#Banjir Rob Kota Semarang
Explore tagged Tumblr posts
borobudurnews · 5 months ago
Text
Pj Gubernur Jateng: Investor Lebih Nyaman Berinvestasi Jika Banjir Rob di Semarang Terkendali
BNews—JATENG— Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana mendampingi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk memeriksa proyek pengendalian banjir dan rob di  Tambak Lorok, Kota Semarang, Senin (17/6/2024). Proyek yang dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini juga ditunjukan untuk penataan kawasan kampung nelayan di wilayah pesisir tersebut. Saat ini progres…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kodim0736 · 2 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Pemkab Batang Gelar apel kesiapsiagaan penanggulangan bencana
Batang - Mengantisipasi kerawanan bencana yang mungkin timbul, Pemkab Batang bersama jajaran Forkopimda menggelar apel kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
Dalam arahannya, Penjabat Bupati Batang Lani Dwi Rejeki memetakan daerah-daerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana cukup tinggi. Mulai daerah pesisir yang sempat terjadi banjir yang cukup besar hingga pegunungan yang terjadi tanah longsor.
"Untuk mengantisipasi seluruh stakeholder hari ini menggelar apel kesiapsiagaan, yakni TNI/Polri bersama Pemkab serta unsur relawan kebencanaan. Bencana yang sempat terjadi di periode akhir 2022 lalu, seperti banjir 24 kejadian, banjir bandang 1 kejadian, tanah longsor 25 kejadian dan cuaca ekstrem 13 kejadian," bebernya, usai memimpin apel kesiapsiagaan penanggulangan bencana, di Jalan Veteran,  Kabupaten Batang, Rabu (22/2/2023).
Ia menambahkan, dalam waktu dekat Pemkab belum berencana melakukan pembuatan tanggul penahan banjir rob di sepanjang pantai utara Batang.
"Kami belum berencana membuat tanggul karena frekuensi rob yang lebih kecil dibandingkan Kota Pekalongan. Meski demikian tidak mengabaikan, ke depan dalam jangka panjang menjadi wacana kami untuk membangun tanggul di pesisir pantai," tegasnya.
Dirpolairud Polda Jateng, Kombes Pol Hariadi mengatakan, para relawan SAR ARNAVAT lebih diintensifkan untuk mengantisipasi bencana yang rawan terjadi di pantai atau laut. Namun tidak menutup kemungkinan mereka pun dapat membantu kerawanan bencana di tempat-tempat lain.
"Yang penting kami selalu berkoordinasi dengan rekan-rekan TNI, BPBD, relawan lainnya. Beberapa penandatanganan sudah dilakukan seperti saat terjadi tanggul jebol di Tanjung Mas Semarang, sudah banyak membantu," terangnya.
Ia memastikan mitigasi sudah dialkukan bersama relawan dan Basarnas.
Terkait SAR ARNAVAT, telah dikukuhkan dan markas komando terpusat di Polairud Polda Jateng.
" Seluruh Polres yang memiliki wilayah tugas di pesisir pantai, pun disiapkan personel SAR ARNAVAT , mulai Brebes hingga Rembang," tandasnya.
(Pen 0736/Hr)
0 notes
newscakra · 3 years ago
Text
Tanggul Jebol, Sejumlah Kawasan di Pelabuhan Tanjung Mas Dilanda Banjir
Tanggul Jebol, Sejumlah Kawasan di Pelabuhan Tanjung Mas Dilanda Banjir
SEMARANG – Banjir akibat naiknya ketinggian air laut (rob) melanda kawasan pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang dan sekitarnya. Aktivitas karyawan di sejumlah perusahaan di sekitar pelabuhan terpaksa dihentikan dan dilakukan evakuasi terhadap seluruh karyawan. Direktur Polair Polda Jateng Kombes Pol Hariadi menyampaikan, pihaknya bersama petugas dari instansi terkait tengah melakukan evakuasi…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
dianbudaya · 3 years ago
Text
Kotak Pendingin Udara untuk Panasnya Kota Semarang
Tumblr media
“Panase kaya nerakane bocor!” (baca: Panasnya seperti nerakanya bocor!”) Kira-kira begitulah celetukan seorang teman yang mengeluhkan panasnya Kota Semarang di siang hari. Sudah beberapa tahun yang lalu celetukan itu keluar dari mulutnya, tetapi saya pikir masih begitu relevan dengan kondisi suhu udara di Kota Semarang hingga saat ini, terutama ketika sedang musim kemarau.
Bagi orang-orang yang pernah tinggal atau setidaknya mampir ke Kota Semarang, terutama di tengah terik musim kemarau, saya pikir sebagian besar dari mereka tidak akan menyangkal fakta mengenai betapa panasnya Kota Semarang di siang hari. Menurut beberapa sumber, kota tersebut bahkan sempat memegang predikat sebagai salah satu kota dengan suhu maksimum tertinggi di Indonesia, yakni di atas 35ocelcius. Berbeda dengan Kabupaten Semarang yang berada di kawasan dataran tinggi dekat Gunung Ungaran, sebagian wilayah Kota Semarang berada di daerah dataran rendah, bahkan di wilayah pesisir yang terkenal dengan banjir rob yang setia menghampiri setiap tahun ketika musim penghujan tiba. Kota metropolitan terbesar kelima se-Indonesia tersebut pun kini di semakin rimbun oleh bangunan berdinding beton di samping semakin ramai oleh tumpah ruahnya pengendara kendaraan bermotor di tiap sudut jalan raya.
