nimastrosfer
nimastrosfer
Nimastrosfer
41 posts
this is everything i didn't say
Don't wanna be here? Send us removal request.
nimastrosfer ยท 6 days ago
Text
Angan yang terbang
"Tulisan". Baru sekarang aku sadar, baru sekarang aku bisa memaknai arti dari nama depanku itu. Selama ini bertanya-tanya mengapa artinya itu, setelah melihat kilas balik ke masa kecil hingga sekarang, ternyata aku tumbuh berdampingan dengan tulisan disetiap perjalananku.
Dari kecil aku memang suka membaca, berawal dari buku dongeng hadiah susu dancow, lalu merambat ke jenis bacaan lainnya seperti cerpen dan novel. Kelas dua SD, aku selalu bersemangat membaca buku di perpustakaan sekolah. Kelas 4 SD, aku sengaja minta dibelikan buku paket bahasa Indonesia seperti sekolah saudaraku yang beda daerah karena banyak ceritanya. Hingga kelas 6 pun, aku turut senang karena perpustakaan SDku di renovasi jadi bagus, dan salah satu cerita yang masih berkesan hingga sekarang adalah "Petualangam Antariksa". Kemudian, SMP-SMA aku juga sering menghabiskan waktu istirahat untuk meminjam novel-novel di perpustakaan, sampai akhirnya sekarang aku mengoleksi beberapa novel sendiri.
ternyata kesenanganku membaca fiksi mendorongku untuk senang menulis juga, jaman kecil dulu aku memiliki ambisi yang besar untuk memiliki karya tulis. Saat SD dulu, aku selalu bersemangat menulis puisi, dan juga menulis banyak cerpen di buku tulisku yang bergambar Samurai. Hampir setiap hari aku menulis cerita disana, dan setiap buku itu ku bawa sekolah ada salah satu temanku yang bernama Hanan sangat mengapresiasi karyaku. Setiap kali aku menulis cerita baru, ia pasti semangat meminjam bukuku dan membaca ceritanya, bahkan sampai ia pun hafal siapa saja tokohnya. Tak hanya itu, bahkan saat perpisahan kelas 6, dan kelasku menunjukkan sebuah drama, akulah sosok yang menulis naskah drama tersebut dengan judul "Dikala Angka-Angka Memerah".
Menginjak SMP, aku masih saja semangat menulis di buku dengan konflik yang lebih complicated. Namun sayang, beberapa cerita yang sudah ku tulis di buku itu lenyap seketika karena buku-buku ku di rongsokan oleh ibuku. Satu lagi, saat kelas 8 di pelajaran bahasa indo, kami melakukan kegiatan belajar di hutan sekolah, dan disana kita diminta untuk membuat puisi dengan mengamati lingkungan sekitar.
"Siapakah yang di puisinya ada tanda tangan saya? Kalau ada silahkan maju ke depan dan bacakan karena itu puisi paling bagus di kelas ini". Dan saat ku buka, akupun tidak menyangka kalau itu adalah puisi yang aku buat. Puisiku jadi puisi yang paling baik di kelas.
Namun, setelah meninjak dewasa entah mengapa semua ambisi-ambisi itu terbang entah kemana, bahkan ketika aku bercermin pun bayangannya bukan aku yang dulu, entah bergambar siapa.
0 notes
nimastrosfer ยท 1 year ago
Text
Alam raya pun semua tersenyum, merunduk dan memuja hadirnya
0 notes
nimastrosfer ยท 1 year ago
Text
lagi-lagi aku bermimpi
Akhir ini tubuhku terasa sangat ringkih, kepala pusing setiap hari. Habis makan pun bukannya makin kuat malah makin pusing dan mual. Pulang kerja seperti berhalusinasi, seperti ada kunang-kunang yang menari ditambah badan yang terasa gak enak sama sekali. Untuk itu, aku sejenak melipir dulu dari aktivitas ku yang begitu padat dan menguras tenaga. Toh, aku begini juga tidak ada yang peduli kan? Tidak ada yang memahami keluhan ini. Lelah juga dituntut buat kuat dan baik-baik saja, Yah Ujungnya hanya aku aku yang bisa memahami diriku sendiri.
Daripada memperkeruh keadaan, aku meminum intunal, obat yang dosisnya lumayan tinggi. Setelah itu ku jaket I dan selimut I tubuhku yang rasanya ingin menggigil ini. Perlahan pun aku terlelap.
Tok tok
Kupersilakan masuk si pengetok itu,
"Astagaa!!!!" Aku terkejut bukan main.
Kamu datang lagi mengunjungi bunga tidur ku, mengajakku untuk mengingat ulang apa yang pernah ada di masa lalu. Ohhhhhhhhh bukannya aku tidak mau ketemu lagi, tapiii seluruh pertahanan ini luruh.
