#30hbc2302
Explore tagged Tumblr posts
Text
[Dua ribu dua puluh tiga, umur dua puluh tiga]
Makin dewasa tiap pergantian tahun, yang terlintas dipikiran itu bukan lagi kembang api, bakar-bakaran bbqan, atau resolusi tahun baru melainkan umur.
Iyah umur. Eh tapi bukan karena tanggal kelahiran saya 31 Desember atau 1 Januari. Bukan. Saya sebagai 00Line atau anak kelahiran tahun 2000, setiap ganti tahun yang kepikiran itu pasti dua angka dibelakang tahun baru itu sendiri. Seperti "Oh iyah berarti umurku tahun ini sudah 23"
Macam-macam malam pergantian tahun pernah kulewati dengan bakar-bakar jagung, nyalain kembang api, bakar petasan tiup terompet (sewaktu kecil), makan makanan enak disekitar rumah tetangga, effort keluar rumah sama teman-teman liat kembang api di tengah lautan manusia, atau hanya sekedar di rumah saja, nonton Drakor seperti pergantian tahun ini
Tapi semenjak menginjak usia remaja hingga sekarang ini yang selalu terlintas di kepala setiap lihat atau dengar bunyi kembang api saat malam pergantian tahun itu cuma "oh Iyah berarti umurku tahun ini sudah 23"
Dan kembang api menjadi saksi. Tahun berganti tahun. Umur bertambah. Kita beranjak dewasa. Mati lebih cepat.
0 notes
Text
Internship RSUD Sayang Cianjur
Setelah lulus UKMP2DG, lulusan angkatanku harus internship 6 bulan yaitu 3 bulan di puskesmas dan 3 bulan di RSUD. Aku kebagian di RSUD Sayang Cianjur dan Puskesmas Cijedil. Stase pertama dimulai bulan Mei lalu dimana aku kebagian putaran RS terlebih dahulu.
Selama 3 bulan awal kami mengisi poli gigi umum dan asistensi di poli spesialis konservasi dan bedah mulut. Selama di sana aku dibimbing oleh drg Bambang sp.BM, drg Ratih sp.KG, drg Atikah, drg. Intan dan 2 minggu terakhir ada drg Raissa sp.KG. Beruntung sekali rasanya bisa bertemu beliau2 ini.
Dulu aku punya harapan dapat internship dapat wahana di pelosok Indonesia, mengabdi dan berharap bisa belajar sesuatu yang benar2 baru sekaligus mbolang hehe. Ternyata aku dapat wahana Cianjur. Bukan pelosok seperti di harapanku, tapi justru karena bertemu beliau2 itu lah aku jadi bersyukur karena bisa belajar banyak hal. Bukan hal baru seperti di benakku tapi hal yang malah penting sekali. Di sini aku punya kesempatan melatih skill dengan diawasi secara langsung dan dapat feedback langsung.
Beruntung lagi kami punya kesempatan turun sebagai operator di poli umum dan bedah mulut. Manajemen psikologis pasien, manajemen anak, tips cabut, tips nambal, tips scaling, membangun kepercayaan diri depan pasien, hal2 praktis di lapangan, manajemen kasus-kasus yang kurang lazim dan banyak lagi. Tidak semua wahana RS memperbolehkan drg iship bekerja langsung.
Di poli umum aku sering berinteraksi dengan drg Atikah dan drg Intan. Tindakan demi tindakan aku lakukan. Feedback demi feedback aku renungkan. Kadang bikin kepikiran karena saat ada tindakan yang perlu dievaluasi kami dipanggil untuk diskusi, agak panik, tapi memang itu yang kami butuhkan. Beruntung kami punya pembimbing yang mau mengoreksi dengan detil seperti beliau2. Masih ingat pertama kali aku dapat kasus adalah cabut, dan aku betul2 gemetaran, padahal aku pun tahu ini bukan pertama kalinya. Kala itu aku langsung diajak ngobrol tentang gimana dulu beliau juga menghadpai hal itu supaya aku tetap percaya kalau nanti akan terbiasa. Beliau tahu kami sudah terbiasa soal teori dan prosedur di lapangan, tapi realita lapangan memerlukan penyesuaian sehingga kami bisa bekerja lebih efisien dan efektif.
