#30dwcjilid28
Explore tagged Tumblr posts
Text
Untukmu
Mereka
Sekisah tentang orang-orang hebat
Berkelana hingga jauh namun tak pernah tersesat
Menyusuri setiap lorong waktu dengan hikmat
Tanpa ada ketakutan untuk menyerah, semua dilakukan modal nekat
Perjalanan luar biasa bersama orang-orang yang istimewa
Mencari titik temu dari sebuah lara untuk bahagia yang nyata
Berdua, mereka berjalan memutuskan meninggalkan kota
Pergi ke tempat di mana manusia tak terlalu ikut campur dengan nasib tetangganya
Tahukah siapa mereka yang kumaksud?
Para pejuang cinta tanpa pamrih yang makin lama kian mengerut
Iya, mereka adalah dua orang kita, Orang tua yang mengambil resiko tanpa takut
Pertama seorang perempuan yang dengan rela mengandung selama kurang lebih Sembilan bulan
Setelahnya, di merawat dengan penuh kasih apa yang telah dianugerahkan
Kedua, Sosok laki-laki tangguh yang selalu menyembunyian peluhnya
Otot-ototnya makin kentara, tangannya pun juga sama, makin kasar dirasakannya
Walau begitu, pelita tak pernah lelah untuk menjadi penerang kumpulan kecil bernama keluarga
Menjadikan selalu harmonis dalam setiap sapa semesta
Bagaimanapun juga, pelita pernah redup
Ada saatnya energinya habis,
Tak usah mengkhawatirkannya
Karen kebanyakan anak tak tahu masalanya.
3 notes
·
View notes
Text
Menjadi Orang Tua
Ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan. Ada banyak pertanyaan dari orang-orang yang tak perlu diberikan jawaban. Seperti pertanyaan tentang pernikahan?
Semenjak lulus kuliah, ada pertanyaan yang sering diajukan padaku. Tentang siapa yang akan aku ajak hidup bersama. Tentang kapan aku akan mengenalkannya pada dunia. Pertanyaan-pertanyaan yang membuatku tidak nyaman. Bagiku itu privasi dan sangat pribadi.
Hingga kini aku tidak mengerti kenapa orang-orang bertanya dan ingin tahu. Beberapa bahkan menasihati untuk cepat-cepat menukannya seolah setelah selesai kuliah aku harus segera menikah. Tapi tidak ada yang bertanya tentang persiapan menjalani kehidupan menikah. Dan terkadang aku ingin menjelaskan bahwa segalanya membutuhkan persiapan dan kesiapan. Tidak semudah jatuh cinta, lalu mengumbar rasa dan mengikat janji untuk hidup bersama.
Aku tidak tahu bagaimana orang-orang memutuskan untuk mengikat janji hidup bersama. Tapi bagiku ada banyak yang harus disiapkan dan ilmu yang dipelajari. Sebab menikah tidak hanya tentang cerita indah hidup bersama. Ada tanggung peran yang diiringi tanggung jawab yang harus dijalankan. Salah satu tanggung jawab yang berkaitan erat dengan pernikahan adalah suatu saat menjadi orang tua.
Semakin dewasa, aku menydari bahwa menjadi orang tua tidak mudah. Perlu banyak persiapan. Ada proses pembelajaran yang tidak pernah berhenti. Ada tanggung jawab membesarkan dan menumbuhkan manusia yang dibawa bahkan setelah mati. Ada cinta yang diberikan tanpa henti. Anak yang lahir itu perlu dibesarkan dengan pemahaman yang baik, dan ditumbuhkan keyakinan akan Tuhan. Bahwa ketika menikah lalu memiliki anak dan menjadi orang tua, bukan sekedar pemenuhan apa kata mereka.
2 notes
·
View notes
Text
Tentang Pertemuan dengan Orang Berarti
selama pandemi ini, aku dan lima sahabatku, sudah jarang sekali kumpul. Karena, beberapa sahabatku masih di luar kota untuk menuntaskan koas di jurusan kedokterannya.
Dan tidak disangka, sekitar 3 hari yang lalu, sahabatku sudah sampai di depok. Alhasil, kami merencanakan pertemuan perdana setelah sekian tahun tidak bertemu full team.
Tepatnya hari sabtu, tanggal 27 Februari 2021, kita ketemu di rumah sahabatku, Yeniar.
Sesampainya di sana, kita, lebih tepatnya kami berlima, banyak sekali hal yang diceritakan. Mulai dari kesibukkannya apa sampai tentang pernikahan dan cita-cita.
Oh, ya, kami berlima kuliah di jurusan yang tidak semuanya sama, dan di kampus yang berbeda. Hanya dua orang yang jurusannya sama. Aku sendiri jurusan sistem informasi, sahabatku yang lainnya jurusan kedokteran, teknik sipil, dan manajemen dakwah.
Namun, ketika ngobrol-ngobrol, tapi ternyata kami satu cita-cita, yaitu menjadi dosen. Karena, profesi inilah yang setelah kami pikir-pikir memang paling fleksibel untuk kita perempuan yang nantinya akan berumah tangga dan memiliki anak.
