Photo
KEAJAIBAN THE RAMONES DAN MANUVER OVAL Selain Setya Novanto, hanya The Ramones yang bisa menyatukan kita. Ada momen-momen saat seluruh rakyat Indonesia yang biasanya ribut-ribut gara-gara pilpres 2014 dan pilgub Jakarta kemarin bersatu. Pertama ; saat drama Setnov nabrak tiang listrik. Saya yakin enggak ada seorang pun rakyat Indonesia yang percaya kalau Setnov beneran nabrak dan bikin kepalanya benjol segede bakpao. Baik yang dukung Jokowi atau Prabowo, Anies atau Ahok, semuanya sepakat, "peler lu, Setnov!". Kedua : saat kamu dan bandmu membawakan lagu The Ramones di panggung. Kemarin malam, puppyhansen menjadi penampil terakhir di gelaran Konserpasif 4, setelah dua band post rock asal Bandung, Lightspace dan Flukeminimix. Ada banyak band lintas genre yang sudah bermain di acara yang dimulai sejak pukul empat sore itu. Salah satunya adalah band indie pop kesayangan kita semua, The Flight of Maltanese. Kami naik panggung sekitar pukul sepuluh malam. Atjoy membantu saya mempersiapkan alat. Saya tidak terlalu lama menyetting gitar. Bagi saya, yang penting gitar itu berbunyi dan bising. Itu sudah lebih dari cukup. Sandy, yang bermain bass di samping kiri saya juga sepertinya sudah beres. Saya menengok ke belakang dan melihat Innu masih mengutak-ngatik settingan drumnya. Saya kemudian beralih mengambil mikrofon, mengecek suaranya, dan mengambil satu lagi mikrofon buat Sandy. Saya menyuruhnya untuk menjadi backing vokal, meskipun suaranya lebih merdu dari saya. Saya pikir semuanya sudah beres dan puppyhansen tinggal bermain saat saya menyadari satu hal : di samping kanan saya, Obeth enggak ada! Gitar dan pedalboardnya sudah ada di panggung tetapi orangnya enggak ada! Pikiran pertama yang melintas di kepala saya saat itu adalah Obeth mungkin sedang kencing. Ah, paling bentar lagi juga datang. Jadi saya belum terlalu khawatir. Saya menunggu sambil mengecek kembali settingan ampli gitar. Saya tidak tahu berapa rekor terlama manusia bisa kencing, tetapi saya yakin tidak selama itu. Karena Obeth belum juga datang, Atjoy akhirnya meminta MC untuk berbasa basi dahulu dengan Ivan Adywiguna dari Kumaha Eta Heuh sebagai penggagas acara Konserpasif ini. Saya bertanya kepada Sandy dan kepada beberapa orang tentang keberadaan Obeth. Semuanya bilang tidak tahu. Saat itu saya sudah memikirkan kondisi terburuk, Obeth diculik kelong wewe dan kemungkinan besar tidak akan kembali dalam tempo sedikitnya tiga jam. Tentu saja, kami tidak bisa menunggu selama itu. Jadi rencana cadangan disiapkan : Sandy kembali ke gitar, dan kami meminta Oval buat main bass. Oke, sepertinya ini cukup aman. Kami menyebut rencana ini sebagai The Oval's Maneuver. Atjoy kemudian meminta Ian untuk menyetting gitar Obeth. Saya dan Atjoy berdiskusi sebentar. Saya meminta waktu kepada Atjoy sampai 15 menit. Jika dalam tempo selama itu Obeth belum kembali (dikembalikan oleh kelong wewe), The Oval's Maneuver dijalankan. Selama itu saya berdoa semoga Obeth kembali dalam keadaan segar bugar. Semoga ia tidak kenapa-kenapa. Konon, barang siapa yang diculik kelong wewe dan disusui olehnya maka ia tidak akan bisa bicara lagi. Ia akan menjadi bisu selamanya. Kalau pun beruntung, bicaramu jadi gagap. Semoga Obeth dihindarkan dari nasib buruk seperti itu. Selama itu pula saya berpikir kenapa kelong wewe menculik Obeth. Setahu saya kelong wewe hanya senang menculik anak-anak, bukan bapak-bapak macam Obeth. Saya pernah mendengar cerita tentang jin perempuan yang jatuh cinta kepada seorang manusia dan kemudian menculiknya ke dunia jin untuk dikawini, tetapi saya belum pernah mendengar cerita kelong wewe menculik bapak-bapak untuk disusui. Apalagi bapak-bapak sesehat Obeth. Saya melamun selama hampir 15 menit. Atjoy yang menyadarkan saya dari lamunan tentang kelong wewe. Ternyata Obeth belum kembali dan itu artinya The Oval's Maneuver harus dijalankan. Oval bermain bass untuk The Flight Of Maltanese, tetapi beberapa kali sempat ikut berlatih bersama puppyhansen. Setelah Arap Paong mengundurkan diri, posisi bass di puppyhansen kosong. Karena petingkahnya yang santun dan wajahnya yang selalu tersenyum, puppyhansen kadang meminta bantuan Oval. Jadi Oval sudah hapal beberapa lagu puppyhansen. Tapi karena lama enggak latihan bareng jadi ya lupa lagi. "Pal, intro apal kan?" "Aduh, lupa lagi, Mas." Saya kemudian menyuruh Sandy. "Sand, kasih tahu intro." Sandy memainkan beberapa part. "Oke sip." JREEEEEEENG.... Intro sukses dilewati. Tinggal lagu pertama. "Val, Molly's Lips apal kan?" "Hah, apaan Mas?!" "Mool llys liips" "Kortnya apa aja, Mas?" "Gampang, Val. G C G C aja sampe selese. Kayak Dinamit." "Oke sip. Hajar, Mas!" Intro, lagu pertama, dan lagu kedua berhasil dilewati dengan lancar. Saya lihat penonton di depan juga sudah mulai asyik. Masalah berikutnya adalah lagu ketiga. Puppyhansen akan membawakan The KKK Took My Baby Away dari The Ramones. Kami tidak pernah membawakan lagu ini selama berlatih dengan Oval. Dan Oval, saya tahu sedang kebingungan meskipun tetap tersenyum. Saya melirik ke arah Innu dan Sandy, meminta pendapat mereka apakah lagu ini tetap dibawakan, atau diganti saja dengan Dinamit, meskipun awalnya lagu itu enggak berniat dimainkan. Saya bingung. Beberapa penonton di depan meminta Konservatif dari The Adams karena kemarin kami membawakan lagu itu. Beberapa lainnya teriak "Dinamit Dinamit", meskipun saya sudah bilang, "enggak ada Dinamit malam ini." Di masa kritis itu saya malah teringat cerita Joe Strummer dari The Clash. Waktu itu The Clash mau manggung dan Joe Strummer merasa gugup. Doi kemudian meminta nasihat kepada Johnny Ramone. Nasihat Johnny kepada Joe Strummer singkat saja, "Hey, Joe. Kalo lu nunggu sampe bisa maen alat musik dulu baru manggung, lu bakal ketuaan begitu nyampe panggung." Nasihatnya manjur. Demam panggung yang diderita Joe Strummer hilang, dan saya jadi percaya diri. Setlist enggak berubah. The KKK Took My Baby Away digeber! Jeng jeng jeng jeng jeng jet. Jeng jeng jeng jeng jeng jet. Jeng jeng jeng jeng jeng jet. Penonton di depan saya mulai menggila. Atjoy mengambil alih mikrofon, Wildan stage diving ala Mas Agus Yudhoyono, dan saya sempat lupa Obeth diculik kelong wewe. Tiba-tiba dari belakang panggung rombongan Ligtspace dan Flukeminimix menyerbu dan ikut edan-edanan. Enggak peduli anak post rock, metal, HC/punk, indie pop, semua ikut nyanyi "the KKK took my baby away. They took her away. Away from me.". Selain Setnov, hanya The Ramones yang bisa menyatukan kita semua. Dan yang paling epik di antara semuanya : di tengah lagu, Oval yang sedari tadi melongo karena enggak tahu kort, tiba-tiba melepas bassnya, mungkin sempat berpikir seperti ini, "bodo amatlah. Kagok edan!", lalu berlari terjun ke arah penonton. Dan Oval enggak balik lagi sampai lagu itu selesai. Saya jadi teringat penampilan perdana puppyhansen di depan publik, dua tahun yang lalu. Saat itu karena belum punya banyak stok lagu, kami membawakan nomor Blietzkrieg Bop dari The Ramones. Situasinya sama persis : saat sedang memainkan lagu itu, tiba-tiba salah seorang penonton yang bahkan enggak saya kenal, nyerobot mik lalu ikut bernyanyi, dan memancing penonton lainnya untuk ikutan. Mungkin itu yang disebut keajaiban The Ramones. Dinamit, yang awalnya enggak masuk setlist, akhirnya tetap dibawakan sebagai lagu penutup. Saat itu kondisinya sudah kacau balau. Senar gitar Sandy sudah putus dua. Kondisi saya masih lebih baik, gara-gara kemarin kepala saya benjol, saya bisa menahan diri untuk enggak membanting gitar. Oval sudah balik lagi megang bass, meskipun menurut Atjoy enggak dia mainin sama sekali. Dan malam itu adalah malam Natal. Di luar sana orang-orang masih saja ribut berdebat haram enggaknya mengucapkan selamat Natal. Di grup WA, teman-teman saya masih saja menyebar pesan berantai berisi dalil yang menyebutkan haram mengucapkan Natal bagi seorang Muslim, meskipun tahu ada peserta grup yang beragama Kristen. Saya jadi berpikir, mungkin isi kepala si teman bukan otak, tetapi oky jelly drink atau cendol. Kepada mereka, juga si teman, saya ingin sekali bilang, "sudahlah kita enggak butuh orang macam Setnov lagi biar bisa rukun. Jika kuota ponselmu berlebih, daripada menyebar pesan intoleran semacam itu, cobalah sesekali dengerin The Ramones." Buktinya jelas dan enggak terbantahkan. Post scriptum : 1. Foto-foto di atas adalah hasil jepretan dari Ganes (IG : hailgo_) 2. Kabar baiknya : Obeth sudah dikembalikan oleh kelong wewe. Apakah ia sempat disusui atau belum, hanya Obeth yang tahu.
