan, demikian pula bambu haur, waluh, dan pattum, dan sebagainya; dan semoga juga tanaman-tanaman lainnya dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan, dapat digunakan untuk kebaikan semua makhluk.”
4. Prasasti Telaga Batu, ditemukan di Kolam Telaga Biru
Prasasti Telaga Batu ditujukan sebagai prasasti kutukan untuk siapa saja (di sini spesifiknya pejabat) yang tidak tunduk terhadap perintah dari kedatuan (ibukota Sriwijaya alias di Candi Muara Takus).
5. Prasasti Ligor, ditemukan di Thailand
Prasasti Ligor dibagi menjadi 2 bagian:
Sisi depan (Ligor A): Sriwijaya mendirikan Trisamaya Caitya/bangunan sebagai tanda persahabatan dengan Ligor.
Sisi belakang (Ligor B): ditulis kemudian oleh Wangsa Sailendra (raja-raja Buddha Sriwijaya, sebelumnya adalah kaum lokal di Palembang yang mengungsi dari India sebelum kedatangan Dapunta Hyang) mengenai raja bernama Wisnu dengan gelar Maharaja. Maharaja Wisnu digambarkan sebagai ‘pembunuh musuh-musuh yang perwira’.
6. Prasasti Nalanda, ditemukan di India
Prasasti Nalanda menceritakan tentang Sri Maharaja dari Sriwijaya (Balaputradewa) yang memerintahkan pembangunan biara di Nalanda dengan tujuan sebagai tempat berlindung, pemujaan, dan penyebaran agama.
Isi:
“Kami diminta oleh Maharaja Balaputradeva yang termasyhur, raja Suwarnadvipa (Sriwijaya) melalui seorang kurir yang aku buat untuk membangun sebuah biara di Nalanda yang dikabulkan oleh dekrit ini untuk dipersembahkan bagi Sang Buddha yang terberkati, tempat tinggal semua kebajikan utama seperti prajnaparamita, untuk pemujaan, persembahan, pengetahuan, tempat berlindung, sedekah, tempat tidur, kebutuhan orang sakit seperti obat-obatan.”
7. Prasasti Palas Pasemah, ditemukan di Lampung
Prasasti Palas Pasemah berisi tentang kutukan terhadap orang-orang yang tidak mau tunduk dan berbakti terhadap Sriwijaya.
Struktur Kerajaan
Masa kedudukan di Palembang:
Sri Jayanasa/Dapunta Hyang, pendiri Kerajaan Sriwijaya. ‘Dapunta’ adalah gelar penguasa pada masa itu dan ‘Hyang’ adalah sebutan untuk hal-hal mistis, disinyalir bahwa Dapunta Hyang melakukan perjalanan ‘mengalap berkah’ dan mendapat kekuatan mistis untuk menaklukkan daerah bawahannya.
Sri Indawarman, menjalin persahabatan dengan Arab (Bani Umayyah) dan Cina dengan memberikan hadiah zenji (budak wanita).
Masa peralihan Wangsa Syailendra:
Sri Maharaja Wisnu, raja dari Wangsa Syailendra yang dipercaya menaklukkan Sriwijaya.
Masa kedudukan di Jawa:
Dharaindra/Raja Indra, keberadannya masih jadi teori. Ada yang menyatakan: punya ikatan dengan Mataram Kuno (Rakai Panunggalan, raja ketiga Mataram Kuno) karena sama-sama berasal dari Wangsa Syailendra. Ada juga yang menyatakan: Dharaindra dan Maharaja Wisnu itu orang yang sama (di beberapa teori mereka justru jadi ayah & anak) karena ditemukannya Prasasti Kelurak (prasasti Mataram Kuno) yang menyebut Indra sebagai ‘penumpas musuh-musuh’, mirip sama sebutannya di Prasasti Ligor.
Samaratungga.
Balaputradewa, raja terbesar Sriwijaya.
Wijayatunggawarman, kemunduran Sriwijaya (dikalahkan oleh Cola)
Peristiwa Penting
Kemunduran Sriwijaya
1. Faktor alam, perubahan tanah di Sungai Musi menjadi berlumpur dan menghambat kegiatan maritim.
2. Faktor geografis, Palembang kurang strategis.
3. Kekuatan maritim Sriwijaya (di Indonesia bagian barat) terancam oleh kedatangan Kerajaan Airlangga (dari Indonesia bagian Timur).
4. Serangan Dharmawangsa dari Medang Kamulan ke Sriwijaya (992 M). DIjelaskan di Prasasti Hujung Langit tentang pemberian tanah sima/suci dan pertempuran antara Jawa (Medang) dan Sumatra (Sriwijaya).
Sumber: Berita China.
“Pada suatu hari, Medang dan Sriwijaya bersaing untuk menguasai Asia Tenggara. Mereka juga sama-sama melancarkan diplomasi ke Cina. Pada 988 M, Sriwijaya diserang oleh Medang dan mengakibatkan utusan Sriwijaya di Cina (Guangzhou) tidak bisa pulang karena Sriwijaya diserang Medang.
4 tahun kemudian (992 M), utusan Sriwijaya ketahan lagi di Champa (Vietnam) karena Sriwijaya belum aman dari serangan Medang. Utusan Sriwijaya akhirnya meminta bantuan ke Kaisar Song supaya Kaisar Song berpihak ke Sriwijaya.
