Tumgik
Text
Lewat Kata Ku Bicara pada Dunia
Aku penikmat kata. Penikmat aksara. Sudah sejak lama.
Rangkaian kata bagiku tidak hanya sekedar susunan abjad dan angka. Lebih dari itu, penuh makna. Apalagi ia yang ditulis dengan rasa.
Maafkan jika ku sering memenuhi beranda. Aku hanya ingin bercerita. Bercerita pada dunia. Karena dengan begitu, aku bisa merasa lega. Berbagi dengan cara yang berbeda.
Begitu saja kau sudah bahagia? Ya. Sederhana.
Tak mengapa ku tak banyak bersuara. Karena dengan merangkai kata, aku bisa menyentuh pada kata "kita". Lebih terasa, ditambah dengan nuansa jingga yang merona.
Siapa bilang pemain kata itu berbahaya? Ia hanya mengekspresikan apa yang ada dibenaknya. Terlintas begitu saja. Ia hanya ingin orang lain ikut bahagia dengan apa yang ia rasa. Namun, ya, begini caranya. Kita tak perlu susah bersua, dengan secangkir rasa was-was memenuhi ruang kepala. Hanya dengan ku untai kata, itu sudah lebih dari rasa rindu 1000 purnama. Hahaha orang pasti menyebutku gila! Tapi memang begini adanya. Aku bahagia Ia beri ku rasa pada kata dan makna. Semoga kau mengerti apa yang ku rasa. Oh tidak, tidak. Aku tidak butuh pengertian buta. Hanya bisa mengucapkan terima kasih tanpa suara.
Salam cinta dari Mutiara sang penikmat kata.
0 notes
Text
Semua Terjadi Atas Izin Allah
Hallooooo para pembaca setia pojokmutiarafajar dimanapun kalian berada. I love you so much!! (emang ada yang baca?). Okesip.
Assalamu’alaikum wr wb. Bagaimana kabar hari ke-2 mu di awal tahun 2018 ini? Menyenangkan? Menyedihkan? Atau biasa aja? Jangan sampai ya! Karena akan sangat merugi apabila hari-harimu hanya berjalan biasa saja tanpa ada sesuatu yang baru Mari bersyukur sejenak. Alhamdulillah.
Baiklah. Sesuai dengan target saya yang akan mencoba konsisten untuk menghentakkan jari-jari ini di atas keyboard laptop untuk menghasilkan sebuah tulisan, akhirnya dengan bangga saya persembahkan catatan si boy di hari kedua! Semoga dapat mengambil hikmah dan manfaat ya, gaes! Semoga ada.
Cerita bermula di saat kemarin malam saya menulis beberapa to do list untuk dikerjakan hari ini. Tidak banyak, sih. Hanya beberapa kegiatan yang mendukung kelancaran tesis saya (aamiin). To do list tersebut adalah JENG JENG:
Mengambil reaktor di lab HI
Meletakkan reaktor di workshop dan konsultasi dengan Pak Stephen (nama samaran)
Mengambil surat dan membuat surat baru di TU
Kunjungan ke laboratorium yang ada di FTTM
Beli bahan-bahan reaktor
Baiklah. Saya akan mencoba sharing tentang 5 to do list di atas. Pertama. Suatu kesalahan terjadi karena saya ngaret datang ke kampus. Niat awal saya ingin datang pukul 08.00, apa daya ku tak kuasa, saya pun tiba di kampus pada pukul 09.00. Saya pun bergegas menuju lab HI untuk meminta izin mengambil reaktor. Malang tak dapat ditolak, saya pun baru diperbolehkan mengambil reaktor pada siang hari. Kalau tau gitu mending gue masih di kosan, pikirku tapi ga jadi dipikirkan. Akhirnya to do list ke dua  untuk mengantar reaktor ke workshop pun terpaksa diundur.
Saya pun akhirnya meloncat ke to do list ke tiga: mengambil surat dan membuat surat baru di TU. Alhamdulillah tidak ada rintangan yang berarti. Setelah memperbanyak  surat tersebut, saya pun berjalan menuju dekanat untuk meminta stempel fakultas. Done. Maap, ini kenapa jadi begini ya tulisanku? T.T So creepy.
