#Begini Caranya
Explore tagged Tumblr posts
carasuksesbinisafc · 2 months ago
Text
0812-8603-4243 bu Paska, Bisnis AFC Sambil Mengurus Keluarga Begini Caranya
Tumblr media
Manfaatkan Teknologi, 0812-8603-4243 bu Paska, Bisnis AFC Sambil Mengurus Keluarga Begini Caranya
Penawaran TERBATAS hanya untuk Anda yang serius INGIN SUKSES di Bisnis AFC. Saya sudah Memperlihatkan hasil, Saya baru Join 3 Bulan di AFC dan Sudah Berhasil meraih Promo Trip Cruise jalan-jalan ke 3 Negara. Saya akan kasitau Caranya Bagaimana anda dikejar2 pelanggan tanpa keluar rumah sama sekali. Penawaran ini SEKALI LAGI, TERBATAS hanya untuk anda yang Kualified diterima. SYARAT DAN KETENTUAN BERLAKU!
Jika anda adalah kandidat yang sesuai hubungi saya! Diajarin Secara Private!
Bisnis AFC Sambil Mengurus Keluarga Begini Caranya
#Bisnis AFC Sambil Mengurus Keluarga Begini Caranya
0 notes
kurniawangunadi · 17 days ago
Text
Jurang
Hi semua. Tulisan ini mungkin cukup sensitif dan membutuhkan empati untuk membacanya dengan hati-hati, karena akan menggunakan sudut pandang perbanding-bandingan. Sesuatu yang mungkin tidak nyaman untuk dibaca bagi sebagian orang.
Dalam proses mengamati sekaligus menjalani kehidupan selama 34 tahun ini, terasa sekali bahwa fase yang sedang dijalani saat ini itu benar-benar jelas sekali garis batas kehidupan satu sama lain, antara diri kita dengan orang lain itu kelihatan sekali.
Dulu sewaktu kecil, sewaktu seru-serunya menjadi anak-anak, tidak memandang dunia dari sisi materi, tidak bingung bangun tidur harus bekerja, bahkan ini mungkin terjadi hingga kita SMA. Antara kita dengan teman kita itu sama, sama-sama di fase berjuang. Lagi di fase belajar untuk mewujudkan mimpi masing-masing. Ngerasain kelas yang panas tanpa AC bareng-bareng, naik motor iring-iringan, dan semua aktivitas yang membuat kita terasa tidak ada bedanya satu sama lain. Coba deh perhatikan, teman-teman kita semasa TK, SD, SMP, ataupun SMA dulu. Inget nggak serunya bermain bersama, paling satu-satunya hal yang membuat kita berkompetisi saat itu adalah rangking kelas. Itu pun kadang sadar diri kalau udah ada yang langganan juara kelas berturut-turut, kitanya juga nggak berkecil hati karena tidak juara kelas, enjoy aja, dan ya berjalan sebagaimana biasanya.
Tapi coba lihat semuanya sekarang. Perbedaan antara kita dan teman-teman bisa kayak bumi dan langit dari sisi kehidupan. Di umur yang sama, ada yang masing single, ada yang sudah punya anak mau masuk SD. Ada yang sudah punya rumah, ada yang masih ngontrak. Ada yang kerja dengan gaji puluhan bahkan ratusan juta per bulan, ada yang berjuang biar bisa UMR aja alhamdulillah. Ada yang lagi jalan-jalan ke berbagai kota atau negara, ada yang lagi langganan ke psikolog/psikiater. Ada yang berubah jadi kriminal, ada yang menjadi seorang alim. Ada yang lagi kesulitan finansial, ada yang lagi lapang banget sampai bisa bersedekah tanpa berpikir panjang. Ada yang pernikahannya bahagia, ada yang sudah menjadi duda dan janda.
Perbedaan itu terpampang secara nyata. Dan itu dialami oleh diri kita sendiri dan juga orang-orang yang dulu sekali, tidak begitu lama, mungkin 15 atau 20 tahun yang lalu adalah orang-orang yang bareng sama kita. Yang dulu sama-sama memikirkan tugas sekolah, les bareng-bareng, kalau libur sekolah bikin agenda kelas, kalau ramadan bikin acara bukber kelas. Kalau lebaran, rame-rame keliling antar rumah-rumah.
Tapi perbedaan nasib, garis takdirnya bisa sejauh itu. Kadang, diri sendiri pun merasa begitu asing dengan segala jurang yang ada, begitu tinggi perbedaan yang dimiliki. Kadang, diri juga mengukur-ukur diri sendiri, bertanya-tanya mengapa ada yang bisa sejauh itu sementara kita terasa jalan di tempat, gitu-gitu aja.
Tanpa sadar, bahwa "gitu-gitu aja"nya diri ini juga ternyata jadi sesuatu yang amat berharga bagi teman kita yang lain. Hidup yang saling melihat ini, rasanya semakin membelalakkan mata di umur sekarang. Umur-umur yang menurut kita harusnya sudah bisa mencapai hal-hal tertentu dalam hidup, tapi kita baru mencapai sebagian kecil atau bahkan belum sama sekali.
Kemarin waktu baca threads, ada sebuah utas yang kurang lebih bilang begini : "Umur 42, belum punya rumah sendiri, masih ngontrak pindah-pindah, kendaraan cuma motor ada 1, anak ada dua udah sekolah semua, tiap bulan gaji ngepres buat semuanya. Nggak apa-apa kan?" Dan jawaban orang lain yang membalas, begitu "nyesss" pada baik-baik.
Kadang mulai mikir juga, apa selama ini kita terlalu lama hidup dalam bubble. Hidup dalam perspektif bahwa keberhasilan-keberhasilan itu harus mencapai ini dan itu. Ditakut-takuti jika kita tidak begini dan begitu, nanti hidup kita akan menderita. Hidup kita akan gagal. Gagal menurut orang yang menebar ketakutan tersebut.
