#30dwcjilid8
Explore tagged Tumblr posts
Photo
>>Gerimis Tinta, Berkabut<< . . Berbicara dunia kepenulisan, saya adalah orang yang belum bisa produktif menghasilkan karya tulis. Sebab, saya bukanlah pembaca yang rakus. Lebih seringnya membaca buku di waktu luang bukan meluangkan waktu untuk membaca. Alhasil, saya sering "malas" menulis 😔 . . Saya tahu ini adalah salah satu penyakit penulis abal-abal seperti saya ini, yang tak seharusnya didiamkan berlarut-larut. Sudah semestinya diobati agar tidak menenggelamkan potensi diri. Bagaimana cara mengobatinya? Setiap orang punya cara yang berbeda dan maaf saya belum bisa berbagi karena saya masih dalam proses mengevaluasi diri dan membuat resolusi. Mohon do'anya saja agar saya berhijrah secara baik dan benar lewat aksi bukan sekadar literasi (aamiin) 😊 . . Nah, apa kaitannya dengan cover buku diatas? 🤔 . . Begini... Cover buku diatas adalah antologi bersama yang di dalamnya ada karya saya. Saya pun tengah menunggu kehadirannya di rumah setelah order bulan November 2017 lalu 🤗 . . Pendek cerita, buku antologi "Suara Alam" tersebut adalah hasil karya teman-teman se-tanah air yang ingin dan mau menjadi penulis dengan diwadahi oleh Tim Inspirator Academy dalam program #30DaysWritingChallengeJilid7. . . Alhamdulillah, setelah lulus challenge naskah saya termuat juga. Kalau kita tidak lulus challenge, konsekuensinya yaitu salah satu karya terbaik kita tidak akan dimuat dan diterbitkan. . . Bermula dari #30DWCJilid7, saya terpaksa menulis selama 30 hari non stop. Parahnya, setelah program selesai saya belum bisa meneruskan kebiasaan menulis setiap hari. Padahal teman-teman seperjuangan saya di #Empire30DWCJilid7 ada yang lanjut, ikut program #30DWCJilid8/9/10, KETIK, KECE, hingga MMO yang produk akhirnya adalah buku pribadi bukan lagi antologi. Barakallah.. 👏👏 . . Saat bercermin, saya mah apalah dibandingkan mereka. Belum lagi, teman se-squad ngajak bikin antologi #squad1. Eh, saya-nya yang tidak setoran. Akhirnya saya tidak ikut berkontribusi. Maafkan ya bunda @lenypuspadewii @ilmapratidina. Saya sudah mengecewakan kalian. . . Melalui kondisi saya sekarang di dunia kepenulisan, jadi teringat semangat yang pernah membara namun belum terjaga.
1 note
·
View note
Text
Sepenggal Kalimat
Terangkai kisah. . .
Dan itu tentang kamu, dia, (bukan) aku
Bahkan terjadi tidak dan tanpa aku, hanya kalian
Dan tak sengaja ku ketahui dari sepenggal kalimatmu
Hanya sepenggal tetapi menguak fakta, mengusik hati
Sepenggal kalimat yang singkat tetapi meruntuhkan asa yang telah kubangun
Sepenggal yang tak berarti tetapi berhasil menghentikanku berpikir
Sepenggal yang sejenak seolah kepala di penggal oleh sebilah golok
Tak kulanjutkan dengan bertanya dan kutunjukan ketidakpedulian
Aku diam sejenak sesaat setelah sepenggal kalimat itu terucap
Seketika pula udara di rongga dadaku seakan berhenti
Membuatku di selimuti sesak dan aku kebingungan setelahnya
Andai bisa terucap “Mengapa kisah terangkai hanya antara kamu dan dia?”
Seperti biasa aku hanya bisa bersembunyi dari kata “Aku Baik”
Sehingga tak ada yang perlu di khawatirkan
Andai pula sepenggal kalimat itu ada sebelum kurangkai asa tentang kamu
Aku pasti akan seketika untuk berhenti..
Aku tak akan terlibat di suasana yang tak menyenangkan
Usai cukup di sini agar tak sesulit itu bernafas
Agar kehidupan tak terlihat begitu lucu
Sepenggal kalimat itu ...
6 notes
·
View notes
Text
Salam Terakhir
Dalam setiap pertemuan, selalu ada perpisahan. Sama seperti adanya permulaan, pastilah akan sampai pula pada ujung akhirnya. Terdengar klise memang. Tapi rasanya memang kalimat tersebutlah yang paling mewakili kondisi saat ini, di mana tepat 29 hari yang lalu aku memulai sebuah lembar perjuangan bersama sosok-sosok asing yang telah menjelma menjadi teman yang saling mensupport. Hari di mana aku mengazzamkan diriku, menyugesti pikiran, bahwa 30 hari non stop menulis itu mudah. Apalagi jika minimalnya hanya 200 kata, pasti bisa. Sudah jilid yang ke delapan pula, sebelumnya banyak yang sudah sukses. Kalau mereka saja bisa, kenapa aku tidak? Dan ternyata... Aku salah. Salah besar. Menulis 30 hari non stop itu tidak mudah!! Bayangkan apa yang bisa terjadi pada dirimu dalam kurun waktu sebulan! Tiba-tiba ada berita duka, perhatianmu teralih. Dua minggu UTS, fokusmupun berpindah. Datang tamu bulanan, nyeri tak karuan menyiksa. Belum lagi ide yang stuck dan block writer yang melanda hampir setiap penulis. Jadi kata siapa menulis sebulan penuh itu mudah? Tahukah kamu berapa kali aku berpikir untuk mundur? Mengertikah kamu betapa hidupku sudah cukup sulit tanpa ditambah tugas macam begini? Sadarkah kamu berapa malam dan siang yang kulalui dengan penuh was-was, mencari ide yang tak kunjung menyemai? Pernahkah kamu berlomba dengan tengah malam bagai Cinderella menghitung detik? Berat