Di poli konservasi kami sering ngobrol dengan drg. Ratih. Melihat drg Ratih kerja selalu menginspirasi untuk bekerja dengan sabar. Kasus konservasi di RSUD yang mirip2 agaknya membosankan tapi beliau tetap sabar dan tenang mengerjakannya.
Di poli bedah mulut aku merasa seperti anak drg. Bambang. Umur drg. Bambang yang mirip2 papa dengan logat jawanya membuatku berasa di rumah. Belum lagi pembawaan dokter Bambang ke kami yang santai tapi tegas betul2 mirip papa. Dokter Bambang memperbolehkan kami tindakan di beberapa kasus. Kasus BM di RSUD yang kompleks membuat kami tahu banyak tips di lapangan. Beliau selalu memberikan kepercayaan diri kami tumbuh, setiap kami tindakan beliau memperhatikan dari jauh, pura2 gak liat padahal sering noleh haha. Beliau akan datang membantu saat kami memang tidak sanggup dan sudah berusaha. Ketika ada hal yang perlu dievaluasi pun beliau dengan sabar menjelaskan hal2 teknis yang efisien. Dokter Bambang selalu beli makan siang untuk kami semua di poli, makan bareng2, semakin berasa di rumah.
Terima kasih RSUD Sayang Cianjur. Terlalu mengensankan untuk dilupakan. Sampai aku tua nanti akan aku ingat, berkat dokter2 di sinilah aku bisa mengoherenkan apa yang sudah aku prkatikan di koas dan di lapangan. Terima kasih semua pelajaran yang sudah diberikan. :)
Sekarang aku sedang ada di stase puskesmas, doakan ya ges!
0 notes
Text
35/365*2023 - Cerpen : "Suara Hati Nizar"
Ketika aku jatuh cinta padanya. Telah ku siapkan ruang bernama luka. Agar kelak aku siap menerima segala rupa yang digariskan untuk kita. Kita? Emang siapa dia? Padahal bisa jadi hanya aku yang menyukainya. Perihal perasaannya mungkin akulah yang lebih mengharapkannya.
Setiap kali aku jatuh cinta padanya. Tak banyak kata yang bisa ku ucapkan untuknya. Suaraku serasa mati gaya saat dihadapkan dengannya. Ingin image-ku selalu baik saat bersamanya. Meski sering kali terlihat sebaliknya. Seolah aku orang yang menyebalkan saat mengajaknya berbicara. Tapi ketahuilah, itu karena aku tak pandai mengutarakan apa yang ku rasa.
Sungguh aku tak ingin menghindarimu. Hanya saja aku akan selalu salah tingkah saat di dekatmu. Lihatlah ketika kau menyapaku terlebih dahulu, senyum lebar di bibirku yang ku tahan pasti tak akan bisa berbohong. Aku yakin kau pun mengetahuinya, matamu berkata seperti itu.
Kini, hanya untaian doa yang berani ku alunkan pelan merayu Sang Pencipta. Berharap suatu saat nanti kau melihatku yang selalu berdiri disini untukmu, Fara.
Pinta Nizar saat malam pergantian tahun baru.
#30haribercerita#30hbc23#30hbc2302#35/365#cerpen#dongengzell#suara hati#nizar#doa#harapan#tahun baru#farafa
1 note
·
View note
Text
JALAN DI TEMPAT
"Dusta kehidupan yang terbesar dari semuanya adalah tidak hidup disini pada saat ini. Bukan hidup yang kemarin atau besok yang memutuskan. Tapi kehidupan disini pada saat ini."
Seringkali melihat ke belakang yang bahkan menjadi terlampau sering. Seringkali juga seperti dikejar karena mengkhawatirkan hal yang jauh didepan. Bahkan terlalu sering melihat kiri kanan sampai yang didepan tidak terlihat. Selalu dengan alibi sudah tidak ada celah untuk diri sendiri.
