Tumgik
rheevarinda · 7 years
Text
Di bawah Casuarina
Sayang,
Kalau saja kau terlambat menemuiku waktu itu, mungkin aku sudah mengakarkan kakiku kuat-kuat.
Menjadi pohon seperti Nalea, dalam kisah ‘Sebatang Pohon di Loftus Road’ yang pernah kau ceritakan.
Aku akan rajin menyeduh tangis, menyiramnya ke batang tubuhku setiap sore.
Dan aku akan tumbuh seperti kebanyakan dari mereka.
Ada berapa banyak daun Casuarina yang gugur selagi menunggumu ?
View On WordPress
1 note · View note
rheevarinda · 7 years
Text
[Review] Photobook Merbabu: Perjalanan Bertabur Bintang
[Review] Photobook Merbabu: Perjalanan Bertabur Bintang
                       PhotobookMerbabu merupakan kisah pendakian yang dikemas dalam buku fotografi. Buku ini dibuat oleh hasil bidikan lensa Widhi Bek yang gemar bertualang di alam bebas. Buku yang tidak hanya sekedar menyajikan foto-foto dokumentasi perjalanan, tetapi juga menyelipkan sedikit kisah menarik menyusuri jalur yang masih rimbun pepohonan. Cerita ditulis urut dari awal hingga akhir…
View On WordPress
0 notes
rheevarinda · 7 years
Text
Sabha Swagata Banyuwangi: Bukti Sejarah Kota di Pesisir Jawa
Sabha Swagata Banyuwangi: Bukti Sejarah Kota di Pesisir Jawa
Sebuah Prolog Perjalan di Sabha Swagata
“Sabha Swagata”, begitulah tulisan dari bahasa sansekerta yang terpampang jelas dan paten pada sisi depan bangunan pendopo ketika aku dan teman-teman Pesona Banyuwangi menjelajah di hari pertama. Kami memasuki kompleks rumah Dinas Bupati Banyuwangi. Suasana tenang pagi hari kota Banyuwangi meneduhkan hati siapa pun yang datang berkunjung. Pohon-pohon…
View On WordPress
1 note · View note
rheevarinda · 7 years
Text
Pulo Merah: Senja di Halaman Belakang Banyuwangi
Pulo Merah: Senja di Halaman Belakang Banyuwangi
        Barangkali setelah Tuhan bosan menciptakan langit dan datarannya, Ia menciptakan laut sebagai surga kecil di bumi. Pun ketika saya mendatangi Pulo[1]Merah di Banyuwangi; ombak seperti sedang bertasbih di hadapan langit yang bisu, dan sebuah batu bersimpuh pada kelesuan laut remang karena sepuh mega yang menua di waktu sore. Mendapati semua pemandangan ini, saya teringat salah dua film…
View On WordPress
0 notes
rheevarinda · 8 years
Text
Menilik Sepotong Sejarah Peradaban : Candi Ngawen
Menilik Sepotong Sejarah Peradaban : Candi Ngawen
              Sengatan matahari tidak begitu terasa karena terhalang langit mendung ketika hari sudah masuk di babak pertengahan waktu. Saya dan seorang teman melaju dengan kecepatan sedang ke arah Kota Magelang. Tidak jauh dari Jogja. Hari itu jalanan Jogja hingga Magelang begitu sibuk. Semarwut jalan dipenuhi truk-truk bermuatan serta bis antar provinsi. Tetapi itu tidak berlangsung lama.…
View On WordPress
0 notes
rheevarinda · 8 years
Photo
Tumblr media
Kuharap kamu bukan seperti sensasi manis pada sesapan susu kotak rasa coklat yang kelak habis setelah beberapa kali ku teguk. Selamat berakhir pekan. Jangan lupa minum susu biar kuat dan sehat lahir batin 😂 (at Ranukumbolo)
0 notes
rheevarinda · 8 years
Text
Mutiara dari Bali Timur
Mutiara dari Bali Timur
Siapa yang tak mengenal Bali dengan beragam kuliner khasnya yang membuat rindu untuk bertandang kembali. Setelah menyelesaikan pekerjaan yang padat selama lima hari di Bali perasaan rindu pun belum terbayarkan lunas. Seorang sahabat yang sejak beberapa hari lalu melakukan pekerjaan bersama mengajakku untuk menetap di Bali sampai beberapa hari ke depan untuk mengunjungi sahabat lama kami di Amed.…
View On WordPress
0 notes
rheevarinda · 8 years
Text
Kisah tentang mengalahkan diri sendiri dari tingginya tebing nan cantik
Suatu hari ada seseorang bertanya kepada saya;
“Kenapa kamu suka memanjat ?
“Karena pada awalnya aku menyukai apa yg dia (seseorang yang pernah saya kagumi) sering lakukan, dulu. 
Entahlah, Wanita terkadang begitu”.
