#AllohBaik
Explore tagged Tumblr posts
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Pencipta” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Muliakan #Dakwah #Islam
Nama Allah Al-Khaliq ( Yang Maha Pencipta) Amalan Yang Paling Mendekatan Diri kepada Al-Khaliq Pada Bulan Ramadhan Disebutkan nama Al-Khaliq dalam al-Qur’an pada beberapa tempat di antaranya, firman Allah dalam Surat al-Hasyr/59:24: هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ya Alloh Engkau “Maha Pencipta” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Muliakan Maknanya Dialah yang bersendirian dalam menciptakan semua makhluk, yang mengadakan semua yang ada dengan hikmahnya. Selain itu Dia menggambarkan rupa semua alam semesta dengan penuh kesempurnaan. Dia yang menciptakan dan mengadakan, dan menyususn semua makhluk ini dengan waktu yang tepat, dan menentukan kadarnya dengan sebaik-baiknya, membuatnya dengan sesempurna perbuatan, kemudian dia memberi petunjuk kepada kemashlahatannya. Maka makna Al-Khaliq yaitu Allah Al-Bâri’, dan Al-Mushawwir sebagai mana yang dikatakan Ibnu Al-Qayyim rahimahullah.1 Adapun kedua nama ini penjelasannya pada tempatnya tersendiri. Kemudian diantara konsekwensi nama ini Allah Al-khaliq bahwa keberadaan Allah sebagai sang pencipta semata adalah bukti yang jelas akan wajibnya manusia mengesakan dan menyerahkan semua ibadah kepada-Nya saja. Seperti dalam firman-Nya dalam Surat al-Hajj:73: … إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ …. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, Tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan Amat lemah (pulalah) yang disembah. Maka memurnikan tauhid adalah kewajiban yang paling besar, pokok dan dasar dibangun diatasnya amalan-amalan yang lainnya, diataranya shaum, shalat dan lain-lain. Maka jangan sampai seseorang shaum dan shalat namun memiliki keyakinan dan amalan yang membatalkan iman karena dengan melakukannya maka shaum, shalat dan sedekahnya tidak bermafaat disisi Allah bahkan Allah murka kepadanya karena telah memalingkan haq-Nya yang paling besar yaitu memurnikan ibadah dan tidak menyekutukan-Nya. Doa ibadah dengan nama ini selain yang telah disebutkan diatas, do’a ibadah artinya yang wajib dilakukan bagi yang beriman kepada Allah Al-Khaliq dengan mengaharapakan ganjaran dari-Nya yaitu diantaranya tafakur dengan melihat makhluk-makhluk Allah sebagaimana perintahnya di dalam al-Quran Ali Imrân/3: 191: الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Dan Juga mengambil pelajaran dan ibrah dengan melihatnya (makhluk) dengan tidak hanya sekedar menikmati dan menggunakan saja.2 dalam surat al-Ghâsyiyaah/88:17: أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى الإبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan. Diantaranya juga tafakur terhadap alam semesta, kemudian memikirkan bagaimana manusia diciptakan, berdoa dari keburukan diantara ciptaanya, merubah ciptaan Allah merupakan bentuk dari jalan-jalan setan untuk menyesatkan mereka sehingga mereka sengsara dan lain-lain. Doa mas’alah permintaan yang berkaitan de
ngan nama yaitu membaca surat al-Falaq sebelum tidur, habis sholat, dan tempat-tempat yang dianjurkan dalam sunnah dengan surat perlindungan lainnya, begitu juga do’a ini yaitu do’a sajdah ketika sujud, adapun langsung dengan menyebut nama ini tidak terdapat dalam al-Qur’an, namun secara umum diajurkan berdoa dan tawasul dengan-Nya kemudian menyebutkan hajatnya. Wallahu’alam Penyusun: Dzakwan Mukhtar BA Sumber : 1. Fiqih Asma’ul Husana hal.150 2. The Miracle Of Asmaul Husna hal. 129. Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-khaliq-yang-maha-pencipta.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Pencipta” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Muliakan
#03AllohSempurna#alkholiq#asmaulhusna#mahapencipta#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
2 notes
·
View notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Pengasih” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Kasihani #Dakwah #Islam
Ar Rahman (bahasa Arab: الرحمن) asma Dzat Allah yang memiliki mutlak nikmat panjang dari dunia dan akhirat. Berdasarkan pengertian ini siapa yang diterapkan ilmu dan akal mengandung iman dan Islam maka disebut nikmat panjang. Nikmat ini langgeng dari dunia hingga akhirat. Jadi siapapun orangnya apabila ilmu dan akal dipergunakan untuk menjalankan dan melaksanakan Iman dan Islam maka ia dapat dikatakan memperoleh nikmat besar dari dunia dan akhirat, walaupun orang tersebut miskin dan memiliki rupa yang jelek. Tidak ada nikmat yang lebih besar apabila dibandingkan dengan Iman dan Islam. Ya Alloh Engkau “Maha Pengasih” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Kasihani Pemahaman atas asma Ar Rahmaan dan Ar Rahiim Ar Rahmaan dan Ar Rahim mempunyai banyak penafsiran sehingga tidak sedikit pula yang mengalami kebingungan yang manakah yang benar dan manakah yang paling tepat. Tidak jarang akhirnya berpendapat semua pendapat adalah benar, atau berpendapat yang paling benar hanyalah Allah semata atau dengan istilah Wallohu 'alam. Apabila sudah demikian maka akan menjadi mandek dan orang kadang menjadi cenderung tidak peduli yang penting hanya Allah yang paling tahu. Pemahaman kita jadi tidak berkembang. Kita akhirnya menjadi berhenti mencari tahu hakekat sebenarnya dan tetap dalam ketidaktahuan bahkan tetap dalam kebimbangan, makna yang manakah yang sesuai dengan yang diajarkan Allah melalui lisan Rasul-Nya. Yang lebih menakutkan adalah disaat kita tidak tidak tahu dan dalam keadaan bimbang tentu saja setan dan iblis akan merasa senang karena akan mendapatkan mangsa baru. Ketidak tahuan dan kebimbangan hati kita dalam memahami Asma Ar Rahmaan dan Ar Rahiim dapat di atasi dengan cara mempelajari secara langsung dan memahaminya dengan benar sesuai dengan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. Dalam Al qur'an diperintahkan untuk bertanya kepada Ahli Dzikri atau ulama. Berarti ada perbedaan yang mengetahui dan memahami secara teori saja dengan yang mengetahui dan memahai secara ahli dzikir langsung dengan mengamalkannya. Asma Ar Rahmaan dan Ar Rahiim menjadi sangat krusial karena ia merupakan bagian dari ayat pertama dalam Al Qur'an dan termasuk yang paling sering diulang dan segala sesuatu tanpanya disebut oleh Rasulullah saw menjadi terputus tiada berkah. Ada beberapa pendapat tentang Ar Rahmaan dan Ar Rahiim Sifat Dzat Allah yang memiliki nikmat panjang dari dunia hingga akhirat dan yang memilki nikmat pendek hanya di dunia saja. Yang mengartikan sebaliknya. Yang mengartikan sebagai Maha Kasih dan Maha Penyayang Yang Maha Luas Kasih sayangnya dan Maha Kekal kasih sayangnya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ar-Rahman diartikan sebagai Maha Pengasih Pengasih apabila dipahami sebagai Pemberian Pertama, harus dipahami apabila Maha Pengasih maka maknanya ialah segala sesuatunya diberi atau dikasih oleh Allah. Sesuatu yang sudah diberikan akan menjadi milik si penerima. Sebagai contoh bila A memberikan Kue kepada B, maka kue tersebut menjadi milik B. Terserah pada B apakah kue itu hendak dimakan, B mempunyai kebebasan atas kue tersebut (karena kue tersebut sudah menjadi miliknya). A tidak dapat turut campur lagi atas kepemilikan kue tersebut dan tidak berhak mengambil kembali apalagi dilakukan secara paksa. Ilustrasi di atas apabila diterapkan pada kenyataan dalam kehidupan kita bahwa dikatakan Allah memberi nyawa sehingga manusia dapat hidup dengan adanya nyawa tersebut, semestinya Allah tidak perlu peduli akan dipergunakan apakah nyawa itu oleh manusia, akan tetapi dalam kenyataanya manusia diatur bagaimanakah cara menggunakan nyawa itu. Kedua, apabila manusia dikasih nyawa berarti nyawa menjadi milik manusia, lalu mengapakah nyawa tersebut diambil kembali oleh-Nya dan harus dike
mbalikan kepada-Nya? Kenapakah bila nyawa itu diambil tidak meminta izin dulu dahulu kepada manusia selaku 'pemilik nyawa' (karena telah telah dikasih nyawa oleh Allah, katanya telah di kasih kok di ambil kembali tanpa peringatan dan kenapa pula manusia harus mempertanggung jawabkannya diakhirat kelak? Jadi bila Ar Rahmaan diterjemahkan Maha Pengasih menjadi kurang tepat karena ada sekit kerancuan, apakah dibenarkan bila pada Allah ada kerancuan? Kaidah-kaidah dalam mengasih/ atau memberi adalah: Ada yang memberi/mengasih? Ada yang diberi/dikasih? Apa yang diberinya/dikasihnya? Dimanakah tempat diberinya/dikasihnya? Kapankah waktu diberikannya/dikasihnya? Siapakah saksi untuk kejadian mengasih itu? Bagaimanakah ucapan/ikrar dari yang mengasih kepada yang dikasih, bagaimana tepatnya? Bila Allah dikatakan sebagai yang mengasih, Bukankah sudah dikasih pada kita dan menjadi milik kita mengapa pulakah Dia mengambilnya kembali? Kenapakah harus ada pertanggung jawaban di akhirat kelak atas barang yang dikasih tersebut? Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang harus diselesaikan apabila dipergunakan Maha Pengasih sebagai terjemahan Ar Rahmaan. Sehingga kadang orang langsung berkata pusing dan tidak usah dipikirkan, pokoknya begini. Yang berakhir kepada taklid buta bukanya berdasarkan pemahaman yang sempurna. Bukankah Al Qur'an memerintahkan kita untuk memahaminya? Bagaimana akan benar dikatakan ibadah ke Allah apabila tidak diketahui, rancu, bingung dan sesat dalam pemahamannya? Akan lain halnya apabila mengatakan Ar Rahmaan berarti yang memiliki nikmat panjang/besar dari dunia hingga akhirat. Semua adalah milik Allah maka kita diwajibkan ibadah kepadaNya dengan sebenar-benarnya ibadah. Apabila ibadahnya sesuai dengan kaidah Iman dan Islam maka tergolong dalam yang menjadaptkan sifat Ar Rahmaan yaitu sebagai pewaris nikmat panjang dari dunia hingga akhirat kelak. 2. Pengasih apabila diartikan sebagai Perasaan sayang atau perasaan cinta. Bila seseorang meng-kasihi seseorang atau sesuatu maka Ia akan melakukan apa saja bahkan memberikan apa saja untuk orang yang dikasihinya. Apabila dikatakan bahwa Allah itu maha pengasih (tiada bandingannya dalam mengkasihi manusia) mengapakah pula harus ada siksa di dunia dan akhirat? mengapakah harus ada susah dan sedih, repot dan gembira? Biasanya bila kita mengasihi sesuatu maka kita tidak ingin yang kita kasihi itu disiksa bukan? sementara di Al Qur'an jelas jelas diterangkan siksa neraka itu bagaimana dasyat dan pedihnya. Mengapakah Allah tega untuk menyiksa manusia sementara Dia yang dikatakan Maha Pengasih dari semua yang Pengasih? Apakah layak sesuatu disebut pengasih akan tetapi sebenarnya merupakan penghukum atau penyiksa? Biasanya orang berargumentasi bahwa selain Maha Pengasih juga Maha Adil, itulah yang menyebabkan adanya hari pembalasan yang adil diakhirat kelak. Hal inipun memunculkan suatu pertanyaan lain manakah yang lebih kuat perasaan Maha Kasihnya atau Maha Adilnya? karena memberikan kelebihan sesuatu atas sesuatu sudah tidak mencerminkan sifat adil. Apabila dikatakan seimbang kadar kasih dan adilnya akan memunculkan pula pemikiran-pemikiran lainnya sehingga sifat kasihnya akan tertelan oleh sifat adil baik secara samar maupun nyata. Pada umumnya orang memakai Maha Pengasih sebagai terjemahan kata Ar Rahmaan. 3. Ar Rahmaan apabila dipahami sebagai asma Dzat yang memiliki nikmat panjang atau besar dari dunia hingga akhirat dan Ar Rahiim sebagai asma Dzat yang memiliki nikmat pendek sebatas di dunia saja. Tentu banyak yang bertanya-tanya mengapakah diartikan sebagai pemilik nikmat panjang dari dunia hingga akhirat? Banyak sekali alasannya di antara adalah Penjelasan dengan Al Qur'an sendiri. Al Qur'an menjelaskan dirinya sendiri dengan keindahan serta keagungan ayat-ayatnya. Penjelasan melalui hikmah penamaan surat dalam Al Qur'an. Bahwa nama-nama surat dalam Al Qur'an mempunyai