Kemudian di sinilah tekadku semakin kuat untuk terus mengajar di kampus, di mana saat ini aku menjadi asisten dosen, walaupun di semester genap sebelummya aku sudah diamanahkan menjadi dosen untuk mengajar Human Computer Interaction (HCI). Tapi, gapapa kalau memang semester ini amanah dosennya diturunkan sedikit menjadi asdos, mungkin karena aku juga baru fresh graduate dan kampus baru naikkin akreditasinya. Jadi, pasti untuk jadi dosen kembali ada syarat dan ketentuannya.
Namun, Maha Baik Allah, dosen-dosenku masih mempercayaiku akan amanah mengajar ini. Jadi, tekadku dan arahku semakin kuat untuk berkontribusi untuk mengajar mahasiswa. Senang banget rasanya, bisa menjadi ranah untuk aku agar tetap menjaga dan mengupgrade ilmu yang telah kudapatkan di masa perkuliahan dulu.
------------------------------------------------
Lalu, setelah obrolan bersama sahabatku, seperti yang aku bilang, diriku semakin mantap dan yakin untuk keranah dosen. Dan yang paling buat aku bahagia lagi adalah aku punya sahabat yang benar-benar mendekatkan aku ke Allah banget, kumpulnya kami benar-benar berfaedah sekali :'). Lagi dan lagi, semua ini atas Maha Baiknya Allah :')
Maka benar, carilah teman dekat yang dengannya kamu semakin dekat kepada Allah, yang dengannya waktumu tidak menjadi sia-sia, maka inilah salah satu kenikmatan yang tidak terhingga untuk kehidupanmu kelak di akhirat nanti dan merekalah yang mungkin menjadi perantara kunci dari-Nya untuk penerang masa depanmu ❤️
2 notes
·
View notes
Text
Kunci Hidup Bahagia
Menurut seorang professor dari Harvard University, riset membuktikan bahwa resep untuk hidup bahagia bukan lah uang maupun ketenaran, tetapi hubungan yang sehat. Dalam sebuah Ted Talk, beliau menyampaikan penemuan dari riset yang telah dilakukan oleh peneliti di Harvard selama lebih dari 70 tahun, dimana beliau adalah directur generasi keempatnya. Riset tersebut meneliti dua kelompok lelaki sejak mereka remaja. Kelompok pertama dulunya mahasiswa di kampus Harvard, yang saat risetnya dimulai masih duduk di semester tiga. Sedang kelompok kedua adalah anak-anak dari lingkungan termiskin di kota Boston. Dua kelompok ini, satu persatu, diwawancarai setiap tahunnya, ditanyai mengenai kondisi fisik dan psikologi mereka, bahkan ditinjau hasil pemeriksaan kesehatannya. Setelah lebih dari 70 tahun, kesimpulan yang para peniliti dapatkan dari kehidupan para pria ini adalah keyakinan bahwa uang dan popularitas akan membuat hidup orang bahagia merupakan keyaninan yang menyesatkan. Karena dari semua peserta penilitian mereka, pria-pria yang hidupnya paling bahagia dan fisiknya paling sehat adalah yang menjaga hubungannya dengan pasangan, keluarga, dan masyarakat.
Ada tiga pelajaran penting tentang 'relationship' yang disampaikan professor itu melalui Ted Talk-nya. Pertama, hubungan sosial berdampak positif bagi fisik dan mental manusia, sedangkan kesepian dapat membunuh pelan-pelan. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Kita membutuhkan koneksi dengan orang lain untuk melanjutkan hidup, apa pun bentuknya. Kedua, yang penting bukan kuantitas, tapi kualitasnya. Katanya, hubungan yang baik dengan sesama membuat kita lebih sehat dan bahagia. Sedangkan berada dalam hubungan yang toxic atau penuh konflik tak hanya berdampak negatif terhadap mental, tapi juga fisik kita. Ketiga, hubungan yang baik tak hanya melindungi kesehatan tubuh, tapi juga otak kita. Penilitian ini membuktikan bahwa orang-orang dengan hubungan yang sehat dengan pasangan, keluarga, dan komunitasnya lah yang paling lama terhindar dari penyakit pikun atau dementia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan interpersonal adalah kebutuhan primer manusia. Kita tak hanya butuh sandang, pangan, dan papan, tetapi juga koneksi yang sehat dengan orang lain untuk bertahan hidup. Hubungan itu layaknya rumah, bahkan lebih baik lagi karena ia tak terikat di satu tempat. Dimana pun orang-orang yang kita sayangi berada, di sana lah tempat kita pulang.
2 notes
·
View notes
Text
Akhirnya kamu jadi tulisanku di hari yang ke 20
Kamu, iya kamu yang disana terpisah jarak kurang lebih 17000 kilometer dari tempatku berada disini, tempatmu disana yang berbeda waktu 2 jam lebih cepat dari tempatku disini.
Disanapun berbeda musimnya, musim yang belum pernah kutemui disini, disana juga berbeda budaya, bahasa dan makanananya.
Semua itu pun kamu lakukan demi mengejar mimpi dan cita-cita, sehingga kamu pun rela tinggalkan sementara tanah kelahiranmu untuk mendapat ilmu dan pengalaman baru selama 2 tahun ke depan.
Ku mengenal kamu belum lama, hanya sempat bertemu beberapa kali, tetapi cerita dan namamu sudah sering ku dengar, karena kita pernah ada di satu komunitas yang sama hingga sekarang.
