sepatahkataa
...
45 posts
Just all of pieces of my life. But, not at all.
Don't wanna be here? Send us removal request.
sepatahkataa · 5 years ago
Text
Aku dan Apa yang Membelengguku
Tumblr media
Sekilas, potongan pesan diatas hanya sebuah gabungan kata yang terkesan biasa bukan?
Namun nyatanya, potongan percakapan tersebut mampu membuat pertahananku runtuh. Feel so deep for me. Aku sendiri juga tak tahu, posisi kata yang menusuk ada di bagian mananya hingga tega membuat mataku berlinang, dan ingin memeluk sang pengirim pesan. Padahal jika saling bertemu pasti suasana yang tercipta adalah 'Ngegas Mode On', jarang ada lembutnya. Dan maybe itu efek dari sudah lamanya kami tak berkomunikasi, sekali berbincang terasa mendalam. But, thats the reality. And i'm sure thats true, dalam sehari mampu merubah pola pikir yang ntah sudah berapa lama terasa salah ini.
Pesan itu dari salah satu teman SMAku dulu, seorang yang cukup dekat. Dia cheerfull dan pembawaannya mampu membuat semua orang di dekatnya happy. Sedikit cuek sok gak peka gitu orangnya. Sebut saja namanya Copid. Hanya saja yang membuatku tercengang, ternyata dia memperhatikan sisi dalamku jg ya. Dan dari isi pesan itu juga aku menangkap, bahwa dia seolah tau aku tidak bahagia saat itu, dia juga tau sosok yang aku tampilkan bukan seutuhnya aku.
***
Dua bulan terakhir ini memang fikiranku sedang semrawut, tak tentu arah. Berbagai kontemplasi tentang seutuhnya diri ini, telah kuselami hingga berlarut. Jawaban? Tak kunjung bertemu jua! Yang ada hanya pergulatan fikiran yang semakin rumit dan bercabang. Problem yang satu dengan yang lain semakin tak terselesaikan. Dicoba berapa kali memilah dan mengelompokkannyapun diri ini tak mampu. Arrrghhh pusing.... aku tidak sedang baik-baik saja. Sakit fisik tidak, tapi badan serasa sakit dan remuk semua. Dibuat berfikirpun tidak bisa, langsung drop. Ditanya sakit apa? Aku hanya menjawab, pusing aja kok. Namun sekali lagi, aku tidak sedang baik-baik saja. Disitu aku sudah mulai menyadari, sakit ku ini karna pengaruh dari fikiranku. Aku tau itu, tapi aku tak tahu lagi aku harus bagaimana? Melakukan apapun aku tak bisa fokus!
Menghadapi suasana hati dan fikiran yg tak menentu, membuat rutinitasku cukup berantakan. Setelah subuh sering tidur lagi, melakukan aktivitas ogah-ogahan dan tak bersemangat, menuntaskan pekerjaanpun tak se-perfect biasanya. Cenderung malas dan menghamburkan waktu untuk bermain gadget. Ibadah, alhamdulillahnya masih kepegang karna kebetulan pas di rumah, jadi serasa dipantau orang tua juga gitu. Aku semakin menjadi pribadi yang tak jelas, aku menerka sejenak 'Apakah aku sedang stress? Apakah aku depresi?'
Cukup lama menjalani rutinitas amburadul itu, lama-lama aku tersadar 'INI GAK BENER, INI SALAH!'. Semua cara aku susuri untuk mencari solusi dari berbagai problematika hidup yang aku alami. Mulai dari mencari link psikiater dengan harga terjangkau, mencari kontak ustadz untuk konsultasi online, mengalihkan pada hobi yang menghasilkan, curhat dan minta pendapat pada teman yg kupercaya (dari yg faham betul sisi agama hingga yg lbh general sudut pandangnya), semua sudah aku lakukan. Tapi tetap saja, aku belum menemukan solusinya. Berdoa pada Sang Penentu Takdir, so pasti. Aku faham betul soal itu, tempat dimana kita mengadu dan memasrahkan diri. Tapi aku merasa aku belum sepenuhnya pasrah memintanya, dan kembali memikirkan tentang bagaimana cara agar aku bisa memasrahkan masalahku seutuhnya? Nyatanya, aku terlalu mendalami peran dan terlalu berkutat untuk mencari caranya, sampai lupa apa itu arti pasrah. Terlalu lelah. Diatas sajadah, dalam tangkupan tanganku aku bermunajat 'Ya Allah, aku nggak tau lagi aku harus bagaimana. Pikiranku terlalu runyam sampai-sampai aku tak tahu bagaimana aku bisa menjabarkannya padaMu. Engkau pasti tahu apa saja kegundahanku kan, ya Rabb? Hamba mohon, tolong beri hamba jalan keluar untuk semua ini. Amiin'. Itu saja yang mampu terucap.
