"Kami belajar rendah hati atas segala yang kami tahu,belajar berprasangka baik terhadap segala yang kami belum tahu,serta berpuasa untuk hal-hal yang kami tidak ketahui." -Emha Ainun Nadjib
Don't wanna be here? Send us removal request.
Quote
Yang telah berkhianat, dia tak lagi layak untuk dipercaya apapun alasannya. Kalau pun kemudian hendak memperbaiki diri dan berbuat baik, silakan saja, tapi ini bukan urusanmu lagi sehingga tak perlu ada kesempatan kedua.
@taufikaulia (via taufikaulia)
297 notes
·
View notes
Photo
“If your feelings for me haven’t changed, how about we…start seeing each other?”
670 notes
·
View notes
Text
I Love You But I'm Letting Go.
Pamungkas tepat dan akan selalu cermat dalam menilik kesedihan. Terbukti I Love You But I'm Letting Go hadir sebagai tembang paling ambyar. Di lagu ini, memaknai kepergian bagi Pamungkas sama dengan mencintai dalam bentuk melepaskan. Perasaan yang muncul selalu didasari oleh bagaimana seseorang memberikan ruang untuk dicintai. Sebagian akan terbalas dengan hal baik, sebagian lagi akan memperbaiki hal yang sudah berusaha dibangun bersama. Bilamana tak pandai menempatkan seberapa dalam hatimu, jangankan membawanya kembali ke permukaan, menyelaminya pun tak akan mampu. Sebab ruang yang sudah dibangun mungkin luasnya tak ternalar, wajar saja bila kemudian masih banyak yang terpaksa ditinggalkan manakala raga sudah beranjak untuk meninggalkan. Muara bagi segala bentuk pertemuan adalah perpisahan.
Memanusiakan perasaan, akan selalu dihadapkan pada pilihan untuk pergi meninggalkan. Bagi sebagian yang masih amatiran, menyikapi patah hati adalah satu dari sekian banyak hal baru yang akan sulit untuk dilakukan. Namun satu hal yang pasti, selalu ada alasan untuk pergi. Menetap bukan cara terbaik untuk mematahkan apa yang sudah kau rawat. Untuk apa merawat lara, untuk apa meramut pilu, untuk apa mendamba nestapa, memberi ruang tumbuh bagi letih yang selama ini kau diamkan. Ketika masing-masing dari yang seharusnya saling menguatkan sudah menjadi kabar yang jarang disampaikan, barangkali yang baik bagi kalian adalah saling melepaskan. Mendewasakan rasa. Seharusnya melepaskan adalah bentuk dari mencintai. Seperti halnya memaknai perpisahan sebagai bentuk dari memberi. Sebab cinta pada dasarnya adalah memberi. Mengartikannya dengan mencintai diri sendiri, atau memberikan hak untuk hati yang ingin beranjak. Dipertemukan dengan hati yang tidak seharusnya, dipaksa untuk meluangkan rasa yang belum seberapa, dihadapkan pada ruang dan waktu yang tidak semestinya. Semoga selalu berdampingan dengan kata mampu bagi mereka yang sedang berusaha beranjak dari hal semu.
by: Adha Buyung.
0 notes
Text
Day 5: Parents
Halo, ini aku. Alhamdulillah masih diberi kesehatan untuk menulis hehe.
Maaf tiba-tiba hilang karena harus kejar-kejaran sama deadline Seminar Proposal. Alhamdulillah, target awal Seminar Proposal itu rencana pertengahan bulan November. Tapi, ternyata bisa lebih cepat dari target yg udah di rancang.
Ini masih nyambung ya sama topik hari ini. Tentang orang tua.
Skripsi itu merupakan masa terberat selama jadi mahasiswa. Banyak hal yang tidak terduga yang jauh dari rencana. Pasti banyak drama, mulai dari dosen pembimbing yang sibuknya minta ampun, Objek penelitian yang tiba-tiba minta batal, atau susah banget nemuin motivasi buat mulai nulis.