Yang aku tahu sebelumnya tentang kamu, kalau kamu adalah seorang aktivis di bidang medis, beberapa kali kamu terjun ke lokasi bencana dan kegiatan kemanusian untuk menjadi relawan medis, beberapa kali juga aku mendengar tentang namamu, tetapi saat itu akupun belum peduli denganmu.
Hingga suatu hari, saat itu akupun melihatmu secara langsung di waktu dan tempat yang sama tetapi bukan tempat kita berkegiatan atau tepatnya di luar kota kita.
Ku melihatmu secara langsung sehingga dalam hatipun membuat kesimpulan “oh ini si dia” dan aku pun mulai penasaran tentang sosok dia, hingga akhirnya saat itu aku bisa berdamai dengan penasaranku untuk sementara, sambil ku mencoba berharap penasaranku terjawab.
Qodarullah seiring waktu berjalan akhirnya penasaranku pun terjawab, hingga ada seseorang yang mencoba menyatukan 2 hati yang tidak saling mengenal ini.
Setelah beberapa tahap berperoses, ternyata ketidakberanianku dalam mengambil resiko mengakibatkanku untuk menyerah untuk mendapatkan sosok asing tersebut itu.
Ku menyerah kepada sesuatu yang tidak kuketahui di masa depan, ku menyerah juga kepada jarak ribuan kilometer itu, walaupun tersirat dalam hati ingin tetap dengannya.
Tetapi yang menjadi salah satu alasan lain adalah karena ku juga berharap sosok itu bisa mengejar mimpinya dengan baik di negeri matahari terbit selama 2 tahun ke depan tanpa menghiraukan kehadiranku sosok asing yang belum lama hadir di kehidupannya.
2 notes
·
View notes
Text
Ahlan School Ramadhan
Apa itu ahlan school ramadhan? Ahlan school adalah sebuah sekolah online yang mempunyai program persiapan ramadhan. Disana terdapat kelas wajib, kelas kosong, dan kelas tutoring. Selain kelas-kelas tersebut, ada kegiatan tambahan seperti ekskul. Tahun ini, tepatnya bulan januari-februari, terdapat ekskul content creator, bahasa arab, desain illustrator, dan bahasa inggris.
Kelas wajib yaitu kelas yang dimana, pesertanya, siswanya, mendengarkan pemateri berbicara topik seputar persiapan ramadhan. Kelas tutoring yaitu kelas yang dimana, peserta, siswanya, mengimplementasikan materi yang telah disampaikan oleh narasumbernya. Saling berbagi insight yang didapat di dalam kelas wajib. Sedangkan kelas kosong yaitu kelas yang berkegiatan tadabbur terjemah qur’an bersama-sama. Semua peserta bergiliran membaca arti ayat, dari juz 1-30 per halaman. Menarik, bukan? Selesai sekolah ahlan, khattam an 30 juz.
Value yang dicanangkan ahlan yaitu, produktif shubuh, jangan berhenti di kamu, dan terakhir, persiapan ramadhan. Oh iya, semua kegiatan kelas dilaksanakan di pagi hari, pukul 05.00 WIB. Kecuali, ekskul yang dijadwalkan seminggu sekali jam 08.30 WIB setelah kelas tutoring.
Awal aku mengikuti ahlan, tidak berekspektasi kalau program ini aktif luar biasa. Ternyata, pak kepala sekolah, jajarannya, beserta para siswa berkomunikasi aktif sekali lewat grup whatsApp. MaasyaaAllah. Di ahlan pun, aku juga dilatih untuk berkontribusi sebagai moderator, juga bisa sebagai notulen. Pertama kali sepanjang sejarah, menurutku, melakukan dua hal tersebut.
Selain kelas-kelas, ekskul, ada juga kegiatan alkahfian bareng, keputrian setiap jum’at, dan sharing session kenalan dulu lebih kurang setengah jam, bisa disingkat KDLKSJ, dan yang lebih kerennya, di ahlan ada levelling amalan, biasa kita sebut, mutaba’ah yaumiyah sebulan selama program berlangsung.
Mungkin, sekian tentang ahlan school ramadhan, selengkapnya cek ig di akun @ahlanramadhan.id
2 notes
·
View notes
Text
Ketika Ruang Iri Kembali Meluaskan Wilayahnya
Allah Swt. tahu yang terbaik untuk hamba-Nya.
Allah Swt. tidak akan menguji diluar kemampuan hamba-Nya.
Hey, kamu kuat! Pasti bisa! Allah tahu kamu mampu!
Kalimat itu seperti mantra, menguatkan dalam beberapa hari terakhir ini. Tak luput ketika lelah menguasai, keluhan-keluhan yang sudah surut mulai mengibarkan bendera perang lagi. Ruang iri kembali meluaskan wilayahnya. Hati ini perlahan menggelap, aku tidak bisa lagi menahannya. Tidak ada teman berbagi, tidak ada harapan untuk menceritakan kisahku. Tidak ada yang mau mendengar. Semua sibuk mengabulkan permintaan tuan putri di rumah ini. Mereka takut menyinggung hatinya hingga mereka rela membalut luka-luka tak tampak selama berjuang dalam prosesnya. Tak jarang aku pun harus terlibat dalam luka itu.