Belakangan ini, Semarang kembali menjadi salah satu topik trending di media sosial twitter karena panasnya suhu udara kota tersebut di siang hari. Beberapa memepun bertebaran di media sosial untuk mengekspresikan betapa terik matahari di kota tersebut. Ada warganet yang menggambarkan bahwa Semarang lebih dekat dengan matahari ketimbang bumi; berkendara menggunakan sepeda motor pada siang hari di Semarang layaknya tengah berkendara di neraka--ya, walaupun saya yakin kreator meme tersebut belum pernah benar-benar merasakan panasnya neraka, namanya jugakiasan. Di samping sejumlah meme, beberapa waktu lalu sejumlah warganet pun memamerkan kulitnya yang menjadi belang hanya dalam waktu sehari ketika harus berkendara sepeda motor di Semarang.
Panasnya suhu di Semarang, khususnya di daerah pusat kota yang begitu langka akan pepohonan kiranya sama-sama dirasakan oleh berbagai kalangan tanpa memandang usia maupun jabatan. Belum lagi daerah tersebut berada di wilayah Semarang bawah yang relatif dekat dengan pesisir. Orang-orang di wilayah Semarang bagian atas yang secara geografis berada di daerah dataran yang lebih tinggi saja begitu merasakan panasnya terik matahari di siang hari. Hingga pada akhirnya sesuatu yang (bagi saya) mengejutkan hadir di kota yang terkenal dengan misteri bangunan Lawang Sewu tersebut. Kabarnya, kini terdapat kotak pendingin udara di pinggir jalan raya di titik area pusat kota, salah satunya di sekitar Paragon. Bayangkan saja seberapa panas Semarang hingga kini pendingin udara saja tidak hanya hadir di dalam ruangan.
Ya, keberadaan kotak yang menyemburkan uap dingin tersebut, memang belum lama tertancap di trotoar Kota Semarang. Keberadaannya pun sempat menjadi viral di media sosial. Saya awalnya turut kaget begitu mengetahui hal yang menurut saya baru tersebut, karena sebelumnya saya belum melihatnya. Bahkan, terlintas di kepala saya mengenai pendingin udara yang ditaruh di luar ruangan dan difungsikan untuk meredakan hawa panas di jalan raya saja tidak. Paling mentok, yang pernah saya lihat adalah pendingin udara pada acara-acara hajatan yang diselenggarakan di luar ruangan. Biasanya berupa kipas raksasa yang sekaligus menyemprotkan uap air –rasanya seperti berada di surga dunia ketika mendapat jatah angin dari kipas tersebut. Kini, menurut saya warga Semarang sebaiknya berdoa saja, antara semoga suhu udara di Semarang dapat lebih turun, atau semoga alat pendingin udara tersebut tidak lekas rusak, sehingga terus dapat membantu menangkis panasnya kota.
Penulis: Azlia Qothrunnada
Visual: Regita Cahya
1 note · View note
pertamax7 · 3 years ago
Text
CSR Yamaha Semarang Service Gratis Semua Merek Motor Korban Banjir Rob Dan Tips Perawatan Motor Setelah Terendam Banjir
CSR Yamaha Semarang Service Gratis Semua Merek Motor Korban Banjir Rob Dan Tips Perawatan Motor Setelah Terendam Banjir
CSR Yamaha Semarang Service Gratis ., salam pertamax7.com, CSR Yamaha Semarang Service Gratis Semua Merek Motor Korban Banjir Rob Dan Tips Perawatan Motor Setelah Terendam Banjir Link ponsel pintar ( di sini )  Salam Semakin di Depan. Info resmi dari Yamaha DDS 3 (Jawa Tengah – DIY). Banjir rob atau akibat air pasang kembali melanda Semarang dan kota-kota lainnya di sepanjang Pantai Utara Jawa…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ayojalanterus · 3 years ago
Text
Teguran Megawati soal Banjir untuk Ganjar
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kena tegur Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Ganjar ditegur perihal banjir yang masih melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Teguran itu diungkap langsung oleh Ganjar dalam Webinar Jakarta Tenggelam bersama Ikatan Alumni ITB, Selasa (10/8/2021). Ganjar mengatakan Megawati menegurnya secara langsung. "Sebenarnya bukan saya pribadi, tidak hanya dari Joe Biden, tapi dari Bu Mega juga kemarin 'Hei Ganjar bagaimana itu rob-nya?'. 'Hai, Bu, siap'," kata Ganjar. Beberapa Wilayah Jateng Sudah Tenggelam Ganjar mengakui beberapa wilayah di Jawa Tengah sudah tenggelam. Kondisi ini, katanya, terjadi karena penurunan permukaan tanah atau land subsidence. Seperti yang terjadi di Desa Bedono di Kecamatan Sayung, Demak. Ganjar menjelaskan, penurunan permukaan tanah menimbulkan kerusakan bagi rumah-rumah penduduk di Desa Bedono, yang notabene merupakan kawasan pesisir. Bahkan politikus PDIP itu mengungkap, di Brebes ada satu wilayah yang tenggelam dan kini menjadi hutan bakau. "Kemudian ada (di) Pekalongan yang sekarang cukup terancam. Tapi sebenarnya di Brebes sudah sudah terjadi satu area yang sudah tenggelam dan sekarang jadi hutan bakau," katanya. Kendati demikian, Ganjar mengungkapkan, sejumlah daerah telah memiliki inisiatif cepat dalam pengendalian banjir. Misalnya di Semarang. Menurutnya, Kota Semarang memiliki strategi tersendiri meskipun kawasan ini menghadapi rintangan dalam menangani banjir rob. "Enam tahun yang lalu Pemkot Semarang cukup punya inisiatif cepat sehingga pengendalian (banjir rob) itu bisa juga dilakukan," jelasnya. "Kota Semarang akan punya problem besar karena tarik ulur antara pengendalian tata ruang dengan desakan tata uang. Sekali lagi, tata ruang dan tata uang ini akan saling tarik-ulur dan kemudian yang kadang-kadang keputusannya menjadi sangat melemah," lanjut Ganjar. "Enam tahun yang lalu Pemkot Semarang cukup punya inisiatif cepat sehingga pengendalian (banjir rob) itu bisa juga dilakukan," jelasnya. "Kota Semarang akan punya problem besar karena tarik ulur antara pengendalian tata ruang dengan desakan tata uang. Sekali lagi, tata ruang dan tata uang ini akan saling tarik-ulur dan kemudian yang kadang-kadang keputusannya menjadi sangat melemah," lanjut Ganjar.(detik)
from Konten Islam https://ift.tt/3jIsQnB via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/08/teguran-megawati-soal-banjir-untuk.html
0 notes
inilahonline · 4 years ago
Text
Warga Kecamatan Genuk Kota Semarang Mengungsi Kebanjiran, Ganjar Perintahkan Penuhi Gizi Balita dan Bumil
Warga Kecamatan Genuk Kota Semarang Mengungsi Kebanjiran, Ganjar Perintahkan Penuhi Gizi Balita dan Bumil
INILAHONLINE.COM, SEMARANG Kota Semarang wilayah bawah hampir tidak luput kena banjir dan rob, akibat guyuran hujan yang terus menerus setiap hari. Meski banjir sudah mulai surut dan hujan turun tidak seperti biasanya, rumah warga yang banjir dan mengungsi mendapat perhatian gubernur Jateng. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mmengunjungi wilayah yang masih tergenang banjir di Kelurahan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
noisy-collector-prince · 4 years ago
Text
Dengarkan Keluhan Masyarakat! Dua Profesor UNDIP Ciptakan Ini! Cek Selengkapnya....
