Tumgik
perempuanpembaca · 1 year
Text
Banyak yang pandai menasihati, tapi tak banyak yang mampu menyentuh hati.
©Quraners
270 notes · View notes
perempuanpembaca · 2 years
Text
Pada akhirnya, hidup yang kita cari adalah hidup yang bisa dinikmati.
Untuk apa terus menerus berlari tapi akhirnya hanya tersisa renta. Tahu-tahu hari sudah senja. Tak sempat menyertai hari-hari anak, hingga semua berlalu tanpa kenangan yang berkesan.
Aduhai, buah seperti apa yang kita harapkan dari semaian yang diabaikan?
Kita mencari uang untuk makan, tapi lebih sering terlambat mengisi perut. Mencari uang untuk keluarga, tapi lebih akrab dengan kolega.
Entah, apakah kita ini sedang berkarir, atau sebetulnya hanya tawanan atas pekerjaan kita sendiri. Kita menghabiskan waktu, berjerih payah, berkorban, untuk sesuatu yang tidak benar-benar bisa kita nikmati.
Seimbang dan proporsional menjadi barang langka. Seolah semua orang harus mampu mendirikan gedung pencakar langit atau masuk daftar orang terkaya di dunia.
Berlari. Tapi jangan lupa bernafas. Jangan lupa merawat diri sendiri. Jangan bosan menyimak cerita pasangan. Jangan mengabaikan anak yang menunggu di rumah sambil menahan kantuk.
Di dunia ini, ada banyak hal yang bernilai dan berharga selain harta. Terlebih mereka yang ada di sana. Di rumah kita sendiri. Keluarga.
758 notes · View notes
perempuanpembaca · 2 years
Text
Jika sebatas hanya memberi pengetahuan, mungkin saat ini peran guru sudah tergantikan dengan mesin.
Mewartakan cita, menebarkan cinta dan membagikan cerita ialah bagian darinya. Karna itulah kita selalu membutuhkan sosok guru.
Selamat hari guru. Dari muridmu yang tak pernah bisa sampai pada titik terbaik yang engkau miliki. Ketulusan dan pengabdian.
230 notes · View notes
perempuanpembaca · 2 years
Text
“So, if you are too tired to speak, sit next to me because I, too, am fluent in silence.”
— R. Arnold
221 notes · View notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini, meski kamu sudah berusaha semaksimal mungkin tetap saja tidak akan sempurna. Sebab sempurna itu berawal dari penerimaan, bukan membandingkan dan memenuhi kepuasan.
Lelah sekali hidup dalam bayang-bayang mencari sempurna, karena bisa jadi hari ini kamu merasa puas, namun belum tentu dengan hari esok.
Terima saja apa yang sekarang dimiliki, tidak perlu juga membandingkan dengan kepemilikan orang lain. Bukankah sesuatu itu akan terasa sempurna jika kamu merasakannya dengan hati?
@jndmmsyhd
487 notes · View notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Pada Umur Berapa?
Pada umur berapa kamu mulai merasa menjadi orang yang lebih tenang? Kalau ada sesuatu yang memang tak bisa kamu dapatkan, ya sudah, memang bukan takdirnya. Bersedih, sudah setelahnya, mengusahakan yang lain. Jika orang lain berbuat lalai, tidak langsung meledak-ledak marah, tapi berusaha untuk mengetahui apa yang terjadi. Jika mengemudi, lebih penting selamat sampai tujuan daripada terpacu untuk cepat sampai. Pada umur berapa kamu merasa bahwa ruang privasi itu adalah hal yang sangat mewah. Dan kamu mulai sadar bahwa dalam hidup ini, mengejar mimpi memang penting, tapi memiliki teman baik, memiliki kehidupan yang tenang, pekerjaan yang nyaman, itu jauh lebih menyenangkan.  Pada umur berapa kamu mulai sadar bahwa kamu telah berubah, sepenuhnya berubah.  ©kurniawangunadi
1K notes · View notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Kalau udah berani ambil keputusan yang besar, maka harus bisa nerima segala nya dengan hati yang lebih besar pula, segalanya harus ditambah, sabar nya, maaf nya, kurang lebihnya dan penerimaan nya.