0 notes
Photo
PULANGLAH, KAU MABUK! Di dalam kamar. Sebuah kasur. Seperangkat komputer. Sebuah pelantang suara berukuran kecil. Dan lagu-lagu. Michael Learn To Rock. MLTR. Kau boleh tidak percaya, tetapi saya adalah salah satu saksi hidup yang pernah menyaksikan Rizky Akbar memutar lagu-lagu MLTR dari perangkat komputernya. Kau boleh menertawakannya, tetapi tidak bisa mengutuknya. Ini masalah selera, Bung. Selain agama, selera seseorang adalah hal yang tidak ada gunanya untuk diperdebatkan. Tahun 2011. Ada dua sebab kenapa saya yakin saat itu tahun 2011 ; pertama, waktu itu saya baru lulus kuliah dan masih nganggur sehingga saya masih bebas menginap di rumah teman-teman saya. Kedua, waktu itu saya sedang dekat dengan Rizky Akbar karena sebuah proyek zine. Zine itu tidak berumur panjang, tetapi saya masih berteman dengan Rizky Akbar sampai sekarang. Terkadang saya merindukan malam-malam yang sudah lewat itu. Saya terpaksa membuka tulisan ini dengan cerita tentang Rizky Akbar, sebab apa yang saya tulis nanti berawal dari Rizky Akbar. "Crut, pernah enggak ketemu orang yang segala hal dikomentarin sama dia? BBM naik, komen. Nyewa lapangan futsal, komen. Apa-apa, komen. Ini-itu, komen. Sejenis orang yang maboknya reseh." "Enggak pernah sih kayaknya. Kenapa emangnya?" "Gini, Crut. Kalau ketemu orang yang macam gitu, bisikkin ini aja ke kupingnya, 'go home, you're drunk'." Go home, you're drunk. Rizky Akbar melafalkan kalimat itu dalam bahasa Inggris. Saya terjemahin menjadi Pulanglah, Kau Mabuk. Kalimat itu terdengar empuk di kuping saya. Saya lalu membayangkan ibu-ibu bawel yang sering ngomogin tetangga rumahnya dan membisikkan kalimat itu ke kupingnya, "Pulanglah, Bu, kau mabuk." Saya membayangkan cocot khatib di mesjid tempat saya kerja yang sering kampanye setiap sholat Jum'at saat musim pilgub dan membisikkan kalimat itu ke kupingnya, "Pulanglah, Pak Khatib, kau mabuk." Saya membayangkan orang-orang dengan pentungan di tangan dan kalimat takbir yang diteriakkan sepekak knalpot RX King dan membisikkan kalimat itu ke kuping mereka, "Pulanglah, kalian mabuk." Dunia penuh para pemabuk yang reseh dan saya merapal kalimat itu seperti sebuah mantra untuk bertahan hidup. Pulanglah, kau mabuk. Pulanglah, kau mabuk. Pulanglah, kau mabuk. Dunia tetap tidak menjadi lebih baik, tetapi saya menyukai kalimat itu. *** Ide awalnya berasal saat teman saya Clys Ramadhan mencampur Minutes Maid Pulpy Orange dengan bir Bintang (saat itu bir Bintang belum mengeluarkan produk Radlernya). Ia mengisi gelas kosong dengan seperempat Minutes Maid Pulpy Orange, dan tiga perempat dengan bir Bintang, lalu menyorongkan hasilnya kepada saya. "Cobalah." Saya mencoba racikannya. Dan rasanya enak. Persis seperti Radler yang muncul beberapa bulan setelah saya mencoba racikan dari Clys Ramadhan. Saya jadi kepikiran, bagaimana kalau saya mencampur The Ramones dengan The Raveonettes? Sebagai bocah yang merasa masa mudanya diselamatkan oleh Billie Joe Armstrong, saya selalu menyukai energi yang dikeluarkan dari band-band punk. Ngebut, penuh semangat, dan eksplosif. Tetapi sayangnya, mereka kurang bising. Setidaknya untuk ukuran kuping saya. Sementara di sisi lain saya suka sekali dengan album Psycho Candy dari Jesus And The Mary Chain. Saya juga jatuh cinta setengah mampus kepada suara bising gitar bikinan Sune Rose Wagner dari The Raveonettes, terutama di album Chain Gang of Love dan Lush Lush Lush. Saya berhasrat untuk mencampur keduanya, ngebut dan bising sekaligus. Intinya ; membikin lagu punk dengan kebisingan setingkat Psycho Candy. Pulanglah, Kau Mabuk dibikin dengan pola semacam itu. Dalam benak saya akan ada satu menit lagu dan dua menit kebisingan. Lagu ini termasuk lagu yang ditulis setelah puppyhansen terbentuk. Berbeda dengan Dinamit, atau Dudududu, misalnya, yang ditulis di era sebelum puppyhasen lahir. Lagu ini pertama kali digarap saat latihan di studio milik Heri, teman saya dan Obet, di daerah Plered. Studio itu adalah tempat kami latihan di awal-awal puppyhansen terbentuk. Saat itu Obet masih bermain drum dan Arap Paong masih bergabung dengan puppyhansen. Pada saat pertama kali menggarap lagu itu, bagan lagu sudah terbentuk tetapi temponya masih belum sengebut sekarang. Pun liriknya belum ada sama sekali. Saya memang selalu menulis lirik lagu belakangan. Untuk hal ini saya berhutang kepada penyanyi sekaligus pencipta lagu dangdut, Caca Handika. Dalam salah satu wawancaranya dengan majalah Rolling Stone beliau pernah omong, "music came first, lyric second." Lirik lagu ini mulai terbentuk saat saya membaca berita tentang pembubaran sebuah acara diskusi oleh salah satu ormas keagamaan kebanggaan tanah air. Aneh. Nonton dangdut terus rusuh lalu dibubarin, itu masih masuk akal. Tetapi orang sedang berdiskusi lalu dibubarin, ya-ampun-Gusti tidak masuk akal sama sekali. Saat itu saya langsung teringat dengan ucapan Rizky Akbar bertahun-tahun lalu, "sejenis orang yang maboknya reseh". Dari situlah lirik lagu ini mulai menemukan bentuknya. Lirik "legiun bandit" sendiri saya comot dari salah satu judul cerpen Hasan Blassim, yang saya kira cocok untuk menggambarkan gerombolan pemabuk yang satu ini. Pulanglah, Kau Mabuk pertama kali dibawakan di acara Summersound Festival. Seusai acara saya diprotes Obet karena sound gitar saya terlalu bising. Pada akhir 2016, dibantu oleh Luigi Riva, puppyhansen sempat merekam lagu ini di Jags Studio. Tetapi karena masih dirasa kurang pas, hasil rekaman itu ditelantarkan begitu saja sampai waktu yang sangat lama. Faktor lainnya yang membuat lagu itu terbengkalai adalah karena saat itu puppyhansen belum mempunyai seorang drummer resmi. Lagu ini kembali digarap setelah Innu Akbar resmi bergabung sebagai drummer puppyhansen. Mendapat suntikan tenaga (sekaligus dana) penggarapan lagu ini kembali dikebut. Saat itu Obet juga sudah menemukan formula yang cocok untuk lagu ini. Ia mencoret bassline di bagian sebelum noise masuk, mempercepat tempo lag menjadi 212 rpm, dan mencampur Big Muff + Boss DS-2 + Boss DD-7 untuk mendapatkan suara bising seperti gemuruh badai. Hasilnya ; lumayan bisa bikin saya nyengir. Saya meminta bantuan Emen Suplemen untuk mengerjakan artwork untuk lagu ini. Setelah saya memperdengarkan materinya Emen langsung merespon dengan sebuah gambar setan yang sedang jackpot. Saya dan Kontong merasa kurang cocok dengan gambar setan itu karena terlihat terlalu Pee Wee Gaskins, tetapi kami sendiri bingung harus memakai sosok siapa untuk pemabuk yang sedang jackpot itu. Kontong menolak untuk memakai sosok Habib Riziq. Saya juga tidak setuju kalau memakai sosok Hitler, karena para pemabuk itu bukan hanya golongan mereka. Kadang kita sendiri juga terlalu mabuk dengan kebenaran versi kita. Akhirnya saya menemukan sosok yang tepat untuk gambar pemabuk itu. "Men, mohon maaf, gambar setannya bisa diganti enggak?" "Diganti sama gambar siapa, Mas?" "JOHNNY RAMONE!" Post scriptum : Pulanglah, Kau Mabuk resmi dirilis setahun setelah singel pertama puppyhansen. Sialan. Band ini merilis singel setahun sekali, jarang latihan, dan sesekali manggung. Berdo'a saja semoga usianya seawet pertemanan saya dengan Rizky Akbar.
0 notes
Text
Jay Park, Mesinsuara, dan Tips Agar Hidup Selalu Gembira
"Jadi gimana ceritanya kamu bisa kenal sama Kontong?" Jay Park, orang yang saya tanya, malah melolos sebatang Djarum Super dari bungkusnya dan celingukan mencari mancis. Saya menyodorkan mancis milik saya dan Jay Park langsung membakar rokoknya. "Waktu itu ada acara apa gitu ya kita lupa lagi. Pokoknya yang maen DJ Urine dari Prancis. Kontong juga maen sebagai DJ Kontong. Nah terus acaranya dibubarin sama polisi." "Lha kok bisa sih, Jay?" "Jadi si polisinya tuh ngeliat ada logo LA Light di tenda. Dikiranya acara itu dapet duit dari LA. Padahal mah enggak. LA cuma ngasih tenda doang, tok. Terus dipanggil tuh si penanggung jawab acara, si Wildan sama siapa lagi ya kita lupa. Intinya sih si polisi minta duit. Kata si Wildan, 'wah Pak kalo duit mah saya enggak punya, nih ada 200 ribu mau enggak?' Polisinya enggak mau. Jadi acara dibubarin." Jay Park menghisap rokoknya. "Abis dibubarin gitu kan kita pada ngumpul tuh sambil makan nasi kuning. Kita lihat Mas Kontong duduk aja sendirian di pojokan, enggak ada temennya. Melas banget lihatnya." "Terus kamu samperin dan minta kenalan, Jay?" "Ya, enggak juga, Mas. Tapi gara-gara acara itu Mas Kontong jadi sering nongkrong di Warcup. Lama-lama kenal sendiri jadinya." Itu adalah beberapa potong percakapan saya dengan Jay Park. Masih ada beberapa potong percakapan lainnya. Kami berbincang tentang masa lalu dan masa depan. Tentang pengalaman Jay Park dicoliin pacarnya, tentang Ucup yang otoriter, tentang Pürr dan band-band muda potensial di Cirebon, tentang cita-cita Jay Park, tentang rencananya bekerja di Korea, tentang usaha warung nasi dan bengkelnya, tentang orang gila yang sering dia post di Insta-storynya, tentang orang yang dituduh maling ampli mesjid lalu dibakar sampai mampus, tentang suporter bola yang dikeroyok sesama suporter sampai mampus, tentang umur teman-temannya (Opal, Yoga, Dino, Ian, Ganes, Ina, Dedy) dan tentu saja tentang perkenalannya dengan Kontong. Saya sendiri sebelumnya tidak