hikmah yang sangat banyak dan hanya dapat kita selami apabila kita benar-benar ditaqdirkan untuk memahaminya. Penyebutan asma Allah yang dikombinasikan dengan nama yang lainnya dalam Al Qur'an tentu mempunyai makna, hikmah dan penjelasan yang bermanfaat dalam menjalani Iman dan Islam. contoh: Ar Rahmaan dan Ar Rohiim akan mempunyai makna sir/rahasia yang berbeda dengan Ar Rahmaan dan Ar Rosyiid, dsb. Hikmah dan pelajaran bagi ulil albab dalam Al Qur'an sangat banyak semakin ditafakuri dan semakin di-imani semakin banyak pula penjelasan yang didapat apalagi apabila di akhir diayat tersebut sebutkan komposisi asma Alloh yang tertentu maka akan memiliki hikmah, makna dan penjelasan bagi ulil albab atau bagi kaum yang mau bertafakkur. Pemahaman asma atau asma Ar Rahmaan ini didapatkan dari hal tersebut di atas, sehingga dalam pembahasan ini Insya Allah akan disebutkan semua ayat ayat Al Qur'an yang mengandung asma Ar Rahmaan Ar Rahim Pemahaman atas asma Ar Rahmaan Dalam asma Ar Rahmaan ada 4 hal yang menjadi indikator bahwa sesuatu dapat digolongkan menteladani Ar Rahmaan atau tidak yaitu: Ilmu Akal Iman Islam Dalam pemaknaan Ar Rahmaan adalah sebuah nama/asma kepada Dzat yang memiliki nikmat panjang atau nikmat besar. Sementara nikmat besar atau nikmat pajang adalah siapa saja yang diterapan ilmu dan akal dipergunakan untuk mengamalkan iman dan islam maka termasuk nikmat panjang atau nikmat besar langgeng/ abadi dari dunia hingga akhirat Dengan menggunakan 4 unsur di atas diketahui pula bahwa Ar Rahiim adalah sebuah nama/asma kepada Dzat yang memiliki nikmat pendek atau nikmat kecil yang hanya sebatas kehidupan di dunia saja. Ciri nikmat kecil atau nikmat pendek adalah siapa saja yang diterapan ilmu dan akal akan tetapi ilmu dan akalnya tidak dipergunakan untuk mengamalkan iman dan islam, jadi kesenangannya hanya sebatas di dunia saja. Dengan pemaknaan Ar Rahmaan dan Ar Rahiim seperti di atas maka sangat jelaslah kontras mana-mana yang mendapatkan nikmat panjang/ besar dan mana-mana yang mendapatkan nikmat kecil. Oleh karena itu dalam Bismillaahir rohmaanir rohiim benar bila dikatakan merupakan inti dari Al-Quran, sebab seharusnya hanya dengan Bismillaahir rohmaanir rohiim dapat menjelaskan secara global dan jelas dari kehidupan dunia hingga akhirat. Ar Rahman ini memegang peranan yang sangat besar dalam usaha manusia mencapai ma'rifat yang sebenarnya kepada Allah SWT, oleh karenanya disarankan seorang muslim yang ingin menyempurnakan iman dan islamnya sebaiknya memahami dengan mendalami serta mengamalkan apa-apa yang dimaksud dalam Asma'ul Husna ini. Penerangan Asma Allah ta'ala yang penting setelah nama Allah adalah Ar Rahmaan dan Ar Rahiim, akan tetapi banyaknya perbedaan pendapat dalam menafsirkannya sehingga dianggap dapat membahayakan akidah, karena apabila memahami Bismillaahirrohmaanirrohiim kurang tepat apalagi bila memahami yang lain.Oleh karena itu ada baiknya apabila dilihat masing-masing kekhususannya. Bukti yang memperkuat bahwa Ar Rahmaan ini berbeda apabila di bandingkan Ar Rahiim adalah: QS Ar Rahmaan: 1 dan 2 ; Ar Rahmaan; yang mengajarkan (yang mengilmukan) Al Qur'an. Dari arti di atas sangatlah jelas bahwa Ar Rahmaan yang mengilmukan atau mengajarkan Al Qur'an sementara kita mengetahui bahwa Al Qur'an meliputi seluruh aspek dari dunia hingga akhirat jadi dapat disimpulkan bahwa Ar Rahmaan itu adalah pemilik nikmat besar dan panjang dari dunia hingga akhirat. Sangat jelas disini tidak di sebutkan Ar Rahiim karena Ar Rohiim adalah Dzat Allah yang mutlak memiliki nikmat pendek hanya sebatas di dunia saja. Oleh karena itu dalam menerangkan akherat atau keabadian serta tentang ibadah yang dipergunakan adalah asma Ar Rahmaan bukannya Ar Rahiim. Al qur'an penu
h muzizat dalam menerangkan dirinya sendiri, lalu mengapakah kita tidak bisa mengambil hikmah darinya? Asma atau nama Ar Rahmaan ini juga ditekankan secara khusus di dalam Al Qur'an surat Al Israa surat ke 17 ayat 110, ditekankan nama Ar Rahmaan adalah termasuk Asma'ul Husna yang disarankan secara khusus untuk diseru, mempergunakannya, mempelajari dan mengamalkannya. Asma Ar Rahmaan ini dipergunakan oleh Allah swt dengan dipergunakannya sebagai nama surat di Al Qur'an yang ke 55, sementara Ar Rahiim tidak dipergunakan sebagai nama surat dalam Al Qur'an. Terlihat bahwa ini merupakan suatu ke khususan asma Ar Rahmaan dibandingkan Ar Rahiim. Pasti ada hikmah yang sangat mendalam mengapakah Ar Rahmaan dipergunakan sebagai nama surat sementara Ar Rahiim tidak. Ada pembelajaran bahwa pada zaman jahiliyyah orang-orang musyrikpun sudah mengenal nama-nama Tuhan seperti Ar Rohiim dan lain sebagainya, akan tetapi mereka belum mengetahui atau belum pernah mendengar nama Allah swt Ar Rahmaan, sehingga mereka memperolok Rasululloh saw yang mulia pada saat berdoa menggunakan Asma ul Husna Ar Rahmaan, sehingga Allah swt ta'ala, menurunkan wahyu surat Al Isra ayat 110. Banyak ayat Al Qur'an yang bila dilihat secara keseluruhan bahwa perintah beribadah, bersujud, berzikir di kaitkan dengan asma Ar Rahmaan, dan sangat jarang dengan asma Ar Rahiim. Menurut Al Ghazali dalam Al Maqshad al A'la, Asma Ar Rahmaan tidak dapat dipergunakan kepada manusia karena ke khususannya sementara asma Ar Rahiim dipergunakan untuk manusia. Ada beberapa ulama lama sesudahnya yang berusaha melemahkan pendapat Imam Al Ghazali dengan berbagai alasan yang 'tampak' masuk akal tetapi sebenarnya adalah berdasarkan anggapan-anggapan yang disusupkan oleh orang-orang yang dengki kepada Islam. Pendapat Imam Al Ghazalipun semakna dengan Imam Al Qusyairi. Berdasarkan hadits Abu Dawud dan At Tirmidzi, " Aku adalah Ar Rahmaan, aku menciptakan Ar Rahiim.... (bila diresapi semakin terasa akan kekhususan, keglobal-an dan kebesaran serta keistimewaan asma Ar Rahmaan sehingga asma Ar Rahiim adalah hasil dari penciptaan Ar Rahmaan. Berdasarkan hal hadis ini asma Ar Rahmaan lebih dahulu di bandingkan dengan asma Ar Rahiim, sehingga sewajarnya sajalah bila cakupan himah dan makna yang tersembunyinyapun akan berbeda. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, " Allah ta'ala memiliki seratus bagian rahmat. Hanya satu bagian yang dicurahkanNya kepada alam semesta, dibagikanNya kepada seluruh mahlukNya. Rasa kasih sayang (Ar Rahiim) yang ada pada mahlukNya di antara sesama berasal dari bagian itu. Adapun 99 bagian lainnya disimpaNya untuk hari akhirat ketika Dia akan memberikan kepada orang yang beriman" Jadi jelaslah rahmat terbesar ada di akhirat, sehingga Ar Rahmaan adalah Dzat yang memiliki Mutlak Nikmat panjang atau besar dari dunia hingga di akherat. Akar kata Ar Rahmaan Ar Rahmaan apabila di bagi dalam tulisan Arab menajadi Alif Lam Ra Ha Mim Nun, Ke enam huruf Hijaiyyah ini apabila kita teliti dalam Al Qur'an merupakan Ismun Jami', yaitu Alif Lam Ra, Ha Mim dan Nun Ar Rahmaan adalah sejenis ism 'alam, karena tidak ada yang menyandang sifat itu selain Allah ta'ala. Mengapakah kita bersikeras memahami bahwa Ar Rahmaan hanya 'pengasih di dunia saja'? Lalu bagaimana di akherat? Begitu banyak penjelasan dari Al Qur'an yang begitu jelas, mengapakah hati kita susah menerimanya? Bila dikatakan Iman kepada Kitab-Kibat Allah ta'ala tentu akan segera mengimani bahwa Ar Rahmaan adalah yang memiliki nikmat besar dari dunia hingga akhirat. Rahmat, Nikmat, karunia yang terkandung dalam asma Ar Rahmaan itu pasti mencakup, meliputi dari dunia hingga akhirat. (lihat hikmah, rahasia pemahaman asma Ar Rahmaan dalam Al Qur'an). Ar Rahmaan ini tidak mempunyai akar kata dalam
bahasa Arab, dan dianggap baru oleh kaum musyrikin. Dengan alasan: QS Al Furqaan: 60, " Dan apabila diperintahkan kepada mereka, 'Sujudlah kepada Ar Rahmaan', mereka akan bertanya, 'Siapakah Ar Rahmaan itu? Apakah kami bersujud kepada sesuatu yang engkau perintahkan kepada kami?'. Perintah ini menambah mereka menjauh dari keimanan". Hikmah dan keagunan Al Qur'an menggunakan kata atau asma Ar Rahmaan tentu bukannya tidak ada maksud yang ditujukan kepada kaum yang berakal dan kaun yang memahami serta mentadaburi hikmah rahasia yang tersembunyi. Ketika Terjadi perjanjian Hudaibiyah, orang musyrik tidak mengerti kata Rahmaan sementara Ar Rohiim telah diketahui artinya oleh mereka. (Semakin menambah bukti keistimewaan Asma Ar Rahmaan, bahwa asama Ar Rahmaan ini tidak diketahui oleh orang musyrik seperti halnya Ilmu akan Iman dan Islam belum atau tidak dipahami oleh orang-orang yang musryik, oleh karena itu sebaiknyalah kita menghisab diri segera kembali kepada Alloh Ar Rahmaan dengan sebenar-benarnya pemahaman). Asma Ar Rahmaan dianggap asma baru bagi kaum musyrikin, tentu saja membawa makna yang sangat khusus sehingga diharapkan bagi yang memahami serta mengamalkan asma ini tidak digolongkan kepada kaum musyrik. Akan tetapi asma Ar Rahmaan ini bagi Maryaam, Nabi Ibrahim dan seluruh Nabi dan Rosul bukan merupakan hal yang baru, hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Ar Rahmaan dalam Al Qur'an Ar Rahmaan dalam Al Qur'an Kata Ar Rahmaan di dalam Al Qur'an terdapat sebanyak 57 kali dan menjadi nama surat dalam Al Qur'an yang ke 55. Al Fatihah 1: 1 Al Fatihah 1: 3 Al Baqoroh 2: 163 Al Isra 17: 110 Ar Rahmaan: 1 Ar Rad 13:30 Maryam 19: 18 Maryam 19: 26 Maryam 19: 44 Maryam 19: 45 Maryam 19: 58 Maryam 19: 61 Maryam 19: 69 Maryam 19: 75 Maryam 19: 78 Maryam 19: 85 Maryam 19: 87 Maryam 19: 88 Maryam 19: 91 Maryam 19: 92 Maryam 19: 93 Maryam 19: 96 Thahaa 20: 5 Thahaa 20: 90 Thahaa 20: 108 Thahaa 20: 109 Al Anbiya 21: 26 Al Anbiya 21: 36 Al Anbiya 21: 42 Al anbiya 21: 112 Al Furqaan 25: 26 Al Furqaan 25: 59 Al Furqaan 25: 60 Al Furqaan 25: 63 Asy Syu’araa 26: 5 An Naml 27: 30 Yasiin 36: 11 Yasiin 36: 15 Yasiin 36: 23 Yasiin 36: 52 Fushshilat 42: 2 Az Zukhruf 43: 17 Az Zukhruf 43: 19 Az Zukhruf 43: 20 Az Zukhruf 43: 33 Az Zukhruf 43: 36 Az Zukhruf 43: 45 Az Zukhruf 43: 81 Qaaf 50: 33 Ar Rahmaan 55: 1 Al Hasyr 59: 22 Al Mulk 67: 3 Al Mulk 67: 19 Al Mulk 67: 20 Al Mulk 67: 29 An Naba’ 78: 37 An Naba’ 78: 38 Perbedaan Asma Ar Rahmaan dan Ar Rahiim 1. Ar Rahmaan adalah isim 'alam, tiada yang dapat menyandang nama tersebut selain Allah ta'ala sendiri. Sehingga dapat dipahami bahwa ruang lingkup asma ini sangat luas dan besar serta waktu yang sangat panjang mencakup kehidupan dari dari dunia hingga kehidupan di akhirat. Sedangkan asma Ar Rahiim dapat ditujukan kepada Allah dan kepada selainnya, sementara diketahui selain Allah akan hancur, binasa dan hanya sebatas di dunia saja tidak mencakup ke akhirat kelak. Jadi asma Ar Rahiim ini dengan halus Alloh mengatakan bahwa Dia-lah pemilik nikmat pendek yang hanya terbatas di dunia saja. 2. Ar Rahmaan adalah Asma Dzat Alloh yang memiliki nikmat pajang dari dunia hingga akhirat sementara Ar Rahiim adalah asma Dzat Allah yang memiliki nikmat pendek sebatas kehidupan didunia saja. 3. Isim atau nama Ar Rahmaan terdiri dari gabungan Ismul jami' yaitu Aliif Laam Raa, Haa Miim, dan Nuun, sementara Ism Ar Rahiim, Aliif Laam Raa, Haa kemudian terputus dengan huruf yaa dan miim. Bagi yang mendalami ilmu hikmah, ilmu alat s
