#31august2019 | Explore Tumblr posts and blogs

indri-n-ani · 5 years ago

Text

Untukmu, dariku..

Dear N,

Kali pertama aku menulis ini untukmu pada pagi hari. Biasanya saat malam kian gelap baru aku bisa benar-benar menuangkan isi hatiku padamu atau ketika fajar pertama akan merekah. Namun kali ini aku ingin membuat sesuatu yang berbeda. Kan kutuliskan surat ini sebelum aku beraktivitas.

Hallo, apa kabarmu pagi ini?

Masih terbersitkah sedikit rasa menyesal ketika pada akhirnya kamu menolak apa yang selama ini kamu inginkan demi sebuah masa depan? Aku coba memahami alasan mengapa kamu memutuskan untuk berkata “tidak, this is not me” atau keenggananmu untuk ‘menjerumuskan’ orang-orang yang tidak terlalu paham jerat dunia. Jujur aku mengapresiasi tindakanmu itu, meski aku pun tidak tahu jalan seperti apa lagi yang akan menantimu di ujung sana. Apakah masih akan berliku dan menanjak? Ataukah lurus namun bercabang?

Terima kasih untuk tetap waras, hidup di semesta ini, N. Aku tahu itu semua tidak mudah. Melewati fase kehilangan yang sungguh berat yang kadang menyimpan residu untuk kemudian menghasilkan kembali “what if – what if”. Bagaimana jika, tujuh tahun lalu kamu berupaya lebih maksimal demi melihat senyum di wajahnya. Bagaimana jika kamu tidak perlu mengeluh saat dia mencoba bercerita tentang apa yang sedang dia rasakan saat itu. Bagaimana jika kamu berikan dia pelukan sayang terakhirmu dengan erat dan lama. Bagaimana jika....

Pun aku tahu N, segala yang telah terjadi di masa lalu itu ‘menamparmu’ dengan keras. Membuatmu kembali sadar dan merenungi segala laku khilaf dan dosa yang sengaja kau buat. Kenaifanmu memandang hidup pada masa itu. Tapi kini aku pun tahu, kamu berupaya kembali untuk dapat berdamai dengan itu semua. Belajar ikhlas lagi dan lagi untuk hal-hal – yang menurutmu – kelam namun besertanya akan ada hikmah yang mampu kamu ambil jika kamu mau melihatnya dengan bijak.

Kamu percaya bukan kalau Dia tentu tidak akan membiarkanmu melewati ini semua tanpa ada rencana besar-Nya yang ikut di dalamnya?

Rencana-Nya yang akan membuat jiwamu bertumbuh, pikiranmu hidup dan ragamu berdenyut dengan sehat setiap harinya.

N, sadarkah kamu jika fase hidup ini kamu lewati dengan mulus seperti fase hidup yang mereka tampilkan (yang sering kamu impikan), mungkin kamu tidak akan berupaya untuk memahami jiwamu dengan baik. Kamu hanya akan berfokus pada kesehatan ragamu, tapi tidak dengan jiwamu. Kamu hampir melupakan pepatah lama “Men Sana in Corpore Sano”. Jiwa yang sehat akan bermanifestasi pada raga yang turut sehat. Kamu tidak akan mau meluangkan 5 sampai 15 menit waktumu hanya untuk duduk dalam hening dan menyadari benar nafasmu. Berlatih meditasi – meski seringnya berakhir dengan ketiduran dan mulai belajar tentang energi semesta yang luar biasa.

Maka sudah sepantasnya kamu senantiasa mengucap syukur pada-Nya.

Dia tidak pernah membiarkanmu sendirian. Keberadaannya sedekat nadimu. Bahkan saat kamu sudah terlalu jauh berjalan darinya, Dia akan coba ‘menarikmu’ kembali dengan peristiwa yang kamu pikir terlalu kejam, padahal itu semua demi kebaikanmu. Untukmu. Meminta maaflah pada-Nya. Bersujud dan memohon ampun lah atas segala hal yang telah, sedang dan akan kamu lakukan. Kemudian bersyukurlah, N. Berterima kasihlah pada-Nya. Pada Dia yang telah menghadiahi jiwa ini untuk bersamamu sampai batas waktu tertentu.

Maafkan jika aku terkesan menggurui akan banyak hal, aku hanya tidak ingin kamu berkubang dalam siklus hidup yang sama. Kesalahan yang kerap berulang, dan rantai karmic yang tidak berhenti. Kamu harus bisa memutus itu sekarang, meski akan sangat sulit dan tidak menyenangkan. Moment The Tower itu harusnya membangkitkanmu secara spiritual. Spiritual Awakening atau apapun istilah orang menyebutnya.

*****

Peristiwa dan cobaan yang silih berganti itu akan menguatkanmu, membawamu pada misi sejati jiwamu :

“Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat:56)”

Seorang hamba yang berserah pada Rabbnya. Hamba yang senantiasa berusaha beribadah (dengan ikhlas – tanpa berharap pada surga atau neraka) pada-Nya dan menjauhi segala yang Dia larang. Hamba yang mampu menjadi rahmat bagi semesta.

