Tumgik
#Bankir orang Yahudi
generasbir · 2 years
Text
Yahudi mengendalikan Kesatria Templar perang salib di Yerusalem
Asal Usul Ksatria Templar adalah Keturunan Sesepuh Yahudi?
Sekumpulan pasukan Knights Templar menemukan harta yang Tak Ternilai harganya tepat di bawah Baitulmaqdis atau yang biasa kita dengar adalah masjid Al Aqsha di Palestina ketika berada di Yerusalem."Apa harta tersebut? Harta tersebut merupakan buku-buku pelajaran peninggalan Kaum Bani kuno Israel yang pernah dirampas oleh nabi Sulaiman as. Nabi Sulaiman as. Merampas semua buku-buku sihir dan menyimpannya di dalam bilik rahasia di bawah Masjid Al Aqsha.
Selengkapnya klik disini ⬇️
0 notes
farisanfield96 · 2 months
Text
Tumblr media
[ROTHSCHILD: SIAPAKAH INVESTOR YAHUDI YANG DISAMBUT DENGAN HANGAT OLEH PRABOWO INI?]
Selain kaya raya, keluarga Rothschild juga disebut-sebut sebagai pengendali peperangan di Eropa. Bahkan, mereka punya peran dalam pendirian Israel di tanah Palestina...
Keluarga Rothschild adalah dinasti perbankan yang naik daun pada abad ke-18. Pendiri bisnis perbankannya adalah Mayer Amschel Rothschild, seorang Yahudi asal Frankfurt, Jerman.
Meski sebelumnya ia dibesarkan untuk mengabdi pada sinagoge, ia memutuskan untuk mengganti ambisinya.
Ia beralih menjadi bankir dan sukses. Bahkan, hingga kini, ia disebut-sebut sebagai "bapak penemu keuangan internasional". Saking suksesnya, cucunya menjadi orang Yahudi pertama yang diberikan gelar kebangsawanan di Inggris usai mengekspansi kuasa perbankan Rothschild ke sana
Bertambahnya jumlah kekayaan dan pengaruh Rothschild terbilang cepat. Meski baru memulai karir sebagai bankir pada 1757, keluarga Rothschild sudah cukup kaya untuk berinvestasi dan memberi modal pada Perang-Perang Napoleon Bonaparte yang terjadi dari tahun 1803 sampai 1815.
Dari rangkaian perang inilah, dimulai fitnah kalau Rothschild mengeksploitasi perang demi kekayaan sendiri dan lanjut memakainya untuk memengaruhi ekonomi dunia.
Puncaknya adalah Pertarungan Waterloo, perang pamungkas yang mengalahkan Napoleon.
Pertarungan itu terjadi pada tahun 1815. Namun, 31 tahun kemudian, sebuah pamflet politik yang ditulis "Setan" tersebar. Pamflet itu menerangkan kalau Nathan Rothschild, penemu dari bank Rothschild cabang London, mengamati dari kejauhan Pertarungan Waterloo
Menyadari Napoleon akan kalah, ia girang. Nathan kemudian memerintahkan bawahannya untuk membawanya ke pesisir Belgia agar ia bisa naik kapal secepatnya menuju Inggris. Sayang, saat itu badai besar sehingga semua kapal tidak berani pergi.
Namun, Nathan tak menyerah.
"Memangnya keserakahan mau mengakui kalau ada hal yang mustahil?" tulis Setan di pamflet. Setan pun lanjut bercerita kalau Nathan membayar nelayan sebegitu mahalnya sampai ia bisa diantarkan dengan perahu mereka ke Inggris. Terburu-buru, ia langsung berangkat ke Bursa Efek.
Saat itu, kemenangan atas Napoleon belum resmi diumumkan. Namun, karena Nathan sudah tahu, ia membeli saham di Bursa dan saat akhirnya kemenangan diumumkan secara resmi 24 jam kemudian, Nathan telah memperkaya dinasti Rothschild sebanyak 20 juta franc.
Saudara-saudara laki-lakinya juga meraup keuntungan sebanyak 115 juta franc.
Isi pamflet ini dibantah karena saat itu, Nathan sedang tidak ada di dekat Waterloo dan tidak ada catatan cuaca badai pula di pesisir Belgia. Namun, bantahan langsung dari Nathan tidak bisa dilakukan.
Ia sudah meninggal 10 tahun sebelum pamflet itu tersebar dan melukai reputasi Rothschild.
Penulis pamflet itu sendiri adalah Georges Dairnvaell, seorang sayap kiri yang terkenal akan kebenciannya pada umat Yahudi. Ia mencurigai pesatnya pertambahan kekayaan Rothschild.
Meski akhirnya terbukti kalau yang menyampaikan informasi kekalahan Napoleon pertama di London bukanlah Nathan Rothschild dan pamflet itu dinilai anti-semitis, ada sebuah dokumen yang memberatkan posisi Rothschild: sebuah surat tertanggal sebulan usai Pertarungan Waterloo
Surat itu ditulis seorang bankir Paris pada Nathan yang berisi: "Aku diberitahu oleh Komisioner White kalau kau memakai informasi awal perihal kemenangan Waterloo dengan baik."
Meski begitu, terbukti kalau Nathan bukan satu-satunya investor yang beli saham dadakan usai Waterloo.
Di masa modern, keluarga Rothschild juga berperan mendirikan Israel.
Baron Edmond James de Rothschild sedih melihat saudara-saudari Yahudi-nya yang tinggal di Eropa hidup dalam diskriminasi di akhir abad ke-19. Ia kemudian mulai membeli tanah-tanah sejak 1882.