Dan kita lupa dan tidak pernah diajari untuk bagaimana caranya bisa bahagia dengan alasan-alasan yang amat sederhana. Kebahagiaan kita penuh dengan syarat, syarat yang kita buat sendiri, tapi sekaligus syarat yang amat sulit untuk kita sendiri penuhi. (c)kurniawangunadi
179 notes · View notes
nonaabuabu · 6 months ago
Text
Baiklah, jadi begini; tadinya aku ingin menulis puisi untuk hati yang begitu dingin. Ia mahir membaca kecuali apa yang kutuliskan untuknya.
Jadi sekarang aku ragu, untuk apa semua diksi kalau ia tidak mengerti?Jika kau bertemu dengannya tolong sampaikan; jangan sembarangan mengetuk pintu hati orang, kalau tak tahu caranya bertanggungjawab kepada jiwa yang jatuh cinta.
71 notes · View notes
slythereeen · 1 year ago
Text
Aku Mah Gini Orangnya
Katanya, setelah menikah kita akan melihat karakter asli dari pasangan kita. Mungkin dari yang awalnya A jadi B, hingga dari A malah jadi Z. Kalau menjadi lebih baik, itu bagus. Tapi kalau sebaliknya (?). Sebagian orang akan berkata "aku mah gini orangnya". Kalimat tersebut biasanya jadi kalimat self defense untuk 'memaksa' kita menerima siapa mereka sebenarnya. Alhasil, ada beberapa kekurangan yang akhirnya 'terpaksa' kita terima.
Memang benar kalau misalkan menikah itu menerima segala kekurangannya. Tapi, pernyataan ini selamanya tidak benar. Ada sebuah kutipan menarik. Begini katanya:
"Marriage requires a balance between accepting a partner for who they are and challenging them to become the best version of themselves"
Katanya, menikah adalah tentang bagaimana caranya membuat sebuah keseimbangan antara menerima pasangan kita (beserta kelakuan-kelakuan yang kadang kita buat ilfeel) dan men-challenge dia jadi versi diri terbaiknya. Membuat dia menjadi dirinya yang lebih baik lagi. Bukan dia yang menyerah dengan keadaan dan bilang "aku mah gini orangnya". Jadi, kalau masih ada yang nerima "aku mah gini orang nya" untuk sebuah kelakuan yang sebenarnya bisa berubah, tugas kita adalah menuntun (bukan menuntut) agar dia menjadi pribadi lebih baik lagi. Pun juga sebaliknya (kita harus jadi lebih baik lagi).
Dah ah segitu dulu tulisan kali ini. Semoga kita menjadi orang-orang yang mau belajar lebih baik lagi dari hari kemaren. As always, merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind.
212 notes · View notes
kayyishwr · 5 months ago
Note
mas gimana caranya menghadapi orang yang antara tulisan dan perbuatan tidak sejalan... misal tulisannya sok alim, sok suci, sok agamis, sok asik... Tapi kelakuannya suka menghina, suka ngibah, suka merendahkan, sombong, angkuh, dll
sudah sejauh mana kita kenal sama org lain sampe bisa bilang begini?
kalaupun faktanya begitu, sudah sejauh mana kita nemenin, sambil ingetin, trus arahin supaya ga seperti itu
dan sudah sejauh mana kita doain supaya dia berubah?
dan bisa jadi pertanyaan ini bagian dari menghina, ngibah, merendahkan, sombong, angkuh dll karena kita menulis untuk mencari pembenaran bukan kebenaran
24 notes · View notes
npshab · 1 year ago
Text
Setelah menikah aku merasa disayangin banget. Sama suamiku.
Setelah melahirkan aku merasa diperjuangin banget, meskipun kalo dipikir pikir aku ga pernah ga diperjuangin gaksi? Sebelum menikah, ada orang tua yang terus merjuangin aku, tapi baru kerasa diperjuangin pas setelah menikah, oleh suamiku. Mungkin karena komunikasi aku sm orang tuaku tidak terlalu bagus, makanya perjuangin mereka sering aku lupa karena ketutup sama ngomeeel melulu wkwk.
Setelah sekarang jadi ibu dan punya anak yang udah bisa diajak ngobrol, aku jadi merasa kalo ternyata keberadaanku itu berarti ya?:’) rasanya kaya selalu seru setiap hari, karena aku merasa banyak gataunya, merasa harus belajar belajar belajar terus buat jadi ibu & istri yang baik, jadi tiap hari selalu menemukan momen “oh ternyata hari ini begini, besok harus lebih baik lagi”.
Anakku jadi cerminanku. Alarmku.
Ketika ada sesuatu hal dari anakku yang menurutku “harusnya ga gini deh”, disitu akan jadi titik dimana aku melihat lagi diriku. Anak aku masih dibawah 7 tahun usianya, ketika ada sesuatu sikapnya yg ga sesuai berarti yang harus diperbaiki adalah aku, ibunya. Introspeksi lagi, apa ya yg salah, gimana ya caranya supaya lebih baik, baca baca lagi, ikutan kelas lagi, belajar lagi, seru deh pokoknya.
Terima kasih ya anakku buat semua pelajarannya, buat selalu maafin ibu & ayah setiap hari, buat selalu kasih kesempatan ibu & ayah buat belajar lagi, belajar terus sama sama ya nak. Semoga ibu & ayah bisa terus membersamai kamu sampai dewasa. Sayang selamanyaa <3
146 notes · View notes
aksarahumaira · 7 months ago
Text
Al-Quran Bukanlah Beban!
Tumblr media
Gimana kabarnya setelah Ramadhan? Gimana kedekatan kita dengan Quran? Adakah shalat malam yang kita rutinkan di bulan Ramadhan justru tertinggal di bulan selainnya? Adakah semangat kita menyusut pasca Ramadhan?
______
Beberapa hari ini rasanya nggak tenang banget, tau sih penyebabnya... apalagi kalau bukan karena intensitas dengan Quran berkurang, dzikir yang sedikit, kurangnya muhasabah..
