Text
Sesi Bercerita : Mengapa tak ingin mengubahnya?
Noted : Cerita ini berdasarkan kisah nyata, sudah didiskusikan dan diberi izin oleh pengirim untuk ditulis ulang dengan bahasa penulis.
Aku menggerakkan pulpen itu untuk menorehkan tinta di atas kalender. Kulingkari sebuah tanggal dimana aku memaksanya untuk menerimaku di dalam hidupnya. Terkurung di dalam sangkar rasa maluku ketika mencuatkan rasa sayangku kepadanya. Jika sebuah uluran tawaran mengajakku untuk ke masa lalu, aku ingin menghapus memori buruk yang selalu bertengger membeku di dalam otakku.
Pria pecandu rokok batangan itu mematikan rokoknya dengan menggunakan tangan kosongnya. Berpangku pada dinginnya kegelapan malam, rasa panas dari rokok tersebut tidak ada artinya di telapak tangannya. Aku hanya memperhatikannya, sembari menelisik netra yang memandang rokok miliknya yang berceceran tak beraturan. "Bukankah lebih baik kita menjadi teman saja?" ujarnya.
"Tidak." Pangkasku menggertak semua melodi gerakan tubuhnya, dia terdiam mencerna satu kata yang kukatakan.
"Maksudmu?"
"Ya aku suka. Ayo berpacaran." Paksaku kepadanya. Kesadaranku seperti dijerat oleh jiwaku sendiri.
"Kalau aku tidak suka denganmu?" Tatapannya jengah, membuang muka dan melempar segala nasib hari itu kepadaku.
"Ya harus suka. Tidak ada yang bisa kulakukan tanpamu. Kumohon." Entah apa yang terpikir dibenakku sehingga aku memegang tangannya sambil berlutut. Menatapnya dengan tatapan penuh harapan agar dia menerimaku.
"Huh? Pantas saja tidak ada yang menyukaimu."
"Apa?"
"Menjijikkan." Meninggalkan sebuah memar di atas dadaku. Raganya menjauh, diiringi sebuah lara yang tertinggal sendirian di bawah lampu.
Aku tidak pernah percaya kodrat perempuan harus menerima sedangkan laki laki menyatakan. Kenapa tidak pernah berpikir ingin merubah tatanan itu? Seperti perempuan menyatakan cintanya dan laki laki menerimanya. Ketika aku melakukannya, aku dipandang buruk, dipandang tidak ada harganya. Padahal aku hanya ingin mendengar seseorang menerimaku, bahkan jika dia menerimaku karena kasihan, aku tetap bersyukur mendengarnya di dalam hidupku.
9 notes
·
View notes
Text
Tentang : Membiru dalam Kalbu
Aku tidak mengerti perihal langkahmu yang mendekat, dengan mata penuh urat kau mengatakan jajaran amarah yang tenggelam dalam ilusi matamu. "Nona, aku sudah menemukan yang baru."
Lantas aku yang sedari tadi memandangi jagat raya yang sedang panik karena akan hujan, sedikit tertawa memandang dahimu yang penuh akan kepercayaan dirimu. "Memangnya apa urusannya denganku?"
"Ku pikir kau akan cemburu, setelah mengajari banyak hal tentang bagaimana caranya mencintai seseorang, aku mulai menerapkannya dengan orang yang kucintai kali ini." Dia memegang pundakku, seperti akan mengatakan ini adalah pencapaiannya, dan aku harus memberikan apresiasi kepadanya.
Aku sedikit tertawa, menepis tangannya perlahan sehingga jari jemarinya mulai berguguran bersamaan dengan rasa heran miliknya. "Seharusnya berterima kasihlah kepadaku."
Aku melangkahkan kaki, meninggalkan tanda tanya yang membiru di dalam nadi.
│█║▌║█║▌║▌║
58 notes
·
View notes
Text
Tentang : Aku Tidak Ingin Memilih
Suara derai kebisingan yang berputar di atas kepala. Tatapan kosong penuh rasa iba. Aku kasihan dengan diriku sendiri, bagaimana jiwa tidak bisa menerima cacian maki. Jika goresan ini bisa menyampaikan, aku tidak ingin hidup di bentala ini.
│█║▌║█║▌║▌║
26 notes
·
View notes
Text
Tentang : Aku Sang Pemberi Racun Sekaligus Penawarnya
Antara aku, kamu, frasa dan analogi. Saling menarik tanpa permisi. Pikirku, kita tidak akan pernah terlibat dalam gulungan penuh rancu. Namun hari hariku malah penuh jingga dan kelabu. Refleksi bumantara terhadap lautan, menentang takdir dengan penuh ketakutan.
Aku memberimu racun, semakin kamu teguk racunnya, semakin tersiksa pula hidupmu dibuatnya. Mata penuh kupu kupu, sang pujangga sedang merindu. Bukan perihal waktu dan tiada, tapi akulah penawar racunnya.
©Radenth A.
│█║▌║█║▌║▌║
7 notes
·
View notes
Text
Tentang : Jangan menyimpan dua orang dalam satu hati
Aku terjerat dalam untaian rajutan yang mengoyak hati. Bagai mengikat dua insan dalam satu benang. Satunya tak ingin ku lepaskan, satunya ingin ku genggam. Jika tidak bisa melepas salah satunya, maka akan kehilangan kedua duanya. Semakin kau angkuh mempertahankan keduanya, semakin hancur juga hatimu bersama mereka berdua.
│█║▌║█║▌║▌║
25 notes
·
View notes