N, ini semua tidak mudah. Aku tahu pasti itu, namun satu yang kuminta konsistenlah untuk menapaki jalan yang telah kamu pilih. Meski aral lintang di hadapan dan mimpi Ibumu kala itu masih kamu ingat, bertahanlah tetap di jalur ini. Jalur yang akan menyatukanmu dengan orang-orang yang memiliki frekuensi yang sama. Mereka yang kamu sayangi dan yang menyayangimu, dan yang selalu mendoakan hal-hal yang terbaik untuk hidupmu. Berjuanglah untuk mereka. Bertahanlah demi mereka.

Atau jika itu terasa amat membebanimu, setidaknya berjuanglah demi dirimu sendiri. Bertahanlah untuk hidupmu sendiri. Karena pada akhirnya, kamu yang dapat memeluk dirimu dengan erat dan lekat (dengan segala luka yang pernah menyertainya di masa lalu, cobaan di masa kini dan kekhawatiran serta ketakutan akan masa depan). Terima dia, maafkan dia, sayangi dia. Dirimu sendiri. Lalu jika sudah saatnya kamu naik kelas, bagikan kasihmu pada support system di sekitarmu.

*****

Sudah saatnya aku pergi, masih banyak hal yang harus kulakukan untuk hari ini. Sekali lagi kuucapkan, terima kasih telah bertahan selama ini, aku tahu kamu lebih kuat dari yang kuduga. Tak perlu gentar dan khawatir menghadapi abu-abunya masa depan, pun seperti hari ini, setahun lalu kamu takut dan khawatir menghadapinya, namun nyatanya hari ini kamu masih dapat berdiri tegak, bernafas normal dengan organ yang masih lengkap. Syukuri itu dulu.

Hiduplah di masa kini. Berjuanglah sepenuh hati. Bermain dan belajarlah untuk memahami semesta dan cara kerjanya. Buka lebar hatimu untuk orang-orang dan pengalaman baru. Biarkan itu memberikanmu insight berbeda dari apa yang selama ini kamu pegang teguh dan yakini, selama tidak melenceng dari pondasi dasar keimananmu. Dia pun mengerti bahwa setiap perbedaan itu akan mendewasakan, bukan sesuatu yang harus dihindari atau malah menjadi sebuah permasalahan. Perbedaan itu mengajarkan keluwesan hati untuk menerima dan menghargai tanpa perlu menghakimi siapa yang paling benar, siapa yang memiliki kunci surga. Dia tidak seego itu, kamu tahu kan?

Let it flow, biarkan hidupmu berjalan di masa kini. Kekhawatiran dan ketakutanmu tentang masa depan ubah jadi penyemangat untukmu agar menjalani proses hidup di masa kini dengan sebaik-baiknya. Agar nanti N, tiada lagi what if-what if lainnya yang menyertaimu di masa depan. Jalani prosesnya dengan bahagia yang berasal dari dirimu sendiri. “Ngomong mah gampang, ngelakuinnya yang susah” iyaa aku mengerti tahu itu sangat sangat sulit, tapi jangan pernah putus harapan untuk melakukannya lagi dan lagi. Dirimu berhak bahagia, bertumbuh lalu mendewasa.

Tiga, lima atau sepuluh tahun lagi, apa yang akan terjadi ?

Aku tidak memiliki kemampuan clairvoyance atau claircognizance sehingga tak mampu menerkanya. Yang aku tahu dan yakini adalah :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka. (QS. Ar-Ra’d:13)”

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya (QS. Al-Baqarah:286)”

Maka kamu pun seharusnya menyakini hal ini, dengan berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuanmu. Berupayalah dengan giat, berdoalah dengan niat terbaikmu, lalu biarkan Dia – Pemilik Semesta – yang melakukan bagian-Nya. Jika ternyata itu tidak sesuai dengan harapanmu, sekali lagi aku mohon percayalah bahwa skenario-Nya lebih indah daripada skenario buatanmu. Tapi jika kamu tetap bersikeras dan mungkin Dia jengah mendengar pintamu itu terus-menerus lalu mengabulkannya, lalu pada suatu titik kamu menyadari bahwa apa yang kamu pinta itu tidak seindah dalam bayanganmu, jangan salahkan Dia.

Dia ‘hanya’ ingin memberimu pelajaran untuk berhati-hati dalam meminta. Dia mungkin akan mengabulkannya dengan cara yang bisa jadi tidak kamu suka.

Maka sekali lagi kuingatkan, dalam pintamu ucapkan ‘jika urusan ini baik bagi perkembangan iman, jiwa, keluarga dan hidupku, maka mudahkanlah. Jika tidak, mohon beri aku keluasan hati untuk menerimanya tanpa perlu menyalahkan siapa-siapa. Aamiin.’

*****

Kurasa itu saja dulu yang dapat kutuliskan untukmu melalui surat ini. Kuharap kamu dapat mengerti bahwa tujuanku adalah demi kebaikanmu juga, ketenangan batinmu. Karena pada akhirnya itu akan berdampak bagiku kemudian, karena kamu adalah aku. Kita satu jiwa.

Dari aku :

Higher self-mu di masa depan.

#selfnote #lettertomyself #birthdayletter #31august2019 #selflovereminder #healing #meditation

3 notes · View notes