nafimun-blog
The Wanderer
18 posts
A Little Journal of Soul
Don't wanna be here? Send us removal request.
nafimun-blog · 7 years ago
Text
Mamak
Begitu kami, aku dan Mbak Esti menyebut Ibu kami. Ketika kecil, kata orang-orang sekitarku, aku nggak bisa lepas dari Mamak. Bahkan ketika ia harus ke kamar mandi-pun aku akan ngintil (ngikutin). Kalau nggak diturutin, aku bakal nangis kenceng, sampai tetanggaku denger. Hew. Memalukan sih memang. Tapi ketika beranjak remaja, ego-ku mulai terbentuk. Apa-apa harus diturutin kemauannya. Aku punya pola pikir sendiri. Begitupun Mbak Esti. Kami, adalah anak-anak keras kepala yang sering ngikutin keinginan sendiri. Tapi sejak kuliah semester akhir, aku dan Mbak Esti, mulai luluh hatinya. Kami sadar, betapa perjuangan Mamak dari awal pernikahannya dengan Bapak sampai membesarkan kami sampe setua ini, bukan hal yang mudah. Ia banyak menahan diri dari berbagai keinginannya dan dari rasa sakit hatinya. Kami bukan berasal dari keluarga berlimpah. Apalagi sebelum Bapak bisa dapat sertifikasi. Mamak. Mbak Esti, aku (paling bandel), harus prihatin dengan keadaan. Kami terbiasa menahan diri. Meskipun, aku termasuk anak yang gagal dalam urusan menahan diri dan hidup sederhana dibanding Mbak Esti, tapi aku belajar banyak dari Mamak. Bagaimana ia mengelola uang, mengelola perasaannya, menahan diri dari banyak hal, bahkan sejak kecil. Meskipun kayak Tom and Jerry, tapi aku sangat hormat dan jadiin Mamak sebagai suri tauladan. Dulu, ia berasal dari keluarga yang jaaauh lebih prihatin daripada keluarga yang kami bentuk sekarang. Tapi, dari situlah, ia menjadi ibu yang tangguh. Aku gatau kalau aku harus jadi belio, apa kuat atau enggak. Hew. Aku masih ingat cerita ketika Mbak Esti masih kecil, dan hidup di Wonosari dengan kondisi sangat sederhana. Bapak masih sering bolak balik Kulon Progo - Gunungkidul, dan mereka (mbakku dan ibuku) stay di Wonosari. Ketika itu, ibuku juga mencari penghasilan (dasare ga bisa diem juga wkwkw). Makan pun menunya sederhana banget. Sayangnya aku nggak mengalami kondisi itu. Aku sudah di KP waktu ingatanku mulai terbentuk. Kondisinya lebih baik. Tapi, kesederhanaan yang dibangun ternyata melekat dan jadi lifestyle aku dan Mbakku. Mbakku jauh lebih qonaah sih sebenernya. Ia jadi lebih tahan banting untuk urusan hidup. Aku tidak pandai mengungkapkan banyak hal ke orangtuaku. Kadang iri ketika temen-temen bisa begitu dekat dengan ibu mereka. Bisa berbagi banyak cerita, ngucapin hal-hal unyu. Tapi aku nggak bisa. Sulit sekali. Padahal, seorang ibu pasti sangat bahagia dengan ucapan-ucapan kecil tanda rasa sayang dari anak-anak mereka, walaupun itu nggak akan bisa gantiin perihnya melahirkan dan membesarkan anak-anak yang super suuuuliiiit. Selamat hari ibu dari seluruh anak yang bandel kepadamu, Bu. Hew
0 notes
nafimun-blog · 7 years ago
Text
Melepas Part II
Melepaskan sesuatu yang kita cintai itu bagian paling berat. Setengah mati. Tapi melepaskan sesuatu yang membuatmu terkekang atau sesuatu yang membuatmu merasa berjuang sendiri atau sesuatu yang membuatmu sering bersedih dan tertekan atau sesuatu yang menawarimu ketidakpastian; bisa jadi lebih baik daripada kamu mempertahankannya. 
Membebaskan jiwamu adalah perjuangan berharga yang harus kamu lakukan untuk hidupmu. Bukan berarti sesuatu itu tidak baik, bisa jadi dia sangat baik, tapi bukan untukmu. Kamu punya kewenangan atas hidupmu, jangan sampai perasaan kita terhadap sesuatu menguasai dirimu. Lepaskan, dan berbahagialah. 