Prof. Dr. Muhammad Nur, DEA dari Fakultas Sains dan Matematika Undip dan Prof. Dr. Denny Nugroho Sugianto, S.T., M.Si. dari Fakultas Perikanan dan Kelautan adalah dua Profesor yang berkesempatan untuk hadir dalam acara Halo Jateng di stasiun TVRI Jateng. Dalam acara tersebut dua Profesor UNDIP diatas menceritakan inovasi nya dalam upayanya membantu masyarakat Indonesia.
Prof. Muhammad Nur datang dengan inovasinya yang dapat membantu masyarakat mengurangi pengeluaran mereka untuk kebutuhan dapur. Menggunakan teknologi plasma beliau membuat alat untuk mengawetkan sayuran. Menggunakan plasma dingin yang mencapai suhu 1000° Celcius, alat ini mampu membunuh kuman pada sayuran dan membuat pertumbuhan jaringan menjadi lebih cepat. Kemudian adapun Prof. Denny yang membantu masyarakat untuk lebih siaga atas terjadinya banjir rob yang sering terjadi diwilayah Semarang. Melalui kalender rob, yang bisa diunduh melalui aplikasi ataupun bentuk offline berupa hard copy-nya masyarakat akan menjadi lebih awas serta siaga jika ada kemungkinan banjir rob. Beliau saat ini juga tengah mengembangkan prototype penanganan erosi Pantura yang berada di kota Semarang dan Demak, yang mana kita tahu bahwa wilayah pantura tengah mengalami penurunan tanah.
Sumber :
https://www.undip.ac.id/post/17213/guru-besar-undip-terus-kembangkan-inovasi-peduli-lingkungan.html
0 notes
borobudurnews · 2 years ago
Text
Luhut Temui Ganjar di Semarang, Bahas Minyak Goreng dan Banjir Rob
Luhut Temui Ganjar di Semarang, Bahas Minyak Goreng dan Banjir Rob
BNews—JATENG— Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, menemui Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Selasa (7/6/2022). Pertemuan tersebut untuk membahas distribusi minyak goreng dan penanganan rob. Luhut tiba di Rumah Dinas Puri Gedeh, Gajahmungkur, Kota Semarang, sekira pukul 15.00. Pertemuan antara Ganjar dengan Luhut berlangsung…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kadaryanto97 · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Ketahanan Sosial Dalam Kota Tangguh Bencana Kajian Adaptasi Masyarakat terhadap Bencana Perubahan Iklim dan Banjir Rob di Kota Pesisir Semarang Jawa Tengah Penulis : Henny Warsilah dkk Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia ISBN : 978-602-433-596-0 Ukuran : 14,5 x 21 cm Halaman : xxiv + 184 hlm Tahun : 2018 Original Harga Rp85.000 diskon 20% Rp68.000 Sinopsis Pulau Jawa pada saat ini sedang mengalami krisis ekologi dan kebencanaan, terutama di wilayah pesisir, sering terdampak perubahan iklim ekstrem, dengan curah hujan tinggi hampir sepanjang tahun. Kota-kota di wilayah pesisir berisiko tinggi terpapar kebencanaan mulai dari bencana perubahan iklim, banjir, rob, tanah amblas, krisis air bersih, longsor, gelombang tinggi, sampah plastik, hingga urban heat. Implikasi dari kebencanaan ini berkembangnya penyakit sosial, terutama di kawasan perkampungan kumuh kota yang dihuni oleh penduduk miskin.Kemiskinan dalam bebera hal berkelindan dengan kebencanaan. Padahal, ada sekitar 60 persen penduduk Indonesia bermukim di wilâyah pesisir. Wilayah pesisir berpotensi memiliki problematika dalam pelayanan dasarnya, terutama dalam bidang kebijakan publik dan livelihoods berkelanjutan. Buku yang ada di hadapan Anda ini berkeinginan menganalisis penerapan konsep resilient city atau kota tangguh bencana dan social resilience atau ketahanan sosial di perkotaan wilayah pesisir. Temuan penelitian menunjukkan upaya Pemkot Semarang dan Jakarta Utara dalam penyiapan insfrastruktur kota untuk menghadapi bencana, dan penataan kota yang mempertimbangkan keseimbangan ekologis, tetapi belum terintegrasinya konsep kota tangguh bencana dengan konsep ketahanan kota. Hasil kajian berkeinginan agar pemerintah kota melakukan integrasi antara konsep ketahaan kota dengan ketahanan sosial masyarakat sehingga tidak hanya kotanya yang tangguh tetapi juga masyarakatnya memiliki ketahanan sosial. Terlebih Semarang saat ini masuk ke dalam 100 resilient city, setara dengan kota-kota di dunia. #bencanaalam #bencana #banjir #tsunami #longsor #ketahanansosial #akhirzaman #gempa #indonesia #gempabumi #bogor #beritaterkini #peristiwa #viralvideos #bnpb #ketahananpangan #sosial #semarang https://www.instagram.com/p/B_7nYnlj1N_/?igshid=j9wokthfyrpe
0 notes
riniivanka-blog · 6 years ago
Text
Antisipasi Banjir Rob, Petugas DPU Kota Semarang Siagakan Petugas Pompa Saat Lebaran