Setiap kali terjebak dalam ruang ini, pintu ruang menyerah terbuka lebar-lebar. Memberikan harapan bahwa memasuki ruangan ini akan menjadikan segala penderitaanmu, rasa sakit segera berakhir. Ruang maksiat pun tak mau kalah, membuka pintunya dengan elegan. Merayu, hanya ini jalan untuk menghibur luka-luka itu. Tidak jarang hati pun tergoda untuk masuk, lupa bahwa masih banyak pintu yang lain.
Pintu yang selalu ada, namun enggan dilirik, pintu syukur. Betapa sudah lamanya diri ini menyia-nyiakan nikmat yang Allah Swt. berikan. Hari ini, Allah Swt. masih izinkan hidup, menghirup oksigen dengan tubuh yang sehat. Allah Swt. masih izinkan diri ini untuk menabung bekal akhirat. Mengapa masih dihabiskan dengan rasa tidak puas?
Teringat salah satu kutipan dari kelas Mbak Melinda di Bengkel Diri Level 1,
"Allah Swt. tidak akan meminta pertanggungjawaban kepadamu atas pencapaian atau rezeki orang lain. Allah Swt. Akan meminta pertanggungjawaban kepadamu atas apa potensi dan nikmat yang telah Allah Swt. berikan—baik itu berupa usia, masa muda, rezeki, maupun ilmu—dan digunakan untuk apakah semua hal tersebut."
Setiap manusia memiliki tugas dan misi hidup masing-masing. Allah Swt. pun tidak akan meminta pertanggungjawaban seseorang atas apa yang tidak diraih olehnya. Terus menerus larut dalam ruang iri tidak akan memberikan manfaat untuk diri ini. Mengapa tidak sibuk dengan merenungkan bagaimana mempertanggungjawabkan atas potensi dan nikmat yang selama ini Allah Swt. berikan? Mengapa tidak merawat dan meningkatkan potensi dan nikmat yang telah Allah Swt. berikan sebagai rasa syukur kita?
Yuk, mulai hari ini selalu bersyukur atas apa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Berjuang untuk selalu mencari solusi atas kekurangan yang ada. Rencana Allah Swt. yang terbaik. Semangat!!
1 note
·
View note
Text
Perjuangan yang Penuh Berkah
Kemarin malam, aku tersadar akan banyak hal.
Ya, malam itu adalah moment bertemunya aku dan teman asrama dengan ustadz melalui skype.
Pertemuan ini membahas tentang kegiatan pribadi.
Mulai dari kabar kegiatan di asrama sampai menyebutkan kegiatan di luar asrama.
Di pertemuan inilah, Ustadz banyak memberikan nasihat kepada kita, anak asrama.
Ya, memang di asrama ini kita diberikan beasiswa full.
Maka, apa yang telah diberikan adalah menjadi pertanggung jawaban kami masing-masing.
Di sana ustadz memberi nasihat. Bahwa kita sudah dewasa, maka seharusnya kita memiliki kesadaran sendiri untuk shalat tahajud, muraja'ah mandiri, dan tidak banyak lalainya.
Beliau mengingatkan, bahwa kita penghafal Al-Qur'an usahakan shalat tahajudnya jangan absen, usahakan muraja'ah mandirinya lebih dimasifkan, usahakan sehari dapat hafalan minimal sehalaman, usahakan tilawahnya dimasifkan.
Lalu, beliau mengatakan, yang intinya, kita punya banyak waktu 24 jam, gunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya.
Dari raut mukanya, ia memiliki kekecewaan yang terlihat.
Ya Rabbi. masih manusiawinya kita adalah ketika udah mulai ngantuk saat muraja'ah atau menghafal, lalu untuk menghilangkan kantuk adalah dengan megang hp. Walaupun, sebenarnya bisa dialihkan untuk berdzikir atau yang lainnya. Tapi, inilah kita yang mungkin masih dalam proses.
Tapi, menjadi hal yang tidak patut jadi pembelaan juga ketika kita selalu seperti itu. Padahal, diri kita ada di asrama ini itu beasiswa penuh. Harusnya kita bisa lebih hati-hati untuk menggunakan waktu, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Ustadz bilang, "Pertanggung jawaban kalian bukan sama Ustadz, tapi sama orang-orang yang telah memberikan kalian beasiswa ini."
Lagi-lagi benar-benar terhempas, mencoba muhasabah lagi, mencoba memetakan waktu kembali.
Beginilah amanah penghafal Al-Qur'an, indah, janji-Nya surga. Namun, banyak sekali hal yang mungkin 'menyenangkan' belum tentu baik untuk diri kita, sekali melakukan maksiat sedikit aja bisa mengganggu hafalan, SubhanaLlah :''.
Tapi, tetap membersamai Al-Qur'an adalah keindahan, bukan suatu hal yang menakutkan.
Justru dari sini, diri kita bisa benar-benar menjaga dan menjauhkan diri dari maksiat, dan terpacu untuk memberikan amal jariyah dibandingkan dosa jariyah. Indah, bukan? Yap, seindah itu. Penuh perjuangan, tapi perjuangan ini pasti penuh keberkahan dan kasih sayang-Nya :')
2 notes
·
View notes
Text
Menjaga Hati
Banyak orang berkata, "Menghafal itu mudah, namun, yang sulit itu adalah menjaganya."