0 notes
nafimun-blog · 7 years ago
Quote
Dalam hidup, segala hal mestilah dilakukan pada batas kewajaran. Karena keselamatan berada di tengah antara dua hal yang saling berlawanan. Jadi keselamatan adalah jalan tengah atau kewajaran atau keberimbangan. Yang kita saksikan akhir-akhir ini adalah kehidupan yang serba tidak wajar, melampaui batas. Dan kehidupan takkan kembali berimbang sebelum dia mengalami akibat ketidakwajaran itu. E, anakku, cucuku, kita sendiri telah ikut-ikutan lupa
Sakarya [Ronggeng Dukuh Paruk]
0 notes
nafimun-blog · 7 years ago
Text
Melepas
Tumblr media
Melepaskan, adalah bagian sulit dalam kenyataan sehari-hari. Mungkin ego kita main terlalu dominan di area ini Haha.  Misalnya, kemarin saya sudah keukeuh untuk membeli Little Prince a.k.a Le Petit Prince di sebuah toko buku. Namun, akhirnya saya memilih melepas itu. Kenapa? karena saya sudah nonton filmnya, pertama. Kedua, saya masih ada beberapa daftar buku yang pengen segera saya selesaikan. Ketiga, saya harus menekan pengeluaran. Dan wala, alhasil, saya berhasil melepaskan keinginan kuat saya itu. Saya kembalikan ke tumpukan buku dengan berat hati (emot bye-bye pakai sapu tangan sambil nangis ala Cony di Line)
Kecewa? Dikit. Tapi justru fase itulah yang sangat melegakan. Yes, aku berhasil mengalahkan diriku sendiri. Keinginan dan ambisi yang kuat terhadap sesuatu atau seseorang, menjadi penjara terbesar hati seseorang. Maka, Tuhan menciptakan mekanisme “melepaskan” untuk mengobatinya. Apalagi terhadap hal-hal yang mungkin ada hak orang lain di dalamnya. Melepaskan sesuatu yang membelenggu, seperti keinginan. Sesuatu yang sebagian menjadi bagian orang lain. Apa? Misal harta. Semakin kita rela melepaskan sebagian harta kita, maka kebahagiaan melepaskan akan kita miliki. Maka, ketika beberapa hal terasa membebani, membuat hatimu sesak, pikiran tak menentu, maka melepas adalah mekanisme paling baik. Seperti buah busuk atau daun kering. Meski ia bagian tak terpisahkan dari pohon, tapi ia harus dilepaskan, apapun yang terjadi. Begitu kali ya.
0 notes
nafimun-blog · 7 years ago
Text
Pilihan Hidup ala-ala Arya Stark
Setelah Katniss Everdeen di serial Hunger Games, aku menemukan sosok asik yang aku  gandrungi di Game of Throne: Arya Stark. Sebagai penggemar ‘anyaran’ GoT, aku sangat menikmati serial ini; dari alur cerita, penokohan dan semua-muanya, kecuali beberapa scene yang terlalu vulgar. Kenapa Arya dan Katniss? Karena mereka dua sosok perempuan yang bakoh kokoh tak tertandingi bak Semen Gre*s*ik.
Nah, di season 7, ada scene percakapan antara Arya dan Sansa Stark. Setelah petualangan mereka di luar Winterfell pasca Ned Stark – ayah mereka – meninggal, akhirnya mereka kembali ke Winterfell dengan penaklukan oleh Jon Snow, Wildling dan bantuan pasukan dari Vale. Dialog ini terjadi sebetulnya karena ada rekayasa dari Baelish; mantan penasihat Raja yang culas, pragmatis, licik, oportunis, dan ya yang uwelek-uwelek itu lah. Dengan posisi Sansa sebagai Lady Stark dan Arya yang cukup ‘membahayakan’ posisi Baelish untuk mendapatkan kekuasaan, jadi oleh Pyter Baelish, Arya dipancing untuk menemukan surat yang ditulis Sansa Stark ketika dia masih di King’s Landing; waktu Sansa masih hijau. Sansa diminta Cersei untuk menulis surat kepada Ibunya, Lady Catelyn dan Robb Stark, kakaknya, agar mau tunduk kepada istana, agar tuduhan pengkhianatan yang dilakukan oleh Ayahnya bisa diberikan pengampunan oleh Raja. Karena tekanan yang diberikan oleh pihak istana, akhirnya Sansa belia mengirim surat itu ke Winterfell.
Sansa : Mereka memaksaku.
Arya : Sungguh ? Dengan pisau di tenggorokanmu ? Mereka menyiksamu hingga tulangmu retak ?
Sansa : Kau tak tahu rasanya. Aku masih kecil.
