Text
Aku berjuang menghirup udara pagi, memetik embun di antara daun dan rerumputan sebagai bekal untuk perjalanan siang yang tak lagi ramah.
Yang lelap semakin menghilang di dunia fantasi, mengembara tanpa mengubah atau membawa ke mana-mana.
O pagi yang bernapas, denyut hidup bermula dari sini, mengalirkan senyum indah pada tubuh yang lelah. O cinta, mewujudkan kerja nyata, dirimu semakin cemerlang di antara guratan dahi dan raga yang renta.
Aku meninggikan nama-Mu, Tuhan, yang telah tinggi. Asa yang membara akan janji-Mu membuat kakiku kokoh menapaki langkah-langkah terjal.
Syukurku adalah secuil persembahan atas semua karunia-Mu. Alhamdulillah, Alhamdulillah.
0 notes
Text
0 notes
Text
Kita bisa belajar dari pelaku dan korban, dari subjek dan objek, belajar pada kesalahan diri dan kesalahan orang lain. Saat kita tersinggung dengan kata-kata orang lain—yang perlu kita refleksikan adalah: Mengapa kita begitu sensitif? Apakah kata-kata itu memang menyakitkan, atau hati kita saja yang sedang rapuh? Misalnya, ketika seseorang mengatakan kita tidak kompeten, apakah itu benar-benar mencerminkan kemampuan kita, atau apakah kita hanya terlalu sensitif terhadap kritik? Mungkin kata-kata orang lain serupa paku yang bisa membuat kita terluka, tetapi jika kita tak membiarkan terluka—ia tak akan terluka. Bisa jadi selama ini luka yang ada di dada kita hanya goresan kecil, atau bahkan sekadar cubitan yang tak seberapa. Hanya saja kita yang terus-menerus menggosok-gosok luka itu, seakan ingin memastikan bahwa luka itu tidak akan pernah sembuh. Prasangka buruk, dendam, egois, kerap menjadi penghalang bagi kita untuk melupakan luka. Dengan mengubah cara pandang, kita dapat mengubah respons kita terhadap luka.
0 notes
Text
0 notes
Text
Aku pernah berlari cukup jauh
merentang jarak dari lembah dadamu ke puncak dadaku
Berharap degup yang kerap mengusikku berhenti;mati
Pun angin tak akan mewartakan tentangmu lagi
Tidak, ternyata aku keliru
Bagaimana bisa?
Kalau yang mengalir di urat nadi adalah namamu
0 notes
Text
0 notes
Text
Bahagia tidak harus menunggu atau menemukan. Ya, bahagia saja. Tanpa syarat, tanpa ukuran. Hidup ini perjalanan singkat, dibatasi waktu dan takdir. Aturan ada, tapi jangan membatasi kreativitasmu. Ingat, kebebasan sejati adalah kebebasan untuk menjadi diri sendiri dalam harmoni dengan sesama. Kebahagiaan itu sederhana, tapi tidak mudah. Jangan biarkan masa lalu membelenggu masa depanmu.
0 notes
Text
Jejak Luka di Langit Senja
Sungai kenangan mengalir bagai air mata,
Menetes di pipi langit senja yang kelabu.
Embun kenangan disesap oleh hembusan angin,
Menyisakan rasa perih di lubuk hati yang pilu.
Sunyi mengetuk pintu kamar di dada,
Menyibak luka lama yang tak terlupa.
Air mata mengalir tanpa henti,
Mencari kedamaian di lautan mimpi.
Api cinta telah padam dan pergi,
Meninggalkan kehangatan yang kini hampa.
Aku tersesat di rimbun kenangan,
Mencari jalan pulang yang tak terjamah.
Tawa dan tangis melukis langit,
Menceritakan kisah cinta yang telah musnah.
Aku adalah rumah yang ditinggal penghuninya,
Merindu akan kepulangan yang tak mungkin terjadi.
Mendekap gigil dalam kesepian,
Mencoba merajut kembali kebahagiaan yang hilang.
Namun, tak terelakkan, kenyataan pahit menghadang,
Aku terjebak dalam belenggu kenangan yang tak terlepaskan.
0 notes
Text
Berhenti
aku menggulung cerita
pada sajak tak berjejak
pada senyum bau kecut
harapan tak terengkuh
rindu tak terasuh
aku berhenti di langkah ini
persimpangan; di ujung jalan
kuhujam ulu hati dengan belati
semoga anggunmu mati
tak mengusikku lagi
0 notes
Text
Rindu adalah kondisi jiwa ingin bertemu dengan tambatanya
Tentangnya hadir begitu saja di ingatan; perihal apa yang telah dijalani bersama
Ia berteriak dan terkadang merintih lirih mendamba temu
Berdoa, berharap dengan segenap cinta yang ada
Mengenang; melihat ulang foto/video tentangnya
Menghadirkan kesedihan karena tak bisa bersua. Namun, memupuk kekuatan untuk percaya.
1 note
·
View note
Text
ada batas yang menjadi misteri ada sesuatu di luar kedali
jadi, bila takdir tak sesuai dengan keinginan kita
rendamlah di bak cucian beberapa menit, campur dengan beberapa sendok kesabaran lalu cuci sampai bersih
eh, jangan lupa campur dengan pewangi sebelum dijemur
0 notes
Text
Mencintai Diri Sendiri: Proses Panjang Menuju Kebahagiaan
Kita seringkali ingin mengubah orang lain agar sesuai dengan keinginan kita. Namun, kenyataannya, kita tidak bisa memaksa seseorang untuk menjadi seperti yang kita inginkan. Terkadang, hal-hal yang tampak sederhana bagi kita mungkin tidak mudah bagi orang lain.
Contohnya, saya pernah memiliki pacar yang tidak tertarik membaca buku, padahal saya menganggap membaca sebagai kegiatan yang keren. Saya memberinya beberapa buku dengan harapan dia akan menemukan kebahagiaan dalam membaca. Namun, hasilnya mengejutkan: tak satu pun buku yang saya berikan dibacanya. Meskipun awalnya saya kecewa, saya kemudian menyadari bahwa mencintai bukanlah cara untuk mengubah seseorang sesuai dengan selera kita. Lebih penting lagi, mencintai berarti menerima dan belajar bersama untuk menjadi lebih baik.
Sebuah insiden kecil juga mengajarkan saya tentang pentingnya memahami perbedaan. Saya mengirim SMS kepada pasangan saya dengan kata-kata “I love you,” dan dia membalas dengan “I love you to.” Saya langsung meneleponnya dan mengomentari kesalahan penulisan “to” yang seharusnya “too.” Padahal, ini hanya masalah satu huruf, tetapi kemesraan kami tiba-tiba berubah menjadi perdebatan sepele. Kita tahu bahwa perempuan adalah makhluk dari planet Venus yang jenius, dan mereka jarang salah. 😄
Dalam mencintai, kita perlu lebih dari sekadar menyukai sisi-sisi baik dari pasangan kita. Kita juga harus belajar menerima dan memahami hal-hal yang mungkin tidak kita sukai dari mereka. Mencintai bukanlah cara untuk mengubah orang menjadi seperti yang kita inginkan, melainkan untuk saling memahami dan tumbuh bersama.
Jadi, mari kita terus belajar, menerima, dan memahami satu sama lain. Karena mencintai diri sendiri dan orang lain adalah proses panjang menuju kebahagiaan.
0 notes
Text
0 notes
Text
Dalam kerinduan, aku menemukan keajaiban. Seperti hujan yang merindukan tanah kering, aku merindukanmu. Setiap detik terasa seperti abad, dan setiap jarak terasa tak terlampaui. Aku menciptakan dunia di dalam hatiku, tempat kita berdua berdiam. Aku menulis puisi tentangmu, mengukir kata-kata yang tak pernah terucap. Namun, aku tahu, rindu ini tak akan pernah cukup. Karena dalam setiap hela nafas, dalam setiap denyut jantung, aku merindukanmu lebih dari yang bisa aku ungkapkan. Terima kasih telah membagikan perasaan ini dengan aku.
0 notes
Text
0 notes
Text
0 notes