Medang akhirnya nyaris berhasil merebut Palembang (ibukota Sriwijaya) di 992 M, tetapi langsung dipukul mundur oleh Sriwijaya.”
Alasan serangan Medang Kamulan gagal:
Pengaruh Sriwijaya di Sumatra sangat besar.
Sebelum mukul mundur pasukan Medang, Raja Sriwijaya Warmadewa kabur lewat Pelabuhan Selat Malaka dan meminta bantuan dari kerajaan-kerajaan di bawah Sriwijaya untuk memukul balik Medang.
Sriwijaya akhirnya melakukan serangan balas dendam ke Medang pada tahun 1006 dan mengakibatkan Teguh Dharmawangsa tewas dan Kerajaan Medang berakhir.
5. Serangan Colamandala ke Sriwijaya
Alasan penyerangan: Colamandala mau melindungi pedagang Tamil (India) karena Sriwijaya menarik upeti yang besar (istilahnya jasa preman supaya pedagang Tamil nggak digusur dari pelabuhan Sriwijaya).
Sebelumnya, Colamandala dan Sriwijaya berhubungan baik (terbukti dari Prasasti Nalanda ketika Balaputradewa membuat vihara di Nalanda). Hubungan baik ini berakhir ketika Raja Colamandala ganti dari Rajaraja ke anaknya, Rajendracola I (1012). Rajendracola I nggak suka sama Sriwijaya karena kebijakan yang merugikan Colamandala itu (narik upeti).
Kebencian Rajendracola I ada di Prasasti Tamil (yang ditemukan di Lobu Tua/Barus) isinya komunitas Tamil di Sumatra seharusnya bayar pajak ke Colamandala bukan ke Sriwijaya, apalagi dengan beban yang berat.
SERANGAN 1 (1017) Alasannya: persaingan bidang perdagangan & pelayaran
Waktu itu Colamandala masih kerajaan kecil.
Sasarannya Semenanjung Malaya.
SERANGAN 2 (1023-1030) Alasannya: memberi pengaruh
Rajendracola I menculik Raja Sriwijaya tetapi cuma sebagai bentuk gertakan agar Sriwijaya nggak macam-macam.
Nggak berpengaruh banyak di ibukota kerajaannya karena waktu itu rakyat Tamil cuma nyerang dan nggak berniat buat menduduki wilayah Sriwijaya.
SERANGAN 3 (1068-1069) Alasannya: motif politik & ekonomi, penguasaan wilayah (nggak begitu jelas kenapa dan apa dampaknya)
2 notes · View notes
ayojalanterus · 3 years
Text
Mengenal Sriwijaya - Kerajaan Terkaya di Nusantara
  Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an. Kerajaan Sriwijaya mulai diketahui ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Tumblr media
Selain berita-berita diatas tersebut, telah ditemukan oleh Balai Arkeologi Palembang sebuah perahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan Sriwijaya di Desa Sungai Pasir, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Sayang, kepala perahu kuno itu sudah hilang dan sebagian papan perahu itu digunakan justru buat jembatan. Tercatat ada 17 keping perahu yang terdiri dari bagian lunas, 14 papan perahu yang terdiri dari bagian badan dan bagian buritan untuk menempatkan kemudi. Perahu ini dibuat dengan teknik pasak kayu dan papan ikat yang menggunakan tali ijuk. Cara ini sendiri dikenal dengan sebutan teknik tradisi Asia Tenggara. Selain bangkai perahu, ditemukan juga sejumlah artefak-artefak lain yang berhubungan dengan temuan perahu, seperti tembikar, keramik, dan alat kayu. 
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda.
Tumblr media
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya. Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Pendapat ini didasarkan dari foto udara tahun 1984 yang menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi yang dipastikan situs ini adalah buatan manusia. Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau berbentuk bujur sangkar dan empat persegi panjang, serta jaringan kanal dengan luas areal meliputi 20 hektar. Di kawasan ini ditemukan banyak peninggalan purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat permukiman dan pusat aktifitas manusia.Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cenderung kepada pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara bahari, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh datu setempat. Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 M sesuai dengan catatan I Tsing. Dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 M diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Diketahui, Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu. Para ahli berpendapat bahwa prasasti ini mengadaptasi ortografi India untuk menulis prasasti ini. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya.
Pagoda Borom That yang Bergaya Sriwijaya di Chaiya, Thailand
Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Kemungkinan yang dimaksud dengan Bhumi Jawa adalah Tarumanegara. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata. Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengendalikan dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Champa di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri kemaharajaan Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.AGAMA Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
Candi Muara Takus
Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet dalam kertas kerjanya Durbodhāloka menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa penguasa Sriwijayanagara di Malayagiri di Suvarnadvipa. Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya dalam agama Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di Ligor, Thailand. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah, sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.
BUDAYA Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya atas Jawa.Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara.
Tumblr media
Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendra yang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal.Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah. Beberapa arca-arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang, dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya, dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca ini menampilkan keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami — oleh langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9).PERDAGANGAN 
Tumblr media
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India. Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi — dan jika perlu — memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya.Disebutkan dalam catatan sejarah Champa, adanya serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun 670 hingga 1025 M.
Model kapal Sriwijaya tahun 800-anyang terdapat pada candi Borobudur.
Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan pada kurun abad ke-7 hingga ke-13 masehi. Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Cina, berupa ts'engchi (yang maksudnya sama dengan Zanji dalam bahasa Arab). Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus), yang masuk melalui perdagangan mereka.PENYEBARAN PENDUDUK KEMAHARAJAAN BAHARI Upaya Sriwijaya untuk menjamin dominasi perdagangan bahari di Asia Tenggara berjalan seiring dengan perluasan Sriwijaya sebagai sebuah kemaharajaan bahari atau thalasokrasi. Dengan menaklukkan bandar pelabuhan negara jiran yang berpotensi sebagai pesaingnya, Sriwijaya secara otomatis juga melebarkan pengaruh dan wilayah kekuasaannya di kawasan. Sebagai kemaharajaan bahari, pengaruh Sriwijaya jarang masuk hingga jauh di wilayah pedalaman. Sriwijaya kebanyakan menerapkan kedaulatannya di kawasan pesisir pantai dan kawasan sungai besar yang dapat dijangkau armada perahu angkatan lautnya di wilayah Nusantara, dengan pengecualian pulau Madagaskar. Diduga penduduk yang berasal dari Sriwijaya telah mengkoloni dan membangun populasi di pulau Madagaskar yang terletak 3300 mil atau 8000 kilometer di sebelah Barat di seberang Samudra Hindia.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Jurnal Proceedings of The Royal Society, bahwa nenek moyang penduduk Madagaskar adalah orang Indonesia. Para peneliti meyakini mereka adalah pemukim asal Kerajaan Sriwijaya. Migrasi ke Madagaskar diperkirakan terjadi 1200 tahun yang lalu sekitar kurun tahun 830 M. Berdasarkan penelitian DNA mitokondria, suku pribumi Malagasy dapat merunut silsilah mereka kepada 30 perempuan perintis yang berlayar dari Indonesia 1200 tahun yang lalu. Bahasa Malagasy mengandung kata serapan dari bahasa Sanskerta dengan modifikasi linguistik melalui bahasa Jawa dan bahasa Melayu, hal ini merupakan sebuah petunjuk bahwa penduduk Madagaskar dikoloni oleh penduduk yang berasal dari Sriwijaya. Periode kolonisasi Madagaskar bersamaan dengan kurun ketika Sriwijaya mengembangkan jaringan perdagangan bahari di seantero Nusantara dan Samudra Hindia.HUBUNGAN DENGAN WANGSA SAILENDRA 
Candi Borobudur, pembangunannya diselesaikan pada masa Samaratungga
Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dengan dinasti Sailendra dimulai karena adanya nama Śailendravamśa pada beberapa prasasti di antaranya pada prasasti Kalasan di pulau Jawa, prasasti Ligor di selatan Thailand, dan prasasti Nalanda di India. Sementara pada prasasti Sojomertodijumpai nama Dapunta Selendra. Karena prasasti Sojomerto ditulis dalam bahasa Melayu dan bahasa Melayu umumnya digunakan pada prasasti-prasasti di Sumatera, maka diduga wangsa Sailendra berasal dari Sumatera, Walaupun asal-usul bahasa melayu ini masih menunggu penelitian sampai sekarang.Majumdar berpendapat dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa) dan Medang (Jawa), keduanya berasal dari Kalinga di selatan India. Kemudian Moens menambahkan kedatangan Dapunta Hyang ke Palembang, menyebabkan salah satu keluarga dalam dinasti ini pindah ke Jawa. Sementara Poerbatjaraka berpendapat bahwa dinasti ini berasal dari Nusantara, didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa yang berbahasa Melayu Kuna di antaranya prasasti Sojomerto.HUBUNGAN DENGAN KEKUATAN REGIONALUntuk memperkuat posisinya atas penguasaan kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta hadiah.
Ilustrasi
Seperti yang telah disebutkan diatas, pada tahun 718 Masehi Maharaja Sriwijaya bernama Sri Indrawarman mengirimkan sepucuk surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Umayyah.Salah satu dokumentasi dari surat ini  terdapat dalam buku tulisan Ibnu Abdul Rabbih (860-940 M) berjudul Al Iqd al Farid (“Kalung Istimewa”)—isinya lebih lengkap karena di dalamnya terdapat pembukaan dan isi, Berikut surat dari Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz."Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku."Ibnu Taghribirdi dalam bukunya al Nujum al Zahirah fi Muluk Misr wa al Qahirah (“Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo”) mempunyai tambahan untuk akhir surat kepada Khalifah Umar tersebut: “Saya mengirim hadiah jebat (musk), batu ratna, dupa dan barus. Terimalah dari saudara Islammu.”Walau dalam surat itu bertulis “saudara Islammu” namun belum ada bukti peninggalan bahwa Sri Indrawarman sendiri (telah) memeluk Islam.Yang jelas peristiwa ini membuktikan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan diplomatik dengan dunia Islam atau dunia Arab, dan menunjukkan hasrat sang raja untuk mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari berbagai rekan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni Tiongkok, India, dan Timur Tengah. Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom. Seperti disebutkan sebelumnya, Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah degan perpindahan Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktu tertentu wangsa Sailendra sebagai anggota mandala Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka Wangsa Sailendra berkuasa sekaligus atas Sriwijaya dan Kerajaan Medang, yaitu Sumatera dan Jawa. Akan tetapi akibat pertikaian suksesi singgasana Sailendra di Jawa antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani, hubungan antara Sriwijaya dan Medang memburuk. Balaputradewa kembali ke Sriwijaya dan akhirnya berkuasa di Sriwijaya, dan permusuhan ini diwariskan hingga beberapa generasi berikutnya.