Rini Ivanka Antisipasi Banjir Rob, Petugas DPU Kota Semarang Siagakan Petugas Pompa Saat Lebaran Artikel Baru Nih Artikel Tentang Antisipasi Banjir Rob, Petugas DPU Kota Semarang Siagakan Petugas Pompa Saat Lebaran Pencarian Artikel Tentang Berita Antisipasi Banjir Rob, Petugas DPU Kota Semarang Siagakan Petugas Pompa Saat Lebaran Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Antisipasi Banjir Rob, Petugas DPU Kota Semarang Siagakan Petugas Pompa Saat Lebaran Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana belum menentukan langkah mengatasi rob di wilayah Genuk Semarang. UNIKBACA.COM
0 notes
hasnajamilah · 8 years ago
Text
Masyarakat marjinal atau termajinalkan, Benarkah?
Tumblr media
Foto diambil di Stren Kali Surabaya yang pernah terancam digusur, namun melalui advokasi dan kerja bersama warga, warga sepakat untuk memundurkan rumah mereka sehingga berjarak dari sungai.
Kampung, kumuh dan kota. Seakan menjadi sahabat karib yang selalu tak pernah terpisahkan antara satu dan yang lainnya. Acapkali kita menemukan tiga kata tersebut menjadi satu kesatuan di setiap media tanpa kecuali. Perbedaan persepsi, indikator, kriteria dan sudut pandang sebenarnya menjadi alasan kuat adanya hubungan yang kuat antara ketiga kata tersebut; kampung, kota dan kumuh atau kampung kota yang kumuh. Warga kampung seakan menjadi subjek dari pelaku penyebab ataupun indikator kampung dan kumuh tersebut.
Gambaran dari kata kampung kota dibuat seakan-akan kumuh dan tak layak ada kemudian menjadi cap sebagai benalu kota. Yang lebih menarik, masyarakat luas yang kebanyakan kaum berpendidikan dan berada di kelas menengah menilai berita media adalah benar adanya. Tanpa klarifikasi dan tanpa survey lebih lanjut. Masyarakat kampung menjadi termarginalkan dengan sendirinya, hanya dengan kata-kata yang disusun media demi kepentingan beberapa orang.
Marjinal berasal dari bahasa inggris 'marginal' yang berarti jumlah atau efek yang sangat kecil. Artinya, marjinal adalah suatu kelompok yang jumlahnya sangat kecil atau bisa juga diartikan sebagai kelompok pra-sejahtera. Marjinal juga identik dengan masyarakat kecil atau kaum yang terpinggirkan. (erepublik.com)
Kotak-kotak pemikiran yang kemudian hadir tentang suatu pengertian sempit dari setiap kata kemudian menjadi bentuk keberhasilan suatu media itu ada. Masyarakat lalu menjadi tahu bahwa bahwa kumuh itu adalah ciri khas dari sebuah kampung kota yang kemudian selalu ada di kota. Masyarakat yang katanya berpendidikan lalu menelan mentah-mentah permainan kata sang awak media untuk menciptakan bahwa kampung kota itu kumuh, kumuh itu ada di kampung kota. Semakin memojokkan masyarakat kecil menjadi yang paling tak berdaya.
Lalu masyarakat kampung kota menjadi kaum kecil, dipojokkan dan kemudian disalah-salahkan. Tak ada yang peduli, tak ada yang membela, mereka terlalu kecil dan bodoh untuk membela diri mereka sendiri. Bahkan mereka melumat dan mengasihani mereka sendiri akibat dari kata-kata media; merasa tak punya apa-apa dan hanya menjadi beban di kota. Hingga akhirnya hanya bisa berusaha bertahan hidup demi sesuap nasi di setiap harinya, untuk kemudian dilakukan berulang-ulang dan hanya menunggu, berharap pada bantuan dari pemerintah ataupun siapapun orang dermawan yang tak berparas.
Masyarakat kampung yang notabene adalah orang-orang dari sektor informal, baik dari pekerjaan, rumah, pendidikan dan pengetahunnya pun acapkali dijadikan kambing hitam masalah di perkotaan yang sebenarnya tak benar-benar ada hanya karena mereka. Contoh konkritnya adalah masyarakat bantaran kali pepe di Surakarta yang ditodong kumuh hanya karena rumah mereka tak beratapkan genteng dan berdinding bata, sebuah definisi fisik yang sangat dangkal. Jarak-jarak rumah dan kepadatan kawasan juga kemudian dijadikan satu definisi kumuh yang lainnya. Mereka lalu dituding sebagai perusak image kota hanya karena rumah mereka berada di bantaran kali pepe yang kini tak terawat kebersihan kalinya oleh sampah yang sebenarnya tak hanya dibuang oleh mereka. Bisa jadi juga mereka terpaksa membuang sampah ke sungai karena pengelolaan sampah merek tak terfasilitasi dengan baik oleh pemerintah setempat, Lalu cap kumuhlah yang menjadi selalu meleķat pada keadaan dan kondisi mereka. Yang kebanyakan dilakukan oleh mereka yang lagi-lagi katanya berpendidikan.