Tanah-tanah Palestina yang saat itu dikuasai Kekaisaran Ottoman dibangun menjadi pemukiman untuk imigran Yahudi. Pada tahun 1918, 1/20 lahan subur Palestina dimiliki secara pribadi oleh Rothschild, yang bukan hanya menjadikannya pemukiman Yahudi tapi lahan industri.
Ia jugalah salah satu tokoh utama Zionisme yang getol mempromosikan gagasan pendirian tanah air merdeka untuk para kaum Yahudi.
Pada 1934, Baron Edmond mewariskan 500 kilometer tanah di Palestina untuk Yahudi dan telah membangun sekitar 30 pemukiman.
Selain pembiayaan bombastis Rothschild, pemerintah Inggris juga berperan bekerjasama dengan mereka untuk mendirikan Israel lewat surat Menteri Luar Negeri Arthur Balfour pada 2 November 1917 yang memutuskan mereka akan membantu pendirian tanah air untuk Yahudi.
Arthur menulis kalau ia memerlukan bantuan dari Ketua Federasi Yahudi Britania Raya dan Irlandia, Walter Rothschild, untuk memakai kekuasaan dan pengaruh politiknya yang kuat di dunia internasional untuk mendeklarasikan rencana pendirian tanah air Yahudi ini.
Namun, sama persis seperti realitasnya saat ini di kalangan orang Yahudi, tidak semua anggota keluarga besar Rothschild mendukung Zionisme. Bahkan, mereka menentang pendirian negara Israel.
Kini, Presiden Terpilih Prabowo Subianto membuka jalan kerja sama dengan Rothschild
Hubungan dekat Prabowo dengan Rothschild tidak tiba-tiba ada. Sebelumnya, adik Prabowo Hashim Djojohadikusumo, yang terlibat dalam pencurian arca Museum Radya Pustaka dan pembunuhan arkeolog, sudah bermitra bisnis dengan mereka
Nathaniel Philip Victor James Rothschild mengekspansi usahanya di Batam dengan meresmikan pabrik ketiga, PT. Volex Indonesia. Prabowo menyambut antusias masuknya bisnis keluarga Rothschild ke Indonesia karena ia yakin industrinya akan berkembang pesat
Sementara itu, warganet terpecah belah dengan kritik terbesar diarahkan pada Prabowo yang membuka kerjasama dengan Israel dan Zionis di tengah genosida Palestina.
Sumber : era.id
0 notes
ayojalanterus · 3 years
Text
Dosa Eropa Pada Yahudi, Palestina yang Menanggungnya
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika. Dalam sebuah kunjungan ke Eropa beberapa tahun silam kala Ahmadinejad menjabat sebagai Presiden Iran, dia sangat terkesan dengan kemajuan Eropa. Alamnya yang indah tertata yang disebutnya memang tepat sebagai kunjungan wisata. Namun, entah mengapa tiba-tiba pembicaraan dia berbelok pada soal Palestina dan Yahudi di Israel. Kala itu dia berkata: Alangkah tidak adilnya keindahan Eropa ini ternyata yang orang lain yang menelan getahnya. Orang kulit putih Eropalah yang membantai Yahudi, tapi imbas dari rasa penyesalan Eropa itu kemudian menimpakan sisi buruknya ke Palestina. Semua tahu apa yang dikatakan Eropa itu benar. Pembentukan Israel tak lepas dari imbas tentang siapa yang menjadi pemenang Perang Dunia II. Kala itu negara baru bermunculan. Inggris dengan Perdana Menteri Winston Churchill-lah adalah pihak yang paling getol mendukung pembentukan Israel.
 Para pemenang perang dunia II itulah bahkan sempat memilihkan lokasi bagi negara baru zionis Yahudi dengan akan menempatkannya di Amerika Latin atau di sebuah wilayah di tengah benua Afrika (Uganda). Dan lagi-lagi di sini Palestina di bohongi Inggris di mana pada tahun 1915 dia diberi janji mendapatkan kemerdekaanya. Namun, ini kemudian diingkari Inggris yang kemudian pada tahun 1917 membangun komitmen baru dengan kaum zionis untuk membentuk negara Yahudi Israel. Dalam hal ini memang tercium sentimen Inggris kepada kaum Yahudi yang muncul sejak era Perang Salib pertama. Semenjak itu, setiap kepergian tentara Salib dari Inggris ke Yerusalem, pasukan Inggris pasti selalu membantai kaum Yahudi yang tinggal atau berada di sepanjang jalan ketika hendak ke Yerusalem. Dan di sinilah muncul istilah Anti Semit yang kemudian pada zaman moderen di teruskan oleh orang Eropa lainnya, yakni sang Fruher Jerman, Adolf Hitler.
Keterangan foto: Wanita Yahudi dipersekusi di jalan-jalan Eropa pada waktu perang dunia II.
 Fakta lainnya, sepanjang kebesaran kekhalifahan Islam hubungan antara Muslim dan Yahudi tak ada masalah dan harmonis. Mendiang cendikiawan DR Nurcholish Madjid malah melambangkan pada masa kekahalifahan Abassiyah di Spanyol ketiga agama (Islam, Yahudi, Kristen) menjadi tulang punggung peradaban kekuasaan itu. Nurchosih melambangkannya layaknya segitiga yang kokoh penopang kekhalifahan tersebut. ''Tak ada kisah tentang pembantaian kaum Yahudi kala itu. Tak ada. Bahkan kemudian baik Muslim dan Yahudi menjadi korban kala tentara Salib Eropa bisa menguasai Abbasiyah dan melakukan inkuisisi. Siapa yang jadi korban, ya orang Islam dan Yahudi,'' kala mendiang Nurcholish dalam sebuah pengajian di hotel Hilton Jakarta.