Yap, betul. Untuk menjaga kamu harus butuh usaha lebih agar tetap terjaga. Pun sama halnya dengan mengagumi seseorang. Mengagumi seseorang mungkin menurut kebanyakan orang sangatlah mudah, tapi menjaganya yang susah. Tak jarang, banyak orang yang rela melepaskan penjagaan hatinya hanya karena ingin buru-buru memiliki. Padahal, hal yang terburu-buru itu tak pernah baik. Kita asumsikan seperti menghafal Al-Qur'an, kalau kita ingin buru-buru menyelesaikan Al-Qur'an, bisa saja, tapi mendapatkannya secara utuh belum tentu, karena kita melepaskan penjagaan.
Begitu pun sama halnya dengan hati, kalau hati kita selalu ingin segera memiliki, bisa saja, namun, sejauh ini kebanyakan tak berlangsung lama, bukan?
Karena kita telah mendahului proses itu sendiri, kita telah mendahului ketetapan Allah.
Maka, menjaga hati ialah tentang menjaga kebersihan hati itu sendiri. Menjaga hati adalah tentang menggantungkan harapan kepada yang Maha Pemilik Hati, bukan kepada manusia yang tempatnya kecewa. Bukan kepada manusia yang tempatnya khilaf.
Namun, jika memang kita sudah memiliki kesiapan untuk memastikan, untuk ke jenjang yang serius, maka boleh menyampaikan hal yang dirasa.
Akan tetapi, misalkan kita hanya menginginkan agar seseorang yang kita kagumi itu untuk segera kita dapatkan bukan dalam ikatan yang Allah izinkan, maka hanya kekecewaan yang nantinya akan Allah hadirkan.
Maka, cobalah ikut rules dari Allah. Biarlah rasa kagum kita, kita jaga baik-baik dalam hati kita. Kalau sudah waktunya tiba, maka akan Allah mudahkan dan mantapkan. Jika kita sudah mengikuti aturannya, jangan pernah merasa khawatir tentang apa yang nanti akan ditetapkan-Nya untuk kita. Ketetapan-Nya pasti adalah yang terbaik untukmu, wahai penjaga. Maka kelak, saksikanlah tentang hadiah terbaik-Nya yang akan membuat hatimu terkagum-kagum karena-Nya. Semangat jadi penjaga, ya! Hehe✌️
2 notes
·
View notes
Text
Tak Perlu Dimengerti
Suatu hari di musim dingin 9 tahun lalu, di sebuah supermarket di kota di utara Amerika, aku sedang khusyuk mendorong troli sambil mengecek daftar belanjaan ketika seorang pria kulit putih datang menghampiriku. Badannya tinggi besar, wajahnya merah karena marah, seolah aku telah berbuat salah.
Pria itu berhenti di hadapanku dan langsung menyerangku dengan caci-maki. Aku spontan terpaku. Lidahku kelu dan otakku seolah beku, tak mampu memproses apa pun ketika itu. 'Apa yang terjadi?' aku hanya mampu bertanya dalam hati. 'Apa salahku?'
Tak berapa lama, pria itu berhenti bicara, mungkin telah puas meluapkan amarahnya. Dia pun lantas berbalik pergi, meninggalkanku yang masih diam membeku, berusaha memahami apa yang barusan kualami. Meski biasanya tak kesulitan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, rasa takut dan shock membuatku tak mampu menangkap apa yang dikatakan pria tadi. Apa yang membuatnya begitu marah? Apa tanpa sadar aku telah melanggar aturan? Atau menyinggung orang?
Aku mengecek barang-barang di troli. Mungkin ada yang tak boleh kubeli? Tapi rasanya tak mungkin. Lalu mataku terpaku pada ujung jilbab yang kukenakan. Seketika aku tersadar. 'Oh,' pikirku. 'Inikah yang namanya islamophobia?'
Sekujur tubuhku gemetar, tapi kupaksa menyeret kaki selangkah demi selangkah. Tujuanku ke sini untuk belanja, aku tak boleh pulang sebelum membeli semua yang kubutuhkan. Meski jantungku masih berdegup kencang bahkan hingga perjalanan pulang.
Setelah sampai di asrama dan menutup pintu kamar, rasa takut dan shock itu belum hilang, malah semakin menjadi. Aku pun tak mampu menahan luapan emosi yang kupendam sejak tadi. Air mataku tumpah. Sekujur tubuhku masih gemetar dan kakiku pun tak mampu lagi menopangku berdiri. Aku terduduk lemas di lantai kamar yang dingin.
Belum sampai seminggu aku di sini. Antusias yang kurasa sejak meninggalkan kampung halaman, kini mulai terganti oleh rasa was-was. Apa seperti ini perlakuan yang akan kuterima selama lima bulan ke depan? Aku bahkan sempat terpikir ingin pulang.
'Tidak,' ujarku dalam hati, kudorong keinginan itu ke sudut gelap di kepalaku. Tak mudah bagiku untuk mendapat kesempatan belajar di sini. Aku tak mau usahaku bertahun-tahun sia-sia hanya karena kebencian yang tak rasional. Bukankah membenci seseorang hanya karena keyakinannya sesuatu yang tak masuk akal? Kemungkinan besar pria di supermarket tadi menyerangku dengan caci-maki karena melihat jilbab yang kupakai. Kurasa aneh sekali, padahal aku dan dia tak pernah berinteraksi sebelumnya. Kenapa melihat perempuan Muslim saja bisa menyulut emosinya?
