Tumgik
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
catatan dakwahku # 15
Memiliki teman hidup yang sempurna, baik, dan menentramkan adalah anugerah yang tiada tara. Memiliki dia yang selalu ada dan senantiasa membersamai kita dalam kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan, menjadi dambaan bagi hampir semua orang termasuk aku, gadis sederhana yang baru menemukan dirinya melalui teman hidupnya.
Perkenalkan, namaku Suci Dara Zahera. Aku sudah dipanggil “uci” oleh bapak sewaktu masih berada di dalam perut ibu. Dan Ternyata, qodarullah dugaan bapakku itu benar. Aku anak perempuan mereka yang lahir di sudut desa di kecamatan Batujajar, Bandung Barat, Jawa Barat tepatnya di sebuah rumah sederhana dekat gerbang sebuah SMP, pada 21 tahun silam.
Berbicara tentang teman hidup, apakah teman-teman pembaca sudah menemukan teman hidupnya? Bagi yang belum, semoga Allah segera pertemukan. Bagi yang sudah, semoga Allah memberkahi kebersamaannya. J
Alhamdulillah, aku juga sudah menemukan dan memilih teman hidup. Memang jika sendirian berjalan di tanah bumi yang penuh hiruk pikuk asap godaan dan hamparan pahala, rasanya akan berat tanpa teman. Bersama teman, setidaknya hidup kita lebih berwarna dan berenergi bahkan mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan dunia akhirat.
Kisahku dengannya dimulai saat usiaku masih sekitar 4 tahun. Waktu itu, aku dibujuk ibu untuk ikut mengaji bersama kakak-kakak karang taruna yang mengadakan pengajian untuk anak-anak di desaku. Kata ibuku, “Seorang muslim itu harus paham ilmu agama, harus dapat mengaji dan membaca al-qur’an dengan baik karena itu semua akan menjadi bekalnya di akhirat kelak.”
Kutatap wajah ibuku, senyumnya begitu tulus. Matanya masih tertuju ke arahku dengan berbinar-binar penuh harap agar hatiku bisa tergerak mengikuti ajakannya. Yaa hati kecilku seperti terpanggil, tapi karakterku yang tidak mudah bergaul dengan orang lain menghalangi terealisasikannya panggilan itu. Lantas aku berujar,
“Mah, aku malu. Nggak ada temen.” Agar beliau tidak menanggapi jauh bahkan malah marah padaku, aku bergegas henyak dari hadapannya.
Tapi usaha ibu dan bapakku tidak cukup sampai disana. Akhirnya mereka menyekolahkanku di sebuah TK terdekat. Walau berbasis TK, pengajarannya memadukan antara ilmu dunia dan ilmu agama. Para ibu gurunya menggunakan kerudung begitupun dengan seragam murid-murid perempuannya. Dan dari sana aku mulai dikenalkan bacaan IQRO sebelum akhirnya mendapat kelayakan membaca al-qur’an.
Lalu, setahun kemudian, orang tuaku menyekolahkanku di MI yang berlokasikan dekat pasar Batujajar. Sampai setelah lulus dari MI, aku dikirim ke pesantren untuk jenjang SMP dan SMA. Nampakknya orang tuaku sangat berserikeras berjuang memperkenalkan dan mendekatkan aku dengan ilmu-ilmu agama. Sebenarnya, saat itu aku belum menerima semua keputusan orang tuaku itu. Kehidupanku seperti bukan milikku. Saat aku hendak mengelak, mereka sering berujar “ Itu semua untuk kebaikan dan kebahagiaanmu nanti!” Aku tidak paham, apakah aku harus bahagia nanti, dan kapan nanti itu? Yang jelas, aku tidak benar-benar menikmati semua perjalanan itu. Bukan ini yang aku mau, dan kuakui saja ada ketidakikhlasan yang menyelinap ke dalam hatiku.
Hingga permasalahan besar pun mulai menghampiriku saat aku duduk di bangku SMA. Dimana dimasa itu, anak-anak mulai menemukan hal-hal baru. Dan pada saat itu pula sudah mulai dituntutnya mereka untuk  belajar mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan yang dipilih.
Dan disanalah aku mulai mendapatkan banyak guncangan. Yang kala itu, aku masih dalam perjalanan mencari teman, semesta malah mengirimkan ujian-ujiannya. Satu persatu masalah berdatangan, seperti cinta yang tak sampai, persaingan kompetisi yang semakin ketat, tuntutan mempromosikan citra diri, dsb. Aku merasa kewalahan dengan semua itu. Faktor putus cinta sedikit banyaknya membuat diriku seolah rapuh. Pertama kalinya aku merasakan patah hati. Namun, tidak hanya itu yang mengguncangkan diriku. Aku dituntut untuk tampil dewasa, harus selalu baik-baik saja, harus kuat dan bertahan, yang mana sebenarnya aku belum siap untuk itu semua.
Dan karena fase ini adalah baru bagiku, aku mencoba memberikan dan berbuat yang terbaik. Kata mereka, banyak mendengarkan orang lain hidup akan dapat menjadi lebih baik. Aku harus terbuka dengan saran dan kritik. Namun naasnya, kritikan dan saran itu secara tanpa sadar menghantarkanku menjadi orang lain. Aku belum pandai menyaring mana ucapan mereka yang membangun diriku, dan mana yang malah hanya mengganggu. Yang jelas saat itu aku berpersepsi “orang yang hebat adalah yang mampu membahagiakan semua orang.” Saat itu, aku ingin semua orang menyukaiku, menghargaiku, jangan sampai ada satu orang pun yang membenciku apalagi dibuat kecewa olehku.
Ternyata, betapa sulitnya melakukan semua itu. Semua omongan mereka itu, menuntutku untuk menjadi sempurna, tidak boleh salah, tidak boleh memiliki cacat sehingga aku semakin takut untuk mengambil keputusan. Aku semakin takut jika disalahkan. Semua itu, membuatku seperti memasang wajah palsu dihadapan banyak orang yang harus menampakkan kondisi baik-baik saja. Aku seperti menciptakan kebohongan demi kebohongan yaaa mungkin kebohongan yang tidak memberikan untung untuk orang lain namun bahkan memberikan kerugian untuk diri sendiri.
Lantas apa yang bisa kulakukan? Saat itu, aku hanya bisa mengadukan semua di kala hening malam sudah datang. Berbisik di tengah kesunyian hati sampai berderai air mata sambil tersedu-sedu “Ya Allah, sebenarnya aku nggak kuat dengan semua ini.” Aku lantunkan kalamNya dalam isak tangis hingga tanpa sadar terlelap dan terbangun dengan kondisi lebih baik.
Hal itu terus saja berulang, mengusik hingga tiba kelulusanku di pesantren.
Alhamdulillah Ada kelegaan karena semua tuntutan itu ku kira akan usai. Namun ternyata, ucapan mereka masih saja mengiringi. Terlebih lagi, dengan instuisiku yang berlebihan. Aku merasa masalah ini belum selesai. Seolah diriku seperti terdorong untuk mewujudkan cita-cita orang lain. Seperti halnya guru-guruku yang menyarankan begini. Sedangkan orang tuaku memintaku begitu dengan alasan-alasannya, dan semua itu kusibukkan diri mendengarkan harapan-harapan mereka.
Lantas aku berkata dalam hati, “Lalu aku harus bagaimana? Mengikuti yang mana?” Diriku benar-benar terobsesi dengan ekspetasi orang lain. Namun, tanpa sadar perlahan aku merasa “kehilangan diri sendiri”.
Singkat cerita, Allah pun menegurku, aku dinyatakan tidak lulus di suatu program seleksi masuk perguruan tinggi. Hal itu benar-benar meruntuhkanku. Aku tidak bisa mewujudkan ekspetasi mereka. Ambruk sudah. Aku benar-benar lelah menjalani semua itu. Minatku untuk melanjutkan sekolah menjadi ragu, bahkan aku menjadi ragu dengan potensiku sendiri.
Topeng kebohonganku yang selalu menunjukkan wajah palsunya, kulepas dan kulempar jauh-jauh. Sepanjang hari aku hanya mengutuki diri sendiri. Aku jauhkan diri dari semua orang. Bahkan waktu berinteraksi dengan Tuhan pun aku lakukan seadanya. Tidak ada ritual-ritual mengadu lagi. Hilang semua harapanku bahkan sebenarnya aku tidak pernah punya harapan dan tujuan. Aku hanya menumpukkan semua harapan untuk mewujudkan harapan-harapan orang lain. Aku tidak tahu apa yang aku mau. Aku tidak tahu apa yang aku bisa. Dan aku merasa aku sudah tidak berguna lagi di dunia ini.
Miris memang pernah berada di lubang peratapan seperti itu. Hampir saja aku lupa diri, hampir saja aku menghantarkan diri ini pada kemusnahan. Dan itu hampir saja….
Dan Masya Allah, Allah Maha Baik. Pada suatu hari di hari-hari kelam itu, bisikkan perkataan ibu sewaktu aku kecil tiba-tiba terngiang di telinga. Terlintas pula nasehat dari para guruku di pesantren  tentang anjuran agar menjadikan al-qur’an sebagai teman hidup. Saat itu, aku tidak benar-benar meyakininya. “Apa hebatnya sih? Kok kita harus berteman dengan sebuah buku!” Pikirku saat itu.
Ternyata, panggilanNya tidak hanya sampai situ. Tanpa kusadar, Allah seperti memberi rambu-rambu petunjuk agar aku mau kembali, bertahan, dan melepaskan semua beban hidup agar tidak ditanggung sendiri. Temanku saat itu hanyalah handphone. Qoutes kata-kata hikmah di media sosial, perlahan mengajakku untuk mau beranjak dari keterpurukan. Hingga ada satu untaian kata yang memberi petunjuk, kurang lebih begini. “Al-qur’an adalah obat”. Saat itu pun, langsung terlintas lagi nasehat-nasehat guruku, perkataan orang tuaku. Dan aku hanya bisa terdiam. “Jika memang ini petunjukNya, aku ingin mencari kebenarannya.”
Bayangan-bayangan tentang menyudahi hidup kuhempas jauh-jauh. Aku hadirkan diri untuk mencari kebenarannya. Lalu, perlahan Allah gerakkan hatiku menonton sebuah acara Hafiz Indonesia RCTI di Youtobe. Yaa qadarullah, aku jarang menonton tv karena di pesantren tidak ada tv. Dan Masya Allah, perlahan-lahan hati yang awalnya seperti tertutup dan hampir mengeras, mulai meluluh.  Saat mendengar kalam-kalamNya yang indah, air mata ini tak bisa lagi terbendung. Jadi, selama ini aku kemana aja? Sebenarnya, kepada apa dan siapa aku menggantungkan diri? Dan sebenarnya kemana mauku?