Kemudian saya bingung mau kemana.
Akhirnya saya putuskan untuk mengunjungi perpustakaan pusat. Dengan berbekal 2 bungkus bengbeng dari KKP (yang disembunyikan di dalam dompet hp), sebuah buku dan sebotol air putih, saya pun berjalan menaiki tangga perpus pusat menuju lantai dua. Dan coba tebak apa yang terjadi saudara-saudara?? RIWEUH!!! Baru kali ini pengunjung perpustakaan sepi tetapi berisik. Ternyata sumber kebisingan tersebut berasal dari para librarian yang tengah mengecek dan merapikan buku-buku. Saya pun mencoba untuk stay cool dan memilih bangku sedikit menjauh dari sumber kebisingan. Akan tetapi, baru saja saya menghempaskan kepala badan ke kursi, teman saya yang akan menemani ke FTTM menghubungi kalau dia sudah berjalan menuju perpustakaan. Apa?? Tidaaaakkkk!!!! Akhirnya saya pun keluar perpustakaan.
Setibanya di FTTM, saya dan Barbara (nama samaran) menelusuri parkiran untuk menemukan mobil bapak kepala lab yang dimaksud. Nihil. Kemudian bertanya ke bagian TU. Nihil. Alhasil kita beranikan diri untuk mendatangi ruang beliau. Sebut saja Pak Roberto (nama samaran). Pintu ruangan beliau terbuka. Barbara mengetok.
“Maaf, Bapak. Ini ada teman saya dari jurusan lain.” ucap Barbara sambil menunjuk saya.
“Iya, Pak. Saya dari FTSL. Teknik Lingkungan.”
Pak Roberto yang tengah memainkan gadgetnya menatap saya, “Maaf, ya. Saya belum bisa ditemui hari ini. Hari Selasa, Rabu, Kamis saya sedang sibuk memeriksa nilai ujian. Datang lagi saja hari Jumat, ya.”
Kami pun bertatapan. Saya dan Barbara, “Oh, iya. Tidak apa-apa, Pak. Berarti saya temui hari Jumat saja ya, Pak?”
“Iya.” jawab beliau singkat, padat dan tepat.
Kami akhirnya pamit dan berjalan kembali menuju perpus pusat. Lagi-lagi dengan gaya yang sama, saya pun kembali berjalan menuju lantai 2 perpus. Saya pun tercekat. Kenapa?? Kenapa jadi semakin berisik??? Saya tak tahan dan kemudian menghempaskan meja kembali menuruni anak tangga menuju lantai 1. Akhirnya, di sana saya menemukan kedamaian. Ketenangan. Dengan ditemani 2 bungkus bengbeng ilegal dan sebotol air putih, saya pun membaca buku “Mendengar Nyanyian Sunyi” karya Urfa Qurrota Ainy. Buku yang menceritakan tentang kehidupan seorang introver.
Tengtengtengteng. Diberitahukan kepada pengunjung perpustakaan pusat…
Pengumuman istirahat perpus pun mengharuskan saya beranjak dari singgasana. Saya pun menghubungi rekan seangkatan saya, sebut saja Karmela (nama samaran) untuk makan bareng karena cacing-cacing di perut mulai kepanasan. Saya berjalan dan singgah sebentar di lab air untuk meletakkan tas. Singkat cerita, kita akhirnya makan bareng di lab air. Setelah itu, saya menanti dengan penuh ketegangan untuk kembali lagi ke lab HI. Tik tok tik tok. Karena tak sabar, saya putuskan jam 13.45 untuk pergi ke workshop terlebih dahulu, menemui Pak Stephen. Saya pun menjelaskan rencana desain reaktor yang akan saya gunakan untuk tesis. Beliau mengangguk. Saya tidak yakin, apakah beliau paham dengan gambar buruk yang saya desain. Saya kemudian pamit sebentar untuk pergi ke lab HI, mengambil reaktor yang dimaksud.