Arya : Aku juga. Lebih baik aku mati daripada khianati keluargaku.
Sansa : Mereka bilang hanya itu cara menyelamatkan Ayah.
Arya : Dan kau cukup bodoh untuk percaya itu. Aku ingat kau di panggung bersama Joffrey dan Cersei saat Ayah diseret ke kayu eksekusi. Kuingat gaun cantikmu. Tatanan rambut indahmu.
Sansa : Kau ada di sana ?
Arya : Ya. Berdiri di kerumunan di dekat patung Baelor.
Sansa : Lalu apa yang kau lakukan ? Lari menolong ? Melawan Lannister dan menyelamatkan Ayah ?
Arya : Aku ingin.
Sansa : Tapi tak terjadi. Sama sepertiku.
Arya : Aku tak mengkhianati. Ayah dan Robb. Aku tak mengkhianati seluruh keluargaku demi Joffrey tercinta.
(terus mereka bertengkar %@&$^(@_&@($(GKFOUS^%$#)
Arya : Kau takut Lord Utara akan membacanya. Mereka takkan mematuhi Lady Sansa jika tahu dia menuruti Cersei.
Apa pendapat Lyanna Mormont ? Dia lebih muda darimu saat kau menulis ini. Apa kau akan jawab: "Aku masih anak - anak ?"
Sansa : Kau marah. Kadang amarah membuat orang berbuat hal tak menguntungkan.
Arya : Kadang takut membuat mereka berbuat hal tak menguntungkan. Aku memilih amarah.
[Btw yang belum tau Lady Mormont, dia adalah salah satu Lord di House of Mormont, yang usianya masih belia. Kisaran 11 tahun. Dia sangat tegas dan punya sikap, meskipun Lady Mormont masih kecil.]
Bagi Arya, setiap langkah yang kita ambil, atas sikap yang akan kita lakukan, kita punya pilihan. Kita bisa menentukan keputusan seperti apa yang akan kita jalankan, atas dasar motivasi apa tindakan kita. Meskipun pilihannya sangat sulit, tapi pilihan itu pasti ada. Seringkali, kita menjadikan alasan-alasan tertentu sebagai apologi. Hal ini aku rasakan sebagai pelemah, membuat kita menjadi permisif karena alasan-alasan tertentu; ‘ah kan aku masih muda’, ‘ah, hujan’, ‘ah besok masih ada waktu’, ‘ah yang penting untung,’ dan sebagainya. Sepertinya memang sepele. Tapi jika yang kita ambil dilandasai alasan takut gagal, takut salah, takut mengecewakan, dan kawan-kawannya itu, sehingga kita tidak mengambil pilihan lain yang lebih baik, jadinya berakhir seperti Sansa. Telat sadar, hidup dalam ketakutan, bak simalakama.
Aku sebenernya ketohok-tohok banget dengan dialog ini. Seringkali aku memilih pilihan yang bodoh itu, padahal ada pilihan lain yang pinter, jauh lebih baik.  Jaaauhh lebih baik. Kita punya pilihan untuk menertawai kegagalan daripada meratapinya. Kita punya pilihan untuk bergerak dan belajar daripada berdiam diri. Bahkan Lady Mormont, meski masih kecil, yang sebenernya punya banyak banget apologi untuk tidak ini itu, dia memilih pilihan yang berat; memilih mempunyai sikap, prinsip, nilai, dan memilih untuk tidak takut dan bodoh. Ya meskipun setiap pilihan akan ada pelajaran, konsekuensi dan keuntungan masing-masing, namun setidaknya pilihlah dengan baik.
Begitu.
0 notes
nafimun-blog · 7 years ago
Quote
Beric : Kurasa tujuan kita bukan untuk mengerti. Kecuali satu hal. Kita adalah prajurit. Kita harus tahu yang kita perjuangkan. Aku berjuang bukan demi orang yang hampir tak kukenal agar duduk di Takhta Pedang. . Jon : Lalu kau berjuang untuk apa ?  . Beric : Kehidupan. Kematian adalah musuh. Musuh pertama. Dan yang terakhir. . Jon : Tapi kita semua akan mati. . Beric : Musuh selalu menang. Tapi kita masih perlu melawannya. Hanya itu yang kutahu. Kau dan aku takkan dapat kesenangan saat di sini. Tapi kita bisa pertahankan kehidupan. Kita bisa membela orang yang lemah.