Alhamdulillahnya, gara-gara WFH akibat pandemi COVID-19, aku ngerjain skripsi dari rumah bahkan objek penelitian sengaja aku ganti yang dekat rumah aja. Selama ngerjain skripsi di rumah aku merasa punya tanggung jawab lebih untuk mengerjakan. Melihat ibu sama bapak yang bekerja untuk anaknya jadi motivasi lebih untuk keep hustle everyday. Entah itu cuma ngerjain sedikit atau ada perbaikan draft skripsi ke arah yang lebih baik. Aku bersyukur punya orang tua yang supportive dan kondisi rumah yang nyaman.
sebenarnya banyak yang ingin aku ceritakan namun mungkin sampai sini dulu ceritanya. Nanti kita cerita yang lainnya, besok kita buat yang lebih bagus lagi.
0 notes
Text
Day 4 : Places
Di dunia ini ada banyak tempat yang ingin aku kunjungi. Salah satunya adalahStamford Bridge, London, United Kingdom
Stamford Bridge adalah sebuah stadion, markas dari klub Chelsea FC.
Aku mulai jadi fans Chelsea saat menonton Final FA Cup tahun 2007. Saat itu Chelsea menghadapi rival utamanya, Manchester United. Chelsea pada saat itu diperkuat oleh striker ganasnya Didier Drogba, Kiper legendaris Petr Cech,Captain fantastic John Terry, dan tentu saja Frank Lampard. Chelsea juga di nahkodai oleh salah satu pelatih terbaik Chelsea asal Portugal yaitu “The Special One” Jose Mourinho. Saat itu Chelsea menang 1-0 dan meraih gelar juara FA Cup yang ke-6.
Sejak saat itu, Chelsea jadi tim andalan. Meskipun saat ini Chelsea sedang mencoba mencari performa terbaiknya. Namun, optimisme ada saat di nahkodai oleh Frank Lampard, legenda hidup chelsea.
Selain ingin mengunjungi Stamford Bridge, aku juga ingin mengunjungi Tokyo, Japan. Sebagai seorang penggemar anime seperti One Piece,Boku no hero academia,Haikyu, hingga Attack On Titan. Rasanya kurang lengkap kalau ga masukin Tokyo kedalam Bucket List.
Jepang menurutku negara yang menarik. Dimana kebudayaan tradisional Jepang tetap berjalan meskipun teknologi modern terus berkembang mengikuti arus zaman. Mereka juga terus berinovasi dan berkembang hingga menjadi negara maju.
Sebenarnya masih banyak tempat yang aku ingin kunjungi. Emang anaknya hobi jalan-jalan jadi banyak maunya hehe. Tapi, yang paling penting menurutku teman dan pengalaman selama perjalanan. Pengalaman yang didapat selama perjalanan yang selama ini buat aku ketagihan. Bertemu orang-orang baru dan pengalaman baru.
0 notes
Text
Day 3 : Kenang.
Bagiku, tak pernah mudah membicarakan kenangan. Ia tidak bekerja seperti ingatan. Kita bisa memilih dan memilah apa yang ingin kita ingat, apa yang tidak. Sementara kenangan adalah fragmen yang muncul begitu saja, tak bisa dihindari.
Kadang ia terbit dari aroma kopi, jalan-jalan yang kau lalui, atau lagu yang terputar secara acak. Kadang ia menyejukkan seperti gerimis, kadang ia pisau bermata dua.
Ngobrolin tentang memories atau kenangan. Aku jadi teringat dengan satu benda yang kecil tapi penting.
Foto.
Kalau diumpamakan, fikiran kita itu suatu ruangan maka di dalamnya ada banyak foto. Foto-foto itu yang jadi kenangan dari beragam kejadian yang udah terjadi selama kita hidup. Moment sedih,kecewa,patah hati,takut,marah. Semuanya tersimpan rapi.
it’s like stepping back inside a room that you can find a fond memories of, one you haven’t see in a long time.
sebenarnya bukan hanya foto saja yang bisa menyimpan memori. Barang,tempat, atau bahkan aroma parfum bisa jadi semacam reminder buat sebuah memori. Hal itu beda-beda tergantung orangnya.
Ngomong ngomong tentang foto. Aku jadi teringat foto ketika sedang memancing bersama bapak. Kalau ga salah pada saat itu aku berumur 8 tahun dan adik berumur 4 tahun. Ketika itu bapak memang suka mengajak memancing di laut. Meskipun cuma dari pinggir dermaga, ikan yang kami dapat cukup banyak ternyata. Lewat memancing aku belajar untuk sabar, karena cukup lama untuk dapat ikan.