Hari-hari berikutnya, setiap aku melihat timeline instagram, yang muncul adalah postingan yang bertopik 'Be Your Self'. Membaca postingan-postingan itu membuatku sadar, bahwa aku memang belum menjadi diriku sendiri. Tapi dalam rantai perjalananku, aku merasa ada waktu dimana aku pernah merasa sangat nyaman sebagai aku. Aku mulai tenggelam dalam masa lalu, mengulik masa dimana aku merasa bahagia, sampai masa-masa yang membuatku merasa teramat sedih dan takut pun juga menggerayangi pikiran. Disisi lain, lingkungan seakan tak mau kalah ikut menekanku. Mulai dari aku yang harus seperti ini, aku yang harus bersikap itu, aku yang harus berpenampilan yang begini, dan masih banyak lagi. Aku merasa semakin ditekan untuk tidak menjadi diriku sendiri. Bertanya-tanya pada diri 'Apakah menikah adalah jalan keluar dari semua ini?', statement ngawur untuk lari dari masalah ini sampai nyasar diotak dengan santuynya. Kenapa bisa? Simple, yang aku fikirkan saat itu dengan adanya pasangan aku punya tempat berbagi yang kupercaya, aku punya teman untuk memikirkan solusi dan jalan keluar, aku bisa mendapatkan kasih sayang dan mencurahkannya, aku punya pendukung setia, aku bisa mewujudkan cita-cita yang tak bisa aku gapai karna berbagai kekangan yang seolah tak mau tau apa yang kumau. Thats all. Tapi muncul lagi permasalahannya, aku tidak punya pasangan dan tak tahu siapa yang bisa aku jadikan pasangan. So, that's idea sound impossible, right now.
Suatu waktu, status teman-teman di media sosial penuh unggahan postingan berbagai webinar via zoom, gmeet, dan webex. Ditengah pandemi corona dengan kondisi yang semakin tertekan pula, aku memutuskan untuk mencari- cari berbagai webinar dengan topik 'Love Your Self' maupun berdiskusi dengan teman yang sekiranya pernah memiliki problem yg sama denganku. Dan hasilnya tetap nihil. Alih-alih mendapat solusi, temankupun juga sama bingungnya. Disitu aku hanya bisa bertekad melupakan masalah dan memulai apa yang harus dimulai, mengerjakan pekerjaan yang sudah cukup lama terbengkalai. Dan lagi-lagi baru saja ku melangkah, aku sudah kembali dibuat down. Bahkan sampai setengah jalanpun belum, dan tekadku sudah harus kembali luntur? Ha..ha..haa... hanya mampu tertawa patah, itu yang aku rasa.
Kembali bergulat dengan pikiran, seolah memaksaku bergerak dan berusaha untuk menyelesaikan problem-problemku kembali. Di kondisi yang semakin menjadi ini, rasanya seolah ingin menyalahkan dan menjadikan faktor lingkungan sebagai tersangka utama atas segala permasalahanku. Ya, karena ialah aku tidak bisa menjadi diriku seutuhnya dan memunculkan aku yang dengan setianya memakai topeng yang kini bertengger. Terlalu berlarut dalam keadaan buatku lupa, bahwa yang membuat kita belum menjadi diri sendiri bukan hanya tekanan lingkungan.
Hingga, suatu pagi layar pipihku memunculkan pop up berisi pesan seperti yang sudah kusampaikan di posisi paling atas postingan ini. Aku terdiam dan mataku berkaca-kaca. Sejenak aku merenung, mengapa aku sampai seterlarut itu saat membacanya? Lama ku mulai berfikir, tertujulah aku pada statement 'Apalagi jawabannya?! Memang benar adanya bukan?! Circle-mu banyak, kamu bahagia. Hanya saja kamu terlalu berpura-pura dan menutup diri'. Aaarrgh... yang benar saja. Berusaha aku menampiknya, nihil. Semuanya benar. Mengapa aku baru menyadarinya? Ya, aku bahagia. Circle-ku banyak dan beragam. Hanya saja, segelintir orang yang membuatku mendalami arti kecewa telah mampu menutup rasa bahagiaku. Berujung pada aku yang berdiri dengan banyaknya kepalsuan diri, menjadi aku yang sangat bukan aku. Sedikit tertutup dan terbuka disatu waktu, juga terus merasa gelisah. Bahkan sampai terjebak dalam beberapa pertemanan 'fake'. Parah ya, hanya karena luka, aku sampai tak sadar masih ada banyak orang yang mrmbuatku bahagia. Ya Allah, sudah berapa lama ini? Setelah kufikir-fikir, aku sudah tak menjadi diriku sejak kelas 6 SD hingga sekarang usiaku menginjak 23 tahun. Namun, ada suatu masa setelahnya dimana aku juga pernah merasakan seutuhnya aku, walau hanya sesaat. Oke, aku ingat masa itu. 
Kembali mengenang masa itu, seakan mengingatkanku akan circle-circle ataupun orang-orang yang mengelilingiku. Membuatku mencari mereka yang telah memberikan perannya. Kebanyakan dari mereka yang menciptakan bahagia, juga mengingatkanku pada banyaknya kebaikan yang perlu dilakukan. Ada pula yang sempat menaruh luka, membuat sedih juga takut akan masa lalu, atau yang membuat kecewa hingga enggan menciptakan temu. Sebelumnya seorang teman sempat mengingatkanku, 'Heiii, penyakit hati bisa bikin sakit badan lho!'. Disitu, Pikiranku kembali tercerahkan. Aku tak mau terus-terusan dibelenggu oleh penyakit hati yang sudah menahun ini. Beban ini harus segera kulepaskan. Oke, aku memutuskan akan mencoba menghubungi kembali circle-circle dan beberapa orang dimasa itu. Karena aku juga punya andil dalam menciptakan jeda dengan beberapa bagian dari mereka, hingga hilang komunikasi, bahkan sekedar bertanya kabarpun enggan. Mungkin faktor kesibukan kami yang kian bertambah, tujuan masa mendatang yang menampakkan beda, atau karakter di ujung zona labil kami.
Mumpung momennya pas lebaran, sekalian saja mengucapkan maaf dengan ketulusan, pikirku. Beberapa coba aku hubungi via chat, dm, voice call hingga video call. Targetku saat itu, meminta maaf dan menjalin komunikasi kembali. Dibalas tidaknya, urusan belakangan. Aku tak peduli, yang penting niatku sudah baik. Nyatanya, dari sekian banyak yang aku hubungi masih ada saja yang tak membalas. Aku tak terlalu memasukkan hati, toh hanya beberapa saja. Aku udah bertekad dan tak boleh merasa kecewa lagi karena tak mendapati pesanku tak berbalas. Tapi, sekedar untuk menghindari trauma masa lalu, aku me-mute story beberapa teman di Instagram yang sekiranya bisa memicu traumaku kembali, agar aku tak melihatnya. Aku memaafkan, aku melakukan ini sekedar untuk menjaga kesehatan mentalku.
Tahukah apa yang terjadi padaku selanjutnya?
Aku sungguh merasa beban berat yang selama ini membelengguku telah terlepas secara perlahan. Rutinitasku juga sudah mulai normal beberapa hari terakhir ini. Pekerjaan mulai berjalan semestinya. Permasalahan lainnya mulai teratasi satu-persatu. Otakpun bisa kembali berfikir jernih. Dan tentunya, aku mendapat kebahagiaanku kembali. Sesenang itu merajut ulang tali kasih dengan orang-orang yang kini kembali mengelilingi dan menguatkan kita.
Ternyata untuk mendapatkan kebahagiaan kita perlu menjadi diri sendiri, menjadi seutuhnya kita. Dan kunci untuk terlepas dari belenggu penghalangnya adalah dengan memaafkan. Baik memaafkan diri sendiri, orang lain ataupun masa lalu. Terkadang faktor utama penghambatnya adalah diri kita sendiri, terutama hati kita. 
Jika ditanya, 'semudah itukah memaafkan?'. Jelas, jawabannya tidak. Butuh niat dan rasa ikhlas yg setulus mungkin. Rasa benci dan kecewa harus segera dilepas secepat mungkin, agar tak membelenggu kita dalam peliknya penyakit hati. Jika merasa kecewa, segera utarakan sebabnya, sampaikan. Kebanyakan orang tak sadar bahwa sikap atau perbuatannya mampu membuat orang lain merasa sakit dan kecewa. Lantas, bagaimana caranya mereka bisa tau kesalahannya, jika kita tak memberi tahu? Ketidaktahuan tak akan mampu menggapai sebuah penerkaan. Dan takkan pernah ada kata 'menerka' tanpa ada 'merasa'. Mereka tak akan menerka jika tak tahu dan tak merasa. Itulah mengapa kita harus mengkomunikasikannya. Jika enggan menyampaikan atau merasa sungkan... Yasudah, mau tak mau caranya dengan mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Maafkan dan berdamailah dengan hati. Dalam prosesnya nanti, pasti kamu akan menemukan bumbu pelengkapnya sendiri. Sesuai apa yang kamu butuhkan. Percayalah
Jadi, kamu harus segera menjadi seutuhnya kamu. Gapai bahagiamu dan jangan menunda terlalu lama. Nanti badan ikutan sakit lhoo...
2 notes · View notes
sepatahkataa · 6 years ago
Text
Asumsi, Pengharapan dan Berjalannya Waktu
Seringkali, kita terlalu disibukkan oleh beribu asumsi pergolakan hidup yang jauh dari ambang kepastian.
Tanpa sadar seberapa banyak waktu dan tenaga yang telah disisihkan.
Dan akhirnya pupus akibat pengharapan yang tak berujung.
Padahal masih banyak kewajiban yang harus ditunaikan daripada sekedar berasumsi, bukan?!
Jadi, sudah berapa banyak waktu yang terbuang?
0 notes
sepatahkataa · 6 years ago
Text
Sejatinya, kita hanya butuh waktu bukan?!
Untuk aku menjadi aku,
Dan kamu menjadi kamu.
0 notes
sepatahkataa · 7 years ago
Text
‏لا تحمل هم الدنيا فإنها لله..
Jangan risaukan perkara duniawi sebab dunia milik Allah
ولا تحمل هم الرزق فإنه من الله.
Jangan pusingkan pula tentang rezekimu, sebab rezeki pun dari Allah
ولا تحمل هم المستقبل فإنّه بيد الله.
Jangan bimbang jua dengan masa depan, sebab ia ada di tangan Allah
فقط إحمل هماً واحداً كيف ترضي الله.
Pikir dan fokuskan saja hal ini; bagaimana cara kita agar teranugerahi ridha Allah
Ibnu Qayyim Al Jauziyah
761 notes · View notes
sepatahkataa · 7 years ago
Text
Nyatanya aku terlalu takut untuk mengakui dan memulai sebuah kata. Sebab aku tahu... dari sorot mata dan ekspresimu nampak sebuah beban yang kiranya sedang mengganggumu. Sehingga aku memilih untuk diam walau sekedar untuk menyapa. Karena aku takut membuyarkan lamunanmu yang tampaknya sedang kau dalami.
0 notes
sepatahkataa · 7 years ago
Text
Selamat berjuang untuk kamu yang sedang berusaha menerjang dan melampaui batasmu. Doaku menyertaimu
Baik kan aku mendoakanmu?!
0 notes
sepatahkataa · 7 years ago
Text
Sebab aku tahu...
Hening adalah bahasa ternyaman yang mungkin disukai hatimu sekarang.
Dan karenanya,
Aku diam...
karena aku ingin kau tetap nyaman :))
0 notes
sepatahkataa · 7 years ago
Text
Nampaknya hati sedang tidak bersahabat. Entah apa yang sedang terbersit di dalam benak. Rasanya terlalu bercampur padu. Sampai-sampai tak bisa bermimpi untuk sekedar tau isi hati. Mungkin hati ini perlu dirajut dengan untaian doa-doa pada Sang Penentu Hati. Agar tak selalu gundah pada hati yang tak menentu. Dan ketentraman hati akan menjumpaimu :))
Tapi, jangan lupa. Tetap berhati-hatilah pada hati. Karna ia dapat menjerumuskanmu.
1 note · View note
sepatahkataa · 8 years ago
Quote
Teruntuk kamu insan penjaga hati. Bersabarlah. Jika Tuhan belum memberi, tak usah berikan hati pada hati yang tak pasti. Cukup jalani saja. Karena skenario terbaik telah Tuhan persiapkan untukmu :))
1 note · View note
sepatahkataa · 8 years ago
Quote
Yang aku tahu dan aku yakini, inilah cara Allah untuk mendewasakanku. Dan aku berterimakasih untuk kalian yang telah mengisi lembaran-lembaran episode kehidupanku. Karena dengan cara inilah Ia membuatku semakin dewasa dan bisa memaknai arti kehidupan
1 note · View note
sepatahkataa · 8 years ago
Text
Untukmu yang Sedang Menjalani Secuil Ujian Kehidupan
Aku tau, mungkin ini teramat berat bagimu. Aku tau, mungkin ini teramat cepat bagimu. Dan aku tau, mungkin kau juga belum siap menerima kenyataan ini. Maaf, jika aku belum sempat mendengarkan segala keluh kesahmu seperti dulu. Maaf, jika aku belum bisa menemanimu di saat cobaan ini menghampirimu. Dan maaf, jika saat ini aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu dari belahan kota yang berbeda ini. Ingatlah janji-Nya, bahwa Ia tidak akan membebani seseorang melebihi batas kemampuannya. Jangan salahkan takdir-Nya, karena alur cerita kehidupan yang menurut kita baik belum tentu baik. Dan yakinlah di saat yang tepat nanti, Ia akan menggantinya dengan yang lebih baik. Haii kamu yang disana, Percayalah semua akan indah pada waktunya :)
1 note · View note
sepatahkataa · 8 years ago
Quote
Pada akhirnya kita akan berterimakasih pada orang-orang yg membenci kita, karena merekalah yang senantiasa mengingatkan kita di kala kita salah dan lupa.
Mr. X
2 notes · View notes
sepatahkataa · 8 years ago
Quote
Ikutin aja skenario-Nya. Bukankah hidup ini adalah proses pembinaan?
Kamu yang dulu sempat kukagumi dan sempat menginspirasi :p
0 notes
sepatahkataa · 8 years ago
Text
Melupakan merupakan satu-satunya jalan ketika ingatan terjebak dalam kenangan Melupakan bukan tugas sang waktu, melainkan tugasmu Karena kenangan akan selalu ada di tempatnya, menunggumu menemuinya, untuk kemudian memaafkannya Percayalah...ketika satu pintu tertutup, akan ada pintu lain yang terbuka
0 notes
sepatahkataa · 8 years ago
Quote
Jangan lihat ke atas jika itu membuatmu putus asa Jangan lihat ke bawah jika itu membuatmu sombong Karena melihat ke atas dan ke bawah hanya untuk orang-orang yang ingin bekerja keras dan bersyukur atas apa yang ia miliki
Teman Seperjuangan
0 notes
sepatahkataa · 9 years ago
Text
Untukmu yang Kurindu di Sepanjang Jarak-Nya
Di sela nafas kehidupan yang kini tengah kuhirup dan kuhempaskan,
Ntah mengapa, rasa rindu ini semakin menguat.
Semua itu mengalir begitu saja tanpa tersengaja
Rasa rindu yang semakin mencuat
Air mata yang sudah tak terbendung
Diri ini teramat ingin bertemu sosokmu
Sosok yang selalu mencurahkan kasih sayangmu
Sosok yang selalu menyembunyikan rasa lelahmu
Sosok yang selalu menjaga kerendahan hatimu
Sosok yang selalu mengorbankan jiwa dan ragamu untukku
Dan sosok yaang selalu menerima kekuranganku dan apa adanya diri ini
Miiii....
Tanpa hadirnya dirimu, aku adalah sosok yang tak menjadi
Tanpa belaian kasihmu, aku hanyalah butiran debu yang tak berarti
Tanpa untaian doa dan ridhomu, aku hanyalah tulang yang mudah rapuh
Dan tanpa alur kisah kehidupan yang kau berikan, aku tak akan kuat dan tak akan sanggup bertahan di dunia yang begitu keras ini
Dengan belaian kasih dan sayangmu
Dengan untaian doa dan ridhomu
Dengan pengorbananmu yang tiada berbatas
Dengan letihmu yang selalu kau pendam
Itu semua yang menguatkanku,miii
Itu yang membuatku terus bertahan 
Agar aku bisa menjadi sosok mulia dan bidadari tak bersayap sepertimu
Terimakasih,miii....
Untuk semua pengorbanan yang telah kau berikan untukku
Untuk tumpuan pundak yang menompang dan mengokohkan pertahananku
Untuk menjagaku hingga aku tumbuh seperti sekarang ini
Terimakasih untuk segalanyaa, miii.... :3
H-14 sebelum hari kelahiranmu
0 notes
sepatahkataa · 9 years ago
Text
Apa gerangan yang kiranya telah membuat jarak di antara kita ? Hingga semuanya berubah. Tanpa peduli satu sama lain. Tanpa mengetahui kesalahan satu sama lain. Akankah ini menjadi saat yang tepat untuk membuat jarak di antara kita?
0 notes