0 notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Untuk anakku...
Hari ini berlau sama seperti hari-hari sebelumnya. Ibu melihat banyak gambar dan video seorang Ibu yang telah melahirkan buah hatinya.
Hanya saja, kali ini Ibu sedang mencoba untuk berdamai dengan kabahagiaan orang lain.
Sebab anakku, Ibu tidak pernah tau perjuangan apa yang telah ia lewati untuk dapat mengandung dan melahirkan buah hatinya.
Sama seperti yang tengah Ibu perjuangkan saat ini untuk bertemu denganmu, Nak.
Anak Ibu kuat ya🤍
Penuh cinta,
Ibu
Tanjungpinang, 15 Desember 2021
0 notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Sombong adalah api yang membakar kebaikan dari setiap pencapaian. Teruslah tinggi hati, bila ingin semuanya habis menjadi abu. Kalau tidak, jangan pernah berhenti belajar rendah hati.
Taufik Aulia
310 notes · View notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
“Jadi perempun harus cerdas, kuat, punya kapasitas untuk bekerja dan berusaha sekolah setinggi mungkin. Kalau nanti sudah berkeluarga ternyata suami dipanggil lebih dahulu, kamu tidak akan kehilangan arah dan masih bisa berjuang menafkahi keluarga”.    - Pesan Ibuk di suatu hari
“Bayangkan kalau dulu ibuk nda berusaha tetap bekerja, mungkin pekerjaan hari ini nda seperti sekarang dan belum tentu bisa biayai sekolah kalian (anak-anak)”. Begitu tambahnya sembari berkaca-kaca, hatinya seperti mengingat seluruh perjuangannya menjadi ibu tunggal.
Bapak meninggal tahun 2009 silam, tidak terasa sudah 12 tahun. Pesan diatas benar dan nyata keadaannya. Terimakasih Ibuk, semoga selalu kuat, sehat, diberi umur yang panjang dan berkah. Selamat menikmati hari tenang mu tanpa harus memikirkan hal-hal rumit soal, perangkat pembelajaran dll dimasa purna bakti yang tinggal beberapa bulan lagi.
Terimakasih juga Bapak, didikan mu agar kami tetap menjadi pribadi kuat dan bijaksana hingga saat ini akan selalu kami ingat dan juga kami perjuangkan.
Di masa-masa seperi ini selalu menanti bertemu Ibuk dan bisa saing cerita ini itu, dalam dan penuh makna. Menyiapkan diri untuk menjadi orang tua, yang pasti perjuangannya nda main-main. Suatu saat nanti sosokmu yang kelak akan aku tiru, Ibuk <3
0 notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Sudah sejauh mana merawatnya?
Setelah berjuang dan berlelah-lelah mengejar apa yang kita inginkan. Tak peduli hujan badai atau sengat matahari untuk dapat memiliki. Setelah apa yang begitu kita inginkan ada ditangan justru yang paling sulit adalah merawat agar tak kehilangan.
Tentu saja mendapatkannya memang tak mudah, tapi merawatnya akan lebih susah. Oleh karenanya banyak sekali yang justru gagal dalam mempertahankan daripada mendapatkan. Entah naluri manusia yang memang mudah bosan setelah memiliki sesuatu atau justru kalah oleh hawa nafsu sendiri.
Semakin banyak hal yang kita inginkan, semakin besar pula tanggung jawab untuk mempertahankan. Tentu saja yang paling banyak manusia tidak inginkan adalah semakin banyak pula kita akan kehilangan.
Oleh karenanya terkadang kita tidak sadar bahwa seringkali kita merasa kehilangan karna memang tidak mampu merawat apa yang sudah didapatkan. Parahnya lagi mungkin saja tak mampu untuk bersyukur atas semua nikmat yang ada dalam dekapan. Bentuk syukur paling sederhana tentu saja berkata "alhamdulillah". Namun bentuk syukur paling utama adalah merawat apa yang kita miliki, menjaga apa yang ada disisi, dan menorehkan lebih banyak manfaat dari apa yang Allah pinjami.