Tumblr media
Menurut Kotaku (Kota tanpa Kumuh) Surakarta sendiri hampir 10,63% dari 44 km2 luas total kota Surakarta diidentifikasi menjadi perumahan dan permukiman kumuh yang terdiri dari 51 kawasan. Penetapan kriteria kumuh pun dibedakan sesuai indikator secara fisik dan non-fisik. Dengan perbandingan indikator penilaian kumuh secara fisik lebih banyak daripada penilaian kumuh secara non fisik, delapan banding dua.  
Yang sedemikian itu pun membuat pemerintah ikut abai pada kondisi masyarakat yang terkonotasikan sebagai masyarakat dari kampung kumuh dan terprovokasi untuk ikut menghilangkan kampung kumuh di kota, hanya karena dijadikan alasan karena kampung tidak bisa ikut andil merawat wajah kota dan terlalu malas berurusan dengan manusia apalagi bersangkutan dengan kesejahteraaan masyarakat. Baik dengan menggusurnya, memindahkan ke rumah susun ataupun hanya dengan perbaikan fisik semata. Lagi-lagi mindset pemerintah pun sudah tersusun kata kumuh bersangkutan dengan hal-hal fisik, sehingga hanya diperlukan perbaikan-perbaikan fisik. Namun saat kemudian sebuah pembangunan fisik sudah dilakukan, tak lantas menjadi pensejahteraan masyarakat. Lihat saja, banyak sekali bangunan fisik yang kemudian tak terawat, tak berpenghuni, dan kemudian menjadi mati. Karena warga tak merasa memilikinya.
Dalam keaadaan seperti ini, advokasi warga terkait perbaikan kualitas hidup mereka menjadi poin penting yang seharusnya dilakukan. Metode top-down yang selama ini dilakukan pemerintah yang tak pernah jadi solusi dari sosialisasi program pemerintah, karena lagi-lagi warga hanya dijadikan objek dari sebuah proyek pekerjaan, bukan sebagai subjek yang melakukan sebuah proyek pekerjaan. Pemerintah mengeluarkan peraturan yang dianggap pro rakyat namun tak begitu bagi masyarakat, terutama masyarakat yang termarjinalkan. Ditambah lagi peran teman-teman akademis yang katanya berpendidikan ikut mengecap kata kampung kota itu kumuh hanya untuk kepuasan nilai yang mereka dapatkan, tanpa ada tindak lanjut realisasi untuk kesejahteraan warga kampung kota yang kumuh.
Ya berurusan dengan masyarakat kampung kota memang tak bisa hanya dilakukan melalui satu kali pendekatan ataupun dengan metode dan teori yang hanya satu dan melulu sama. Berbeda dengan pendidikan yang selalu diberikan di bangku sekolah, berurusan dengan masyarakat tak bisa menggunakan pengetahuan baca tulis hitung. Berurusan dengan masyarakat berarti ikut menjadi bagian dari masyarakat dan siap berkecimpung di universitas kehidupan yang sesungguhnya. Mengadvokasi masyarakat yang notabene termarjinalkan pun menjadi tempat baru dan menantang untuk mencari celah-celah dari menjadi bagian hingga dapat dipercaya oleh masyarakat.
Masyarakat sendiri sebenarnya punya ilmu-ilmu yang kita dapatkan dari bangku pendidikan. Hanya saja kotak-kotak pengecapan yang dilakukan oleh orang-orang yang lagi-lagi katanya berpendidikan secara langsung mengecap bahwa masyaraka yang tak menempuh bangku sekolah adalah orang yang tak berpendidikan. Padahal bila dilihat, masyarakat selalu belajar setiap harinya, melalui universitas kehidupan yang selalu dilakukan dan ditemui setiap harinya. Berbeda dengan orang-orang berpendidikan yang hanya mendapatkan sebilah pendidikan hanya melalui bangku sekolah.
Bila diulang ke masa lalu, saat tak ada sekolah dan yang berkuasa. Lalu darimana ilmu-ilmu didapatkan? Bila bukan dari pengetahuan yang dihasilkan oleh masyarakat. Kaidah berikut yang seharusnya dikembalikan, pengetahuan berasa dari masyarakat untuk kemudian dikembalikan ke masyarakat lagi.
Pengorganisasian dan pendampingan masyarakat menjadi pilihan yang acapkali diabaikan karena terlalu menyita banyak waktu, pemberdayaan dan pengadvokasian masyarakat tidak hanya melulu dibutuhkan untuk mereka yang sedang dalam bencana. Masyarakat-masyarakat yang termarjinalkan menjadi jawaban untuk menghilangkan kampung kumuh di kota. Segitiga kekuasaan yang yang selama ini dianut dengan masyarakat termarjinalkan menjadi posisi dibawah harus dimanfaatkan dan dikelola sebaik mungkin, karena jumlah masyarakat yang termarjinalkan memiliki kuantitas yang lebih banyak daripada kelas menengah dan kelas atas.
Upaya pengorganisasian masyarakat kemudian diharapkan dapat mencapai pada titik pengadvokasian hingga pemberdayaan. Peran penting yang harus dilakukan adalah menjadi community organizer, berjalan membersamai masyarakat.
Tumblr media
Foto diambil di balai desa Pringgomukti saat sedang perencanaan kawasan kampung, RT yang digusur oleh adikuasa hotel di malioboro, dan mereka berinisiasi untuk membangun desa baru mereka dengan mengumpulkan uang ganti rugi mereka dengan membeli lahan kosong di daerah bantul.
