Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Tips Ody - Gimana biar Ody nggak kecanduan gawai?
Sebenarnya aku bukan tipe ibu yang anti berlebihan pada gadget, televisi, atau teknologi. Bukan juga yang sama sekali tidak memberikan Ody akses pada gawai. Bahkan sejak kecil beberapa kali "kuajari" dia menonton TV. Hehehe. Awalnya dia tertarik memperhatikan gambar bergerak, tapi lama-lama dia bosan. Dan sekarang, meski disuguhkan televisi atau didekatkan dengan gadget, dia sama sekali tidak tertarik dengan pengalaman yang disuguhkan oleh teknologi-teknologi itu. Dia justru lebih tertarik pada benda-benda acak di sekelilingnya. Kok bisa begitu, ya?
Deduksi yang kutarik dari fenomena "Ody-nggak-suka-gadget" itu kurangkum dalam artikel ini. Siapa tahu penemuan-tak-disengaja ini bisa bermanfaat bagi mommy-mommy di luar sana. Disclaimer dulu, ya: artikel ini kutulis berdasarkan pengalamanku, bukan dari sumber-sumber ilmiah atau penelitian yang berkelanjutan. Bisa jadi sangat subjektif, dan belum teruji secara ilmiah.
Lalu, apa sih, treatment yang kuberikan pada Ody sampai dia lebih tertarik pada dunia di sekitarnya daripada dunia maya?
Membiarkan Ody Merasakan "Pengalaman" dari Objek-Objek Konkret
Kurasa semua bayi memiliki naluri untuk belajar dan mempelajari sekitarnya. Tetapi, tidak seperti manusia dewasa yang mampu mengenali antara objek konkret dan abstrak, indera bayi masih terbatas untuk mempelajari objek konkret, yaitu objek yang bisa dilihat, diraba, didengar, dikecap, dan disentuh. Jadi, ketika ia sudah mulai bisa menggenggam, aku membiarkannya memainkan apapun yang mampu dijamahnya--tentu dengan pengawasan, dan dalam lingkungan yang aman.
Sesekali kuperdengarkan suara-suara alam, seperti suara burung, gemericik air, suara serangga, dan sebagainya. Dan tentu saja suara ibunya sendiri. Selain bercerita, aku juga sering bersenandung untuknya. Sedangkan ayahnya mendapat bagian bersholawat dan memperdengarkan ayat-ayat al-Qur'an di telinganya--karena Fikri mengaji dengan lebih lancar daripadaku, ehe.
Aku tidak perlu membelikannya mainan-mainan yang berbagai rupa, karena ia akan bosan-bosan juga. Ia akan mengamati benda apapun, dan jika sudah "khatam" satu benda dilihatnya, diguncang-guncangkannya, ditimbang-timbangnya, hingga dirasakan dengan mulutnya, ia hanya akan mencari benda "baru" lainnya. Dengan kata lain, ia memiliki naluri untuk memperkaya perbendaharaan dan referensi objek-objek konkret di sekitarnya.
Jika keinginan ini terpenuhi, rasa penasaran untuk mengenali objek nyata akan semakin besar, dan ketertarikannya akan pada objek maya dan digital semakin terabaikan. Beberapa kali kuberikan gawai yang tengah memutar video padanya, tapi ia hanya memainkan ponselku, mengangkatnya, ngguncangakannya, dan ia yang sedang dalam fase oral berusaha untuk "memakannya". Ia bahkan sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk menonton video itu.
Hal ini juga bermanfaat ketika aku mengajak Ody bepergian atau makan di luar. Alih-alih menenangkannya dengan memberikannya tontonan ketika aku sedang makan, aku justru memberikannya benda acak--kadang aku membawa mainan atau teether dari rumah--untuk ia mainkan. Dan, tentu ia akan sibuk mengamat-amati benda itu sehingga aku bisa makan dengan tenang. Hahaha!
