Environstud | Orang yang suka bermimpi, ketika Ia sedang Bangun |
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Siapa yang sedih kalo jadi introvert ?, mungkin draft video ini bisa membantu yang suka sedih karena merasa sendiri, mungkin banyak hal yang ternyata bisa dirasain saat sendirian.
video ini rahasia ya hehe, baru share disini dulu
1 note
·
View note
Text
Udah gaada lagi
Jangan suka merendahkan dirimu sendiri di hadapan orang lain. Rendah hati gak selalu berarti harus merendahkan diri sendiri. Kalau kamu saja merendahkan dirimu, maka siapa lagi yang akan menghormatimu?
Taufik Aulia
1K notes
·
View notes
Text
Sebuah perkataan yang bisa saya kutip ketika saya menulis tulisan ini (tanpa pembuka dan penutup karena ini hanya sesuatu yg ada di kepala saya hmm) dari sebuah animasi yang saya tonton. Sebuah animasi bertajuk "shonen" mainstream yang mungkin sudah bosan di dengar oleh orang lain. Genre animasi yang menceritakan tentang "from zero to hero".
Saya ingin mengutip ucapan dari salah satu karakter yang ada di animasi tersebut.
いつまでも”雑魚で出来損ないのデク”じゃないぞ…かっちゃん僕は…”「頑張れ!」って感じのデク”だ!! 【緑谷出久】
Jika tidak salah saya baca kurang lebih seperti ini
Itsu made mo "zako de dekisokonai no deku" jya nai zo... Kacchan, boku wa "(ganbare) tte kan ji no deku" da!! (Midoriya izuku)
Sebelum membahas artinya, mungkin lebih baik saya menceritakan sesuatu mengenai beberapa sebuah latar belakang
Deku merupakan anak yang pada intinya adalah anak yang payah, namanya sendiri berasal dari ejekan temannya berdasarkan kanji yang di tulis di namanya
出久 = izu ku
Namun kanji 出 dapat memiliki cara baca lain yaitu "de" yang artinya keluar (to exit)
Ejekan ini (deku) memiliki arti bahwa anak ini tidak bisa melakukan apa apa.
Namun, kata "deku" juga dapat terdengar dari kata "dekiru" yang artinya adalah bisa.
Sesuai janji saya si awal jadi arti dari kata kata tersebut adalah
Ini bukan "deku yang tidak bisa dibuat dengan ikan kecil" selamanya ... aku ... "deku yang terasa seperti" lakukan yang terbaik! "!!
Yap benar, hal yang saya garis bawahi atau lebih tepatnya saya beri warna merah adalah. Walaupun tidak bisa apa-apa, harus tetap melakukan yang terbaik. Karena sedikit semi sedikit, usaha baik apapun yang dilakukan, pasti akan ada balasan baik pula suatu saat nanti.
Balasan baik tidak hanya berdampak pada dirimu, tapi juga pasti akan berdampak untuk orang lain. Jadi jangan berhenti untuk berusaha walaupun itu untuk hal yang kecil.
0 notes
Text
Dia bukan berarti hanya untuk dia. Tapi untuk manusia baik yang pernah singgah di hidup kamu.
0 notes
Text
02. tentang rasa malu dan kenapa bisa begitu
sedih dan bahagia, menurut gue lebih mudah untuk dipertanyakan asal-usulnya. tapi pernah nggak kita mempertanyakan keberadaan rasa malu?
standard malu seringkali dianggap kayak standard universal. hal memalukan untuk seseorang, diasumsikan sama memalukannya untuk orang lain. ketika seseorang melampaui batas memalukan versi isi kepala kita, kita berhenti sejenak untuk nonton seolah ada pertunjukkan.
dia bakal gimana? orang bakal gimana ke dia?
kadang kita tetep duduk di sana dan menyaksikan, demi memuaskan rasa penasaran, atau sekadar ingin merasa lebih baik tentang posisi diri kita sebagai sesama debu dunia.
wah, sebuah keekstreman telenovela, kini terpampang nyata di pelupuk mata~
_
banyak orang mulai sadar bahwa nanggepin cerita kesedihan seseorang dengan kisah yang lebih tragis itu pertanda kurang empati. sama halnya kayak menimpali betapa hebatnya sebuah momen yang kita alami dibandingkan dengan euforia yang sedang orang lain banggakan.
tapi apakah kita pernah secara sadar menghakimi diri kita sendiri atas rasa syukur yang muncul saat menilai bahwa seseorang ini lebih malu-maluin dari apapun yang pernah jadi pengalaman kita?