erta rahasia huruf dan terbuka cahaya pemahamannya akan Ilmu Allah pasti tidak akan memandang remeh dari rahasia hurufnya ini. 4. Dalam Al Qur'an dijelaskan bahwa yang diibadahi, yang berkuasa diakhirat, yang bersemayam di atas Arsy, yang memegang teguh perjanjian, yang tiada dapat berkata-kata sesuatupun dihadapannya menggunakan asma Ar Rahmaan. Sementara asma Ar Rahiim dalam Al Qur'an banyak menjelaskan suatu kondisi yang dianggap salah oleh Al Qur'an kemudian dia bertobat atau berubah menjadi lebih baik. Kondisi melakukan kesalahan adalah nikmat kecil tidak akan langgeng nikmatnya hingga akhirat. Oleh karena itu hikmah dalam Al Qur'an dipergunakan asma Ar Rahiim 5. Ar Rahmaan di dalam ayat Al Qur'an disebutkan bahwa 'Ar Rohmaanu alal arsy istawaa' 6. Dalam Al Quran bahwa ta'awudz itu dengan lafadz Audzu billaahi..... dan dalam Surat Maryaam (18:19).... Audzu bir rohmaan minka...... sehingga silakan ditafakuri lafadz Alloh ta'ala diajarkan oleh Al Qur'an dapat di subtitusikan dengan Asma Ar Rahmaan sementara nama Ar Rohiim tidak diajarkan atau dianjurkan dalam Al Qur'an 7. Sebenarnya walau satu ayat saja dari Al Qur'an adalh memadai untuk dijadikan sebagai hujjah, jadi tinggal keimanan kita saja untuk berserah diri kepada Alloh ta'ala Ismul 'Adham Ismul 'Adham adalah nama-nama Alloh yang agung. Semua asma Alloh ta'ala sama agungnya dan sama mulianya, akan tetapi masing-masing asma mempunyai: Kekhususan dalam makna dan arti, Ke-khusus-an dalam hikmah, Ke-khusus-an dalam rahasia serta rahasia dari rahasia, Ke-khusus-an dalam penerapan dan pengamal-an, Ke-khusus-an dalam menteladaninya. Para sahabat Nabi Muhammad SAW sependapat bahwa asma Ar Rahmaan termasuk di antara Ismul 'Adham, dimana diharapkan berdoa dan beramal dengan menggunakan asma Ar Rahmaan. (contoh: Bismillaahirrohmmaanirrohiim dalam setiap niat, ucapan, perbuatan dan tindakan). Marilah kita bersama-sama saling mendoakan kepada keselamatan dan keRidhoan Allah SWT dengan menpergunakan Asma ul Husna Ar Rahmaan. Yaa Rahmaanu, yaa Rohmaanu, yaa Rahmaanu Jalla Jalaluhu.--125.166.160.217 01:37, 14 Januari 2009 (UTC) Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Ar_Rahman AR-RAHMAN ( DZAT YANG PENGASIH) (Disebutkan dalam al-Qur’an: 57 kali) ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ “Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah: 1) Ar-Rahman mengandung makna rahmat yang sempurna, yang diisyaratkan oleh Nabi dalam hadits tentang wanita tawanan yang menemukan anaknya lalu ia memeluk dan menyusuinya, beliau bersabda: لله أرحم لعباده من هذه بولدها “Allah lebih menyayangi hamba-hamba-Nya dibanding wanita ini terhadap anaknya.” (HR. Al-Bukhari: 5999 dan Muslim: 7154) “Ar-Rahman” juga mengandung makna rahmat yang sangat luas yang dimaksud dengan firman Allah: وَرَحۡمَتِی وَسِعَتۡ كُلَّ شَیۡءࣲۚ Dan kasih sayang-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al-A’raf:156) Sebagian ulama membagi rahmat Allah menjadí dua, yaitu 1.Rahmat yang khusus bagi kaum mukminin, berupa ilmu yang bermanfaat, iman, ketaqwaan, surga dan hal yang bersifat agama. 2.Rahmat Allah yang bersifat umum, , mencakup orang-orang baik dan orang-orang jahat. Diantara rahmat umum Dia mengutus Rasul-Rasul, menurunkan sejumlah kitab Samawi, ayat-ayat kauniyah (alam) serta keteraturannya yang sangat detail, maka seluruh nikmat adalah buah dari rahmat dan kasih sayang-Nya yang meli-puti seluruh ciptaan dalam hal rizki dan segala sarana kehidupan dan kebutuhan mereka. Ar-Rahman selalu digandengkan dengan Ar-Rahim, karena Ar-Rahman adalah sifat bagi Dzat-Nya (sifat dzatiyah), dan Ar-Rahim adalah sifat perbuatan yang terkait dengan semua yang dirahmati (sifat fi’liyah). Maka yang pertama adalah sifat dan yang kedua adalah perbuatan. Yang pertama berarti rahmat dan kasih sayang adalah sifat bagi-Nya, dan yang kedua berarti Día menyayangi ciptaan-Nya d
engan rahmat-Nya. Maka penggandengan keduanya adalah sebuah pesan tentang rahmat dan kasih sayang yang datang segera atau ditunda, yang bersifat khusus atau umum. Seorang mukmin harus berusaha untuk memperoleh rahmat khusus yang dapat di upayakan dengan melaksanakan sejumlah amal dan ketaatan, secara khusus beberapa hal berikut: 1. Takwa, iman dan menunaikan zakat: ( وَرَحۡمَتِی وَسِعَتۡ كُلَّ شَیۡءࣲۚ فَسَأَكۡتُبُهَا لِلَّذِینَ یَتَّقُونَ وَیُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلَّذِینَ هُم بِـَٔایَـٰتِنَا یُؤۡمِنُونَ) Dan kasih sayang-Ku mencakup segala sesuatu, dan Aku menetapkannya bagi orang yang bertakwa, menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami. (QS. Al-Araf 156) 2. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya Sebagaimana firman Allah Ta’ala : وَأَطِیعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ “Dan taatilah Allah dan Rasul agar kalian dirahmati.” (QS. Ali ‘Imran: 132) 3.Berbuat baik kepada makhluk Allah Ta’ala. Maka bagi orang-orang yang baik akan memper-oleh bagian dari rahmat-Nya dan memperoleh kebaikan yang berlimpah dari-Nya, Sebagaimana firman Allah Ta’ala : إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِیبࣱ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِینَ “Sesungguhnya kasih sayang Allah itu dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”(QS.Al-A’raf:56) 4.Istighfar pun dapat mengundang rahmat dari ar-Rahman: لَوۡلَا تَسۡتَغۡفِرُونَ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ Mengapa kalian tidak meminta ampun kepada Allah agar kalian dirahmati.” (QS. An- Naml: 46) 5.Dzikir kepada Allah termasuk sesuatu yang dicintai oleh ar-Rahman: Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِالْعَظِيم “Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694) oleh sebab itu disunnahkan berdo’a dengan menyebutkan nama tersebut. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Yang Maha Penyayang (ar-Rahman) akan menanamkan kasih sayang di dalam hati mereka.” (QS. Maryam: 96) Penulis : Haidar Andika Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/ar-rahman-dzat-yang-pengasih.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Pengasih” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Kasihani
#03AllohSempurna#arrohman#asmaulhusna#mahapengasih#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Penyayang” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Sayangi #Dakwah #Islam
Ar Rahiim ( اَلرَّحِيْمُ ) artinya Yang Memiliki Mutlak sifat Penyayang. Perbedaan antara sifat Ar Rahman (Maha Pengasih) dengan Ar Rahiim (Maha Penyayang) adalah sifat Ar Rahman (Maha Pengasih) meliputi seluruh makhluk Allah baik yang beriman mau pun yang kafir. Allah memberikan alam semesta ini seperti air, udara, bumi dan sebagainya ke semua makhluknya tanpa pandang bulu. Ada pun sifat Ar Rahiim (Maha Penyayang) itu adalah khusus bagi hamba-hamba Allah yang beriman. Hamba Allah yang saleh: "Sungguh Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anak bayinya" (HR Bukhari dan Muslim) "Dan Dia Yang Memiliki Sifat Penyayang kepada orang-orang yang beriman." (QS Al Ahzab 33:43) Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Ar_Rahiim AR-RAHIIM (DZAT YANG PENYAYANG) (Disebutkan dalam al-Qur’an: 141 kali) وَإِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهࣱ وَ ٰحِدࣱۖلَّاۤإِلَـٰهَإِلَّاهُوَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ ٱلرَّحِیمُ “Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163) Ar-Rahim dan ar-Rahman sama-sama diambil dari kata “rahmat” namun ar-Rahman lebih kuat (secara mubalaghah) dari ar-Rahim, dimana ar-Rahman meliputi seluruh ciptaan, sementara ar-Rahim menurut sebagian pendapat hanya khusus bagi orang-orang beriman saja. Allah berfirman: وكان بالؤمينين رحيما “.. Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”(QS. Al-Ahzab: 43) Sebagian pendapat lain menyatakan bahwa ar-Rahman adalah sifat dzat bagi Allah dan ar-Rahim adalah sifat perbuatan bagi Allah. Hendaknya seorang hamba memiliki sifat kasih sayang (rahmat) sebagai harapan dan permintaan untuk mendapatkan rahmat Allah. Maka bagiannya dari rahmat Allah disyaratkan dengan kasih sayangnya kepada orang-orang di sekelilingnya, sebagaimana Nabi mensyaratkan hal itu: لا يرحم الله من لا يحم الناس۔ “Allah tidak menyayangi orang-orang yang tidak menyayangi manusia.” (HR. Al-Bukhari: 7376) Sungguh seorang pelacur diampuni dosanya,karena kasih sayangnya kepada seekor anjing yang kehausan, lalu ia memberinya minum dengan sepatunya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang?” Beliau menjawab, “Setiap memberi minum pada hewan akan mendapatkan ganjaran.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244) sebagaimana seorang wanita yang lain masuk neraka karena seekor kucing yang dikurungnya tanpa makanan dan minuman. Dari Abdullah ibn Umar radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: Seorang wanita disiksa disebabkan mengurung seekor kucing hingga mati kelaparan lalu wanita itupun masuk neraka. Dia (Ibn Umar) berkata: Beliau bersabda: Dan Allah Maha Mengetahui engkau tidak memberinya makan, engkau juga tidak memberinya minum ketika engkau mengurungnya, dan engkau juga tidak membiarkannya berkeliaran sehingga dia dapat memakan serangga tanah.(HR.Bukhori :2192) Dan sebelum seseorang menyayangi orang lain, hendaklah dia menyayangi dirinya terlebih dahulu, saat ia, misalnya menjalani musibah, krisis dan kesedihan, maka hendaklah ia tidak meninggalkan keimanannya terhadap adanya rahmat Allah, agar ia tidak terjerumus ke dalam perangkap kesesatan syaithan dengan jalan bunuh diri, misalnya, Allah berfirman: وَلَا تَقۡتُلُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمۡ رَحِیمࣰا .. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri, karena sesungguhn
ya Allah menyayangi kalian.” (QS. An-Nisa’: 29) Do’a-do’a memohon rahmat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah sangatlah banyak untuk dihitung, maka hendaklah seseorang memohon rahmat setiap saat dan di setiap keadaan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala وَقُل رَّبِّ ٱغۡفِرۡ وَٱرۡحَمۡ وَأَنتَ خَیۡرُ ٱلرَّ ٰحِمِینَ Dan katakanlah (Muhammad), “Ya Tuhanku, berilah ampunan dan (berilah) rahmat, Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik.”[Surat Al-Mu’minun 118] Dalam keadaan sulit, hendaklah berharap akan kasih sayang Allah.beliau bersabda: دَعَوَاتُ الْمَكْرُوبِ: اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو، فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ “Do’a orang yang sedang susah: ‘Allaahumma rahmataka arjuu falaa takilnii ilaa nafsii tharfata ‘ain, wa ashlih lii sya’nii kullahu,laa ilaaha illaa Anta (Ya Allah, aku mengharapkan rahmat-Mu, maka janganlah Engkau serahkan urusanku kepada diriku sendiri meski hanya sekejap mata; perbaikilah seluruh urusanku, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau).” (HR.Abu Daud) Penulis: Haidar Andika Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/ar-rahiim-dzat-yang-penyayang.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Penyayang” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Sayangi
#03AllohSempurna#arrohim#asmaulhusna#mahaPenyayang#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Merajai” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kerajaan #Dakwah #Islam
ALLAH AL-MALIK, AL-MAALIK, AL-MALIIK. ( Yang Maha Raja )Penetapan dan Makna Nama Allah ( المالك ), ( الْمَلِكُ ), ( المليك ). Di antara nama Allah adalah Al-Malik ( الْمَلِكُ ) berdasarkan firman Allah; هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِكُونَ Artinya: “Dia-lah Allah Yang tiada Rabb (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Mahasuci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (al-Hasyr: 23) Ya Alloh Engkau “Maha Merajai” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kerajaan Adapun nama Allah ( المالك ) maka di dalam Al-Quran diikat dengan kata lain, diantaranya, مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ [الفاتحة: 4] Artinya: “Pemilik (Penguasa hari pembalasan”. Juga dalam firman Allah, قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ Artinya: “Katakanlah, “Wahai Rabb Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Ali Imran: 26). Adapun nama Allah ( المليك ) terdapat didalam Al-Quran diantaranya, فِي مَقۡعَدِ صِدۡقٍ عِندَ مَلِيكٖ مُّقۡتَدِرِۢ (القمر٥٥) Artinya: “Di tempat yang disenangi di sisi Rabb Yang Maha Berkuasa.” (al-Qamar: 55) قال ابن القيِّم: “… إذِ المَلِك الحقُّ هو الذي يكون له الأمر والنَّهي، فيتصرَّف في خلقه بقوله وأمره, وهذا هو الفرق بين المَلِك والمالك؛ إذِ المالك هو المتصرِّف بفعله، والمَلِك هو المتصرف بفعله وأمره، والربُّ – تعالى – مالكُ الملك؛ فهو المتصرِّف بفعله وأمرِه” بدائع الفوائد” لابن القيم 4\972 Berkata Ibnu Qayyim: “ Allah (المَلِك الحقُّ ) Dialah yang berhak memerintah dan melarang, Dia mengatur makhluk-Nya dengan firman dan perintah-Nya, maka inilah perbedaan dari nama Allah ( الملك ) dan ( المالك ). Dimana nama Allah ( المالك ) adalah Dia mengatur dengan perbuatan-Nya, sedangkan nama Allah ( الملك ) maksdunya adalah Pengatur dengan perbuatan dan perintah-Nya. (lihat: Bada’iul Fawaid karya Ibnu Qayyim, 4/972). Maka Nama Allah ( الملك ) lebih dalam dan luas maknanya dari nama Allah ( المالك ). Dan nama Allah ( المليك ) lebih dalam dan luas maknanya dari nama ( الملك ), karena ( المليك ) berwazan ( فعيل ) yang maknanya lebih dalam dan luas, yang kebanyakan nama Allah dalam wazan ini seperti ( السميع، البصير، العليم ، القدير، الحكيم، العظيم، المجيد، الحميد ). Ketiga nama ini menunjukan bahwa Allah Ta’ala Maha memiliki Kekuasaan. Maksudnya, Allah adalah Penguasa ( Pemilik ) segala sesuatu yang mengatur semuanya, tanpa ada satu pun makhluk yang dapat menghalangi atau merintangi. (lihat: Ensiklopedia Asmaul husna karya Syaikh Abdurrazaq, hal:211). Beribadah kepada Allah Al-Malik. Beribadah kepada Allah Al-Malik yaitu dengan cara mematuhi perintah dan larangan-Nya dengan cara mengikhlaskan beribadah hanya kepada-Nya saja. Karena hanya Allah saja yang memerintah dan melarang, memberi dan menahan, mematikan dan menghidupkan, Maha Raja yang mengatur segala sesuatu. Kepada-Nya saja meminta perlindungan, keselamatan dunia akherat. Berdo’a dengan Nama Allah Al-Malik. Banyak berzikir dengan zikir: لا إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ ؛ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ Zikir ini disyariatkan dibaca dalam do’a harian kita, yaitu ketika selesai sholat wajib, ketika merasa ketakutan dimalam hari, ketika berdzikir pagi dan sore, dan juga disunnahkan dibaca 100 kali setiap hari. Karena zikir ini san