kawan, sangat berat! Konsistensi itu bukan sesuatu yang instan. Membentuk habits pun tak menjelma dalam semalam saja. Butuh tetes air mata dan otak yang mengebul untuk merangkai ide menjadi tatanan kata. Dan kabar baiknya, di balik semua kegamangan, keinginan untuk mundur dari medan laga, mengakui kekalahan dan mengambil langkah ke belakang terhentikan oleh semangat yang terhimpun bersama fighters yang lain. Saling memberi feedback, seruan semangat untuk terus berkarya memberikan yang terbaik selalu digaungkan hari demi hari. Semangatpun kembali berkobar. Ah.. bukankah berjama'ah memang solusi terbaik untuk memulai kebaikan? Mungkin hasilnya memang tak sempurna. Masih banyak cacat yang harus terus diperbaiki. Tapi paling tidak, aku sudah cukup berusaha di tengah serangan kantuk yang mendera, lelah yang menjerat, dan pikiran yang tak berfokus. Paling tidak niatku sudah terpenuhi untuk mengasah lagi kemampuan menulisku yang melemah. Paling tidak aku sudah naik kelas meski hanya satu tingkat dengan pencapaianku terbaruku. Maka ijinkan tulisan ini menjadi salam terakhir dariku untuk 30dwcjilid8. Salam yang penuh rindu berharap suatu saat bisa bergabung kembali di jilid-jilid selanjutnya. Salam yang penuh takzim pada setiap mentor yang telah meluangkan waktu berharga mereka untuk membersamai perjuangan kami. Salam yang penuh kekaguman untuk teman-teman sesama fighters yang telah berhasil menyelesaikan tantangan ini bersama. Dan terakhir, salam penuh cinta untuk para bunda, ayahanda dosen, dan mahasiswi-mahasiswi jomblo sholihah yang tergabung bersamaku dalam squad 1. Sungguh merekalah yang terus memupuk tunasku agar tak berhenti untuk bertumbuh. Tak berhenti untuk belajar dari manapun. Tak bosan mengingatkan di kala malas dan pasrah menyerang. Ahh.. sungguh tiada kata dapat mewakili betapa kubersyukur menjadi bagian dari mereka. بارك الله لي و لكم جميعا
4 notes
·
View notes
Photo
Day 24 -Menulis tanpa membaca- Kiranya menuliskan hari-hari kadang tampak sukar dilakukan. . Menulis mencoba menggabungkan makna setiap kejadian yang ada lalu mengingat serta bermuhasabah atasnya. . Tapi bagaimana menulis tanpa membaca? . Menulis tanpa membaca mungkin kiranya sayuran tanpa garam. . Sekumpulan tulisan yang kurang mendapatkan ilham. . Setidaknya arah tulisan mempunyai sedikit gambaran yang tajam. . Ibarat lukisan seni misalnya, menulis tanpa membaca itu bagaikan gambar tanpa warna-warni. . Agak kurang greget rasanya, tidak ada kumpulan referensi yang bisa membawa menulis disirami bumbu-bumbu diksi yang enak didengar. . Terkadang, ketika menulis itu awalnya tahu apa yang ingin dibagikan, tapi setelah memulai nulis agak sedikit kebingungan bagaimana cara menyampaikan. . Agaknya diri kurang membaca karya tulisan, sehingga tidak mendapat ide fikiran. . Atau sudah sombong dengan diri yang padahal minim ilmu tak seperti halnya ilmuwan. . Menulis tanpa membaca tak ubahnya seperti pena tanpa tinta. . Mencoba menuliskan hal semu tanpa arah serta asal mula. . Setiap kejadian yang ada tentu punya hikmah dan tentu unik, kadang terlalu memilih kisah alhasil jadi alasan untuk tidak menulis. . Untuk itu membacalah, lihat bagaimana penulis memainkan pena atas setiap kejadian. . Kita bukan tidak punya kejadian unik, hanya saja kejadian yang ada terlalu kita anggap hal biasa saja. . Hadapi setiap kejadian dengan senang hati, resapi sejenak. Lihat bagaimana Allah menitipkan pesan disetiap kejadian itu. #30dwc #30dwcjilid8 #day24
2 notes
·
View notes
Text
Beragam Cerita Mengenal Dia
Setiap dari kita punya cerita yang istimewa. Mungkin secara kasat mata, banyak cerita yang kita lalui bersama. Tetapi ternyata, kesan yang membekas dalam jiwa punya makna yang berbeda antara satu dengan lainnya. Itulah yang menjadikan kita tumbuh menjadi beragam kepribadian. Karena ketajaman karakter kita, lebih terasah oleh cerita yang mengalir dalam dada, bersama makna yang terukir dalam jiwa.
Kali ini, saya ingin sedikit menguntai rasa tentang warna-warna cerita perkenalan denganNya. Makna perkenalan di sini adalah perjumpaan yang menjadikan kita ingin tahu lebih banyak tentang Dia. Perjumpaan yang menjadi akar kebersamaan, serta terjalinnya interaksi yang lebih hakiki dan abadi.
Setiap dari kita punya cerita yang berbeda ketika mengenal Dia. Ada yang semakin ingin dekat denganNya, semenjak kehilangan orang-orang yang paling dikasihinya. Ada yang berjanji hanya akan berharap padaNya, karena pernah merasakan pahitnya kecewa. Ada pula yang semakin ingin selalu bersamaNya, ketika pernah tak sengaja “terjebak” di lingkungan orang-orang yang mencintaiNya.
Mereka yang telah mengenal Dia akan selalu ingin semakin dekat denganNya. Karena mengenaliNya, adalah menjatuhkan hati pada cinta yang hakiki, melangkahkan kaki pada tempat yang dimimpi, hingga menenggelamkan jiwa pada lautan bahagia.
“Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berlari.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah:186)
Bojonegoro, 6 Dzulhijjah 1438 / 28 Agustus 2017
-Liza Rastiti-
3 notes
·
View notes
Text
MENJADI MANUSIA UNGGUL
Oleh: Muhammad Ilham Nur
Unggul, adalah sebuah kata yang selalu dicari orang dan masyarakat, kebalikan dari kata biasa-biasa saja. Unggul sesuatu yang diharapkan dan dicita-citakan. Oleha karenanya, dalam Alquran disebutkan terkait dengan manusia unggul; Fastabiqul khairat (berlomba-lombalah dalam kebaikan. Jangan jadi Muslim biasa-biasa saja, maka jadilah muslim yang unggul, Rasulullah memikirkan bagaimana sahabat menjadi unggul seperti pendalaman bahasa selain bahasa arab, karena dakwah Islam harus disampaikan kepada negara selain Islam, para sahabat disuruh belajar bahasa agar menguasai bahasa negara lain. Alquran memerintahkan kita agar menjadi manusia unggul.
Bagaimana cara menjadi mansuia yang unggul?
Setidaknya terdapat 10 kriteria manusia unggul :
1.�� Salimul aqidah: selamatkan aqidah pada zaman dan konidisi apapun:
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am: 162)
2. Shahihul Ibadah: ibadah yg benar; “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.” (hadits)
3. Matinul Khuluq: akhlak yang mulia, keagungan akhlak meniru Rasulullah SAW (baik).
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ ٤
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam: 4)
4. Qowwiyul jismi: memiliki badan kuat, menjadi sehat sangat penting. “Mukmin yg kuat lebih aku cintai dari mukmin yg lemah.” (hadits)
5. Mutsaqqaful Fikri: Memiliki wawasan , keahlian dibidang tertentu. Kita boleh memeiliki wawasan selain ahli kita, kita punya ahli pendidikan, memiliki wawasan misalnya menulis, bahasa arab, reporter, ahli ekonomi, politik, sosial, budaya dan sebagainya. Ajaklah orang lain untuk berdiskusi dan berdialog sesuai dengan passionnya, agar ilmu yang dimiliki bervariasi. Rasulullah dicintai oleh sahabat karena Rasul tahu karakter dan passion masing-masing sahabat
أَمَّنۡ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ سَاجِدٗا وَقَآئِمٗا يَحۡذَرُ ٱلۡأٓخِرَةَ وَيَرۡجُواْ رَحۡمَةَ رَبِّهِۦۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٩
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az Zumar: 9)
6. Mujahadatun linafsihi: bersungguh-sungguh.
7. Harishun ala waqtihi: mengingat 5 perkara sebelum 5 perkara.
8. Munazzamun fi syu’unihi: teratur dalam setiap urusan.
9. Qodirun ‘ala Kasbi: mempunyai keahlian bekerja dalam rangka untuk menafkahi diri
10. Nafi’un Lighairihi: menjadikan diri bermanfaat untuk orang lain. “Sebaik2x manusia adalah yang paling bermanfaat bgi manusia lainnya,” (hadits)
2 notes
·
View notes
Text
Meong
Ada kucing yang terus mengeong pagi siang malam guk guk guk guk guk guk Itu caranya mengeong? Iya, jawabnya Apakah mengeong harus meong? Tidak ada yang dapat mengetahui kepastian pikiran dan tingkah laku binatang Termasuk bulu-bulunya sendiri Bergidik karena mendengar suara gong yang dipukul tanda kompetisi segera dimulai Meong meong meong meong meong meong Mengapa tidak gong? Atau dum? Atau bung? Karena gongku adalah seekor kucing Aku memukul kucing tua dengan pukulan yang terbuat dari ekornya sendiri Ekor penuh bulu Bergidik karena mendengar meong-meong dari sebuah gonggongan Gong gong gong gong gong gong Mengapa tidak guk? Tidak ada yang tahu pasti Isi kepala dan hati seorang penyair sekalipun orang yang membuatnya patah hati Apa salahku hingga kau buatkan aku puisi? Tanyanya Lalu, Sang Penyair, menjawab Kau seperti guk guk yang meng-gong-gong. Miaw!
0 notes
Text
JIHAD MELAWAN KEMISKINAN
oleh
Ramli Semmawi
Tujuan disyariatkannya Islam adalah kemerdekaan dalam berkeyakinan, dan falah (kesejahteraan) dalam kehidupan. Di Indonesia, Hal ini terjabarkan dalam sila Pancasila, kebebasan berkeyakinan pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Falah terjabarkan dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia adalah satu negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia adalah Indonesia. Umat Islam di Indonesia mencapai 80% lebih dari 200 jutaan lebih penduduk Indonesia. Merujuk data Badan Pusat Statistika (BPS), jumlah masyarakat miskin berdasarkan provinsi secara keseluruhan sebanyak 27,77 juta (Maret 2017).[1] Gambaran kemiskinan ini didasarkan pada kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.[2] Kemiskinan dan kesenjangan adalah masalah mendasar yang dihadapi setiap negara bangsa, yang didominasi negara-negara berkembang. Kemiskinan dan kesenjangan juga telah lama menjadi dasar kajian para pengambil kebijakan dan akademisi dan dampak negatifnya terhadap kehidupan bermasyarakat. Aristoteles mengatakan bahwa, poverty is the parent of crime. Kemiskinan menjadi muara munculnya masalah-masalah lainya seperti konflik sosial, rendahnya kualitas hidup seperti tingkat kesehatan dan pendidikan. Bahkan kesenjangan ini melahirkan radikalisme dan terorisme. Kemiskinan merupakan dampak dari tiadanya akses pada sumber-sumber ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan, yang mengakibatkan susahnya mengakses sumber kehidupan. Muhammad Yunus (2007: 274) menjelaskan bahwa kemiskinan tercipta karena kita membangun kerangka teoretis berdasarkan asumsi-asumsi yang merendahkan kapasitas manusia, dengan merancang konsep-konsep yang terlampau sempit, seperti konsep bisnis, kelayakan kredit, kewirausahaan, lapangan kerja atau mengembangkan lembaga-lembaga yang belum matang—seperti lembaga-lembaga keuangan yang tidak mengikutsertakan kaum miskin. Kemiskinan disebabkan oleh kegagalan pada tataran konseptual, bukan kurangnya kapabilitas di pihak rakyat. Mengamini pendapat Yunus di atas, bahwa konsep lembaga keuangan hari ini belum memberi ruang kepada orang-orang miskin untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengakses lembaga keuangan di negeri ini. Hal ini terjadi karena adanya syarat yang tidak bisa dipenuhi oleh orang-orang miskin, salah satunya adalah Jaminan. Islam sendiri dalam (QS Al-Baqarah: 177) menjelaskan bahwa: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Berdasarkan ayat tersebut, Islam menegaskan bahwa salah satu ciri orang taqwa itu adalah kesediaan menolong orang-orang miskin (yang memerlukan pertolongan) dengan menunaikan zakat. Zakat merupakan salah satu solusi Islam dalam memerangi kemiskinan. Solusi yang lain adalah wakaf. Zakat dalam Islam ada dua macam yakni zakat fitrah (diri) dan zakat mal (harta). Dalam konteks Indonesia, regulasi zakat masih belum memberikan solusi maksimal terhadap pengentasan kemiskinan. Hal ini disebabkan karena belum diolahnya secara maksimal zakat sebagai sumber ekonomi yang mampu mengentaskan kemiskinan.