 Keterangan foto: Ilmuwan Yahudi kala zaman kekhalifahan Abassiyah. Lalu apa buktinya, Muslim malah jadi pelindung Yahudi kala dipermak budaya anti semit Eropa? Jawabnya banyak sekali. Sudah banyak kisah mengenai kesedian kaum Muslim di Albania, negara Balkan (Eropa Selatan), saat kenyembunyikan orang Yahudi dari kejaran tentara Gestapo Nazi.
 Keterangan foto: Orang Yahudi di Eropa. Dalam 50 tahun terakhir populias Yahudi di Eropa turun sampai 60 persen. Bahkan, bukan hanya itu, kala kaum Yahudi di kejar  harus dibunuh atau mengganti agama kala bersama Muslim terusir dari kekuasaan Abassiyah, mereka banyak sekali berlindung ke wilayah Turki yang kala itu tengah tumbuh dinasti baru yang bernama ke Khalifahan Ottoman.
 Dan, bukti eratnya hubungan Turki dengan Yahudi itu terjejak sampai sekarang. Hanya Turki-lah dari dahulu hingga hari-hari ini  masih lestari atau punya hubungan diplomatik dengan Israel. Adanya hubungan diplomatik yang tak terputus itulah yang kerap dimanfaatkan oleh Presiden Turki untuk memperingatan Israel bila bertindak keterlaluan. Ingat wilayah Yerusalem, Palestina, bahkan wilayah Israel, di masa lalu adalah bekas kekuasaan Ottoman Turki. Jadi apa yang dikatakan Ahmadinejad mengenai nasib malang Palestina sebagai ironi rasa bersalah orang Eropa terhadap kaum Yahudi itu, benar adanya. Anti semit atau anti Yahudi bukan lahir dari perilaku budaya kaum Muslim. Itu budaya Eropa yang terwariskan dari zaman dahulu kala.
 Keterangan foto: Ibadah umat Yahudi di Iran. Mereka memang beda karena tak mendukung zionisme. Buktinya apa? Ya gampang saja. Lihat saja film-film barat yang berkisah tentang nasib kaum Yahudi di dalam masyarakat Eropa. Pada sebuah film, selain dibunuh dengan dimasukan ke dalam kamar gas oleh Nazi, masyarkat Eropa kala itu memang kerap memberlakukan sangat buruk kepada kaum Yahudi. Mereka misalnya tak boleh berjalan kaki di atas trotoar yang katanya hanya khusus untuk orang kulit putih Eropa. Kala itu bila ada orang berpapasan dengan orang Yahudi di trotoar maka dia meludahi si-Yahudi sembari mendorongnya agar berjalan di atas badan jalan saja. Lalu bukti lain sisa persekusi terhadap kaum Yahudi dalam budaya Eropa lainya? Ini juga terlihat pada sosok nenek sihir yang naik sapu dan berhidung bengkok. Bahkan orang yang suka bohong pun dilambangkan oleh sosok berhidung panjang 'Pinokio'. Hidung panjang dan bengkok jelas sekali mengacu pada sosok orang Yahudi. Sisa anti Yahudi di Amerika Serikat yang dikatakan sebagai 'bapak asuh Israel' juga tetap lestari. Di sana ada sebutan 'harga Yahudi', yakni harga yang terasa aneh alias tak bulat. Misalnya ada bandrol harga 16.950, bukan dipaskan saja menjadi 17.000. Bahkan di Kalifornia ada olok-olok soal sebutan peyorasi kepada kaum Yahudi yang lestari. Kisahnya ini terkait ketika wilayah itu dibuka pertambangan emas yang membuat banyak sekali orang berdatangan. Namun, beda dengan yang lain, para keturunan Yahudi tak mau jadi penambang. Mereka pilih buka toko dan bank. Nah, ketika tambang emas tiba masanya berakhir, ternyata yang bisa hidup makmur hanya keturunan Yahudi yang tak mau menjadi penambang, memilih jadi bisnisman dan bankir. Sementara para penambang pendatang dan keturunanya tetap hidup miskin. Di sinilah kemudian lestari kebencian kepada Yahudi di sebagian benak warga Amerika dengan menyebut mereka orang kikir dan mau menangnya sendiri. Jadi lagi-lagi terbukti bila tuduhan Muslim adalah anti semit dan ketika berkuasa membunuhi kaum Yahudi adalah mitos. Di Perang Dunia II misalnya, memang Palestina memihak Jerman, tapi itu karena pilihan karena Eropa (Inggris) sudah mengkhianati perjuangan kemerdekaan mereka. Hitlerlah yang kala itu memberikan angin kepada Palestina, sedangkan Eropa malah mempersekusinya karena Arab dan Muslim diidentikan sebagai warga dari kekahlifahan Ottoman. Jadi mitos mana yang coba terus didustakan!
[republika]
from Konten Islam https://ift.tt/2QmPqHx via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/05/dosa-eropa-pada-yahudi-palestina-yang.html
0 notes
a-no-nym-o-us · 7 years
Text
Para Buruh Telah Dibohongi Tentang Keadaan Mereka
Oleh: Shaykh Umar Ibrahim Vadillo
Pengangguran bukanlah akibat tenaga kerja manusia diganti oleh kehadiran mesin-mesin. Ini tidak benar.