Game of Throne, Season 7
0 notes
nafimun-blog · 7 years ago
Text
Pada tiap tempat yang akan kita tuju, pasti banyak kelokan dan terjal-an. Maka, kuatkan pundakmu serta bersabarlah. Perjuangan membutuhkan nafas yang panjang. Jangan buru-buru, siapkan amunisi, dan berbahagialah.
Tulisan : Kesempatan
Kemarin saya bertemu dengan adik kelas saya di SMA dan juga ketika di ITB. Kami tak sengaja bertemu saat check in di Bandara Yogyakarta dan ternyata kami punya tujuan yang sama dan akan berangkat dengan pesawat yang sama pula, waktu check in pun kami duduk di nomor yang berdekatan. Takdir. Sambil menunggu boarding, kami ngobrol banyak hal. Maklum, kurang lebih sudah hampir tiga tahun tidak bertemu sejak saya lulus dan pindah ke Yogyakarta. Obrolan standar. Sedang apa di sini? Sekarang kerja dimana? Dsb. Dia baru menikah dua bulan yang lalu dan sekarang bekerja di sebuah BUMN Migas di negeri ini. Obrolan kami tetap kehidupan pasca kuliah, pekerjaan, aktivitas, keluarga dsb. Salah satu yang menarik adalah ketika kami membahas tentang pekerjaan. Ia menyinggung soal lowongan CPNS yang sekarang ini sedang dibuka. Bahkan diberbagai group whatsapp, into tersebut dibagikan berkali-kali oleh teman-teman yang lain. “Mas, gak minat daftar CPNS? Lagi banyak banget itu dibuka.” “Yah mau gimana, gak ada minat. Daripada coba-coba terus mengambil jatah rezeki orang lain yang mungkin lebih ingin. Alhamdulillah sudah manteb dan mau menekuni bidang kerja yang sekarang.” “Iya juga ya. Jalan rezeki setiap orang memang beda-beda.” “Iya banget. Ini juga mau rencana sekolah lagi soalnya.” “Wah, aku juga pengin sekolah lagi Mas. Tapi, mungkin kudu nyari cara kan soalnya kerja di BUMN.” Kami ngobrol ngalor ngidul tentang banyak hal. Sampai pesawat kami boarding. Dulu, kedua orang tua saya ingin sekali saya menjadi PNS. Sewaktu lulus SMA pun sempat disuruh daftar sekolah kedinasan. Tapi apa hendak dikata, hati tidak ada kecenderungan ke arah sana. Hingga sampai di titik ini, sudah menjadi keputusan bulat bahwa saya mau berkarir di sektor swasta. Bismillah. Dan lowongan CPNS pun tidak berhasil menggoyahkan tekad tsb. Meski memang tawarannya sangat menjanjikan. Saya punya tujuan, ada visi. Dan saat ini, jalan yang sedang saya tempuh guna mencapai tujuan tsb. Kata seorang seniorku. “Kalau kita tahu betul apa tujuan kita, kita tidak akan mudah tergoda oleh hal-hal lain yang mengalihkan kita dari tujuan tsb. Memang ketika kita menempuh jalan untuk ke tujuan itu, kita akan banyak melewatkan kesempatan lainnya. Tapi percayalah pada tujuan dan kata hatimu.” Bismillah. Untuk teman-teman yang mau berjuang untuk mengambil kesempatan (CPNS) yang saat ini dibuka. Semangat. Doa, niat yang tulus, dan proses yang jujur selalu menjadi senjata yang tak tertandingi. Dan semoga menjadi rezekimu, kalau bukan. Jangan bersedih. Berbanggalah, karena kamu sudah berikhtiar. Medan, 7 September 2017 | ©kurniawangunadi
694 notes · View notes
nafimun-blog · 7 years ago
Link
Love this thought :”
0 notes
nafimun-blog · 7 years ago
Text
SA’I
Sebagaimana namanya, “human being”, manusia akan terus menerus ‘menjadi’; ia berkembang, berproses, bertumbuh. Segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Sehingga, hakikat segala sesuatu adalah ‘menjadi’ (read : filsafat ‘menjadi’). Konteks menjadi sangat lekat dengan manusia. Karena setiap jiwa tidak akan sama antara hari ini dan esok, tahun ini dan tahun kemudian. Setiap detik, ia akan berproses menjadi dirinya yang baru. Salah satu proses manusia yang harus dilalui adalah keterpurukan, keputusasaan, untuk menaiki fase yang lebih tinggi.