[1] Berita Resmi Statistik No. 66/07/Th. XX, 17 Juli 2017. hlm. 2
[2] Berita ... hlm. 6
0 notes
Text
Suasana Malam
Aku jatuh cinta pada syahdunya malam, berisi tentang detak jarum jam, degupan jantung dan keheningan yang pasti serta tipu daya khayalan merasuki setiap dinding memori ingatan kepalaku. Menggiringku ke ingatan masa lalu atau meraba masa depan.
Aku menikmati suasana yang disediakan oleh malam. Jauh dari bising dan celoteh mereka yang terkadang mengutuk kehidupan yang seolah berbanding terbalik dengan harapan. Suasana yang hanya ada aku dan kepalaku. Tak ada yang mengkritik apapun yang dirangkai kepalaku.
Aku menyukai malam yang menghadirkan keagungan Sang Pencipta. Kehangatan rembulan yang sesekali sembunyi dibalik awan selayaknya malu menampakan kemolekannya dan keindahan bintang seperti berlian yang berhamburan di langit luas. Menggiring kepalaku semakin menikmati dan melambungkan khayalku.
Tak kuasa aku hanya berdiam diri menunggu raga ingin terlelap. Kepalaku memberontak setiap kali dipertemukan pada suasana malam. Aksara meluap, mengurai kisah sedari fajar hingga senja, mengingat cerita lampau yang pernah ingin dimusnahkan dalam ingatan, menguak kisah andai penuh harapan dan berisi pula tentang kerinduan bahkan tentang hati yang tak bertuan.
Suasana malam yang hening berbanding terbalik dengan keributan yang terjadi dikepalaku. Semuanya mengalir sedemikian rupa. Aku pun menikmati aliran aksara dalam benakku, tak jarang terseret oleh derasnya aliran aksara membawa perasaan sedih ataupun senyuman.
Aku jatuh cinta lagi dan lagi pada suasana malam. Membebaskan apapun yang terkunci dalam benak yang tak mampu diutarakan dalam lisan. Menampung aku dan imaji kepalaku yang lepas dari jerujinya.
Suasanya malam yang menampung semua yang tak mampu terucap sebab etika kehidupan. Hingga raga memaksa terlelap. Kemudian melupa dengan keributan dalam hening malam.
[10.30pm] - DJ
#day7
5 notes
·
View notes
Text
AMAZING OMA episode terakhir
Aku duduk termangu. Masih tak percaya dengan pengalaman luar biasa yang kudapati hari ini. Sebagai sosok introvert yang agak sulit berakrab ria dengan orang asing, aku termasuk homebodies atau penyuka aktivitas di dalam rumah. Jadi jarang sekali dapat insight atau pengalaman penuh hikmah di luar teritorialku yang berkutat seputar kampus dan kosan saja. Tiba-tiba terdengar suara desisan ketel air, membuatku melonjak terkaget. Segera kumatikan kompor gas dan menuangkan airnya yang mendidih ke gelas berisi susu kambing kiriman ibu. Suara gesrekan sandal beradu lantai semen terdengar sumbang diiringi langkahku yang agak menyeret keluar dari area dapur. Kubawa gelasku ke beranda kamar. Menatap indahnya bulan purnama yang membulat sempurna. Ingatanku kembali melayang, terbayang wajah oma yang penuh dengan aura positif. Tentu saja. Tentu saja dengan segala passionnya yang luar biasa itu, mengalirkan begitu banyak energi kebaikan yang membayang dalam senyumnya. Sejujurnya, selama ini aku tak pernah bercita-cita untuk menjadi lebih dari seorang sarjana dan ibu rumah tangga yang biasa-biasa saja. Seperti orang kebanyakan pun sudah cukup menurutku. Tapi melihat bagaimana oma menjadi IRT sekaligus pembelajar sejati, aku merasa terpacu untuk mengikuti jejak beliau. Mengingat bagaimana semangatnya oma untuk terus belajar mencari hal-hal baru, bahkan di usia senjanya membuatku merasa malu dan tertampar. Here i am. Just an ordinary student. Nggak bermanfaat banyak buat lingkungan dan selalu terkungkung pada kelemahan diri sendiri tanpa pernah mencoba mengeksplor kelebihanku. Padahal dulu semasa kecil, aku cukup aktif dan punya banyak interest di berbagai bidang seni. Melukis, menyanyi, menari, menjadi presenter bohongan, hampir setiap hari kulakukan. Bahkan dulu aku pernah menelurkan beberapa cerpen anak. Yaah, meskipun untuk bacaan pribadi saja. Tapi aku cukup yakin memiliki beberapa kemampuan di bidang tersebut. Hanya saja, entah mengapa ketidak pedeanku semakin membesar saat ada yang memiliki kemampuan lebih tinggi dariku. Membuatku mundur dan mencari zona nyaman di dalam rumah. Menjadikanku agak kurang sosialis dan semakin terpenjara dalam lingkup kos mengingat aku tak mengenal siapapun di perantauan. Aku tau tak mudah untuk merubah persepsi diri dalam waktu sekejap. Namun sepertinya aku harus mencoba. Menjadi oma sepertinya menyenangkan. Hidup jauh dari anak cucunya, tapi tetap memiliki semangat untuk terus berkarya dan menikmati hidup dengan cara yang positif. I wanna be like her. More than it is better. Because she is amazing oma. My inspiration.