          Saya tidak menyangka tebing menjulang tinggi yang saya lihat dari bawah ini beberapa menit yang…
View On WordPress
0 notes
rheevarinda · 8 years
Text
#ExploreBali 2016 AirportID - Melihat, Merasakan Wajah Cantik Pulau Dewata Sesungguhnya
#ExploreBali 2016 AirportID – Melihat, Merasakan Wajah Cantik Pulau Dewata Sesungguhnya
“Kejernihan mata air Tirta Empul dan ketakjuban pada candi yang menempel didinding tebing peninggalan abad 11”
  Day 5 (27 Mei 2016)
Tibalah hari terakhir dimana saya dan Tim AirportID melakukan penjelajahan berbagai tempat wisata menarik di Bali. Hari ini kami bergegas menuju Tirta Empul yang merupakan nama sebuah pura di Tampak Siring, Nama tirta Empul diambil dari mata air yang menyembul…
View On WordPress
0 notes
rheevarinda · 8 years
Text
#ExploreBali 2016 AirportID - Melihat, Merasakan Wajah Cantik Pulau Dewata Sesungguhnya
“Bermain ke sawah berundak Tegalalang, Mengenal budaya Indonesia melalui topeng dan wayang dan memburu senja menapaki kaki bukit Campuhan”
Day 4 (26 Mei 2016)
Pulau Bali memang tidak ada habisnya menyuguhkan matahari terbit dan tenggelam. Dan semalam adalah hari terakhir saya dan teman-teman bermalam di Hotel The Oasis Lagoon. Berat rasanya meninggalkan hotel yang begitu nyaman untuk di tempati beberapa hari ini. Pun saya belum sempat menyentuh kesegaran air kolamnya karena aktiitas yang padat. Berharap suatu saat bisa kembali lagi kesini entah bersama teman ataupun memboyong keluarga. Saya dan Tim AirportID melanjutkan destinasi selanjutnya menuju sawah berundak-undak (Rice Terrace) atau kadang dikenal dengan sawah terasering yang mempunyai sistem pengairan subak di daerah Tegalalang, Ubud yang saat ini sedang menjadi salah satu spot tersohor di Bali. Karena makanan pokok masyarakat bali adalah beras tidak heran bentangan sawah mendominasi di tempat ini. 
Tumblr media
Sistem  pengairan sawah secara tradisional ini sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala seperti kekurangan air, hama dan pestisida baik di tanah maupun di air. Maka pada tahun 2012 UNESCO mengakui Subak (Bali Cultur Landscape), sebagai Situs Warisan Dunia sehingga banyak wisatawan mancanegara yang berbondong-bondong datang. Saya berharap agar banyak orang yang sadar sistem terasering seperti ini merupakan budaya yang perlu dilestarikan. Udara yang masih sejuk dengan angin berhembus menyegarkan membuat saya berimajinasi untuk duduk di saung-saung yang ada di pematang sawah sembari memasang hammock. Pagi atau Sore hari adalah waktu yang pas mantap berkunjung ke Terasering Tegalalang. Buat yang ingin trekking bisa melewati jalanan menurun di sebelah RiceTerrace Cafe. Disepanjang jalanan aspal di tegalalang dapat dengan mudah ditemui toko-toko yang menjual berbagai macam souvenir lucu dan unik.  
Tumblr media Tumblr media
Wisatawan yang takjub dengan keelokan alam budaya Bali
Tumblr media
Petani yang memikul hasil aritan rumput untuk pakan ternak
Tumblr media
Menjamurnya toko-toko souvenir, jadi mau bawa oleh-oleh apa buat yang di rumah ?
Melanjutkan roadtrip mengeksplor pulau Bali tidak membutuhkan waktu lama saya tiba di Rumah topeng dan wayang Setia Darma di  Jalan Tegal Bingin, Banjar Tengkulak Tengah, Kemenuh Village, Sukawati, Gianyar.  Serupa museum namun staf pengelola bapak A. Prayitno lebih menyukai galeri ini disebut sebagai rumah karena museum konotasinya berjarak. Rumah ini didirikan pada tahun 1998 dan memiliki ribuan koleksi Topeng, Wayang dan boneka yang jumlahnya masih akan terus bertambah. Topeng yang dikoleksi kebanyakan berbahan dasar kayu jati dan kayu lain yang kuat sehingga tahan oleh terpaan kondisi cuaca di jaman yang trus berubah ini. 
Tumblr media
Pintu Masuk
Tumblr media
Sesi bincang-bincang santai dengan pak A Prayitno
Tumblr media
Bangku unik dari batu di tengah taman menarik teman-teman saya untuk bersantai dan berselfie ria
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Terdapat banyak joglo dengan peruntukan yang berbeda-beda
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Koleksi terbaru wayang presiden Indonesia
Tumblr media Tumblr media
Reyog Khas Ponorogo beserta sepasang Kuda lumping
Suasana alam yang asri dipadukan dengan unsur kesenian dan budaya membuatnya menjadi pengalaman yang tidak terlupakan terlebih lagi saya mempunyai kesempatan untuk berbincang-bincang dan bertukar pengalaman mengenai segala hal kesenian dan budaya topeng, wayang dan tarian dengan staf Rumah Topeng dan Wayang, Bapak A. Prayitno. Beliau berpesan agar generasi muda mudi terus melestarian kesenian topeng di setiap daerah asal atau yang dikunjungi, terlebih bisa merekam berbagai tarian tradisional yang masih menggunakan topeng sebagai medianya tariannya. 
Tumblr media
Joglo yang di fungsikan sebagai aula atau tempat diadakannya pertunjukkan seni tari / wayang
Tumblr media Tumblr media
Sungguh terbelalak ketika ditunjukkan ruangan lain selain ruang pameran yang berfungsi sebagai tempat menyimpan topeng, wayang dan boneka dari berbagai pelosok Indonesia dan Dunia ! seperti Afrika, Jepang, Cina, Myanmar, Kamboja, Thailand, Malaysia dll.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Koleksi lain yang tidak di pamerkan di simpan rapi di satu ruangan penyimpanan 
Tumblr media
Wayang Boneka yang menyerupai pemilik dan staf pengelola Rumah Topeng Setia Darma
Perjalanan belum berakhir sampai disini, kami berencana menikmati suasana sore di bukit Campuhan yang letaknya di Ubud. Ini kali pertama saya tidak hanya lewat daerah ini yang ternyata memiliki keindahan terselubung. Trekking melewati jalanan kecil yang awalnya meragukan sontak berubah menjadi ±15 menit trekking yang menyenangkan begitu mendapati rumputan hijau terhampar di sepanjang jalanan berkonblok batuan yang biasa digunakan untuk jogging track.  Di kawasan ini ada sebuah pura bernama Pura Gunung Lebah, sehingga kawasan tersebut dikenal juga dengan nama Bukit Gunung Lebah.
Tumblr media
Bukit campuhan yang kini ramai oleh wisatawan domestik dan mancanegara yang sekedar ingin berolahraga atau jalan santai tetap saja menjadi tujuan bagi siapapun yang hendak ke Ubud. Jangan lupa membawa botol air mineral karena trekking menuju ke lokasi lumayan menguras tenaga akan tetapi tidak menguras kantong karena tidak dikenakan biaya masuk sama sekali. Jika ingin menikmatinya dengan bersepeda, banyak disekitar pinggir jalan menawarkan penyewaan sepeda berkisar Rp 20,000 / hari.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Setelah menyaksikan langit kemerahan dan mengabadikan bukit dari berbagai sudut saya menuju tempat peristirahatan Puri Sunia Resort yang masih berada di daerah Ubud. Pelayan cantik menyuguhkan welcome drink teh rosella serta handuk hangat begitu kami datang. Hotel yang memberikan nuansa alami pedesaan ubud membuat badan nyaman berelaksasi, kamarnya pun di lengkapi dengan wewangian aromatheraphy.  
Tumblr media
Kamar dengan dekorasi kelambu dan furniture dari kayu
Tumblr media
Kamar Mandi yang Luas dilengkapi Bath up
Tumblr media
Paling suka dengan aroma therahy dan wewangian sabun shampoonya. So Naturally !
1 note · View note
rheevarinda · 8 years
Text
#ExploreBali 2016 AirportID - Melihat, Merasakan Wajah Cantik Pulau Dewata Sesungguhnya (Part 3)
[Review] The Oasis Lagoon Sanur Hotel
“Beautiful hotel with spacious room and great ambiance. The most natural hospitality”
Day 3 (25 May 2016)
           Perjalanan terasa hambar bila satu hari tidak digunakan untuk menyambut detik-detik matahari terbit. Karena melihat proses permulaan yang mengawali hari akan berdampak pada suasana hati di hari itu. Jam 5 pagi Saya dan Tim AirportID sudah berjalan melangkahkan kaki menyusuri lorong-lorong kecil dan sepi yang bermuara ke Pantai Karang, Sanur. Melangkahkan kaki kurang lebih 5 menit ke O Beach Club. Anggap saja ini serupa olahraga santai di pagi hari. Sudah hal yang biasa menemui anjing-anjing berkeliaran tanpa pemilik di jalanan kota Bali. Beruntung sekali perburuan sunrise kami hari ini sangat cerah. Tampak siluet Gunung Agung dari kejauhan. Meneropong berbagai macam aktivitas orang-orang di pagi hari. Ada yang terpantau sedang memburu sunrise, membawa serta anjing kesayangannya lari pagi, bersepeda di jalanan pinggir pantai dan adapula yang sedang mencari sesuap kehidupan dengan menyapu pasir dari kotoran terutama daunan yang jatuh tertiup angin.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Pemburu Sunrise
Tumblr media
Bulan yang belum menyembunyikan dirinya tampak dari kejauhan
Tumblr media
Suasana pagi yang syahdu di depan O Beach Club, Pantai Karang, Sanur.    
         Sekembalinya ke Hotel The Oasis Lagoon Sanur, kami tidak lupa sarapan bersama di Cafe De Dapoer sebelum memulai menjajaki seluk beluk Hotel The Oasis Lagoon Sanur yang terletak di Jalan Danau Tamblingan, Sanur, Denpasar. Begitu memasuki hotel untuk pertama kalinya saya jatuh cinta akan dekorasi yang di tampilkan hotel ini. Lampu-lampu lobby hotel yang bentuknya seperti perangkap ikan tradisional Bubu yang berbahan dasar potongan bambu selalu menarik perhatian saya. Belum lagi suguhan welcome drink oleh petugas yang ramah sekali dikala pertama saya tiba di hotel. Ketenangan menyelimuti ketika menjejakkan kaki di hotel yang memiliki dua kolam renang yang saling menyatu. Jembatan indah dengan tumbuhan yang dibiarkan menjuntai merambat pada pagar-pagar besi semakin membuat eksotisme pulau Bali hadir di dalamnya. Tak puas melihat kolam laguna kami pun penasaran melihat-lihat type kamar yang tersedia di hotel ini.
Tumblr media Tumblr media
Lampu yang menyerupai perangkap ikan tradisional
Tumblr media
Gufron yang sedang takjub melihat-lihat dekorasi lobby hotel yang unik 
Tumblr media
Pelayanan ramah ketika sarapan di Cafe De Dapoer
Tumblr media
Salah satu menu breakfast, Roti yang rasa enaknya masih terbayang sampai sekarang
Tumblr media
Salah satu spot yang membuat mata saya kembali segar dari jenuhnya aktivitas perkotaan      
Tumblr media Tumblr media
Kolam renang yang bikin ingin segera melompat merasakan kesegaran airnya (Photo by Gufron M)
          Ada banyak type kamar yang disediakan Hotel The Oasis Lagoon Sanur salah satu yang menjadi kamar favorit saya adalah Lagoon Access room yang letak balkonnya langsung dihadapkan dengan kolam renang utama, Sedangkan Family Room yang mempunyai tempat tidur utama dan 2 tempat tidur anak serta dilengkapi ruang makan menghadirkan suasana seperti berada di rumah sendiri. Kamar dengan type Cabana dengan privat pool yang romantisnya juara dengan tumbuhan yang merambat cantik pada dinding-dindingnya dan Family Duplex dengan kamar tidur 2 lantai dan 2 tempat tidur dimana saya menghabiskan 3 hari berturut-turut di Hotel The Oasis Lagoon bersama teman-teman AirportID selama mengeksplorasi pulau Bali .
Tumblr media
Room type Lagoon Access
Tumblr media
Lagoon Access , Bangun tidur langsung renang gak pakai ribet
Tumblr media
Bath shower room
Tumblr media
Family Room dengan tempat tidur utama
Tumblr media
2 tempat tidur anak
Tumblr media
Ruang makan yang membuat suasana keluarga menjadi hangat
Tumblr media
Kamar dengan privat pool type Cabana 
Tumblr media Tumblr media
Romantic Dinner
Tumblr media
Kamar yang di dekorasi khusus untuk pasangan yang sedang honeymoon    
Tumblr media
Kamar type Duplex yang saya tempati selama 3 hari 2 malam di The Oasis Lagoon Sanur
Tumblr media
Nyamannya kasur membuat betah tidur berlama-lama
Tumblr media
      Duplex, Kamar unik berlantai 2
Tumblr media
           Desain menarik di setiap kamar yang didominasi furniture berbahan kayu membuat beristirahat semakin adem ayem. Buat yang tidak bisa jauh dari koneksi internet kabar gembiranya di setiap kamar memiliki jaringan wi-fi dengan kecepatan tinggi, bikin update ke sosial media lebih gampang ! Pada Cafe De Dapoer mempunyai konsep tempat makan terbuka menghadap jalanan yang menyuguhkan hidangan Indonesia dan Internasional. Saya dan teman-teman sempat diajak melihat demo masak langsung oleh  chef Akbar. Di hari tertentu tamu hotel dapat menikmati event Salsa Dance Night dan Satay Night yang rutin diadakan setiap minggunya. Pasti semakin betah ya bersantai-santai seharian penuh di hotel ini.
Tumblr media
Chef Akbar yang menunjukkan masakan andalannya
Tumblr media
Udang Goreng sambel mattah, Laziz !
Tumblr media Tumblr media
Pisang Goreng Abang favorit saya, sungguh bercita rasa tradisional !
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
       Indonesian Food
Tumblr media
Tom Yam Segar, bikin lidah bergoyang
Tumblr media Tumblr media
Memanjakan lidah dengan pasta dan Jus mangga, Mau ?
Tumblr media
Banyaknya pilihan menu yang tersaji saat Satay Night dan Salsa night
Tumblr media
Santai di pinggiran kolam yag romantis pada malam hari
Tumblr media
Tiba di penghujung malam bersantai di pinggiran kolam, bercanda sampai gelak tawa menghiasi malam terakhir saya menginap di The Oasis  Lagoon Sanur. Sungguh pengalaman besar yang tidak akan saya lupakan 
:)
2 notes · View notes
rheevarinda · 8 years
Text
#ExploreBali 2016 AirportID - Melihat, Merasakan Wajah Cantik Pulau Dewata Sesungguhnya (Part 2)
“Tenganan Desa adat yang teguh menjaga warisan nenek moyang Bali Aga dan Akulturasi budaya pada arsitektur indah Taman Ujung Soekasada”  
Day 2 (Selasa, 24 Mei 2016)
           Menyongsong hari kedua saya beserta finalis dan Tim AirportID menjelajah seluk beluk Bali seusai bersantap pagi di De Dapoer Restaurant Hotel The Oasis Lagoon Sanur, Perjalanan saya kali ini berhenti di Desa Tenganan Pegrisingan yang berada di Kecamatan Manggis, Karangasem. Disebut Desa Tenganan karena pada awalnya desa ini terletak di pesisir pantai lalu berpindah ke daerah tengah (Menengah).  Sedangkan pegrisingan merupakan sebutan bagi kain tenun berbahan warna alami dari kelopak pohon (babakan), kepundung putih dicampur kulit akar mengkudu yang menghasilkan warna merah, minyak kemiri yang di campur dengan air serbuk/abu kayu agar bewarna kuning dan pohon taum sebagai pewarna hitam. 
Tumblr media
Pintu Gerbang desa adat Tenganan Pegrisingan
Tumblr media
Bale Gambang
Tumblr media
Suasana desa yang tenang dan sepi
Tumblr media
Bale Jineng
Tumblr media
Menikmati seluk beluk desa
Tumblr media
Menunggu kain tenun geringsing terjual
Tumblr media
Lembaran kain tenun dan alat pemintal benang
Tumblr media
Beragam motif kain tenun Pegrisingan yang sudah jadi
Tumblr media
Corak simetris pada lembaran kain tenun pegrisingan     
   Kain tenun pegrisingan mempunyai filosofi hidup bagi masyarakatnya, kain ini biasanya berpola simetris dipercaya oleh masyarakat Bali Aga sebagai penolak bala yang kerap digunakan dalam upacara adat. Setiap lembaran kain merupakan lembaran eksklusif karena pembuatannya yang lama, tidak heran semakin lama kain geringsing semakin bagus dan kuat pula tekstur kain.Banyak masyarakat desa yang membuat kain tenun pegrisingan ataupun kerajinan seni lukis/ukir dengan media daun lontar.
Tumblr media
Mencari sesuap nasi dengan menjual hasil kerajinan ukir / lukis daun lontar
             Berjalan menelusuri setiap jengkal desa dengan terkantuk-kantuk melihat penampakan perbukitan hijau mengelilingi desa yang penghuninya merupakan masyarakat Bali Aga ( Bali Asli). Masyarakat Bali Aga masih menjunjung tinggi adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Bangunan dibuat dan diatur tata letaknya dengan sedemikian rupa. Rumah-rumah berderet beratap rumbia. Teknologi pembuatan rumah masih menggunakan campuran batu kali dan batubata dari tanah liat. Proses pembuatan batubata tersebut bisa memakan waktu sekitar sebulan. Batu-batu kali disusun sedemikian rupa dan direkatkan dengan tanah liat. Tidak seperti rumah adat Bali pada umumnya.   
Tumblr media
Dinding bangunan rumah yang terkikis seiring bergantinyan jaman
Tumblr media
Nyore di depan rumah 
Tumblr media
Membuat atap rumbia
Tumblr media
Mayoritas masyarakat desa memelihara ayam
Tumblr media
Lihat-lihat ayam dalam kurungan
Tumblr media
Ayam yang banyak berkeliaran di lingkungan desa
           Guide yang mengantarkan kami menuturkan bahwa saking menjaga keaslian desanya disini prnikahan menganut sistem endogamy, yakni menikah dengan orang yang masih satu lingkungan. Pada bulan Juni banyak di adakan upacara adat. sayangnya waktu kunjungan saya tidak bertepatan dengan diadakannya upacara adat. Tandanya saya harus kembali ke sini lagi. Semoga.
Tumblr media
           Meninggalkan Desa Tenganan melaju kencang di jalanan menuju destinasi selanjutnya, Taman Ujung Soekasada yang masih terletak di daerah karangasem. Belum lelah kami menilik tempat yang biasa disebut istana air ini dulunya merupakan istana kerajaan karangasem. Dari pintu masuk, suguhan suasana romantisme begitu melewati jembatan berkanopi bunga-bunga merah jambu begitu memberikan kesan menyatu dengan alam. Beruntung kami di sambut oleh Bapak I Nyoman Matal (Kepala Badan Pengelola Taman Ujung Soekasada) yang rela menjamu saya dan Tim AirportID dengan segelas kopi panas dan jajanan tradisional Bali. Taman cantik ini di bangun dengan perpaduan arsitektur Eropa , Cina dan Bali yang merupakan hasil dari akulturasi budaya di jaman Kerajaan Karangasem.
Tumblr media
Jembatan romantis yang bisa digunakan untuk berfoto-foto
Tumblr media Tumblr media
Arsitektur bercorak Belanda, Bali dan Cina yang terpengaruh timur tengah
Tumblr media
Jembatan yang menjembatani saya ke ruang imaji pada masa kejayaan kerajaan Karangasem
Tumblr media
mozaik keramik kaca yang mengingatkan saya pada bangunan tua peninggalan Belanda
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
 Tempat bersantai raja sambil memantaulalu lintas kapal di selat lombok      
         Di sudut lain saya memendarkan pandangan ke arah bangunan yang berdiri di atas kolam dengan jembatan yang menghubungkannya. Refleksi bangunan pada air kolam membuatnya tampak sempurna. Terkadang sekelompok ikan tidak malu-malu memunculkan dirinya ke atas permukaan air kolam. Percikan-percikan air dari kolam kolam kecil dan angin yang berhembus perlahan membuat pengunjung merasakan sensasi relaksasi ditambah angsa dan kalkun yang sengaja dilepas bebas berkeliaran. Pemandangan dari atas Taman Ujung ini tidak kalah mempesona karena terlihat pantai dari kejauhan.
Tumblr media
Refleksi bangunan utama kerajaan
Tumblr media Tumblr media
Relief yang ada pada dinding bangunan, pada Pilar, menceritakan epos Ramayana dan Mahabharata
Tumblr media Tumblr media
           Menutup perjalanan kami dengan sunset tampak membara pada langit di O’ Beach Club pantai Karang, Sanur begitu berkesan. Saya merebahkan tubuh pada kursi-kursi pantai sembari menunggu bulan penuh terbit menggantikan. Secangkir kopi serta cemilan-cemilan pun di hidangkan bersama api-api unggun menemani kami bercengkrama mengenal satu sama lain lebih dekat menjadi keluarga baru.
Tumblr media
O’ Beach Club - The Oasis Lagoon Sanur
0 notes
rheevarinda · 8 years
Photo
Tumblr media
#EXPLOREBALI 2016 - Melihat, Merasakan Wajah Cantik Pulau Dewata yang Sesungguhnya 
Berawal dari ketidak sengajaan mengikuti challenge yang di selenggarakan oleh AirportID , saya dan 4 orang finalis lainnya mendapatkan liburan gratis untuk Mengeksplore Bali selama 5 hari 4 malam serta menginap 3 hari 2 malam di Hotel The Oasis Lagoon Sanur . Kerinduan untuk bertandang kembali menikmati semilir angin yang menggoyangan gulungan rambut di pulau dewata pun mendadak menjadi kenyataan. Tanpa berpikir panjang segala sesuatu segera disiapkan guna menunjang perjalanan saya dalam mengeksplore Bali beberapa hari kedepan.