Mesin memang bisa menggantikan kerja manusia, tetapi ini tidak membuktikan bahwa pengangguran terjadi akibat teknologisasi proses-proses produksi, kecuali jika kita menganggap bahwa satu-satunya cara untuk meraih pendapatan adalah dengan menjadi seorang pekerja yang bekerja demi upah. Dan ini pun tidak benar.
Sebelum anda menganggap bahwa bekerja adalah menjadi seorang pekerja, kita harus kaji lebih dahulu apa sebenarnya yang memaksa kita menjadi pekerja, sehingga kita tidak mampu memiliki usaha sendiri (berswakarya). Mengapa tidak kita ganti saja istilah “penganggur” (tuna-karya) menjadi “tuna-swakarya”?
Mengapa tiba-tiba khalayak digolongkan sebagai pekerja atau penganggur, padahal sejarah membuktikan bahwa di masa silam sebagian besar khalayak berswakarya? Benarkah biang keladi pengangguran adalah teknologisasi proses-proses produksi? Salah, di sinilah justru kebohongannya.
Riba adalah satu-satunya penyebab keadaan yang konon disebut sebagai “pengangguran”, atau lebih tepat, ribalah satu-satunya penyebab musnahnya berkesempatan untuk berswakarya.
Inti sari bisnis dan usaha adalah perdagangan, yaitu membeli lalu menjual. Selama masih ada orang yang memiliki sesuatu, dan masih ada orang yang ingin memiliki sesuatu, perdagangan akan selalu ada. Perdagangan tidak akan berkurang dengan adanya mesin-mesin, karena mesin tidak memiliki barang dagangan, mesin hanya bisa dijadikan sebagai alat produksi atau untuk aneka kegunaan lain. Para pekerja dapat digantikan oleh mesin-mesin, tetapi pedagang tidak.
Perdagangan tidak bisa dimusnahkan oleh mesin-mesin, namun bisa punah dengan adanya bunga sistem perbankan, yang apapun istilah maupun jenisnya, tetap saja riba.
Tingkat suku bunga bank berfungsi sebagai rintangan yang akan mematikan setiap usaha yang berada di bawahnya.
Jika suku bunga bank adalah 10%, maka tak seorangpun akan menanam modal dalam proyek usaha baru apapun yang berancar-ancar akan berbagi hasil sejumlah 6% dari modal; dan bila anda sedang melangsungkan usaha dengan bagi hasil 6%, maka anda akan terpikat untuk melego saja usaha anda dan menimbun uangnya di bank. Dengan demikian setiap usaha yang berada di bawah suku bunga 10% itu akan punah.
Margaret Thatcher dan para pakar moneter menyebut hal itu sebagai “penyingkiran usaha-usaha yang tidak berdaya saing”, demi meningkatkan “daya saing” negara. Namun mereka tidak menyatakan bahwa sebenarnya terdapat jauh lebih banyak usaha yang bisa dijalankan dengan keuntungan yang sangat kecil. Usaha yang bisa berkeuntungan besar hanya segelintir, yang lebih banyak adalah usaha-usaha berkeuntungan kecil. Dan sebagian besar usaha-usaha yang untungnya kecil itu adalah usaha kecil. Jadi sesungguhnya, fungsi suku bunga tadi adalah pemusnahan kesempatan hidup bagi mayoritas usaha kecil, demi peningkatan daya saing.
Jadi bagaimana mungkin pemusnahan usaha-usaha kecil bisa disebut sebagai “peningkatan daya saing”, padahal kita memahami bahwa lebih baik ada 20 usaha kecil, dibanding dengan hanya satu usaha yang 20 kali lipat lebih besar? Apalagi manajemen swakarsa tentu lebih luwes dibanding manajemen birokratis piramidis. Di sinilah perbedaan antara perusahaan swakarya dengan perusahaan raksasa. Hal ini pula yang seharusnya menjadi nilaih lebih pasar bebas dibanding komunisme.
Jadi tujuan mereka “meningkatkan daya saing” adalah, agar hanya perusahaan-perusahaan besar saja yang bisa hidup, berkat raibnya gangguan dari usaha-usaha kecil pesaingnya, dan tentunya berkat berubahnya para pengusaha mandiri itu menjadi tenaga kerja murah dan rendah diri.
Dampak dari uang kertas yang dibuat seolah-olah ada nilainya dan tersedia dalam jumlah yang besar adalah: pembasmian usaha-usaha kecil. Tingkat suku bunga secara paksa telah merubah khalayak pengusaha mandiri menjadi pekerja-pekerja upahan yang sangat taat dan menghamba. Dan semua proses ini telah berlangsung selama berabad-abad.
Kini kita telah kembali mencapai puncak feodalisme baru. Socrates dengan tegas menyatakan bahwa upah itu khusus untuk para kacung dan budak. Kini kita semua telah dijadikan kacung dan budak. Terbebasnya masyarakat dari feodalisme abad pertengahan1 ditandai oleh kemerdekaan masyarakat untuk berswakarya atau untuk memilih bentuk pendapatannya sendiri. Hingga 150 tahun yang lalu, bekerja untuk orang lain masih dianggap sebagai sesuatu yang hina, yang hanya dilakukan secara sementara karena ditimpa krisis, atau terbatas dilakukan oleh mereka yang tak mampu mandiri. Dengan kehadiran bank-bank, keadaan itu dengan cepat berubah menjadi keadaan di mana khalayak mau tidak mau harus bekerja untuk orang lain, karena jika tidak mereka tak akan bisa memiliki apapun.