4 notes
·
View notes
Photo
Day 23 -Mahasiswa Haus Cita- . Sebutan ‘Maha’siswa terkadang membuat otak berfikir, sebenarnya apa yang membedakan siswa dan ‘maha’siswa. . Mungkin sekarang masa menjadi mahasiswa ada yang sedikit berbeda ketika sudah duduk di kursi yang katanya lebih dingin dibanding masih menjadi siswa dahulu. . Bertemu orang-orang yang kadang sifat individualisnya lumayan meninggi. . Dahulu mungkin sempat memiliki sahabat karib yang sering main-main, berbagi canda dan tawa dengan hanya memikirkan tugas sekolah yang diberikan sama guru yang kadang sedikit menjengkelkan. . Dahulu ketika masa ‘aliyah, bangun subuh, berangkat sekolah bahkan langit masih gelap, kemudian baru pulang ketika azan maghrib akan berkumandang. . Tapi anehnya, rasa capek yang dirasa kok tidak seperti sekarang ya? Apa yang membedakan? . Sekarang kayaknya lebih banyak ingin malas-malasan dibanding berkegiatan, karena kelelahan yang sedikit memaksa badan ini untuk menikmati pengaruh tarikan magnetik kasur yang dingin dengan kehangatan selimut, serta empuknya bantal yang sedikit memanjakan tubuh ini. . Tapi setelah difikir lagi, mungkin ini yang sedikit membedakan dengan label siswa dahulu. Sekarang meski jadwal kuliah tidak sepadat ketika masa ‘aliyah dulu, tapi pengembangan diri untuk berusaha menggapai yang mungkin tidak tergapai itu yang kadang membuat kelelahan dirasa badan. . Ya namanya juga usaha, tentu lelah melanda. Sampai atau tidak kepada cita, yang menentukan adalah usaha dan doa. . Kalau hanya menyerah pada kasur yang memberikan kemalasan, lalu mimpi mau digantung sampai kapan? . Kalau hanya bermimpi tanpa bangun dahulu dari indahnya mimpi ketika tidur, lalu sampai kapan cita harus menganggur? . Sabar, mahasiswa yang haus cita hendaknya sedikit bersabar karena mimpi kiranya akan datang mendekat. . Yakin bahwa Allah Maha apa saja, menjadikan itu sebagai alasan untuk tidak pernah berputus asa pada ketetapan dan kemampuan Allah. . #30dwc #30dwcjilid8 #day23
2 notes
·
View notes
Text
Membuktikan Keikhlasan
Kita telah bahas sebelumnya tentang makna yang menjadi pilar keikhlasan. Mengabdikan diri dalam setiap amal hanya untuk Allah SWT, adalah pusaran makna keikhlasan. Kita sering mendengar banyak orang yang mengatakan “ikhlas itu tempatnya di hati” sehingga tak tak kan mungkin bagi kita untuk menilai keikhlasan. Apalagi, makna keikhlasan sering dirancukan dengan “memberi yang tidak mengharapkan imbalan”. Padahal, hakikat “memberi yang tidak mengharapkan imbalan”adalah salah satu dari buah keikhlasan. Hal itu bukanlah pengertian dari keikhlasan itu sendiri. Sesorang yang ikhlas megabdikan pemberiannya hanya untuk menggapai ridha Allah SWT, tentu tidaklah mengharap imbalan dari siapapun selain Dia.
Hati adalah akar dari pohon kepribadian kita. Jikalau baik hatinya, maka baiklah perangainya. Jikalau ikhlas hatinya, maka ikhlaslah setiap amalnya. Jikalau kita menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan atas setiap amal kita, maka sudah sepatutnya kita lebih cenderung pada amal-amal yang paling Allah cinta. Jikalau keridhaan-Nya adalah muara atas aliran kehidupan kita, maka kita tentu akan memilih kanal-kanal amal yang paling Allah suka. Akar dari keikhlasan memang tersimpan dalam hati, tetapi pohon keikhlasan haruslah menyatu dalam diri. Cukuplah buah manisnya saja yang dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita, hingga cukuplah kesaksian mereka atas indahnya mencurahkan hidup hanya untuk Sang Maha Mulia.
Abdullah (bin Mas’ud) RA berkata, “Saya bertanya kepada Nabi, ‘Apakah amal yang paling dicintai oleh Allah?’ (Dalam satu riwayat: yang lebih utama) Beliau bersabda, ‘Shalat pada waktunya’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau bersabda, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa lagi’? Beliau bersabda, “jihad (berjuang) di jalan Allah.”‘ Ia berkata, “Beliau menceritakan kepadaku. (Dalam satu riwayat: “Saya berdiam diri dari Rasulullah.”) Seandainya saya meminta tambah, niscaya beliau menambahkannya.” (H.R. Bukhari, hadits Shahih dan terdapat di dalam Shahih Bukhari)
Shalat tepat pada waktunya, dalam arti shalat di awal waktunya, itulah amal yang pertama Rasulullah SAW sebutkan sebagai amal yang paling Allah cinta. Perintah untuk shalat memang tidak sama dengan perintah lainnya. Rasulullah harus menjemput perintah tentangnya hingga ke Sidratul Muntaha. Shalat adalah amalan pertama yang akan kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah Ta’ala. Karena shalat adalah akar dari kepribadian dan kehidupan kita.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”. (HR. Abu Daud)
Masih banyak lagi amalan-amalan yang Allah cintai selain shalat. Namun amalan-amalan itu adalah buah dari shalat yang senantiasa dipelihara. Oleh karenanya, langkah pertama dan utama dalam membuktikan keikhlasan kita, ialah menyempurnakan shalat kita. Berupaya sekuat-kuatnya untuk bergegas melaksanakan di awal waktunya, menyempurnakan thaharah yang menjadi syarat dilaksanakannya, memperindah dengan jamaah, memperagung dengan sunnah-sunnah, hingga Allah ridha dengan shalat kita. Shalat adalah amal yang diagungkan oleh Allah dalam menggambarkan karakter orang-orang beriman. Allah menyebutnya sebagai ciri pertama, yang ditekankan kembali di akhir kriteria.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-9).