Kalau udah begini cuma bisa beristighfar terus-menerus, minta ampun sama Allah khawatir ada banyak dosa yang memang belum di ampuni olehNya, entah di masa lalu atau justru beberapa hari kebelakang. Sampai-sampai aku berpikir, "yaa Rabb, sekeras apa hati hamba sampai beberapa hari ini tilawah 1juz perhari aja engga selesai?". Dan puncak dari kesedihan itu ketika lihat hafalan teman yang jauh lebih banyak, dan aku ngerasa stuck gini-gini aja :)
Entah bagaimana caranya, dibulan ini Allah kasih kesempatan aku untuk menghafal sebagian dari surat Thaha. Ketika memahami arti dari ayat ke 2, "Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah." Allah engga menurunkan Al-Quran untuk membuat kita susah. Dan itu tercatat dalam kalamNya!
Rasanyaaa ketika mengulang-ngulang ayat ini, Allah tuh lagi ngehibur aku banget dengan ayatnya :")
Al-Quran ada, bukanlah beban bagi seorang hamba. Buat yang engga mau ambil pelajaran aja sudah Allah mudahkan, apalagi buat orang-orang yang berusaha selangkah lebih dekat dengan Al-Quran!
Ketika setoran, mentorku mendoakan, "semoga setiap tetes air mata ketika mentadabburkan tiap ayatnya bahkan tiap katanya, jadi wasilah pelembut hati ya Kak" --saking aku ga bisa menyusun kata-kata yang tepat selain tangisan karena satu ayat.
Semoga bagi yang membaca juga, Allah lembutkan hatinya untuk istiqomah dengan Al-Qur'an diluar Ramadhan ya. Semoga lisan kita Allah jaga hanya untuk mengeluarkan kata penuh kebaikan dan hikmah saja :")
Depok, 29 April 2024
26 notes · View notes
palupiyuliyani · 5 months ago
Text
Jujur tulisan ini sindiran, tetapi bisa jadi suatu saat pun akan menjadi pengingat untuk diri sendiri. Maafkan aku, hal ini sungguh sangat mengganggu pikiranku
Beberapa hari ini ada rekan kerja yang selalu menjadikan alasan yang menurutku sepele untuk menunda-nunda bahkan tidak menyelesaikan pekerjaanya.
Jujur gemas sekali, kadang berusaha melapangkan hati membantu, tetapi ujung-ujungnya pekerjaan berikutnya tidak rampung. Padahal kalau mau di kerjakan tidak sampai satu jam selesai.
Mungkin inilah alasan kenapa banyak orang yang sebenarnya bisa dan disiplin tetapi tidak mau nampak seperti itu, karena mereka akan dijadikan tulang punggung untuk membackup orang-orang yang suka menunda begini.
Terkadang ada juga yang bilang "mbak kan belum punya anak, jadi masih longgar waktunya" atau kalau sama si single "kemu kan masih single jadi punya banyak waktu untuk ini itu"
Mau tukeran kondisi kah?
Kamu yang menanti anak, aku yang punya anak?
Atau kamu yang berada di posisi menunggu jodoh?
Menunda pekerjaan itu soal kebiasaan, kemauan dan manajemen diri, tidak ada hubungannya dengan status.
Kalau manajemen diri dan waktunya sudah bagus. Mau masih SMA, kuliah, full organisasi, sudah nikah, punya anak satu-dua-tiga, bahkan sudah punya cucupun, insyaAllah dia akan tetap bisa membagi waktunya dengan baik, walaupun tetep ada hal yang harus di korbankan.
Misalnya, mendadak ada pekerjaan yang harus selesai hari ini tapi rumah berantakan. Dia langsung berpikir dan memutuskan mana yang lebih urgent. Kalau pekerjaanya urgent, ya waktu beres-beres harus dikorbankan dulu.
Atau ada pekerjaan dengan batas waktu seminggu. Maka dia harus bisa menata waktu bagaimana caranya supaya seminggu itu bisa selesai.
Sekali lagi tidak menunda itu soal kemauan, manajemen diri dan manajemen waktu. Bukan status. Jangan banyak cari-cari alasan apalagi bilang enaknya enak yaa..
Semoga kita semua selalu istiqomah dalam kebaikan dan diberikan hati yang selalu lapang dalam menerima masukan, hati yang tidak pernah lelah untuk refleksi diri.
19 notes · View notes
ramengir · 4 months ago
Text
Ada masanya memang pengen jadi yang diperhatikan bukan memperhatikan orang lain terus. Mengalah hanya sekedar untuk memenuhi tangki cinta yang kosong tapi kan ga salah tangki tetap terisi meski bagaimana pun caranya tapi ya ego juga mungkin. Aku sudah begini kau sudah ngapain buat aku jadi kesannya malah ga tulus mencintai.
Jadi teori teori yang berseliweran di pikiran itu fatamorgana? Ga ada benarnya?
Aku sering memuji agar balik dipuji, nyatanya ngga
Aku sering ucap terima kasih, nyatanya gak pernah ada apresiasi
Aku sering ucap lelah malah dinasehati
Tapi sikapnya baik dan berubah. Akupun nyaman meski kadang gigit jari.
Sebenarnya kalo diniatkan hanya untuk Allah lebih menyenangkan ya.
Takut juga nih ini semacam alarm bahwa Allah cemburu, aku terlalu mencintai makhluknya daripada pencipta.
Takut tercerabut lalu hempas bagai serabut menjadi gabut endingnya butut aja jadi manusia ga belajar dari kesalahan.
Namun, bersyukur
11 notes · View notes
kurniawangunadi · 2 months ago
Text
Apakah Jika Itu Terjadi di Orang Lain, Pasti Akan Terjadi Juga di Hidupku?
Pernah tidak bertanya mendalam seperti ini, ke diri sendiri? Dalam beragam konteks.
Apakah jika pernikahan seseorang yang kita kenal itu tidak harmonis, nanti kalau kita menikah, pernikahan kita juga tidak harmonis?