Ahhh aku kangen kamu;!!!!
0 notes
nimastrosfer ยท 1 year ago
Text
tadi malam aku menangis
Di sepanjang perjalanan keluar kota, menuju kota serayu. Aku duduk menepi di baris paling kiri, sisi jendela pada Banjar ke dua. Melihat hiruk pikuk kota, melihat perpindahan senja menuju gelap, dan juga sedikit ingin membagi keluh yang ada.
Aku pikir segala pesta yang sedang berkecamuk dikepala bisa aku tata pada bilik ruang yang selama ini tak terbuka. Sembari memegang ponsel dan mencoba untuk berbagi resah yang harusnya sudah kuceritakan sebelumnya.
Tadi malam aku menangis, mendapati apa yang terjadi diluar bayanganku. Keluh yang berujung tanpa balas, resah-resah lain yang selama ini kusimpan berantakan di kepala pun tumpah. Tadinya aku ingin menatanya, namun malah jatuh berserakan dengan sendirinya menuruti air mataku yang juga luruh. Makin lama semua yang aku bendung pun meluruh.
Aku masih merenung, apakah semenjemukan itu kah? Aku tidak ingin apapun dan aku pun juga tak berharap lebih apapun, hanya ingin satu. Apa tidak bisa itu di dengarkan dulu? Yang setidaknya dapat mengurangi keruhnya kepalaku.
Tapi tak apa, mungkin lebih indah mendengarkan lagu ataupun kisah-kisah yang lain daripada rengkuhanku.
Ku seka air mataku, sambil memastikan kembali.
Ah sialan, memang bangsat.
1 note ยท View note
nimastrosfer ยท 2 years ago
Text
resah, mencari kerja susah.
Mau merantau, tapi masih ada tanggungjawab yang tidak bisa di pisah.
10 notes ยท View notes
nimastrosfer ยท 2 years ago
Text
Masih sama saja seperti cerita-cerita tahun lalu
Masih sepi, tidak ada tamu yang kubiarkan untuk masuk. Sebenarnya tidak ada kunci sama sekali, siapapun bisa masuk. Namun entah mengapa begitu sulit orang-orang masuk kesini.
1 note ยท View note
nimastrosfer ยท 2 years ago
Text
Untukmu, untukku, Untuk kita. Untuk kita yang merangkak menyalakan lentera, yang gemar bertarung menyalakan pesta pora di kepala. Berbekal kemungkinan yang entah atau kelak menjadi nyata, semoga doa kita sama. Untuk setiap langkah dan api yang menari diantara binar mata kita, asa itu masih ada, mari kembali menjaganya menyala. Kabut yang menggumpal dan badai yang menerpa, pasti ada. Tapi tenang saja, kita pasti bisa menyala. Layaknya kunang-kunang yang terbang di siangnya. Walaupun redup, tapi kita ada.
0 notes
nimastrosfer ยท 2 years ago
Text
Lekas pulih untuk semua luka yang tergores pada batin maupun fisikmu. Darah anyir yang mengucur pada lukamu pasti tak sebanding dengan porak poranda nya keping hatimu.
1 note ยท View note
nimastrosfer ยท 2 years ago
Text
Aku memang tidak pandai dalam bercerita, mungkin aku kurang menarik atau bahkan monoton. Tapi, terlepas dari itu apa tidak boleh kalau ceritaku di dengar dahulu?
Kadang sedih juga kalau lagi di tengah cerita tiba-tiba ada yang menyela. Karena aku kalah power dalam hal itu, akhirnya aku hanya bisa menelan ceritaku secara lahap hingga tak ingin lagi rasanya bercerita.
Ternyata hanya Tuhan dan aku yang bisa mengerti dan mendengarkan diriku sendiri dengan baik :)
0 notes
nimastrosfer ยท 2 years ago
Text
"But my support system... "
Aku pernah membuat story pada fitur whatsapp seperti itu. Iya, aku memang sedang berada pada titik terendah saat itu. Satu persatu temanku menemukan pujaan hatinya masing-masing, sedangkan hanya aku seorang yang tinggal fokus pada ruang yang berisikan labirin. Ternyata, semakin masuk aku semakin tersesat dalamnya.
Waktu itu ada yang bilang padaku katanya aku lama-lama bisa bodoh karena terus-terusan dalam labirin itu. Ya gimana aku mau keluar, rintangannya ada saja.
0 notes
nimastrosfer ยท 2 years ago
Text
Sendiri itu tenang, tapi selebihnya kesepian
0 notes
nimastrosfer ยท 2 years ago
Text
Tubuhku, maaf ya aku senang sekali mengabaikanmu.
Dari telat makan, pusing, batuk, flu, gejala tipes, campak, radang tenggorokan, sampai batuk lagi.
Dua minggu ini emang padat banget ya rasa sakitnya, ayok segera pulih yok!!!