Sesampainya di lab HI, saya menemui Bu Paula (nama samaran) untuk meminta izin. Akhirnya setelah menunggu beberapa menit dan sempat mengabadikan “alat ukur kelelahan”, saya pun mendapat lampu hijau untuk mengambil reaktor. Dan masalah selanjutnya adalaaaah jengjeng saya butuh lori! Setelah sebelumnya bertanya ke lab air, workshop, lab B3 dan akhirnya disarankan untuk meminjam lori yang ada di dapur umum lantai 5 Gedung Paradise (nama samaran), sedangkan lab HI berada di lantai 4. Oke. Ini seru. Kemudian dengan gagah perkasa, saya mendorong lori tersebut di sepanjang lorong gedung menuju lift. Kluntang-kluntung bunyinya.
Alat Ukur Kelelahan
Sesampainya di lab HI, saya pun menodong adik-adik emesh anak SMK yang sedang PKL di sana untuk membantu saya membawa reaktor tersebut ke workshop. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya beberapa meter. Hanya saja reaktor ini begitu angkuh! Tingginya saja 1 m dan masih ada pasir bekas penelitian sebelumnya disana. Jumlahnya 2 reaktor pula. Saya tak kuasa untuk membawa sendiri. Akhirnya, Johnson (nama samaran), si adik-adik emesh itu mau membantu saya dengan iming-iming jalan bareng tante kakak cantik. Mual.
Kluntang-kluntung. Si lori semakin berisik. Ditambah lagi dengan jalanan aspal yang tidak mulus. Tangan ini rasa bergetar! Alhamdulillah, selamat sentosa tiba di workshop. Saya dan Jhonson pun kembali ke Gedung Paradise untuk mengembalikan lori dan mengembalikan si Jhonson. Terima kasih, Johnson. Pertolonganmu tidak akan ku lupakan! Johnson Oh Johnson.
Saya kemudian kembali ke workshop untuk menjelaskan lebih lanjut desain reaktor dan membuat beberapa kesepakatan dengan Pak Stephen.
“Baik, nuhun, Pak. Kalau sudah ada, nanti saya kabari lagi.”
“Iya, mangga.” ucap Pak Stephen kalem.
Akhirnya setelah berpeluh busuk, saya kembali ke lab air. Mengambil tas. Pulang.
Sekian untuk hari ini.
Lalu, apa hubungannya dengan judul postingan di atas??
Ya! Saya merasa terharu. Bahagia. Semua ini tidak akan terjadi jika Allah tidak mengizinkan. Awalnya saya sempat cemas, bagaimana ya caranya membawa reaktor itu ke workshop? Bagaimana kalau Pak Stephen tidak ada? Bagaimana kalau ini itu ini itu? Dan segala ketakutan saya lainnya. Ya, begitulah kalau introver berpikir, tidak akan ada habisnya. Semua bercabang. Tapi, ada satu hikmah yang bisa saya ambil hari ini.
“Janganlah terlalu memikirkan sesuatu dengan logikamu, tetapi pikirkanlah apa yang selayaknya kamu pikirkan. Sisanya kembalikan kepada Allah. Biarlah Ia yang menjadikannya merah, kuning atau hijau. Indah bukan? :)”
Banyak kejutan dan kemudahan yang terjadi hari ini. Siapa sangka bakalan ada adik-adik emesh yang membantu saya? Siapa sangka lorinya sedang tidak digunakan? Siapa sangka Pak Stephen yang terkenal lebih sibuk dari dosen itu ada saat saya ingin bertemu? Kalau bukan semua atas izin Allah, maka ini semua tidak akan terjadi. Semoga ini tidak menjadikan saya riya dan sombong. Semoga kita senantiasa selalu mengingat Allah dan tidak lupa bahwa Allah selalu ada. Mintalah pertolongan kepada-Nya, niscaya Ia akan menolong kita. InsyaAllah.
Oh iya, to do list ke lima GAGAL! Sekian.
Hikmah of today: Jangan terlalu banyak berspekulasi. Berpikirlah sewajarnya. Sisanya kembalikan kepada Allah. InsyaAllah tenang.
