#548words
Explore tagged Tumblr posts
jurnalweli · 2 months ago
Text
Paket Mangga Mentah dari Ibu
Aku berjarak 158 km dengan ibu. Sekarang aku domisili Jogja dan ibu masih tetap di Kudus. Hari itu aku mendapat pesan dari ibu.
"Mau ini ngga? Tapi masih mentah." Begitu pesannya sembari mengirimkan gambar mangga.
"Ya kalau mau ya pasti mau." Demikian balasanku.
Ternyata ibu hendak memaketkan mangga tersebut kepadaku. Tapi karena pengalaman buruk sebelumnya ketika ibu memaketkan pisang mentah, aku menolaknya. Cari aman saja, tidak perlu dikirim. Khawatir kejadian sebelumnya terulang, busuk sebusuk-busuknya meskipun dikirim dalam keadaan mentah. Tapi ternyata ibu tetap mengirimkannya. Esoknya aku menerima nomor resi paket tersebut. Ibu mengabarkan bahwa paket akan sampai 3 hari ke depan. Ibu juga sempat menanyakan kepada petugas paket apakah mengirim paket buah mentah bisa tahan dan tidak membusuk. Katanya, tidak mengapa.
Alhamdulillah, prediksi benar. Sampai di hari ke-3 pengiriman keadaan mangga masih cukup keras. Masih aman. Masih perlu menunggu kurang lebih 2 hari sampai matang. Bersyukur dan senang mendapat rejeki berupa mangga. Lebih tidak menyangka lagi mengapa ibu berepot ria mengirimkan mangga untuk putrinya sekalipun terpisah jarak yang tidak dekat.
Setelah membuka paket, aku bergegas mengabarkan kepada ibu via pesan. Karena dibalas cepat aku bergegas menekan tombol video call.
"Bu, paketnya udah sampai. Barusan asar tadi. Alhamdulillah mangganya masih keras, aman", ujarku.
"Kerupuknya remuk banget ngga?" tanya ibu.
"Remuk kecil-kecil", jawabku.
Lalu kita mengobrol berbagai hal. Di tengah obrolan aku teringat sesuatu.
"Bu, ini mangganya dikasih siapa?" tanyaku.
"Lho, kok dikasih. Ibu beli sendiri itu", jawabnya dilanjutkan dengan menceritakan tempat membeli mangga karena bukan dari toko buah melainkan kepada temannya yang sedang panen mangga.
"Lho iya ta?" aku terkejut karena pikirku mangga tersebut pemberian orang lain. Aku juga pernah menyampaikan bahwa aku ingin mangga tapi itu hanya sekedar bercerita kepadanya. Tapi sebaliknya, respon ibu lebih dari itu. Bahkan ibu rela membelinya sendiri lalu dikirim ke Jogja. Padahal kalau dipikir-pikir tak perlulah ibu mengirim mangga karena aku juga bisa mendapatkannya di sini. Aku tidak tahu apa yang ibu pikirkan. Ibu juga tidak jarang mewujudkan keinginan yang pernah kuutarakan tanpa niat. Aku tidak tahu persis apa yang ada dipikiran ibu. Yang aku rasakan adalah ternyata ibu masih memikirkan, peduli dan tidak melupakan anaknya meskipun sudah berkeluarga.
Selain mangga, ibu juga menyelipkan sebungkus krupuk puli yang pernah juga kusampaikan sebelumnya. Bukan meminta untuk dikirimkan, namun hanya ungkapan rindu ingin makan krupuk puli ibu. "Bu, aku kok kangen makan krupuk puli ya", ujarku. Krupuk puli tersebut yang biasa ibu jual lalu dititipkan ke warung-warung makan. Perkataanku tadi tidak mendapatkan respon. Tidak ada jawaban 'iya' apalagi jawaban 'gimana mau dipaketin?'. Oleh karenanya paketan yang kemarin datang sama sekali tidak kusangka. Ibu merespon perkataanku ketika video call dengan cara ini. Ah, ibu masih saja.
Terimakasih, ibu. Doa-doa baik selalu kupanjatkan. Oiya, di sini aku lebih banyak menceritakan tentang ibu karena ibu yang lebih banyak inisiatif. Hal-hal seperti ini yang mungkin terlihat sederhana di pandangan orang lain tapi tidak di pandanganku karena aku tau ibu berkorban banyak hal baik tenaga, materi, dan waktu. Hal-hal seperti ini juga yang membuatku semakin rindu pulang. Meski terbilang hanya membutuhkan perjalanan 4-5 jam tapi aku jarang pulang. Hanya sesekali seperti ketika mudik lebaran. Sulitnya pulang bukan karena tidak berkenan namun kami belum menemukan waktu yang pas karena Yanda juga sedang terikat dengan pekerjaan di kantor. Mungkin akan beda cerita jika Yanda bisa bekerja dimana saja.
1 note · View note