Apakah jika seseorang berhasil dalam bisnisnya, jika kita meniru bisnisnya kita juga akan berhasil? dan banyak konteks lainnya.
Hidup orang lain, sangat mungkin untuk kita copy caranya, tapi kita tidak bisa nge-paste hasilnya sama persis. Cara berpikir pendek yang memicu keputusan-keputusan tidak relevan seringkali kita temukan di kejadian sehari-hari. Merasa bisa memastikan masa depan, sebuah hal yang sangat tidak masuk akal. Kita mengkhawatirkan hal-hal yang hanya ada di dalam pikiran kita sendiri. Dan itu, tidak nyata. Itu hanya ada di dalam pikiran kita.
Hal yang bisa kita siapkan adalah membekali diri dengan pengetahuan. Pengetahuan mampu membantu kita untuk membuat keputusan-keputusan penting yang memerlukan data. Kita membutuhkan iman yang kuat agar kita bisa beriman pada qada dan qadar dengan benar. Memahami hakikat bahwa tidak ada takdir yang buruk, semuanya terbaik dalam takaranNya. Sesuatu yang di luar kapasitas kita sebagai manusia.
Kalau kita bisa membaca skenario hidup kita dari awal hingga akhir. Sebuah buku tebal yang ada di genggaman kita, kalau kita baru membaca di halaman awal, mungkin kita akan bertanya-tanya, mengapa kita harus melewati segala macam cerita yang tidak menyenangkan. Dan kita diminta sabar untuk terus membaca hingga halaman-halaman berikutnya, hingga kita menyadari apa yang akan terjadi jika kita berhasil melewati itu.
Dan respon kita mungkin hanya, "Ohhh ternyata begini." "Oh ternyata biar seperti ini." dan segala bentuk macam penerimaan lain. Sayangnya kita tidak bisa mengintip sama sekali halaman-halaman berikutnya dari takdir hidup kita.
Apakah kamu masih takut dengan dirimu sendiri di masa yang akan datang? Apakah kamu takut untuk membuat keputusan-keputusan besar hanya karena melihat keputusan orang lain tidak seberhasil itu?
Bagaimana bisa kamu seterpengaruh itu?
Sementara itu tidak membawa kebaikan untuk hidupmu?
140 notes · View notes
narashit · 1 year ago
Text
Spesial
Dia perempuan pertama setelah sekian lama yang bilang "Semangat" ketika aku terlalu banyak omong (berisik di status whatsapp, instagram, dll) yang sengaja kutulis panjang-panjang biar nggak keliatan amat lagi ngeluh karena orang males duluan bacanya wkwk. Artinya dia baca, dan merespon positif (hal yang nggak semua orang bisa). Ini salah satu hal yang bikin dia spesial. Dia tau persis rasanya sendirian. Rasanya tiap malem ngobrol sama diri sendiri. Rasanya nangis karena cuma itu yang bisa dilakuin. Rasanya nggak butuh orang lain karena sadar masalahnya ada di dalam diri sendiri. Rasanya paham kalo orang lain nggak akan pernah ngerti, kecuali yang pernah rasain sendiri. Itu pun nggak semua orang punya kepedulian terhadap orang lain, bahkan setelah dia rasain sendiri. Ini salah dua hal yang bikin dia spesial.
Dia perempuan pertama setelah sekian lama yang ngechat "Have a nice day." ditambah "tod" sebagai kata ganti sapaan. That's cute. Dia tau persis gimana caranya ngasih kesan ke orang lain, bahkan ketika mungkin dia nggak sadar lagi ngelakuin hal itu. Ini skill yang buat dapetnya butuh banyak banget resources (biasanya pengalaman buruk). Artinya, dia punya empati di atas rata-rata. Ini salah tiga hal yang bikin dia spesial.
Dia perempuan pertama yang kucintai dan kusayangi dengan pengetahuan apa pun yang kupunya. Sebelumnya, aku jatuh cinta ya karena jatuh cinta aja, merasa cocok, atau karena kadung nyaman. Aku jadi sadar kalo mencintai orang lain dengan benar, kita juga bisa menemukan diri sendiri, dengan begitu kita lebih gampang juga buat mencintai diri sendiri. Aku nggak tau ini cuma sesuatu yang kubesar-besarkan atau dia yang diberkahi kemampuan bisa bikin orang lain merasakan sesuatu yang susah dijelasin. Ini salah empat hal yang bikin dia spesial.
Dia perempuan pertama yang bikin aku yakin kalo mencintai itu nggak selalu "kamu ngertiin aku, aku ngertiin kamu". Mencintai bisa juga "kamu nggak ngerti, berusahalah ngertiin, bahkan dengan cara nggak perlu ngerti". Mencintai itu proses yang sangat panjang dan melelahkan, tapi di saat yang sama kita merasa 24 jam itu terlalu pendek dan "kamu pengen kucintai dengan cara apa? energiku iseh turah-turah". Ini salah lima hal yang bikin dia spesial.
Dia perempuan pertama yang bisa bikin aku bangga dengan diri sendiri sekaligus insecure. Insecure yang hasilnya adalah banyak pertanyaan muncul di kepalaku. Apa aku udah cukup baik? Apa aku nggak membebani dia terlalu banyak? Apakah aku bisa menjadi sosok yang tanpa susah payah dia terima? Apakah aku cukup pantas? Apakah aku perlu mengubah sesuatu? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang ujungnya adalah usaha untuk membuat diriku jadi lebih baik. Ini salah enam hal yang bikin dia spesial.
Apakah cuma ada enam itu? Tentu tidak. Terlalu banyak hal yang membuatnya spesial. Menuliskannya sebagai bentuk syukur masih terlalu jauh dari kata cukup. Perlu banyak banget waktu, tenaga, kesempatan, pikiran, dan usaha yang akan dengan senang hati kucurahkan. Aku mencintainya dengan cara aku mencintai diriku sendiri supaya aku bisa mencintainya dengan lebih baik. Dengan begini, aku setuju dengan Dilan, "Bolehkan aku punya pendapat? Ini tentang dia yang ada di Bumi. Ketika Tuhan menciptakan dirinya, kukira dia ada maksud mau pamer."