Selain lewat foto, lagu juga jadi hal yang bisa buat aku kembali ke suatu kenangan.
Aku bukan penggemar BTS, boyband yang sedang booming akhir-akhir ini. Tetapi, ketika aku tidak sengaja mendengarkan salah satu karya mereka. Layar kenanganku akan memutar hal-hal yang sempat kulalui dengan seorang. Dia memang seorang ARMY (sebutan fans BTS) banget. Ketika kita mengobrol tentang boyband kesukaan dia, pasti matanya berbinar, excited. Jarang aku lihat dia seperti itu.
Memori yang cukup buat aku tersenyum ketika mengingat atau suka tiba-tiba lewat tanpa permisi.
Begitulah kenangan bekerja. Ia akan menarikmu ke masa lalu. Mengantarkanmu pada hal yang telah usai, juga pada hal yang belum selesai. Namun mengenang tidak sama dengan ingin kembali. Bahwa mensyukurinya atau menyesalinya adalah sepenuhnya pilihanmu.
“Memories warm you up from the inside. But they also tear you apart.” ― Haruki Murakami, Kafka on the Shore
mungkin itu aja yang bisa dibagi untuk hari ini.
0 notes
Text
Day 2 : Things that makes you happy
Kebahagian ya
Satu hal yang aku ketahui tentang kebahagiaan.
You are responsible to your own happiness
Aku sadar, semua orang punya standard dan cara bahagia masing-masing. Entah itu dengan cara menonton drama korea,dengerin musik-musik J-Pop, nonton anime atau hal simpel seperti makan indomie kuah pada saat hujan. Karena tiap orang punya cara masing-masing untuk berbahagia maka tiap orang juga ga seharusnya jadi judgemental terhadap cara orang lain berbahagia. Menganggap cara dia berbahagia itu yang paling keren dari yang lain.
Oke, kalau kamu suka main futsal atau basket. Itu keren. Tapi, bukan berarti kamu bisa menganggap orang-orang yang suka jejepangan itu aneh dan menganggap mereka masyarakat kasta kedua.
Mereka cuma berbahagia dengan cara mereka sendiri.
So please make sure you create your own happiness and be the owner of your happiness.
Balik ke topik awal.
Kalau ngomongin tentang hal-hal yang bisa buat saya berbahagia, atau bisa disebut lari sebentar dari kenyataan sebenarnya banyak. Hal-hal kecil seperti gowes keliling kota,nonton film atau anime, atau nonton Chelsea lagi main.
Tapi rasanya paling seneng sih kalau bisa bantu orang sekecil apapun. Ada suatu kebahagian tersendiri. Mungkin ini alasan kenapa aku banyak ikut komunitas sosial seperti Banana Pirates atau di Teamuda. Pelan-pelan berprogress bareng itu rasanya puas. Saling bahu membahu menolong dan berdampak sekecil apapun.
Progress membuktikan kalau aku masih bisa berpikir, bernapas, dan bergerak maju. Menjadi bukti kalau aku ga pasrah dengan kehidupan. Masih terus melawan dan berusaha. Yah, meskipun cuma menjadi lebih baik 1% setiap harinya.
Tapi emang ga bisa dipungkiri sih kalau usaha kita berprogress itu sering gagal atau banyak halangan di depan. Ga papa, menurutku potensi manusia itu emang diciptakan untuk berusaha sebaik-baiknya.
Kalau kata Sholahayub sih usaha bisa jadi sebab, tapi bukan penentu hasil. Berhasil itu kehendak dari sang penulis takdir. Takdir manusia itu berusaha untuk mengalirkan kebaikan sampai deras. Terus mengalir, memberikan kebermanfaatan.
Karena, hanya ikan mati yang bergerak mengikuti arus.
Mungkin itu hal-hal yang bisa aku share untuk hari ini. Tulisan ini ditulis semata-mata sebagai reminder untuk si penulis. Bukan untuk menggurui atau bahkan merasa lebih baik dari yang lain.
Jangan lupa bahagia :)
2 notes
·
View notes
Photo
DAY 1: Describe your personality
Hmmm entah harus mulai dari mana untuk mulai nulis. Tapi alasanku untuk ikut challenge ini adalah agar suara-suara yang sedang ramai di kepala dapat sedikit di menghilang. Sekalian ambil jeda sebentar dari tugas sama kewajiban kuliah. Sebisa mungkin aku akan nulis santai dan ga kaku amat biar yang ingin baca juga nyaman.