terlalu dekat dengan Jay Park. Saya hanya mendengar beberapa petingkah ajaibnya saja dari Kontong, misalnya ; Jay Park pernah telanjang bulat saat mandi di tempat pemandian umum. Waktu itu sudah malam, tetapi belum terlalu malam. Udaranya dingin. Saya terus-terusan memakai jaket. Kami sedang berada di Sukabumi. Sore tadi, puppyhansen baru selesai bermain di acara Soundsation. Lancar, setidaknya jika dibandingkan dengan penampilan kami minggu lalu. Mood kami sepertinya sedang baik. Sambutan dari penonton juga lumayan hangat, meskipun itu adalah kali pertama kami bermain di Sukabumi. Kami menginap di Mesinsuara, sebuah kafe penjual susu nomor satu di Sukabumi yang kini beralih fungsi menjadi altar suci bagi para sobat Intisari. "Di sini mah hampir setiap hari. Tuh lihat botol bekas kemarin." saya teringat ucapan Maliq siang tadi begitu kami tiba di Mesinsuara. Subhanalloh. Panjang umur, Mesinsuara. Hanya ada saya, Jay Park, dan Obet malam itu di Mesinsuara. Sandi, Kontong, dan Innu sudah masuk kamar terlebih dahulu. Mungkin mereka lelah dan lebih memilih beristirahat. Saya sendiri belum mengantuk dan memilih untuk selonjoran sambil memutar lagu Konservatif milik The Adams. Entah kenapa seharian ini lagu itu terus berputar di kepala saya. Tiga puluh menit sebelumnya seorang ibu-ibu mendatangi kami. Ia tampaknya sedang jengkel dan mencari-cari orang bernama Ucok. "Ucok mana?! Ucok mana?!" katanya seraya berkacak pinggang. Kami bilang kami tidak tahu karena kami cuma tamu di sini. "Ya sudah. Nanti kalo ketemu Ucok bilangin dicariin ibu sebelah." katanya sebelum ngeloyor pergi. Kami jadi agak was was. Jangan-jangan si Ibu adalah pemilik tempat ini dan si Ucok sudah menunggak sewa selama 3 bulan dan kami harus segera angkat kaki dari sini. Saya jadi penasaran dengan orang bernama Ucok. *** Sukabumi adalah kota pertama yang disinggahi puppyhansen di luar Cirebon. Saya sendiri belum pernah ke Sukabumi. Saya hanya pernah ke Pantai Sawarna, yang menurut Ilham Bagas Pangestu, terletak lebih dekat ke Banten daripada Sukabumi. Kami berangkat pukul dua pagi dari Cirebon. Awalnya saya pikir puppyhansen akan berangkat bersama Ganes atau Wildan, tetapi begitu saya membuka pintu mobil Jay Park sudah terduduk di sana dengan topi The Flashnya yang menawan. Innu yang pertama nyetir. Saya sebetulnya ingin menemani Innu supaya tidak mengantuk saat nyetir, tetapi saya sendiri ngantuk dan ujung-ujungnya malah tertidur. Mobil berhenti saat tiba di Jatinangor. Saya dan Innu keluar untuk menumpang kencing dan cuci muka. Dari Jatinangor kemudi diambil alih oleh Obet. Dan saya lagi-lagi tertidur. Mobil kembali berhenti di dekat perbatasan Bandung-Cianjur. Kali ini agak lama. Kontong membeli roti, Obet membeli rokok, saya memesan kopi, Sandi menumpang berak, dan Jay Park memesan Energen panas yang langsung ia minum dan mulutnya terbakar seketika. Betul kata Kontong, petingkahnya memang ajaib. Perjalanan selanjutnya menjadi terasa lebih ceria dengan cerita-cerita dari Jay Park. Sekali waktu di bulan Ramadhan, Jay Park didatangi Kontong. Kontong mengaku sedang melakukan survey untuk sebuah produk multivitamin dan Jay Park diminta menjadi salah satu respondennya. Kontong kemudian memberinya sebuah pil. "Ini multivitamin, Jay, sebagai penambah tenaga saat puasa." Melihat Kontong dengan pakaian dinasnya, Jay Park tidak menaruh curiga sedikit pun. Kontong bahkan sempat menawarinya pemeriksaan gula darah segala tetapi batal dengan alasan jarum untuk mengambil darahnya habis. Jay Park mulai curiga ketika malam seusai sholat Taraweh ia membaca pesan dari Kontong. "Gimana, Jay? Ada perubahan yang ira rasain enggak?" Tubuhnya memang terasa lebih bugar, tapi masalahnya kontolnya jadi lebih gampang ngaceng meskipun ia sedang tidak berpikiran mesum. Jay Park teringat saat sedang sholat Taraweh tadi tiap kali kontolnya mengenai sarung ia langsung ngaceng. "Gesek dikit, ngaceng. Gesek dikit, ngaceng." Anjing. Seisi mobil langsung tertawa kencang saat mendengarnya. "Ira pasti lagi mikir mesum, Jay, makanya ngaceng bae." Kontong mencoba ngeles. "Demi Alloh enggak, Mas. Orang kita lagi sholat jeh masa mikir mesum?" "Terus pas ke Warcup, Teh Ina mancing-mancing lagi. 'Eeh, Jay, kok celana ira nonjol sih? Ira lagi ngaceng tah?' Kita isin pisan jadinya." Anjing. Anjing. Seisi mobil kembali meledak dalam tawa. *** Kota Sukabumi mengingatkan saya pada Kuningan. Udara, jalan, bangunan, dan bahkan pohon-pohonnya mirip sekali dengan Kuningan. Bedanya, di sini tidak tercium bau tai kuda. Saya teringat pedestrian di sepanjang jalan Siliwangi. Juga deretan toko-tokonya. Saya merasa seperti sedang pulang ke rumah. Ilham Bagas Pangestu menyambut kami begitu tiba di venue. Ia mengenakan kaos Efek Rumah Kaca yang sama seperti yang sering dipakai Obet. Kontong ngomong ke Obet, "untung u enggak make kaos yang sama, Bet." Suar Dan Temaram sedang soundcek di panggung. Kami diajak berkeliling oleh Ilham Bagas Pangestu. Venuenya terletak di belakang deretan ruko dengan panggung yang tidak terlalu besar. Saya sendiri sebetulnya tidak terlalu suka dengan panggung yang besar. Panggung besar membuat band dan penonton terasa berjarak. Saya seperti merasa sedang ngeband sendirian. Hanya satu kekurangannya ; tidak ada toilet di venue. Jadi, pagi itu saya, Innu, dan Jay Park terpaksa kencing di belukar sekitaran venue. Sambil menunggu soundcek saya memesan cokelat panas di warung kecil sekitaran venue. Mantan pacar saya pernah bilang minum cokelat panas bisa membantu membuat suasana hatimu senantiasa bergembira. *** Puppyhansen membawakan tiga lagu ditambah satu cover version milik Sonic Youth sore itu. Dan untuk pertama kalinya kami membuka setlist dengan Dinamit. Biasanya lagu itu dibawakan sebagai penutup. Tapi kali ini lagu itu dibawa di awal. Sambutan dari penonton lumayan hangat. Atau biasa saja. Saya tidak terlalu peduli. Yang jelas mood kami sedang baik hari itu. Saya kira cerita gesek-dikit-ngaceng dari Jay Park membantu menjaga mood kami tetap baik. Jadi jika kamu kepingin suasana hatimu selalu bergembira silahkan ikuti dua tips berikut ini ; minum cokelat hangat dan mendengarkan cerita gesek-dikit-ngaceng dari Jay Park. *** "A, Ucok teh yang mana ya orangnya?" tanya saya pada Ilham Bagas Pangestu begitu ia tiba di Mesinsuara. Suasana yang tadinya sepi sekarang sudah mulai ramai. Tampaknya acara Soundsation sudah beres dan para penghuni Mesinsuara kembali berkumpul ke kandangnya. "Kenapa emangnya dengan si Ucok?" "Itu, A, dia dicariin sama ibu-ibu sebelah." "Ohhh iya iya. Ucok itu si Maliq. Di sini mah dia dikenalnya Ucok." "Ohhh si Maliq?! Iya tadi ada ibu-ibu nyariin dia, A. Serem euy, ibu-ibunya teh kayak yang marah." Ilham Bagas Pangestu hanya tersenyum. Saya jadi heran. "Itu dua hari yang lalu si Ucok beli sate dan belum bayar." jawabnya dengan tampang biasa saja seolah-olah utang sate adalah hal yang biasa terjadi di Mesinsuara. Anjing. *** Botol pertama : Kami menempuh 7 jam perjalanan darat menuju Sukabumi tapi ujung-ujungnya kembali bertemu dengan orang Cirebon. Maliq alias Ucok ternyata menghabiskan masa SD sampe SMP di Cirebon. Lalu Abah, orang dibalik Sukabumistore, juga lama menghabiskan waktunya di Cirebon. Dan terakhir Faiz, yang menyapa saya dengan ramah, juga pernah tinggal lama di Cirebon. Kami jauh-jauh pergi dari Cirebon untuk bertemu kembali dengan orang-orang Cirebon. Botol kedua : Kontong yang sedari tadi diam di kamar kini ikut bergabung. Gantian Obet yang masuk kamar. Jadi di sana ada saya, Jay Park, dan Kontong. Suasananya sudah semakin ramai. Tapi di kepala saya lagu Konservatif milik The Adams masih terus mengalun. Botol ketiga : Omti Wekem masuk. Makhluk yang satu ini lebih ajaib dari Jay Park. Malam itu ia sedang ngoceh-ngoceh gara-gara diturunin dari panggung. Alasannya : COLI di panggung. Anjing. Botol ke empat : Krovosh, band grunge-revivalist asal Subang ikut mampir ke Mesinsuara. Tadi sore kami bertemu di venue. Goy, vokalisnya, adalah perpaduan antara Kurt Cobain dan rambut keriwil Slash. Saya dan Kontong ngobrol-ngobrol tentang Nirvana dan skena grunge di kota kami masing-masing. Botol ke lima : Krovosh hanya mampir sebentar. Mereka berencana langsung balik ke Subang. Kami berpamitan. Saya melirik ke samping, dan Jay Park sudah menghilang. Anjing. Tinggal saya dan Kontong. Botol selanjutnya : Saya tahu ada beberapa orang yang mendadak menunjukkan bakat ajaibnya saat sedang mabuk. Ada yang mendadak berubah menjadi nabi, ada yang menjadi filsuf, bahkan ada yang menjadi pakar telematika. Untuk kasus Omti Wekem, ia malah makin lancar ngerap. Saya saja saat sadar sering lupa lirik lagu sendiri, Omti Wekem malah makin lancar ngerap. Subhanalloh. Botol selanjutnya lagi : Omti Wekem tinggal pake kancut doang. Sebelum putaran terakhir : Kontong menyeret saya dari dalam kamar. Putaran terakhir : Saya ambruk. Hal terakhir yang saya ingat adalah Omti Wekem yang tidak pake celana dan sepenggal lirik lagu Konservatif yang dari tadi terus berputar di dalam kepala saya. "Siang kusaksikan engkau terduduk sendiri dengan kostummu yang berkilau. Dan angin sedang kencang-kencang berhembus di Jakarta..." Saya membayangkan seorang perempuan, tetapi tidak tahu siapa.