Awalnya, para bankir merekayasa ‘kekuatan pasar’ (melalui tingkat suku bunga) supaya manusia-manusia mandiri dijadikan “para pekerja” dan selanjutnya ketika suku bunga semakin didongkrak maka para pekerja pun menjadi penganggur. Dosanya bukan karena saya tidak bisa mendapat pekerjaan, namun karena saya telah dikutuk untuk bekerja bagi orang lain, karena saya tidak punya kesempatan secelah pun untuk berswausaha dan berswakarya, baik sendirian maupun, misalnya, bersama 50 orang lainnya.
Timbulnya Sosialisme
Sosialisme lahir untuk memerangi keadaan yang mengerikan itu. Sosialisme pada masa awal kejadiannya, sama sekali berbeda dengan Sosialisme menurut anggapan kita kini, bukan saja berbeda bahkan bertentangan. David Ricardo (salah satu ekonom yang jadi panutan Karl Marx), menyatakan bahwa penyebab pengangguran adalah kehadiran mesin-mesin saat revolusi industri. Namun kaum sosialis tidak puas dengan kesimpulan itu.
Bakunin menetapkan bahwa sosialisme adalah “peruntuhan negara”. Yaitu negara sebagai penyelenggara pemungutan pajak, yang hasilnya berperan mutlak demi pembayaran utang negara kepada bank-bank (sebagaimnaa yang kini terjadi), padalahl pajak merupakan perintang perdagangan.
Di Dresden, Richard Wagner merumuskan bahwa revolusi adalah “pemerintahan tanpa negara, dan perniagaan tanpa riba”. Joseph Pierre Proudhon pun menuduh riba sebagai “biang kerok kelumpuhan industri”.
Sosialisme merupakan perlawanan pada negara administratif dan pada bank-bank, demi menegakkan pemerintahan tanpa pajak-pajak, dan perdagangan tanpa bank-bank.
Pembajakan Atas Sosialisme
Karl Marx, cucu seorang rabbi Yahudi, di bawah penugasan Mr. Rotschild (atasannya dari freemason Inggris), membuat teori nilai tambah (surplus value) dengan menyelewengkan makna riba.
Dalam bahasa Ibrani (bahasa Yahudi), riba disebut tarbith, yang arti harfiahnya adalah peningkatan nilai. Dagang tidak sama dengan riba. Dagang adalah mendatangkan keuntungan dari membeli dan menjual, setidaknya ada dua transaksi yang terjadi. Riba adalah mengambil untung dari satu transaksi, menuntut lebih dari yang sedikit (contohnya membungakan uang).
Marx berkata bahwa perdagangan menciptakan nilai tambah (atau riba), sedangkan transaksi ribawi tidak akan menciptakan nilai tambah (riba). Seiring dengan itu Marx mengagungkan konsep Negara yang secara munafik disebutnya sebagai Worker’s State (Negara Milik Para Pekerja), lalu dia pun meninggikan derajat sang pekerja upahan menjadi sesuatu yang sangat ideal dan bernilai kepahlawanan tinggi (bukannya sebagai keterpaksaan menjadi hamba negara dan hamba para bankir). Dengan pertolongan para freemason (The Fraternal Democrats – Persaudaraan Demokrat, the League of the Just –Liga Keadilan, dan lainnya), Karl Marx telah merampas revolusi Eropa milik Proudhon dan Bakunin, dan menjelmakannya menjadi kebalikannya.
Sosialisme modern bukanlah sosialisme (peruntuhan Negara), sosialisme modern adalah Marxisme.
Pengkhianatan Serikat Buruh-isme
Serikat Buruh-isme adalah menyerah pada kekacungan. Serikat-serikat Buruh tidak mempertanyakan mengapa kita harus menjadi budaknya upah, namun tujuan utama perjuangan mereka adalah demi meningkatkan upah para pekerja. Serikat Buruh tidak akan pernah menyelesaikan masalah pengangguran, karena mereka telah pasrah menerima tegaknya sistem perbankan yang telah mengutuk mereka jadi pekerja yang tidak akan pernah bisa berswausaha.
Jadi, bukannya berjuang demi khalayak kelas pekerja, Serikat Buruh-isme malah menjamin bahwa akan selalu tersedia khalayak kelas pekerja. Terpujilah Serikat-serikat Buruh, berkat perjuangan mereka kini orang-orang tidak lagi bekerja 12 jam sehari demi upah yang memprihatinkan (setidaknya begitulah nampaknya), walaupun yang sebenarnya dicapai oleh Serikat Buruh hanyalah kacung yang sedikit lebih ceria. Dengan melakukan itu, Serikat Buruh mencegah agar pokok masalah sebenarnya tidak digugat. Serikat Buruh-isme adalah pemberontakan para budak melawan para Majikan, seraya mengakui bahwa mereka tidak bisa menjadi Majikan. Andaikan pilihan semata wayang hanyalah pengangguran, tentu saja mempunyai pekerjaan menjadi penting. Namun hal ini tidak akan membuat semua orang ceria selamanya
Serikat Buruh-isme sama dengan Marxisme, tidak mengecam riba. Mereka mengabaikan kata ini. Berkat mereka sistem perbankan jadi lestari
Untuk menghilangkan sifat penghambaan kita pada dialektika menjadi pekerja atau menjadi penganggur, kita harus membasmi riba, artinya sistem perbankan harus dihapuskan. Selama kita masih bersama sistem perbankan, kita tak akan bisa mengelak dari kenyataan bahwa kita bekerja untuk orang lain, dan orang lain itu adalah: para bankir yang memiliki segalanya. Para bankir itu siap untuk menghukum para kacungnya dengan ancaman kehilangan pekerjaan dan hidup bergantung pada belas kasih negara. Ketakutan psikologis ini menyapu bersih kesempatan untuk berfikir bebas. Akhirnya yang ada adalah para kacung yang jauh lebih picik dibanding para majikannya. Mereka telah membuat khalayak takut pada perubahan sekecil apapun, karena takut kehilangan sesuap nasi yang telah dijanjikan.