Tumpah air mataku. Basah bajuku oleh tangisan penyesalan. Terlebih lagi saat aku mendengar bahwa dalam kalamNya, agar jangan putus asa dari rahmat Allah.
Kuhelakan nafas panjang. Yaa, aku sudah terlalu jauh berpaling. Aku harus kembali. Maka mulai saat itu aku putuskan untuk mau lagi berinteraksi denganNya. Kumulai perbaiki hubunganku denganNya. Dan bersedia membaca lagi kalam-kalamNya.
Dan alhamdulillah, Allah bimbing aku untuk tidak lepas dari menggenggam hidayahNya. Aku dihantarkan untuk bersedia belajar dan mengajar mengaji di TPA tempat TK-ku dulu. Kuputuskan untuk sejenak rehat dari  perjalananku menlanjutkan pendidikan. Walau usiaku akan berkurang, dan mungkin teman-temanku akan sukses duluan, tak mengapa. Yang penting aku bisa menemukan diriku terlebih dahulu dan menemukan definisi suksesku sendiri.
Dan hari demi hari, aku menemukan banyak hal yang berarti. Satu persatu bagian diriku yang hilang itu kembali. Aku tumbuh kembali menjadi diri yang utuh. Aku merasa lebih baik dengan ketenangan yang senantiasa menyertai. Dan ini adalah anugerah terbesar bagi hidupku. Sebenarnya, Allah sudah hadirkan al-qur’an yang kubutuhkan bahkan sebelum aku mengetahui apa yang kubutuhkan. Al-qur’an yang pernah dibaca, didengarkan, tersimpan rapi dirak lemari, yang digaung-gaungkan oleh kedua orang tuaku dulu untuk dipelajari. Dan inilah jawabannya. Al-qur’an yang seharusnya diyakini menjadi pedoman bukan hanya sekedar cukup diketahui secara definisi saja. Al-qur’an adalah teman yang harus diimani, dan layaknya seorang sahabat, harus dilimpahkan kepercayaan penuh kepadanya tanpa ada keraguan sedikitpun.
Dan setelah hidayah ini datang, satu tekadku “Aku tidak ingin membiarkan hidayah itu pergi lagi.”
Yaa, sekalipun kehidupanku sudah mulai membaik tetap saja ujian silih berganti, aku tetap mensyukurinya, karena kini aku sudah lebih siap menghadapi semuanya. Aku tidak akan memilih jalan menyerah lagi, aku sudah menemukan diriku bersamaan dengan teman hidupku.
Maka untuk menjaga semua anugerah yang Tuhan beri, Allah menautkan hatiku untuk mulai bersungguh-sungguh menghafal al-qur’an. Walau pada awalnya ada perasaan khawatir dan takut karena betapa beratnya tanggung jawab seorang penghafal al-qur’an. Namun, setelah direnungkan ini adalah jalan terbaik untuk tetap menjaga keistiqomahan bersamanya.
Dan dengan kemauan kuatku itu, Allah pertemukan aku dengan Kelas Tahfiz Online dari instansi pendidikan Tahfiz di daerah Padang. Alhamdulillah, walaupun online tapi aku benar-benar terbantu. Saat itu programnya 4 bulan dan alhamdulillah aku bisa menyelesaikannya dan mendapatkan 1 juz hafalan.
Dan sebulan sebelum program tahfidz di kelas online-ku usai aku mendapatkan bc-an di suatu grup WhatsApp tentang Rumah Qur’an Nurhidayah Online. Aku pun mencari tahu lebih jauh, sepertinya aku sangat membutuhkan lingkungan seperti itu, berada ditengah-tengah orang yang sedang memperjuangkan kualitas diri dan menjaga keimanannya.
Dan Alhamdulillah, aku merasa beruntung berada di sini, dengan didampingi oleh ustadzah-utadzahnya yang luar biasa aku seperti mendapatkan role model muslimah sejati untuk diriku sendiri. Disamping itu, di ruQun ini tidak hanya menyediakan program menghafal al qur’an saja, tetapi ada program-program lain yang membantu meningkatkan kualitas interaksi kita dengan al-qur’an, disertai dengan adanya program pengembangan diri seperti: kelas menulis; workshop; ngaji bareng, dll. Tidak jarang juga ustadzahnya mengajak bermuhasabah diri, mengingatkan sholat tahajjud, membaca al-kahfi, dll. Semua hal ini membuatku seperti berada di taman surga. Yang mana diliputi nuansa kebaikan yang terus menerus. Saling mengingatkan dan menjaga. Saling peduli dan berkasih sayang. Disinilah kutemukan ukhuwah islamiyyah yang sesungguhnya, bahwa berjuang sendirian dan sukses sendirian tidak akan memberikan untung yang banyak. Tetapi dengan sama-sama mengajak saudara semuslim kita, saling merangkul, membina, dan menjaga, harganya tidak tertebus oleh dunia dan isinya.
Dengan hal itu, aku ingin mengucapkan terimakasih kepada Allah atas hidayah yang sangat mahal ini, bantu aku untuk senantiasa Istiqomah yaa Allah, aamiin. Dan juga terimakasih kepada orangtuaku tercinta, guru-guruku, teman-temanku dan juga terimakasih Rumah Qur’an Nurhidayah, semoga panjang usia kebaikannya dan terus memberikan manfaat terlebih lagi  umat. J
“Bersama al-qur’an aku menemukan diriku yang sebenarnya. Yaa dialah teman hidup yang sebenarnya”
6 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 14
# memilih teman berarti memilih nasib jalan hidupmu
Teman. Rasanya hidup ini akan sepi jika tanpa kehadiran teman. Tidak ada tempat berbagi cerita, berbagi rasa, dan bahkan berbagi pelajaran hidup.
Adakah diantara kalian yang mengaku dirinya tidak memiliki teman satu orang pun? Semoga kehadiran teman dalam hidup kalian membawa banyak kebaikan dan kebahagiaan. Karena ternyata memilih teman adalah bagian dari indikator penentu kebaikan kita. Sudah banyak kita lihat disekitar kita, ada yang merasakan kerugian karena salah memilih teman. Dan ada pula yang berseri-seri menikmati hidup bersama temannya. Dalam hal ini betapa urgennya perhatian dalam memilih teman. Sampai-sampai al-qur’an pun mengatur sedemikian tata cara bergaul yang baik agar nantinya manusia tidak terjerumus ke dalam penyesalan.
Lalu, apa saja sih indikator-indikator memilih teman yang baik dalam islam? 
Diantaranya:
1. baik agamanya
2. baik akhlaknya
3, baik lingkungannya
4. baik tutur bahasanya
semoga bermanfaat!
1 note · View note
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 13
#Kenapa dunia penuh ujian?
Tuhan, aku lelah dengan ujian yang tidak terus berhenti. Kapan ujian akan berakhir?
**
Sering kali kita mengeluh saat sesuatu yang tidak kita sukai menimpa diri kita. Penderitaan, kehilangan, kesedihan, pengkhianatan, semua begitu pahit. Terkadang, mungkin pernah ada sampai hampir berada dititik keputusasaan.
Wahai diri, keputusasaan tidak akan menguntungkanmu sedikit pun.
Jalan satu-satunya adalah bersabar dan bertaqwa.
Siapa yang akan menguatkan kesabaramu? Tentu saja Allah, maka mintalah kepadaNya.
Kamu selamanya akan mampu menjalani beribu-ribu ujian yang menimpa walau mungkin satu persatu ragamu akan hilang, duniamu sirna, kebahagiaan hidup di duniamu tergadaikan demi apa? Demi lulus menyelesaikan ujian yang Tuhan beri.
 Wahai diri, dunia ini tempatnya manusia-manusia diuji. Mereka akan terus diuji sampai habis masa mereka di dunia. Dan seorang mukmin sejati, dengan modal keimanannya kepada Allah, tidak akan menyerah, tidak akan tumbang dengan terpaan ujianNya. Mereka bertekad akan terus berjuang sampai menginjakkan kakinya ke surga Allah.
 Beriman atau manusia biasa, mereka sama-sama Allah kasih kesedihan dan kebahagiaan. Mereka pasti pernah merasakan kesakitan dan kepedihan. Tapi berbeda takarannya. Orang yang beriman, diuji untuk menjadi kesempatan untuk naik level ke tingkat berikutnya. Semakin kuat keimanannya, semakin besar ujiannya. Mereka menjadikan bahagia dan duka adalah sama. Sama-sama alat Allah untuk menguji hambaNya. Dengan bersyukur dan bersabar dalam ujian berupa duka, dan bersyukur dan tetap istiqomah bersabar dalam ujian berupa bahagianya, semua adalah sama. Dipandangnya dunia ini adalah sama. Tidak benar-benar special. Karena kelulusannya lebih berharga dari dunia dan seisinya.
 Wahai diri, yakinlah! Kamu sanggup menjalani semuanya.
Ada Allah. Kamu tidak sendirian. Maka, bergegaslah! Masih banyak hak orang lain untuk mendapat bantuanmu. Jangan biarkan dirimu hidup sia-sia untuk sendiri. Tebarlah kebaikan, sebagaimana yang diajarkan Allah dan RasulNya.
2 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
 #cara dakwahku 12
#Capeknya Belajar
“Uh! Capeknya belajar. Tugas lagi, tugas lagi!”
“Tiada hari tanpa tugassss!” Teriakanmu menggaung memenuhi sudut-sudut kamar.
Pernahkah ada yang seperti itu? Seperti berada dititik lelah dalam belajar dan menuntut ilmu.
Hallo guys, assalamu’alaikum. Jumpa lagi di catatan tumblr-ku.  Kali ini, yuk kita bahas mengenai belajar dan serba-serbi ceritanya!
Belajar. Apakah belajar itu? belajar adalah proses perubahan dari perilaku lama kepada perilaku baru dengan menyelami berbagai pengalaman dan latihan. Setiap hari, sejatinya manusia mengalami aktifitas belajar dimana pun dan bersama siapa pun. Hal-hal baru yang ia jumpai, dan ia hadapi dengan penuh kesadaran, pada akhirnya menghasilkan pengalaman baru yang berbuah keahlian, peningkatan keilmuan yang dimilikinya, dan perasaan-perasaan baru yang muncul.