Setelah dipikir² sepertinya bukan tidak ada kesempatan/peluang tapi diri sendiri yang kurang melihat lebih luas. Naik sedikit lebih tinggi supaya jarak pandangnya lebih luas atau mungkin perlu berpindah tempat supaya melihat dari sudut pandang yang lain.
0 notes
Text
Cara Melihat Duniaku
2 Januari kemarin jadwalku membaca buku dari Kak Runa Aviena yang berjudul Dua Gelas Teh. Aku tertegun ketika ia menuliskan kalimat
“Bagaimana kita melihat dunia, sepertinya dipengaruhi juga oleh siapa orang di sekitar kita. Bagaimana kita melihat dunia, juga sepertinya dipengaruhi oleh apa yang kita dengar dalam keseharian kita.”
Banyak hal yang kusyukuri kehadirannya dalam hidupku yang akhirnya membentuk aku yang sekarang. Rasanya… pupus sudah harapanku jika tidak dilimpahkan nikmat dari A hingga A lagi dari Allah. Aku hidup bertahun-tahun di asrama, tinggal dengan manusia berbagai karakter dan pemikiran yang akhirnya mengintervensi kebebasan. Ya, kebebasan yang aku punya bertemu dengan tanggung jawab. Karena itu, kebebasan pun juga butuh mengalami penyesuaian. Namun… seberapa jugglingnya dengan kehidupan yang beraneka ragam itu, pada akhirnya sekecil apapun hal baik yang dilakukan akan terus menjadi sebuah kebaikan.
Hidup dengan banyak orang juga memaksa ku untuk memberikan mereka celah dalam memahami riuh kepala dan duniaku. Jalan tengah di antara manusia-manusia ini tidak selalu meleburkan dua hal yang berbeda menjadi suatu jalan yang baru. Jalan tengah juga bisa berarti membiarkan sesuatu yang telah ada sebelumnya, meski berbeda dengan kebiasaan yang kupunya. Walaupun berbeda dengan apa yang kupercaya, rasanya sudah cukup tugasku sampai paham dan menerima saja.
Ga cuma perihal itu, ada banyak hal yang memerlukan toleransi antara duniaku dengan dunia mereka. Dan itu ga berarati orang lain harus meninggalkan apa yang mereka percaya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bisa kuterima. Toleransi tuh ga selalu dilakukan dengan melepaskan apa yang kita percaya atau memaksa orang lain melepaskan apa yang mereka percaya. Memahami dan membiarkan saja kadang sudah cukup.
Tentang duniaku… kadang dibalik canda tawa senyum gingsul ini terselip diam. Diam yang mungkin sebagai simbol bahwa aku sedang berasa di fase tidak nyaman. Saat perasaan tidak nyaman datang, hal pertama yang kulakukan adalah mengakui. AKUI sajalah, kadang cukup dengan mengakui itu sudah mengangkat 50% dari permasalahan kita. Meski kayaknya mudah ya, tapi tidak semudah itu juga. Apalagi kalo udah soal hati #cailah prikitiw. OKESKIP.
Atau bahkan perihal insyekuritiy. Mungkin memang begitulah fitrah manusia, perlu membandingkan agar merasa dirinya lebih baik. Terdengar egois, but it’s the real fact. Karena manusia ga menemukan cara lain untuk memastikan bahwa dirinya udah semakin menjadi lebih baik, selain dengan membandingkan. Parahnya, perbedaan dari hari-ke hari biasanya tidak terlalu signifikan, waktu yang terlalu lama akhrinya jadi bias. At the end, sakit jiwa sendiri. Yakan.. gitukan…? Apalagi dengan maraknya sudah stigma “belum viral belum keren” di dunia sosial media. Akhirnya karakter dan goal akhir yang terbentuk sedangkal itu aja.