0 notes
Text
Tujuh Lagu Terbaik Noah Versi Kacrut Kowalskii
Semua berawal gara-gara secara enggak sengaja saya mendengar lagu Sajadah Panjang diputar di radio. Dari suara vokal sengaunya saya sudah bisa menebak kalau lagu milik Bimbo itu dibawakan ulang oleh Noah. Seketika itu juga saya kembali teringat kepada Noah, band yang dulu bernama Peterpan, teringat masa-masa SMP dan SMA saya, cinta monyet saya, dan betapa saya ternyata masih seorang Sahabat Noah. Harus saya akui kalau saya memang masih seorang Sahabat Noah sampai sekarang, meskipun bukan termasuk yang paling fanatik. Album terakhir mereka yang saya dengarkan adalah album Seperti Seharusnya, album pertama Noah setelah berganti nama plus beberapa konflik (termasuk film dokumenter Ariel yang subhanalooh saya lihat bareng sama teman-teman perempuan saya di kampus). Album itu ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi awal saya. Bagi saya album terbaik mereka masih ditempati oleh album Hari Yang Cerah. Setelah album Seperti Seharusnya, saya sudah enggak pernah mendengarkan Noah lagi, meskipun sesekali masih menyimak berita mereka (yaah dikit-dikit saya juga mengikuti perkembangan asmara Ariel dan Tante Sophia Latjuba sih). Sampai kemudian saya mendengar lagu Sajadah Panjang di radio dan sepulang kerja, dalam perjalanan ke rumah di dalam kereta komuter, saya memutar kembali lagu-lagu Noah (dan Peterpan) melalui Spotify, meskipun sayangnya ternyata album Bintang Di Surga dan Hari Yang Cerah belum tersedia. Noah datang dalam hidup saya tepat saat saya mulai kasmaran sama cewek. Cinta monyet, cinta beruk, atau apalah itu namanya. Pokoknya masa-masa saat jatuh cinta terasa seperti kesetrum listrik, atau mengutip kata-kata Cacing Sunarya, seperti biji pelermu ditinju secara brutal, atau seperti yang Mashiro bilang dalam komik Bakuman, jatuh cinta yang membuat dadamu terasa sesak. Beuuh! Noah datang di masa-masa itu. Setidaknya, lagu-lagu mereka menjadi soundtrack masa pacaran saya dengan tiga orang cewek. Kukatakan Dengan Indah saya putar berulang-ulang setelah putus dengan si Ayu gara-gara dia selingkuh dengan teman saya sendiri (silit kuda!). Di Belakangku juga menjadi soundtrack saat saya putus sama si Tia gara-gara dia selingkuh dengan si Robi, adiknya Teh Leny. Dan album OST Alexandria serta album Hari Yang Cerah menemani masa-masa suram saya saat di SMA yang sering dirisak oleh senior dan dimarahin oleh pacar saya si Endah. Dan, anjing, kenapa hidup saya terasa memilukan sekali sih? Bagi saya, Noah adalah band pop arus utama terakhir yang saya sukai setelah Dewa 19 mulai enggak jelas (Ahmad Dhani sih sebenarnya yang mulai enggak jelas). Generasi setelah Noah seperti Nidji, Dmassiv, Geisha, dan beberapa band pop melayu, tidak sekali pun menarik minat saya sehingga saya pun tidak pernah mendengarkan album-albumnya (kecuali dua album pertama Nidji yang saya rasa masih lumayan), Setelah peristiwa lagu Sajadah Panjang itu, saya menghabiskan semalaman dengan mendengarkan kembali lagu-lagu Noah sambil sesekali mengenang mantan-mantan pacar saya (apa kabar si Ayu? Apakah ia masih secantik dulu? Atau gimana kabar si Tia? Terakhir saya lihat fotonya di instagram alisnya makin tebal seperti Sinchan. Dan apa yang sedang si Endah kerjakan? Apakah ia masih sering marah-marah seperti Bu Linda?) dan iseng-iseng saya menyusun daftar tujuh lagu Noah (Peterpan) kesukaan saya. Lagu-lagu ini saya urutkan berdasarkan urutan album-album mereka dan saya sengaja tidak menyertakan beberapa lagu cover version yang mereka rekam. 1. Aku Dan Bintang (album Taman Langit). Noah, khususnya Ariel si penulis lirik, hadir dengan tema kesendirian (selain perkara patah hati, tentu saja) di sebagian besar lagu-lagunya. Sebagai seseorang yang selalu merasa kesulitan dalam bergaul dengan orang lain, tema kesendirian itu begitu mengena di hati saya. Salah satu lagu bertema kesendirian yang saya suka adalah lagu ini. Dengan sound gitar crunchy warisan The Smith dan generasi Britpop awal, lagu ini terasa begitu riang didengar untuk para penyendiri. Coba deh malam-malam kamu keluar rumah, duduk di teras, genjreng gitar, dan mainkan lagu ini. Rasanya n t a p s. 2.Tertinggalkan Waktu (album Taman Langit). Masih dari album Taman Langit. Bagi sebagian besar Sahabat Noah, lagu ini mungkin termasuk ke dalam daftar lagu yang terlupakan. Kebanyakan dari mereka lebih memilih Yang Terdalam, atau Sahabat, atau Semua Tentang Kita, tapi saya justru lebih menyukai lagu ini. Aransemennya masih sederhana dan gaya nyanyi Ariel masih belum macam-macam. Saat perpisahan kelas semasa SMP, kawan saya si Aan Rosdiana membawakan lagu ini di panggung. Kawan saya yang lain si kembar Rika-Riki membawakan Punk Hari Ininya Superman Is Dead. Sementara band saya membawakan Cinderellanya Radja. Duuuuh gusti.. 3. Kukatakan Dengan Indah (album Bintang Di Surga). Album paling fenomenal milik Noah (saat itu masih Peterpan sih). Tiba-tiba semua orang menjadi Sahabat Noah. Tapi bagi saya album ini masih kalah jauh dibandingkan dengan album Hari Yang Cerah. Secara musikalitas mungkin sudah lebih baik dari Taman Langit. Jika di album sebelumnya pengaruh Britpop ala ala Oasis begitu terasa maka di album ini kiblatnya sedikit beralih ke Britpop modern yang dibawa oleh Keane dan Coldplay. Kukatakan Dengan Indah adalah favorit saya dari album ini. Durasinya yang mencapai lima menit tidak akan membuatmu bosan. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, saya memutarnya terus menerus saat putus dari si Ayu. Coba kamu dengar tarikan nafas Ariel sebelum ia bernyanyi, "kau hancurkan hatiku, hancurkan lagi.." Rasa kecewanya sama seperti saat kamu diselingkuhin! Hhhh. 4. Menunggu Pagi (album OST Alexandria). Saya termasuk ke dalam salah satu pemirsa televisi yang menonton launching album ini yang disiarkan di enam stasiun televisi nasional. Saat itu Noah memang sudah jadi sebuah fenomena, sementara album terbaru mereka selepas Bintang Di Surga belum juga dirilis. Makanya rilisnya album soundtrack film Alexandria ini mendapat antusias yang luar biasa. Materi albumnya lumayan, bahkan ada sebuah lagu dari India yang dituduh menjiplak lagu Tak Bisakah. Saya sendiri sangat menyukai Menunggu Pagi. Komposisinya sedikit unik dibandingkan dengan karya Noah yang lainnya. Porsi nyanyinya dikit, sisanya instrumental. Ada rasa-rasa dari Champagne Supernova milik Oasis di bagian menuju akhir lagu. 5. Menghapus Jejakmu (album Hari Yang Cerah). Ini adalah album Noah favorit saya sepanjang masa. Ada jeda yang cukup lama dari waktu rilisnya album Bintang Di Surga ke album ini. Tapi hasilnya setimpal. Racikan sempurna British pop ala Keane dengan American Modern Rock ala The Killers (tambah sedikit nuansa Angels And Airwaves). Menghapus Jejakmu saya dengar pertama kali di bangku kelas dua SMA. Lagu yang simpel. Kawan saya si Zaki Zakaria Firdausi, langsung bisa memainkan lagu ini dengan gitar setelah mendengarnya di kali pertama. Ini merupakan lagu ajakan move on yang enggak mendayu-dayu. Riang, seriang langkah Ariel dan Dian Sastro di video klipnya. 5. Di Balik Awan (album Hari Yang Cerah). Sampai sekarang saya menyebut Di Balik Awan sebagai mahakarya milik Noah. Coba saja dengar intro lagunya, tidak seklise band-band pop arus utama lainnya. Dan lirik pembukanya, sampai saat ini, masih termasuk dalam jejeran lirik terbaik milik Ariel. "Ku tak selalu berdiri, terkadang hidup memilukan.." Setiap kali bersedih saya selalu menyempatkan untuk memutar lagu ini. Ya, karena terkadang hidup memang memilukan. 6. Walau Habis Terang (album Sebuah Nama, Sebuah Cerita). Jika Di Balik Awan adalah mahakarya, hanya ada satu kata buat lagu ini, brilian! Jika saja sound gitarnya dikurangi dan sound kibor lebih mendominasi dan vokal Ariel diganti dengan suara falsetto seperti Tom Chaplin, maka lagu ini akan menjadi lagu milik Keane. "Peluk tubuhku untuk sejenak, dan biarkan kita memudar dengan pasti.." Sebuah lagu perpisahan yang terdengar sangat elegan. 7. Separuh Aku (album Seperti Seharusnya). Di album ini, mereka sudah memakai nama Noah dan Mr. David masuk untuk mengisi departemen kibor yang selama ini kosong. Masuknya Mr. David terasa sangat berpengaruh sekali terhadap musikalitas Noah. Secara sound mereka menjadi lebih bervariasi. Mereka mungkin akan beralih menjadi band rock stadium macam U2. Yah, mungkin, selepas beberapa album lagi. Salah satu sumbangsih Mr. David lainnya adalah lagu ini. Menurut saya cuma ini satu-satunya lagu bagus dari album Seperti Seharusnya, di saat Ariel tampaknya sedang mentok dalam menulis lirik sampai-sampai Ryan Dmassiv harus ikut menyumbang lirik di lagu Hidup Untukmu, Mati Untukmu. Lirik "semua lukamu telah menjadi lirikku" dalam lagu ini adalah bagian terbaiknya. Begitulah. Sebenarnya masih ada beberapa lagu lain yang ingin saya masukkan, terutama yang berasal dari album Hari Yang Cerah, hanya saja mengingat jatahnya cuma tujuh lagu jadi ya cuma itu saja.