gat agung, didalamnya terdapat pujian kepada Allah Al-Malik. Yang membiasakan bacaan zikir ini maka Allah akan memberikan banyak keutamaan dan perlindungan kepadanya. Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ قَالَ لا إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ ؛ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، في يَوْمٍ مِئَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وكُتِبَتْ لَهُ مِئَةُ حَسَنَةٍ ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِئَةُ سَيِّئَةٍ ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزاً مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِي ، وَلَمْ يَأتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ رَجُلٌ عَمِلَ أكْثَرَ مِنْهُ “Barangsiapa mengucapkan LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI’IN QODIR (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatunya) dalam sehari seratus kali, itu sama pahalanya dengan membebaskan sepuluh hamba sahaya dan dituliskan untuknya seratus kebaikan, serta dihapuskan dari dirinya seratus kejelekan (dosa). Dzikir itu juga penjaga dirinya dari gangguan setan pada hari itu sampai sorenya. Dan tidak ada seorang pun yang datang membawa amal yang lebih baik daripada yang ia bawa, kecuali ada orang yang beramal lebih banyak daripada dirinya.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). هذا وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه و سلم Cianjur Faisal Mista Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-malik-al-maalik-al-maliik-yang-maha-raja.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Merajai” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kerajaan
#03AllohSempurna#almalik#asmaulhusna#MahaMerajai#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
1 note
·
View note
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Suci” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Sucikan #Dakwah #Islam
Di antara nama Allah yang mulia adalah Al Quddus. Nama mulia ini menunjukkan bahwa Allah bersih dari segala kekurangan, aib dan kesalahan. Setiap makhluk bisa merenung dari nama tersebut dengan ia mensucikan dirinya dari syirik, bid’ah, kemunafikan dan maksiat. Inilah di antara merenungkan nama dan sifat Allah dalam Al Qur’an. Pengertian Al Quddus Yang dimaksud nama Allah ‘Al Quddus’ adalah Dia bersih dari segala macam kekurangan dan ‘aib serta kesalahan. Artinya Allah amat jauh dari sifat-sifat jelek dan lebih pantas menyandang sifat-sifat baik nan mulia. Ya Alloh Engkau “Maha Suci” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Sucikan Dalil Nama Allah Al Quddus Allah Ta’ala berfirman, هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ “Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci (Al Quddus), Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al Hasyr: 23). Dalam ayat lainnya disebutkan, يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ “Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci (Al Quddus), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al Jumu’ah: 1). Yang Menunjukkan Sifat Quddus Allah Allah terbebas dari anak dan tandingan bagi-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4) “Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” (QS. Al Ikhlas: 1-4). Allah juga tidaklah ngantuk dan tidaklah tidur, sebagaimana disebutkan dalam ayat kursi, اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ “Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Baqarah: 255). Segala makhluk di langit dan di bumi pun memuji Allah dan mensucikan-Nya dari berbagai aib dan kekurangan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ “Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci (Al Quddus), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al Jumu’ah: 1). Maka pujilah Allah karena nama dan sifat-Nya yang sempurna sebagaimana Allah Ta’ala memerintahkan, قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (110) وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا (111) “Ka
takanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. Al Isra’: 110-111). Perenungan Nama Allah “Al Quddus” Wajib bagi seorang hamba mensucikan Allah. Bentuknya adalah hendaklah ia menetapkan nama dan sifat bagi Allah sebagaimana yang Dia tetapkan, begitu pula hendaklah ia menafikan (meniadakan) yang Allah nafikan, sama halnya ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkannya dan meniadakannya. Allah Ta’ala berfirman, لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy Syura: 11) Konsekuensi dalam mengimani nama Allah Al Quddus adalah membersihkan hati dari kesyirikan, kemunafikan dan riya’, begitu pula membersihkan lisan dari dusta dan kata-kata kotor, begitu pula menjauhkan dari pandangan khianat, serta menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah (yang tiada tuntunan dalam agama). Karena nama Al Quddus berarti mensucikan atau membersihkan sehingga hal-hal tadi adalah perenungan dari nama mulia tersebut. Allah Ta’ala berfirman, قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.” (QS. Al Kahfi: 110). Ini adalah perintah agar kita membersihkan amalan dari syirik dan dari amalan tanpa tuntunan (alias: bid’ah). Bentuk perenungannya pula dengan dzikir, pujian dan syukur pada Allah yang dibuktikan dengan amalan sholih dan akhlak mulia. Sebagaimana para malaikat bertasbih dan mensucikan Allah, وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَا��ِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ “Ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Rabb berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”” (QS. Al Baqarah: 30). Begitu pula ketika seorang hamba terjerumus dalam kubangan maksiat, ia bersegera mensucikan dirinya dengan taubat. Allah Ta’ala berfirman, إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222). Namanya rijs (kotoran) ada dua macam: (1) Kotoran batin yang ada dalam hati, seperti syirik, kemunafikan, pelit, hasad (dengki), dan dusta. Kotoran seperti ini mesti dibersihkan sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا “Sesungguhnya taubat di sisi Alla
h hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nisa’: 17). (2) Kotoran lahiriyah yang nampak dari amalan anggota badan. Kotoran jenis kedua ini ada dua macam: (a) Kotoran lahiriyah yang muncul dari hati seperti keinginan seseorang itu sendiri untuk bermaksiat. Cara membersihkannya adalah tekad kuat untuk meninggalkannya dan segera menutupi kejelekan dengan kebaikan, serta menyibukkan diri dengan amalan taat. Allah Ta’ala berfirman, وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ (114) وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (115) “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud: 114-115). (b) Kotoran lahiriyah berupa maksiat dalam keadaan dipaksa untuk melakukannya. Cara membersihkannya adalah membenci maksiat tersebut dari batin, berlepas diri dari maksiat tersebut kala terlepas dari paksaan, ditambah dengan istighfar. Allah Ta’ala berfirman, عَظِيمٌ “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (QS. An Nahl: 106). Ingatlah bahwa setiap ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, itu akan membersihkan hati dan mendatangkan berkah. Sedangkan setiap maksiat pada Allah dan Rasul-Nya akan mengotori hati dan akan membuat seseorang merugi. Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kesyirikan, kemunafikan, riya’, dan bersihkanlah lisan kami dari dusta, serta anggota badan kami dari perbuatan keji, maksiat dan khianat. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui mata yang khianat dan apa yang disembunyikan dalam hati. Aamiin Ya Mujibbas Saa-ilin. Wallahul muwaffiq. Sumber https://rumaysho.com/3125-merenungi-nama-allah-al-quddus.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Suci” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Sucikan
#03AllohSempurna#alquddus#asmaulhusna#MahaSempurna#mahasuci#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Beri Kesejahteraan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Sejahterakan #Dakwah #Islam
As Salam (Yang Maha Memberi Keselamatan) Sesungguhnya mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tercantum dalam Al-Qur`ân dan Hadîts, dan hal-hal yang menunjukkan kesempurnaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala segi merupakan gerbang ilmu paling agung yang dapat menambah keimanan. Merenungi dan memahami nama Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan faktor yang utama yang dapat menambah keimanan seorang muslim kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Asy-Syaikh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qihthoni dalam kitabnya Syarah Asmaa’illahil Husna Fii Dhau’il Kitabi was Sunnah menjelaskan As Salaam diambil dari kata as-Salamah. Dia yang selamat (terhindar) dari kesamaan dengan makhluk-Nya, dari kekurangan, dan sari segala yang menafikan kesempurnaan-Nya. Dia yang disucikan, diagungkan, serta dibersihkan dari setiap kejahatan, yang selamat/terhindar dari persamaan dengan seorang dari makhluk-Nya, dari setiap kekurangan, dan dari segala hal yang menafikan kesempurnaan-Nya. Seseorang yang memahami nama Allah, As Salâm, dan menjadikannya sebagai dzikir serta doa seperti yang telah diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia akan selalu mensucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ulûhiyah (ibadah), rububiyah, serta nama dan sifat-Nya dari sekutu-sekutu, maupun dari hal yang tidak layak bagi-Nya. Dan inilah jalan para nabi dan rasul, sebagaimana Allah berfirman: Ya Alloh Engkau “Maha Beri Kesejahteraan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Sejahterakan سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ “Maha Suci Rabbmu, Rabb Yang Maha Perkasa dari sifat yang mereka katakan. Dan selamat sejahtera bagi para rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam” (ash-Shâffât/37:180-182) Sebelum menyelami makna As Salâm, yang merupakan salah satu nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mulia perlu kita ketahui dalil-dalilnya. Nama ini tercantum dalam Al-Qur`ân dan Hadîts, serta sebagaimana ucapan para ulama. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ “Dialah Allah, tidak ada sesembahan yang haq selain Dia. Maha Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera ( AsSalâm), Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (al-Hasyr/59:23) Nama Allah As Salam dalam hadîts: عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ : كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ فِي الصَّلَاةِ قُلْنَا السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ مِنْ عِبَادِهِ السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ وَفُلَانٍ فَقَالَ النَّبِيُّ لَا تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ وَلَكِنْ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ‘Abdullah (bin Mas’ud) Radhiyallahu ‘anhu Berkata : Dahulu, jika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami mengucapkan: “As Salâm (keselamatan) bagi Allah dari hamba-hamba-Nya, dan as-salâm atas Fulan dan si Fulan,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mengucapkan As Salâm atas Allah, karena sesungguhnya Allah itu As Salâm, akan tetapi ucapkanlah: ‘AtTahiyât (ucapan selamat), ashShalawat (ibadah) dan ath-Thayyibât (pujian) bagi Allah. Salam (keselamatan) serta rahmat Allah, dan keberkahan-Nya atas anda, wahai Nabi. Dan salam atas kita dan hamba-hamba Allah yang shâlih’.” [HR Bukhâri]. As-Sa’di rahimahullah mengatakan,“…As Salam yakni yang diagungkan, yang suci dari seluruh kekurangan dan keserupaan makhluk terhadap-Nya, serta yang suci dari siapa pun yang akan mendekati atau men