Beberapa waktu lalu, saya terlibat percakapan dengan seseorang, dan membahas tentang ‘keterpurukan’ (down) tersebut. Kemudian, ia menyebutkan tentang proses Sa’i-nya Sayyidati (Siti) Hajar. Ibrahim ‘alaihissalam, atas perintah Tuhannya, meninggalkan Sayyidati Hajar bersama Ismail ‘alaihissalam yang masih bayi, di sebuah lembah yang gersang dan sunyi. Hingga, ia kehabisan bekal air, bahkan air susunya mengering. Ismail kecil menangis kehausan. Hajar kemudian berjuang mencari air untuk anaknya, berlari-lari antara bukit Safa dan Marwa berkali-kali. Ia seolah melihat air, namun hanyalah fatamorgana.  
Di tengah keletihan Hajar yang dahsyat, Ismail terus menangis dan menghentakkan kakinya di tanah. Saya tidak tahu bagaimana perasaan Hajar kala itu sebagai Ibu, melihat anaknya kehausan tapi tidak ada apapun untuk diminum. Ah, untung saja Hajar mempunyai hati yang luas yang tingkat kepasrahan pada Tuhannya sangat besar. Hingga kemudian, berkat rahmat Allah, terpancarlah air di ujung kaki Ismail ‘alaihissalam yang kelak tidak hanya memenuhi kebutuhan mereka berdua, namun hingga jutaan manusia; air zam-zam.
Kondisi seperti yang dialami Sayyidati Hajar – keputusasaan, keterpurukan, merasa sendiri – tentu pernah dialami hampir semua jiwa. Setiap perjalanan seorang anak Adam, akan menemui kondisi seperti putaran roda. Tuhan menginginkan setiap jiwa untuk merasakan setiap putarannya, agar ia mampu merasa. Mampu merasai, bahwa keterpurukan memanggilmu untuk kembali menjadi manusia yang ‘andap asor’, yang rendah dan bukan siapa-siapa. Keterpurukan, menjadi putaran yang patut disyukuri, karena dari sana kita kembali berpasrah total, atau kalau orang Jawa menyebut ‘depe-depe’. Artinya, Gusti Allah, mengulurkan ‘tangan’-Nya untukmu, agar engkau kembali mengingati-Nya.
Tapi, di antara kegersangan yang mengelilingi Hajar, ia memaknai kepasrahan dan kesabaran bukan dengan sikap yang pasif. Ia terus mencari jalan keluar. Ia ber-sa’i hingga tujuh kali, berlari antara Safa dan Marwa. Ternyata yang dicari-carinya justru sangat dekat; di bawah kaki Ismail. Meski demikian, ia harus tetap melakukan sa’i nya, melakukannya adalah pra syarat untuknya menemukan air di tengah kegersangan. Seringkali, kita, manusia, harus berproses sedemikian pelik untuk menemukan kemudahan yang kadangkala sangat dengan kita. Namun, proses adalah syarat yang wajib ditempuh; seperti sa’i-nya Sayyidati Hajar.
Maka nikmati prosesnya, nikmati sa’i-nya. Putus asa dan terpuruk bukan hal tabu. Ia harus dilalui untuk menjadikanmu manusia yang baru.
0 notes
nafimun-blog · 7 years ago
Text
orang-orang yang bertumbuh
ciri-ciri orang yang bertumbuh: 1. bangun pagi, sebab dia memiliki cita-cita untuk dicapai setiap hari. 2. fokus pada tujuan hidupnya, bukan pada jalannya, melainkan pada bagaimana cara menjalaninya. 3. tidak iri dengan pertumbuhan hidup orang lain. alih-alih, ikut senang dan bahagia apabila ada orang lain yang meraih keberhasilan (dan justru terinspirasi untuk menjadi versi diri yang lebih baik). 4. banyak bersedekah, sebab semakin menyadari bahwa apa yang dimiliki (harta, waktu, energi) bukan milik sendiri. 5. semakin bertambah keimanan, ketakwaan, dan semakin bersyukur.
2K notes · View notes
nafimun-blog · 8 years ago
Text
Mulai Darimana?
Beberapa waktu ini, refleksi kembali soal sumbangsih kita terhadap sesuatu. Soal, hal kecil yang kita lakukan akan berdampak bagi orang lain, entah kecil atau besar, sekarang atau saat nanti. Ini bukan soal, apa yang kamu lakukan atau katakan menyinggung perasaan orang lain. Bukan. Tapi lebih besar dari itu (I think).