Semoga Allah senantiasa menjaga keimanan yang terwujud alam keikhlasan, hingga terbukti dalam amal-amal yang Allah muliakan. Aamiin
“Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang – orang yang tetap mendirikan sholat, ya Tuhanku perkenankanlah doaku , ya Tuhanku beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan seluruh orang mukmin, pada hari terjadinya hisab.” (QS. Ibrahim: 40-41)
Bojonegoro, 15 Dzulhijjah 1438 / 6 September 2017
-Liza Rastiti-
2 notes
·
View notes
Text
Ini Kisahku (tamat)
Wahai para pencari cinta...
Film surga yang tak dirindukan 1 dan 2, tausiyah cinta, cinta laki-laki biasa, hijrah cinta dan film sejenis menunjukkan kepada kita betapa jodoh seseorang itu sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Seberapa keraspun usaha kita agar wanita yang kita cintai menjadi jodoh kita apabila Allah menghendaki, maka takkan pernah bersatu. Sudah nonton film tersebut? jika belum segera nonton, dan ambil hikmah yang tersirat dari film-film tersebut.
Sebut saja namanya Ria, seorang gadis berjilbab yang sedang menuntut ilmu di sebuah Pesantren. Sebagaimana kegiatan di Pesantren yang disibukkan dengan belajar Al-Qur’an, kitab kuning, ceramah dan semua aktifitas pembelajaran lainnya. Ria merupakan santriwati dengan semangat belajar yang tinggi dan tidak sedikit dia berhasil menorehkan prestasi di madrasah maupun pesantren. Ketika masanya liburan, ia pun pulang kampung berkumpul dengan keluarga tercinta.
Hari berganti hari, ternyata dalam aktifitasnya di rumah ternyata ada seorang laki-laki yang memendam rasa dan menyukai Ria sebelum menuntut ilmu di Pesantren. Laki-laki tersebut juga merupakan teman dekat Ria dari kecil, sehingga Ria menganggapnya sebagai sahabat biasa. Suatu hari laki-laki tersebut dengan wajah percaya diri menyatakan perasaan hatinya kepada sang pujaan hati untuk menjadi pacarnya. Dengan wajah yang malu Ria menerima dan bersedia menjadi pacar dari laki-laki tersebut.
Seiring berjalannya waktu, mereka menjalin hubungan hingga Ria lulus dari pesantren tersebut, tiba saatnya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Gaya pacaran mereka berjalan menikmati suasana desa berdua tanpa didampingi saudara atau teman dari Ria. Ria melanjutkan pendidikannya di sebuah Universitas ternama di pulau seberang dan menyebabkan hubungannya dengan laki-laki tersebut harus hubungan jarak jauh (LDR).
Ilmu yang diterima Ria pun berkembang mengenai bahaya pacaran, seperti hidayah yang masuk ke relung hatinya. Akhirnya pada suatu ketika Ria dengan berat hati mengambil keputusan untuk menyudahi hubungan pacarannya dengan laki-laki tersebut.
“Mas, saya kok merasa hubungan ini sepertinya tidak membawa manfaat sama sekali ya dalam hidupku? Aku merasa dekat denganmu tetapi jauh dari Tuhanku mas. Aku takut makin kesini kita akan berani melanggar perintah Allah mas. Lagi pula sebelum terlalu jauh, aku takut kita tidak berjodoh dan aku tak mau memberi harapan palsu kepada orang lain. Dengan berat hati, mulai saat ini kita putus mas. Jangan ada rasa sayang dan kata cinta lagi di antara kita. Aku mau hubungan kita sebagai sahabat sebagaimana kala kita kecil dulu. Aku harap mas mengerti.” Ucap Ria dengan nada setengah hati.
Bagai diterjang gelombang secara tiba-tiba, bagai ditimpa durian runtuh laki-laki tersebut terdiam dan merenung terhadap apa yang baru saja Ria ucapkan kepadanya.
“Tapi dik, hubungan kita sudah berlangsung 4 tahun dik. Mas sangat cinta dan sayang kepadamu dik, saat kamu lulus kuliah Mas janji akan menikahimu dik.” Jawab laki-laki tersebut dengan kegelisahan mendalam.
“Sudahlah mas, tekad saya sudah bulat untuk menghijrahkan diri berada dalam ketaatan kepada Allah SWT. Dulu juga Mas berjanji akan segera menikahi aku, buktinya sampai hari ini Mas belum melamar aku juga. Bismillah aku serahkan semua urusan percintaanku kepada Allah dan aku berserah diri kepada-Nya. Carilah wanita yang lebih baik dari aku, lagipula kalau kita berjodoh pasti akan bertemu kembali. Sudah dulu ya Mas. Aku mau Shalat Dzuhur dulu, Assalamu’alaikum.” Dengan keyakinan mantap untuk hijrah.
“Baik jika memang itu keputusanmu dengan berat hati Mas melepasmu, semoga Allah mengistiqomahkan jalan hijrahmu dik. Mas hanya bisa berdoa semoga adik mendapatkan jodoh yang terbaik dari Allah. Wa’alaikumussalam.” Jawab laki-laki tersebut berusaha mengiklaskan Ria.
Singkat cerita, Ria melanjutkan pendidikannya pada Universitas tersebut sambil berusaha hijrah agar tidak mudah jatuh cinta (pacaran) sebelum waktunya. Memantaskan diri dengan mendekatkan diri kepada Allah yaitu menimba ilmu sebanyak mungkin tentang syariat Islam, perkuliahan dan seluk beluk pernikahan yang belum ia ketahui.