yamainya pada salah satu sisi kesempurnaan-Nya. Nama Allah, As Salâm, mencakup penetapan semua kesempurnaan bagi-Nya dan peniadaan semua kekurangan dari-Nya. Ini adalah kandungan makna dari Subhnâllah wal-Hamdu lillahi” (Maha Suci Allah dan segala pujian bagi-Nya). Dan nama Allah, As Salâm, mengandung pengesaan bagi-Nya dalam ulûhiyah (penyembahan dan pengagungan). Maka nama Allah, As Salâm, mengumpulkan al-Bâqiyâtu ash-Shâlihât (semua nama Allah yang baik dan sifat-Nya yang mulia), yang dengannya Allah Azza wa Jalla dipuji. Di antara rincian penjelasan terhadap apa yang sudah disebutkan di atas, bahwasanya Dia adalah Al Hayyu (Yang Maha Hidup), yang selamat kehidupan-Nya dari kematian, rasa ngantuk, tidur dan perubahan. Dia adalah Al Qâdir (Yang Maha Kuasa), yang selamat kekuasaan-Nya dari kelelahan, kecapekan, keberatan dan kelemahan. Dia adalah al-‘Alîm (Yang Maha Mengetahui), yang selamat ilmu-Nya dari ketidaktahuan terhadap sesuatu meskipun sebesar biji sawi. Demikianlah, semua sifat-Nya berada dalam timbangan di atas. Keridhaan-Nya selamat dari kemurkaan, kelembutan-Nya selamat dari balas dendam, keinginan-Nya selamat dari kebencian, kekuasaan-Nya selamat dari kelemahan, kehendak-Nya selamat dari hal yang menyelisihinya, firman-Nya selamat dari kedustaan dan kezhaliman, bahkan Maha Sempurna kalimat-kalimat-Nya sesuai dengan keadilan dan kebenaran, dan janji-Nya selamat dari penyelisihan…. Doa dengan nama nama ini: عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ “Dari Tsauban Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Dahulu, apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai dari shalatnya, beliau beristighfar tiga kali, dan berkata: ‘Ya Allah, Engkau adalah As Salâm, dan dari-Mu lah keselamatan, Engkau Maha Tinggi Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan’.” [HR Muslim]. As Salâm dalam ucapan as-salâmu ‘alaikum, ada dua. Pertama, (semoga) barakah nama Allah As Salâm tercurah kepada kalian. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan melontarkan salam kepada orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab. Karena As Salâm merupakan salah satu nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, tidak boleh memintakan keberkahan bagi orang kafir dari nama Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Kedua, keselamatan yang dimohonkan ketika ucapan salam. Jika anda mengatakan kepada seseorang “as-salâmu’alaika”, maka maksudnya, anda sedang berdoa kepada Allah untuknya agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkannya dari gangguan-gangguan, kegilaan, (kejahatan) manusia, kemaksiatan dan dari penyakit hati, serta dari api neraka. Ini adalah lafazh yang umum, dan maknanya adalah doa bagi seorang muslim dengan keselamatan dari segala gangguan. Sumber: 1.‘Abdurrazzâq Bin ‘Abdul-Muhsin Al-‘Abbâd, Asbâb Ziyâdati Al-Imân Wa Nuqshânihi, hlm. 24 2. Al-Mausû’ah Al-Asmâ` Wa Ash-Shifât, ‘Adil Bin Sa’ad Dan ‘Amru Bin Mahrûs, hlm. 109-110), 3.Ibnu al-qayyim, Badâi’ul Fawâid (2/135). 4.Muhammad Bin Shâlih Al-Utsaimîn, Riyadush Shâlihin, Kitab As-Salâm (3/5). Penulis: Dzakwan Mukhtar Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/as-salam-yang-maha-memberi-keselamatan.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Beri Kesejahteraan” Dan Ak
u Hanya Hamba Yang Kau Sejahterakan
#03AllohSempurna#assalam#asmaulhusna#mahaberikesejahteraan#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
1 note
·
View note
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Beri Keamanan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Amankan #Dakwah #Islam
Nama Allah Al Mu’min (Yang Maha Memberikan Keamanan atau Yang maha Terpercaya) Nama ini, Al Mu’min, disebutkan di bagian akhir dari surat Al Hasyr. sebagaimana firman Allah: Ya Alloh Engkau “Maha Beri Keamanan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Amankan هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ “Dialah Allah, tidak ada sesembahan yang haq selain Dia. Maha Raja Yang MahaSuci, Yang Maha Sejahtera (As Salâm), Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (al-Hasyr/59:23) Diantara maknanya adalah: Yang Terpercaya, yang apabila berjanji Dia akan menepati janji-Nya, …إِنَّ اللَّهَ لا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ “…Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” ( Ali Imran/3: 9), Allah memberi hamba-hamba-Nya rezeki, ampunan, dan keselamatan untuk hamba-hamba-Nya di dunia, dan kemudian menganugerahi mereka dengan pahala atas amal shaleh mereka di akhirat kelak. Diantara makna lain dari “AlMu’min” adalah: yang menyebarkan keamanan diantara hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman Allah, الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. ( Quraiys/106: 4) Perhatikan firman Allah Subhanallahu Wa Ta’ala Berikut: ! الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yangmendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (QS. al-An’am/6:82) Sebagai Al Mu’min, yaitu Tuhan Yang Maha Pemberi Rasa Aman juga terkandung pengertian bahwa sebagai hamba yang beriman, seorang mukmin dituntut mampu menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan rasa aman terhadap lingkungannya. Mengamalkan dan meneladani Asmaul Husna Al Mu’min, artinya bahwa seorang yang beriman harus menjadikan orang yang ada di sekelilingnya aman dari gangguan lidah dan tangannya.Ketahuilah bahwa sesungguhnya ketika siksa Allah menimpa suatu kaum, maka tidak akan ada seorangpun yang dapat memberi mereka rasa aman, karena memang manusia tidak mempunyai kemampuan untuk menciptakan benteng perlindungan dari siksa Allah. Karena Dialah Yang Maha Memberikan keamanan, Dia yang Maha Pengaman. Dalam nama Al Mu’min terdapat kekuatan yang dahsyat dan luar biasa pengingkaran terhadap kebenaran ajaran tauhid yang benar lagi lurus dalam naungan Islam sebagai agama tauhid terakhir merupakan upaya pengrusakan terhadap hati yang akhirnya akan mematikan hati itu sendiri seiring dengan matinya sinar kebenaran didalam diri. Semoga kita bisa mengamalkan sifat Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam kehidupan sehari-hari. Penulis: Dzakwan Mukhtar Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-mumin-yang-maha-memberikan-keamanan-atau-yang-maha-terpercaya.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Beri Keamanan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Aman
kan
#03AllohSempurna#asmaulhusna#MahaSempurna#sempurna#almukmin#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh#mahaberikeamanan
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Mengatur” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Amanah #Dakwah #Islam
Nama Allah Al-Muhaimin Beribadah dengan Nama Al-Muhaimin di Musim Corona di Bulan Ramadhan Al-Muhaimin adalah salah satu nama yang agung bagi Allah yang artinya Yang Maha Memelihara. Dalil yang menunjukan nama ini disebutkan dalam firman-nya yang berbunyi pada Surat Al-Hasyr/59:23: Ya Alloh Engkau “Maha Mengatur” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Amanah … الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٢٣) … yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Makna nama yang agung ini Al-Muhaimin adalah yang mengetahui rahasia-rahasia segala perkara dan yang disembunyikan oleh dada-dada, yang ilmunya meliputi segala sesuatu, yang menyaksikan amal perbuatan makhluk, mengawasi mereka dalam berbicara dan berbuat. Tidak ada yang tersembunyi sedikit pun dari perbuatan mereka meskipun sebiji sawi di atasa bumi atau di atas langit. [1] Diantara makna Al-Muhaimin yaitu Allah Al-Hafidz menjaga, memberikan keamanan, menyaksikan ,dan mengawasi amalan perbuatan makhluk-Nya.[2] Seorang hamba dianjurkan berakhlak dengan sifat yang dicintai oleh Allah ini, juga induk binatang terhadap anak-anaknya memiliki sifat ini. Demikian pula makhluk Allah yang bernama manusia yang berakal lebih pantas untuk bersifat dengan sifat ini. Sebuah teladan yang disebutkan dalam hadist, Suatu hari ibunda Aisyah mendapati seorang ibu bersama dua anaknya sedang berjalan mencari makanan. Dari tangan Aisyah, si ibu mendapatkan tiga potong roti, yang segera dibagikan secara merata, masing-masing satu potong. Karena sangat lapar, kedua anak itu melahapnya sangat cepat hingga habis, sementara bagian si ibu belum dimakan. Si ibu sejenak memandangi kedua anaknya yang kelihatan masih kurang. Dengan penuh kasih sayang, roti sepotong yang menjadi bagiannya itu dibagi habis untuk anak-anaknya, sementara sang ibu rela menahan lapar demi anak-anaknya. Peristiwa tersebut diceritakan Aisyah kepada suaminya, Rasulullah Shalllahu ‘Alahi wassalam. Beliau kemudian berkomentar bahwa kasih sayang dan pemeliharaan Allah kepada hamba-hamba-Nya melebihi kasih sayang dan pemeliharan sang ibu kepada anak-anaknya. Ini salah satu bentuk konsekuensi dari nama ini yaitu untuk memiliki sifat memelihara terhadap apapun bagi mereka yang mengenal nama Allah Al-Muhaimin, Terlebih dimasa sulit apa yang dihadapi manusia saat ini dengan adanya Virus Corona, dengannya banyak diantara mereka yang sakit, kesulitan, dan kesusahan, maka ini adalah mumen yang tepat untuk beribadah dengan nama Al-Muhaimin untuk memperhatikan dan memelihara mereka yang lemah serta mengasihinya dan menjadi pahala yang berlipat ganda ketika diberada dibulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan, karena setiap orang akan diminta pertanggungjawabannya dihadapan Allah kelak di hari kiamat. Dan merupakan sebagai konsekuensi dari seorang hamba yang beriman dengan nama Allah Al-Muhaimin. Berdoa dengan nama ini dalam doa ibadahnya seorang hamba, karena dengan amalan tersebut seseorang mengaharapkan apa yang ada di sisi Allah yaitu dengan menyakini bahwa Allah Al-Muhaimin senantiasa menyaksikan makhluk-makhluk-Nya tanpa terkecuali. Seperti dalam firman-Nya Surat Al-Baqarah/2: 74: … وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (٧٤) …dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. Diantaranya juga seorang hamba menyakini bahwa diantara nikmat yang terbesar dan tertinggi bagi kaum muslimin daripada umat terdahulu dari kitab adalah nikmat diturunkannya al-quran dan yang belum diberikan pada umat sebelumya yang merupakan kekhusan umat ini yaitu surat al-fatiha dan penutup Surat al-Baqarah. Allah berfirman dalam surat Al-Maidah:48 Adapun doa mas’alah (permintaan) dengan nama ini, maka dianjurkan berdoa dengan menyebutkan nama ini sesuai dengan permintaan yang dipanjatkan dan ber
tawasul dengan nama Allah ini. Adapun menyebut nama ini dengan hitungan jumlah tertentu tidak didapatkan dalam Al-Quran dan Sunnah, maka merupakan termasuk perkara baru. Wallau’alam. Penyusun : Dzakwan Mukhtar BA Sumber : 1. Fiqih Asmul Husna hal.162. 2. Asrar Al-Asma Al-Husna hal. 73. Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-muhaimin-yang-maha-memelihara.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Mengatur” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Amanah
#03AllohSempurna#asmaulhusna#MahaSempurna#sempurna#almuhaimin#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh#mahamengatur
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Perkasa” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Buat Perkasa #Dakwah #Islam