Proses pemberdayaan masyarakat sendiri pun mampu dilakukan dengan berbagai cara dan alat untuk kita bisa masuk menjadi bagian masyarakat. Isu-isu yang ingin mengesampingkan masyarakat termarjinalkan bisa dikembangkan menjadi alat untuk mengadvokasi masyarakat, untuk sama-sama belajar dan mencari solusi untuk kemudian ditawarkan ke pemerintah. Menjadi metode kebijakan bottom-up yang masih jarang kita temui di Indonesia. Masyarakat pinggiran bantaran kali misalnya, isu penggusuran menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Citra kumuh pada masyarakat marjinal di bantaran kali juga perlu dikaji ulang untuk kemudian ditemukan titik temu dari arti kata kumuh dan cara penanganannya. Tapi lagi-lagi pemberdayaan masyarakat bukan hanya dari segi fisik, penanaman kebersamaan dan bekerjasama dalam masyarakat harus dikembangkan lagi. Budaya gotong royong dan menghasilkan pengetahuan bersama masyarakat menjadi poin yang harus dikembalikan sebagai semangat yang harus didorong sebagai bukti kontribusi untuk bangsa, agama dan negara.
Ya, bekerja bersama masyarakat dan menghasilkan pengetahuan masyarakat memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan instan langsung ada bentuk nyatanya, namun bila diyakini pasti akan membanggakan. Bukan untuk mengenalkan diri ke dunia luar, namun untuk mengenalkan masyarakat yang menjadi subjek pemberdayaanlah yang semestinya dikenal.
Tumblr media
Foto diambil di Kampung Kemijen, Semarang yang selalu menjadi kampung yang terkena banjir saat rob datang. 
Pertanyaan yang muncul kemudian pasti adalah bagaimana caranya? Itulah tugas yang harus selalu dipelajari sebagai community organizer, menghasilkan pengetahuan bersama masyarakat. Mengajak, mencari akar masalah, memfasilitasi, menjadi bagian hingga menjadi dipercaya oleh masyarakat. Namun tentu saja bukan menjadi pengatur bagi masyarakat, bukan sebagai penyedia jasa bagi masyarakat. Peran dan tugas community organizer lebih berat dibandingkan itu, dipercaya namun bukan berarti lantas memanjakan mereka, namun harus mencari celah agar masyarakat percaya oleh kemampuan mereka sendiri. Agar mereka menjadi swadaya oleh diri mereka sendiri. Karena setiap masalah yang ada di masyarakat, tentulah solusinya akan hadir dari masyarakat. Dari proses pencarian masalah hingga pencarian solusilah yang menjadi tempat kerja para community organizer. Lalu tugas pendampingan hadir setelah itu, mendampingi agar masyarakat swadaya diatas kaki mereka sendiri. Tak perlu merasa termarjinalkan, karena mereka akan dikenal karena semangat dan hasil dari kebersamaan mereka sendiri.
Lalu benarkah cap kumuh itu diberikan pada kampung di kota?
4 notes · View notes
ayojalanterus · 3 years ago
Text
Panas! Ganjar Kena Semprot Megawati Soal Mitigasi Bencana
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri memberikan peringatan langsung kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terkait mitigasi bencana alam di wilayahnya. Hal itu disampaikan Megawati dalam acara peluncuran Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya Geo-Hidrometeorologi yang digelar DPP PDIP secara virtual. Dalam kaitan ini, Megawati mengingatkan potensi banjir rob akibat kenaikan air laut. Dia memperingatkan Ganjar agar membenahi Kota Semarang yang berada di pinggir laut. "Tadi sekilas saya lihat ada Pak Ganjar. Ini kalau masih mendengarkan saya, nah iki (nah ini) itu kan dari awal kamu saya jadikan (Gubernur), kamu kan sudah pernah saya omongi kan wlah wleh wlah wleh urusan pelabuhan Semarang dan sebagainya," kata Mega dalam arahannya, Rabu (4/8/2021). Mengenai masalah bencana ini, Megawati mengaku berani menegur langsung Ganjar sebagai kepala daerah. Sebab, bagaimana pun posisi Ganjar merupakan anak buahnya sendiri di partai. "Saya kalau sama anak buah saya, wani aku (berani aku). Tapi kalau sama yang lain, sorry, saya nanti dianggap apa," ujarnya. Megawati mengingatkan Ganjar potensi banjir rob di Semarang. Lantas ia juga mengungkit prediksi yang disampaikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden apabila Jakarta akan tenggelam dalam 10 tahun. "Tuh, gimana tuh Semarang. Karena saya bilang, mengko yen wes enek rob nangis melulu (nanti kalau sudah ada banjir rob entar nangis). Nggak dah. Tapi kan enggak bisa kalau nanti kewenangan daerah itu hanya sampai di situ," tutur dia. Menurut dia, dalam penyelesaian persoalan kebencanaan ini, semua pemegang kewenangan harus bisa mencari inisiatif. Konektivitas pusat dan daerah diperlukan karena kewenangan daerah yang terbatas. "Kan berarti koneksitasnya harus kepada pusat. Itu yang tadi saya bilang, ini seluruh pemegang kewenangan di republik ini ayok mencari inisiatif supaya kita jangan dibilang, enak aja 10 tahun lagi kita akan tenggelam. Astagfirullah, aku sampai bingung lho," pungkasnya. [okezone]
from Konten Islam https://ift.tt/3jl8Hnj via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/08/panas-ganjar-kena-semprot-megawati-soal.html
0 notes
wacananews · 3 years ago
Text
BNPB: Banjir Rob Terjang Ribuan Rumah di Kota Semarang
BNPB: Banjir Rob Terjang Ribuan Rumah di Kota Semarang
SEMARANG, WacanaNews.co.id — Peristiwa banjir rob terjadi di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Peristiwa ini berlangsung pada Sabtu lalu (29/5), pukul 01.35 WIB, akibat gelombang pasang surut air laut. Sebanyak 11.128 jiwa terdampak akibat kejadian ini. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang mencatat kerugian materiil sebanyak…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
tobasatu · 5 years ago
Link
tobasatu.com, Medan | Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi memimpin Rapat Penataan Kawasan dan Gedung Warenhuis di Balai Kota Medan, Senin (16/3/2020). Rapat ini digelar dalam rangka pembentukan tim yang nantinya akan melakukan penataan dan revitalisasi gedung yang telah berdiri sejak tahun 1919 tersebut.