0 notes
Photo
DINAMIT Oleh Manihot Utilissima Kacrut Kowalskii menulis lagu ini di kamar kosnya saat ia masih indekos di daerah Kampung Melayu sekitar tahun 2014. Awalnya lagu ini ia beri judul Shine Bright Like A Damon, konon dimaksudkan sebagai sebuah penghormatan untuk Damon Albarn, vokalis Blur. Seperti kebanyakan lagu Kacrut Kowalskii lainnya, liriknya masih berantakan dan asal-asalan. Karena saat itu ia tidak mempunyai band maka lagu itu ia biarkan saja tanpa pernah diselesaikan. Saat puppyhansen terbentuk pada pertengahan 2015, setelah ia bertemu dengan Arap Paong di depan ruang 10 kampus Unswagati, Kacrut Kowalskii memperkenalkan lagu ini di latihan kali kedua mereka. Di latihan pertama, mereka berhasil menyelesaikan sebuah lagu milik Arap Paong yang berjudul Super Konton666, yang sampai saat ini belum bisa dirilis terkait dengan pencatutan nama manager mereka sendiri sebagai lirik lagu. Sampai saat itu lirik lagu Dinamit belum terbentuk sama sekali. Setelah melihat sebuah buku tentang anarkisme terbitan penerbit Marjin Kiri, Kacrut Kowalskii merasa kalau judul buku itu cocok untuk mengisi baris pertama lirik lagunya. Kalimat "aku bukan manusia, aku dinamit" kemudian ia comot dan pakai. Belakangan Kacrut Kowalskii tahu kalau kalimat itu berasal dari tulisan Nietzsche. Saat saya tanya pengaruh Nietzsche dalam lagu ini Kacrut Kowalskii cuma bilang, "Enggak ada kayaknya, aing aja enggak ngerti Nietzsche omong apaan?" Liriknya baru selesai semua saat puppyhansen ditawari bermain di acara Creative Youth Culture 2. Kacrut Kowalskii mengaku kalau ia meniru gaya penulisan lirik Cholil Mahmud dari Efek Rumah Kaca untuk lagu Balerina. "Balerina itu salah satu lagu ERK kesukaan aing. Liriknya bagus pisan, menganalogikan kehidupan seperti seorang balerina. Nah, teknik analogi itu yang terus aing pakai buat lagu Dinamit." katanya. Setelah lirik lagu itu beres Kacrut Kowalskii memberinya judul Aku Bukan Manusia, Aku Dinamit yang langsung diprotes oleh Arap Paong, "Anjing judul lagu panjang-panjang banget kayak band emo. Udah Dinamit aja." Menuruti saran Arap Paong, lagu itu akhirnya diberi judul Dinamit. Dinamit akhirnya dibawakan secara langsung untuk pertama kalinya di acara Creative Youth Culture 2 pada 10 Oktober 2015. Acara itu juga merupakan penampilan puppyhansen untuk pertama kalinya di depan publik. Saat itu intro drumnya masih berbeda dengan intro drum yang ada di dalam rekaman. Kacrut Kowalskii, yang sangat menggemari Nirvana, kemudian meminta Obeth mengubah intro drumnya menjadi seperti intro drum pada lagu Breed, dan bagian intro itulah yang kemudian dipakai di rekaman. Dinamit direkam di JAGs Studio, sebuah studio musik di kawasan Majasem, pada 20 Februari 2016, tepat di haul Kurt Cobain yang ke 49. Lagu itu sempat mengalami dua kali proses mixing karena Kacrut Kowalskii mengaku belum puas dengan sound gitarnya. "Kurang berisik, kurang kotor. Yang kedua agak lumayan sih, meskipun buat vokal mah sama sekali udah enggak ketolong. Anjing lah" katanya sambil tergelak. "Untuk artwork lagu ini siapa yang bikin?" tanya saya. "Itu bikinannya Toro Elmar. Sebelumnya sempat minta sama beberapa orang tapi ternyata enggak cocok. Terus aing baca novel Kamu karya Sabda Armandio dan aing lihat ilustrasinya keren, macam novel grafis gitu, terus aing lihat yang bikin Toro Elmar, terus aing hubungin deh si Toro. Pas aing ke Toro, aing cuma kasih gambar kasar sama contoh lagunya, terus dia bikin sketsa kasarnya dan aing langsung cocok. Ya udah jadi lah." Kacrut Kowalskii menjelaskan secara panjang lebar. Setelah tertunda selama beberapa bulan, akhirnya singel Dinamit resmi dirilis pada 9 Oktober kemarin, bertepatan dengan gelaran Cassette Store Day. Bagi yang ingin mendengarnya bisa segera meluncur ke akun soundcloud puppyhansen. (https://soundcloud.com/puppyhansen/puppyhansen-dinamit)
0 notes
Photo
Summersound Festival Vol.2 Famouz Cafe, 22 Juli 2016 Difoto oleh Rizal Hariwijaya (atau kami senang memanggilnya Aa Ijal)
0 notes
Text
Di balik Panggung Summersound Festival Vol. 2 : Misteri Hilangnya Kunci Motor Arap Paong dan Rahasia Obet
Oleh Kacrvt Kowalskii "Kamu tahu enggak? Kalau kita berbagi sake pada cangkir yang sama, maka kita akan menjadi saudara." begitu kata Portgas D. Ace kecil kepada Luffy dan Sabo. Tapi malam itu tidak ada sake, tidak ada Ace, Luffy, atau Sabo. Yang ada hanya dua buah botol bir, Rahmat Zulfikar dan saya. Rahmat Zulfikar adalah salah seorang teman kuliah saya yang menepati janjinya untuk datang menonton Puppyhansen malam itu. 10 meter di depan meja tempat kami duduk, Kelompok Penerbang Roket sedang menggeber Let's Dance Together, sebuah lagu Panbers yang mereka bawakan ulang dan albumnya sempat menjadi bonus majalah Rolling Stone. Penonton bergoyang dan menggila, sementara saya menelan ludah dan memaki dalam hati, silit kuda! Saya sengaja tidak ikut dalam keriaan penonton di depan panggung. Baterai ponsel saya sekarat dan saya lebih memilih untuk mencari colokan listrik daripada melihat penampilan Kelompok Penerbang Roket. Saya menemukan sebuah meja kosong lalu memesan dua botol bir dan mengobrol dengan Rahmat Zulfikar sambil sesekali melihat ke arah panggung. Di sela obrolan kami, rekan band saya si Arap Paong masih terlihat mondar-mandir mencari kunci motornya yang hilang. Ia bilang sudah memeriksa semua tempat yang disinggahinya malam itu tapi kunci motornya belum ketemu. Saya bilang mungkin jatuh di panggung saat Puppyhansen main, tapi Arap Paong yakin 100% kalau ia masih melihat kunci motornya di atas meja setelah Puppyhansen selesai bermain. Arap Paong memutuskan untuk kembali memeriksanya di mobil Obet, ia menduga mungkin kuncinya tidak sengaja terbawa ke dalam salah satu tas gitar yang ada di mobil Obet. Ia mengajak Aldino lalu meninggalkan saya. Saya kembali mengobrol dengan Rahmat Zulfikar. "Wah, puppyhansen keren banget, Pak! Enggak rugi saya datang ke sini!" puji Rahmat Zulfikar. Hidung saya mengembang. Lalu saya teringat nasihat dari Antonio bahwa setiap pujian adalah ujian. Lalu hidung saya kempis kembali. "Terima kasih, Pak. Kamu orang satu-satunya yang bilang puppyhansen keren" balas saya. Saya lihat hidung Rahmat Zulfikar mengembang, tapi saya yakin bukan karena dia merasa tersanjung. Ukuran hidungnya memang lebih gede dari ukuran hidung rata-rata manusia Indonesia. Beberapa menit kemudian saya melihat Bunglay memasuki kafe. Saya melambaikan tangan ke arahnya dan ia tersenyum ketika melihat saya. Ia menggandeng seorang perempuan yang dinikahinya satu hari yang lalu. Saya merasa tidak enak hati karena belum kondangan sementara Bunglay sudah menepati janjinya untuk datang (meskipun ia melewatkan penampilan puppyhansen) dan di personal message BBMnya menulis, "menjadi puppy-family yang taat, selamat bersenang-senang". Bunglay juga adalah salah seorang teman kuliah saya yang saya rayu untuk datang. Dari 69 teman kuliah yang saya rayu untuk datang malam itu hanya dua orang yang bisa. Saya merasa sedih. Pilihan saya untuk minum bir di malam itu menjadi terasa benar. Bunglay mengambil meja di depan meja saya. Obet kemudian datang dan bergabung di meja Bunglay. Mereka sekelas ketika kuliah dan berteman dekat. Bunglay juga berteman dengan Rava bassistnya Hailey. Ia bilang dulunya mereka bertetangga. Bahkan Bunglay juga bilang kalau Ian si gitaris Hailey mirip sama Mas Maung teman saya. Luigi Riva kemudian datang dan bergabung di meja saya. Ia adalah additional drum puppyhansen malam itu. Setelah Obet menikah dan lututnya selalu terasa mau copot setiap kali bermain drum, Obet memutuskan untuk kembali bermain gitar. Karena itu setiap kali mau tampil puppyhansen selalu kerepotan mencari drummer. "Mas Luigi terima kasih sudah mau bermain drum untuk puppyhansen" kata saya. "Wah santai aja, Mas. Maaf ya tadi ada beberapa kali yang miss drumnya?" "Oh, woles saja Mas Luigi. Ingatlah, Mas Luigi, kalau kita sedang ngeband bukan sedang ngaji. Jadi jangan terlalu serius" Mas Luigi Riva tertawa. Sementara Arap Paong masih mencari kunci motornya. Setelah bolak-balik mencari dan kunci itu tetap tidak ketemu akhirnya Arap Paong memutuskan untuk meminjam motor si Oval buat pulang ke rumah mengambil kunci motor cadangan. Di panggung Kelompok Penerbang Roket sudah selesai bermain dan para penonton bubar satu demi satu. Sempat terjadi keributan kecil di luar. Saya bertanya kepada orang yang lewat ada ribut-ribut apa, ia jawab biasa. Sialan betul, keributan kok dibilang biasa? Sebelum pulang Rahmat Zulfikar dan Bunglay meminta berfoto bareng puppyhansen. Rahmat Zulfikar juga menawari saya untuk pulang bersamanya naik motor. Tapi kemudian Obet minta ditemani ke Ruang Alternatif karena ia harus mengantar peralatan band yang tadi dipakai oleh Hailey. Ia bilang tidak berani ke sana sendirian. Akhirnya saya pulang bareng Obet. Saya kemudian menyalami Rahmat Zulfikar dan memeluknya dan sekali lagi mengucapkan terima kasih atas kedatangannya. Kami berpisah dan saat itu sudah hampir pukul 12 malam dan saya tidak melihat Arap Paong. Mungkin ia sudah pulang naik motornya Oval. *** Ian sudah menunggu kami di Ruang Alternatif. Begitu mobil tiba ia membantu saya mengeluarkan perlatan band milik Hailey. Ian kemudian menemukan dua pasang stik drum dan bertanya stik itu milik siapa. Saya yang saat itu mengantuk berat bilang mungkin milik Obet. Sehari kemudian saya baru tahu kalau stik drum itu milik Bayu, drummernya Hailey. Saya sudah amat mengantuk dan tubuh saya lelah sekali. Di mobil hanya ada saya dan Obet dan suara radio yang entah sedang memutar lagu-lagu mellow milik siapa. Di perjalanan dari Ruang Alternatif menuju Kalitanjung, Obet bercerita banyak hal yang sebelumnya tidak pernah saya ketahui. Saya merasa terharu dan berjanji menyimpan ceritanya di dalam hati saya. Begitu mobil tiba di depan rumah mertua saya, cerita Obet juga berhenti. Saya menoleh ke arahnya dan melihat matanya berkaca-kaca. Mungkin ia sedang bahagia, mungkin ia sedih, atau mungkin ia sama seperti saya, mengantuk berat. Lalu saya mengambil bass milik Pak Herman yang dipinjam Arap Paong untuk bermain malam itu dan sebuah tas hitam yang saya kira milik Arap Paong. Saya membuka kaca jendela dan menyalami Obet. Lalu saya bilang, Bet tolong katakan sekali lagi. "Demi Alloh, saya ngefans sama kamu, Crut" katanya sambil menjabat tangan saya. Saya tertawa lalu berjalan meninggalkannya. Dua hari kemudian saya baru tahu kalau tas yang saya ambil ternyata bukan milik Arap Paong, melainkan milik si Wildan, vokalisnya Hailey. Tambahan : Pagi harinya di Grup Whats App Puppyhansen Nada, Arap Paong mengirim pesan kalau ternyata kunci motornya terselip di bagian belakang dompetnya. Silit Kuda!
0 notes
Photo
Jadwal qasidah puppyhansen bulan ini. Summersound Festival Vol. 2 bersama Hailey dan Kelompok Penerbang Roket. Wuiiiiiih mantaaaf.
Silahkan merapat ke Famouz Cafe (jalan Tuparev No.11, Cirebon), hari Jumat 22 Juli 2016.
k
Masuk gratis. Mabuk bayar.
0 notes
Photo
Dengan iming-iming sebotol bir gratis, Heru Setiawan alias Pedro akhirnya bersedia mengabadikan aksi panggung puppyhansen di gelaran Live Forever Vol. 9 kemarin. "Dro, kau tau? Eka Kurniawan pernah bilang, bir adalah kawan untuk semua lelaki sedih. Mari bersulang untuk kesedihan kita" begitu rayu Arap Paong yang bernasib sama sedihnya dengan Pedro. Dan agar Pedro tidak bertambah sedih lagi, kau bisa dengan bermurah hati memfollow akun instagramnya di @hrusetiawan. Terima kasih, Pedro dan jangan bersedih!
0 notes
Photo
LIVE FOREVER VOL. 9 Yoaaaa... Qasidahan puppyhansen selanjutnya adala gelaran Live Forever yang sekarang memasuki edisi ke sembilan! Luar biasa betul. Di gelaran kali ini puppyhansen akan bermain bersama Good Morning Breakfast, The Pilsner, dan Sigmun. Line up yang ntaaap beuud khan? Jadi buat manteman yang kebetulan tidak ada acara di akhir pekan ini silahkan datang sajoo ke Famouz Cafe, gratiiiiiiiis. Tapi tetep aja bawa uang sih biar bisa sekalian jajan rock dan mabu mabuan. Dunia ini memang selalu berujung pada uang. Hhhhh hhhhh.