77 notes · View notes
herricahyadi · 9 months ago
Note
Kak herri bagaimana cara mengatasi gagal move on thdp seseorang, dan apabila kak herri pernah mengalami nya kiat-kiat apa yg kak herri lakukan agar bisa move on. Tapi kayanya seorang kak herri belum pernah gagal move on hehehehe
MOVE ON
Begini, gamon itu kuncinya ada di memori. Selama memori itu masih mengendap, selama itu pula bayang-bayang masa lalu akan terus bermunculan. Terutama saat kita ter-trigger oleh sesuatu yang memiliki kesamaan momentum.
Memori ini bisa direduksi atau dialihkan. Caranya dengan mengganti dengan memori baru yang identik tapi kita merasa lebih baik. Di situ, perlahan memori lama akan tereduksi. Bahkan, tanpa kita sengaja atau paksa untuk menggantinya dia akan tergerus dengan sendirinya.
Tapi, jangan pernah menggunakan orang baru sebagai alasan untuk move on dari orang lama. Fokus saja ke orang baru itu, karena dengan sendirinya dia akan menggantikan tanpa harus memanfaatkannya sebagai pelarian. Bagi saya cukup jahat mereka yang mencari orang baru tapi tujuannya untuk melupakan orang lama. Beban masa lalu jangan dilimpahkan ke orang-orang masa kini, karena tidak semua orang bisa menanggungnya.
Cara lain yaitu mengalihkan. Kalau cara saya, saya mengalihkannya menjadi cerita diri sendiri yang lucu dan unik. Saya tidak melupakannya, tapi menjadikannya sebagai kisah menarik. Bahwa saya pernah begini dan begitu. Untuk kemudian saya menertawakan kebodohan-kebodohan yang pernah saya perbuat. Saya pernah kok gamon, bahkan sampai sekarang. Tapi, ya, itu, bentuknya saya alihkan jadi layar tancap yang menceritakan betapa saya ini bodoh.
Ada satu lagu yang sangat representatif dengan hal itu dan saya sangat suka: Moving On - Kodaline.
Pada masa lalu kita tidak melupakannya; kita menertawakannya. Akan kebodohan-kebodohan yang pernah kita perbuat. Tapi, zaman harus terus berjalan dan tentu kita tidak ingin ketinggalan.
13 notes · View notes
kphpdraisme · 14 days ago
Text
Tumblr media
'Kini akulah kepala keluarga! Wahai Rabbii.., aku sedih sekali'
Kau tahu, hari ini aku seperti mau gila.
Membaca ini, warasku kembali. miris. maluku mencapai titik tertinggi.
Ya Allah, seorang kawan di seberang sana, baru saja syahid ayah dan kakaknya!
-------------
Ummu, aku masih jauh sekali dari mimpiku sendiri. Sejurus setelah kabar ini hadir, kepalaku yang sedari pagi sudah menghitung jam, langsung berhenti berdengung. Ucapan guruku di depan wajah jadi tak terdengar.
Ummu, aku ternyata masih selemah ini. Mendengar kabar satu begini saja, aku sudah linglung dan susah payah bernafas. Bagaimanakah engkau bisa setangguh itu mengantarkan satu persatu anakmu syahid, pejuang menuju syahidnya, lalu tetap hidup menggapai mimpi?
Ummu, aku masih jauh sekali. aku masih jauh. semua sambatanku sedari pagi jadi konyol terdengarnya. Apa itu celoteh ingin istirahat, apa itu semua ingin rebah dan mencari bahagia,
Ummu, pada hidup kita yang sama sama hanya sekali, pada kiblat kita yang satu itu, pada teladan kita yang jua sama, bagaimana...caranya.. setangguh itu.
Aku ingin serupamu, tapi..entahlah. semua ini mulai terasa konyol.
:(
4 notes · View notes
nonaabuabu · 1 year ago
Text
Halo Oktober!
Banyak hal yang ingin kulakukan bersamamu di bulan ini. Salah satunya aku ingin mengendurkan beberapa ego, mencoba melihat sesuatu dari perspektif berbeda.
Beberapa lainnya kamu masih tonggak dasar yang ingin kujadikan garis mulai untuk kembali memenuhi impianku yang pernah sekarat di tangan korporat.
Sekarang aku di Aceh, setelah dua tahun lebih berdamai dengan bising kota Medan. Semoga aku menelusuri tempat ini sesuai rencana, dan kesempatan untuk pindah kota di akhir tahun tercapai.
Aku juga kembali menulis kisah cinta, dan sedang belajar banyak agar tak serampangan menulis opini. Mungkin aku akan lebih jarang menulis puisi, sebab hatiku sedang tidak penuh-penuhnya.
Bulan lalu pelajaran ku soal bahasa Jepang masih terhenti, pelajaran filsafat juga terhenti, aku masih saja di dasar. Tapi bertemu kamu justru aku ganti pelajaran ingin menjahit. Iya, aku tahu aku banyak maunya.
Entah sejak kapan aku ingin jadi generalis saja, soalnya bidang yang ingin kugeluti semakin jauh dan gelap. Formasi CPNS untuk kelautan nol besar, adapun hanya di BIN, dan aku tak berencana jadi analis.
Memang sudah saatnya berdamai, jika aku tidak akan kesana, menjadi salah satu konservator di negeri ini. Tidak apa-apa, masih banyak hal yang bisa kulakukan.
Hubunganku dengan ibu tak kunjung membaik, sepertinya sudahlah, biar saja begini adanya. Emosiku sudah terkuras dengan banyak hal. Aku sudah mencoba memahami beliau belasan tahun lamanya, jika akhirnya aku yang gagal dipahami barangkali perjuanganku cukup sampai disini.