“Patung Mitologi Garuda Wisnu Kencana bernilai seni tinggi, Kedamaian di pantai Melasti dan penghujung hari di Uluwatu”
Day 1 (23 May 2016)
         Jadwal tiket di pagi buta membuat saya khawatir akan ketinggalan pesawat yang take off pukul 06.00 wib, alhasil semalaman resah merundung sebelum saya mengatur alarm dengan suara paling kencang pada handphone. Bertolak dari Bandara Adisutjipto Jogja ditemani Gufron yang merupakan finalis #ExploreBali 2016 AirportID dan salah seorang teman bernama Syukron dari Travellerkaskus yang menjadi panitia bagian media partner selama perjalanan kami nantinya. Tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai saya berkumpul dengan beberapa finalis lain dan tim AirportID yang sudah tiba lebih dulu.
        Destinasi pertama yang kami singgahi adalah Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang berada di Tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung dengan waktu tempuh 30 menit dari bandara. Rencananya di sini akan didirikan landmark patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang menunggangi tunggangannya Garuda setinggi 120 meter.Patung GWK sendiri dibuat oleh pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Namun hingga saat ini Patung GWK masih dalam tahap pengerjaan dan diperkirakan selesai tahun 2017. Bisa dibayangkan bila patung telah selesai di bangun dan tersusun dengan megahnya.
Tumblr media
Tiket Masuk GWK
Tumblr media Tumblr media
Patung Garuda
Tumblr media
          Begitu sampai di pintu masuk pengunjung akan diantarkan menggunakan shuttle bus berdesain otentik untuk mencapai bagian pintu masuk atas komplek taman budaya yang setiap sudutnya bernilai seni tinggi. Komplek Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana ini mempunyai fasilitas yang terbilang lengkap mulai dari tempat pementasan seni tari dan musik khas tradisional bali,  toko cinderamata, serta restaurant dan tempat bersantai untuk melepas lelah setelah puas berkeliling dari sudut ke sudut kompleks taman budaya.  
Tumblr media
Keluwesan penari Bali di Panggung Amphitheater  
Tumblr media
Sosok pemeran Antagonis
Tumblr media Tumblr media
Sesi Foto bersama para pemain
             Setelah menikmati setiap lekuk detail patung Garuda Wisnu Kencana, tepat di pematang hari saya dan tim AirportID beranjak menuju pantai Melasti yang biasa digunakan sebagai tempat masyarakat sekitar mengadakan upacara Melasti. Melasti adalah upacara penyucian diri umat Hindu menyambut hari raya Nyepi di pinggir pantai karena air laut dianggap sebagai tirta amerta; air kehidupan. Pantai Melasti berada di Jalan Melasti, Banjar Kelod, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung , Bali merupakan pantai yang terbilang masih sepi karena akses menuju ke pantai ini baru dibuka. Sepanjang jalan menuju ke pantai Melasti akan melewati tebing-tebing tinggi yang dipapas dengan lika-liku jalanan beraspal. Menikmati pantai ini dari berbagai sudut pandang dengan panorama terbentang indah membuat saya lupa waktu.
Tumblr media
Sudut pandang dari atas pantai
Tumblr media
Panorama bentang tebing pantai yang bisa dinikmati dari bawah
Tumblr media
Kedamaian Pantai Melasti
Tumblr media
Dalam tahap pembangunan  
               Tidak jauh dari pantai Melasti masih dengan sekujur tubuh basah berpeluh perjalanan berlanjut ke Pura Uluwatu untuk menyaksikan tarian Kecak yang menjadi ikon pulau dewata berlatar belakang langit biru memerah malu karena senja muncul perlahan dari tidur siangnya. Tampak garis laut membujur di sepanjang frame kamera saya, menambah cantik wajah pulau Bali. Sebelum memasuki Pura Luhur Uluwatu saya dan pengunjung lain akan dipasangkan kain saroong mengingat Pura Luhur Uluwatu sangat disucikan masyarakat Hindu sehingga banyak umat Hindu sangat yakin  disitulah tempat sebagai media untuk memohon karunia menata kehidupan di bumi ini. Saya beruntung dapat melihat dan mengunjungi sisa peninggalan sejarah abad ke 11 yang masih ada di area Pura Utama.
Tumblr media
          Menyusuri jalanan pinggiran tebing yang memukau, Melihat matahari tenggelam di arah Barat, Menikmati atmosfer magis tarian Kecak, Bercengkrama dengan monyet liar dapat menjadi aktivitas seru untuk dilakukan di sini. Tetapi tetap  harus waspada, karena monyet-monyet liar dari hutan kecil yang sengaja dibiarkan begitu saja mengincar barang-barang milik pengunjung yang menggantung.
Tumblr media Tumblr media
Tarian Kecak berkisah Ramayana dengan tokoh-tokohnya yakni Rama, Shinta, Rawana, dan beberapa tokoh punakawan. Suara penari laki-laki bergumam “Cak.. Cak.. Cak.. Cak” tanpa alunan suara instrumen musik menambah syahdu pertunjukan apalagi ketika salah satu penari berkostum hanoman menerjang bola-bola api sontak membuat mata saya terbelalak terpesona. Saya sarankan untuk melihat pertunjukan Kecak usahakan datang lebih awal agar lebih leluasa dalam memilih tempat duduk yang selalu penuh sesak di setiap pertunjukkannya.    
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
         Usai menikmati senja terindah di Pura Luhur Uluwatu dalam gelap malam kami bergegas menuju Hotel The Oasis Lagoon Sanur tempat kami beristirahat dari aktivitas padat di hari pertama #ExploreBali 2016 bersama AirportID. The Oasis Lagoon terletak di Jalan Danau Tamblingan, Sanur. Tidak afdol jika belum menuruti kebutuhan perut yang sedari tadi memanggil untuk mencicipi menu Bebek Goreng lengkuas dengan jus nanas. Benar-benar juara untuk rasa masakan Indonesianya.
2 notes · View notes
rheevarinda · 8 years
Photo
Tumblr media
Di lereng gunung Rinjani tepatnya di Desa Aik Berik Kec. Batukliang, Lombok Tengah, kamu bisa menikmati gemericik suara air terjun yang membentuk tirai-tirai alami bak kelambu indah dengan latar dedaunan hijau setelah melewati tanjakan dan turunan tangga batu yang tersusun rapi. Sekitar kurang lebih 40 menit merasakan sensasi berjalan di rerimbunan hutan sampai menemukan kawanan monyet liar bergelantungan asik dari satu pohon ke pohon lainnya. Air segar, yang terkumpul dalam kolam-kolam kecil membentuk warna tosca. Siapa yang tak ingin berendam atau sekedar bermain air disini ? Menurut legenda disini tempat Dewi Anjani membersihkan diri dan membasuh rambutnya. Jadi, menurut kepercayaan masyarakat bagi yang punya masalah rambut bisa teratasi. Oh iya, jangan khawatir disini terdapat fasilitas kamar mandi. Jangan lupa tetap jaga kebersihan 😉 be smart traveller (at Benang Kelambu Waterfall)
0 notes
rheevarinda · 9 years
Photo
Tumblr media
📍 Gunung Argopuro, Jawa Timur. Tatkala semua angan dibanjiri harap yang terangkai begitu tinggi mendadak terjun bebas dalam sekejap. Dengan segala keterpaksaan merelakan dan melepas pergi sesuatu yang dirindui. Ya, ketika hati dirundung pilu, melakukan suatu perjalanan menjadi mekanisme kerja tubuh paling ampuh dalam mengobatinya. Kenapa ? Karena perjalanan membuat saya belajar tentang pentingnya bersiap menghadapi segala hal akan ketidakpastian. Cuaca yang kerapkali berubah dengan seketika membuat saya harus siap siaga. Begitu pula saat kemolekan panoramanya tidak bisa dilihat karena semesta sedang enggan mendukung jerih payah saya untuk sampai disana, saya bisa belajar untuk lebih menerima dan mengikhlaskan. Berdialog dengan alam kerapkali membuat saya harus berhati-hati melangkah dengan apa yang akan menghadang di depan mata. Entah bibir jurang, tanjakan terjal, ombak tinggi, jalan berkubang ataupun jalanan datar membentang luas menjadi tantangan tersendiri dalam sepenggal perjalanan. Melihat alam yang begitu megah membuat saya merasa kecil dihadapanNya. Seperti halnya persoalan hati ini merupakan persoalan kecil dibandingkan dengan persoalan hidup lainnya. Segala perjalanan akan indah ketika bisa kembali pulang dengan selamat sampai rumah. Yang terluka jangan hanya sembuh namun harus bisa bergerak menyelamatkan diri bangkit dari keterpurukan. Walaupun tidak bisa dihindari, hadapi hidup dengan berani berhenti meratapi diri.
0 notes
rheevarinda · 9 years
Text
Titik Akhir Temu, Sebuah Awalan dari Kisah-Kisah Menarik Bersama TravellerKaskus
Hari dimana senja bergelayut di langit- langit sore waktu itu. Saya lupa kapan tepatnya tanggal saya bertemu teman- teman Travellerkaskus beberapa tahun lalu di sebuah acara camping dan gathering Travellerkaskus dengan lokasi pantai yang masih menjadi idaman di kala itu. Pantai Pok Tunggal yang letaknya bersanding mesra dengan deretan pantai-pantai bak surga kecil di selatan Jawa. Inilah ajang berkumpulnya berbagai komunitas pejalan yang ada di Jogja. Di titik temu kami saling bertukar nama tanpa canggung, tanpa jeda kami pun tenggelam dalam keakraban. Seperti teman lawas yang tak lama bersua. Berkendara dengan motor beriringan, saling menjaga satu sama lain hingga beberapa jam kedepannya kami memarkirkan kuda-kuda besi kami. Setibanya kami di pantai Pok Tunggal gelap malam kami di terangi cahaya api unggun yang membakar ikan-ikan yang telah kami pesan. Beberapa jam malam yang kami lewati eaktu itu cerah, sebelum hujan badai dengan angin berarak-arak melewati kami. Tenda-tenda yang telah di bangun di tinggalkan begitu saja, kami berteduh di sebuah lapak yang tidak begitu besar luasnya. Di siang hari tempat ini di jadikan warung oleh pemiliknya. Dengan penerangan seadanya melalui lampu senter atau headlamp, kami pun bertukar cerita satu sama lain. Berbagai pengalaman perjalanan tercurah di forum kecil ini. Seruputan kopi dan obrolan-obrolan seru yang menghangatkan tubuh gemetar oleh dingin. Melewatkan hujan badai semalaman, tak ubahnya dengan perasaan yang di hujani rasa senang bertemu orang-orang dengan berbagai latar belakangnya. Ketika itu Kirana seorang wanita tangguh dengan usia lebih muda beberapa tahun dari saya mengawali cerita tentang perjalanan serunya ke bumi Irian Jaya seorang diri, di susul tan pejalan lainnya bercerita tentang apapun mengisi heningnya malam itu. Teramat syahdu malam itu. Di satu pertemuan melahirkan banyak pertemanan. Ya, pertemuan kami ini merupakan jembatan dalam memaknai perjalanan hidup. Lewat tengah dini hari, kami pun mengatur tidur. Dingin angin laut selatan membuat saya terjaga. Dengan tubuh berselimut kantong tidur berbaring dengan teman-teman wanita lain. Malam bergantian jaga dengan pagi. Pagi ini cuaca begitu mendung. Terang mengantarka kami pulang dari bermimpi. Saya dengan beberapa teman lain menyempatkan merasakan percikan ombak yg mencapai pesisir. Dari jauh terlihat sosok orang yang menarik perhatian kami. Siapa lagi kalo bukan Syukron dengan celetukan humor cerdasnya. Membuat teman – teman lain tidak mau kalah membalas dengan celetukan pula. Dari sisi lain teman saya bernama Arif yang kini menjadi teman sepermainan di Travellerkaskus tampak bersiap menembakkan kamera ke arah manapun, menciptakan sejumput gambar abadi yang kini dapat kami raba-raba di ingatan kami. Pertemuan hari itu pun berakhir dengan sebuah cerita klasik. Terpahat dalam sebuah ukiran kenangan. Ada sebuah lagu yang sampai saat ini menjadi andalan ketika bertemu teman Travellerkkaskus serta teman pejalan lainnya. Lagu ini pun di perkenalkan kepada saya, ketika melakukan perjalanan seorang diri di Pulau Bali, hingga akhirnya mempertemukan saya kembali dengan Syukron, Ucok, Fajar, Rara, Prast, Ariefpacker, Zatan, Begini kira-kira lirik yang terlantun dari lagu tersebut lewat speaker mobil caravan kesayangan penuh cerita, “Teman yang terhanyut arus waktu mekar mendewasa masih kusimpan suara tawa kita kembalilah sahabat lawasku semarakkan keheningan lubuk Hingga masih bisa kurangkul kalian sosok yang mengaliri cawan hidupku Bilakah kita menangis bersama tegar melawan tempaan semangatmu itu oh jingga … ” Begitulah awal pertemuan saya dengan teman Travellerkaskus dan teman-teman dari komunitas lainnya. Teman yang kapan pun bertemu kembali tidak tercipta canggung. Canda hari, canda pagi damai kami sepanjang pagi. Akhir dari sebuah awalan kisah-kisah menarik dengan teman Travellerkaskus. Semoga pertemanan mengakar kuat hingga tumbuh menjadi pohon-pohon tua. Travellerkaskus.com #TemanTravellerkaskus *NB: Foto menyusul
0 notes
rheevarinda · 9 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Mengintip Kehidupan Keraton di Museum Ullen Sentalu
Tidak heran setiap tahunnya di Yogyakarta jumlah wisatawan baik lokal atau mancanegara meningkat karena kota ini menyuguhkan berbagai macam pariwisata diantaranya wisata seni dan budaya. Mendengar kata Museum seringkali wisatawan tidak tertarik untuk mengunjunginya karena menganggap wisata Museum membosankan padahal tidak demikian. Seperti halnya Museum Ullen Sentalu yang menyuguhkan berbagai informasi sejarah tentang perkembangan kesenian dan budaya Jawa. Museum Ullen Sentalu memang belum begitu terkenal di antara sederet tempat wisata di Yogyakarta.
Museum ini terletak di Jalan Balong Pakem, Kaliurang. Di bangun oleh bangsawan asal Yogyakarta yang mengenal dekat keluarga keraton Surakarta dan Yogyakarta pada 1994 dan diresmikan pada 1 Maret 1997 Gubernur Provinsi DIY. Letak yang strategis dikelilingi pemandangan alam lereng Merapi dan pepohonan rimbun membuat Museum terasa sejuk dan nyaman para wisatawan yang datang berkunjung. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 25.000 (Wisatawan Lokal) dan Rp 50.000 (Wisatawan Mancanegara). Biaya masuk memang sedikit lebih mahal daripada Museum lainnya, namun setara dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh pihak Museum.
Pengunjung akan didampingi oleh seorang pemandu profesional agar pengunjung tidak bosan, yang menjelaskan secara lengkap larangan yang harus ditaati pengunjung serta menceritakan seluk beluk kehidupan keraton dan kebiasaan dari keluarga keraton Surakarta dan Yogyakarta. Terdapat juga benda-benda seperti Lukisan, gamelan, foto para tokoh keraton, naskah berisi kumpulan syair dan surat-surat dalam berbagai bahasa, berbagai jenis kain batik serta filosofi yang ada pada coraknya, arca dewa-dewa Hindu dan Buddha. Yang menarik pada ruang lukisan dibuat dengan teknik 3D, sehingga membuat lukisan itu tampak lebih nyata.
Setelah berkeliling seluruh ruangan yang ada di Museum pengunjung akan dibawa menuju ruang istirahat yang akan di suguhkan minuman tradisional hangat awet muda pelepas dahaga (jamu), dibuat dari rempah-rempah asli Indonesia. Di bagian luar  terdapat taman, toko souvenir dan restoran. Maka dengan mengunjungi wisata Museum Ullen Sentalu diharapkan nantinya pengunjung lebih mengenal dan mencintai seni kebudayaan di Indonesia khususnya seni dan kebudayaan Jawa. Wisata Museum ini dapat menjadi pilihan menarik wisatawan untuk wisata sambil belajar.
1 note · View note