Kita dicekoki bahwa inilah yang “praktis” itu. Walhasil, tak heran jika kita lihat betapa gigihnya para kacung membela sistem perbankan, walaupun mereka adalah salah seorang dari 90.000 warga (di Inggris) yang setiap tahun harus kehilangan rumahnya, gara-gara tidak bisa membayar jahatnya bunga cicilan. Perbankan sudah menjadi “agama” yang ortodoks, bahkan sudah menjadi sebuah tabu (pamali). Untung saja masih ada orang-orang yang tidak percaya pada “agama” ini dan ingin berbuat sesuatu untuk mengatasinya.
Lantas, Bagaimana Cara Kita Mencampakkan Sistem Perbankan?
Pertama, mari kita pahami dahulu bagaimana cara kerja bunga bank. Bank-bank itu berfungsi seolah penyebar ulang uang yang berasal dari simpanan kita. Mereka mendapatkan uang dari kita semua, lalu meminjamkannya pada orang lain. Mereka tidak meminjamkan uang tersebut kepada sesiapa yang paling jujur, atau kepada proyek usaha mana yang paling bermanfaat bagi masyarakat. Mereka tak peduli hal itu. Bank-bank hanya akan meminjamkan uang kepada sesiapa yang memiliki agunan yang memadai, tak peduli apapun tujuan usahanya. Boleh jadi usaha itu sangat bejat, namun asalkan anda punya agunan maka anda akan mendapatkan pinjaman. Sebaliknya, walau seseorang memiliki proyek yang sangat menjanjikan, bisa jadi tidak akan dapat pinjaman karena dia tidak mempunyai agunan yang memadai. Jelas ini bukanlah sistem terbaik bagi masyarakat. Sistem terbaik dan teradil bagi masyarakat adalah, jika sistem itu bisa menjamin bahwa modal milik masyarakat akan ditanamkan pada proyek-proyek terbaik, terlepas dari apakah si pengusaha itu kaya atau tidak. Dikatakan pada para pekerja: Kamu tidak boleh mengelola bisnis-bisnis besar, karena terus terang saja siapa sih kamu? Kamu tidak punya uang. Kamu hanya boleh bekerja demi upah. Maka tak heran jika berduyun-duyun pekerja lebih sungguh-sungguh membina hubungan suci mereka dengan bank, ketimbang hubungan mereka dengan agamanya, bahkan biasanya banklah yang menjadi keyakinan pegangan mereka. Adapun sistem adil yang disebutkan barusan, hanya bisa dicapai dengan penggunaan tertib kontrak gaya baru, yaitu kontrak-kontrak yang mengaitkan keuntungan bagi hasil investasi kepada kegiatan usaha itu sendiri, dan bukan kepada bunga.
Ketika bank-bank belum berdiri, kontrak-kontrak yang berlaku dalam perdagangan adalah kontrak-kontrak dari commenda dan perkongsian.
Commenda adalah kontrak peminjaman uang untuk usaha, dengan demikian akan ada untung atau rugi. Cara ini bertentangan dengan kontrak ribawi, di mana bank meminjamkan uang tanpa peduli kemungkinan kerugian usaha, bank hanya mau untungnya. Dalam kontrak ribawi, anda tidak menanam modal demi kepentingan usaha, melainkan demi keuntungan dari kontraknya saja. Bunga atas pinjaman sama dengan menyewakan uang, walaupun pada uang tidak ada “benda” yang bisa disewa. Bunga adalah mengeduk untung tanpa memberi manfaat apapun.
Bentuk kontrak lainnya adalah perkongsian. Inti sari perkongsian adalah pengalihan tanggung jawab atas barang/jasa kepada orang lain, dan orang lain pun melakukan hal yang sama kepada anda. Dalam pengalihan barang/jasa dari orang ke orang ini, kita akan menemukan dasar-dasar dalil yang revolusioner: membangun usaha tanpa perlu modal keuangan, artinya melakukan usaha tanpa harus memiliki modal atau memiliki usahanya. Ini adalah sesuatu yang tidak terpikirkan oleh manusia modern. Menakjubkan! Dahulu usaha-usaha biasa berlangsung tanpa bergantung pada modal. Perkara ini tidak ada kaitannya dengan sistem Bursa Saham yang busuk itu, melainkan berkaitan dengan pembentukan guilds sebagai badan-badan pemodal mandiri non formal, yang kini sudah dipunahkan oleh bank-bank. Kabar barunya adalah bahwa untuk menjadi pengusaha, anda tidak perlu jadi pemilik barang/jasa. Anda tidak memerlukan bank, yang anda perlukan adalah orang. Ini kabar buruk bagi bank-bank. Sistem sedemikian dapat berfungsi bila di antara kita ada sifat saling percaya. Dan sifat inilah yang menyebabkan kita dapat mandiri, hingga tak perlu bekerja demi upah. Sifat ini pula yang menjadi syarat hidupnya sistem commenda dan perkongsian. Dan semua ini adalah dasar-dasar bagi tegaknya pembaharuan dunia.
Bagaimanakah cara bank-bank menghapus sistem kontrak commenda, dan menggantinya dengan pinjaman berbunga? Dan bagaimana pula bank-bank dapat menjelmakan orang-orang yang bersyarikat dalam perkongsian menjadi orang-orang pengais upah?