Kemarin Aa Yogi ngomongin soal Kemiskinan Struktural, dimana kemiskinan yang marak terjadi sesungguhnya diciptakan oleh struktur, entah negara atau sistem ekonomi dunia (read : capitalism). Dia mencontohkan, salah satunya, misalnya ketika euforia world cup, bisa berdampak ke tekanan kerja buruh. Karena World Cup ini, merk sepatu tertentu, bakal naik permintaannya di pasaran. So, pabrik sepatu, yang biasanya nuntut buruh produksi 3 buah sepatu, bisa jadi 12 sepatu per hari. Secara nggak langsung, ini bakal ngefek ke tekanan kerja dia, fisik dia, dan waktu untuk keluarganya. Wuuhh,,, begitu kuatnya sistem bisa berpengaruh besar ke kehidupan seseorang. Pertanyaannya, siapa yang support sistem? Individu tentunya
Ini terdengar kayak conditio siene quanon. Tapi memang demikian adanya. Satu klik tangan kita ngeshare berita hoax, bakal jadi viral dan diperbincangkan dimana mana. Satu hal yang diulang-ulang, dalam behavioralisme, konon katanya bakal menciptakan satu persepsi yang dianggap benar oleh seseorang. Bayangin aja, hoax bakal dianggap jadi satu kebenaran.
Emmm… Contoh lagi, satu kilo daging sapi yang kita masak rendang misalnya. Berapa liter air yang habis, berapa jumlah gas metana yang kita sumbangkan, air buat masak, nyuci piring, gaji buruh di pemotongan sapi, atau pabrik bumbu-bumbu. Coba aja dirinci. Ini apa yang kita makan juga bakal berdampak pada bumi dan orang lain.
Sampah yang kita tinggal di kelas, bakal menambah pekerjaan cleaning service kampus. Gaji mereka nggak sebesar civitas akademika lain di kampus. Dan masih lo bebani sampah yang harusnya jadi tanggungjawab lo
Kalau dirinci satu-satu, kayak nggak bakalan habis. Sebenernya ini sudah lama jadi refleksi seharusnya. Hanya saja, I was recalled by something which happened to me, nowadays.
Jadi, sejujurnya, ketika bertanya sama diri sendiri, harus mulai darimana ni? Nggak tau juga… yang jelas, start from you. Apapun itu. Misal, ga perlu ikut euforia-euforia yang nggak terlalu penting. Berempati dan be mindful atas apa yang kita lakukan. Paling tidak merasa bertanggungjawab atas keberlanjutan bumi, dan atas kesusahan orang lain yang secara langsung atau nggak langsung kita ciptakan.
0 notes
nafimun-blog · 8 years ago
Quote
Tidak pas mengukur kebahagiaan dan penderitaan seseorang dari kacamata kita sendiri. Itu namanya nggebyah uyah. Mungkin bagi kita emas segunung adalah kebahagiaan. Sedangkan bagi yang lain, sesuap nasi hangat panen ini cukup membuatnya bahagia sepanjang hidupnya.
0 notes
nafimun-blog · 8 years ago
Text
Perjalanan Perjuangan
          Beberapa waktu lalu, tepatnya, Ramadhan tahun lalu saya nonton Drama Korea 11 episode berjudul The Awl. Stigma terhadap Drama Korea mohon disingkirkan terlebih dahulu, yaa. (Haha)
           Drama ini mengangkat tema tentang perjuangan buruh di sebuah perusahaan hypermarket milik asing. Sebelumnya, perusahaan ini tidak ada serikat buruhnya. Kemudian, seiring berjalannya waktu, muncul keresahan yang mendorong kesadaran buruh bahwa ada ketidakadilan dalam hubungan pengusaha dengan buruh. Misalnya, jam istirahat yang terlalu singkat (bahkan makan belum habis pun, mereka harus balik bekerja), pemecatan, upah yang minim, beban kerja maupun jam kerja yang tidak wajar. Hingga akhirnya melalui edukasi oleh seorang aktivis buruh dan pengaruh salah seorang manajer yang pro buruh, mulai mengkonsolidasikan massa dan terbentuklah serikat buruh.
           Awal pembentukan serikat buruh, banyak terjadi intimidasi yang dilakukan oleh para bos di hypermarket ini. Baik dari bentakan, ancaman, hingga pemecatan. Namun justru, intimidasi yang dilakukan pelaku usaha, semakin mengokohkan gerakan serikat buruh yang ada. Awalnya, mereka yang takut-takut masuk ke serikat. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka merasa membutuhkan organisasi yang dapat melindungi mereka dan memperjuangkan kepentingan mereka. Mereka kemudian rela  melkukan demo, memakai seragam serikat buruh ketika bekerja sebagai bentuk perlawanan, hingga aksi mogok makan.