0 notes
nimastrosfer ยท 3 years ago
Text
Di jatuhkan dan di injak oleh bangsanya sendiri.
0 notes
nimastrosfer ยท 3 years ago
Text
Ternyata bekas lukaku ini rasanya sakit dan ngilu, walaupun sudah tak sesakit dulu. Tapi masih ada juga rasanya.
0 notes
nimastrosfer ยท 3 years ago
Text
Blm kepikiran
0 notes
nimastrosfer ยท 3 years ago
Text
0 notes
nimastrosfer ยท 3 years ago
Text
Kapan?
Tiga hari yang lalu aku mengalami kecelakaan. Aku di tabrak oleh seorang pengendara motor dari belakang. Aku jatuh dan bergulung-gulung di aspal. Dengan segera aku bangun, karena aku sangat khawatir jika laptop yang aku bawa pecah dan bermasalah. Semua orang panik, dan menyelamatkan orang yang menabrak ku serta membawa motorku menepi. Melihat itu, aku juga langsung menepi ke arah pinggiran.
Sebenarnya kali ini aku cukup tenang, entah mengapa aku sudah bisa memprediksikan kejadian ini akan terjadi. Ternyata benar, kegelisahan yang selama ini tersarang di benakmu menjadi nyata.
Ku lihat ternyata banyak luka yang ada di tubuhku. Kaki kanan dekat mata kaki ku bersimbah darah karena sobek sekitar 6x5 cm. Jari tengah dan manis kaki kanan juga sedikit tergores. Kedua lututku sama-sama terluka juga, dan terakhir adalah lengan sikuku juga robek cukup lebar disertai bengkak.
Setelah aku berdamai dengan si penabrak, aku menunggu motorku yang bermasalah di bengkel. Orang yang punya bengkel sangat baik, aku di paksa untuk tidak membayarnya. Sepanjang pengerjaan motor pemilik bengkel dan orang-orang justru cemas melihat keadaanku yang sudah bersimbah darah. Aku diberi saran untuk segera di larikan ke rumah sakit. Namun, aku menolak karena aku masih merasa sanggup menahannya. Alhamdulilah banyak orang baik yang ada disekitarku.
Usai motor beres, aku segera pulang ke rumah. Di sepanjang perjalanan aku sekilas mengamati luka-luka ku. Ternyata kasihan juga jika mereka ku biarkan saja, lalu setelah aku merasa kalau luka itu sedikit nyeri aku memilih untuk membaww diriku ke klinik kesehatan.
Turun dari motor aku merasa kakiku sudah pincang. Dengan terpincang, aku segera memasuki resepsionis untuk mengambil nomor antrian, sialnya waktu itu sedikit mengantri, aku mendapat nomor antrian ke 101. Ternyata mulai dari aku masuk klinik ada salah satu pengantri yang memperhatikanku, rupanya ia paham kalau aku habis jatuh. Ia berinisiatif untuk menukar nomornya supaya aku bisa diperiksa duluan. Aku akui baik sekali orang itu, namun melihat selisih nomornya hanya 1,yaitu 100. Aku memilih untuk tetap menggunakan nomor antrian ku saja karena merasa tidak enak. Aku tersenyum, ternyata Tuhan masih menunjukkan padaku bahwa masih ada juga orang yang baik hatinya.
Usai 101 di panggil, aku pun maju ke resepsionis.
"Ada keluhan apa mbak? " Tanya si resepsionis
"Mau periksa mas, habis kecelakaan"
"Yang kecelakaan mbak sendiri?" Tanya petugas itu.
"Iya mas"
"Yasudah mbak, tunggu di UGD dulu saja mbak nanti ditanganin".
Aku pun segera memasuki UGD. Sial, kali ini UGD sangat sepi, tidak ada petugas sama sekali. Akupun segera merebahkan tubuhku yang mulai sakit di tempat tidur. Sepanjang aku menanti pikiranku menerawang ulang pada kejadian tadi. Mulai dari jatuh dan bangun sendiri, pulang membawa motor sendiri walau kaki berdarah-darah, lalu masuk klinik pun aku menyerahkan diriku sendiri.
"Mbaknya sendiri? "
Pertanyaan itu selalu mengganggu pikiranku. Ternyata benar, aku memang terlalu sendiri. Padahal aku pikir, aku akan mencoba mandiri karena tidak mau merepotkan orang lain. Ternyata, pendapatku itu salah kaprah di kejadian seperti ini. Aku pun berulang kali bertanya kepada diriku.
"Sampai kapan aku sendiri? Berdiri di kaki ku sendiri? " Sejenak mataku berkaca-kaca meratapi itu. Entah mengapa, hal itu lebih membuatku terpukul dibanding dengan luka yang sudah berdarah-darah kala itu.
0 notes