Proses belajar ini tidak lepas dari peran otak dan akal yang telah Tuhan anugerahkan, terlebih lagi kepada makhluk yang dinobatkan paling sempurna yaitu manusia.
Pada kehidupan manusia, tidak ada hari baginya tanpa ada pembelajaran di dalamnya. Dengan akal yang Tuhan anugerahkan, manusia dapat melakukan banyak hal, memodifikasi berbagai hal, melakukan perbaikan atau malah kerusakan.
Akal menjadi alat bagi manusia untuk berbuat sesuatu. Nah, aku garis bawahi yaa kalimat tadi. Akal adalah alat, sebagaimana dengan pisau. Jika kita menggunakan pisau untuk memotong sayur-sayuran, buah-buahan, membantu pekerjaan rumah, maka manfaatnya adalah tersalurkan untuk hal-hal yang baik. Tapi sebaliknya, jika kita menggunakan pisau untuk menyakiti manusia, hewan, atau bahkan membuat kerusakan, maka alat tersebut berbuah kemadhorotan. Hal inillah yang musti kita renungkan bersama.
Menyinggung dari beberapa statement diatas mengenai lelahnya belajar. Yuk, kita cari tahu! Kenapa manusia bisa ada dititik lelah dan titik malas dalam belajar?
Ternyata, secara sederhananya. Otak kita bisa merasakan kelelahan. Hal ini karena mereka memiliki batas optimalnya. Maka dari itu, otak kita butuh istirahat untuk merecharger kembali energi kekuatannya. Kita tidak perlu memaksa otak kita untuk terus bekerja dan berfikir, karena hal tersebut hanya akan membuat daya kemampuannya semakin melemah. Dan ternyata, dalam islam pun kita tidak diperkenankan memperbudak diri sendiri dengan memperkerjakan mereka terus menerus karena perbuatan demikian adalah dzolim.
Maka dari itu, boleh banget kalau temen-temen memutuskan untuk istirahat saat otak dan tubuh sudah mulai merasakan kelelahan.
Nah, meski demikian, perlu ada yang diingat nih. Waktu istirahat pun sebaiknya diporsikan secukupnya. Hal ini karena jika berlebihan dapat mengundang rasa malas. Nah, malas ini nih yang harus kita perangi.
Terkadang, manusia tidak bisa membedakan cara menyikapi diri mereka ketika sedang merasakan lelah, dan ketika sedang merasa malas. Rasanya keduanya hampir sama-sama saja.
Maka dari itu, perlunya kita mulai mengindentifikasi apa-apa yang kita rasakan untuk kemudian dapat kita temukan solusinya.
Point pertama, solusi untuk diri yang sedang lelah adalah memberikan waktu istirahatnya.
Sedangkan, untuk yang sedang dilanda malas, ia harus melawannya.
Lawan malas dengan cara apa?
Berikut ini tips-tips sederhana yang dapat aku bagikan:
1.       Bergegaslah pindah dari posisimu saat ini. Jika kamu dilanda malas dapat posisi rebahan, maka mulailah pindah dari tempat rebahanmu. Kemudian, bergeraklah. Lakukan aktifitas-aktifitas yang mampu menggerakkan tubuhmu sehingga darahmu mengalir dengan lancar. Hal ini dapat kamu lakukan dengan membereskan tempat tidur, memasak, olahraga, dll.
2.       Renungkanlah apa yang membuatmu malas. Jika kamu mendapati alasan kemalasan disebabkan tugas yang menumpuk dan berat, maka kamu dapat mengendalikan sugestimu bahwa semua pekerjaan itu ringan. Langkah awal yang dapat kamu lakukan adalah, membagi pekerjaanmu kepada beberapa part. Dan pada setiap part, kamu dapat menyelingi dengan istirahat, reward untuk diri sendiri karena telah berhasil menyelesaikan pekerjaanmu sedikit demi sedikit. Jika kamu mendapati alasan kemalasan yang lain, kamu dapat mensugestikan diri dengan hal-hal yang terlihat menyenangkan pada saat kamu melakukan pekerjaan/pembelajaran tersebut.
3.       Diwaktu istirahatmu, jika kamu mau menikmati hal-hal yang menghibur, pastikan batas waktunya. Hal ini agar kamu tidak berlarut pada kesenanganmu sehingga melupakan kewajibanmu.
4.       Jangan lupa berdoa, berdoalah agar dijauhkan dari sifat malas. Dan bertekadlah dalam dirimu sendiri bahwa kamu mampu menyelesaikan semua pekerjaan dan pembelajaran ini.
5.       Jangan biarkan dirimu rugi waktu hanya karena menggugu kemalasan. Imam syafi’i berkata “ Barang siapa yang lelah belajar dimasa mudanya, maka siap-siaplah ia menanggung penyesalan dimasa tuanya. ”
 Semoga, tips dari aku bisa bermanfaat yaa. Ingatlah! Kita belajar, mengerjakan tugas dari guru/dosen, semata-mata bukan hanya ingin meraih nilai A dan gelar terbaik saja, melainkan menuntut ilmu adalah kewajiban kita sebagai muslim dan muslimah. Sedari kecil, kita sudah terbiasa belajar, dan kita akan terus belajar sampai nafas terakhir. Maka, cukuplah ridho Allah dan pahala dariNya yang benar-benar menjadi motivasi sejati bagi kita dalam meraungi wisata belajar di dunia. Dan kita harus menyakini firmanNya bahwa orang-orang beriman dan berilmu akan Allah angkat derajatnya. Maka jangan biarkan iman kita keruh karena tidak adanya ilmu yang menyertai. Hiasi diri kita dengan ilmu, karena ilmu akan menjadi penerang kehidupan.
Terimakasih :)
3 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 11
# Dakwah Multikultural
Pernahkah temen-temen mendengar istilah tersebut? Mungkin ada yang merasa masih asing atau beberapa sudah terbiasa mendengar istilah itu. Yaa, izin berbagi yaa... Dakwa multikultural itu dakwah dengan berbasis pendekatan multikultural. Istilah dakwah ini sudah ada dari dimulainya zaman kontemporer yang mana zaman tersebut sudah mulainya tumbuh bibit bibit masyarakat multikultural. Setelah mengalami berbagai peristiwa-peristiwa yang mendunia seperti faktor peperangan, faktor gejala alam yang akhirnya menjadi sebab masyarakat mulai mengenal dan memasuki dunia multikultural. Dimana sebenarnya keberadaan masyarakat multikultural ini tidak bisa terelakkan karena perbedaan sudah menjadi sunnatullah di muka bumi ini. Dalam hal itu, agar ranah dakwah dapat memasuki semua kalangan dan lapisan masyarakat maka diperlukannya pendekatan dakwah melalui budaya-budaya mereka. Karena informasi akan mudah diterima jika dianggap informasi tersebut sejalan dan tidak berlawanan dengan nilai, norma, keyakinan, dan budaya yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat. Maka dari itu, hadirlah dakwah multikulturalisme untuk mendorong gebarakan baru dalam menyampaikan pesan agama ke seluruh penjuru dunia. Walau memang pada kenyataan di lapangan, masih ada beberapa orang yang tidak setuju dengan adanya pendekatan dakwah seperti ini, karena hal ini dianggap mendekati faham sekularisme yang mana paham itu hanya akan mengakibatkan kecarut-marutan di dunia. Padahal, segala informasi itu sebaiknya tidak cukup jika hanya dinilai dari sekilas info atau cangkangnya saja. Perlunya orang-orang memahami lebih jauh apa eksistensi dari tujuan dakwah multikultural ini dengan keberadaan kondisi masyarakat pada zaman sekarang. Dakwah tidaklah harus bersifat kaku dan kolot, sehingga banyak orang yang tidak tertarik terhadapnya. Melainkan seharusnya dakwah dapat dikemas menjadi sesuatu yang dapat memancing daya tarik masyarakat dunia untuk mau menerima isi dan keberadaan dari dakwah itu sendiri tanpa perlu melunturkan esensi dari nilai-nilai ajaran Islam yang diajarkan oleh Allah dan RasulNya. Maka dari itu, yuk kepoin lebih jauh tentang dakwah multikultural, dan setelah itu kamu ada diposisi mana? Pro dengan adanya dakwah multikultural atau sebaliknya? :)
2 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Bukan Milikmu!