Setelah beberapa saat, aku mulai merasa lebih tenang. Kubenahi kembali diriku. Kuputuskan untuk menerima kenyataan bahwa lebih mudah bagi manusia untuk memilih membenci sesuatu yang tak mereka pahami, karena pilihan lainnya adalah merasa takut. Rasa takut membuat kita lemah, sedang membeci memberi kekuatan. Aku tak harus mengerti kenapa mereka tak berusaha memahamiku. Kadang, ada hal-hal yang terlalu besar untuk kita hadapi sendiri, dan pilihan yang ada hanya membiarkan. Tapi, kuputusan untuk tetap melakukan apa yang kubisa, yaitu menjadi diriku sendiri, dan menunjukkan ke orang-orang di sekitarku meski penampilanku berbeda, aku sama saja dengan mereka. Jika tak ada yang mempermasalahkan orang dengan model pakaian beragam atau rambut warna-warni, apa yang salah jika auratku kututupi?
Beberapa hari kemudian, setelah selesai proses matrikulasi, aku dan beberapa mahasiswa internasional lainnya ramai-ramai berjalan bersama menuju kafetaria untuk makan siang. Seorang lelaki yang di sampingku bertanya kenapa aku memakai penutup kepala. Kujawab karena alasan agama. Lalu, gadis Latin yang awalnya berjalan di sebelah kananku mendadak mundur begitu kukatakan aku orang Islam. Kupandang dia sesaat tanpa ekspresi, lalu berpaling ke temannya yang bertanya barusan. Ternyata dia pun menatap gadis itu dengan ekspresi kesal, sebelum memberiku pandangan sarat makna, seolah berkata 'mohon dimaafkan'.
Aku tersenyum simpul dan menggelengkan kepala. 'Biarkan saja,' hatiku mengingatkan. Manusia membenci untuk melindungi dirinya. Tak perlu kutanya kenapa.
Kulanjutkan obrolanku seolah tak terjadi apa-apa.
2 notes
·
View notes
Text
Ini Tentang Berjuang
Setiap hari, waktu berputar maju. Setiap itu juga, maka umur kita semakin bertambah. Maka setiap waktu yang terus berganti seharusnya kita dapat lebih mudah memahami hidup ini dengan seksama. Kita perlu paham bahwa sedari kecil, bahkan saat kita masih berada di dalam rahim, atau bahkan sebelum kita benar-benar hadir, semuanya tidak luput dari perjuangan seseorang hingga sampai kita terlahir di dunia ini. Semua bermula dari perjuangan, lalu berjuang, dan selanjutnya berjuang lagi hingga sampai kepada kita terlahir di dunia ini, semuanya tidak luput dari kata "berjuang".
Maka dari sini harusnya kita paham benar bahwa hidup ini tentang perjuangan. Kalau mau hidup dengan baik, maka harus berjuang bukan berleha-leha atau bermalas-malasan. Orang tua kita saja tidak berleha-leha untuk melahirkan kita, disebabkan karena rasa sakitnya yang tidak terhingga, akan tetapi setelah kita terlahir, hatinya menjadi begitu senang. Ada nikmat tersendiri yang mungkin hanya bisa dirasakan oleh sosok ibu yang berjasa.
Ya, memang berjuang tidak pernah mudah. Banyak lika-liku yang akan kita lewati, air mata yang mungkin akan membanjiri langkah kita, dan hal lainnya yang mungkin akan mengganggu kita. Namun, kita tahu betul bahwa setelah berjuang akan ada Nikmat-Nya yang hadir. Inilah yang menjadi salah satu pereda kegelisahan dan ketakutan kita yang Allah janjikan. Maka teruslah berjuang sampai Allah ridha atas perjuangan kita dan mengungkap tabir kenikmatan yang menakjubkan. Dan jangan lupa untuk bersamai Allah dalam setiap perjuangan kita. Karena hanya dari-Nya lah pintu kemudahan-kemudahan itu akan terbuka.
2 notes
·
View notes
Text
Tentang Keberanian
Banyak yang mengira berani dan takut itu berlawanan. Jika seseorang berani, maka dia tak takut. Padahal, keberanian dan rasa takut itu tidak "mutually exclusive" atau bertolak belakang. Karena dalam perjuangan mengejar tujuan, bukan tak mungkin kita merasakan keduanya di waktu bersamaan.
Takut itu manusiawi. Rasa takut adalah bagian integral dalam hidup kita, karena setiap orang pasti punya sesuatu yang dia takutkan. Mereka yang taat beragama akan berkata seorang hamba hanya perlu takut pada Tuhannya. Namun, yang namanya manusia, pasti memiliki ketakutan-ketakutan lainnya. Dan menurutku wajar saja, dapat dimaklumi. Apalagi ketika berjuang menggapai impian yang selalu ada resiko kegagalan.
Berani bukan berarti tak merasa takut. Jika rasa takut itu tidak ada, maka seseorang menjadi "reckless", nekad, sebrono, gegabah. Dan itu yang bahaya. Karena rasa takut justru membuat kita berpikir sebelum bertindak, berhati-hati sebelum melangkah. Takut salah membuat kita memastikan ulang sebelum memberi jawaban. Takut ditolak mendorong kita untuk mencari tau apakah kita punya harapan sebelum mengutarakan perasaan. Dan takut gagal memotivasi kita untuk melakukan persiapan yang matang sebelum mulai mencoba.