Tentu saja jangan salahkan kehilangan, karna sejatinya kita yang tak pandai merawat apa yang kita dapatkan, menyianyiakan apa yang dimiliki serta terus saja mencari sesuatu yang katanya lebih baik lagi. Padahal mungkin saja apa yang sudah kita dapatkan adalah sesuatu yang amat baik untuk bekal kedepan nanti.
240 notes · View notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Jika berlebih, diamlah. Jika berkekurangan, telanlah.
Jangan bagikan susahmu, sebab setan selalu punya cara membuatmu putus asa.
Jangan melebihkan bahagiamu, sebab tak semua di depanmu sedang bahagia.
Jangan raungkan sedihmu, sebab tak semua di depanmu peduli hidupmu.
Jika Allah kasih lebih, syukuri, diamlah.
Jika Allah kasih sedikit, syukuri, telanlah. Biarlah hati hanya dinilai oleh Allah. Semangat
0 notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Manusia, semakin dia ketergantungan. Maka dia semakin lemah.
Misal, orang di kota metropolitan yang hampir seluruh stok pangan (beras,sayur, buah dsb) di datangkan dari wilayah disekitarnya atau bahkan dari wilayah yang jauh. Sekalinya rantai stok diputus, maka orang-orang yang ada didalamnya menjadi tidak berdaya sekalipun dia kaya raya, kekayaannya percuma karena barang yang mau dibeli tidak ada.
//
Justru orang-orang kuat adalah orang di desa yang mereka bisa selfsupply, mulai dari beras, sayur, bumbu, buah semuanya bisa mereka upayakan sendiri.
Analogi itu menjadi lebih mudah diterapkan ke diri sendiri. Kalau kebutuhan kita terkait apresiasi/penghargaan, kepercayaan diri, dorongan, dsb masih kita cari di luar. Pengakuan-pengakuan orang lain. Sesungguhnya itu adalah indikasi kita adalah pribadi yang sangat rapuh
//
Kalau dirasa-rasa, selama ini kita ke sana ke sini, mencari pengakuan. Ikut ini ikut itu, buat mencari posisi. Kita ketergantungan dengan hal-hal yang sangat rentan; jabatan, status pekerjaan, besaran gaji, dan hal-hal yang tak ada batasannya bila dikejar.
Kita mencari kebahagiaan dengan ukuran-ukuran orang lain...
Cobalah untuk menjadi pribadi yang “self-supply”.
Self love, self appreciate, dsb semuanya bisa dipenuhi oleh diri. Untuk bahagia, untuk berkarya, untuk menjalani hidup ini. Kita tak lagi mencari dari orang lain.
Kalau kita jadi orang tua, tumbuhkanlah kemampuan itu kepada diri anak-anak.
Kalau kita jadi pasangan, buatlah pasangan kita tidak ketergantungan, tapi saling menumbuhkan.
Make sense?
0 notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Terkadang, kamu hanya perlu berserah diri tanpa memikirkan apa-apa yang melelahkanmu.
Biarkan semesta bekerja dan berencana untuk mengejutkanmu..
0 notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Tumblr media
-CANDA PETAKA-
Wahai teman, pilihlah kata yang baik sebelum kau berbicara. Sesuatu yang kau anggap canda, bisa jadi awal mula sebuah petaka.
“Eh, istri baru satu. Masih ada slot 3 lagi, tuh!”
“Si A lucu juga, bisalah jadi teman curhat kalau suami lagi keluar kota”
“Bro, ngapain buru-buru pulang udahlah disini aja, untuk istri kan tinggal transfer”
Astaghfirullahal’adzim...Tahukah engkau?
Dibalik statusnya sebagai temanmu, ia adalah seorang suami atau istri yang bisa jadi tengah berjuang mempertahankan rumah tangga mereka.
Ada yang sedang diuji oleh keluarga yang sedang sakit, anak, masalah keuangan, bahkan jarak.
Jangan oleh karena lisanmu jalinan kasih mereka menjadi terkoyak.
Mungkin bagimu, canda hanyalah sekedar kata.
Namun bagi orang-orang yang tengah berjuang, sebaris kata bisa menjadi penyembuh atau “pembunuh”.