Nama Allah Al-’Aziz (Yang Maha Perkasa) Menggapai kemuliaan dengan Nama Allah Al-’Aziz pada Bulan Ramadhan Nama Allah Al-’Aziz disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak hampir 100 kali.1 Diantaranya disebutkan dalam Surat al-Hasyr/59:23: … الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ … yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Ya Alloh Engkau “Maha Perkasa” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Buat Perkasa Makna Al ‘Aziz disebutkan dalam Surat Yunus/10:65: … إِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ … Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah yang Maha mendengar lagi Maba mengetahui. Maka makna Al-’Aziz artinya Dzat yang baginya seluruh makna-makna kekuasaan. Kekuasaan di sini mencakup yaitu kekuatan, ketidakbutuhan, dan keperkasaan dan kemenangan atas seluruh makhluk yang ada. Konsekuensi dari nama ini diantaranya bahwa sesorang apabila diberikan kekuasaan, kekuatan, dan yang semisalnya maka hendaklah menyadari bahwa ada yang Maha Berkuasa di atas segalanya. Dan menggunakan kekuasaaan yang ada padanya tersebut sesuai dengan fungsinya dan berakhlak sebagaimana akhlak atau sifat yang dicintai oleh Allah. Namun, barangsiapa dari makhluk yang sok berkuasa (angkuh), maka ia akan kembali dengan murka Allah dan berhak mendapatkan ancaman-Nya. Sungguh Allah telah mengancam orang yang demikian kondisinya dengan siksa yang keras dikuncinya hati, dan dimasukan ke dalam neraka pada hari kiamat.2 Doa ibadah dengan nama ini selain menyakini bahwa kekuasaan (kemuliaan) adalah milik Allah semuanya, diantaranya menyakini bahwa kitab-Nya ‘Aziz (mulia), para nabi-Nya mulia, kemuliaan di dunia adalah apa yang dimuliakan oleh Allah, meminta kemuliaan dan kekuasaan hanya kepada Allah sebagai pemiliknya, barangsiapa yang jujur meminta kemuliaan maka Allah akan memberikan kepadanya, menjauhi dari meminta kemuliaan dari selain Allah karena meminta kemuliaan yang berasal dari selain Allah adalah kehinaan, kemuliaan yang sebenarnya apa yang ada pada seorang mukmin tidak pada selainnya seperti munafik yaitu Abdullah bin salul tokohnya dan pengikutnya, dan memperoleh kemuliaan dengan menempuh sebab-sebab kemuliaan diantaranya yang datang dari Nabi seperti tawadhu’, membantu yang lemah, tidak merendahkan yang lain dan angkuh diri, memaafkan kesalahan dan serta tidak bergantung kepada makhluk.3 Dan lain sebagainya dari sebab-sebab kemuliaan terutama menjalakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan Allah karena mendekatinya adalah kehinaan apalagi melakukannya. Terutama sebab-sebab tersebut dilakukan pada bulan Ramdhan kemuliaan yang lebih besar yang akan didapatkan dari apa yang ada di sisi Allah. Doa mas’alah (permintaan) dengan nama Allah Al-’Aziz diantaranya dalam Surat al-Mumtahana/60 :5 رَبَّنَا لا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan Kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. dan ampunilah Kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Dan do’a lainnya dalam Surat Al-Baqarah/2: 129, Surat Ghaafir: 8, Surat Shaad: 65-66, dan dari hadis doa yang ma’tsur do’a ketika terjaga dari tidur pada malam hari,serta do’a bagian tubuh yang sakit dan lain-lain. Adapun menyebut nama ini saja dengan hitungan tertentu ntuk mendapatkan sesuatu maka tidak terdapat dalam sunnah Nabi. Wallahu’alam. Penyusun : Dzakwan Mukhtar BA. Sumber : 1. Fiqih Asma’ul Husna 2. Fiqih Asma’ul Husna 3. The Miracle Of Asmaul Husna Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-aziz-yang-maha-perkasa.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ
اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Perkasa” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Buat Perkasa
#03AllohSempurna#asmaulhusna#MahaSempurna#sempurna#alaziz#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh#mahaperkasa
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Kuasa” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kuasa #Dakwah #Islam
Nama Allah Al-Jabbar (Yang Maha Berkuasa) Meraih Kemenangan (Keberuntungan) di Bulan Ramadhan dengan Nama Allah Al-Jabbar Nama Allah Al-Jabbar disebutkan satu kali dalam firman Allah dalam Surat al-Hasyr/:23: yang berbunyi, … الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٢٣) … yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Ya Alloh Engkau “Maha Kuasa” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kuasa Makna Nama Allah Al-Jabbar diantaranya yaitu bahwasanya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang hina di hadapan-Nya segala sesuatu dan tunduk kepada-nya segala yang ada. Alam semesta atas dan bawah dengan segala yang ada di dalamnya yang berupa makhluk yang agung semuanya patuh dalam gerakan dan diamnya, apa yang tomereka bawa dan tinggalkan adalah milik Raja dan Pengatur mereka. Mereka tidak memiliki sedikit pun dari urusan tersebut, tidak pula dalam hal hukum, tetapi semua urusan hanya milik Allah. Hukum syar’i dan takdir serta balasan semuannya adalah hak-Nya, tidak ada yang Maha Memutuskan perkara melainkan Dia, tiada Rabb selain-Nya dan tidak ada Ilah, kecuali dia semata.1 dan inilah makna Allah al-Qahhar diantara makna nama Allah al-jabbar. Diantara makna nama ini yang lainnya yaitu kembali kepada kelembutan kasih sayang dan santun. Dialah yang memperbaiki segala urusan yang berupa luapan cinta kasih dan aneka ragam kebaikan, taufik Ilahi, hidayah dan petunjuk untuk hati mereka yang selalu tunduk kepada keagungan dan kemuliaan-Nya, dan hati orang-orang yang cinta kepada-Nya serta patuh kepada kesempurnaan-Nya, dan yang mengharap karunia dan pemberian dari-Nya. Dan yang terakhir dari nama ini adalah maha tinggi atas segala sesuatu, yang baginya seluruh kandungan makna ketinggian, yaitu ketinggian dzat, kedudukan,dan kekuasaan.2 Diantara pengaruh nama ini kita saksikan ketika bulan Ramadhan tiba milyaran manusia tunduk dan patuh kepada-Nya dengan melakukan puasa serentak yang merupakan salah satu kewajiban yang diwajibkan kepada mereka. Namun bukan berarti bahwa hamba dipaksa Allah atau terpaksa dalam berbuat akan tetapi Allah memberikan pilihan sebagaimana dalam firmanya dalam Surat as-Syams/:7-10: وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (٧)فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (٨)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (٩)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (١٠) …,dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. Maka kosenkwensi dari nama Allah Al-Jabbar diantarannya dengan menjadi hamba yang tunduk dan patuh kepada-Nya, yang merupakan satu-satunya jalan untuk meraih kesucian jiwa dan puncak dari kemenangan yang sebenarnya, terutama pada bulan Ramadhan yang mulia yang pintu tersebut dibukakan dengan selebar-lebarnya. Kemudian doa ibadah dengan nama ini artinya dengan menyakininya dan mengamalkanya yang merupakan kosenkwensi beriman dengan-Nya yang diharapkan berupa balasan kebaikan di sisi Allah selain yang disebutkan diatas diantaranya bahawa nama dan sifat al-jabbar hanya hak Allah semata dan haram bagi makhluk padanya sifat tersebut. Baik terhadap sesama makhluk, saudara sesama muslim apalagi terhadap kedua orang tua sebagaimana disebut dibeberapa ayat dalam al-Quran, ini adalah dakwah para nabi dan rasul dan ulama setelahnya dengan meningkarinya atas umatnya karena merupakan sebab kebinasaan mereka dengan sifat bengis dan sombong, hendaklah takut akan balasan Allah pada hari kiamat kelak kepada mereka yang bengis dengan meninggalkan sifat tersebut, apabila diberikan kekuasaan maka hendaklah menjauhi sifat tersebut, begitu juga setiap yang yang memiliki tanggung jawab seperti seorang suami kepada keluarga, anak kepada orang tua yang dibawah tanggungannya dan seterusnya, bagaimana tidak untuk dijauhi sifat tersebut padahal bumi beserta i
sinya akan menjadi roti di tangan Allah al-jabbar sebagaimana disebutkan dalam hadis yang shahih.3 Doa mas’alah (pemintaan/permohonaan) dengan nama Allah Al-Jabbar yaitu, رَبِّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَارْفَعْنِي ، وَارْزُقْنِي ، وَاهْدِنِي “Robbighfirlii Warhamnii, Wajburnii, Warfa’nii, Warzuqnii, Wahdinii Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, perbaikilah keadaanku, tinggikanlah derajatku, berilah rezeki dan petunjuk untukku. (HR. Ahmad) Dan tidak dianjurkan menyebut nama ini dengan bilangan tertentu karena tidak ada keterangannya dari sunnah nabi, namun dianjurkan menyebutnya dalam doa,dan bertawasuldengannya. Wallahu’alam. Penyusun: Dzakwan Mukhtar BA Sumber : 1. Fiqih Asmaul Husana hal. 415. 2. Fiqih Asmaul Husna hal.415. 3. The Miracle Of Asmaul Husna hal. 129. Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-jabbar-yang-maha-berkuasa.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Kuasa” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kuasa
#03AllohSempurna#asmaulhusna#MahaSempurna#sempurna#aljabbar#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh#mahakuasa
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Megah” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kemegahan #Dakwah #Islam
Al-Mutakabbir adalah salah satu nama Allah ‘azza wa jalla yang agung dan mulia. Al-Mutakabbir artinya yang memiliki sifat kibriya’. Sifat kibriya’ biasa diterjemahkan dengan kesombongan sehingga mungkin ketika terdengar, pertama kali ada kesan tidak baik, karena sombong diharamkan oleh Allah ‘azza wa jalla sendiri. Akan tetapi, pada hakikatnya terjemahan sombong terhadap kata kibriya’ belum mewakili makna kibriya’. Hanya saja, keterbatasan bahasa kita menyebabkan kita menerjemahkan dengan sebagian maknanya. Padahal apabila merujuk kepada penjelasan ulama, kita akan dapati bahwa makna kibriya’ mengandung makna-makna lain yang sangat mulia dan agung, sebagaimana nanti kami akan sebutkan insya Allah. Ya Alloh Engkau “Maha Megah” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kemegahan Di samping itu, apabila sifat sombong disandarkan pada Allah ‘azza wa jalla, sama sekali tidak mengandung sifat negatif karena Allah Mahabaik, Mahamulia, Mahabijaksana. Pantaslah bagi Allah ‘azza wa jalla untuk sombong, karena Allah ‘azza wa jalla Mahakuasa tak tertandingi, Mahabesar, Maha memiliki, Mahakaya, Pencipta alam semesta, Pemilik dan Pengaturnya. Segala urusan ada di tangan-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Demikian pula berbagai sifat kebesaran dan keagungan yang lain yang dimilikinya, membuat sifat kesombongan yang dimiliki-Nya pada tempatnya. Adapun makhluk, tidak pantas baginya untuk memiliki sifat sombong. Dia hendak sombong dengan apa? Dengan harta kekayaan yang dimilikinya? Dengan pangkat dan jabatan yang disandangnya? Dengan nasab nenek moyangnya? Dengan kekuatan yang dia miliki? Dengan banyaknya pengikut yang menuruti titahnya? Semua itu hanyalah pemberian Allah ‘azza wa jalla kepadanya. Jadi, pantaskah dia sombong dengan sesuatu yang hakikatnya tidak dia miliki?! Sepantasnya seorang hamba justru merendahkan diri dan tawadhu’. Lagipula kesombongan pada makhluk identik dengan sifat-sifat negatif lainnya. Seringkali kesombongan manusia mengantaran kepada kediktatoran, kezaliman, merendahkan orang lain, tidak mensyukuri nikmat Allah ‘azza wa jalla, menggunakan apa yang Allah ‘azza wa jalla berikan pada sesuatu yang bukan pada tempatnya, lupa diri, dan berbagai sifat negatif lain. Beda halnya dengan kesombongan Allah ‘azza wa jalla, kesombongan yang beriring dengan sifat bijaksana-Nya, keadilan-Nya, syukur-Nya kepada hamba-Nya, menerima taubat mereka, pemuliaannya terhadap hamba-Nya, kasih sayang-Nya, kelembutan-Nya, dan berbagai sifat mulia yang lain. Lebih dari itu, ternyata al-Mutakkabir bukan hanya bermakna sombong. Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan bahwa tentang makna nama Allah ‘azza wa jalla, al-Mutakabbir, di dalamnya ada lima pendapat: Yang Mahatinggi dari segala yang jelek. Ini penafsiran Qatadah. Yang Mahatinggi untuk berbuat zalim terhadap hamba-Nya. Ini penafsiran az-Zajjaj. Yang memiliki sifat kibriya’ yang berarti kerajaan. Ini penafsiran Ibnul Anbari. Yang Mahatinggi untuk menyerupai sifat-sifat makhluk. Yang Mahasombong terhadap hamba-Nya yang membangkang. Demikian penafsiran para ulama. Semuanya adalah makna yang baik dan mulia. Allah ‘azza wa jalla telah menyebutkan nama ini dalam beberapa ayat, di antaranya, Dia-lah Allah Yang tiada Rabb (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Mahasuci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. (al-Hasyr: 23) Dan bagi-Nya lah keagungan di langit dan di bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (al-Jatsiyah: 37) Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, قَالَ اللهُ :الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ
“Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Al-Kibriya’ adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Barang siapa merebut salah satunya dari-Ku, maka Aku akan melemparkannya dalam neraka.” (Sahih, HR. Abu Dawud, diriwayatkan juga oleh Muslim dengan lafadz yang semakna) Buah Mengimani Nama Allah ‘azza wa jalla, al-Mutakabbir Dengan mengimani nama Allah ‘azza wa jalla tersebut, kita semakin mengetahui kelemahan kita selaku makhluk, sehingga tidak pantas bagi kita untuk bersikap sombong. Akan tetapi, justru sikap merendahkan diri dan tawadhu’ itulah yang pantas bagi kita. Kita juga mengetahui kebesaran Allah ‘azza wa jalla dengan segala sifat mulia-Nya. Dialah ‘azza wa jalla yang berhak memiliki sifat sombong dengan makna yang positif sebagaimana dijelaskan di atas. Wallahu a’lam. Sumber : https://asysyariah.com/al-mutakabbir/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Megah” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Kemegahan
#03AllohSempurna#almutakabbir#asmaulhusna#mahamegah#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Melepaskan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Merdekakan #Dakwah #Islam
Nama Allah al-Bâri’ (Yang Maha Mengadakan) Ibadah Taubat Nasuha dengan Nama Allah Al-Bâri’ Pada Bulan Ramadhan Nama ini disebutkan 3 kali dalam al-Qur’an diantaranya dalam Surat al-Hasyr:24: هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى … Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna Ya Alloh Engkau “Maha Melepaskan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Merdekakan Kata Al-Bâri’ mengandung beberapa makna yaitu yang menciptakan, yang memisahkan dan membedakan sebagian ciptaan-Nya dari sebagian yang lain, yang merubah benda-benda, yang menciptakan manusia dari tanah, dan yang menciptakan makhluk dalam kondisi selamat dari ketidakseimbangan, aib, kekeurangan dan cacat. Seperti dalam firman-Nya Surat Al-Mulk/67:3: … مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (٣) …. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? Sedangkan Al-bariyah adalah makhluk dan Allah menciptakan mereka serta menjadikan sebagiannya kafir dan sebagian lagi kafir.1 sebagaimana dalam firmannya dalam Surat At-Taghabun/64:2: هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٢) Dia-lah yang menciptakan kamu Maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Konsekwensi dari nama Allah Al-Bâri’ bahwa Allah lah yang menciptkakan makhluk dan membentuk mereka yang terdiri dari nafas, tubuh, ruh, dan hati, yang wajib diimani, namun mereka berbeda dalam keimanan kepada Allah. Adapun pengaruh nama Allah Al-Bâri’ maka di dalam hal ini bahwa apabila Allah memberikan keimanan hendaklah disukuri dan memuji Allah dengan menjaganya bertaqwa kepada-Nya.2 Sedang sebaliknya apabila keburukan perbuatan yang dilakukan untuk segera sadar, kembali kepada-Nya karena akibat yang buruk akan dibalas berupa neraka-Nya. Doa ibadah dengan nama ini diantaranya juga beriman kepada Allah, apabila jauh dari iman maka hendaklah segera bertaubat kembali kepada-Nya Al-Bari seperti dalam firman-Nya Surat Al-Baqarah/2:54: وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (٥٤) dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Ayat ini menunjukan bahwa besarnya dosa kesesatan menyembah selain Allah, bahkan merupakan kezhaliman yang paling zalim, namun Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya dengan senantiasa membuka pintu taubat, yang merupakan jalan terbaik daripada menerima azab Allah di neraka kelak. Maka terlebih pada bulan Ramdhan yang dikhususkan bagi umat Nabi Muhammad Shalallahu alahiwasalam, setan-setan dibelenggu, pintu neraka ditutup dan dibukanya pintu surga, pintu ampunan dibukakan setiap malam dibebaskan dari nereka siapa saja yang dikehendaki-Nya. Tentunya ini adalah kesempatan pintu taubat kepada Allah Al-Bâri’ yang dibukakan bagi semua hambanya, dari maksiat kepada taat, dari syirik kepada tauhid, dan dari bid’ah kepada sunnah. Doa mas’alah (permintaan) dengan nama ini tidak terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah, namun secara umum bahwa semua nama Allah disyariat berdo’a dengan-Nya, memujinya dan mengagungkan-Nya. Penyusun: Dzakwan Mukhtar B.A. Sumber &nbs
p; :1. Fiqih Asma’ul Husana hal.151. 2. Asrar Asmaul Husna hal.88. Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-bari-yang-maha-mengadakan.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Melepaskan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Merdekakan
#03AllohSempurna#albari#asmaulhusna#mahamelepaskan#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Membentuk Rupa” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Indahkan #Dakwah #Islam
Nama Allah Al-Mushawwir Beribadah dengan Nama Allah Al-Mushawwwir pada Bulan Ramadhan Nama Allah Al-Mushawwir disebutkan 1 kali dalam al-Qur’an diantaranya dalam Surat Al-Hasyr:24: هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى … Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna Ya Alloh Engkau “Maha Membentuk Rupa” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Indahkan Makna Al-Mushawwir adalah yang melaksanakan apa yang dia inginkan pengadaannya sesuai dengan sifat yang dia inginkan1.Dan sifat tersebut berupa tinggi pendek, besar kecil, laki perempuan, dan rupa yang khas. Perbedaan antara Al-Khaliq, Al-Bari’, dan Al-Mushawwir bahwasanya Al-Khaliq yang umum, yang menunjukan pada semua makhluk, menentukan takarannya dan mengadakannya, dan terkadang Al-Bâri’ dan Al-Mushawwir memiliki makna Al-Khaliq. Sedangkan Al-Bâri’ umum pada setiap yang ada, dia yang mengadakan dari sebelumnya tidak ada tanpa menetukan ukurannya, dan mengadakannya setelah ditentukan ukurannya. Sedangkan Al-Mushawwir khusus pada penciptaan bentuk atau gambar.2 Sehingga kita lihat dari bentuk yang beraneka ragam yang kita lihat di dunia ini bahkan ada yang belum pernah kita lihat sama sekali dan ada yang baru dilihat, dan satu jenis hewan saja memiliki triliunan bentuk dan rupa yang beragam. Pengaruh dari nama ini bahwa Allah satu-satunya yang dituju di dalam hati dari kecintaan, peribadatan dan pengagungan. Karena bentuk dan rupa dari Allah maka yang dilihat adalah yang datang dari hamba berupa amalan dan hati-hati mereka. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564). Konsekwensi dari nama ini diantaranya bahwa dengan bentuk dan rupa supaya dapat dikenali diantara kita, dan juga hikmah yang lainnya yang Allah lebih tahu tentang-Nya. Maka yang asal bagi hamba adalah hatinya sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas. Do’a ibadah dengan nama ini diantaranya menerima takdir dari apa yang diberikan oleh Allah dari rupa, warna kulit dan lain sebaginya yang merupakan rukun iman yang ke-6, meninggalkan menggambar /melukis makhluk yang bernyawa serta membuat patung berhala, karena itu menandingi ciptaan Allah sebagaimana yang disebutkan Allah melalui lisan rasul-Nya, haram dan hukuman yang berupa azab yang paling pedih pada hari kiamat.2 Bahkan dapat menjadikan kafir pelakunya, kekal di neraka selamanya, begitu juga merubah ciptaan-Nya dengan bertato, memakai rambut palsu, qaza’ (memotong rambut kepala sebagian dan meninggalkan sebagaian), mencukur alis, haramnya laki-laki menyerupai wanita, dan wanita menyerupai laki-laki, merapikan gigi tanpa kebutuhan, mencat rambut warna hitam, dan lain-lain sebagaimana disebutkan keharamannya dalam hadis. Maka dosa keharamannya akan lebih besar apabila melakukannya pada bulan Ramadhan sebagaimana banyaknya pelanggaran tersebut yang ditonton di media-media televisi yang dapat merusak pahala shaum/puasa kaum muslimin dan merusak akhlak mereka. Maka hendaklah menjauhinya dan meninggalkannya perbuatan tersebut dalam rangka taat kepada Allah dan rasul-Nya mengarapkan ganjaran dan pahalan di sisi-Nya. Doa mas’alah yang berkaitan dengan nama ini dalam do’a sujud tilawah, , اَللّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، أَنْتَ رَبِّي، سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِي شَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ.” “Allahumma laka sajadtu, wa bika aamantu wa laka aslamtu, sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa show
warohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin.”3 Ya Allah, kepada-Mu lah aku bersujud, karena-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta. Adapun doa (permintaan) dengan nama ini tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah, namun secara umum semua nama kita dapat berdoa dengannya dalam doa yang dipanjatkan, memujinya dan mengagungkannya. Wallahu’alam. Penyusun: Dzakwan Mukhtar B.A. Sumber : 1. Fiqih Asma’ul Husana hal.152. 3. HR. Muslim no. 771 2. Asrar Asmaul Husna hal.90. Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-mushawwir-yang-membentuk-rupa.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Membentuk Rupa” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Indahkan
#03AllohSempurna#asmaulhusna#MahaSempurna#sempurna#almushowwir#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh#mahamembentukrupa
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Pengampun” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Ampuni #Dakwah #Islam
Al-Ghaffar adalah salah satu sifat Allah Swt. dalam Asmaulhusna yang biasa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan arti “Maha Pengampun”. Quraish Shihab dalam program Mutiara Hati SCTV mengajak untuk memahami kembali makna dari Al-Ghaffar yang terdapat dalam Asmaulhusna. Ya Alloh Engkau “Maha Pengampun” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Ampuni “Marilah kita tafakuri sifat Al-Ghaffar ini lebih dalam lagi. Kata Ghaffar terambil dari akar kata Ghafara yang artinya menutup. Allah Al Ghaffar, Allah Maha Menutupi. Lantas apakah yang Allah tutup?” Ujarnya. Ia lalu menjelaskan bahwa secara umum orang mengartikan Al Ghaffar dengan makan bahwa Allah Swt. menutupi dosa hamba-hamba-Nya, yakni mengampuninya. Ada juga yang menerangkan bahwa Al-Ghaffar terambil dari akar kata Ghafara yang adalah sejenis tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai obat dari suatu penyakit. Apabila memakai pendekatan, maka arti dari Al Ghaffar adalah bahwa Allah Swt. mengobati penyakit-penyakit kejiwaan manusia. Imam Al-Ghazali memiliki pandangan yang lebih luas tentang sifat Allah Al Ghaffar. Menurut beliau, Allah menutupi, banyak yang Allah tutupi yang mana kesemuanya itu menjadi kemaslahatan untuk umat manusia. Maksudnya adalah antara lain Allah Swt. menutupi sisi dalam organ tubuh manusia sehingga tidak terlihat kekotoran-kekotoran yang ada di balik perut kita ini. Kalau kekotoran itu terlihat maka tentu alangkah buruknya. Yang kedua, menurut penjelasan Imam Al Ghazali, Allah Swt. menutupi isi hati seseorang. Jika saja orang lain mengetahui isi hati kita yang kebetulan sedang ada rasa benci terhadap seseorang, maka tentu betapa repotnya hidup ini. Namun, Allah Swt. menutupi isi hati kita sehingga orang lain tidak tahu apa yang ada di dalam hati kita. Yang ketiga, Allah Swt. menutupi kesalahan-kesalahan manusia. Alangkah banyaknya orang yang berdosa di dunia ini, alangkah banyaknya orang yang berbuat maksiat, tetapi Allah Swt. menutupi aib-aib itu. Menurut Quraish Shihab, ada lagi pemaknaan Al Ghaffar yang keempat, yaitu Allah Swt. menutupi kesedihan-kesedihan manusia dengan datangnya hari-hari pengganti yang menggantikan hari-hari kesedihan tersebut. Sehingga, lambat laun, kita mampu beranjak dari kesedihan itu kepada kegembiraan yang baru, bahkan kita berhasil melupakan kesedihan itu. Jika saja Allah tidak menutupi hari-hari kesedihan kita, atau Allah biarkan kita terus-menerus berada dalam kesedihan maka tentu hidup ini terasa sengsara. “Allah Swt. menutupi keburukan kita adalah kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Allah Swt. tutupi dosa-dosa adalah kesempatan bagi kita untuk bertaubat. Allah Swt. tutupi kesedihan kita adalah kesempatan bagi kita untuk tidak berputus asa terhadap pertolongan-Nya. Dialah Allah, Al Ghaffar.” Pungkasnya mengakhiri penjelasan tentang Al-Ghaffar.[] Sumber : https://bincangsyariah.com/kalam/memahami-makna-al-ghaffar-dalam-asmaulhusna/ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Pengampun” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Ampuni
#03AllohSempurna#alghoffar#asmaulhusna#mahapengampun#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Menaklukan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Menangkan #Dakwah #Islam