Pada dasarnya, takut itu tak selalu negatif, selama intensitasnya tak berlebihan. Dan seseorang dikatakan berani bukan karena tak merasa takut, tapi karena meski rasa takut itu ada, dia memutuskan untuk tetap melangkah maju mencapai tujuannya. Keberanian mendorong kita ke depan, dan ketakutan menjaga kita agar tak salah jalan.
"To be brave, you don't have to stop feeling afraid. Because bravery is not the absence of fear. Instead, those who continue moving forward despite their fears are the ones who are truly brave."
3 notes
·
View notes
Text
Berdamai dengan Kehidupan
Kehidupan selalu meminta apa-apa yang ada pada diri. Untuk berdamai dengan kehidupan, maka diri harus selalu mempersembahkan yang terbaik. mempersembahkan hal-hal terbaik untuk berdamai dengan diri sendiri maupun orang lain, yaitu dengan selalu berfikir positif atas hal-hal yang terjadi.
Jangan sampai hal-hal negatif masuk ke dalam pikiranmu, karenaia akan mengganggu hidupmu.
Ya, untuk berdamai dengan kehidupan, diri harus menerima segala hal yang ditetapkan oleh-Nya.
Diri tidak boleh mengeluh, harus tetep semangat. Tidak boleh membuang-buang waktu, harus memanfaatkan dengan baik. Walaupun manusia tak pernah luput dari kefuturan.
Namun, jadikanlah kefuturan sebagai evaluasi diri untuk lebih baik kedepannya. Maka, untuk tetap melangkah maju, untuk tetap meng-upgrade diri, menambal hal-hal yang sekirinya berlubang.
Berdamai dengan kehidupan.
Maka, jangan pernah gengsi untuk memulai senyuman. Jangan pernah gengsi untuk mengatakan "terimakasih". Jangan pernah malu untuk meminta bantuan. Jangan pernah takut untuk meminta saran. Jangan pernah minder jika mendapat nasehat baik. Jangan pernah takut untuk menolak hal yang sekiranya tidak prioritas.
Berani mengabaikan hal-hal yang sekiranya tidak baik. Maka, teruslah melaju dengan hal-hal baik, jangan malu, jangan takut.
Berdamailah dengan kehidupan, teruslah melaju dengan prinsip hidup dan tujuannya, dan jadilah driver untuk kehidupanmu. Jangan menjadi penumpang yang apa-apa harus diarahkan, yang malu untuk berpendapat, yang selalu takut menolak, dan selalu mengikuti apa kata orang.
Setiap diri haruslah menjadi driver, yaitu driver atas dirinya sendiri. Maka, kendarakan hidup dengan sebaik-baiknya.
2 notes
·
View notes
Text
Pentingnya Menulis
Ada orang, yang menulis dikarenakan mengincar demi uang. Memang betul, dengan menulis, kita dapat menghasilkan uang. Disamping itu, tujuan menulis juga untuk mengkristalkan ilmu, menulis juga sebagai amal jariyah kita, untuk mendokumentasikan ilmu, melawan kebatilan, serta menyebarkan kebaikan.
Tahapan menulis, yang pertama yaitu niat. Niat yang lurus, tujuan menulis untuk apa. Kedua, tentukan tema, lalu buat kerangka tulisan. Ketiga, kumpulkan sumber atau referensi. Keempat, kembangkan tulisan lalu endapkan, mulai menulis, tahapan selanjutnya revisi tulisan, serta yang terakhir berbagilah hasil tulisanmu.
Sudah menulis, namun merasa kurang dengan hasil tulisannya. Merasa tulisannya tidak bermanfaat, dan lain sebagainya. Pada akhirnya, kita jadi malas menulis. Aku jadi teringat, ada sebuah surat di dalam Al-Qur’an yang menjadi penyemangatku dalam menulis, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5)
Maka, sepatutnya Aku, kita, seluruh ummat muslim, mulailah tanamkan kalimat berikut: “Segala kesulitan dan kepayahan ini hanyalah untuk berkhidmat pada agama, mendapat ridha Allah, membantu penyebaran kitab-kitab, menyebarkan sunnah nabi, dan ilmu-ilmu islam.”
Wallahu 'Alam
2 notes
·
View notes
Text
Apakah Tujuan Menulis?
Ada yang bertanya, "buat apa sih menulis-menulis seperti itu, tujuannya untuk apa menulis seperti itu? Mending melakukan penelitian biar bisa bikin buku,"Saya pun menjawab, suka aja nulis, lagi belajar nulis, supaya bisa jadi hobi nulis dan sekarang coba gabung di komunitas menulis".