Bank-bank menciptakan barang baru. Mereka ciptakan sistem uang kertas. Bahkan perbankanlah sistem uang kertas. Pada awalnya, kemampuan sistem ini cukup menakjubkan. Bank-bank dapat menarik 1000 pound emas dan kemudian meminjamkan 20 kali lipatnya; yaitu 20.000 pound dalam bentuk kertas, artinya menciptakan kredit dari nihil.
Pada masa itu, bank-bank (yang semuanya dikuasai oleh para Yahudi) diundang ke mana-mana di Eropa, karena mereka bisa mendatangkan uang dari nihil. Pada awalnya masyarakat terpesona, sebab mendadak di kota ada perputaran uang yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Usaha-usaha baru pun bermunculan di mana-mana. Bahkan bank menawarkan kertas-kertas yang bertuliskan angka-angka yang bernilai lebih tinggi dari emas yang hendak ditukarkan. 10 pound kertas diobral untuk ditukar 5 pound emas. Tak seorangpun bisa tahan godaan ini. Namun masalahnya, uang kertas itu bagaikan candu, efek pertamanya hebat lalu anda akan kecanduan. Dan beberapa tahun kemudian, ketika badai telah berlalu, baru khalayak sadar bahwa kini semua uang emas telah dikuasai oleh segelintir orang baru, sedangkan khalayak sisanya tidak lagi punya uang emas. Dan ketika khalayak menyerbu bank untuk menukarkan kembali lembaran-lembaran kertas itu dengan emas, diumumkanlah bahwa nilai uang kertas telah anjlok, bahwa mereka hanya bisa memperoleh emas senilai 1/100 dari nilai tertulis di kertas, atau pilih untuk terus memakai kertas-kertas itu. Khalayak telah ditipu. Kini, atas nama peradaban, proses yang sama pun sedang berlangsung di Nigeria utara. Mari kita tegaskan: Inflasi yang diakibatkan oleh pemaksaan satu alat tukar (yang dikendalikan oleh bank) adalah perampokan. Dan tidak mengijinkan khalayak untuk memilih alat tukarnya sendiri adalah penipuan.
Tingkat suku bunga perbankan telah membasmi usaha-usaha kecil. Mereka telah mengumpulkan lautan harta (uang-kredit) dan telah merekayasa penyalurannya hanya kepada perusahaan-perusahaan besar milik segelintir orang. Mereka tidak membuka kesempatan secelah pun bagi tumbuhnya perkongsian. Seluruh revolusi teknologi yang katanya demi manusia, telah dibajak oleh sistem perbankan dan dijelmakan jadi monster biadab.
Dahulu ketika Eropa sibuk menjajah, masalah perampokan abadi dengan menggembosi nilai uang kertas ini tidak terlalu mencemaskan khalayak, karena berhasil diredam oleh pasokan besar-besaran aneka jarahan dari koloni-koloni jajahan, sehingga mengesankan bahwa keadaan baik-baik saja. Akan tetapi begitu hutang koloni-koloni di Dunia Ketiga itu mencapai titik jenuhnya, artinya mereka sudah tidak bisa dijarahi lagi, maka bahaya laten sistem ribawi itu mulai bangkit menyusupi rumah mereka sendiri. Jadi di masa kini, bukan hanya Dunia Ketiga saja yang hidup tertekan ditimpa hutang abadi, khalayak di Dunia Pertama pun kini sudah hampir gila menghadapinya.
Kita semua telah dijadikan kacung oleh sistem perbankan, karena mereka memusnahkan kesempatan hidup usaha-usaha kecil, dan lebih-lebih lagi, mereka telah menjadikan kita sebagai penghutang-penghutang abadi. Gara-gara Negara berhutang, kita pun terlahir sebagai penghutang (bagaikan “dosa asal”), dan dengan kemampuan mereka memonopoli dan merekayasa kekuatan-kekuatan pasar, mereka menjamin bahwa semua upah yang akan mereka keluarkan untuk anda selama 20 tahun mendatang, akan tersedot kembali kepada mereka (para Majikan) karena anda membayar cicilan rumah yang harganya sudah dipompa berkali lipat. Kalau tidak mau begini, anda bisa menyewa rumah anda dan tak perlu punya apa-apa, cukup para Majikan saja yang memiliki segalanya, dan cukup anda saja yang bekerja.
Tentu ini adalah tawaran yang sangat busuk. Serikat-serikat Buruh tidak akan membela para pekerja. Mereka akan berusaha agar para pekerja masuk kerja terus. Semua partai politik adalah dagelan dan tak akan mampu benar-benar membawa pembaharuan bagi masyarakat, karena semua kebijakan mereka bergantung pada bank. Sebelum kita belajar untuk hidup tanpa bank-bank, kita akan terus menjadi kacung-kacungnya. Kepercayaan adalah ajang di mana kontrak-kontrak commenda dan perkongsian bisa berjaya lagi. Dan ajang itu hanya bisa digalang dengan menerapkan kontrak-kontrak usaha yang tidak bergantung pada bank, melainkan cukup pada wewenang seseorang yang mandiri dan mewakili khalayak. Dengan kata lain, kita harus menghidupkan kembali bentuk-bentuk wewenang tradisional yang bersifat lokal, misalnya seperti Kepala-kepala marga di Skotlandia, Kepala-kepala suku di Afrika, para Lendakari di lembah negeri Basque, Amir-amir di Arab, atau seperti kepala-kepala keluarga mafia di Sisilia. Kepemimpinan masyarakat yang kini dikuasai perbankan harus direbut kembali.