الْقَهَّارُ AL QAHHAR (Yang Maha Mengalahkan) DALIL PENETAPAN: Disebutkan dalam Al Quran sebanyak: 6 kali. Diantara firman Allah Tala: قُل إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ Katakanlah (ya Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan. (QS: Shad Ayat 65) Ya Alloh Engkau “Maha Menaklukan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Menangkan MAKNA NAMA AL QAHHAR Al Qahhar yang mengalahkan dan tidak terkalahkan. Dia mengalahkan para pembangkang dengan hukumanNya. Kata Al Qahhar adalah pola kata mubalaghah (mengandung makna sangat) dimana kalimat itu memiliki makna banyak mengalahkan. Dibeberapa kesempatan kita pernah menjumpai penggandengan nama Allah Al Qahhar dan Al Wahid dengan adanya alif lam ma’rifah, karena makna Al Qahhar adalah mengalahkan berarti Dialah Dzat yang satu-satunya yang tidak terkalahkan. Maka logikanya adalah jika Dia terkalahkan berarti penisbatan untuk yang maha mengalahkan tidak ada melekat pada diriNya. Sedangkan Allah maha mengalahkan semua yang mengalahkan dibumi Allah ini. Sehingga segala kekuatan berakhir dan bermuara pada nama Allah Al Qahhar. DOA IBADAH ( KOSEKUENSI ) 1 Nama Allah Al Qahhar (Maha Mengalahkan), maka hanya Dia yang berhak disembah dan diibadahi, selain Allah hanyalah ciptaan yang sangat lemah dan berada di bawah kekuasaan Allah Tala. Maka benarlah sebuah stetmen yang dikeluarkan oleh Nabi Yusuf Alaihi Salam menyangkal kedua temannya yang berada dalam penjara: يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَ أَرْبَاب مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? (QS: Yusuf Ayat 39) 2 Allah Tala melarang kepada setiap hamba-hambaNya memakai sifat yang di dalamnya terkandung nama Allah Al Qahhar dan Al Qahir, karena itu murni dan mutlak hanya milik Allah. Sebagaimana juga Allah melarang kita berbuat dzalim kepada orang-orang yang lemah. Sebagaimana Firaun berkata: قَال سَنُقَتِّل أَبْنَاءَهُم وَنَسْتَحْيِي نِسَاءَهُم و إِنَّا فَوْقَهُمْ قَاهِرُونَ “Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka”. 3 Tidak boleh menghardik atau memaksa orang-orang lemah terlebih lagi dia adalah seorang yatim. فَأ مَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. DOA PERMOHONAN Terkait doa permohonan dengan nama Allah Al Qahhar. Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam merasakan takut pada malam hari senantiasa mengucapkan: لاَ إِلَـهَ إِلاَّ الله الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ، رَبُّ السَّمَاوَات وَاْلأَرْضِ وَمَابَيْنَهُمَا الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ “Tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, Maha Perkasa, Tuhan yang menguasai langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (Riwayat Hakim, dishahihkannya dan disetujui oleh Adz Dzahabi 1/540, An Nasa’i dalam ‘Amalulyaumi wallailati, Ibnu Sunni. Lihat Shahihul Jami’: 4/213) ___________ Referensi: Disadur dari kitab Al Asma’ul As rar karya Al mualifah, tahun 1428 H. Disusun @Komplek Masjid Al Bayaan, 17 Rabiul Awal 1441 H (Sabtu, 15 Desember 2019) Oleh: Fitra Arysandi S.Ag Artikel: Asmaulhusnacenter.com Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-qahhar-yang-maha-mengalahkan.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidumm
ajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Menaklukan” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Menangkan
#03AllohSempurna#alqohhar#asmaulhusna#mahamenaklukan#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
0 notes
Text
Ya Alloh Engkau “Maha Beri Karunia” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Karunia #Dakwah #Islam
AL-WAHHAB ( الوهّاب) Yang Maha Memberi DALIL PENETAPAN Dalil yang menetapkan nama Allah Al-Wahab telah disebutkan di beberapa tempat di dalam Al-Qur’an diantaranya : أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ (٩) “Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Rabb-mu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi.” (QS. Shaad: 9) Ya Alloh Engkau “Maha Beri Karunia” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Karunia MAKNA Al-Wahhab berarti Yang Maha banyak pemberiannya, mendistribusikannya tepat sasaran dan membagikannya sesuai hikmah dan kebijaksanaan. Yang Maha mengaruniakan dan Maha memberikan nikmat berupa sejumlah anugerah, bukan karena merupakan hak ciptaan-Nya dan bukan pula untuk mendapatkan ibadah mereka. (The Miracle Of Asmaul Husna:304) DO’A IBADAH Beberapa ibadah yang berkaitan dengan nama Allah Al-Wahhab diantaranya : Allah adalah Dzat yang banyak memberi kenikmatan, karunia dan pemberian. Dia memberi kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Dia mencegah siapa yang Dia kehendaki. Tidak ada yang bisa memberi apa yang Dia cegah dan tidak ada yang dapat mencegah apa yang Dia beri. Allah memberi kepada siapa saja yang Dia kehendaki apapun yang Dia kehendaki. Pemberian-pemberian-Nya senantiasa mengalir kepada hamba-hamba-Nya. Dia memberi sebelum diminta maupun setelah diminta. Allah memberi kepada manusia tanpa meminta balasan atas pemberian-Nya karena Allah tidak membutuhkan pemberian dari makhluk-Nya. Hal ini berbeda dengan pemberian manusia yang bertujuan untuk memperoleh ganti/balasan, baik di dunia maupun di akhirat, bisa berupa harapan dipuji dan dicintai, atau berupa pahala di akhirat kelak. Pemberian Allah kepada manusia sangatlah banyak, diantara pemberian-Nya adalah Allah memberikan Ilmu dan harta bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Allah memberikan ilmu agar hamba mengenal-Nya, mengenal keesaan-Nya, mengenal rububiyah-Nya, mengenal Uluhiyah-Nya, mengenal Asma dan Sifat-Nya dan juga mengenal kekuasaan-Nya. begitu juga Allah memberikan harta agar hamba meyakini bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Kaya, agar manusia selalu butuh kepada-Nya dan agar manusia menyadari bahwa ia adalah hamba yang fakir, yang tidak memiliki apa-apa kecuali atas apa yang telah diberikan oleh Allah kepada-Nya. Allah berfirman : يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (١٥) “Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah, dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu lagi Maha Terpuji).” (QS. Fathir: 15) Begitu juga Allah memberikan kesembuhan kepada orang-orang yang sakit bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah memberikan kesembuhan bagi siapa yang dikehendaki-Nya setelah dia berikhtiar dan berdo’a meminta kesembuhan kepada-Nya. Allah memberikan kesembuhan pada penyakit-penyakit yang diderita oleh hamba-Nya baik penyakit fisik ataupun penyakit hati. Maka tidak ada yang bisa memberikan kesembuhan kecuali Allah As-Syafi’ dan tidak ada yang bisa mencegah datangnya penyakit kecuali atas izin Allah. Allah Al-Wahhab adalah Dzat yang memberikan anak kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan menahannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Allah memberikan anak kepada pasangan suami-istri dengan berbagai macam, ada yang hanya diberikan anak laki-laki saja, ada yang hanya diberikan anak perempuan saja, ada yang diberikan anak laki-laki dan perempuan dan ada pula pasangan suami istri yang tidak diberikan anak sama sekali. Hal ini telah disebutkan oleh Allah dalam al-Qur’an : لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَ��َهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (٤٩)أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (٥٠) “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki ke
pada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” ( QS. Asy-Syura: 49-50) Allah memberikan anak kepada pasangan suami istri sebagai penyejuk hati bagi mereka. Maka berbahagialah bagi siapa saja yang diamanahi anak oleh Allah Al-Wahhab, jagalah anak-anak tersebut, didiklah mereka dengan pendidikan yang baik, kenalkan mereka kepada Allah, ajarkan kepada mereka tauhid yang kokoh, jadikan mereka sebagai anak-anak yang berguna bagi dirinya sendirinya, orangtuanya, masyarakatnya, bangsa dan negara terutama berguna bagi agamanya yaitu Islam. Allah Al-Wahhab memberikan hidayah kepada siapa yang dikendaki-Nya dan menahan hidayah bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Orang yang mendapatkan hidayah dari Allah, maka hatinya akan terasa lapang, dadanya akan terasa luas, dia akan mudah menerima kebenaran dari siapapun datangnya kebenaran tersebut dan dia akan bersemangat dalam beramal sholih, bersemangat dalam melakukan berbagai kebaikan meskipun ujian dan cobaan datang silih berganti untuk menghalanginya dari beribadah kepada Allah. Jika seseorang telah diberikan hidayah oleh Allah, maka tidak akan ada orang yang mampu menyesatkannya dari jalan Allah. Sebaliknya jika seseorang telah ditahan oleh Allah untuk mendapatkan hidayah dari-Nya, maka hatinya akan terasa sempit, tidak akan mudah menerima nasehat, tidak akan mudah menerima kebenaran meskipun kebenaran tersebut telah jelas dalil dan bukti-buktinya, dia akan sulit untuk melakukan kebaikan bahkan cenderung untuk melakukan kemungkaran dan pembangkangan kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika Allah telah menahan hidayah dari siapa yang dikehendaki-Nya, maka tidak ada yang akan mampu untuk memberikan hidayah kepadanya dan tidak akan ada yang bisa menyelamatkannya dari kesesatan di jalan-Nya. مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا (١٧) “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (QS. Al-Kahfi: 17) Allah akan memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan sebab-sebab yang telah dilakukan oleh seorang hamba. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk mendapatkan hidayah dari Allah dengan mendatangi majelis-majelis ilmu, mendatangi ulama, meminta nasehat kepada mereka tentang masalah agama, mendengarkan kajian-kajian Islam baik melalui radio, youtube ataupun media elektronik lainnya, membaca buku-buku Islam dan berdo’a kepada Allah meminta agar diberikan hidayah, karena hidayah itu tidak datang dengan sendirinya, tapi harus melalui usaha. Kemudian jika kita telah diberikan hidayah, maka kita harus berusaha untuk mempertahankannya dengan tetap istiqomah dalam kebenaran, istiqomah dalam beribadah dan istiqomah dalam menjauhi perbuatan maksiat kepada Allah. Inilah diantara pemberi Allah yang paling agung yang diberikan kepada hamba dan Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah mengajarkan kepada kita agar setiap rakaat shalat selalu membaca: اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦) “Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS. Al-Fatihah: 6) Yang dimaksud dengan Shirat Al-Mustaqim dalam ayat diatas adalah iman, Islam, al-Qur’an dan menjadi pengikut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam DO’A PERMOHONAN Diantara do’a permohonan yang bisa kita panjatkan berkaitan dengan nama Allah Al-Wahhab adalah do’a memohon ketetapan dan rahmat dari Allah sebagaimana yang dipanjatkan oleh orang-orang yang mendalam ilmunya رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (٨) “(Mereka berdo’a) ‘Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau b
eri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali ‘Imran: 8) Begitu juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam للَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ “Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu.” (HR. Muslim : 2654) Semoga Allah senantiasa memberikan karunia dan hidayah-Nya kepada kita, dan menjadikan kita tetap istiqomah dan bersyukur atas karunia dan hidayah tersebut dengan menggunakannya di jalan Allah dan hanya beribadah kepada-Nya. Demikian semoga bermanfaat. Washollallahu ‘Ala Nabiyina Muhammad wa ‘Ala Alihi wasohbihi wasallam. Al-Bayaan Cianjur, 29 Sya’ban 1441 H / 23 April 2020 Penulis : Adep Baehaki, Lc Sumber : The Miracle Of Asmaul Husna Karya Muallifah Fiqih Asmaul Husna Karya Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr Al-Asmaul Husna Karya Prof. Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar Sumber Artikel dari Asmaul Husna Center: https://asmaulhusnacenter.com/al-wahhab-yang-maha-memberi.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Ya Alloh Engkau “Maha Beri Karunia” Dan Aku Hanya Hamba Yang Kau Beri Karunia
#03AllohSempurna#alwahhab#asmaulhusna#mahaberikarunia#MahaSempurna#sempurna#Alloh#AllohBaik#asmaulkhusna#blogAlloh
0 notes