0 notes
Photo
"Rap, mau bawain lagu apa nih?" tanya saya pada Arap Paong di sela-sela ritual kami menenggak Anggur Merah. "Wonderwall..." jawabnya lirih. "Kalau aku nyanyiin lagu itu, Crut, doi mungkin bakal suka." nada bicaranya semakin lirih, bersaing dengan suara kipas angin yang berputar-putar di atas kepala kami. Saya melihat Arap Paong. Saya melihat botol Anggur Merah. Botol masih terisi setengah. Tidak mungkin Arap Paong sudah mabuk. Kepala saya juga semakin ringan tapi saya belum terlalu mabuk. Tapi, anjing, kenapa Arap Paong tiba-tiba jadi baper begini?! Dengan berbekal uang dua juta rupiah hasil menjual motor Vespa milik adiknya ditambah sebotol Anggur Merah, malam tadi Arap Paong berangkat ke Jakarta bersama saya. Kami menumpang kereta yang sama meskipun duduk di gerbong yang berbeda. Arap Paong berniat mencari pekerjaan di Jakarta. Ia meninggalkan pekerjaannya yang lama karena sering cekcok dengan manajernya. Terakhir kali mereka ribut gara-gara janggut Arap Paong. "Rap, cukur tuh janggut" "Nggak mau. Sunah Rosul" "Rap, cukur tuh janggut" "Nggak mau. Sunah Rosul" "Rap, cukur tuh janggut" "Nggak mau. Sunah Rosul" Terus aja begitu sampai pendukung Jokowi sama Prabowo damai. Karena tidak tahan lagi, Arap Paong memutuskan berhenti padahal pekerjaan itu baru dilakoninya selama satu bulan. Arap Paong menginap di rumah saya yang terletak di daerah Tambun. Kami baru tiba sekitar pukul sebelas malam. Capek sebetulnya karena sore tadi Puppyhansen baru saja bermain di acara Monday Leisure Club. Selesai bermain kami buru-buru ke stasiun karena takut tertinggal kereta. Tiba di Jakarta saya harus mengambil motor yang sudah saya titipkan selama dua hari di kantor. Setelah itu kami baru berangkat menuju Tambun. Capek sekali. Tapi Anggur Merah yang Arap Paong bawa terlalu sayang untuk dilewatkan. Arap Paong lahir dari keluarga yang taat beragama. Ayahnya adalah seorang ketua DKM (Dewan Kemakmuran Mesjid) dan sering menjadi khatib di setiap sholat Jumat. Ibunya rutin menggelar pengajian di rumah. Leluhurnya adalah para pedagang dari Gujarat yang bermigrasi ke Cilimus pada awal abad 18 dan menjadi salah satu penyiar agama Islam di sana. Dari kecil Arap Paong sudah mendapat pelajaran agama yang keras dari ayahnya. Mengaji kitab kuning, membaca huruf Arab gundul, masuk pesantren, dan segala tetek bengek agama lainnya ia terima. Ia pernah dicambuk oleh guru ngajinya karena bolos mengaji dan lebih memilih bermain PS tapi malah bangga dengan bekas luka menyala merah di punggungnya dan memamerkannya seolah-olah ia adalah seorang jagoan. Dan, dasar anak badung, semua ajaran dan siksaan itu mental dari kepalanya. Arap Paong kecil malah lebih senang mengintip santri perempuan mandi daripada mengaji. (Kau boleh mengelus dada atau bertepuk tangan di bagian ini). Hobi mengintip santri perempuan mandi itu bertahan sampai Arap Paong mengalami mimpi basah pertamanya dan bulu-bulu di dadanya mulai tumbuh. Jika saja salah seorang temannya tidak kepergok mengintip lalu dihajar massa sampai semaput mungkin hobinya itu akan bertahan lebih lama lagi. Berhenti mengintip santri perempuan mandi tidak membuat Arap Paong menjadi lebih dekat kepada agama. Ia masih lebih memilih bermain PS daripada mengaji. Mengaji membuatnya bosan. Dan ia lebih rela punggungnya dicambuk oleh tali sumur. Saya tidak tahu apakah Arap Paong terlalu bodoh atau seorang masokis. Salah seorang kawan SMPnya kemudian mengenalkannya kepada salah satu substansi yang lebih nikmat daripada mengintip santri perempuan mandi, ganja. Arap Paong pertama kali menghisap ganja ketika kelas dua SMP. Kelas tiga SMP kawannya yang lain mengenalkannya kepada Cap Orang Tua. Akhirnya Arap Paong menemukan hobi baru sebagai pengganti hobinya mengintip santri perempuan mandi, mabu-mabuan. Album musik yang pertama kali dibeli oleh Arap Paong adalah Hybrid Theory dari Linkin Park. Saat itu Nu Metal memang sedang menjadi tren di mana-mana. Lagu In The End juga menjadi theme song game sepakbola Winning Eleven yang saat itu sering dimainkan oleh Arap Paong di rental PS. Tapi Arap Paong sudah akrab dengan musik sejak ia masih bocah ingusan berseragam putih merah. Bojong saat itu memang sedang riuh oleh band-band yang berkiblat ke Seatle Sound di Amerika sana. Salah satunya adalah Bavaria yang kemudian menjadi band grunge legendaris dari Kuningan dan kelak Arap Paong sempat bermain bass untuk band tersebut. Hampir setiap minggu balai desa Bojong dimeriahkan oleh festival musik. Bersama sepupunya Arap Paong sering datang menghadiri festival musik tersebut meskipun musik-musik yang dimainkannya masih asing di telinga bocah SD seperti dirinya. Arap Paong memainkan instrumen musik pertamanya ketika SMA. Ia menjadi seorang drummer dadakan, belum bermain bass seperti sekarang. Ia tergabung ke dalam sebuah band yang memainkan lagu Boomerang dan PAS band dan sesekali memainkan lagu Radja yang saat itu sedang merajai tangga lagu di radio. Saat perpisahan sekolahnya, band itu membawakan salah satu lagu milik Boomerang yang berjudul Kisah, sambil mabu-mabuan, tentu saja. Tapi saat itu Arap Paong belum berniat membikin band. Arap Paong sebetulnya tidak pernah berkeinginan untuk melanjutkan kuliah selepas ia lulus SMA. Ia lebih kepingin membuka usaha. Berdagang beras di pasar Cilimus atau berjualan miras yang menurutnya saat itu mempunyai prospek cerah. Kalau pun harus kuliah Arap Paong lebih kepingin masuk jurusan teknik daripada jurusan akuntansi yang dipilih oleh ayahnya. Tapi keinginan ayahnya tidak bisa ditolak oleh Arap Paong. Ia tidak diizinkan membuka usaha dan tidak diizinkan kuliah di jurusan teknik. Arap Paong akhirnya menuruti keinginan sang ayah untuk berkuliah di jurusan akuntansi. Mungkin, takdir sudah menuliskannya seperti itu. Kelak di kelasnya ia akan bertemu dengan Rizky Akbar yang akan membawanya berkenalan dengan Jemi Alpian. Jemi Alpian adalah rekan sepermabukan saya ketika saya masih berkuliah di akper. Jemi Alpian juga adalah kawan lama Obeth ketika ia les matematika sewaktu masih SMP. Dari Jemi Alpian lah saya berkenalan dengan Arap Paong. Saya pertama kali bertemu Arap Paong di depan ruang 10 Kampus Unswagati. Saat itu ia mengaku-ngaku sebagai Julian Casablancas. Tai. Sisanya, kau tahu sendirilah, saya mengajak Arap Paong untuk membikin band dan lahirlah Puppyhansen. Dan malam ini, dengan disaksikan oleh botol Anggur Merah, Arap Paong bilang kalau ia ingin membawakan lagu Wonderwall. Wonderwall adalah salah satu lagu yang terdapat di album kedua Oasis, What's The Story Morning Glory. Saya suka album itu. Ketika SMA saya selalu mendengarkan album itu setiap hari Minggu pagi, sesaat setelah saya bangun tidur. Saya tidak tahu kalau Arap Paong juga menyukai album itu. "Kalau aku nyanyiin lagu itu, Crut, doi mungkin bakal suka.." Saya tidak tahu "doi" siapa yang Arap Paong maksud. Dengan sisa-sisa kesadaran yang masih menempel di kepala, saya berusaha mengingat-ingat siapa "doi" yang dibilang oleh Arap Paong. Seingat saya mantan pacarnya baru menikah seminggu yang lalu. Mantan pacar sebelumnya malah sudah menikah tiga tahun yang lalu. "Doi siapa sih, Rap?" tanya saya penasaran. Arap Paong malah terkekeh. Tampaknya ia mulai mabuk. Ia tidak menjawab pertanyaan saya. Tangannya malah mengambil gitar yang ada di sampingnya. Saya menuang kembali Anggur Merah di gelasnya. Arap Paong mulai menggenjreeng gitarnya. Kepala saya semakin ringan saja. Kami tidak berbicara apa-apa lagi. Hanya saling bertukar gelas dan menghabiskan Anggur Merah di botol. Kepala saya semakin ringan. Dan, aduuuuh, saya teringat besok pagi harus masuk kantor. Mpok Ati bisa ngomel-ngomel lagi kalau sampai saya kembali tidak masuk kerja. Saya melirik Arap Paong, ia masih menggenjreeng gitarnya sambil sesekali merokok. Kepala saya semakin ringan dan ringan dan sepertinya saya mulai melayang. Di batas kesadaran saya yang terakhir sayup-sayup saya mendengar suara seseorang bernyanyi, And all the roads we have to walk are winding. And all the lights that lead us there are blinding. There are many things that I would Like to say to you But I don't know how. Because maybe You're gonna be the one that saves me And after all You're my wonderwall... Saya terlalu mabuk untuk memastikan apakah itu suara Arap Paong atau Liam Gallagher.
0 notes
Photo
Grup qasidah puppyhansen di acara Monday Leisure Club hari Senin kemarin. Terima kasih buat Wahaha dan rekan-rekan dibalik acara Monday Leisure Club. Foto oleh : Yoga Pratama NB : tadinya mau nyuruh Izma buat foto tapi anaknya masih tidur, jadi aja nyuruh si Yoga. Makasih ya, Yoga.