           Namun, pola intimidasi yang dilakukan oleh pengusaha tersebut kemudian diubah dengan politik adu domba dan politik uang. Buruh yang tergabung di serikat, mulai didekati dengan iming-iming kenaikan gaji dan kenaikan jabatan. Selain itu, hasutan terhadap buruh untuk tidak loyal terhadap serikat buruh semakin gencar. Pola inilah yang menjadikan perjuangan serikat buruh semakin lemah dan terpecah. Hanya segelintir orang yang tetap bertahan dengan perjuangan ini.  
           Perjalanan perjuangan selalu menemui dinamikanya sendiri. Ketertindasan, kesamaan rasa atas ketidakadilan akan semakin memperkuat ikatan gerakan. Karena, diperlukan musuh bersama yang jelas untuk mengokohkan barisan perjuangan. Namun, hantaman uang dan jabatan, ternyata menjadi pelemah paling manjur dan mutakhir dalam suatu gerakan. Pada akhirnya, masing-masing anggota mengejar kepentingan masing-masing. Sebab, awal masuknya seseorang ke suatu organisasi adalah karena kesamaan kepentingan dan kesamaan tujuan. Apabila kepentingannya telah terpenuhi, maka ia merasa tidak lagi membutuhkan organisasi.
           Iming-iming materi ini yang selanjutnya akan menimbulkan konflik horizontal, kemudian melemahkan gerakan, hingga akhirnya barisan perjuangan ini akan bubar dengan sendirinya. Segelintir orang yang tetap bertahan, bisa jadi akan tersingkir dan hilang tanpa bekas.  
           Namun dalam drama ini, meskipun bukan happy ending, dedengkot serikat buruh ini terus berjuang untuk kepentingan komunal para buruh di hypermarket ini. Karena, ia menyadari perjuangan seperti ini tidak akan mengenal henti. Persoalan buruh akan terus ada hingga kapanpun.
           Begitu pun dengan perdjoeangan dimanapun. Perpecahan dan konflik horizontal, nampaknya adalah suatu keniscayaan. Akan tersisa segelintir orang yang betul-betul berusaha hingga titik darah penghabisan. Sebab, keresahan dan hati nuraninya lebih besar dibandingkan keinginan pribadinya. Orang-orang inilah yang kelak akan menjadi sosok tangguh dan bijaksana. Karena hasil akhir dari perjuangan, terutama kaum lemah, seringkali tidak berujung pada kemenangan. Namun kebijaksanaan.  
0 notes
nafimun-blog · 8 years ago
Quote
Kesederhanaan sesungguhnya membuat iman kita basah. Karena kekayaan, kemewahan, akan membuat hati kita keras. Rasulullah saw. Bahkan tidak pernah merasa kenyang selama hidupnya.
Kajian Taman Surga, 12/3/2017
0 notes
nafimun-blog · 8 years ago
Text
Teruntuk Anakku
Nak, ibu bukanlah perempuan kuat yg mampu menanggung beban-beban berat layaknya perempuan pejuang lain. Pun, bukanlah ibu yg sempurna, yang bisa mendidikmu menjadi manusia super power.
Tapi nak, ibu hanya berusaha memperbaiki diri, Memberimu gambaran sedikit tentang kehidupan yang baru secuil ibu intip.
Nak, kita masih beruntung menjalani kehidupan yang penuh kasih sayang, tanpa persekusi, tak khawatir kelaparan. Tapi nak, kehidupan kita yang nyaman ini sedikit banyak andil dalam penderitaan orang lain. Handphone yang kita pakai, bahan bakunya dibuat dari tambang yang banyak ditentang, dibuat oleh buruh dengan upah sangat murah. Makanan yang kita makan adalah komoditi hasil jerih payah petani yang dibeli tengkulak dengan harga murah, dan mulai khawatir dirampas lahannya. Minyak yang kita gunakan setiap hari, hasil dari lahan sawit yang telah mengorbankan ribuan nyawa dengan ISPA karena terkena asap, masyarakat adat yang tercerabut dari akarnya, berikut konflik tanah yang tak kunjung rampung. Gaya hidup kita yang semakin hedon, permintaan kita terhadap fasilitas dan eksistensi, nyatanya menyumbang banyak penggusuran demi pembangunan. Pesta pernikahan yang kamu gelar mewah, hitung saja nak satu-satu apa yang telah dikorbankan. Dan sebagainya, dan sebagainya. Banyak bukan? Nak, sedikit banyak kita menyumbang penderitaan untuk orang lain. Bagi kaum yang lemah ekonomi maupun politik.