Jadi tentang duniaku… kadang aku terdiam. Tapi kamu tidak akan pernah tau apa yang aku pikirkan saat aku terdiam. Kita, kita tuh ga pernah sepaham itu walau sama sahabat terdekat kita. Kita ga pernah tau seberapa dalam duka dan khawatirnya seseorang, walau sejelas apa sudah diutarakan perasaan itu. Maka, yang kamu perlu tentang duniaku adalah tidak semua duka dan kekhawatiranku tumpah jadi air mata. Ada yang hanya tertahan sampai di ujung pelupuk mata, tak kuiizinkan untuk jatuh pada dasar semesta. Mungkin aku banyak bercerita, tapi tak pernah menjadi tugasmu untuk menyimpulkan hati dan perasaan yang aku rasa.
Tentang duniaku, kadang diamku ini bisa menghasilkan karya. Gambar inilah caraku bercerita, jika tak ada teman yang tersedia.
1 note
·
View note
Text
Mengapa seperti tiada habisnya?
Tenang, kita sedang dikokohkan Allah. Ujian yang selepas satu, berdatangan lagi setelahnya. Seakan tak ada ujung. Tapi, pasti di dalamnya ada hikmah. Perlahan kita belajar. Bertahap kita sedang dikokohkan.
Kenapa tidak sekalian kita dibuat paham? Bukankah itu mudah bagi Allah Ta'ala? Karena agar kokoh kita harus belajar semua hikmah itu dengan perlahan. Ada usaha yang nantinya membuat kita menghargai seberapa jauh kita telah bertahan.
Jika untuk meneguhkan dan mengokohkan Rasulullah saja Al-Qur'an diturunkan padanya secara bertahap, apalagi kita, yang manusia biasa. Maka sabar. Panjangkan sabar.
.
Am. 02012023.
1 note
·
View note
Text
Hari kedua
Tiga jadwal ujian skripsi dalam satu hari. Sungguh ingin badanku meronta karena lelah. Kepalaku bagai menyunggi beras 5kg, perutku menabuh genderang karena lapar. Di ruangan yang tak ber-ac, mendengarkan presentasi mahasiswa, membaca lembaran laporan bersampul kuning beratus lembar. Mungkin karena duduk hampir lima jam. Atau efek kurang tidur semalam gara-gara terlalu lama bermain gawai hingga pukul 1.30. Yang mana tak seharusnya aku mengeluh karena itu jelas kesalahanku sendiri.
Di sela-sela pergantian jadwal dan badan yang menjerit untuk diikuti, seorang kawan baik mukanya masam, napasnya penuh keluh dan kesah. Ah, aku hapal betul raut macam ini. Pasti lantaran mahasiswa bimbingannya tampil tak sesuai harapan. Aku tahu. Aku telah melewatinya. Dan mungkin akan sering merasakannya beberapa bulan ke depan.
Rasa kecewa. Membimbing sebaik apapun, berharap banyak pada mereka pun, kadang masih tak cukup untuk mencapai hasil terbaik. Dan orang lain yang tak tahu prosesnya pun akan tetap berkomentar ini itu tentang kita. Sangat disayangkan.
"Manusia itu mudah sekali menilai kesalahan orang lain. Mungkin salah satu hal tercepat yang dapat manusia lakukan," celetuk atasanku. Membesarkan hati kawan baikku itu. Tapi nampaknya kalut dalam hatinya belum sirna juga. "Perasaan itu besok hilang kok," imbuhku padanya.
Sore ini, senja tak nampak. Hanya langit kelam dengan awan bergulung warna kelabu. Dan aku, hanya ingin cepat pulang saja.