Didampingi Kepala Bappeda Setdako Medan Irwan Ritonga dan Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang (DPKPPR) Benny Iskandar, Akhyar berharap tim yang terbentuk benar-benar berkompeten sehingga proses penataan dapat berjalan lancar lewat sumbang ide, pikir dan gagasan yang diberikan.
“Sebelum kita lakukan penataan, pembentukan tim menjadi langkah penting. Untuk itu, saya berharap semua dapat dipersiapkan dengan baik. Dengan demikian nantinya seluruh proses dan rencana yang akan dilakukan berjalan lancar sesuai harapan. Lakukan koordinasi dan komunikasi intensif antar pihak-pihak terkait,” kata Akhyar.
Diungkapkan Akhyar, penataan kawasan heritage tentu menemui beberapa tantangan. Oleh karena itu, Akhyar minta komitmen, keseriusan dan kerja sama seluruh pihak terkait khususnya warga yang tinggal di sekitar kawasan penataan. Akhyar optimis, Kota Medan nantinya dapat memiliki kawasan yang menjadi pusat wisata heritage.
“Belajar dari Pemkot Semarang dalam menata kawasan Kota Tua, banyak kendala yang mereka jumpai termasuk menyelesaikan masalah banjir rob. Kita patut bersyukur, Gedung Warenhuis sebagai triger penataan kawasan heritage tidak menemukan kendala serupa. Hanya saja, yang kita perlukan adalah kesediaan dan kesiapan warga sekitar untuk ikut mendukung rencana ini,” bilangnya.
Seperti yang kita ketahui lanjutnya, bangunan tua yang merupakan supermarket pertama di Kota Medan itu akan direnovasi untuk mengawali dimulainya pengembangan wisata heritage di ibukota Provinsi Sumatera Utara. Selain tempat pertunjukkan seni, gedung tua yang dibangun tahun 1919 itu juga direncanakan menjadi tempat memasarkan aneka kerajinan tangan unggulan para pelaku UMKM yang ada di Kota Medan.
“Di samping itu juga, menjadi tempat bagi warga untuk menikmati aneka kuliner khas Kota Medan. Diharapkan, kehadiran gedung ini nantinya mampu menjadi ikon baru di Kota Medan sekaligus mendorong peningkatakan ekonomi masyarakat dan menjadi wadah terbukanya lapangan pekerjaan baru,” ungkapnya optimis.
Selanjutnya, Akhyar mempersilahkan para pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD),  akademisi, praktisi dan budayawan yang hadir untuk menyampaikan saran dan masukannya dalam penataan kawasan dan revitalisasi Gedung Warenhuis. (ts-02)
The post Pemko Medan Bentuk Tim Penataan Kawasan Kesawan dan Gedung Warenhuis appeared first on tobasatu.com.
0 notes
retnosuryani · 7 years ago
Text
Kebaikan yang Kembali
               Jalanan yang harus kulalui saat pulang kerja sore itu kembali padat merayap. Maklum, esok hari adalah hari raya Idul Adha yang berdampingan dengan akhir pekan. Iya benar, momen liburan yang cukup panjang. Wajar kalau kemudian orang-orang bepergian. Wajar kalau kemudian banyak tercipta kemacetan. Ah, lebih-lebih jalan yang harus kulewati tengah diperbaiki : berlomba lebih tinggi dengan volume rob dan banjir yang makin hari makin ngeri.
           Sore itu, seperti biasa aku menumpang mobil teman dari kantor sampai pangkalan angkot terdekat. Ah, kemacetan sore itu cukup panjang. Waktu tempuhku untuk sampai pangkalan angkot menjadi bertambah. Demi melihat hari akan segera petang, aku pun mempercepat langkah agar tidak tertinggal angkot terakhir. Sayang, sekian langkah lagi sampai, angkot satu-satunya di pangkalan itu justru telah berjalan. Angkot yang telah penuh sesak itu berjalan cukup cepat. Percuma kalau aku berusaha mengejarnya. Aku pun menepi, sejenak menghela nafas dan berfikir. Saat itu, ketika aku hampir memesan ojek online, satu angkot berhenti dan berputar di arahku. Sembari mengucap syukur, segera aku pun naik ke angkot di hadapanku itu.
           Penumpang di angkot itu hanya ada dua orang. Aku dan seorang ibu paruh baya yang tampaknya juga tertinggal angkot sebelumnya. Sopir yang membawa kami belum terlalu tua. Pun demikian, dari gaya bicaranya, aku tahu sopir itu adalah orang yang baik. Belum ada setengah perjalanan, ibu paruh baya itu pun turun. Tinggalah aku seorang diri.
           “Mbak turun dimana?”, kata si bapak sopir dengan aksen jawa pesisir utaranya yang kental.
           “Saya turun di toko bakso setelah pasar ya Pak.”
           “Wah Mbak, saya hanya sampai pasar ini. Bagaimana?”
           “Oh ya Pak tidak masalah. Saya bisa lanjut dengan ojek kok Pak.”
           “Baik Mbak.”
           Angkot yang kutumpangi terus melaju. Aku pun telah bersiap turun saat angkot sudah hampir mendekati pasar. Namun, bukannya menepi, angkot itu terus melaju.