apa kita pernah sadar bahwa pelabelan otomatis di kepala kita itu sama nggak adilnya?
padahal rasa malu itu sangat personal. kita bisa merasa malu dan dipermalukan, jika kita mengizinkan diri kita untuk merasa seperti itu. perasaan malu seharusnya lebih dipengaruhi oleh keputusan internal kita, daripada dorongan dari eksternal.
singkatnya, lo ga perlu menganggap orang lain malu-maluin, apalagi mendikte betapa memalukannya dia. ataupun lo ga perlu merasa malu, hanya karena orang lain biasanya merasa malu kalo lagi ada di posisi lo.
sebuah standard universal tentang rasa malu, maksain kita buat melompati logika berpikir asli kita, yang sesuai dengan ilmu, pengalaman, dan histori kehidupan kita, supaya berada di titik yang sama seperti kebanyakan orang. pas dan sesuai dengan standard aman dan nyaman yang tidak perlu lagi dipertanyakan.
padahal, emangnya iya?
menyetujui standard malu universal bikin kita kehilangan kesempatan-kesempatan yang secara natural bisa kita ciptakan jika mau lebih bodo amat. menganggap orang lain/diri kita harus sama malunya, itu kayak menegasikan bahwa masing-masing dari kita itu sebetulnya sangat-sangat berbeda.
mungkin ada perasaan terasingkan yang muncul saat sadar bahwa ada perbedaan. karena keputusan untuk menyamakan level malu kita dan orang lain, menurut gue berakar dari keinginan untuk tetap tampak normal saat secuil kisah kita menjadi konsumsi mayoritas. supaya nggak dianggep aneh.
kita secara berlapis menebak apa yang akan orang lain pikirin tentang diri kita, kemudian berusaha menghindari ketidakadilan yang terjadi di sudut-sudut pikiran mereka.
kita secara rela meletakkan jawaban atas praduga-praduga yang kita buat. tapi kitapun tahu, tanpa konfirmasi lebih jauh, akurasi jawaban itu nggak bisa dipertanggungjawabkan.
_
di dasar pikiran yang paling dalam, kita tahu nggak ada yang lebih nyaman dari berjalan di muka bumi sesuai arah dan jarak yang perlu kita tempuh.
batas rasa malu kita yang sesuai untuk diri kita, tanpa campur tangan mayoritas, kemungkinan yang akan menolong kita di saat-saat penting dan genting. menyelamatkan kita sesuai insting dengan merespon pertanda alam dengan cara paling tepat, untuk masing-masing diri kita sendiri.
1 note
·
View note
Text
Membuat Batasan yang Jelas
Keinginan manusia itu banyak, terlalu banyak. Untuk itu, mungkin akan sulit bagi kita jika harus menulis semua keinginan tersebut. Akan lebih mudah kalau kita menulis batasnya, agar kita tahu, harus seperti apa dan sampai mana perjuangan yang kita lakukan. Agar kita juga tahu, sampai mana batas berjuangnya. Agar kita lebih mudah dalam mengambil keputusan.
Kalau kita sudah memasang batas bahwa kita tidak akan mengambil semua hal terkait riba. Maka, semua keputusan kita yang bersinggungan dengan hal itu akan lebih terang benderang.
Pilihan kita terhadap bank yang kita gunakan. Pilihan kita untuk bertransaksi. Pilihan kita untuk mengelola harta dalam investasi. Bahkan sampai di titik, pilihan kita terhadap pasangan hidup, mau sebaik apapun dia kalau mindset terkait riba tidak sama, tidak perlu kita terima sebagai pasangan hidup.
Membuat batas, itu adalah apa yang selama ini ada dalam agama yang saya imani. Dalam beribadah, semua hal adalah tidak boleh/haram sampai ada dalil yang membolehkan. Tapi, dalam hal kehidupan, semua hal itu boleh/mubah sampai ada dalil yang melarang. Sudah sangat jelas.
Tapi, kita tidak pernah membuat batas. Kita bahkan seringkali melewati batas.
Dari situ, kita paham akar masalah kita selama ini, kebingungan kita dalam mengambil keputusan dan pilihan dalam hidup. Ketidakmampuan kita mengelola masalah. Karena kita tidak membuat batas dalam hidup kita sendiri. Yogyakarta, 23 Juni 2020 | ©kurniawangunadi
766 notes
·
View notes
Text
“Semakin dewasa, rasanya semakin sedikit doa yang ditujukan untuk memiliki sesuatu. Entah harta, tahta, bahkan suatu benda yang spesifik. Sekarang, lebih banyak meminta agar Allah memberikan kekuatan. Kekuatan menjalani semua peran yang melekat. Kekuatan bertanggungjawab atas apa yang telah Allah percayakan.”
— Dan diatas itu semua, inginku hanya satu. Keridhoan-Mu.
798 notes
·
View notes
Text
Terlalu penuh yang disimpan. Hingga tak ada kata yang sanggup mewakilkan. Aku terjerat dalam pikiranku sendiri. Membuat terjaga berhari-hari. Lelah, namun tak mampu memejam. Ingin sekali rasanya, meski hanya beberapa menit, mata ini terpejam. Melupa sejenak segala yang membuat runyam. Agar tak melulu wajahku sendu nan buram..
Jakarta, 10 Desember 2019
03:58
273 notes
·
View notes
Text
Cuma kayak gitu
"Oh, cuma kayak gitu. Yaudah si kalem aja"
Kadang tuh kalo lagi panik dan insecure trus curhat lalu diomongin kayak kalimat diatas tuh bikin tambah sebel. Iya saya tau masalah saya "cuma" segitu. "Kamu tuh lebay, ada banyak kok yang punya masalah lebih daripada kamu. Santailah" iya, emang saya hanya manusia yang ga bisa susah, sekali susah lansung manja dan lebaynya keluar. Saya juga tau masalah yang saya hadapi itu cuma sepersekian tetes air dari lautan masalah yang di hadapi orang-orang. Tapi kejutannya adalah, saya masih merasa hal tersebut adalah masalah. Bahwa di dalam diri saya adalah masalah. Bahwa saya adalah masalah.
Lalu saya iseng buka youtube dan mematikan whatsapp. Gamau berhubungan lagi dengan orang luar. Lihatlah saya potongan trailer dan webstories dari Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Dan.. benar benar pas banget.
"Perasaan baru ini awalnya emang ga nyaman. Tapi, nanti juga jadi biasa aja. Pasti"
Saya dari dulu emang jarang banget berkorban, jadi sekali berkorban dan hasilnya jauh, saya langsung down. Kata adek kelas saya, "mungkin mbak belum terbiasa aja" iya, aku belum terbiasa di repotin, aku belum terbiasa berdarah-darah. Jadi sekali di repotin dan berdarah, saya bisa payah. Hm.
Jadi, mungkin saya yang lambat. Sudah sedewasa ini masih belum bisa stay cool. Masih dengan emosi yang meledak-ledak. Ya gak marah, tapi sebelnya bikin nangis. Ya why saya ga bisa setenang orang lain dalam mengahadapi masalah? Why saya ga bisa melakukan apa-apa? Why?
Apa jawabannya hanya ga terbiasa? Gatau. Gatau. Saya masih mau cari.
"Ga semua hal itu harus dipikirkan, cukup dipahami dan dijalani"
Kata Mas Angkasa gitu. Lalu saya tiba-tiba bercita-cita ingin mempunyai kakak baik banget kayak Mas Angkasa. Haha. Tapi yasudah. Saya udah lahir, ummi saya udah ga ada. Keinginan yang mustahil.
Dan, kalimat dari mas Angkasa inilah yang akhirnya membuat saya "oh yasudah, jalani saja" toh semakin dewasa saya sudah seperti ga punya ambisi. Sudah selesai, saya mau damai sama diri saya. Sudah itu saja.
Kairo, 22 Januari 2020 07:00 clt
15 notes
·
View notes
Photo
Okey, gbye
Tidak mudah menjadi seseorang yang mencintai diri sendiri. Oleh sebab perasaanmu sendiri yang seringkali tidak dapat kau lawan. Perasaan tidak menentu yang telah membuatmu tenggelam dalam ketidakpastian.
Bahkan kau lebih memilih menahan rasa sakit meski sudah dikecewakan berkali-kali. Dengan alasan menjaga perasaan seseorang, takut kehilangan, dan enggan menyakiti, kau lebih memilih bertahan memperjuangkannya sendirian.
Mungkin kau berharap suatu saat waktu dapat mengubah semuanya. Kebahagiaan yang berpihak padamu, pun situasi yang dapat kembali seperti yang kau inginkan. Namun sayangnya waktu tidak selalu menjawab demikian.
Ada kalanya kau harus melangkah pergi, menerima kenyataan pahit yang kau telan sendiri. Menerima kekecewaan yang mungkin saja membuatmu merasa semakin tidak berharga.
Terkadang untuk berhenti disakiti kau memang harus memaksa diri untuk menyelesaikannya. Menghapus harapan, menghapus kenangan, menghapus segala hal indah yang telah kau perjuangkan selama ini.
Bisa jadi sementara waktu kau akan merasa sangat hancur. Tetapi tidak apa-apa, kau akan belajar bangkit dari patah yang membuatmu lelah. Sebab jika bukan kau sendiri yang dapat menjaga perasaanmu, siapa lagi.
Selamat berjuang memeluk diri sendiri.
580 notes
·
View notes
Text
0 notes
Text
Pernah gak sih kangen, tapi kangennya abstrak.
Iya kangen, kangen sama suatu hal karena hal tersebut cukup bercahaya disaat gue itu adalah gelap.
Disaat suatu hal tersebut baik tetapi gue jahat.
Kangen karena hal tersebut bahagia disaat gue adalah kesedihan.
Iya, kangen. Maaf gatau kalo kangen apa. Memang salah ya ?
0 notes
Text
Menerima diri sendiri. Iya kadang juga gua sebel sama lu. Lah iya gatau juga
0 notes
Text
Andai saja semua orang paham bahwa hati adalah muara dari pengharapan dan penerimaan, kupikir, kita tidak akan pernah saling menyakiti.
112 notes
·
View notes
Photo
Dua minggu ini nggak sempet nyentuh blog padahal pengen bikin posting tentang tahun baru :) mempelajari hal baru dan memulai kebiasaan baik. Dua hal ini yang mungkin membuat kita waras dari distraksi dunia luar yang membuat kita insecure atas achievement yang tidak kita capai. dunia terus berubah. Profesi yang kita cita-citakan sejak kecil mungkin saja terdisrupsi dan menghilang. Begitupun achievement yang kita inginkan dari kecil bisa saja jadi hal biasa di masa depan. sementara ilmu, tiap hari akan terus bertumbuh. Dan kebiasaan baik insya Allah akan membantu kita bertahan dalam kesulitan seperti apapun. jangan terlalu terbebani dengan capaian. Hidup itu perjalanan. Nikmati saja. https://www.instagram.com/p/B7EcppiHmlw/?igshid=g7tammfp5psl
86 notes
·
View notes
Text
Halo ? Gimana Kabarnya ?
Warna-Warni Wajah Depresi
Menurutmu, mungkinkah depresi tersembunyi pada wajah yang berseri-seri? Mungkinkah tangis pecah di balik senyum yang merekah? Mungkinkah luka bersarang di dada mereka yang kita kira bahagia?
Dulu, kupikir tidak mungkin. Kukira, depresi hanya ada pada mereka yang murung, mengunci diri di kamar, tidak mau makan (atau terus menerus makan), enggan tersenyum, bergerak lamban, tidak bisa tidur (atau terus menerus tidur), atau memilih warna-warna gelap pada pakaian yang mereka kenakan. Namun ternyata, kini tak selamanya demikian.
Tak selamanya yang tersenyum itu benar tersenyum, yang tertawa itu benar tertawa, dan yang bahagia itu benar bahagia. Di balik semua ciri bahagia dan hidup yang sepertinya baik-baik saja itu, tanpa kita ketahui, mungkin ada hati yang sedang terluka, ada diri yang sedang berjuang menghalau pikiran-pikiran negatifnya, ada jiwa yang meronta memohon pertolongan dan keringanan ujian dari-Nya, juga mungkin … ada raga yang sekuat tenaga diajaknya untuk berdiri, menegakkan diri, lalu tetap berjalan menjalani hari-hari.
Bagaimana jika ternyata semua itu sedang terjadi pada orang-orang terdekat kita, yang kita syukuri keberadaannya juga kita sayangi apa adanya? Bagaimana jika diam-diam mereka tak berani menceritakannya kepada kita karena sebab apa saja yang mereka punya? Bagaimana jika ternyata … kita tidak cukup peka untuk menangkapnya sebab kita sudah sejak lama tidak menyapa perasaannya?
Teman, nyatanya depresi memiliki wajah yang warna-warni. Seringkali ia tersembunyi hingga sulit untuk kita kenali. Karenanya, jangan lupa untuk tetap menyapa dengan baik orang-orang yang kita sayangi: tanya kabarnya, sapa perasaannya, dengar ceritanya. Pun jika kamu yang mengalaminya, tidak perlu sungkan untuk membaginya meski hanya dengan satu orang yang kamu percaya.
Siapapun yang sedang melewati hari-hari yang berat, semoga Allah melapangkan.
Pic: @mocharetha
858 notes
·
View notes