0 notes
Photo
Ketika masih sekolah tingkat dasar, guruku memberikan tugas menggambar sebuah pemandangan. Seperti pada umumnya, anak SD sepertiku tentunya akan menggambar gunung lengkap dengan segala pernak perniknya. Sawah yang hijau, langit biru, rumah di kaki gunung beserta dengan bunga yang tentunya akan menambah keindahan rumah tersebut. Semuanya tampak menyegarkan. Tentu semua itu bukan pemandangan kota ini. Kota ini dipenuhi gedung-gedung tinggi. Di mana-mana berantakan dan ramai. Para penghuninya pun saling bertabrakan tak karuan. Kota yang seakan tak pernah sepi. #30haribercerita #30hbc23 #30hbc2302 https://www.instagram.com/p/Cm62J-YvRFw/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
Mengunjungi Rumah Tuhan (yang lain) Saya tahu Dia tak ada di sini, tak ada di ujung salib yang menggantung pada salah dinding di ruangan ini. Tetapi saya bisa mendengar suara kebenaran dariNya yang berbisik di dalam dada saya ketika saya menundukkan kepala dan melihat ke dalam diri saya sendiri. Suara itu berbisik bahwa setiap agama menyimpan kebenarannya sendiri yang tak mesti kita sepakati atau perdebatkan ketika berbeda paham. Bawa sejatinya kebenaran itu hidup pada setiap agama dan Tuhan bekerja di dalamnya. Suara itu berbisik bahwa tak satupun agama di muka bumi ini yang mengajarkan untuk memusuhi agama lain apa lagi sampai merendahkan derajat mereka. Suara itu terus berbisik hingga seluruh prasangka meluruh dalam keheningan doa-doa yang dilepas ke langit. #fragment #30haribercerita23 #30hbc2302 #religion #harmony #unity #unityindiversity https://www.instagram.com/p/Cm61w10vtDF/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
Di penghujung tahun 2022, aku mengunjungi Museum Macan dan sedang ada Art Exhibition dari Chiharu Shiota. Karyanya bagus2 dan interpretasinya dalam. Salah satu karya yang menarik perhatian adalah “Where are we going?” dengan instalasi koper yang Menggambarkan setiap manusia akan mencari tujuannya masing-masing, dan setiap koper itu punya jiwa. Flashback Des 2014, pertama kali harus bekerja di luar pulau jawa, aku meminta uang saku ke babe untuk membeli koper (warna pink merk polo), dan perlengkapan merantau. Beberapa tahun berikutnya, adekku juga membeli koper untuk merantau ke NTT. Waktu itu, semua berjalan biasa saja. Sekarang, aku menyadari bagaimana luar biasanya hati kedua orang tua, mempersiapkan semua hal yg diperlukan anak2nya dari bayi hingga dewasa, pada akhirnya ditinggal merantau🥹 Tidak banyak waktu yang dihabiskan dalam setahun bersama kedua orang tua, saat bertemu rambut sudah banyak yg memutih, kerutan semakin banyak, makin bertambah usia, dan anak-anaknya masih merantau🥹 Sekali lagi, betapa hebatnya hati kedua orang tua, biarpun apapun yang terjadi, hanya satu yang diharapkan, dimanapun anak-anaknya berada semoga dalam keadaan sehat dan bahagia. Apa hari ini sudah mendoakan kedua orang tua? . . . #30hbc2302 #30haribercerita (at Jakarta, Indonesia) https://www.instagram.com/p/Cm6nopNLVZ4080vYF11tv2XT4DgsajVjlotOyA0/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
#30haribercerita #30hbc2302 Ingat angka dua, ingat kemarin jatuh sampe dua kali. Sama-sama bertumpu kaki kiri. Aku kira malamnya udah kerasa sakit. Kok telat, baru kerasa sekarang. Ingat angka dua, ingat hari ini hari ke dua. Masih semangat. Caption singkat padat dan gak jelas. Jangan lupa di unmute ya https://www.instagram.com/p/Cm6jAUtpFnoIKF2YoHlfImFJaZzXm9NMoKvMxo0/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