#cara dakwahku 10
Ada banyak hal di dunia ini yang tidak berhak kita paksa untuk kita miliki. Bahkan, sejatinya dunia ini pun bukan benar-benarnya milik kita. Semua kepemilikan yang kita miliki sekarang itu hanyalah sementara, tidak abadi. Dunia ini hanyalah titipan, bersama dengan apa-apa yang ada didalamnya. Termasuk makhluk-makhluk yang menghuni dan apa -apa yang melekat pada diri, seperti akal, perasaan, dan jasad. Tugas manusia hanyalah beribadah dengan menjaga semua titipan yang Allah beri. Menjadikan semua anugerah ini sebagai ladang dalam menanam kebaikan untuk kita tuai pahalanya di hari akhirat nanti. Akal yang kita miliki, bukan sepenuhnya milik kita. Namun kita tetap berhak membawa akal ini kepada fungsinya yang dapat menyelamatkan kita. Menyuapinya dengan berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat termasuk ilmu agama yang merupakan ilmu paling utama di dunia ini. Kita dapat menjadikan akal ini sebagai alat kemana kita mau menuju. Jasad ini, bukan sepenuhnya milik kita. Kelak akan ada waktunya kita meninggalkan jasad yang dahulu pernah kita sanjung-sanjung keindahannya. Kelak akan ada waktunya kita melihat kemusnahan jasad kita sendiri. Dahulu wajah yang rupawan, tubuh yang kekar, kulit yang mulus, semua itu tidak benar-benar selamanya. Semua keindahan itu tidak selamanya melekat pada diri kita. Maka, kehadiran jasad bukan hanya untuk sekedar menjadi objek sanjungan, melainkan benda yang dapat menunjang diri kita mendapat kebahagian akhirat dengan menggapai ridho Allah. Allah ridho saat kita mampu menjaga jasad kita, maka itulah jalannya... Menjaga... Begitupun dengan hati, dimana tempat central perasaan kita singgah. Hati kita penentu keadaan diri kita. Jika hati kita baik maka baiklah seluruhnya, dan begitupun sebaliknya jika hati kita rusak maka rusaklah seluruh diri kita. Tuhan hanya menitipkan hati kepada kita, diminta untuk dijaga dan jangan dikotori. Banyak orang yang salah kaprah bahwa katanya hati itu tidak boleh disakiti. Tapi mereka lalai dengan penyebab hati itu bisa sakit. Mereka menghindari hati yang terluka, tapi tidak menghindari hati dari hal-hal yang membuatnya kotor. Karena sumber hati sakit adalah karena hati itu telah dikotori dan terkotori dan tidak pernah dilakukannya penyucian. Rasulullah SAW bersabda "Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat jika terkena air. Sahabat bertanya. "Ya Rasulullah apakah pembersihnya? beliau bersabda "Banyak mengingat maut dan membaca Alquran." Karena hati, menurut Maulana Muhammad Zakkariya Al-Khandalwai dalam kitabnya Fadhilah Amal, hati diibaratkan cermin, semakin kotor, semakin redup sinar yang dipantulkannya, sebaliknya semakin bersih semakin terang pantulan sinar marifatnya. "Oleh sebab itu barangsiapa terperosok dalam keadaan nafsu maksiat dan tipu daya setan ia akan terjatuh dari ma'rifatullah," katanya. Maka dari itu, betapa pentingnya kita menjaga semua titipan Allah bukan malah merasa bahwa semua ini adalah kepemilikan kita semata. Lepaskan apa yang bukan milik kita, serahkan dan pasrahkan semua kepada Allah, karena Allah Maha Tahu mana yang terbaik untuk apa yang seharusnya dimiliki hambaNya, yaitu kebahagian, keselamatan dan kebaikan setelah Hari Pembalasan yang Mencekam itu. Dengan hal demikian, saat kita belajar melepaskan sejatinya kita sedang mendidik hati untuk tidak hubbu dunya (mencintai dunia dengan berlebihan), karena dunia ini bukan untuk dicintai 100 persen, melainkan dijadikan alat penunjang untuk meraih cinta yang Maha Pencipta dan Pemilik Cinta sesungguhnya, yaitu Allah 'Azza Wajalla. Wallahu'alam bisshowab.
1 note · View note
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 9
#Rasanya ingin menyerah saja!
Setelah banyak kegagalan-kegagalan yang kita dapat, tampaknya seolah takdir tidak memperkenankan kita untuk menjadi pemenang.
Setelah banyak kesulitan-kesulitan yang terlewati, tampaknya seperti kita terlahir bukan untuk bahagia.
Mana ada orang yang bahagia dalam kegagalannya? Mana ada orang yang bisa tersenyum tulus menghadapi setiap kesulitannya?
Wahai diri! Bangunlah! Tersadarlah! Buka matamu!
Hidup ini tak selamanya tentang kegagalan dan kesulitan. Tuhan telah memberikan keseimbangan yang adil. Jika malam sudah hampir menjelang, beberapa waktu kemudian ia agar tergantikan kembali oleh siang. Jika hari ini di daerahmu di guyur hujan, tunggulah esok hari yang menebarkan udara yang segar.
Hidup ini tidak selamanya selalu gelap dan kelam. Hidup ini indah, seindah bagaimana kita memandangnya.
Banyak diluar sana yang masih sibuk jatuh bangun melebihi jatuh bangunmu. Mereka tidak memandang hidup ini buruk. Justru mereka memandang hidup ini adalah kesempatan untuk menghabiskan energi dengan  juang dan optimis. Dengan semangat dan doa. Dengan sabar dan syukur, bahkan berbuat sebagai bentuk pengabdian.
Kegagalan bagi mereka adalah ketika diri sudah memutuskan untuk berhenti berjuang. Gagal dalam berjuang, bukanlah gagal yang sebenarnya. Tapi kegagalan yang sesungguhnya adalah gagal memrepresentasikan pemahaman makna dan hakikat dari adanya hidup itu sendiri.
Kegagalan tidak akan menghinakanmu!
Yang menghinakanmu adalah jika kau sudah memilih berteman dengan keputusasaan.
Bertahanlah!
Akan selalu ada yang membantu menguatmu selama kamu mau untuk bertahan dan melanjutkan perjuangan.
Jikapun rasanya kamu ingin lari dari hidup ini, dan itu tidak pernah terjadi. Bisa jadi karena ada hati tulus yang selalu mendoakanmu untuk bertahan dan tetap tegar. Bisa jadi karena ada Kehendak Langit yang akan membawamu pada hadiah yang tidak terduga.
Tetaplah sabar dalam kesulitan dan syukur dalam kebahagiaan sebagaimana perbuatan orang-orang beriman, makhluk-makhluk yang Allah cintai.
4 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 8
“ Bila hati kecil telah menyerukan kebaikan, menurutinya akan membuat diri menjadi beruntung. Sedangkan mengabaikannya akan mematikan hati dengan perlahan sehingga tidak ada lagi pintu terbuka baginya untuk beranjak melakukan kebaikan. ”
Setiap dari manusia pasti Tuhan anugerahkan hati nurani yang begitu berharga. Hati nurani menjadi salah satu bekal untuk kita, menampung iman dan mengingkari apa yang sepatutnya diingkari sesuai petunjukNya dan juga memandu diri menebas semua godaan yang selalu mengintai kemana pun kaki melangkah.
Pernahkah temen-temen merasa jengkel dengan orang lain disebabkan karena perilakunya yang sangat buruk dan menganggu? Mungkin pernah dari kita melihat seorang anak yang kenakalannya membuat siapapun menjadi sakit kepala, sudah ditegur, dihukum, bahkan dinasehati secara baik-baik, sepertinya tidak membuatnya berhenti dari kenakalannya.
Yaa, menghadapi orang seperti itu membuat kita pusing tujuh keliling. Sudah jungkir balik mencari solusi, tidak jua ia menjadi seperti yang diharapkan. Lantas kita harus apa???
Sejatinya, semua manusia terlahir secara fitrah. Hal ini sebagaimana yang disabdakan Nabi dalam hadistnya. Menurut Quraish Shihab, seorang ulama tafsir dari Indonesia beliau mengatakan bahwa manusia itu cenderung kepada kebaikan. Manusia cenderung mencari kebenaran (kehakikian), maka pasti dalam diri manusia pernah terlintas dan bertanya mengenai Tuhannya dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Menanyakan untuk apa kebaikan dan keburukan yang ia lakukan. Untuk siapa dia berbuat semua itu, dan hal-hal lainnya.
Disamping itu, manusia pula diberi potensi oleh Allah untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Pilihan memilih salah satunya adalah kuasa yang beri Allah untuk mereka. Mereka bebas memilih diantara keduanya. Hanya saja, perlu digaris bawahi bahwa Allah pun tidak luput memberitakan akibat dan konsekuensi dari perbuatan yang dipilihnya itu. Jika manusia memilih kebaikan maka surgalah sebagai hadiahnya. Dan jika memilih keburukan maka nerakalah sebagai hukumannya. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa maunya Allah adalah agar manusia semua mau dan bersedia memilih kebaikan.
Lantas, bagaimana dengan anak yang kita bicarakan diawal tadi? Apakah dia tidak akan mendapat hadiah dari Allah karena dia enggan melakukan kebaikan? Jawabanku nih:
Manusia tidak memiliki kuasa menjadikan seseorang menjadi baik. Anak yang diceritakan nakal tadi bukan berarti hilang kesempatannya mendapat surga, hanya saja perlu adanya sesuatu yang bisa mengetuk pintu hatinya. Jika perbuatan dan strategi manusia sudah dikerahkan, maka giliran Tangan Tuhan yang Bertindak. Tidak perlu putus asa dan berhenti mengajaknya dalam kebaikan, tapi doronglah ia dengan doa. Libatkan Allah atas urusan tersebut. Karena dengan TanganNya semua yang kita anggap sukar, itu hanyalah hal yang sangat mudah bagiNya. Urusan kita hanyalah mendorong seseorang kepada kebaikan, dan kesedian dia menerima kebaikan tersebut adalah urusannya dan urusan bersama Tuhannya.
Namun bagaimana jika kitalah sebagai posisi si anak itu? Kita mengetahui yang disampaikan orang-orang sekeliling kita adalah kebenaran namun mengapa sulit menerima dan menurutinya?
Segeralah bertaubat. Bisa jadi ada pintu hati yang hendak dirapatkan, minta Allah untuk membuka hati kita kembali. Dan bersungguh-sungguh untuk bersedia mengikuti perintahNya dan menjauhi larangannya. Karena cara pembersihan manusia dari kesalahan dan dosanya adalah dengan taubatan nasuha. Dan tiada waktu terlambat bagi mereka yang segera menyesali perbuatannya dan bertaubat kepadaNya. Allah Maha Pemaaf dan Maha Penerima Taubat. Sebagaimana Q.S. Al-Baqoroh: 160
اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَ بَيَّنُوْا فَاُولآئِكَ اَتًوْبُ عَلَيْهِمْ وَاَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
“Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan, dan menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang”.
5 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 7
#Cintai Aku Dengan Jalan Dakwah
Bicara tentang cinta (lagi). Katanya, kita harus mencintai saudara kita sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Itulah yang dikatakan pada sebuah hadis. Hadist ini menunjukkan bahwa memiliki rasa cinta kepada orang lain adalah keharusan setelah kita memiliki rasa cinta untuk diri kita sendiri.
Bagaimana maksudnya?
Setiap dari kita cenderung mencintai diri kita sendiri. Banyak tenaga dan waktu kita kerahkan untuk mendapatkan apa yang layak bagi diri kita sendiri. Umumnya, harta, kedudukan, penghargaan, semua itu kita cari untuk diri kita sendiri. Kita mengingikan diri kita yang dihargai oleh orang lain, dimuliakan, dan dianggap oleh orang lain. Dan itulah salah satu interprestasi kita mencintai diri sendiri.
Nah, dalam hadis ini dijelaskan bahwa cinta itu tidak cukup hanya bermuara untuk diri sendiri, tapi harus ditebarkan kepada orang-orang yang layak mendapatkannya. Siapa mereka itu? Mereka adalah saudara kita yang seiman. Cara kita mencintai mereka sebanding dengan cara kita mencintai diri sendiri. Jika kita menginginkan diri kita merauk banyak kebaikan, kita pun berkeinginan agar mereka mendapatkan banyak kebaikan pula. Jika kita menginginkan diri kita masuk surga, kita pun harus menginginkan mereka ikut membersamai kita memasuki surgaNya. Karena di surga sendirian itu nggak enak. Nggak ada temen ngobrol, ngopi bareng, apalagi bercandaan bareng. Hehe.