Kesimpulannya, trik pertama adalah dengan memenuhi keinginan bayi untuk mengenal benda-benda konkret. Bayi adalah peneliti yang ulung. Ia akan meneliti benda-benda yang ada di sekitarnya dengan penuh fokus dan konsentrasi. Jadi, selain menghindarkannya dari kecanduan gawai, trik ini juga beranfaat untuk membangun fokusnya.
Lalu, bagaimana kalau Ody mencoba untuk memasukkan benda-benda itu ke mulutnya? Bukankah banyak bakteri dan kuman? Atau, bagaimana kalau benda itu tertelan?
Aku memastikan benda yang dimainkannya cukup besar sehingga tidak akan masuk ke mulut kecilnya. Kujauhkan dari benda-benda kecil atau berbahaya kalau dia sedang bermain.
Aku juga berusaha untuk membersihkan mainan--atau benda--dan tangannya dulu sebelum kuberikan padanya. Tapi jika aku "kecolongan", aku percayakan pada sistem imunnya. Karena air susu ibu alias ASI, mempu membangun imun yang dibutuhkan oleh bayi.
Membangun Memori Dasar Ody
Memori dasar yang ingin kutanamkan pada Ody adalah bahwa ia adalah makhluk hidup, dan teknologi adalah sesuatu yang membantunya untuk hidup, bukan sesuatu yang membuatnya hidup. Dengan kata lain, aku tidak berusaha untuk meniadakan teknologi untuknya, tapi bagaimana ia mampu menggunakan teknologi dengan bijak dan terbatas, bukan sebagai kebutuhan primernya. Caranya adalah mendekatkan Ody dengan alam.
Sejak usianya dua bulan, aku suka mengajaknya berjalan-jalan di alam terbuka, menyentuh-nyentuhkan jari-jemarinya kepada daun-daun, bunga-bungaan, embun, dan benda-benda dengan suhu yang berbeda. Aku memperkenalkannya dengan hewan-hewan di sekitar kami: ayam tetangga, laba-laba dan serangga, kucing milik adikku, ikan dan kura-kura di kolam, burung-burung yang hinggap, dan hewan apapun yang kami temui. Aku juga sering memperdengarkannya suara-suara alam, dan menyentuhkan kulitnya pada sinar matahari pagi.
Tahukah? Ternyata, kata seorang peneliti senior yang kukenal, perlakukan-perlakuan tersebut mampu membangun memori dasarnya. Bentuk-bentuk yang dibuat oleh alam--seperti pohon, batu, air, dan benda-benda natural lainnya--ternyata lebih mampu membangun memori dan pengelihatannya dibandingkan dengan benda-benda ciptaan manusia--bangunan, mainan, kendaraan, dan benda-benda artifisial lainnya. Bentuk-bentuk dari benda-benda natural ternyata lebih mampu membangun kecerdasan bayi, dan itu sebabnya juga aku tidak sering memberinya mainan dan lebih banyak mengajaknya bermain di luar. Dengan kata lain, sensory play terbaik adalah bermain dengan alam.
Sesekali, ternyata bagus juga untuk mengajaknya berjalan-jalan ke alam liar, ke kaki gunung yang belum terjamah teknologi dan tangan manusia dengan berlebihan. Suara hutan dan keheningan yang jauh dari kejenuhan modernisasi ternyata memiliki frekuensi yang sangat baik untuk perkembangan kecerdasan bayi, karena memiliki "nada-nada" yang lebih kompleks daripada musik klasik.
Dengan terbangunnya memori dasar ini, akan tumbuh dalam benak Ody bahwa dirinya adalah makhluk hidup yang menjadi pengendali diri dan sekitarnya, termasuk teknologi. Sehingga, ia tidak akan mudah "dikendalikan" oleh nafsunya, dan oleh teknologi. Treatment ini juga mampu membangun keterikatan antar ia dengan makhluk hidup lain dan membangun empati.