Rasanya aku seperti mengadu nasib di sini, seolah tak ada yang mendengarkan. Tenang saja, aku masih tahu kok caranya berdoa, lalu setelahnya menelpon Ayah dan mengeluh panjang lebar untuk akhirnya refleksi diri. Sayangnya belum ada suami saja yang bisa kujadikan sandaran sambil marah-marah atau sayang-sayangan, semoga segera dipertemukan.
Tidak buru-buru kok, aku mau menikah saja sudah dianggap kemajuan pesat oleh Ayah dan temanku. Mengingat seberapa skeptis aku dulu. Jadi jika pun datang tahun depan atau sepuluh tahun lagi, tidak masalah, banyak hal yang bisa kulakukan sekarang. Meski urusan bertemu dengan yang kuingin masih harga mati. Maklum saja ya soal ini, aku masih keras kepala.
Hufth, sebenarnya banyak yang ingin kucurahkan, tapi ini saja dulu. Aku belum siap jadi diriku yang banyak bacot sampai rasanya over sharing. Biarlah itu bagian bagaimana aku tumbuh, meski sekarang aku harus terus belajar untuk terus tumbuh.
Aceh, 01 Oktober 2023
29 notes · View notes
pemintalkata · 16 days ago
Text
Susah Move On
"Woy, serius amat, lihat apaan sih?"
Ujar Shira yang baru saja tiba di kantor dan mampir ke kubikel Tania.
Tania yang sedang fokus melihat ponselnya pun langsung buru-buru menyembunyikan apa yang sedang dilihatnya, meski Shira sudah lebih dulu melihatnya.
"Haha, masih stalking si Fikri?"
"Heh, apaan sih. Orang ini gak sengaja lewat kok story-nya."
"Udahlah, unfollow aja kenapa sih? Kenapa harus maksa masih follow segala."
"Ya kan kita gak kenapa-kenapa. Kenapa harus di-unfollow?"
"Kalau gak kenapa-kenapa, gak perlu putus dong." Shira meledek Tania sambil berlalu ke kubikelnya.
Tania hanya bisa bersungut-sungut tanpa bisa membalas ucapan Shira.
Story Fikri memang tidak sengaja mampir terlihat oleh Tania. Tapi story yang seringnya tidak sengaja itu juga selalu berhasi membuat hatinya panas. Sudah 5 tahun tapi masih aneh rasanya melihat mantan kekasihnya itu rajin posting dengan kekasih barunya.
Setidaknya kalau lihat story Fikri itu pas mau menjelang pulang kek. Pikir Tania yang tahu bahwa ia akan tidak fokus seharian ini.
Benar saja. Pikirannya kacau selama bekerja. Ia tidak fokus sama sekali.
"Cari yang seger-segee yuk." Ajak Shira saat jam makan siang tiba.
Tania memutar bola matanya dan memberikan jawaban iya dengan mantap ke Shira.
"Haha, gak fokus kan lu. Makanya penyakit jangan dicari."
"Apaan sih."
Mereka memilih kedai es campur dan bakso untuk makan siang kali ini.
"Gue tuh bingung ya. Gue sama Fikri tuh kan udah putus 5 tahun yang lalu. Gue juga sempet ada pacar lagi. Tapi kenapa ya lihat dia sama si Indira Indira ini gue panas banget."
"Haha jelas lah lu cemburu."
"Masa sih, Shi?"
"Terus apaan?"
"Gue cuma setahun sama dia, emang bisa senempel itu?"
"Jangankan setahun, yang seminggu bahkan sehari kalau emang klop juga rasanya bisa nempel sampe berabad-abad."
"Asli deh, bingung gue. Mana kalau udah lihat story tuh orang, mood gue langsung anjlok lagi."
"Makanya unfollow neng. Atau minimal lu hide lah kalo emang lu takut gak dianggap dewasa dengan unfollow doi."
"Gitu ya?"
"Iya lah. Dia tuh ngeliat story lu juga udah flat aja. Atau bahkan udah gak ngeliat?" Ucap Shira meledek Tania.
"Ih lu ya. Tapi gue gak pernah lihat viewers insta story gue juga sih, jadi gak tau deh dia liat atau gak."
"Kata gue sih move on deh, Ta. Udah cukup lu nyiksa diri kayak begini."
"Move on? Gimana caranya? Gue punya pacar baru aja gak jamin bisa move on, Shi."
"Ya jangan gitu lah caranya. Lu sibukin diri lu, cari apa yang lu suka, biar lupa."
"Gue kurang sibuk apa coba? Kerja ampe matahari kagak keliatan. Tiap weekend join komunitas sama kelas baking. Kurang apalagi?"
Shira berpikir sebentar, "Iya juga sih ya. Lu sibuk banget lagi."
Tania diam sejenak lalu bicara, "Kalau ingat keburukannya boleh?" Tanyanya ragu kepada Shira.
"Boleh, tapi emang ada?"
"Enggak sih."
Shira tertawa terbahak hingga pengunjung lain memerhatikan mereka.
"Lah terus gimana atuh kalau gak ada?" Shira menyeruput es campurnya sejenak lalu berdehem.
"Ehm, emang yakin gak ada?"
Tania berpikir sebentar, "Ya jahatnya dia itu cuma mutusin gue tiba-tiba di stasiun Jogja sebelum gue balik ke Jakarta sih."
Shira terdiam. Ia berusaha mencari kalomat yang pas agar tidak melukai hati Tania. Namun belum sempat keluar satu kata, Tania sudah lebih dulu bicara.
"Sampai sekarang bahkan gue gak tau pasti kenapa kita putus. Gila gak sih?"
"Atau ya udah gak sih, mungkin waktu aja gitu?" Tanya Shira dengan ragu.
"Sampai kapan? Udah lima tahun Shi." Suara Tania terdengar lemah.
Ia merasa putus asa. Sedangkan bakso dan es campurnya sama sekali belum tersentuh.
5 notes · View notes
mayweblue · 2 years ago
Text
gimana sih cara memperkaya diksi dan menemukan gaya menulis seperti aya?