Itulah yang dimaksud dengan mencintai saudara kita. Apapun keinginan dan usaha yang kita lakukan untuk kebaikan diri sendiri, sama seperti keinginan dan usaha kita lakukan untuk kebaikan orang lain. Kita merasakan nikmatnya makan, saudara kita pun harus ikut merasakan nikmatnya pula, itulah cinta yang diajarkan di dalam agama.
Lantas apa caramu mencintai saudaramu?
Jalan dakwah. Dakwah dapat dijadikan salah satu cara kita mencintai saudara kita.
Dakwah itu maksudnya mengajak bukan mengejek. Mengingatkan bukan menyalahkan. Menyelamatkan bukan menyesatkan. Cukup dengan kita sama-sama berpegang teguh dalam tali ukhuwah islamiyyah yang benar, itulah interprestasi cinta yang sejati.
Karena yaa kita menyadari bahwa manusia tidak luput dari salah dan khilaf, maka dari itu perlu adanya orang yang mengingatkan. Ada kalanya dalam perjalanan kita tersesat dan tidak tahu arah kemana yang hendak dipilih, maka perlu adanya yang memberi petunjuk kebenaran.
Cinta dimulut itu sudah biasa, tapi cinta yang membawa kepada kebaikan dan keselamatan itu sungguh luar biasa. Betapa banyak yang diluar sana yang bilangnya cinta tapi tidak tahu cara terbaik terbaik apa yang bisa dilakukan. Katanya cinta, tapi mengapa malah menyakiti? Katanya cinta, tapi kenapa ada kedzoliman? Yaa, disinilah kita mulai memahami bahwa agama mendidik kita untuk menyikapi cinta dengan cara yang benar. Cinta yang tidak hanya sekedar omong kosong belaka, tapi berupa bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.
Dakwah bukan berarti menunjukkan bahwa diri si pendakwah itu lebih baik dari yang didakwahi, tapi dakwah adalah tanda sayang. Bayangkan saja, jika dari kita tidak ada yang mau mengingatkan dalam kebaikan, mungkin dunia ini sudah berisi manusia-manusia jahat dan tidak beradab, yang kerjannya hanya merusak bumi Allah. Dan disinilah peran kita sebagai makhluk Allah, yang harus saling menjaga satu sama lain dari kehancuran.
3 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 6
“Ci, aku mau berhijrah!”
Kata-kata itu terdengar indah sekaligus menohokku. Tanpa permisi, air mata tiba-tiba saja deras mengalir mewakili perasaan haru. Kebahagiaan yang indah dan menentramkan jiwa. Tanpa tersadar pun, kata-katanya menjadi pelecutku untuk mau ikut mengiringinya dalam perjalanan panjang yang akan ditempuhnya. “Aku bersedia membersamaimu, sahabatku!”
**
Mendengar kata “hijrah” bukan lagi menjadi hal asing ditelinga kita yaa. Beberapa tahun belakangan ini, kata ini pernah menjadi kosa-kata yang booming di seantero nusantara. Bagaimana tidak? Lewat keteguhan, kelihayan para da’i negeri, menjadikan kata ini terasa amat dekat dalam hidup kita.
Hijrah dapat diartikan berpindah. Tepatnya, berpindah dari suatu hal ke hal lain yang lebih baik. Berpindah dari keburukan kepada kebaikan. Berpindah dari “formalitas” kepada “kesungguhan”. Berpindah dari zaman jahiliyyah kepada zaman peradaban, dll.
Menurutku, kata hijrah ini indah. Kenapa? Kata ini seperti menyimpan makna tersirat berupa kesempatan kepada setiap manusia untuk meraih predikat manusia yang paling beruntung. sebagaimana ajarkan dalam agama,
“Barang siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat.”
Dari beberapa sumber perkataan ini dinyatakan bukan hadis atau bilapun hadis, derajatnya lemah. Wallahu ’alam bisshowab. Yang pasti, jika memang terkandung kebaikan didalamnya, tidak masalah bukan bila kita ambil kebaikannya.
**
Aku jadi teringat, guruku pernah berkata bahwa hidup adalah rangkaian proses hijrah dari hari ke hari.
Dan pernah kudengar pula, ada orang sono (luar negri) pernah bilang, “life is never ending fighting”.
Dan jika kurenungi, aku setuju dengan perkataan mereka. Yaa, hidup ini memang tempatnya berjuang, berkorban, berbuat, berupaya dan melakukan. Sekalipun kita ingin mengisi hidup dengan hanya memperbanyak tidur, bersantai-santai, itu semua bentuk upaya yang kita lakukan untuk menanti tiba datangnya waktu dari ujung usia kita.
24 jam yang kita punya, 7 hari yang silih berganti, 12 bulan yang mengiringi perjalanan hidup kita, percuma saja jika kita hanya menghabiskannya tanpa memiliki progress.
Setidaknya, dalam hidup kita, baiknya memiliki prinsip yang dapat dijadikan pegangan kita kemanapun kita mau melangkah dan apapun yang akan kita perbuat sebagaimana yang kita ketahui pula bahwa orang-orang hebat itu pasti punya banyak prinsip dalam hidupnya.
Dan “selalu berusaha menjadi lebih baik” dapat kita jadikan salah satu prinsip hidup nih! Coba kita fikirkan, mana ada orang yang tidak senang jika dirinya menjadi lebih baik? Mana ada orang yang menyesal bila dirinya menjadi lebih baik? Berusaha lebih baik itu bukan untuk orang lain, namun untuk diri sendiri. Kitalah yang banyak diuntungkan. Bayangkan saja, seumpama suatu hari kita memilih untuk menjadi anak yang rajin dan meninggalkan segala bentuk kemalasan.  Kita berusaha bertarung dengan keburukan yang ada dalam diri kita. Menghalau semua hambatan yang berasal dari diri kita sendiri. Dan hari-hari pun kita isi dengan pertarungan yang hebat. Setelah beberapa waktu terlewati, cobalah tengok sejenak kebelakangan. Kita akan melihat proses perjalanan kita selama ini. Ada perasaan senang dan syukur dapat menjalani hari-hari dengan perjuangan yang tak mudah. Dan kita dapat merasa bahwa diri kita sangatlah berarti. Hidup ini menjadi sangat berarti. Maka “menjadi lebih baik” adalah bagian dari juang sekaligus cara kita mensyukuri hidup ini.
Dan ternyata, secara tidak langsung, kebaikan yang selalu kita usahakan itu menyerbak harumnya ke sekitar kita. Banyak orang yang berseri-seri menyambut diri kita yang selalu baru setiap harinya. Tapi tak sedikit juga sih orang yang mungkin tidak suka dengan kemajuan kita. Bahkan mungkin sebagian dari mereka malah menjauh. Tapi apakah itu masalah? Yaa itu masalah bagi mereka bukan bagi kita.
Kita dapat memilih apa yang kita mau dalam hidup ini. Aktor utama dalam hidup kita adalah diri kita sendiri. Diri kitalah yang berhak mengendalikan perjalanan hidup kita memiliki riwayat kisah-kisah yang hebat. Dan omongan buruk, cacian, dan hinaan dari mereka hanyalah bumbu dan pelecut energy tambahan untuk kita dapat terus bertahan dan melanjutkan perjalanan.
Dalam agama islam, derajat taqwa adalah derajat yang tinggi. Ibarat kita menaiki anak tangga, kita pasti berkeinginan sampai di anak tangga paling atas bukan? Dan janjinya dalam firmanNya, “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”(Ath-Thalaq: 2-3).
Dengan mengetahui dan menyakini janjiNya, kita tidak perlu takut dan gentar lagi untuk meraungi perjalanan hijrah kita. Bersama Allah, kita tidak akan pernah sendirian dan kesusahan. Saat orang-orang terdekat kita menjauh karena hijrah yang kita pilih, tenanglah! Allah akan mengganti mereka dengan yang lebih baik. Percayalah :)
5 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 5
 “Apa sebaik-baik tujuan seorang manusia?”
Setiap dari kita, manusia adalah makhluk yang memiliki fitrah untuk mencari kedudukan, kehormatan, penghargaan sebagai afiliasi untuk dirinya. Dan banyak dari kita yang menginginkan menjadi yang terbaik, pelaku terbaik, planner terbaik, penghasil terbaik, dan memiliki semua yang terbaik.
Mengingat hal ini, aku jadi teringat tentang hadis nabi, “secerdas-cerdas manusia adalah mereka yang mempersiapkan kematian.”
Dari hadist ini, seolah menamparku bahwa ada sesuatu yang pasti dari hanya sekedar cita-cita. Cita-cita hanyalah tujuan yang belum nampak kejelasannya. Sedangkan kematian adalah sebuah kepastian.
Aku pun menggali informasi lebih jauh bagaimana agar manusia dapat mempersiapkan kematiannya dengan sebaik-baik persiapan. Apa yang dapat membangkitkan manusia  dari keterpurukan karena kegagalan cita-citanya yang belum berwujud. Apakah karena mereka hanya memberikan standart cita-cita yang semu? Sehingga saat dirinya tidak sampai pada apa yang diinginkan maka robohlah semua cita-citanya. Berakhirlah semua perjuangan dan harapannya. Sampai bahkan ada yang dengan sembrononya memilih mengakhiri hidup.
Dan ternyata, dari sekian buku yang pernah kubaca, informasi yang pernah kuterima, keadaan yang kucermati, jawabannya sudah tertera semua dalam al-qur’an.
Dengan kepastian, al-qur’an itu menyampaikan kebenaran. Dirangkai pula keterangan bagaimana seseorang seharusnya dalam menempuh perjalanan hidupnya. Dibantu dengan penjelasan lainnya seperti hadist nabi, dan pendapat para ulama yang mampu memberikan penjelasan secara gamblang atas problematika yang manusia hadapi.