Aku pribadi juga membaca metode pengasuhan ala Montessorri, tapi kurasa, tidak banyak hal yang cocok dapat kuterapkan kepada Ody dari metode-metode itu. Hanya kuambil beberapa yang cocok, seperti membiarkan si bayi mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Begitu juga metode-metode parenting lainnya, aku hanya mengambil yang menurutku cocok untuk Ody, tidak semua kuterapkan mentah-mentah.
Lalu, bagaimana jika tinggal di perkotaan yang tidak mudah mendapatkan "kemewahan" akses pada alam:
Kalau punya tumbuhan, hewan peliharaan, atau dekat dengan taman kota, banyak-banyaklah bermain dengan benda-benda itu. Ajak juga si bayi bermain dengan air, atau sensory play lainnya.
Sesekali ajak berjalan-jalan ke tempat yang jauh dari perkotaan, seperti ke Puncak, ke gunung, ke pantai, agar si bayi dapat merasakan pengalaman natural.
Mengenalkan Manusia dengan Asalnya, akan Membantunya Mengenali Dirinya Sendiri
Dua tips itu yang dapat kutawarkan pada dunia, boleh dicoba, atau boleh memlih alternatif lain. Yang pasti, membuat manusia mengenali dirinya dan dari mana ia berasal akan membantunya memanfaatkan teknologi dengan bijak: bahwa dirinya adalah pusat dari benda-benda di sekitarnya, dan teknologi adalah alat bantu saja.
Pada intinya, aku tidak melarang Ody untuk dekat dengan gawai dan teknologi digital lainnya, aku hanya berusaha untuk membangun kesadarannya untuk mampu memposisikan diri antara ia dengan teknologi di sektarnya. Kurang lebih seperti itu, ya. Hehehe.
Semoga tips ini dapat memberikan manfaat dengan menyesuaikan kebutuhan siapa saja yang memetik manfaat darinya.
Tips yang kuberikan pun masih dalam tahap perkembangan, karena masih kuimplementasikan pada Ody dan kuamati hasilnya. Sejauh ini, treatment yang kuberikan mampu membuat Ody menjadi lebih bijak dengan gawai di sekitarnya. Semoga ia akan terus berkembang menjadi anak yang penuh empati.
Sfa.
1 note
·
View note
Text
Selamat pagi, anakku. Jangan lupa untuk selalu mempertanyakan apa yang dinyatakan oleh ilmu pengetahuan mainstream hari ini.
0 notes
Text
Tujuh Bulan Pertamamu
Selamat tujuh bulan, anandaku!
Ternyata, selama tujuh bulan ini banyak yang sudah kita lalui, ya. Semoga tidak ada salahnya membagi perjalanan tujuh bulan kita. Ada hal-hal yang baru kutahu dan baru mulai kupelajari ketika aku memilikimu. Jadi, mari kubagi cerita tumbuh kembangmu karena bisa jadi ada bunda selainku yang membutuhkannya.
Membentuk Memori Dasarmu
Hal ini yang ingin sekali kubagikan kepada pada ibu, mama, bunda, ummi, mommy, di luar sana. Tentang membentuk memori dasarmu. Ternyata sangat penting membangun memori dasar ini. Membentuk memori dasar berarti membangun pondasi benteng yang kokoh. Pondasi untuk apa? Untuk membentuk nurani, kecerdasan, rasa, dan bagaimana kamu memandang dunia.
Tahukah apa yang paling baik dalam membentuk memori dasar? Alam. Suara alam, dan semua yang bisa kita temukan di alam adalah yang stimulus-stimulus yang baik untuk membentuk rasa, karsa, dan logika. Tahukah, bahwa suara serangga, suara hewan, gemericik air, daun-daun yang tertiup angin, dan kebisingan yang bisa kita temukan ketika menyendiri di kedalaman hutan yang tidak tersentuh manusia dan teknologi modern ternyata merupakan stimulus yang lebih baik daripada rangkaian melodi dari musik-musik klasik? Suara-suara itu memiliki kompleksitas yang lebih tinggi daripada susunan nada di musik klasik yang konon dapat meningkatkan kecerdasan.