Bagaimana nasib laki-laki tersebut? ia menyibukkan diri dengan bekerja pada salah satu perusahaan kelapa sawit di daerahnya sambil memantaskan diri kepada Allah SWT berharap diberi kesempatan sekali lagi memperbaiki kesalahannya. Ia juga mempersiapkan ilmu tentang pernikahan dan ekonomi agar bisa melamar gadis yang ia cintai, syukur-syukur kalau gadis itu adalah Ria yang tak bisa dihilangkan dari hati kecil laki-laki tersebut.
Waktu terus bergulir dan tepat 3 tahun kemudian semenjak Ria dan laki-laki tersebut mengakhiri hubungan pacaran mereka. Sepulang dari kerja, betapa terkejutnya laki-laki tersebut mendapatkan undangan yang di dalamnya tertulis dengan jelas pernikahan antara Ria dan Anton. Betapa syoknya laki-laki tersebut mendapati kabar tersebut. Hatinya kembali hancur, setelah 3 tahun ia bekerja mengumpulkan uang untuk melamar Ria dan memperdalam ilmu tentang pernikahan namun justru Ria menikah dengan orang lain.
Tepat satu minggu sebelum undangan tersebut sampai kepada laki-laki tersebut. Imah, teman Ria yang juga merupakan teman dari laki-laki tersebut mengabarkan bahwa saat ini Ria sedang ta’aruf dengan laki-laki yang bernama Anton. Anton adalah dosen di Universitas di mana Ria kuliah. Tanpa pacaran Anton memberanikan diri untuk ta’aruf kepada keluarga Ria dan keluarga Ria menerimanya dengan baik. Anton pun dirasa sudah cukup dari segi ilmu agama dan kemapanan materi. Sehingga tanpa berpikir lama, Antonpun melamar Ria mempersuntingnya untuk dijadikan istri.
Laki-laki tersebut hanya bisa mengelus dada melihat kenyataan bahwa gadis yang dia cintai dan sayangi ternyata menikah dengan orang lain. Ia pun berusaha untuk ikhlas kepada keteatapan Allah SWT. Sekali lagi ia bercermin pada dirinya, apa yang sudah ku perbuat selama ini sehingga Ria bukan jodoh yang terbaik untuknya. Laki-laki itu berlapang dada menerima suratan takdir yang Allah tetapkan kepadanya dan terus berusaha memperbaiki kualitas diri sehingga diberikan jodoh yang terbaik menurut Allah kepadanya.
1 note
·
View note
Text
Pertanyaan
Pada titik ini, aku kembali mempertanyakan: - Mengapa aku hidup? *** Sejak kematian tahun-tahun sebelumnya Sejak pembantaian besar-besaran Sejak pembunuhan massal - yang dilakukan oleh diri ini sendiri terhadap entitas bernama: Harapan. - Mengapa kaki tetap berdiri melakukan perintah sesuatu yang bukan dari hati? Heran bertanya tentang esensi Buat apa aku ada disini? Apakah demi mimpi atau pencarian jati diri? Jangan-jangan hanya asal mengikuti - Kembali aku pertanyakan: mengapa aku melakukan ini? - Jawaban-jawaban yang dicari ternyata berada dalam peti Sudah tua hingga keropos sudah, rayap menggerogoti Kotak besar terbuat dari kayu jati, tapi bukan untuk orang mati - Buka, buka! Mari jawab pertanyaan mengapa dalam sadar, ada keraguan yang membusuk menjelma ketakutan - Pada titik ini aku menemukan jawaban: hanya di aku Harapan akan terbangkitkan hanya di pikiran pertanyaan akan bersanding dengan jawaban. ***
0 notes
Photo
MENGHARGAI WAKTU (PART 3)
.
Ada 4 karakter waktu yang bisa kita jadikan renungan untuk selalu berbuat baik dan terus berkarya.
.
Pertama waktu itu cepat berlalu, sebagaimana Firman Allah dalam AlQur’an surat An Nazi’at ayat 46 yang artinya Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
.
Yang kedua, waktu tak tergantikan, inilah yang tidak bisa dipungkiri bahwa waktu tidak akan tergantikan. Semua orang tidak akan bisa mencari pengganti waktu. Waktu menjadi sangat penting karena ini merupakan durasi dalam kehidupan kita.
.
Ketiga Waktu yang tidak bisa dibeli, bahwa waktu merupakan sesuatu yang tidak bisa di beli dan disewakan. Tak seorangpun yang bisa membeli atau menyewakan waktu. Meskipun itu seorang trilyuner. Napoleon Bonaparte pernah berkata “aku bisa memiliki semua yang ada didunia ini, tapi hanya satu yang tidak bisa kumiliki, yaitu waktu”.
.
Keempat harta termahal, karena waktu itu cepat berlalu dan jika sudah berlalu maka tidak bisa kembali lagi. Oleh karena itu waktu merupakan harta termahal bagi manusia. Rahasia mahalnya waktu karena ia merupakan sarana bagi manusia untuk melakukan aktivitas, kreativitas dan produktivitas serta sebagai modal pokok bagi individu maupun masyarakat.
.
Lalu mengapa kita harus mengatur waktu? Setidaknya ada lima hal (1) menentukan prioritas kerja dalam kehidupan, (2) tercapainya target dengan cepat, tepat dan baik, (3) meningkatkan kapabilitas dan profesionalisme, (4) mengefektifkan waktu-waktu luang, (5) meminimalisir tenaga, dana dan waktu. Dalam AlQur’an Surat Al Ahqaf: 3, Allah berfirman yang artinya “Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.”
.
#TentangWaktu
#AyoLebihBaik
#IslamKaffah
#IslamItuKeren
#IslamRahmatanLilAllamin
#30DWC
#30DWCJilid8
#Squad3
#Day17
0 notes
Text
Berbahagialah...
Malam ini sebelum aku terlelap, aku sengaja menggiring kepalaku mengenang kisah silam. Kisah tentang kita, sedari awal bertemu dan kemudian saling memegang janji.