Tumblr media
kayaknya, ada puluhan atau bahkan lebih pertanyaan semacam itu masuk ke halaman curiouscatku yang sekarang total inboxnya ada 712 unanswered questions. hampir tiap hari ada pertanyaan-pertanyaan yang tipenya sejenis. tapi aku, yang oon dan berjiwa pemberontak ini, jarang membalasnya. bukan karena aku gak suka berbagi ilmu, jawabannya justru karena: aku gak tahu formula yang tepat soal diksi dan gaya menulis ini. gak ada metode ilmiah yang aku bisa bagikan jadi aku takut kalau jawabanku malah seperti anak kecil yang meledek simply karena dia nggak tahu sebenernya isi kepalanya itu seperti apa.
to be fair, sekalipun aku akan dengan lantang bilang kalau aku adalah seorang amatir bahkan hingga sekarang, aku sudah menulis dengan konsisten sejak 2013. nyaris satu dekade. dan dalam kurun waktu itu, aku hampir tidak pernah berhenti menulis. sekalipun aku hanya memproduksi puisi yang luar biasa jelek, aku nyaris tidak pernah meninggalkan kesukaanku pada tulisan. bahkan, saat aku tidak menulis pun, aku tetap membaca sesuatu. memastikan kalau ada kata-kata yang aku ciptakan di kepala, sekalipun aku tidak mengeluarkannya.
tapi, apakah tulisanku langsung bagus? tentu saja nggak.
berikut adalah puisi yang aku tulis pada tahun 2013:
Tumblr media
tulisan ini ditulis oleh bocah yang baru masuk SMP. tidak paham komposisi puisi, tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk membuat puisi ini nyaman untuk dibaca. di kepalaku yang usianya 12 tahun saat itu, aku cuma menginginkan satu hal: menulis. dan, keinginan itulah yang sampai sekarang nggak pernah berubah. meskipun sudah banyak waktu berlalu.
setelah melalui proses perenungan yang panjang (tiga puluh menit), aku akhirnya merumuskan beberapa hal yang mungkin bisa aku bagikan. ini sama sekali tidak ilmiah. dan aku bukan nabi yang bisa membagikan ilmu atas dasar wahyu. apa yang aku tuliskan di sini adalah hasil menulis selama beberapa tahun—entah untuk kesenangan atau pekerjaan. nah, jawaban dari pertanyaan paling mendasar (yang dengan tidak cerdasnya aku jadikan judul), kurang lebihnya adalah begini.
1. membaca satu buku untuk menghasilkan satu paragraf
oke maaf, sebetulnya nggak seberlebihan itu. aku cuma nggak ngerti caranya bikin sub-judul. intinya, kamu harus membaca untuk bisa menulis. dan ini mutlak. paten. fardhu.
konsepnya seperti mengisi air menggunakan teko. teko adalah kepalamu, air di dalamnya adalah buku, dan tulisan adalah apa yang akan dikeluarkan teko itu. apapun yang keluar dari teko itu tergantung apa yang kamu isi di dalamnya. nggak mungkin teko kosong bisa mengeluarkan air, kecuali kamu dapat mukjizat.
sebelum menulis, aku sudah lebih dulu membaca. aku tergila-gila pada bacaan. bukungitis. dan aku berharap selamanya aku nggak usah disembuhkan supaya aku bisa selalu menulis.
keluargaku punya toko buku turun temurun yang sekarang sudah tutup total karena bangkrut. makanya, sejak brojol aku sudah terbiasa dengan eksistensi buku. mungkin setelah diazani, aku dibisikkan ayahku, "hei, baca anwar di umurmu yang keempat tahun."
dan aku sudah bisa membaca sejak umur tiga tahun. jangan-jangan betulan karena anwar.
buku-buku yang aku baca juga nggak terbatas buku fiksi aja. aku membaca koran, membaca kumpulan esai, membaca novel sains, membaca roman, membaca hikayat, dan membaca cerita stensil (meskipun aku tidak menyarankan yang ini karena aku benci deskripsi soal selangkangan pria; bikin mual).
sejak dulu, aku selalu dapat nasihat dari ayahku. bacalah buku bukan agar kamu pintar, melainkan agar kamu bijaksana. dan aku mengamini itu seperti seorang beragama yang tekun. tiap kali membaca, ada sistem di kepalaku yang secara otomatis memproses komponennya. seperti memeras jeruk, aku mengambil sarinya, mengonsuminya, mengolahnya dengan organ-organku. sebelum akhirnya, aku mengeluarkannya lagi. tidak dalam bentuk jeruk utuh. melainkan dalam bentuk deskripsi mengenai perasaanku setelah mengonsumsi jeruk, apel, kiwi, mengkudu, dan buah-buahan lainnya.
aku membaca dee lestari dan menyembah supernova seriesnya. aku juga membaca catatan pinggir goenawan muhammad secara religius, hampir-hampir menganggapnya kitab suci. aku membaca puisi-puisi dari indonesia yang jumlahnya banyak sekali. membaca anton chekov, sekali-kali, dan cerpen-cerpen kompas juga. tapi, aku merasa gaya penulisanku justru dipengaruhi oleh dee dan goenawan muhammad.