0 notes
Text
Menuju Super Kontong
Oleh Kacrvt Kowalskii Arap Paong tiba di rumah saya dengan setelan mantel yang menutupi seluruh tubuhnya. Sepatunya basah kuyup, untung saja baju dan celana dalamnya tidak. Saya tahu bagaimana tersiksanya memakai celana dalam yang basah. "Kehujanan di mana, Rap?" tanya saya. "Di Beber. Hujan badai, uy" jawabnya seraya membuka mantel. "Rumahnya si Iponk di Beber, kan?" "Iya. Desa hujan itu mah. Azab kali gara-gara ada si Iponk" Hari ini, Gus Ipunk teman saya berulang tahun ke 25 dan jika saja tidak bunuh diri maka Kurt Cobain akan berusia 49. Saya dan Arap Paong adalah penggemar Nirvana dan itulah salah satu alasan kenapa kami kemudian membentuk PUPPYHANSEN. Obeth bukan pengemar Nirvana. Ia lebih menyukai Stevie Ray Vaughan dan Gugun Blues Shelter meskipun anehnya ia mau saja kami ajak bergabung dengan PUPPYHANSEN. Jika menilik skill musiknya yang luar biasa, saya merasa heran kenapa Obeth tidak mempunyai band sendiri dan malah memilih bergabung dengan saya dan Arap Paong yang skill bermusiknya acak adul. Sampai tulisan ini selesai dibuat alasan Obeth masih belum bisa diketahui. Hari ini PUPPYHANSEN berencana merekam lagu pertama mereka dan saya ingin membual kalau kami sengaja memilih tanggal yang bertepatan dengan tanggal kelahiran Kurt Cobain agar terlihat keren. Meskipun kenyataannya tidak seperti itu. Kami sudah merencanakan merekam lagu ini sejak sebulan yang lalu. Tapi karena kesibukan masing-masing rencana itu baru bisa terlaksana hari ini. Seminggu sebelumnya kami sudah mencanangkan hari ini sebagai hari Menuju Super Kontong. "Kamu tahu nggak tempatnya, Crut?" tanya Arap Paong sebelum berangkat. "Nggak tahu sih. Tapi Obeth ngasih tahu jalannya di sms. Dari arah SMA 5 belok kanan, terus ada jembatan, masuk, di gang kedua masuk lagi mentok, sampe" saya menjelaskan secara panjang lebar kepada Arap Paong. Setelah menyimpan mantel yang tadi dipakainya di bagasi motor, Arap Paong menyalakan mesin motornya. Saya mengikat tali sepatu, memakai sweater dan langsung naik ke jok motor Arap Paong. Jok yang sama yang pernah disinggahi oleh Dara yang tiga minggu lagi akan menikah dan bukan dengan Arap Paong. Cerita yang sedih. Sayangnya saya sedang tidak ingin bercerita hal-hal yang membikin sedih jadi kisah telenovela tentang Dara dan Arap Paong saya cukupkan sampai di paragraf ini saja. Tempat yang kami tuju adalah JAGs Studio. Saya mendapat rekomendasi tempat itu dari kawan saya, Mas Azka Mau Ketawa (nama yang aneh, tapi heeey dunia ini memang penuh dengan hal-hal yang aneh, bukan?). Mas Azka pernah bilang kalau band butut sekalipun bisa berubah menjadi bagus di studio itu. Testimoni itu membuat saya tertarik. Saya kemudian mengutus Obeth untuk membooking satu tempat di sana pada hari Sabtu. Pas. Hari Sabtu kosong, pukul empat sore, jangan terlambat, begitu pesan Obeth kemudian. "Crut, Kontong ikut nggak?" di tengah perjalanan Arap Paong bertanya tentang Kontong. "Nggak, Rap. Dia lagi ke Brebes. Ikut acara save-save petani gitu deh" "Wah dia jadi aktivis sekarang ya?" "Iya, Rap. Aktivis. Aktivis memek" Kami berdua tertawa terbahak-bahak. Kontong adalah manajer kami. Ia satu-satunya orang di dunia ini yang mau memanajeri band ini. Ia adalah Brian Epsteinnya PUPPYHANSEN. Badannya gemuk. Mukanya lugu dan polos. Mungkin akan mengingatkanmu pada sosok Oscar dalam novel The Brief Wondrous Life of Oscar Wao karangan Junot Diaz meskipun secara garis nasib mereka berbeda 180 derajat. Nasib Kontong tidak semenyedihkan Oscar. Dibalik tampang polos dan lugunya ia menyimpan sesuatu yang sangat berbahaya, terutama untuk dedek-dedek gemes yang kurang waspada. Jika lengah sedikit saja, nasibmu bisa berakhir di atas ranjang di hotel kelas Melati seputaran Cirebon. Buaya berkedok Aa, begitu Mang Idham pernah berkomentar tentang kebinalan Kontong. Selain menjadi manajer untuk band kami, Kontong juga aktif bergiat di Ruang Alternatif Kebon Pelok, tergabung di band electric bastard VVONKA dan Toreh, dan tiap pekan sibuk mengencani dedek-dedek berhijab meskipun dengan resiko harus berpura-pura menjadi fans Felix Siauw. Dengan sederet talenta dan kesibukannya itu kami sepakat menyebutnya Super Kontong. Dan terinspirasi dari hal itu Arap Paong berhasil menulis sebuah lagu berjudul "Setelan Rapi Baju Safari". Rencananya lagu itulah yang akan kami rekam untuk pertama kalinya. Tapi di malam sebelum kami rekaman, Kontong merajuk. Ia menolak lagu itu direkam. "Pokoknya jangan lagu itu!" ancamnya di grup BBM. Kami semua manut dan memutuskan untuk merekam lagu lain yang berjudul "Dinamit". Kami harus bertanya kepada lima orang dan nyasar sebanyak enam kali untuk sampai di JAGs Studio. Petunjuk yang diberikan oleh Obeth terlalu berbelit-belit. Kami baru tiba sekitar pukul setengah empat sore. Saya membuka ponsel dan menemukan dua buah pesan masuk dari Obeth. Pesan pertama bilang kalau Obeth datang terlambat, ia harus mengantar pesanan undangan ke daerah Kartini, menjemput istrinya yang mengajar les di Kumon, pulang ke rumah untuk mandi, baru menyusul kami ke studio. Saya membalas, "ya alloooh nggak usah mandi juga kali Beth?!". Pesan kedua bilang kalau A Gyar si operator studio ada acara pukul empat sehingga tracking kemungkinan ditunda sampai pukul delapan. Sialan. Pesan itu baru saya baca setelah tiba di studio. "Gimana nih, Rap?" tanya saya kepada Arap Paong sambil menunjukkan pesan dari Obeth. "Wah, baru juga nyampe. Coba kamu tanya dulu" Saya mengetuk pintu studio yang tertutup. Sepertinya ada sebuah band yang masih bermain di dalamnya. Sayup-sayup saya mendengar band itu membawakan Everybody's Changing milik Keane. Lagu favorit saya sepanjang masa. Setiap kali mendengarnya suasana hati saya langsung menjadi biru. Sesosok laki-laki keluar dari dalam studio. Saya bertanya kepadanya apakah A Gyar ada di dalam. "Saya Gyar. Kenapa?" Saya merasa malu sendiri karena orang yang saya tanya adalah orang yang juga saya cari. Saya kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dari kedatangan saya. Juga menanyakan berita yang barusan saya terima dari Obeth. "Iya tadinya mau ada acara. Mungkin batal. Nanti abis band ini selesai langsung masuk aja ya? Jam empat kita mulai tracking." Sembari menunggu, saya dan Arap Paong duduk di kursi yang tersedia di depan studio. Kami membakar rokok dan sedikit gugup. Maklum, ini pengalaman pertama untuk kami berdua. Obeth yang sudah berpengalaman yang kami harapkan malah datang terlambat. Asuuu sekali. Studio itu memang agak tersembunyi. Letaknya di pojok sebuah perumahan. Tidak ada petunjuk jalan untuk menuju ke studio itu. Jika belum pernah ke sana kita pasti akan sulit sekali menemukannya. A Gyar bercerita kalau ia memulai studio rekaman dulu baru kemudian membuka usaha rental band. Berkebalikan dengan kebanyakan orang yang biasanya memulai dari usaha rental band dahulu baru kemudian beranjak ke studio rekaman. Ia bilang kalau rental bandnya masih baru. "Sekitar dua tahun lah" katanya sambil merokok. Studio rekamannya bisa dibilang sukses karena perlahan ia bisa membeli instrumen musik satu per satu untuk kemudian membuka rental bandnya. Konon, band besar macam Another Project dan James Steady pun merekam lagu-lagu mereka di situ. Saya sepertinya sedang berada di salah satu studio legendaris. "Berapa orang?" tanya A Gyar kepada kami. "Tiga, A. Cuma yang satu telat." jawab Arap Paong. "Oh, yang kemarin booking ya?" Kami berdua mengangguk. "Gitarisnya siapa?" A Gyar bertanya lagi. "Saya, A." jawab saya. "Yaudah kamu masuk duluan. Kita bikin guidenya aja dulu sambil nungguin drummer." Kami bertiga masuk ke dalam studio. A Gyar mempersiapkan sebuah gitar. Menyolok beberapa kabel dan mengutak-atik komputer yang ada di depannya. Saya dan Arap Paong hanya melongo. Tampang Arap Paong yang mirip Reza Rahadian pun tampak seperti orang bego. A Gyar kemudian memberikan gitar kepada saya. Ia menekan sebuah tombol dari keyboard komputernya dan suara ketukan metronom keluar dari dua buah speaker di samping kiri dan kanan komputer. Tuk tuk tuk tit Tuk tuk tuk tit Tuk tuk tuk tit "Segini cukup nggak temponya?" Saya mengangguk dan langsung memainkan gitar. Setelah selesai saya dengarkan ulang. Rasanya kurang cepat. Saya tanya pendapat Arap Paong. Ia juga bilang temponya terlalu lambat. "A, temponya naikin setengah lagi deh?" pinta saya. A Gyar kemudian mengutak-atik komputernya dan suara ketukan metronom itu menjadi lebih cepat. Saya harus mengulang sebanyak 69 kali dan tangan saya pegal. Ternyata lebih merepotkan dari masturbasi, pikir saya. Setelah dirasa cukup A Gyar kembali mengutak ngatik komputernya. Saya tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Ia kemudian bertanya soundnya mau seperti apa. "Kayak Nirvana aja, A. Kotor gimana gitu?" kata saya. "Tapi jangan terlalu bagus juga, A" Arap Paong menimpali. "Takut berat kalau pas maen livenya" sambung Arap Paong. Kami berdua tertawa pahit. Setelah urusan sound gitar dirasa beres, A Gyar menyuruh saya untuk take vokal. Dibanding dengan gitar, urusan take vokal terasa lebih lancar. Saya tidak terlalu banyak melakukan kesalahan. Karena nuansa lagunya marah-marah maka saya cukup membayangkan atasan saya di kantor yang selalu membikin saya kesal. Kekesalan itu yang saya tumpahkan sambil nyanyi-nyanyi. Rasanya enak juga. Obeth masih belum datang juga sementara bagan lagu sudah mulai terbentuk. Kami beberapa kali bolak-balik keluar studio untuk merokok tapi tampang Obeth masih belum terlihat. Karena kesal menunggu, A Gyar kemudian meminta contoh rekaman drumnya. Saya memberikan sebuah rekaman dari ponsel saya. Setelah mendengarkan selama beberapa kali A Gyar kembali mengutak-atik komputernya, berkreasi sendiri. Saya dan Arap Paong menyimaknya sambil sesekali memberi masukan. Arap Paong menyelesaikan bagiannya lebih cepat daripada saya. Sialan, padahal kord Ramones aja nggak hapal tapi pas giliran rekaman cepet banget, gerutu saya dalam hati. Dan kami lagi-lagi harus bolak-balik keluar masuk studio untuk merokok sambil menunggu Obeth. Saya meminjam motor Arap Paong untuk membeli Garpit di Indomart. Tidak ada warung di sekitar perumahan itu. Ketika saya datang kembali, mobil Obeth sudah nangkring di depan studio. Dan saya lihat ia sedang berdiskusi dengan A Gyar di dalam studio. Mereka berbicara hal-hal yang hanya dimengerti oleh sesama drummer. Obeth tampaknya belum puas dengan suara snare drumnya. Juga intro drum di awal lagu. Ia kemudian meminjam ponsel saya, membuka kanal Youtube dan mencari suara snare drum idamannya. "Kayak gini, A" kata Obet sambil menunjukkan sebuah video kepada A Gyar. A Gyar kemudian melihat video tersebut. "Laaah, ini mah band jazz, Beth?" Saya dan Arap Paong saling berpandangan. Sedetik kemudian kami tertawa terbahak-bahak. *** A Gyar memutar tombol di speakernya ke titik hampir maksimal. Intro lagu "Dinamit" mulai berkumandang, disambut suara drum yang dicomot dari lagu Breed milik Nirvana, lalu... "Anjing, suara aing cempreng!!" Cirebon, 20 Februari 2016 Terima kasih untuk A Gyar dan JAGs Studio. Untuk mendengarkan lagu kami sila buka https://soundcloud.com/puppyhansen/puppyhansen-dinamit-mp32
0 notes
Video
tumblr
BERAPA HARGA KROKET DI RUMAHMU? Malam minggu kemarin kami berlatih di Salsa Studio. Dan sukses menyelesaikan sebuah lagu baru yang berjudul Berapa Harga Kroket di Rumahmu. Konon, lagu itu tercipta ketika si Kacrut sedang coli sambil memandangi poster Billie Joe Armstrong di kamarnya. Maka tidak heran kalau ada rasa Green Day yang sangat kental dalam lagu itu. Kami menyebutnya Basket Case versi puppyhansen. Jreeeeng... Berapa harga kroket di rumahmu? Apa akan tetap terasa sama? 🎼🎼🎼
0 notes
Link
Persetan dengan Nirvana dan Sex Pistols. Inspirasi terbesar kami dalam bermain musik adalah band yang satu ini. Setelah mendengar lagu ini kami merasa semua lagu terbaik yang pernah tercipta di dunia tidak ada artinya sama sekali. Salam hormat untuk The Fass Band. Tabik.