Wassalam, @moedchu_
0 notes
Text
1 Day 1 Post, Are You Ready?
Meskipun tidak ikut merayakan pergantian tahun baru Masehi, tetapi tidak ada salahnya untuk memulai semangat baru di hari yang baru. Bukankah dikatakan bahwa “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin” bukan? Di awal tahun 2018 ini, saya bertekad untuk mulai rutin menulis. Mengasah kemampuan saya merangkai kata menjadi lebih bermakna. Karena menulis itu bukanlah suatu keajaiban, melainkan ada usaha dan keyakinan dibaliknya. Oke, I am ready to do #1day1post ^^ InsyaAllah Semoga apa yang saya tulis semakin hari semakin bermanfaat untuk orang lain!
Jadi, hari ini mau nulis tentang apa?
Apa ya? -__-
Oh iya, sedikit cerita dulu. Sebelum saya memutuskan untuk menulis postingan ini, saya iseng membaca kembali blog jadul yang dulu sempat saya “ramaikan”, yaitu pojok-moedchuterz. Blog itu adalah blog ke-sekian yang saya tulis di masa-masa penjajahan, masa-masa jahiliyah #ups. Kemudian pikiran ini kembali melayang beberapa tahun yang lalu, di saat saya masih mengenakkan seragam putih-abu (kalau kata orang disini “abu”, kalau kita bilangnya “abu-abu” wkwk). Saya teringat akan masa-masa alay nan penuh kebahagiaan, dimana hal paling berat yang dipikirkan adalah ulangan harian dan UN. Selebihnya?? Haha hihi, korea, main, nonton, tidur, makan dan kegiatan “receh” lainnya. Dulu saya tidak begitu aktif dalam organisasi sekolah, seperti OSIS atau paskibra, yang notabenenya berisi bintang-bintang sekolah. Pernah saya ikut seleksi anggota OSIS. Ya, seperti yang sudah diprediksi, seleksi tahap awal aja ga lolos wkwkwk #nyebur
Masa-masa SMA saya lalui bersama teman-teman, sahabat-sahabat yang sama dari kelas 1 hingga tamat. Kita tidak ada rolling kelas, sehingga sudah tau-sama-tau sifat masing-masing. Bahagia rasanya hidup dimasa tanpa ada gadget Uh, jadi baper.
Tapi, life must goes on! Hidup harus berjalan ke depan. Masa lalu biarlah menjadi pemantik senyum dikala sendu. Ya. Saat ini, disaat semua telah sibuk dengan kepentingan masing-masing, begitu sulit menemukan teman yang benar-benar tulus. Semakin mengerti dengan peliknya hidup. Semakin mengerti dengan semua sandiwara dunia. Susah untuk berpura-pura. Apakah memang seperti itu? Atau hanya diriku saja yang merasa begitu? Menjadi lebih complicated
Oke, bos! Cukup berkeluh kesahnya Mari kita luruskan niat, rapatkan barisan, mengatur kembali strategi yang mungkin kendor. Dengan menuliskan harapan dan resolusi di tahun 2018, akan membuat kita semakin mudah meraih apa yang kita inginkan. Ya, meskipun resolusi tahun ini kebanyakn masih copas dari resolusi tahun kemarin wkwk. Setidaknya kita telah mencoba #asik
Dengan berakhirnya tulisan saya di postingan pertama di awal tahun 2018 ini, saya mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu saya hingga detik ini. Alhamdulillahirrabbil’alamin, pertama saya mengucapkan syukur tiada henti pada Sang Pencipta, Allah SWT dimana hingga saat ini saya merasa beruntung masih diberi kesempatan untuk tetap istiqomah di jalanNya. Selanjutnya kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat yang telah berjuang menengakkan dinullah di muka bumi ini. Saya tidak bisa berkata apa-apa mengingat begitu banyak kenikmatan yang saya rasakan :’)
Saya rasa cukup sekian postingan untuk hari ini. Semoga ada manfaat dibaliknya. Semoga. Akhir kata saya ucapkan terima kasih untuk pembaca yang “tersesat” di pojok yang imut ini :>
Salam, @moedchu_
0 notes