Jadi kepikiran tujuan menulis itu untuk apa sih? Masih bingung juga jika tujuan menulis agar tulisan saya menjadi buku, malu juga tulisan masih ala kadarnya karena baru belajar tetapi berharap ingin jadi buku, karena bila dilihat banyak sekali tulisan-tulisan yang bagus bersebaran di internet dari tulisan di blog, wattpad, postingan-postingan sosial media yang harusnya bisa dijadikan buku, Tetapi memang sih jika ditanyakan, apakah semua orang bisa menulis? jawaban nya sih sebernya pasti bisa, setiap hari kita tidak jauh dengan tulisan, tinggal mau atau tidaknya kita dalam meluangkan waktu untuk menulis, Tetapi jika ditanya tujuan, sepertinya setiap orang memang berbeda,memiliki tujuan masing-masing, ada yang tujuannya karena memang suka menulis yang menjadikannya hobi, ada juga yang menulis karena tuntutan pekerjaan seperti penulis novel, buku, artikel, dan ada juga yang menulis sebagai untuk mencurahkan perasaan, yang pasti saat kita menulis sebenarnya kita sudah menghasilkan suatu karya, masalah di hargai atau tidaknya oleh orang lain itu masalah lain lagi, yang jelas kita harus memberikan apresiasi untuk diri kita sendiri karena berhasil menghasilkan karya yang berupa tulisan, termasuk karya yang lain selain tulisan.
Kenapa suka hobi menulis?, masalah kesukaan atau hobi tidak bisa di atur-atur oleh orang lain kadang memang datang dengan sendirinya dan hanya diri sendiri yang bisa merasakan, hobi itu layaknya seperti ada kenikmatan tersendiri dalam mengerjakan suatu hal, dan tidak harus juga hobi itu menjadikan jalan hidup dalam mencari penghidupan atau sebagai mata pencaharian, walaupun memang lebih bagus jika hobi adalah yang dibayar, Akan tetapi tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan seperti itu, seperti contoh lain ada yang hobi mendaki gunung belum tentu dia adalah seorang penjelajah yang dibayar atau tim SAR yang memang sudah memiliki gaji di tiap bulannya, bisa jadi profesi mereka di setiap harinya adalah pegawai swasta, pengusaha, atau Pegawai Negeri Sipil tetapi memiliki hobi mendaki gunung.
Menulis sebagai profesi bisa seperti seorang penulis novel, buku, atau seorang wartawan surat kabar, profesi mereka adalah orang yang selalu menyajikan sesuatu informasi berupa tulisan, bisa jadi mereka adalah orang yang memiliki hobi menulis dan dibayar, dibayar karena karya-karya nya walaupun memang tuntutan profesi, atau malah sebaliknya profesi mereka sebagai orang yang menulis hanya karena tuntutan profesi, tetapi hobi dan hal yang disukainya bukanlah menulis, bisa jadi mendaki gunung, main musik, olah raga atau kegiatan lainnya.
Menulis juga bisa sebagai cara untuk meluapkan perasaan, saya pernah dapat kata-kata tentang tulisan dari seseorang yang memotivasi "Bisa jadi lewat tulisan, kita lebih bebas mengutarakan perasaan, tanpa harus khawatir penilaian orang terhadap diri", Biasanya menulis yang seperti ini maksudnya dengan menulis dengan menggunakan perasaan akan memiliki hasil tulisan yang indah, dengan catatan dengan kata-kata yang baik, bukan dengan kata-kata kotor, mengutarakan perasaan bukan hanya perasaan saat sedang jatuh cinta saja, bisa jadi perasaan karena keresahan melihat apa yang terjadi di dunia sekarang, bisa tentang kondisi sosial, ekonomi, politik atau tentang alam yang mulai rusak dan di dalamnya bisa sebuah saran, kritik, renungan atau ajakan untuk melakukan sesuatu.
2 notes
·
View notes
Text
Introver Atau Ekstrover Bukan Penentu Kebahagiaan
Sebagian banyak orang, menganggap introver ekstrover merupakan penentu kebahagiaan. Introver yang dikenal pendiam, dan ekstrover yang dikenal dengan komunikasimnya yang terbuka. Introver yang dicap antisosial, aneh, gak seru, dan lain sebagainya. Dan seringkali, orang-orang introver menjadi objek bullying karena pendiamnya. Banyak streotip negatif tentang introver. Sedangkan, pandangan ekstrover merupakan orang yang enak diajak curhat, humble, pinter ngomong, dan lainnya. Yeah, pandangan ideal orang-orang diluar sana masih begitu.
Namun, menurut buku yang Aku baca, dan juga analisisku melihat teman-temanku, bahwa introver ekstrover bukan penentu kebahagiaan. Introver ekstrover bukan penentu keberhasilan. Introver ekstrover bukan penentu kepribadian yang baik dan menarik.
Ada temanku yang berkepribadian introver, dia mengklaim dirinya sebagai orang introver. Memang, awalnya dia sulit untuk berkomunikasi antar temannya. Tetepi, dibalik semua itu, dia diam-diam memikirkan ide yang hebat untuk membuat desain jaket, yang belum pernah terpikirkan oleh temannya yang lain. Disamping itu pula, dia enak untuk menjadi tempat cerita. Karena menurut buku, introver pendengar yang baik.
Banyak tokoh terkenal juga dari kepribadian introver, seperti, J.K Rowling, Bill Gates, Gandhi, dan masih banyak lagi. Mereka bisa berkarya walaupun mereka introver.
Maka, Aku mengambil kesimpulam, bahwa dalam dunia ini diperlukan keseimbangan. Kepribadian ekstrover yang mencoba untuk dekati introver sesuai kadarnya, dan kepribadian introver yang mencoba berkomunikasi dengan orang ekstrover untuk mencapai sebuah ide yang hebat.
2 notes
·
View notes