Aku masih ingat setiap hal yang menggiring kita bersama, hampir tidak ada hal yang romantis diantara kita. Mungkin kita memang tidak tahu bagaimana menjadi romantis. Namun, kita tidak butuh nuansa romantis, berjalan bersama ke suatu tempat dan mempertengkarkan hal sederhana, itu sudah mengalahkan hal romantis lainnya.
Aku masih ingat kala itu kamu mengatakan bahwa aku perempuan paling sabar yang pernah kamu temui dan aku juga bilang kamu laki-laki yang paling emosional yang pernah kumiliki. Entah apa yang membuatku betah dengan emosimu yang mudah meledak padahal meski aku selalu sedih setiap kali itu terjadi tetapi aku selalu tersenyum setelahnya. Bagiku emosi itu adalah kelemahanmu yang tak mudah kamu kendalikan, bagiku itulah kelemahan yang harus ditutupi oleh kelebihanku, sabar.
Aku masih ingat saat kamu datang memberikan kejutan dihari ulang tahunku. Aku tidak menyangka kamu melakukannya padahal ku tahu kamu sama sekali tidak seromantis itu. Itulah salah satu hari bahagia yang menjadi kenangan indah saat ini. Kenangan yang tidak kuhapus dari rentetan ingatan yang ingin kumusnakan.
Tidak hanya itu, masihkah kamu ingat, saat pertama kali kamu menemui orang tuaku. Saat itu kamu sangat gugup bahkan kamu berusaha menghafalkan sebuah dialog, kamu tidak ingin terlihat buruk di depan orang tuaku. Itu sangat manis dan menyenangkan. Aku tahu rasanya karena aku juga merasakannya saat aku pertama kali menemui orang tuamu. Dia baik, bahkan tanpa basa basi membicarakan tentang masa depan kita. Tahukah aku bahagia!! Orang tuamu merencanakan itu, kamu pun ikut meyakinkanku bahwa kita memulai hal serius.
Setelah semua impian yang hari demi hari aku ciptakan dalam singgahsana kepalaku. Bagaimana kita kelak, dimana kita akan tinggal, bagaimana kita akan merencanakan masa depan bersama dan bagaimana kita memegang janji akan selalu bahagia hingga kakek dan nenek.
Namun, Seolah badai hujan lebat menghampiri kemarau yang baru saja dimulai. Perbedaan pendapat tak bisa kita hindari, aku percaya kita sudah terbiasa berdebat dan setelah itu akan baik-baik saja. Tidak kali ini,, kita mendebatkan hal yang sama dalam waktu yang cukup lama. Bahkan kita mulai lelah, aku seorang perempuan yang memberikan semua keputusan apapun padamu karena kamu adalah pemimpin bagiku, namun mungkin kamu pun lelah dan seolah menjatuhkan semua tanggung jawabmu padaku.
Tiba pada suatu hari, kita masih mendebatkan hal yang sama. Malam itu kamu mengatakan hal yang tidak ku percaya bahwa kita hanya menunggu waktu untuk menjawab masalah kita, kamu menyerahkan pada waktu tanpa upaya mencari solusinya. Aku perempuan yang sama dengan yang lainnya, perempuan yang menginginkan perjuangan dari prianya bukan berpasrah pada waktu. Perempuan yang hanya sekedar menagih sebuah janji. Tidak hanya itu, kamu mengatakan hal yang seolah sebilah pisau kau tancapkan di dadaku. Katamu, kita baiknya menjalani, berjalan tanpa ikatan dan menunggu takdir kita. Apa? Katamu tanpa ikatan?!! Kamu tidak sedang mabuk kan. Beribu kalimat ku lemparkan agar kamu kembali berpikir tentang kalimat itu tapi upayaku sama sekali tak berhasil. Sepertinya itu adalah hal yang telah kamu pikirkan.
Setelah hari itu, aku berharap kamu melupa pada kalimat itu. Aku berharap kamu tak sengaja mengatakannya. Namun aku keliru, setelah hari itu aku merasakan perubahanmu. Kamu bukan lagi orang yang kukenal. Tiba suatu hari ditengah kelelahanku, aku memutuskan tidak menghubungimu. Aku tidak pergi, aku hanya kecewa dengan perubahanmu dan aku berharap kamu bisa berpikir jika aku berarti bagimu kamu akan kembali memperjuangkanku. Aku menunggumu, aku percaya rasamu akan mengembalikanmu padaku.
Sebulan setelah kita tak saling komunikasi. Kamu datang namun dengan orang lain, kamu telah melupakanku, rasamu padaku telah kadaluarsa. Kamu semaikan rasa lain dengan perempuan lain. Aku salah!! Waktu yang ku berikan ternyata bukan membuatmu sadar untuk memperjuangkanku namun waktu itu kamu gunakan untuk menanam bibit rasa yang lain. Duniaku terbalik dan hancur berkeping.
Aku mungkin perempuan aneh. Setelah hal itu, Aku tak mendatangimu sama sekali dengan amarah, tak menuntut penjelasan apapun. Bukan aku tak bisa melakukannya. Bagiku caramu melukaiku sungguh luar biasa dan tak perlu kupertanyakan lagi, Mengapa!!!
Kamu demikian sebab aku pergi tanpa kabar, ataukah kepergianku sejenak membuatmu terluka oleh karena itu kamu berpaling melupakanku. Sebesar itukah salahku, hingga kamu membalas seperti itu, padahal jeda itu karena perubahanmu.
Ako bodoh karena tidak memakimu, berteriak di depanmu dan mengutuk!. Aku tak sehebat itu, caramu seperti itu sudah cukup membuatku sadar bahwa kamu tak sebaik itu dan percuma aku mengutukmu.
Berbahagialah dengannya!!. Berbahagialah dengan pikiranmu bahwa aku perempuan jahat yang telah melukaimu dan pantas diperlakukan demikian. Berbahagilah...
Makassar, 25.09.17 [ 10:57pm ]
DJ
2 notes
·
View notes