Wahai teman, semoga kita termasuk orang-orang yang pandai menjaga lisan dan perasaan.
Tanjungpinang, 23 Juni 2021
0 notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Hai, malam ini ada perasaan yang ingin aku sampaikan.
Mungkin saja diluar sana, ada seseorang yang tergerak hatinya atau mungkin saja tidak.
Biar saja.
Pernah nda kamu sedih karena perbuatan orang lain terhadapmu?
Pernah nda kamu merasa jatuh begitu keras karena perkataan buruk orang lain yang ditujukan untuk kamu?
Aku pernah, dan rasanya ngga enak.
Sakit sekali.
Ingatanku kembali pada masa lalu.
Ada beberapa “kalimat candaan” menyakitkan oleh beberapa orang yang tidak aku kenal sama sekali.
Sebisa mungkin aku mencoba menenangkan hatiku.
Namun ternyata tangis ku tumpah.
Aku menyalahkan diriku sendiri karena menangis saat menanggapi hate speech itu.
Bahwa aku terlalu lemah, tidak tegar, tak kuat mental, terlalu baper dan sebagainya.
Tapi ternyata bukan aku yang lemah . Memang sudah sepantasnya aku merasa sedih saat hatiku diremukkan kala itu lewat kalimat candaan.
Aku berhenti menyalahkan diriku sendiri.
Buruknya mereka ( dilihat dari perkataannya saat itu) bukan kesalahanku pada mereka, aku bahkan tak mengenalinya.
Namun, karena hati mereka penuh dengan “kotoran” yang tidak tahu ingin dibuang kemana.
Hingga melempar “kotoran” itu agar membuat orang lain merasa “kotor”.
Pada akhirnya, aku belajar untuk tidak menerima “kotoran” yang di lemparkan padaku.
Tidak apa-apa menangis saat ini, asalkan hatimu tetap seperti sedia kala. Tidak menjadi busuk karenanya.
Tidak perlu khawatir mengenai penilaian orang tentangmu. Khawatirlah jika hatimu ikut tercampur “kotoran” itu lalu menjadi seperti mereka.
Banyak “kotoran” yang akan kau temui disekitarmu.
Entah melalui pesan orang lain dalam akun sosmedmu, entah itu bisikan-bisikan para pembual tentangmu, atau bahkan ucapan menyakitkan dari mulut orang terdekatmu.
Jika kau menerimanya, cukup letakkan diluar hatimu bukan untuk kau simpan.
Lalu, berjanji lah pada dirimu sendiri untuk tidak melemparkan ujaran kebencian, candaan yang menyakitkan, dan perbuatan menyakitkan lainnya pda orang lain.
Karena kau telah tahu bagaimana rasa sakitnya mendapat “kotoran” itu.
Terakhir, untuk siapapun yang tengah belajar bangkit setelah merasakan sakit, semoga kamu sadar bahwa kamu berharga bukan seperti perkataan dan perbuatan buruk mereka.
Jika kamu tidak mendapatkan Cinta, cobalah untuk mengajarkannya.
Aku hanya ingin menitip pesan untuk menjaga hati mu baik-baik saja.
Pilihlah mana yang berhak kamu simpan dalam hati dan mana yang harus kamu hindari .
Meski tidak jarang pula perlakuan dan perkataan buruk itu berasal dari orang terdekatmu.
Aku harap, hatimu baik-baik saja.
Kamu dicintai, aku hanya ingin berkata ini untukmu.
Untuk aku.
_Rabu, 23 Juni 2021_
0 notes
perempuanpembaca · 3 years
Text
Satu hal yang paling kusesali. Pernah merasa menjadi manusia paling baik hanya karna mengamalkan kebaikan yang tidak nampak dikerjakan oleh orang lain.
Padahal belum tentu begitu. Orang lain itu bisa saja mati-matian menyembunyikan amal perbuatan, hingga tangan kirinya tidak mengetahui kebaikan tangan kanannya.
Tak perlu berbangga, amalan kita belum ada apa-apanya. Ketahuilah pula, banyak amal kecil menjadi besar karna niat. Banyak pula amal besar menjadi kecil sebab riya.
233 notes · View notes