0 notes
Link
Inilah salah satu bukti kekerenan Arap Paong. Meskipun Arap Paong tidak becus bermain bass tapi ia pernah menjadi pemain bass untuk band grunge legendaris asal desa Bojong, Bavaria. Beuuuuuh. Ntaaap.
0 notes
Text
Wawancara Bersama Arap PUPPYHANSEN
Ket : wawancara ini dimuat pertama kali di harian Tribun Cilimus edisi Jum'at 8 Januari 2016 kemarin. Kami muat ulang di sini agar para puppy-family yang tidak membeli koran tersebut bisa membacanya. Selamat membaca. ============================== Wawancara bersama Arap PUPPYHANSEN Fickar Mustofa Bassamalah. Ketika mendengar nama itu mungkin kening kalian akan berkerut seperti seorang siswa sekolah yang sedang melamun lalu ditanya berapakah kecepatan seekor lalat yang sedang terbang di dalam angkot yang melaju dengan kecepatan 65 km/jam lalu mengerem mendadak karena melintas seorang nenek-nenek yang berjalan seperti siput di depannya. Akan tetapi ketika mendengar nama Arap Paong atau Arap PUPPYHANSEN maka akan langsung terbayang di kepala kalian sosok jangkung dengan rambut ikal ala Albert Hammond Jr dan cambangnya yang lebat. Jika mata kalian bermasalah kalian bahkan akan melihat Arap Paong serupa Reza Rahardian. Fickar Mustofa Bassamalah dan Arap PUPPYHANSEN adalah orang yang sama. Saya berjanji untuk bertemu dengannya di depan sebuah toko penjual oleh-oleh khas Kuningan di daerah Cilimus. Dalam sms yang Arap kirim kepada saya sebelumnya ia bilang kalau rumahnya tidak terlalu jauh dari toko penjual oleh-oleh khas Kuningan tersebut. Ia menyuruh saya menunggu di sana. Saya mengirimkan sms yang mengabari kalau saya sudah berada di sana. Hari masih pagi, sekitar pukul 10. Arap membalas dan bilang ia akan segera ke sana. Ia tidak berbohong. Beberapa menit kemudian saya melihat sosoknya yang jangkung berjalan ke arah saya. Punggungnya agak bungkuk dan berjalan dengan kali seperti diseret. Rambut ikalnya ia potong pendek, sehingga kesan seperti Albert Hammond Jr menghilang dari sosoknya. Ia mengenakan kemeja denim berwarna biru telur asin yang ia gulung sampai ke siku. Celananya jins hitam yang warnanya mulai pudar dan sobek di bagian dengkul. Benar-benar seorang penggemar grunge, pikir saya. Ia tersenyum dan menyalami saya ketika jaraknya sudah berada 30 senti di depan saya. Saya harus sedikit mengangkat kepala karena tubuh jangkungnya. Saya melihat sebagian rambut dan wajahnya masih basah, mungkin ia baru saja selesai mandi. Cambangnya terlihat berantakan. Ia lupa bercukur. Ia mengajak saya ke sebuah warung kopi langganannya yang berada tidak jauh dari toko penjual oleh-oleh khas Kuningan tersebut. Kami berbicara hal-hal enteng tentang pekerjaan dan kesibukannya saat ini. Ia memesan dua gelas kopi Kapal Api hitam, mengeluarkan sebungkus Marlboro dari saku celananya, mengambil sebatang lalu membakarnya. Ia menawari saya tapi saya menolaknya karena saya lebih menyukai Sampoerna Mild. Saya melihat penampilan pertama PUPPYHANSEN di sebuah acara musik di Sangkan Park Aqua Resort. Mereka tampil sebagai band pembuka dari grup ugal-ugalan Muchos Libre. Membawakan tiga lagu --termasuk satu lagu cover milik Ramones-- mereka bermain luar biasa amburadul. Kedua personil mereka, Kacrut si vokalis dan Arap Paong, jelas-jelas mengamalkan sila pertama yang digagas oleh Sex Pistols empat dekade yang lalu, skill is dead. Tapi saya kadung tertarik kepada band itu dan memutuskan untuk mewawancarainya. Saya mencoba menghubungi Kacrut tapi ia bilang tidak bisa. Selain akhir pekan saya berada di Jakarta, katanya. Ia kemudian menyuruh saya untuk mewawancarai Arap Paong saja dengan sebuah alasan yang lucu. "Ada bass dalam nama Fickar Mustofa Bassamalah. Mungkin itu pertanda alam" katanya di sms. Saya hanya tertawa lalu menghubungi Arap Paong. Tribun Cilimus (TC) : Pertanyaan pertama, menurut cerita yang beredar di dekat rumahmu ada sebuah pesantren dan waktu kecil kamu sering mengintip santri perempuan mandi. Apakah itu benar? Arap Paong (AP) : Anjaass.. kok kamu tahu sih?! Benar sekali, ngintip bareng teman-teman. Bantongor pisannya eike (nakal banget ya saya-red). TC : Waktu usia berapa tahun itu? AP : 15 tahun menuju baligh. Ehehe TC : Lalu hal apa yang mendorong kamu untuk berhenti mengintip santri perempuan itu? Apakah ada sebuah kejadian khusus? AP : Ada. Gara-gara teman saya ketahuan. Naik ke atap lalu menggeser 2 genteng. Terus ketahuan! Beruntung saya sedang nggak ikut. Saya putuskan untuk berhenti karena si babeh salah satu tokoh desa. Mati saya bila si babeh tahu mah. TC : Lalu apakah cerita ini juga benar, kamu memutuskan untuk membentuk PUPPYHANSEN setelah melihat anak anjing mengencingi pagar rumahmu? AP : Hahaha. Nggak! Di sekitar rumah saya nggak ada anjing. Nggak ada hubungannya sama anjing. Bisa-bisanya vokalis puppy aja, si Kacrut. TC : Bisa kamu ceritakan bagaimana skena musik di Bojong? Saya sering mendengar kalau Bojong terkenal dengan skena grungenya? AP : Era 90an mungkin kejayaan parade band-band grunge, hardcore, punk di daerah Bojong. Sampai sering ada event (event musik-red) di balai desa Bojong. Saya inget waktu itu saya masih bocah ingusan kelas 3 atau 4 SD. Diajak kakak sepupu nonton festival musik di balai desa. Dari jam 9 pagi sampai 5 sore full musik, yang ngisi nggak hanya grunge. Emang lebih dominan grunge tapi ada hardcore, punk, grindcore juga. Era 2000 mulai redup karena senior-senior pada merantau, jadi nggak ada regenerasi. Tapi sekarang mulai timbul semangat-semangat era 90an lagi. Walaupun lebih dominan hardcore melodic punk. Tapi Bojong tetep kiblatnya grunge. TC : Lalu bagaimana ceritanya sampai kamu ditawari bermain bass untuk Bavaria, band grunge legendaris asal Bojong? AP: Awalnya suka sama Bavaria, kebetulan teman-teman di lingkungan rumah. Saya sering sharing band-band grunge lokal Kuningan, Cirebon atau luar kota juga. Tahun 2013 sebelum 2 personil ori Bavaria nikah (gitaris dan vokalist) kita coba ngejam bareng dan saya ditunjuk jadi bassist. Saya nolaklah. Tapi kata Mang Utret, "santai aja nggak usah rapi ntar malah mirip Element kalo maennya rapi". Ya wis ngikut. Saya lupa hari dan tanggalnya uy. Pokoknya Mang Utret si vokalis balik malemnya, langsung ngejam bareng direkamlah sekalian. Bisi engke moal bisa kikieuan deui, tapi jiwa tetap grunge. (Takut nanti nggak bisa main begini lagi, tapi jiwa tetap grunge-red), celetuk Mang Utret. Udah deh sampe sekarang belum pernah kumpul lagi. Beneran jadi kenangan itu video. Hahaha. TC : Sekarang mari kita bicara tentang PUPPYHANSEN. Di mana kamu bertemu Kacrut dan Obeth? AP : Ketemu Kacrut di kampus Unswagati depan r.10. Dikenalin sama Kakcil dan MasJem. Saya masih inget tuh. Kalau Obeth dari Kontong kayaknya. Pernah nawarin Obeh cuma saya masih normal, ih apa si Kontong teh. TC : Kontong? Apakah dia Super Kontong yang dimaksud dalam lagu Setelan Rapi Baju Safari? AP : Hahahahahaha. Iya betul sekali. Emang nakal si eta mah. TC : Jadi lagu Setelan Rapi Baju Safari terinspirasi dari si Kontong? Siapa yang menulis lagu itu? AP : Kebetulan itu saya yang nulis tapi dibantu Kacrut juga. Iya inspirasinta dari Kontong. TC : Siapa yang pertama kali mengajak untuk membentuk PUPPYHANSEN? Apakah kamu, Obeth atau Kacrut? AP : Si Kacrut terus Obeth. Saya juga lupa nama puppy itu dari siapa. Hahaha. Ngasih nama puppyhansen. TC : Saya belum melihat lagi PUPPYHANSEN bermain, belum juga mendengar lagu-lagu lainnya. Sebenarnya apa yang kalian kerjakan? AP : Sedang menggarap beberapa lagu buat recording nanti. Kebetulan personil PUPPYHANSEN gawe semua. Harusnya kemarin manggung Tapi sayanya nggak bisa. Huv pokoknya lah. TC : Akan seperti apa lagu-lagu PUPPYHANSEN nantinya? AP : Wahhh tunggu kalau sudah jadi saja. Hahaha. TC : Baiklah. Pertanyaan terakhir, apakah benar (maaf) kalau alat kelamin kamu gede? AP : Benar! Hahahahaha (Mohammad Irfan/Tribun Cilimus)
0 notes