Maka, aku memperkenalkanmu dengan bentuk-bentuk yang bisa kita temukan di alam. Dedaunan, bunga-bungaan, ikan di kolam, ayam tetangga, sapi yang lewat menarik grobak, kucing peliharaan om dan tantemu... semua dalam berbagai warna dan corak. Siapa sangka ternyata bentuk-bentuk itu lebih mampu menarik ketertarikanmu dibandingkan film-film kartun yang kadang kutayangkan untuk membuatmu tenang, atau gawai yang kadang kuberikan sebagai pengalih perhatianmu.
Aku pun menarik kesimpulan, bahwa jika menjauhkan anak-anak dari ketergantungan gawai--yang saat ini banyak diinginkan para orang tua--adalah hal yang "mahal", karena hanya dapat dibayar dengan waktu dan tenaga, tidak dengan uang. Ya, aku banyak meluangkan waktu untukmu, untuk membawamu berjalan-jalan pagi dan menyentuh-nyentuhkan ujung jari-jarimu pada daun yang berembun, kaki-kakimu pada rumput yang basah, mengikuti ayam tetangga dengan bulu-bulunya yang indah. Yang tentu juga membutuhkan tenaga ekstra karena semakin bertambah usiamu, tubuhmu juga semakin berat. Hehehe.
Tapi, kebiasaan-kebiasaan yang sudah mulai kulakukan sejak usiamu menginjak dua bulan itu berhasil mengalihkan perhatianmu dari gawai. Rasa penasaranmu lebih besar pada sesuatu yang nyata dan bisa kamu genggam, tidak sekedar kamu dengar dan lihat. Kamu bahkan hanya melirik skeptis jika kutayangkan film kartun kesukaanku, atau memutar video anak-anak di ponselku. Mungkin ini cara yang bisa kusarankan bagi para ayah dan bunda yang memiliki kekhawatiran bahwa anak-anaknya akan terlalu candu pada gawai: luangkan waktu bagi mereka untuk mengenal dan berinteraksi dengan alam, bangun memori dasar sejak mereka bayi agar mengenal alam seluas-luasnya, dan teknologi adalah apa yang kita butuhkan untuk menunjang kehidupan, bukan bagian dari diri kita.
Mudah atau sulitnya relatif pada masing-masing perspektif dan keadaan. Bagiku yang tinggal di pedesaan, interaksi dengan alam adalah hal yang mudah didapatkan. Bagaimana jika tinggal di kota yang kental dengan bangunan-bangunan artifisial? Saranku, jika ada kesempatan untuk berintraksi dengan makhluk hidup, lalukanlah. Dengan tumbuhan yang ditanam di rumah, mengunjungi taman kota, memiliki hewan peliharaan, adalah beberapa hal yang dapat menjadi solusi. Memperdengarkan suara gemericik air hingga bermain di air juga dapat menjadi alternatif.
Membentuk memori dasar juga berkaitan dengan membuka hati nurani. Semakin kamu banyak berinteraksi dengan alam, kamu akan semakin mengenal makhluk hidup, memahami bahwa mereka memiliki kehidupan dan keberadaan, hingga mengenal apa itu hidup dan untuk menghargai kehidupan. Dengan begitu, tidak hanya kecerdasanmu yang terbentuk, tapi juga empatimu, rasa kasih dalam hatimu, dan kecintaan pada seluruh alam.
Membangun Fokusmu
Saat ini kamu sedang dalam fase oral, yang juga merupakan fase penting untuk mengenal dunia. Aku tidak banyak membelikanmu mainan, bukan karena aku mengikuti saran para pakar yang berseliweran di media sosial, tetapi karena terlalu banyak pilihan jadi bingung mau memilih mainan apa yang cocok untukmu. Tapi ternyata hal itu justru lebih mampu membangun fokusmu. Bagaimana bisa?