Jika kita sadar bahwa bank-bank telah menipu kita dan kita ingin terbebas darinya, maka kita harus mengalihkan tumpuan kepercayaan kita kepada pihak lain. Pada akhirnya sang pemimpin sebuah masyarakat harus bisa menjamin penyelenggaraan hukum-hukum dan dipenuhinya kontrak-kontrak, sehingga tumbuhlah saling percaya antar warga. Salah satu contoh ini adalah Mafia. Sayangnya, tinggal merekalah satu-satunya kaum di Eropa yang dapat membuat kontrak di antara mereka, dengan kepemahaman bahwa kontrak itu akan dipenuhi. Karena tak ada seorangpun yang berani berbuat keliru, dan khalayak Mafia punya rasa saling percaya yang sangat tinggi, dengan cara mereka sendiri yang tidak mungkin dilaksanakan di luar lingkaran mereka. Sayang, tinggal merekalah satu-satunya kaum di Eropa yang bisa mengejawantahkan kepemimpinan.
Unsur terpenting untuk terbebas dari tirani sistem moneter bank dan aneka praktek ribawinya, adalah dengan adanya pihak yang diberi wewenang secara lokal, yaitu dalam jangkauan masyarakatnya. Tanpa adanya pengemban amanah itu, banklah yang akan berwenang, yang akan mendikte langkah-langkah kebijakan semua bangsa, dan kita akan terkutuk jadi kacung-kacung upahan mereka. Jika anda ingin keluar dari perangkap ini, anda harus bergabung bersama mereka yang sepaham, pilihlah seorang pemimpin dan nyatakanlah diri anda merdeka dari jeratan riba. Di luar sana, banyak orang sedang melakukan hal yang sama.
Satu-satunya jalan keluar dari sistem ribawi adalah Islam. Karena hanya Islamlah yang menegakkan pemerintahan tanpa negara dan perniagaan tanpa riba. Zaman yahudi dan kristen telah kadaluwarsa. Hanyalah dengan memahami bahwa “tiada tuhan selain Allah”, baru manusia bisa berhenti menyembah segala sesuatu yang fana – seperti negara, uang dan pekerjaan mereka – dan menjadi merdekalah mereka. Hanyalah dengan membenarkan bahwa “Muhammad ialah Utusan Allah”, baru akan tegak keadilan dalam transaksi. Pilih Islam atau Ekonomi, pilih Islam atau Sistem Perbankan, inilah keputusan yang harus diambil oleh setiap insan.
*Penulis merupakan ulama besar asal Spanyol. Beliau merupakan faqih nomor wahid yang dimiliki umat Islam kini dalam bidang muamalah. Shaykh Umar Vadillo telah mengeluarkan fatwa haram pada uang kertas dan mempelopori pencetakan kembali Dinar Dirham, alat tukar dari emas dan perak yang sesuai syariat Islam.
102 notes · View notes
Photo
Tumblr media
⛅️ Selamat pagi...☀️ Copas dari dr.Sigit Setyawadi SpOG. Bagi yg berpendapat berdagang dan menguntungkan orang kafir itu haram bagi ummat Islam silahkan simak tulisan dibawah ini.. *AMWAY, YAHUDI, AMERIKA, PRODUK LUAR NEGERI dll* Banyak orang yang bertanya tanya tentang hal hal diatas, bagaimana menjawabnya ? Sebenarnya tidak perlu dijawab, bukan tugas kita memberi pencerahan atau menjadi pembela Amway. Biarkan saja dan beri jempol. Yang menjadi masalah kalau Anda sendiri yang memiliki pendapat seperti itu. Mungkin ada beberapa penjelasan yang entah bisa memuaskan atau tidak. 1. Pemilik Amway adalah keluarga Belanda yang sangat taat beragama kristen. Biasanya yang begini ini ya anti Yahudi. Amway juga tidak ada di Israel, Amway justru ada di beberapa negara berbasis islam seperti Turki, Malaysia dsb. Jika ada hubungan dg Yahudi, mestinya Israel yang di utamakan. 2. Produk Amerika, memangnya kenapa ?, setiap hari kita menggunakan produk Amerika. Baju, sarung, kopiah, cd Anda itu sebagian besar produk Amerika karena serat kita diatas 90% impor dari Amerika. Tahu dan Tempe yang Anda makan itu juga kedelainya produk Amerika. Telur dan ayam diberi makan jagung impor dari Amerika. 3. Kok mengutamakan produk dari luar negeri dan tidak memasarkan produk dalam negeri ? . Jika kita membangun networking yang memasarkan sembako, artinya kita sedang mematikan UMKM yang jualan sembako dimana kita sering beli. Karena di bisnis networking kita tidak menambah konsumsi, hanya mengubah pembelian dari tempat biasa kita membeli, dirubah ke networking kita. Jika di networking Anda ada 1000 orang beli beras, artinya ada 1000 pedagang kecil beras akan kehilangan omsetnya. Dimana membantunya ? Yang ada justru menambah jalur distribusi karena kita juga berusaha mengambil untung disana. Amway justru menghindari hal itu. Amway hanya menghadapi pabrik PMA lain dan toko modern tempat Anda membeli sabun mandi, deterjen, shampo, suplemen, dan sebagainya. 4. Uang devisa Arab Saudi yang berasal dari minyak, Haji dan Umrah, terbesar ditempatkan di Amerika dan dirawat bankir bankir terbaik di dunia. Tebak siapa bankir bankir terbaik di dunia ? Orang yahudi. (di Tasikmalaya) https://www.instagram.com/p/CCj4hiJHncaKlQhAiEJGhRDI5aA4bmfT88FT980/?igshid=1jka2bmm12gfj
0 notes