Aku Sudah Datang, Kamu Tidak Sadar Aku menunggu di beranda rumah. Rumahmu yang terkunci rapat dipenuhi kaca tebal nan gelap. Aku mengetuk-ngetuk dan berteriak sampai suaraku serak. Kau masih saja asyik dengan permainanmu di dalam. Aku belum begitu mengenalmu, namun entah rasanya ada magnet yang membuatku ingin saling bertukar tuju. Kau tidak mengenalku, namun entah rasanya aku percaya saja ini akan indah jika bertemu. Perkenalkan, aku adalah seorang yang berharap bertukar riuh masing-masing bersamamu. Aku adalah seorang yang berharap bertukar keluh masing-masing bersamamu. Entah, aku merasa seseorang yang namanya tak pernah kau sebut dalam doamu itu aku. Entah apa yang kau doakan, aku merasa sedang berusaha menjadi baik untukmu. Entah, aku merasa seseorang dengan banyak kriteria yang juga tak pernah kusebut namanya itu kamu. Barangkali magnet itu adalah doa-doa yang kita larungkan di ujung lima waktu. Malang, 31 desember 2022 #30haribercerita #30hbc2302 https://www.instagram.com/p/Cm6hmuTvvT7/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
02/30 Bayang(-bayang) Sebagian besar manusia memiliki hal atau figur yang mempengaruhi perjalanan menuju kedewasaannya. Hal atau figur tersebut secara tidak sadar membayangi bagaimana ia tumbuh dan berpikir. Jika pengaruh tersebut baik, mungkin bukan masalah. Bagaimana jika itu sesuatu yang kurang baik bahkan menakutkan hingga menimbulkan suatu trauma? Belakaangan banyak berseliweran di berbagai sosial media tentang trust issue, trauma masa kecil, dan sebagainya. Saya tidak begitu paham dan punya kompetensi untuk membahas pada cerita ini, namun ada obrolan menarik dengan beberapa teman tentang trauma mereka. Seorang teman bercerita tentang asal mula takut akan kodok. Berawal dari seekor kodok menempel di bagian belakang tubuhnya saat mandi, dengan rasa penasaran dia pegang, dan didapati bahwa itu adalah seekor kodok. Sejak saat itu dia trauma dengan kodok. Teman lain bercerita bahwa dia takut akan hewan yang memiliki tekstur perut seperti jangkrik, kecoa. Beda lagi teman yang bercerita tentang trauma akan ular. Saat kecil dia mendapati seekor ular bersembunyi dibawah lemari di salah satu ruangan di rumah neneknya, hingga menyisakan trauma bunyi desisan seperti ular. Begitupun teman-teman yang punya ketakutan dan trauma akan ketinggian, minyak kayu putih, laut, bawang, dan sebagainya. Semua trauma itu adalah refleksi ketakutan dari alam bawah sadar mereka. Seperti bayang-bayang, Seakan hal-hal menakutkan tersebut selalu menempel dan memberi signal ketika mereka melihat bahkan melalui indera perasa lain. Pada suatu kesempatan, saya dan beberapa teman sempat berbicara, bertanya dan membahas hal tersebut dengan seorang hypnotherapy, bagaimana treatment dari menyembuhkan trauma yang bahkan menurut orang lain itu hanyalah suatu hal yang tidak membahayakan. Melepas suatu bayang-bayang bukan hal yang mudah dan butuh banyak perjuangan. Namun bagi sebagian lain, berdamai dengan trauma selayaknya menerima bayangan yang menjadi bagian dari hal unik diri mereka sendiri. Kalau kamu dibayang-bayangi atau punya trauma akan apa? Kita sharing yuk @30haribercerita #30hbc2302 #30haribercerita #bayangbayang #trauma #sharingiscaring #sharingyuk #ceritaeny (at Ulujami) https://www.instagram.com/p/Cm6hkd8rF1e/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
Aku menjelang seperempat abad di bumi (itu jika Tuhan izinkan) masih saja sendiri. (Hahaha) Sekitar lingkaran terdekatku sudah ada yang memadu kisah kasih dalam khidmat akad, satu dua tiga dan akan bertambah seiring waktunya. Dan aku masih sendiri.
Oh, tidak. Bukan. Bukan aku terburu-buru ingin seperti mereka. Bukan. Bukan begitu. Tapi, bukan berarti tidak ada keinginan untuk memadu kisah kasih dalam akad sehidup semati. Ya, ada, hasrat itu. Tapi, masih gelombang kecil. Kecil sekali.