Tumblr media
Salah satu relief di Borobudur menampilkan Raja dan Ratu dengan segenap abdi pengiringnya. Adegan keluarga kerajaan seperti ini kemungkinan besar dibuat berdasarkan istana wangsa Sailendra sendiri.
Dalam prasasti Nalanda yang bertarikh 860 Balaputra menegaskan asal-usulnya sebagai keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu raja Sriwijaya. Dengan kata lain ia mengadukan kepada raja Dewapaladewa, raja Pala di India, bahwa haknya menjadi raja Jawa dirampas Rakai Pikatan. Persaingan antara Sriwijaya di Sumatera dan Medang di Jawa ini kian memanas ketika raja Dharmawangsa Teguh menyerang Palembang pada tahun 990, tindakan yang kemudian dibalas dengan penghancuran Medang pada tahun 1006 oleh Raja Wurawari ( sebagai sekutu Sriwijaya di Jawa) atas dorongan Sriwijaya. Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga cukup baik. Dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarmantelah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan pada abad ke-11.MASA KEEMASANKemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai, serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.
Arca emas Avalokiteçvara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo, Muarabulian, Jambi.
Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India. Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama Sribuza. Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan dari seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat keterangan dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-) memiliki tanah yang subur dan kekuasaaan yang luas hingga ke seberang lautan. Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara sepanjang abad ke-10, akan tetapi pada akhir abad ini Kerajaan Medang di Jawa Timur tumbuh menjadi kekuatan bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita Tiongkok dari Dinasti Song menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedangkan Kerajaan Medang di Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan bahwa, San-fo-tsi dan Cho-po terlibat persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim duta besar ke Tiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak pulang, karena negerinya diserang oleh balatentara Jawa. Serangan dari Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun 990-an, yaitu antara tahun 988 dan 992 pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa. Pada musim semi tahun 992 duta Sriwijaya tersebut mencoba pulang namun kembali tertahan di Champa karena negerinya belum aman. Ia meminta kaisar Song agar Tiongkok memberi perlindungan kepada San-fo-tsi. Utusan Jawa juga tiba di Tiongkok tahun 992. Ia dikirim oleh rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru Jawa tersebut adalah Dharmawangsa Teguh.
Prasasti Hujung Langit, Haur Kuning, Lampung
Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara waktu, namun kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya. Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatera. Rangkaian serangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal karena Jawa tidak berhasil membangun pijakan di Sumatera. Menguasai ibu kota di Palembang tidak cukup karena pada hakikatnya kekuasaan dan kekuatan mandala Sriwijaya tersebar di beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka. Maharaja Sriwijaya, Sri Cudamani Warmadewa, berhasil lolos keluar dari ibu kota dan berkeliling menghimpun kekuatan dan bala bantuan dari sekutu dan raja-raja bawahannya untuk memukul mundur tentara Jawa. Sriwijaya memperlihatkan kegigihan persekutuan mandalanya, bertahan dan berjaya memukul mundur angkatan laut Jawa. Sri Cudamani Warmadewa kembali memperlihatkan kecakapan diplomasinya, memenangi dukungan Tiongkok dengan cara merebut hati Kaisarnya. Pada tahun 1003, ia mengirimkan utusan ke Tiongkok dan mengabarkan bahwa di negerinya telah selesai dibangun sebuah candi Buddha yang didedikasikan untuk mendoakan agar Kaisar Tiongkok panjang usia. Kaisar Tiongkok yang berbesar hati dengan persembahan itu menamai candi itu cheng tien wan shou dan menganugerahkan genta yang akan dipasang di candi itu. (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus).Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman Jawa, maka Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasat balasan dan berusaha menghancurkan Kerajaan Medang. Sriwijaya disebut-sebut berperan dalam menghancurkan Kerajaan Medang di Jawa. Dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya, yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa Teguh.SENDYAKALANING SRIWIJAYA 
Tumblr media
Sebuah lukisan dari Siam   menunjukkan penyerangan Chola di Kedah
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Tanjore bertarikh 1030, Kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya, seperti wilayah Nikobar dan sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade berikutnya, seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola I tetap memberikan peluang kepada raja-raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya berita utusan San-fo-ts'i ke Cina tahun 1028. Faktor lain kemunduran Sriwijaya adalah faktor alam. Karena adanya pengendapan lumpur di Sungai Musi dan beberapa anak sungai lainnya, sehingga kapal-kapal dagang yang tiba di Palembang semakin berkurang. Akibatnya, Kota Palembang semakin menjauh dari laut dan menjadi tidak strategis. Akibat kapal dagang yang datang semakin berkurang, pajak berkurang dan memperlemah ekonomi dan posisi Sriwijaya. Kerajaan Tanjungpura dan Nan Sarunai di Kalimantan adalah kerajaan yang sezaman dengan Sriwijaya, namun Kerajaan Tanjungpura disebutkan dikelola oleh pelarian orang Melayu Sriwijaya, yang ketika pada saat itu Sriwijaya diserang Kerajaan Chola mereka bermigrasi ke Kalimantan Selatan.Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa pada tahun 1079, Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) raja dinasti Chola disebut juga sebagai raja San-fo-ts'i, yang kemudian mengirimkan utusan untuk membantu perbaikan candi dekat Kanton. Selanjutnya dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 masih mengirimkan utusan pada masa Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian juga mengirimkan utusan berikutnya pada tahun 1088.Pengaruh invasi Rajendra Chola I, terhadap hegemoni Sriwijaya atas raja-raja bawahannya melemah. Beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat. Pada tahun 1079 dan 1088, catatan Cina menunjukkan bahwa Sriwijaya mengirimkan duta besar pada Cina. Khususnya pada tahun 1079, masing-masing duta besar tersebut mengunjungi Cina. Ini menunjukkan bahwa ibu kota Sriwijaya selalu bergeser dari satu kota maupun kota lainnya selama periode tersebut. Ekspedisi Chola mengubah jalur perdagangan dan melemahkan Palembang, yang memungkinkan Jambi untuk mengambil kepemimpinan Sriwijaya pada abad ke-11.
Candi Padang Roco, diperkirakan merupakan pusat kerajaan Dharmasraya
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i memeluk Budha, dan memiliki 15 daerah bawahan yang meliputi; Si-lan (Kamboja), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor, selatan Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu sekarang), Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts'ien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka, pantai timur Semenanjung Malaya), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), Pa-lin-fong (Palembang), Kien-pi (Jambi), dan Sin-t'o (Sunda).Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya. Dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut, ternyata adalah wilayah jajahan Kerajaan Dharmasraya, walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan yang berada di kawasan Laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton kawasan sumatera telah disebutkan sebagai Malayu. Kitab ini mengisahkan bahwa Kertanagara raja Singhasari, mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu, dan kemudian menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasasti Padang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang terdapat pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama yang menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit, juga sudah tidak menyebutkan lagi nama Sriwijaya untuk kawasan yang sebelumnya merupakan kawasan Sriwijaya.STRUKTUR PEMERINTAHAN Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi. Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang di dalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya. Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya.
Tumblr media
Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar prasasti. Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.
Menurut Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan pula bermacam-macam jabatan dan pekerjaan yang ada di zaman Sriwijaya. Adapun jabatan dan pekerjaan yang diceritakan tersebut adalah:1. raja putra (putra raja yang keempat),2. bhupati (bupati),3. senopati (komandan pasukan),4. danayaka (hakim).Kemudian terdapat juga- Tuha an watak wuruh (pengawas kelompok pekerja),- Adyaksi nijawarna/wasikarana (pandai besi/ pembuat senjatapisau),- kayastha (juru tulis),- sthapaka (pemahat),- puwaham (nakhoda kapal),- waniyaga (pedagang) - pratisra (pemimpin)- marsi haji (tukang cuci) - hulu haji (budak raja).Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua. Seperti yang diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar putra mahkota, yakni yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua). Maka dari itu, Ahmad Jelani Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia) mengatakan bahwa untuk mencegah perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua.
source https://www.ayojalanterus.com/2021/05/mengenal-sriwijaya-kerajaan-terkaya-di.html
9 notes · View notes
beritaterkinisiantar · 9 months
Text
Logistik Pemilu Tiba di KPU Pematang Siantar Polres Pematang Siantar Lakukan Pengawalan
Logistik Pemilu Tiba di KPU Pematang Siantar, Polres Pematang Siantar Lakukan Pengawalan https://ift.tt/RVrYNs0 Sumber: dutamedan.com (DM.01) Pematang Siantar, DUTAMEDAN.COM – Logistik Pemilu 2024 telah sampai di KPU Pematang Siantar, personil Polres Pematang Siantar melakukan  pengamanan kedatangan logistik di Kantor KPU Kota Pematang Siantar, Selasa, (02/01/2024) kemarin. Logistik yang diterima KPU Kota Pematang Siantar berupa Alat Bantu Coblos Tuna Netra (ABCTN) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2024 sesuai Berita Acara Serah Terima ABCTN Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2024 Provinsi Sumatera Utara No : 345/PBT-TSS/BA-ABPPWP/12/2023 dengan  rincian 3 Boks, 796 lembar. Pengiriman Logistik ABCTN dari PT. Pura Barutama yang beralamat di JalanAKBP Agil Kusumadya 203 Kab. Kudus Provinsi Jawa Tengah dengan pengiriman Logistik PT. POS Indonesia Kota Pematang Siantar menggunakan Transportasi darat sebanyak 1 (satu) Unit mobil Boks Mitsubishi Colt No.Pol. BK 8160 EN, dan supir bernama Erwinco Hutauruk. Selanjutnya Logistik itu disimpan di Kantor KPU Kota Pematang Siantar Jln. Porsea No.3 Kelurahan Teladan Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar. Sampai saat ini Logistik Pemilu tahun 2024 yang sudah diterima KPU Kota Pematang Siantar yakni Bilik Pemungutan Suara sebanyak 3.184 Pcs, diterima pada hari Jumat tanggal 27 Oktober 2023, Kotak Suara Pemilu sebanyak 3.996 buah, diterima pada hari Kamis tanggal 02 November 2023. Kemudian Segel sebanyak 76.562 Keping, diterima pada hari Senin tanggal 06 November 2023, Tinta sebanyak 1.602 botol, diterima pada hari Selasa tanggal 07 November 2023, Segel Plastik sebanyak 20.696 diterima pada hari Selasa tanggal 28 November 2023. Pada hari Senin tanggal 04 Desember 2023 diterima logistik berupa Spidol kecil biru sebanyak 9.657 buah, Lem 75 ml cair sebanyak 1.654 buah, Surat Suara DPR RI, DPRD Provsu dan DPRD Kota Pematang Siantar untuk Pemilu tahun 2024 sebanyak 1.249 Kotak, diterima pada hari Selasa tanggal 05 Desember 2023. Selanjutnya Pada hari Senin tanggal 11 Desember 2023 telah diterima Alat Coblos untuk Pemilu tahun 2024 berupa Busa : 3.204 buah, Paku : 3.750 buah, Benang : 3.425 buah, Karet sebanyak 379.596 pcs, diterima pada hari Selasa tanggal 12 Desember 2023. Pada hari Rabu tanggal 13 Desember 2023 telah diterima logistik untuk Pemilu tahun 2024, berupa Plastik Besar/Kubus : 7.600 buah (kurang 360 buah), Plastik kecil : 1.592 buah, Plastik Sedang : 805 buah, Plastik Selongsong : 3.980 buah, Plastik Ziplok : 796 buah, Ballpoint : 5.747 buah, Spidol Besar : 12 buah, Tanda Pengenal : 32.636 set, Plastik Tanda Pengenal : 32.636 Pcs, Tali Pengikat Bad : 32.636 Pcs, Badge KPPS : 5.572 lembar, Badge Petugas : 1.592 lembar dan Badge Saksi : 25.472 lembar. Hari Kamis tanggal 28 Desember 2023 telah diterima Logistik Pemilu tahun 2024 berupa Formulir Plano dengan perincian, Formulir Model C hasil PPWP = 6 boks 2.388 set, Formulir Model C hasil DPD = 10 boks, 3.980 set, Formulir Model C hasil – DPR Dapil Sumut 3 = 40 boks 15.920 set dan Formulir Model C hasil – DPRD Provinsi Dapil Sumut 10 = 40 boks 15.920 set. Pada hari Jumat tanggal 29 Desember 2023 telah diterima Logistik Pemilu tahun 2024 berupa Daftar Pasangan Calon dan Daftar Calon Tetap dengan perincian, Daftar Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden = 2 boks, 796 lembar, Daftar Calon Tetap Anggota DPD = 2 boks, 796 lembar, Daftar Calon Tetap Anggota DPR RI (Dapil Sumatera Utara 3) = 2 boks, 796 lembar, Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Provinsi (Dapil Sumatera Utara 10) = 2 boks, 796 lembar, Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Kabupaten/Kota (Dapil Kota Pematang Siantar 1) = 1 boks, 274 lembar, Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Kabupaten/Kota (Dapil Kota Pematang Siantar 2) = 1 boks, 232 lembar. Dan Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Kabupaten/Kota (Dapil Kota Pematang Siantar 3) = 1 boks, 290 lembar. (Jose) The post Logistik Pemilu Tiba di KPU Pematang Siantar, Polres Pematang Siantar Lakukan Pengawalan first appeared on DUTA MEDAN - Media Informasi Terkini Sumatera 2024.
0 notes
cerahqq · 4 years
Text
Catatan Kecelakaan Pesawat Indonesia Sepanjang Sejarah
Tumblr media
Belum lama ini dunia di atas awan alias penerbangan di Negara Indonesia kembali berduka, dimana berita duka tersebut berasal dari tumbangnya Pesawat Sriwijaya Air SJ- 182pada Sabtu, 9 Januari 2021. Kabar lenyap kontak sampai ditemuinya puing- puing pesawat Sriwijaya Air SJ- 182 ini jadi berita dukacita yang sangat disayangkan untuk keluarga korban, keluarga kru/ awak pesawat serta segala orang di Indonesia.
Tercatat, paling tidak terdapat 62 orang yang terletak di pesawat Sriwijaya Air SJ- 182, yang meliputi 50 penumpang( 40 berusia, 7 kanak- kanak serta 3 balita), serta 12 kru. TS ikut berdukacita serta berharap supaya paling tidak jenazah dari para korban bisa ditemui.
Musibah pesawat bisa diakibatkan oleh bermacam aspek, semacam cuaca kurang baik, kesalahan/ kehancuran teknis serta aspek lain yang dapat kamu amati disini. Musibah pesawat memanglah sangat disayangkan terjalin, tetapi musibah Sriwijaya Air SJ- 182 tidaklah salah satunya yang terjalin di Indonesia ataupun dunia. Berikut ane rangkum sebagian musibah pesawat terparah yang sempat terjalin di Indonesia.
1. Lion Air JT- 610- Karawang, Jawa Barat
Tumblr media
Musibah Lion Air JT- 610terjadi pada 29 Oktober 2018 yang direncakan terbang dari Jakarta( Lapangan terbang Soekarno- Hatta) ke Pangkal Pinang. Pesawat dengan tipe Boeing 737 MAX 8 ini lenyap kontak sehabis 13 menit lepas landas dari Jakarta( Jam 06. 33), dimana sehabis ditelusuri nyatanya pesawat ini jatuh di lepas Tepi laut Karawang. Walhasil segala penumpang serta kru pesawat sebanyak 189 orang( 179 penumpang berusia, 1 penumpang anak, 2 penumpang balita, 2 pilot serta 5 kru) dinyatakan tewas.
2. AirAsia QZ8501- Perairan Kalimantan Tengah
Tumblr media
Musibah Pesawat AirAsia QZ8501terjadi pada 28 Desember 2014. Pesawat dengan jenis Airbus A320 direncanakan berangkat dari Surabaya( Lapangan terbang Juanda) mengarah Singapore. Musibah Pesawat ini dimulai dengan berita lenyap kontak sepanjang 50 menit sehabis lepas landas. Dalam informasi yang di tulis di catatan, jumlah korban dari musibah AirAsia QZ8501 di perairan Kalimantan Tengah ini sebanyak 162 orang( 138 penumpang berusia, 16 penumpang kanak- kanak, 1 penumpang bayi, 4 kru kabin, serta tiap- tiap 1 pilot serta kopilot).
3. Sukhoi Superjet 100- Gunung Salak
Tumblr media
Musibah Sukhoi Superjet 100terjadi pada 9 Mei 2012 di Gunung Salak, Sukabumi. Sukhoi Superjet 100 sendiri hadapi musibah dikala lagi melaksanakan demonstrasi pesawat jenis baru. Tetapi Sukhoi Superjet 100 malah menabrak tebing batu Gunung Salak, jadi sirna serta memunculkan korban jiwa sebanyak 45 orang( penumpang serta kru pesawat).
4. Adam Air KI- 574- Selat Makassar
Tumblr media
Pesawat Adam Air KI- 574yang direncanakan berangkat dari Surabaya ke Manado hadapi musibah pada 1 Januari 2007 di Selat Makassar. FDR( Flight Informasi Recorder) Pesawat Boeing 737- 4Q8 ini baru ditemui pada 27 Agustus 2007, serta CVR( Cockpit Voice Recorder) baru ditemui satu hari setelah itu pada 28 Agustus 2007. Walaupun FDR serta CVR ditemui, baik penumpang ataupun kru dari Pesawat Adam Air KI- 574 tidak ditemui, serta dinyatakan tewas dengan jumlah 96 orang penumpang( 85 berusia, 7 kanak- kanak serta 4 bayi), 4 kru serta 2 pilot.
5. Mandala Airlines RI 091- Medan
Tumblr media
Musibah Mandala Airlines Ri 091terjadi pada 5 September 2005 di Medan. Musibah Pesawat tipe Boeing 737- 200 terjalin sebab kegagalan lepas landas yang menyebabkan Mandala Airlines RI 091 menerobos pagar lapangan terbang Polonia serta kesimpulannya menabrak perumahan penduduk Medan di Jalan. Jamin Ginting. Total korban jiwa dari musibah ini meliputi 100 penumpang serta 41 warga setempat. Walaupun banyak memakan korban, terdapat 17 penumpang yang selamat dari insiden ini.
6. Garuda Indonesia GA- 152- Sumatera Utara
Tumblr media
Salah satu Kecekakaan Pesawat yang akan di inget oleh seluruh masyarakat Deli Serdang, Sumatera Utara ini adalah Garuda Indonesia GA- 152terjadi pada 27 September 1997 sebab menabrak bukit di Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara. Bencana Pesawat tipe Airbus A300- B4 dengan arah Jakarta( Soekarno- Hatta) ke Medan ini diucap bagaikan salah satu musibah terburuk dalam penerbangan Indonesia. Alasannya musibah ini memunculkan korban jiwa sangat banyak dibanding musibah pesawat lain, ialah sebanyak 234 orang( 222 penumpang serta 12 kru pesawat tercantum pilot).
Seperti itu sebagian musibah pesawat yang sempat terjalin di Indonesia. Bila dihitung semenjak 1945 sampai 2021( Januari), sudah terjalin 104 musibah pesawat di Indonesia.
1 note · View note
bentengsumbar · 1 year
Text
Ketua TP PKK SumbarHarneli Mahyeldi Apresiasi Kerja Kader PKK se Sumatera Barat | BentengSumbar.com
0 notes
ermunlaila · 2 years
Text
Dindarrel #1. Se-buah Doa
Kenalin nama gue Dinda. Ini cerita tentang gue dan Darrel. Makhluk ter-out-of-the-box yang pernah gue temui.
Gue kenal dia udah dari beberapa tahun yang lalu. Tak ada yang spesial dari pertemanan gue sama dia. Yang gue tahu, dia sahabat dari orang yang pernah gue kagumi saat pertama kali masuk ke perusahaan ini. Dan satu hal yang pasti, dia lebih muda dari gue. Sebatas itu. Hanya saja kebetulan gue pernah di satu tim proyek dengan dia saat gue tahun pertama kerja di perusahaan ini. Itupun gak lama, cuma sekitar satu bulan.
Ketika suatu hari dia begitu menunjukkan ke khalayak tentang ketertarikannya pada seorang perempuan setelah berusaha move on bertahun-tahun, gue mendukungnya. Tak jarang gue isengin, mengajaknya bercanda tentang hubungannya itu. Karena saat pertama kali gue di satu tim dengannya, dia termasuk orang yang tak suka dihubungkan dengan perempuan manapun. Mungkin saat itu dia masih belum bersahabat dengan luka masa lalunya. Dia pernah di tolak saat melamar seorang perempuan.
Ada satu kejadian dimana dulu ketika gue masih setim sama dia dan kebagian ketemu user diluar kantor. Kita yang beranggotakan 10 orang dimana 8 orang lainnya udah saling berpasangan, tersisalah gue sama dia. Kita emang memilih naik motor biar lebih efisien, karena daerah yang dituju kawasan padat penduduk dan sarangnya macet. Di loby menuju parkiran, dengan lantangnya saat seseorang di tim kita menyarankan biar gue boncengan aja sama dia, taukah reaksinya?
“Gak mau!”
Yes! gue ditolak di depan umum, ya meskipun gue cuma ngeliatin doang dan bukan gue juga yang menyarankan. Cuma gue jadi bisa menyimpulkan kalau manusia satu ini beneran se-gak-suka itu dikaitkan sama cewe, kala itu. 
Namun seiring berjalannya waktu, entah dimulai sejak kapan dia mulai berubah. Berita silih berganti menghampiri, ada yang bilang kalo dia lagi suka sama si A lah, habis jalan sama si B lah, atau habis nganterin si C lah. Belum lagi ada si D, E, F yang suka sama dia. Gue si menanggapinya dengan santai bahkan excited buat semakin godain dia. 
“Jadinya mau sama yang mana nih? kemarin gue sempet nanya ke si A loh, katanya lo dipertimbangkan buat jadi pasangannya hahahhaha“
***
Berbulan-bulan gue di kasih proyek yang ada di Indonesia bagian timur. Sama sekali gue gak dengar kabarnya. Ditambah gue gak ada proyek yang beririsan lagi dengannya. Pikiran gue waktu itu cuma pengen cepet-cepet balik ke kota biar bisa liat gemerlap lampu metropolitan yang menghiasi malam. Gue juga rindu suasana berdesak-desakan di komuter line. 
Satu semester sudah, akhirnya proyek gue kelar juga. Tibalah hari dimana gue harus berpamitan. Good bye east and welcome back west. Rutinitas gue di barat sebalik dari timur tetap seperti biasa. Berhadapan dengan monitor yang sambil sesekali mencuri pandang ke sahabatnya dia. Dia sendiri ada, tapi hanya sesekali ke kantor. Yang gue tau, dia masih sibuk dengan proyeknya yang di ujung pulau Sumatera. Kita hidup di dunianya masing-masing.
Tapi malam ini, tanpa aba-aba dia datang nyamperin gue. Menggenggam tangan gue. Ijin ke mampap gue. Membawa gue yang penuh kekurangan ini ke tempatnya. Yakinin gue kalo dialah yang paling tepat buat masa depan gue. Dia juga nerima semua masa lalu gue yang diselimuti dengan ke-insecure-ran. Padahal selama ini kita gak ada komunikasi selain saat ketemu langsung di kantor. Dan entah gimana gue mendadak jadi seyakin itu sama dia.
Tiba saat berjalan di karpet merah menuju pelaminan, gue yang agak dibelakangnya, karena gue harus sambil angkat gaun gue yang lebar, gue tatap terus punggungnya yang seolah bisa lindungin gue dari badai kehidupan yang akan datang. Meski gue kadang masih gak habis pikir sendiri kenapa gue ada disini, bisa duduk sebelahan dengan dia.
“Makasih ya 'dek', makasih buat semuanya. Gue janji bakal berusaha yang terbaik buat jadi istri lo. Mungkin lo emang lebih muda dari gue, tapi sikap dewasa lo yang tiba-tiba itu mampu mengubah sudut pandang gue terhadap lo. Sekali lagi makasih adek yang pengen banget gue panggil abang”  
“Tinggal panggil gue abang aja kali, dari awal kita kenal juga emang gue pernah manggil lo kakak atau mbak? Enggak kan?”
“Iya deh abangku sayaaaaang. Btw gue masih kepo sampe detik ini, jujur deh lo kenapa mau nikahin gue?”
“Simple, karena kata temen-temen gue, lo kayaknya suka sama gue, buktinya lo deket-deket gue mulu, ya meskipun lo seringnya iseng, tapi aslinya lo rindu kan ngobrol sama gue?”
“Dih, pede banget. Lo tuh lucu suka salting kalo diisengin makanya gue suka”
“Nah kan ngaku suka sama gue wkwkwkkwk”
“Eh bukan gitu maksudnyaaaaaa, malu deh gue”
“Gue istikharah-in elo udah dari lama dan ternyata ini jawabannya. Lo sendiri kenapa akhirnya mau nerima gue?”
“Ada masa dimana gue ngerasa nyaman sama lo, terus sesekali dengan TERAMAT SANGAT MALU-MALU gue nyebut nama lo dalam doa gue”
-------------------------------------------------------------
“Jadinya mau sama yang mana nih? kemarin gue sempet nanya ke si A loh, katanya lo dipertimbangkan buat jadi pasangannya hahahhaha“
“Halah, lo sendiri gimana Din? Disini masih banyak loh yang single“ (termasuk gue, lo gamau sama gue aja Din? Gue emang sempet suka sama si A, tapi bentar doang, selebihnya cuma buat pengen liat reaksi lo, kalo gue deket-deket cewe lain lo gimana. Ah emang lo gak peka banget sih orangnya)
“Gue mah gampang, kan elo tuh yang jelas udah ada dan pada ngantri di depan mata” (Tuhan.. kenapa tetiba gue pengen dipilih sama Darrel ya? Perasaan macam apa ini? Enggak.. enggak.. dia tuh adek gue)
0 notes