Dalam hal itu, aku menemukan 3 kunci utama yang perlu dipegang dan dijadikan rujukan bagi diri dalam berniat, melangkah, berbuat, dan bercita-cita. Yang pertama adalah jalani hidup ini sebagai ibadah. Dimana arti dari ibadah itu sendiri adalah bentuk penghambaan seorang makhluk kepada Tuhannya. Bahwa memang tidak lain dan tidak bukan tujuan makhluk diciptakan adalah untuk beribadah, hal ini sebagaimana tertera dalam surah Adz-Dzariyat:56. Yang kedua, adalah senantiasa tidak jemu menuntut ilmu. Dengan ilmu, ibadah seseorang akan menjadi lebih sempurna. Ibadah tanpa ilmu bernilai kosong. Dan janji Allah, Ia akan mengangkat derajat para orang yang berilmu. Ilmu didapat dengan membaca. Memahami apa-apa yang ada disekitarnya, bahkan memahami dirinya sendiri. Dengan ilmu, manusia tidak akan hidup seperti binatang. Dan dengan ilmu, seseorang dapat selamat atau merugi sesuai dengan bagaimana ia mempergunakan ilmu tersebut. Dan ilmu adalah salah satu kunci meraih keselamatan dunia dan akhirat. Dan yang ketiga adalah beramal sholeh. Beramal haruslah yang baik agar memberikan manfaat. Beramal yang tidak baik hanya menghabiskan waktu saja. Dengan beramal sholeh, seseorang dapat menyelamatkan dirinya sendiri bahkan orang lain. Bukankah tujuan akhir manusia adalah untuk selamat dari kerugian? Karena siapa yang selamat pasti bahagia. Dan disanalah titik tumpu manusia harus bertuju.
Terlepas dari itu semua, manusia boleh saja bercita-cita untuk dunia, namun tidak baik jika dijadikan tumpuan satu-satunya. Setelah Al-qur’an memberi tahu bahwa dunia ini semu dan hanya permainan, dan Nabi pun telah menjelaskan bahwa lamanya manusia hidup di dunia ini sebagaimana sejenak singgah dibawah pohon rindang. Hanya sebentar. Dan bukanlah tempat peristirahatan yang abadi. Maka dari itu, pilihlah tujuan terbaik yang akan menjadikan diri kita makhluk yang paling beruntung dan berbahagia, dengan benar-benar meyakini dan menuruti apa yang sudah jelas tertera dalam kalamNya.
aku juga pernah mendengar nasehat seperti ini, “Jika suatu kebenaran dan petunjuk (hidayah) telah sampai kepada seseorang, janganlah menolaknya. Karena jika ia menolaknya, itu berarti ia telah menolak rahmat dari Allah.” 
Naudzubillahimindzalik.
5 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 4
Hidup adalah pilihan. Hidup tanpa tujuan adalah memilih untuk tidak pernah hidup.
 Berjalan menyusuri bumi Allah, menghitung langkah melewati siang dan malam. Peluh yang mengalir tidak jua mampu menghentikan kelelahan yang ada. Sudah berapa banyak kaki ini melangkah? Dan berapa siang dan malam yang sudah terlewati? Perbuatan apa yang sudah dilakukan? Dan sudahkah tujuan kita tercapai?
Sewaktu kecil, aku sering mendengar orang dewasa berututur, “Manusia itu harus punya tujuan dan cita-cita.” Satu persatu dari kami sering ditanya, “Kalau sudah besar mau jadi apa?” hingga aku sendiri pun bingung menjawab apa, karena aku tidak tahu ketika besar nanti aku akan menjadi apa. Maka, agar tidak berbeda dari anak yang lain, ku asal sebut saja, “ Ingin menjadi guru. ”
Hey, fenomena-fenomena seperti ini pastinya pernah teman-teman lewati, bukan? Dan jika kita mengingat kembali tentang cita-cita masa kecil kita dahulu, mungkin ada beberapa dari kita yang sudah mencapai cita-citanya lebih dulu, mungkin juga ada dari kita yang sudah tidak memiliki cita-cita yang sama dengan sewaktu kecilnya, atau bahkan ada diantara kita sekarang malah merasa sudah tidak memiliki cita-cita, entah karena berbagai sebab, seperti cita-cita lama yang dibunuh karena kegagalannya, cita-cita yang terkubur karena sebab realita kehidupan  yang ada, dan berbagai macam hal lainnya.
Nah, guys jika cita-citamu mati maka tumbuhkanlah cita-cita yang baru, kenapa?
Hidup adalah pilihan. Hidup tanpa tujuan adalah memilih untuk tidak pernah hidup.
Betapa pentingnya suatu tujuan karena ia bagai kompas yang membantu menunjukkan arah kemana kita berjalan. Karena rasanya mubadzir jika kehidupan ini kita biarkan tersesat dan tidak tahu arah. Bukanlah hidup ini anugerah? Banyak di luar sana, banyak manusia yang menginginkan diberikan kesempatan hidup. Yaa mereka yang sedang berjuang antara hidup dan mati. Yaa mereka-mereka yang bahkan sudah menemui kematiannya.
Dalam al-qur’an surah Al-Mu’minun ayat 99, yang artinya, “Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “”Yaa Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia)””
Dalam dalil tersebut kita dapat mulai memahami bahwa ternyata terdapat orang yang menyesal karena sebab hidupnya. Ia telah membiarkan dirinya mengalami kerugian akibat telah menyia-nyiakan kehidupannya sendiri sehingga ia meminta agar dapat dihidupkan kembali barang sehari hanya untuk melakukan kebaikan.
Dari sini, kita dapat mengambil point bahwasannya betapa  kehidupan ini sangat berarti. Sekalipun mungkin didalamnya terdapat banyak masalah, beban, kesedihan, kesusahan, tapi harga kegagalan itu tidak sebanding jika ditukar dengan kehidupan. Dalam hidup, kegagalan bisa ditemui keberhasilannya. Dalam hidup, kesusahan akan dapat ditemui kemudahannya. Dalam hidup tidak selamanya seseorang itu akan merasa susah selalu, pasti ada saja bahagia yang menyelinap, ikut mewarnai hari-harinya.
Yang jelas kehidupan bagaikan ladang. Apa yang ingin kita tanam akan kita tuai. Apa tujuan yang kita sematkan, pasti akan sampai. Dan dalam hidup inilah manusia memiliki banyak kesempatan. Peran tujuan menjadi pemandu arah agar perjalananya, hari-harinya tidak berlalu sia-sia.
Dan jika sampai sekarang kita belum memahami apa tujuan hidup, carilah ilmu, terutama ilmu agama. Carilah petunjuk, agar dapat pemahaman yang utuh. Dan temukan tujuan terbaik hidupmu!
3 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 3
Assalamu’alaikum, gaes… Gimana kabarnya nih?
Semoga bahagia selalu yaa.
Baik, kemarin kita membahas tentang sayang kepada diri sendiri.
Yaa setelah kita melalui proses panjang, mencari kehakikian dengan menyanyangi diri sendiri, maka kita akan faham bahwa ternyata masih ada level lebih tinggi selain menyanyangi diri sendiri, yaitu mencintai Tuhan.
Kata pepatah, “siapa yang kenal dirinya maka ia akan kenal dengan Tuhannya”
Apa maksudnya?
Diri dan Tuhan tidak dapat dipisahkan hubungannya. Karena diri adalah makhlukNya. Dan setiap perbuatan makhluk adalah manisfetasi Tuhan. Tuhanlah yang memberikan kita raga, bentuk yang sempurna, potensi-pontensi yang unggul dibandingkan makhluk lainnya.
Setelah kita mengetahui itu semua, menyadari dan merenungkan semua kebenaran yang ada, maka kita dapat menyimpulkan bahwa diri ini adalah ujian. Mencintai diri sendiri adalah ujian. Sekalipun potensi manusia itu luar biasa, tetap saja kita harus sadar bahwa potensi manusia itu terbatas. Memang potensi manusia itu luar biasa, namun terbatas. Ini bagian dari sunnatullah agar kita dapat mengerem dari sikap membanggakan diri sendiri karena diatas langit masih ada langit.
Dari kita mengenal diri sendiri, kita akan faham bahwa dibalik kuasa yang kita miliki ada kehendak Tuhan yang beraksi. Tiada pantas kita menjadi hebat jika tidak ada yang menghebatkan, maka ketundukan dan ketergantungan tidak bisa kita elakkan yang sejatinya kitalah makhluk yang membutuhkan.
Lantas kepada siapa kita harus bergantung? Jawabannya kepada Tuhan yang Maha Esa. Ia yang telah menghantarkan kesuksesan kita, yang telah menampar kita dengan kegagalan, yang tiada jemu menaburkan kasih sayangNya, tiada pilih kasih kepada makhlukNya, dan senantiasa menyertai setiap langkah kita baik kita dalam syukur maupun kufur.
Lalu, kita harus apa? Yaa kita harus mengakui kehebatanNya, meyakini kebesaranNya, dan mengikuti perintahNya. Sebagaimana firmanNya pada Surah Al-Fatihah ayat 5, yang artinya, “KepadaMulah kami menyembah dan kepadaMulah kami memohon pertolongan”.
Diayat itu, kita diperintahkan untuk mengakui keterbatasan kita. Dan meminta kita untuk memohon pertolongan hanya kepadaNya.
Saya jadi teringat quetoes ini
Kejujuran paling benar bagi seorang manusia adalah saat ia mengakui bahwa dirinya tiada kesanggupan apapun, dan mengakui kebutuhannya kepada Yang Maha Kuasa.
Yaa akui saja kalau kita tidak punya daya apapun. Dan berbahagialah karena sekarang kita tahu kemana kita harus menumpukkan harapan, mengadukan semua keluhan, dan bersandar dari semua peluh dan ujian, dan bersedihlah jika kita enggan mengikuti petunjuk kebenaran yang sudah tersampaikan sekarang.
 :’(
Bersambung….
4 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 2
Mari kita sejenak berdialog, saling berkomunikasi walau tak pernah bersua. Salam kenal, sahabat pena!
Alhamdulillah, waktu bergulir cepat sekali! Bagaimana keadaanmu saat ini? sudahkah mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku kemarin?
Hari ini aku masih melanjutkan pembahasan tentang “sayang”.
Masih tentang sayang. Apakah wujud dari sayang itu? Membentuk sesosok gadis yang cantik kah? Ataukah wujud sebatang cokelat yang berbentuk “love”?
Kalau menurutku, wujud dari sayang itu abstrak, tidak berbentuk namun bisa terasa dan mampu menampakkan keberadaannya. Yang sudah pasti dan jelas, sayang tiada mungkin memberi sesuatu hal yang menyakitkan. Sayang itu kemurnian dari lubuk hati dan tak ternodai oleh dusta.
Mari kita tanya, sudahkah rasa sayang itu kita perlihara? Sudahkah kasih sayang itu dapat memberi ikhtiar perlindungan? Jika kita perlu berkorban karena rasa sayang yang dimiliki, coba perhatikan terlebih dahulu sudah tepatkah objek yang kita sayang?
Kemarin kita berbincang tentang “menyanyangi diri sendiri”. Maka selanjutnya, coba jawablah pertanyaan ini “bagaimana caramumu menyanyangi diri sendiri?”. Yaa, tentu saja jawabannya pasti beragam, 
Dan satu hal yang penting untuk kita pegang ialah, “sebaik-baik menyanyangi diri sendiri adalah dengan menyelamatkan diri dari segala bencana yang sudah di depan mata dan yang sudah terberitakan”.
Ini penting. Betapa dari kita banyak yang keliru, bahwa menyanyangi diri sendiri adalah membuat diri bahagia tanpa mempertimbangkan cara halal dan haramnya, baik dan buruknya. “Yang penting bahagia saja”.
Mirisnya jika pemikiran kita masih begitu.
Kita semua sudah tahu bahwa Tuhan telah menyuguhkan kepada manusia dengan 2 jalan, jalan kebaikan dan keburukan. Dan kita diberi kebebasan untuk memilih jalan mana yang ingin kita tempuh. Namun, manusia juga perlu memperhatikan tanda-tanda dariNya baik berupa petunjuk maupun peringatan. Dalam kitabNya, Tuhan bilang kalau jalan menuju kebahagian itu adalah jalan yang ditempuh dengan kebaikan. Dan kebaikan itu pasti butuh keyakinan, perngorbanan, dan ketawakkalan yang total. Tiada kenikmatan tanpa kepayahan.
 Jika seseorang sudah merasa nikmat tanpa melakukan dan mengorbankan apa-apa, maka bisa jadi kenikmatan itu hanya hal yang semu dan sementara. Sedangkan kita, manusia yang mengerti, inginnya bahagia yang abadi. Inginnya mendapatkan keuntungan yang utuh, tidak setengah-setengah. Bukankah begitu?
Orang yang menyanyangi dirinya, pasti akan mencari jalan terbaik untuk meraih capaian terbaik. Ia tidak perlu harus melukai diri sendiri, apalagi orang lain, karena pemahaman yang benar tentang sayangnya itu pasti akan menuntunnya kepada kebenaran, keyakinan, dan kehakikian.
Dan tentu, visi meraih kebahagiaan hakiki akan menjadi perjalanan yang panjang. Maka dari itu, perlunya seseorang menyanyangi dirinya, memahami dirinya, karena siapa yang mengenal dirinya,  secara sengaja maupun tidak, secara lambat mau cepat, ia akan mengenal Tuhannya. Tuhanya yang menjadi pusat semua sayang itu bersumber.
bersambung...
3 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Dialog Koin Emas
#cara dakwahku 1
“aku sayang kamu!”
Jleb! Meleleh sudah diri ini setelah mendengar apa yang baru diucapkannya.
***
Berbicara tentang sayang, menyanyangi, dan disayangi. Siapa sih dari kita yang tidak mau mendapatkan kasih sayang? Rasa menyayangi dan disayangi adalah salah satu fitrah yang Tuhan lekatkan pada diri kita untuk keberlangsungan hidup manusia. Tanpa kasih sayang pasti manusia sudah punah dan bahkan mungkin bumi ini tidak akan pernah ada. Surga tidak mungkin menjadi jaminan bagi mereka yang memilih menyanyangi dirinya. Dan neraka tidak mungkin diciptakan kecuali untuk keadilan dari sifat kasih sayangNya.
Mari berbicara sejenak tentang kasih sayang! Apa yang kamu ketahui tentangnya? Sejauh mana kamu mengenal kasih sayang? Sudahkah kamu peka akan kasih sayang yang tiada sadar sudah menyertai setiap langkah dan hembusan nafas?
Yaa, menurutku kasih sayang adalah perasaan tulus yang mendorong seseorang untuk bersikap respect (peduli) pada suatu hal. Karena rasa sayang, sesuatu yang sebenarnya sepele malah menjadi pusat perhatian. Karena rasa sayang, sesuatu yang amat biasa berubah seolah menjadi sesuatu yang sangat berarti. Begitulah kira-kira gambarannya.
Lantas, sudahkah kamu memiliki rasa sayang itu? Kepada siapa?
Silahkan sebutkan 5 nama orang pertama yang kamu sayangi dalam waktu 8 detik!
1…2…3…4…5…6…7…8…
Aku tebak yaa, pasti kamu tidak menyebut namamu! Betulkah tebakkanku???
Yaa, hampir kebanyakan orang memahami sayang itu harus diberi kepada orang lain. Padahal sebetulnya dia pun manusia yang membutuhkan kasih sayang.
Betapa Maha Kayanya Allah yang telah melimpahkan secuil dari sifat kasih sayangNya kepada kita, sehingga kita bisa berwenang sepenuhnya akan kasih sayang yang diberiNya. Mau kemanakan kasih sayang yang kita punya? Mau kepada siapa sajakah kasih sayang kita beri?
Dan kenyataannya, banyak dari manusia menaruhkan kasih sayang dengan takaran yang berlebihan kepada tempat yang tidak tepat. Kepada mereka yang bukan siapa-siapa, kepada mereka yang belum tentu memberikan kebaikan kepada kita, kepada mereka yang kita anggap special dimata kita sendiri, dan ternyata itu hanyalah fatamorgana yang menipu. Yaa, kita sudah banyak terperdaya oleh tipuan-tipuan yang ada di dunia ini, sehingga untuk memberikan kasih sayang kita pun, kita malah tergelincir, dan kita lupa untuk menyanyangi diri kita sendiri, menyelamatkan diri kita sendiri.
Jika kau berkata, “menyanyangi mereka sudah menjadi kewajibanku”. Kemudian pasti akan kutanya padamu ”Lantas siapa orang pertama yang berhak dan wajib menyanyangimu? Bukankah dirimu sendiri? Kau enggan melihat orang lain sedih, dan berusaha payah membuat mereka bahagia hingga kamu melupakan kebahagiaan untuk dirimu sendiri. Apakah itu adil untuk dirimu?”
Helakan nafas sejenak. Perlahan. Buatlah dirimu hadir dan utuh dalam pembicaraan kita.
Coba tanyakan pada dirimu, “Sudahkah kau menyanyangi dirimu sendiri?” hanya kamu yang dapat menjawabnya. Kelelahanmu kini yang mencoba membahagiakan mereka mungkin sebab dari dirimu yang belum tuntas akan hal yang penting bagimu. Menyanyangi diri sendiri bukanlah sebuah keegoisan. Apa yang ingin kita diperlakukan orang lain dan semesta adalah sama dengan yang kita harus perlakukan kepada orang lain dan semesta. Berhentilah menginginkan mereka yang sepertimu,  kamu yang baik, kamu yang mudah berkorban untuk orang lain namun nyatanya lupa pada diri sendiri. itu cukup berat, sayang! Berhentilah sejenak. Mari kita duduk dan merefleksikan badan sembari renungkan hal ini.
 Karena aku berbicara begini, ini caraku menyanyangimu
Bersambung….
6 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Lelah Jatuh Cinta
#4 jawabanrasa
Selepas ucapan Rafka saat itu, Ayra merasa serba salah. Arya pun diliputi kegundahan. Pikirannya berkecambuk. Banyak hal dalam pikirannya yang belum siap untuk diterimanya. Apakah Rafka akan mengerti maksud isi hatinya? Ataukah setelah ini, dia akan pergi? Pikiran-pikiran aneh menyergapnya. Dia tidak seharusnya seperti itu. Tapi ini diluar kendalinya. Dia benar-benar diliputi keriusauan yang sangat
Ia pun bergegas mengambil air wudhu dan bermunajat diatas sajadah. Mengadukan (lagi) semua permasalahannya. ‘Ya Allah, apakah yang aku lakukan tadi benar? Sebenarnya aku seperti melakukan kebohongan kepadanya. Tapi apa daya? Seolah-olah ada sesuatu yang menahanku untuk mengatakan, “IYA”. Entah bagaimana?? Ya Allah, aku masih menyimpan harapan padanya. Semoga sesuatu hari lain nanti dia akan mengatakan perkataan itu lagi disaat aku bener-benar sudah siap.’ Ayra tersedu menangis. Sedih hatinya jika membayangkan  kekecewaan diwajah Rafka. Terbayang-terbayang terus. Apalagi setiap kali dia bertemu dengannya. Ingin rasanya Ayra memberi penjelasan. Meminta apa keinginan sebenarnya. “minta ditunggu” tapi dia selalu gagal untuk mengatakan itu. Dia lebih pandai mengalihkan dibanding mengungkapkan kejujuran yang selama ini ia sembunyikan.
**
Selang sebulan kemudian, Ayra mendapat kabar bahwa Rafka sedang berta’aruf dengan adik kelas perempuannya. Kaget bukan main. Seolah ada panah yang menancap didadanya. Lebih dalam lagi rasa sakitnya. ‘Ya Allah, seperti inikah deritanya memendam rasa? Apa salahku? Apa salah perasaan ini? Apa salah perkataanku waktu itu sehingga aku mendapati kabar yang menyesakkan ini? Tiada hentinya perasaan ini memberikan luka’ Ayra menahan tangis. Akalnya mencoba mengendalikannya. Perasaannya tidak boleh menguasainya karena hanya akan membawanya hancur
 ‘tenang Ayra. Kita cari kebenarannya terlebih dahulu. Mungkin aja itu kabarnya salah’. Pikirannya mencoba mencari asumsi yang bisa membuat keadaannya lebih tenang. Disaat-saat seperti itu, kepada siapa lagi dia harus mengadu? Air matanya sudah tidak sanggup dibendung. Ia pun menangis. Biarkan saja menangis karena hanya itu yang bisa ia lakukan saat itu! Mengadu lagi dan lagi pada Allah. Ia limpahkan semuaa tanya dan permohonan pada Sang Pemberi Ketenangan. Apa ia mampu untuk mengemban semuanya??
 **
Kawan, coba jelaskan apa arti perjuangan dari cinta sejati? 