Let’s try
Pertama-tama, perkenalkan namaku Fathan Zain Alwafi. Sering disapa Zain,Zen,Jen, atau Fathan. Memang manusia suka beri nama-nama unik untuk temannya. Paling unik sih dipanggil Jen, karena panggilan ini diberikan pertama kali sama nenek tetangga dekat rumah. Akhirnya banyak juga yang ikutan buat manggil kayak gitu. Bahkan ada beberapa teman kuliah yang manggil pakai nama panggilan itu.
Hari pertama challengenya adalah menjelaskan tentang personality atau kepribadian. Kalau menurut tes MBTI yang pernah aku lakukan sih, kepribadianku itu ENFJ. Apa itu ENFJ?
Diambil dari situs 16personalities, orang dengan kepribadian ENFJ (Extravarted,Intuitive,Feeling,Judging) merupakan pemimpin yang dilahirkan. Natural Born Leader. Di dunia ini kepribadian ENFJ mencapai sekitar 2% populasi. Kedengarannya keren juga ternyata. Padahal mah aku orangnya banyak kekurangannya bahkan banyak orang yang ga suka sama kepribadianku. Tapi emang ada beberapa hal dari penjelasan situs 16personalities yang cukup cocok dengan kepribadian yang aku punya.
Aku memang mudah percaya dengan orang lain. Berusaha untuk mudah diterima sama lingkungan, meskipun harus aku akui itu susah banget. Apalagi untuk orang yang kaku seperti aku gini. Kadang suka dianggap terlalu serius. Tapi untuk teman-teman yang udah kenal aku deket banget pasti menganggap aku orangnya blak-blakan banget dan kadang omongannya nyakitin. Memang harus aku akui kalau udah berteman dekat banget biasanya emang susah di control perkatannya. Tapi untuk mengurangi sifat buruk tersebut, aku berusaha untuk mengerti kondisi lawan bicaraku. Tujuannya sih biar ga asal ngomong dan ujung-ujungnya malah nyaktin hati lawan bicaraku.
Tapi aku terbuka untuk semua orang yang ingin berteman atau ngobrol. Berusaha baik dan ramah sama semua orang.
Aku juga orangnya kadang susah untuk mengambil keputusan. Sebelum mengambil keputusan pasti dipikir baik buruknya. Terlalu mikir apa konsekuensi yang bakal terjadi. Jujur, aku bukan typical orang yang bisa mengambil resiko yang terlalu besar. Kalau resiko dari pilihan itu terlalu besar. Pasti dilakukan evaluasi sama pencegahan biar sesuatu yang paling buruk itu ga terjadi. Tapi, sekarang aku berusaha untuk cepat mengambil keputusan dan berusaha menghadapi apapun yang ada di depan. Akibat pandemi Covid-19 ini aku berusaha untuk melakukan improvisasi.
Aku juga merupakan orang yang slow walker, slow learner banget. Bukan tipe orang yang cocok sama belajar sistem kebut semalam. Ambyar bisa bisa nilai ujiannya. Aku juga bukan orang yang pinter. Mungkin ada yang anggap aku orang pinter, tapi menurutku itu bukan pinter karena “Gift” tapi lebih karena “Hardwork”. Masih banyak orang yang lebih pintar diluar sana. Heran, makan apa mereka sampai bisa jadi orang jenius.
Yah, memang sebagai manusia aku masih banyak banget kekurangannya. Aku sadar banyak orang yang gak suka sama kepribadianku. Bahkan mungkin ada yang sampai jadi benci. Tapi, pelan-pelan aku berusaha merubah diriku kearah yang lebih baik. Setiap harinya.
Aku ingat banget. Dulu ada yang bilang seperti ini ke aku.
“At some point in yourlife, you will be the villain in someone elses’s story. And sometimes it’s unavoidable and that’s normal, because you are human too. Forgive yourself and keep doing good.”
Terakhir, closing statement.
Aku dalam keinginanmu mungkin berbeda dengan aku pada kenyataan. Begitu juga kamu dalam pikiranku, mungkin tak selalu sesuai dengan kenyataanmu. Kita hidup dalam dua kacamata. Tak semuanya harus disamakan. Cukup dipahami saja.
2 notes
·
View notes