           “Saya antar sampai tempat Mbak saja ya. Saya tidak tega Mbak kalau harus menurunkan Mbak disini.”, kata si sopir itu membuatku cukup terkejut.
           “Lho tidak masalah Pak. Saya juga terbiasa kok pergi dengan ojek online.”
           “Sudah Mbak saya antar saja ya. Tidak masalah kok untuk saya.”
           Angkot itu terus melaju sampai di toko bakso yang ada di samping rumah kawan lamaku. Ya, sopir itu rela kembali memutar arah demi mengantarku sampai di tujuan. Padahal, sopir itu bisa saja mengikuti sopir-sopir lain yang dengan ringan hati menurunkan penumpang di tengah jalan, tidak di tujuannya, hanya karena sudah jam terakhir, sudah habis waktunya. Lazim, ketika penumpang tinggal satu, ketika jarak tujuan masih jauh, sopir angkutan akan meminta penumpangnya berganti angkutan lain ataupun turun. Ah, bersyukurlah aku sore itu bertemu dengan seorang sopir yang baik.
           “Terima kasih banyak Pak.”, sahutku dengan anggukan kepala penuh saat turun dan memberikan uang.*
           Aku terkesima dengan kebaikan bapak sopir yang membawaku sore itu. Aku pun lantas teringat dengan cerita Ayah serta dialog dengan Ibu.
           Ayah juga seorang sopir angkot. Saat di rumah, sesekali Ayah bercerita soal penumpang yang ditemui sepanjang hari. Ayah sering bercerita tentang penumpang yang dibiarkan menumpang karena tidak punya cukup uang untuk membayar. Ayah tidak jarang bercerita tentang pilihannya untuk tidak memungut bayaran dari penumpang karena uang yang disodorkan amat besar, tidak ada kembalian. Ayah juga pernah pulang membawa makanan cukup banyak yang katanya dibeli dari penumpangnya yang  tidak laku jualan sementara ia butuh ongkos untuk melanjutkan perjalanan pulang. Dan saat ikut Ayah, aku juga tidak jarang menyaksikan Ayah turun dari angkotnya sejenak untuk membantu menyebrangkan penumpang, membantu menaikkan bawaan penumpang.
           “Beruntunglah orang-orang yang jadi penumpang Ayah dong. Tau nggak sih Yah, adik pernah ketemu sopir yang ugal-ugalan. Sopir yang arogan dengan meminta uang bayaran lebih dari biasanya. Sopir yang marah-marah karena uang yang dibayar penumpangnya kurang.”, seloroh adikku dengan polos.
           “Tidak ada salahnya berbuat baik. Segala bentuk perbuatan itu sejatinya seperti menanam bibit. Suatu saat segala yang kita tanam itu pasti kita tuai. Boleh jadi kebaikan itu kembali tidak dari orang yang kita bantu, tidak dalam suasana yang sama. Ah, Ayah kan juga punya anak-anak yang seringkali berada di jalan. Boleh jadi, suatu hari anak-anak Ayah juga membutuhkan bantuan orang lain saat di jalan, saat di angkutan.”
           Aku pun lantas teringat dengan dialog bersama Ibu. Ya, Ibu yang selalu sepenuh hati menerima dan menyambut teman-temanku yang datang berkunjung ke rumah. Ibu yang selalu berusaha menyiapkan masakan terbaiknya untuk menjamu teman-temanku. Ah, lebih-lebih untuk mereka : anak-anak rantau.
           “Bu, mengapa Ibu rela repot setiap kali teman-teman Mbak datang ke rumah? Tahukah Bu, mereka yang datang dari jauh seringkali merasa jadi memiliki Ibu di kota ini setiap kali datang ke rumah ini.”, kataku suatu hari.
           “Ibu bahagia kalau teman-teman Mbak datang ke rumah ini. Ibu lebih bahagia lagi kalau melihat mereka lahap makan masakan Ibu. Kasian mereka yang merantau. Jauh dari rumah. Jauh dari orang tua. Mereka yang datang sudah Ibu anggap seperti anak-anak sendiri. Mereka yang dulu sering datang silaturahmi dan sekarang jauh pun Ibu rindukan. Tidak ada salahnya berbuat baik untuk orang lain. Ibu kan juga punya Mbak yang suka pergi jauh. Entah untuk sebuah acara, lomba, atau bahkan bekerja. Boleh jadi suatu hari Mbak juga butuh bantuan orang lain saat berada di kota orang.”
           Segala bentuk perbuatan laksana bibit yang kita semai. Esok lusa, bibit itu akan kita tuai. Saat kuliah Kewirausahaan dulu, dosenku juga sering menjelaskan tentang epos atau tabungan perbuatan. Suatu saat, kita pasti memanen segala hal yang pernah kita tanam. Kebaikan itu kembali boleh jadi tidak dari orang yang sama, bukan dari orang yang kita beri kebaikan. Kebaikan itu kembali boleh jadi tidak  untuk kita sendiri, tetapi untuk keluarga kita, orang-orang yang kita cintai. Bantuan atau pertolongan yang kita terima boleh jadi adalah hasil kebaikan dari keluarga kita, dari orang tua kita. Ah mungkin saat seorang kawan baru mau memberiku tumpangan, memberiku makan, juga menemaniku kesana kemari saat aku berada di kotanya nan jauh dari rumah, itu adalah bentuk kebaikan Ibu yang kembali. Pun dengan sore itu, mungkin kebaikan sopir itu adalah kebaikan Ayah yang kembali.
         Jangan berhenti untuk terus berbuat baik dan menebar kebaikan :)
Semarang, 3 September 2017 (03:08)
Tentang sore itu : Kamis, 31 Agustus 2017
0 notes