Perempuan memang yang seperti itu. Perasaannya terlalu lembut hingga sulit untuk disingkap. Tapi rasa cintanya adalah kemurnian dan ketulusan. Memang setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam mencintai pujaan hatinya. Dan setiap cara itu pasti memiliki resiko, tidak terkecuali denganmemilih memendam rasa. Guys, kamu pasti ngerti. Gimana sih rasanya mencintai tapi tidak merasakan kenikmatan dari rasa cinta itu? Dihilangkan rasanya malah bertambah sakit namun jika dipendam sama juga sakitnya.. Mungkin perasaan cinta itu harus diungkapkan…..
 **
Beberapa bulan kemudian, terdengar kabar bahwa Kak Rafka sedang ada masalah dengan patner barunya. Lagi-lagi disitu Ayra harus tetap berdiri kokoh memberi semangat dan menyuntikkan energi positif. Ayra tidak merasa keberatan. Sekalipun lukanya masih basah. Ia menganggap bahwa memberikan kebaikan dan energi positif adalah sesuatu yang tidak boleh berhenti sekalipun sudah disakiti. Apapun derita yang berikan oleh rasa, kebaikan dan asa tidak bisa dicampuradukkan. Biarlah luka tetap luka dan kebaikan tetap kebaikan.
**
Beberapa hari berlalu dari hari dimana kabar tentang Kak Rafka bersama patner barunya mulai merenggang. Hingga pada hari dimana mereka putus, itu adalah waktu yang tepat bagi Ayra untuk mencoba memberi pemahaman.
“Kak, kakak terlalu sibuk merasakan luka sendiri hingga lupa pada kebahagiaan yang disuguhkan dari orang-orang yang tulus dan untuk kakak. Sampai kapan pun luka pasti ada dan kita hanya dikasih pilihan apakah mau meratapi kesakitannya atau mengalihkan diri berbahagia bersama orang-orang yang  ada selalu untuk kita.” Ayra mencoba membuka mata hati Rafka.
“Jika boleh dijadikan cerita, aku ingin jujur sama kakak. Semoga memberi kebaikan setelah kakak tahu ini. Sebenarnya aku suka sama kakak sejak pertemuan pertama kita 2tahun lalu. Tapi apa daya? Memendam rasa menjadi pilihan. Karena aku tahu semua akan jadi parah jika aku gegabah. Beberapa bulan lalu, ketika kakak mengutarakan kalimat itu, sebenarnya tiada alasan untukku menolaknya. Tapi aku berharap kakak mengerti keadaanya. Disitu, aku masih menaruh harap kalau kakak akan menunggu, tapi ternyata berita yang kudapat bukanlah apa yang aku tunggu.”
Rafka merasa sedih setelah mendengar semua penjelasan dan pengakuan Ayra tentang semua yang terjadi.
“Semua orang berhak memperjuangkan cintanya. Dan aku menghargai itu. Pengakuanku seperti ini bukan berarti aku mengemis cinta dari kakak. Tapi aku mencoba membuka mata kakak untuk berhenti meratapi luka! Jika kakak memang bisa meyakinkanku, aku akan berjalan dengan apa yang aku yakini.”
Ada harapan yang masih disimpan oleh Ayra. Bisa saja semua berjalan serumit ini,  namun Allah akan beri kemudahannya. Jalan untuk keduanya agar dapat dipersatukan.
**
Tapi apa yang terjadi guys, kenyataannya adalah Rafka kembali kepada patner barunya itu. Disitulah Ayra menyadari bahwa kesalahannya dalam mencintai. Perasaannya tidak salah. Namun, sikapnya masih kurang tepat untuk menjaga cinta itu.
-tamat-
Cinta adalah rasa yang Tuhan anugerahkan. Ia tidak perlu ditolak tapi perlu dijaga agar tidak ternodai. Kegundahan, kesenangan sesaat dan rasa patah hati adalah percikan-percikan dari cinta yang sakit. Cinta itu menentramkan. Dia memberikan ruang kepada tuannya untuk semakin menikmati perasaan itu. Kita bisa mengambil hikmah dari kisah Ayra bahwa dikubur, dipendam ataupun diungkapkan, cinta yang belum pada tempatnya (belum halal) adalah sumber luka… Lalu harus bagaimana? Obatilah cinta yang salah dengan bertaubat. Kembali kepada Sang Pemberi Cinta. Berhentilah berharap kepada manusia atau kepada dunia. Allah melindungi Ayra dari orang yang salah dengan adanya luka dan sakit hati. Semenjak awal Ayra mencintai Rafka, Allah sudah beri luka itu karena Ayra sudah salah menautkan cinta berlebihan kepada manusia. Allah beri luka. Bertubi-tubi agar Ayra sadar bahwa yang paling tepat  adalah mencintai Allah. Ayra memang memiliki cinta yang baik. Cintanya murni. Tapi itu terlalu suci untuk disandang oleh Rafka. Ayra lebih berhak mendapatkan seseorang yang akan menjaga cintanya dengan sebaik-baiknya bahkan menghantarkannya kepada ridho ILahi.   Yaa guys, jadi gitu deh ceritanya. Udah ketemukan kan 1 hal yang berperan penting banget dan nggak boleh lewat dari ‘masalah hati’ ini, yaitu…. Iman. Coba bayangkan! Jika Ayra tidak suka mengadu kepada Allah, mungkin ia akan jauh berbuat sesuatu yang lebih salah.  Dan karena sedari awal Ayra udah laporan sama Allah kalau dia suka sama orang, terus Allah jaga tuh dia dan beri ia pelajaran. Ayra tumbuh menjadi orang yang kuat. Dia bisa bertahan. Dan yang Ayra sangka bahwa semua rasa indah itu bakal kekal dan menjanjikan hal-hal indah lainnya ternyata itu adalah  cara syetan menjadikan yang salah dan buruk terasa indah.Kesenangan yang Ayra rasa itu semu. Dan untuk buat dia makin paham makanya Allah kasih dia luka lagi, lagi dan lagi biar dia kapok kalau yang dilakukannya tidaklah tepat.   Semoga temen-teman bisa mengambil hikmah dari kisah Ayra ini. Dan jika ada kritik dan saran untuk tulisan aku, boleh yaaa utarakan aja.Kita saling membangun dan memajukan ^-^ Barakallahu fiikum…
8 notes · View notes
sucidara11 · 4 years
Text
Lelah Jatuh Cinta
#3 rasayangterbalas
Putus? Kak Rafka dan Ratih putus?
Ayra tidak bahagia mendengarnya. Tidak pula bersedih. Hanya menyayangkan. Mengapa hal itu harus terjadi?
Sama seperti kebanyakan kalau udah putus sama pacarnya mereka akan merasa hancur dan galau kebangetan. Begitu juga dengan kak Rafka. Ratih mencintai orang lain. Hubungan mereka tidak bisa dipertahankan dan lagi-lagi Ayra menjadi tempat menumpahkan curhatannya, Ratih maupun Rafka. Ayra memahami, mungkin Ratih memiliki ketidaknyamanan dengan Kak Rafka dan entah apapun sebab berakhirnya hubungan mereka, itu hanya urusan mereka. Yang Pasti, peran Ayra kali ini adalah siap siaga untuk ada selalu menjadi teman curhat mereka.
 **
Dalam hati, Ayra bergumam, ‘apa arti ketulusan jika minta perpisahan? Apa arti cinta jika memberi derita? Dimana cinta yang suci mampu membuat kedua insan bahagia tanpa perlu perpisahan? Jadi cinta yang mana yang akan saling menguatkan dan tidak memutuskan untuk pisah?’. Ayra menjadi saksi rentetan suka cita yang dialami Kak Rafka saat itu. Dirinya makin bersimpati kepadanya. Setidaknya Ayra semakin banyak tahu tentang sosok lelaki yang dihadapannya. Terduduk tak bergairah. Ayra tidak tinggal diam. Berusaha segala cara untuk membangkitkan Rafka yang sedang terpuruk dari patah hati.
 Perlahan pun Rafka mulai bisa menerima kenyataan.
***
Beberapa bulan kemudian…
datang  waktu yang tak disangka,
 Disuatu sore,
Kak Rafka berjalan menghampiri Ayra yang sedang sibuk membaca buku. Rafka menyapanya. Ayra menoleh memberi senyum.
“Ra..”
 “Apa?” Ayra masih fokus membaca buku.
“Aku mau tanya nih!” Rafka duduk disebelah Ayra. Ayra menutup bukunya. Lalu mengangkat alisnya. Memberi isyarat, ‘nanya apa?’
  “Ra, kalau aku tanya kamu. Kamu mau nggak aku lamar? Kamu mau jawab apa?”
 Sontak Ayra terkejut. ‘Melamar?’
“Uuuhh.. Kak, jangan bercanda deh. Masa aja sih percakapannya kayak gini?”
 “Beneran. Aku serius. Ini bukan pertanyaan candaan!” Tatapannya menunjukkan keseriusan.
 “Emm”
Ayra langsung tidak bisa berpikir jernih saat itu.
Orang yang selama ini dia sukai diam diam ternyata mengungkapkan kata yang tak pernah ia sangka. Ingin sekali ia berkata ‘MAU’ Namun hal itu tidak boleh dilakukannya sekarang… Ia tidak mau gegabah. Memang benar Rafka adalah orang yang selama ini sering ia tanyakan dalam doanya,, tapi ia harus memastikan apakah pertanyaan itu memberi jawaban yang menyenangkan hati atau malah sebaliknya.
“Kak, perjalanan hidup kita masih panjang. Masih banyak hal lain yang ingin dicapai, cita-cita, impian, apakah pertanyaan ini tidak terlalu cepat?”
Rafka mengendus kecewa.
“Ya, aku pun sudah menduga begitu. Kamu masih muda. Perjalanan kamu masih panjang” Rafka mencoba memberi senyuman.
Ayra melihat kekecewaan di wajah Rafka. Ia bisa merasakan bahwa perkataannya kali ini tidak memberikan energi seperti biasanya. Padahal ada makna tersirat yang ingin Ayra sampaikan, ‘Kak, aku harap kakak bisa menunggu aku. Aku juga menunggu kakak, bahkan sedari 2 tahun yang lalu.’
 Namun siapa yang mampu membaca pikiran orang saat itu? Nampaknya satu sama lain, Cuma memikirkan perasaannya masing-masing. Rafka kecewa dengan perkataan Ayra dan sebenarnya Ayra masih menaruh harapan kepada Rafka.
Lalu, semua pun berjalan tanpa menemukan titik temu.
bersambung...
4 notes · View notes