Cuma aku berpikir dan bertanya pada diriku sendiri. Jika suatu hari datang kesempatan baik itu, apakah aku siap? Nah, itu yang mengusik. Aku kok merasa belum siap. Justru takut ya. Sungguh. Ada ketakutan meliputi "apakah aku cukup baik dan tepat untuk orang itu?"; "bagaimana aku bisa yakin dia orangnya?"; "apakah aku siap menerima kekurangan dan kelebihan orang itu?"
Hufft. Aku jadi ragu dengan diriku. Aku masih belum bisa memberi jawaban yang tepat untuk diriku sendiri.
Aku kadang bertanya, kok mereka bisa bersama begitu ya? Bagaimana ya awalannya?
Terdengar lugu? Ya, begitulah. Meski sebenarnya aku punya gambarannya melalui cerita mereka (temanku) atau dari novel yang kubaca. Tetapi gambaran perasaan yang sebenarnya belum pernah kujumpai.
Ya, bagaimana ya, seumur-umur sampai sekarang hanya pernah menjadi pengagum rahasia saja, sih. XD
Sampai terkadang terbesit pikiran nakal, hehe, ya kalau memang harus sendiri tidak apa.
Ya, lalu apa kata dunia?
Ya, kan aku yang menjalani hidupku. Aku akan baik-baik saja.
Yakin?
Tidak yakin, sih. Eh, belum yakin. :(
Aduh. Entahlah.
Perkara sendiri atau berpasangan, aku serahkan pada pemilik rahasia semesta. Yang perlu aku tekankan untuk diriku adalah berusaha menjadi manusia yang bermanfaat, menjadi hamba yang taat, menjadi pribadi yang lebih baik dan berkembang dari waktu ke waktu.
@30haribercerita
4 notes
·
View notes
Photo
2022 yang super duper manis, asam, asin, kelat. ya allah, rame banget rasanya tuuu. anw, kamu hebat banget ya, ndah, atas keputusan besar yang sudah diambil lengkap beserta risiko-risikonya (narsis). sudah merelakan banyak hal untuk hal yang lainnya (lol). ayo, kita sambut 2023 dengan lebih positif dan penuh hikmah lagi, ya. pasang kuda-kuda dan sesia payung untuk segala kemungkinan yang akan terjadi. 👀🙃🤣 dengerin kata hati kamu dengan seksama, karena suaranya keciiillll bangett. ♻️🤭 #30haribercerita #30hbc2302 #30hbc #2023yanghappykiyowo (di Universitas Jambi) https://www.instagram.com/p/Cm6a7wSy2th/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Photo
. Kalau Saja Kalau saja kamu masih di sana, mungkin sesekali kita bisa makan siang bersama, menceritakan apa yang kita lalui di setengah hari, aku akan mengamati caramu makan, menu apa yang kamu pilih, seberapa besar porsi makanmu, kelak akan aku ingat hal-hal itu. Kalau saja kamu masih di sana, mungkin kita bisa menyambut akhir pekan dengan berlama-lama di kedai kopi selepas kerja, menyesap segelas kopi susu dingin sambil merencanakan kemana akhir pekan akan dihabiskan. Kalau saja kamu masih di sana, mungkin aku akan gusar mencari alasan di akhir pekan supaya aku bisa bertemu dengamu, entah mencari sudut-sudut kota untuk kamu abadikan dengan lensamu atau memintamu menemaniku membeli buku yang sebenarnya belum kubutuhkan. Itu kalau kamu masih di sana dan kalau kita seperti sekarang... nyatanya, kamu tidak lagi disana meski kita seperti sekarang. Entah takdir apa yang Dia ciptakan untuk nasib kita. Dia dekatkan tapi kita jauh. Lalu kini Dia jauhkan tapi dia dekatkan pula. Tidak bisakah Dia dekatkan kita sebenar-benarnya dekat? Tanpa tanya dan jawab yang menghalangi, tanpa jarak dan waktu yang membatasi. #30haribercerita #30hbc2302 #30hbc23 @30haribercerita (at Jakarta, Indonesia) https://www.instagram.com/p/Cm6PSSprBHN/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes