Text
The Dark Side Of Empaths
Topic: Psychology || via WNQ-ANONYMOUS
The world may not understand, but you do. You, the empath, know it all too well; the darkness that comes from having this unexplainable gift. A pain and sadness that is unique to those who feel every vibration of energy around them as if a million fingers were plucking the strings of their soul.
Keep reading
1K notes
·
View notes
Photo
Lights out!
0 notes
Photo
Deeply blank and locked. This is driving me nowhere, I'm outta control.
0 notes
Text
“Lemesin Aja, Rum!”
Hey! Rum
Katanya galau tapi jual mahal
Katanya lagi, bulat sudah kau hijrah ke Bali ‘tuk entaskan suri
Rum, menolak cinta itu pamali
Ada Pur di mari yang sedari pagi menengadah hati
Ngobrol sama yang ciptain hati
Agar yang di bali ngebet kembali
Rum, semoga bujuk rayu Pur tersemat
Agar sepi kita segera tamat
Ibu Kota
01.05.17
1 note
·
View note
Photo
Love to jam?? here it is! “HaikuJAM”. Fun N Free.....
Go write and jam, writers!
0 notes
Text
Kalau boleh Nun saja... (Judulnya di bawah :3)
"Kemari, Nun, temani aku di bale. Nikmati layung, desir angin sore, bau khas pantai a'la gacoan yang tengah kasmaran. Tak lupa kusematkan seruput nyiur, boleh satu atau dua. Untung kau jadi mampir, karena berayun-temayun seorang diri tanpa Nun adalah dosa besar. Aku disini menduduki hakku, jangan lupa kalau aku ingin kau pun merengkuhnya. Ayo, Nun, minum airnya. Mereguk manis-segarnya kelapa muda di sela-sela udara sore begini mungkin takkan terulang lagi esok hari. Kita tahu bahwa ada dua hal sama persis yang takkan terjadi dua kali, itu adalah anugerah. Sama seperti bola mata ini yang gemar mengawai setiap lekuk segala yang jamal dari dirimu itu. Sepasang ain khas seorang muslimin, memaksaku 'tuk lebih lama lagi bermain-main, di sebuah cangkir berisikan minuman pekat hangat bernama 'yakin'. Tuh! lihat, buru-buru memerah lesung pipi itu yang kucuri pandangnya sesekali dari sepoi bayu, buatnya tersingkap itu si poni-dagu. Andai halal sudah kugenggam, kasdu aku mencumbumu, Nun. hic et nunc." "Abid" Ibu Kota, 08.02.2017 03:37 A.M
0 notes
Quote
The conscious mind is the editor, and the subconscious mind is the writer.
Steve Martin (via keepcalmandwritefiction)
120 notes
·
View notes
Quote
Tonight the universe is testing me more than ever: it’s asking me to forgive you, even though you’re not sorry.
sesapoetry (via wnq-writers)
3K notes
·
View notes
Quote
But darling, you’re better than a rebound.
lyric-appreciation (via wnq-writers)
1K notes
·
View notes
Quote
If you don’t like poetry, then I guess you wouldn’t like me.
autumnsunshine10 (via wnq-writers)
2K notes
·
View notes
Text
HAYAFIYI
Gelas-gelas kaca milik Om Pur Yang ditata sedemikian rupa di rangkaian besi karatan di sudut dapur Terlihat arogan, congkak, pongah Maunya terus disimpan di tempat aman Diapik-apik… Om Pur takut kalau nanti pecah Padahal memang sudah retak parah Itulah dia, kan memang pongah!
Dipakai pun bikin bibir luka Tapi enggan beringsut dari kami punya muka Pengennya selalu dipandang Ingin sekali aku berkoar, “Tempatmu itu di gudang!”
Duh…Om Pur…. Kami tak mampu buatmu berlogika Kami bisa apa? Kau terlalu dermawan Tiap pagi suka bagi-bagi makan Hanya agar kami bungkam
Nn. Karat 04.02.17 03:12 A.M Ibu Kota
0 notes
Text
“Ada Senja, Reading Room, Mereka, dan Kamu”
Iya, kamu wahai Nurani
Jangan lekas lelah menggarit jejak Masih banyak yang gemar melalah basahmu di bawah sana
Kamu ini... Yang basah bikin tenteram Yang basah jaminan jenjam Berlomba-lomba menangkan bumi Menghunjam ke permukaan Tanpa tahu-menahu dengan siapa akan beradu muka
“Labuhkanlah dirimu sepenuhnya! Sudah lama kau ditunggu Nyonya“, seru pelataran
“Kau takkan bisa memilikiku dengan utuh. Seraya menggeliat bebas di udara, sebagian dariku terperangkap bersama lautan karbonmonoksida, bermuara di atap-atap keropos. Oh, iya, belum lagi sejumlah rintik yang terjerat di kaca jendela kumal Lalu sisanya menahun di kubangan. Empunyaku bukan kau saja. Meski kuakui kau adalah tujuan terbesar untukku menghilir, Kau tahu itu", ujarku.
"Takkan pula kau dicap pemberani!
"Ini yang kusebut mengabdi, Tuan. Jika ikhlas sudah kau tetapkan. Tak perlu lah digelayuti “tapi”. Sungguh, tak elok mengomel Tak butuh embel-embel.”
Kemang Timur, 02.02.17
15.30
1 note
·
View note
Text
Layaknya Cinta, Bangsat pun Banyak Bentuknya
Ah.....dan ya itulah...
Perjalanan ke dalam dan ke luar diri mesti(nya) sebanding
Aku jadi makin geram
Mudah cemburu, bangsat!
Bikin engap, sesak...please, untuk apa Kau ciptakan spasi??
Mengawang yang ada dan yang tiada pun tak kentara lagi
Antara memuji pula memaki seperti tak bersudut
Tak kutemukkan tepi apalagi sisi
Benar-benar meraup banyak waktu
Tololnya, aku meledak-ledak di atas segalanya
Berasa tumpah padahal jadinya sampah
Busuk sudah buah-buahmu, Win
Kudu diganti itu pupuknya
Beli yang baru, jangan berkutat dengan yang itu
“Tak kenal susah kah kamu ini? Apa bagimu melakoni jauh lebih mudah ketimbang berkicau?”, pekiknya yang entah siapa seraya menyusuri nurani
Mencari-cari padahal tahu kalau ini jauh dari pasti
Hanya langkah nekat yang aku pijakkan satu-satu yang kerap kupakai
Beruas-ruas bentuknya, kadang ruasnya bolong tak menentu
Seringkali belok-belok, melenggok dengan kaku
Inginnya jelas, nyaman, eh malah runyam
Obrak-abrik saja itu gerobak! Yang mudah koyak sungguh tak layak
Pongah! Jijik aku, Win!
LA, JakSel
02.02.17 03:32
0 notes
Photo
“A perfect perfection is just a fancy phantom. This is the way I carry myself.”
15.01.17 22:38
Nn. Karat
0 notes
Photo
“Tak mudah”, katanya.
Adalah benar yang kau dengar. Saling memahami jelas bukan perkara picisan. Sontak lorohNya terdengar begitu lantang. Begini kataNya, “Carilah sepanjang hari namun tak mesti acap berlari, lekas temukan lalu makan. Jika siang ini kau disayang, lalu mengambang menuju petang, teruslah meringis tanpa tangis. Tetaplah manja pada senja.”
Yaa, aku tau, ini jelas tak aman. Membilang satu per satu tawanya bukan asuransi saat kau patah lagi. Alih-alih gembira malah jera. Namun, “memilih” adalah pemberian. Perlu menghirup agar tetap hidup, kan?
Kelak, saat bahumu luak, tak lagi tegak pula pelupukmu kembali meluahkan getir, Berputarlah demi waktu! Peluklah demi yang telah lenyap! “mengapa?” darinya bukan lagi balasan. Kau tak pantas melulu melahap tanya!
Nn. Karat Lenteng Agung, 15.01.17
0 notes