2. menulis adalah berbicara
oke, kali ini kita bicara diksi. meskipun dari sub-judul nggak ada diksi-diksinya, tapi inti dari pembahasan ini adalah soal pemilihan kata.
kamu tahu soekarno? proklamator kita itu terkenal dengan kemampuan orasi dan komunikasinya. nggak cuma kepada perempuan, tapi juga kepada nyaris seluruh lapisan masyarakat. meskipun ia pernah tersandung masalah ideologi, kemampuannya untuk mengurai suatu ilmu menjadi sesuatu yang mudah dipahami oleh semua orang bukan hal yang sederhana. nah, cara ini lah yang aku lakukan dalam pemilihan kata-kataku.
sekalipun aku tahu apa itu jentera, aku akan tetap menggunakan roda karena orang-orang lebih tahu yang kedua. menulis adalah tentang mengomunikasikan isi kepala kita agar pembaca mengerti. jadi, kunci yang paling penting dalam memilih diksi bukanlah 'apa kata ini cukup indah?', melainkan 'apa kata ini cukup dipahami?'
i have nothing against diksi indah tesaurus, tapi penggunaan diksi langka yang tidak pada tempatnya, menurutku, akan membuat kunci dari tulisan itu akan kabur. alih-alih mengerti, orang-orang justru akan pusing. bingung. dan pada akhirnya, dibaca hanya akan dibaca saja. tidak dimengerti.
aku selalu menempatkan pembacaku sebagai lawan bicaraku. aku sedang menatap matanya, aku sedang berbicara padanya, aku ingin dia mendengarkan dan memahamiku. makanya, aku akan mengatakan apa mauku dengan terus terang. sekalipun aku menggunakan metafora, aku akan memastikan apa yang aku katakan dipahami.
dan diksiku tetap indah. aku percaya diri mengatakan itu sekalipun tulisanku praktis tidak banyak menggunakan sinonim, tidak banyak menyamakan rima, tidak banyak menggunakan kata-kata asing.
sebagai contoh:
Tumblr media Tumblr media
dua tulisan itu, tidak banyak pakai metafora macam-macam. kamu akan langsung paham apa maksudku tanpa harus membuka tesaurus atau bahkan kamus. kata-kata yang dipakai umum. dikenali. dipahami. tapi, sekali baca, orang juga tahu itu bukan tulisan berita. kukira, ini adalah kunci dari keindahan itu sendiri: sederhana dan tahu diri.
jadi, harus kuakui, sebetulnya aku ini payah soal kekayaan diksi. yang aku lakukan adalah mengolahnya. menjadikan bahan itu-itu saja menjadi makanan enak yang bisa dikonsumsi siapapun.
saranku, hal yang paling efektif untuk memperkaya diksi adalah membaca buku-buku filsafat atau membaca esai goenawan muhammad. banyak penggunaan istilah dan penempatan kata yang berbeda daripada yang digunakan dalam buku fiksi populer. cara ini sangat membantu.
(dan bonus ilmu, kalau kamu sedang iseng mempelajari soal keberadaanmu sebagai manusia serta kehidupannya.)
3. menulis adalah memaafkan kenyataan
kamu bisa jadi siapa saja. kamu bisa punya sayap dan tiga belas penis kalau mau, di dalam tulisanmu. tapi, menuliskan kenyataan, yang terjangkau oleh seluruh panca indra kamu, adalah hal yang sudah harus bisa kamu lakukan sebelum kamu menghancurkan seluruh aspek di dalamnya.
bagiku, cara paling rendah hati untuk menjadi seorang penulis adalah dengan membuka mata lebar-lebar. kejujuranmu mendeskripsikan susu akan menyelamatkan seorang bayi yang alergi. makanya, proses spiritual yang menurutku perlu dilalui seorang penulis, adalah dengan peka terhadap hal-hal di sekeliling kita.
gunakan empati ketika bercerita. pakai panca indramu. pakai hatimu. pakai kepalamu. pakai semua yang ada pada dirimu, dan kamu telah menuliskan kenyataan, sekaligus memaafkannya.
aku melakukannya dengan mengajak bicara tukang bengkel yang membetulkan motorku. menggunakan transportasi umum sambil menebak-nebak isi kepala mereka. aku juga sesekali melancong, kalau sedang punya duit dan waktu. bertemu orang asing dalam perjalananku, mendengarkan cerita-cerita mereka, lalu menuliskan kembali. versi mentahnya (yang tidak diedit dan diromantisir), bahkan bisa dibaca di akun tumblrku. bagiku, melihat kenyataan akan membuat kita paham kalau cerita itu tidak lahir begitu saja. ia lahir dari kehidupan yang terdistorsi, sebagaimana yang dilakukan saintis maupun filsuf, penulis juga mengabadikan rahasia-rahasia yang ada di alam semesta, dengan menggunakan kata-kata.
4. menulis itu harus interdisipliner
aku mempelajari banyak hal. agama, filsafat, sains, sastra, dan semua yang terjangkau untuk menghasilkan sebuah tulisan. di hadapan ilmu, aku selalu menempatkan diri dalam posisi begitu kecil. aku tidak tau apa-apa dan aku harus mencari tau.
dan sejujurnya, tidak ada yang lebih seksi daripada menuliskan backgroundmu sendiri. jadi, kalau kamu malas belajar ilmu lain, pelajarilah hal-hal yang sudah kamu pelajari. mungkin kalau dulu kamu cuma tahu kalau bernapas itu menggunakan oksigen, sekarang kamu cari tau bagaimana proses hingga oksigen itu terhirup. versi mendetail dan mendalam. biasanya, makin kita mencari, makin kita sadar kalau banyak sekali hal yang tidak kita tahu. dan aku suka perasaan itu. perasaan lapar ketika mencari, perasaan tidak sabar untuk menuliskannya kembali.
sekian.
iya, betulan sudah selesai. aku hanya punya empat tips dan aku ragu apakah bisa diterapkan. meskipun demikian, semoga apa yang aku pelajari selama beberapa tahun ini bisa jadi hal yang bermanfaat untuk kamu-kamu semua yang membaca ini.
pada akhirnya, yang paling penting dari menulis, sebetulnya adalah konsistensi. sebab keempat hal tadi tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu satu bulan saja. aku bahkan butuh satu dekade untuk memahami empat. yang harus stagnan itu keinginan kita untuk selalu menulis. makanya, aku yakin, dalam tahun-tahun berikutnya, akan ada banyak hal yang berubah dan berbeda dalam aspek-aspek pendukungnya. karena kita manusia harus selalu belajar.
seperti, ketika kita tidak menemukan sesuatu di kolom pencarian twitter; kadangkala itu cuma kesalahan teknis yang bukan kesalahan kamu. dan yang bisa kita lakukan cuma satu, 'kan?
coba lagi.
89 notes · View notes