Kamu suka sekali memilih satu barang yang kamu sukai, lalu bermain-main dengannya sampai kamu bosan. Barang apapun itu, mulai dari teether yang memang sengaja kubelikan untukmu, hingga peralatan rumah yang bisa kamu temukan di selingkarmu: remote televisi, kunci mobil, botol minum, console PlayStation, dan banyak lagi. kamu mengamatinya, menimbang bobotnya dengan menggerak-gerakkannya dengan tanganmu, lalu memasukkannya ke mulutmu untuk mengenal benda itu. Kamu membolak-baliknya, melemparkannya, hanya satu benda sekali waktu.
Aku jadi tahu, itu adalah salah satu cara untuk membangun fokusmu. Kamu hanya memainkan satu benda pada satu waktu, tapi menguliknya hingga kedalaman tertentu. Dari situ juga kamu mengenal warna, bentuk, tekstur, juga rasa dan aroma. Meski tidak jarang benda-benda yang kamu mainkan melukaimu, tapi kamu bertahan pada antusiasmemu.
Dari hal ini aku juga mengerti, bahwa untuk membangun kecerdasanmu, aku tidak perlu barang atau mainan mewah. Karena bagi seorang anak, semua benda di sekitarnya adalah mainan. Bukan hanya itu, bahkan bagi mereka dunia ini adalah taman bermain. Terutama tubuh orang tuanya.
Menyusun Antibodimu
Ah, aku tidak ingin terlalu banyak membahas tentang ini. Karena banyak orang yang tidak sepaham. Mengenai treatment medis dan kesehatan yang ada di negara ini, aku menemukan banyak pertentangan dengan ilmu-ilmu baru yang kudapatkan dari para ilmuan yang tidak stagnan pada satu paradigma yang sudah ada. Imunisasi, pemberian obat dan vitamin, hingga pemberian nutrisi pendamping ASI banyak yang ingin kukritisi tapi tidak di sini.
Maka, ini saja yang ingin kusampaikan: seorang bayi yang lahir pervaginam dan dalam keadaan normal (tidak dalam kondisi khusus), memiliki jumlah protein yang lengkap dan fungsi darah terbaik. Keduanya tidak perlu ditambah apapun lagi, maka ASI dariku sudah cukup, karena ASI sudah memiliki segala yang dibutuhkanmu: nutrisi, antibodi, dan segala yang untuk menunjang kehidupanmu hingga pada usia tertentu.
Pernah sekali waktu kamu aku demam tinggi, dan tentu saja kamu pun tertular. Tapi ajaib, ketika aku harus berjuang melawan demam itu hingga sepekan penuh, kamu hanya perlu sehari untuk bisa kembali normal. Itu ketika usiamu masih tiga bulan. Pada penghujung tujuh bulanmu kemarin, aku sempat terserang flu parah, dan kamu tidak mungkin tidak tertular. Dan lagi-lagi ajaibnya kamu hanya pilek-pilek ringan dan, meski sedikit rewel karena ketidaknyamanan tubuhmu, kamu langsung kembali pulih.
Tahukah, meski aku awalnya khawatir pada fase oralmu, karena kamu mungkin memasukkan bakteri ke mulutmu, tapi ternyata antibodi yang kamu dapat dari ASI mampu melawan bakteri-bakteri itu. Lalu aku semakin percaya, bahwa apa yang diberi oleh Tuhan, adalah segala yang terbaik dan lengkap. Kekhawatiranku akanmu berangsur menurun.
Di tujuh bulanmu ini, kamu juga masih kubei ASI saja. Sempat aku memulai untuk melakukan MPASI, tapi ternyata langkah itu belum tepat kulakukan sekarang. Maka, aku masih menunda. Semoga kamu sabar ya, untuk mencicipi makanan-makanan baru.
Kenapa aku belum memberi MPASI padamu? Tentu banyak yang menentang, tapi hal ini kulakukan bukan tanpa pengawasan dari pakar. Mungkin ibu yang berbeda juga memiliki pendapat dan sudut pandang yang berbeda. Dari buku MPASI mainstream, dikatakan bahwa pada suatu titik, ASI tidak akan lagi mampu memenuhi kebutuhan nutrisi si bayi. Tapi, titik yang dikatakan adalah pada usia enam bulan itu seharusnya berbeda bagi masing-masing bayi karena perkembangan bayi tentu berbeda juga. Saat ini kamu masih pada fase ASI eksklusif, karena alasan itu. Aku ingin selama mungkin memberikan ASI eksklusif untukmu, bahkan kalau bisa sampai dua tahun. Tapi tentu banyak pertentangan, maka kita lihat seberapa panjang kita bisa berbagi antibodi tanpa intervensi elemen lain.
Tapi ini adalah apa yang kuyakini, dan tentu tidak harus sama dengan orang lain, dan orang lain pun tidak harus meyakinin ilmu dan pengetahuan yang kuketahui.
Jangan Sampai ada Fase yang Terlompat, ya!
Terakhir, jangan sampai kamu melompati satu fase. Fase yang kumaksud adalah dari kemampuanmu yang hanya bisa berbaring, kemudian berusaha mengguling, tengkurap, merangkak, duduk, hingga berdiri dan berjalan. Ternyata sangat penting untuk melalui fase ini dengan urut untuk menyelaraskan antara psikologis, spiritual, dan logikamu. Karena di dalamnya ada keterlibatan antara keinginan dari dalam hati dan kemampuan tubuh. Terkadang tubuhmu belum bisa melakukan keinginanmu, maka, untuk dapat menyelaraskan keduanya, kamu harus mampu mengolah tubuh dan hatimu, caranya adalah aku mengawalmu untuk melalui fase-fase itu secara bertahap dan urut.
Implikasi dari fase-fase ini adalah pada hepar dan otak. Keduanya akan mampu menjadi selaras. Jika keduanya selaras maka kecerdasan dan hati nurani akan selaras juga. Ini bukan kesimpulan yang kutarik semata, tetapi juga hasil penelitian para pakar.
Nah, begitu perjalanan tujuh bulanmu yang bisa kubagikan kepada dunia. Mungkin mereka membutuhkannya. Semoga semua anak di luar sana bisa menjadi bahagia, dan sehat, sebagaimana yang ingin selalu kuusahakan untukmu.
Karena, tahukah kamu, nak, bahwa bukan kamu yang membutuhkanku, tapi akulah yang membutuhkanmu. Kamu bisa menjadi apapun yang kamu mau tanpaku, kamu bisa menjadi hebat tanpaku, tapi aku tidak akan merasa mampu melalui apapun tanpa kamu. Selama ini, kamu ternyata yang menjagaku. Sebagaimana pesan ayah setiap kali akan ia berangkat bekerja, yang ternyata selalu kamu lakui:
"Jagain bunda ya, Nak!"
(Sfa.)
25 notes
·
View notes
Text
Your Children are Not Your Children
Your children are not your children. They are the sons and daughters of Life's longing for itself. They come through you but not from you. And though they are with you, they belong not to you. You may give them your love but not your thoughts. For they have their own thoughts. You may house their bodies but not their souls, For their souls dwell in the house of tomorrow, Which you cannot visit, not even in your dreams. You may strive to be like them, but seek not to make them like you. For life goes not backward nor tarries with yesterday. You are the bows from which your children as living arrows are sent forth. The archer sees the mark upon the path of the infinite. And He bends you with His might that His arrows may go swift and far. Let your bending in the archer's hands be for happiness; For even as He loves the arrow that flies, So He loves the bow that is stable.
Khalil Gibran
0 notes
Text
Halo, selamat datang ke dunia, anandaku, putriku, Rhapsody-ku. Pada penghujung bulan Juli lalu.
0 notes