Tugas kita apa nak? Entah. Ibu pun tak yakin ini adalah tugas yang solutif. Setidaknya, belajarlah agar tidak bodoh dan dibodohi. Belajarlah dengan keras untuk membela apa yang menurutmu benar dan patut dibela. Jangan silau dengan dunia, dan tetaplah sederhana. Hawa nafsumu sesungguhnya merusak dunia. Karena keabadian tidak menuntutmu menjadi kaya. Melainkan, hati dan tindakanmu.
Ibu pun masih belajar. Nak, temani ibu. Kita belajar lagi, mengerti sedikit tentang dunia yang semakin renta.
1 note · View note
nafimun-blog · 8 years ago
Text
Penerimaan
Perjalanan manusia layaknya puzzle dengan pola kepingan yang rumit dan buanyak. Tiap peristiwa akan menyumbang satu keping puzzle untuk dipasang di papannya. Setiap orang mempunyai tingkat kerumitan dan hasil akhir yang berbeda. Kalau kita menginginkan satu keping puzzle yang bukan milik kita, lalu dipaksa dipasang, tentu puzzle tidak akan selesai tersusun.
 Peristiwa tentang kehilangan, kekecewaan, kesenangan, dan ribuan fluktuasi rasa adalah keping puzzle yang akan membentuk ornamen tertentu. Jika saja ketidakberterimaan kita terhadap satu keping, menghambat kita mengambil kepingan lain, maka puzzle akan lambat terbentuk. Keberterimaan atas segala hal, bukan berarti menyerah atau fatalis. Karena penerimaan memperluas kapasitas rasa kita terhadap banyak peristiwa yang lebih rumit di masa datang. Selamat menyusun puzzle!
0 notes
nafimun-blog · 8 years ago
Text
ALKEMIS
Tumblr media
Buku ini buku lawas sesungguhnya. Tapi telat, baru selesai baca kemarin hehehe :3
Buku ini merupakan buku karangan Paulo Coelho, yang menurut saya fruitful, dengan gaya bercerita yang sederhana dan mengalir.  Novel ini banyak mengeksplore tentang makna, yang dimunculkan dari awal buku hingga akhir, tanpa pembaca merasa bosan ataupun digurui.
Colhoe bertutur mengenai perjalanan spiritual. Tentang seorang anak laki-laki dari Spanyol yang bernama Santiago. Ia awalnya seorang gembala yang berkelana dan menikmati proses penggembalaannya. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan seorang laki-laki yang mengaku sebagai raja yang memberitahunya bahwa ada harta karun di Piramida Mesir. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Santiago memutuskan berkelana menuju Piramida dengan modal dari penjualan dombanya.
Di awal kedatangannya di Mesir ia kerampokan, kemudian bekerja di toko kristal dan mengembangkan toko itu selama kurang lebih satu tahun. Pada scene kehidupannya dengan pemilik toko kristal, terdapat hal yang menarik bagi saya. Pemilik toko bercita-cita untuk naik haji, namun ketika ia sudah cukup uang untuk ke sana, ia mulai berfikir untuk mewujudkan impian itu. Aku takut kalau impianku menjadi kenyataan, aku jadi tidak punya alasan lagi untuk hidup. Karena, sesungguhnya manusia membutuhkan tujuan untuk dijadikan alasan hidup. Entah itu tujuan yang mendasar dan lebih Ilahiyah; ataupun tujuan ‘skunder’, yang harus terus menerus dibaharui setiap kali tujuan itu tercapai.
Kemudian, Santiago melanjutkan perjalanan bersama rombongan menuju Piramida dan bertemu seorang inggris yang terobsesi bertemu Alkemis untuk mengubah logam biasa menjadi emas. Yang menarik dari scene ini sebenarnya adalah perbandingan cara antara si Inggris dengan Santiago dalam mendapatkan ‘makna’. Bahwa si inggris ini menemukan makna melalui teori-teori dari buku-buku yang dibacanya. Sedangkan Santiago dari awal menemukan makna melalui tanda-tanda dari fenomena di sekelilingnya. Hal ini menarik, karena perjalanan spiritual yang didapat Santiago lebih banyak dan lebih bermakna. Sebab dengan pertanda yang dibaca dari sekitar, manusia akan mendapat lebih banyak kebijaksanaan.
Hingga akhirnya Santiago bertemu dengan Fatima pujaan hatinya, menjadi penasihat di suatu suku dan bertemu dengan Alkemis. Awalnya ia tidak ingin meneruskan perjalanannya menuju piramida, karena ia berada pada zona nyamannya. Ada wanita yang dicintainya, harta, dan tahta. Akan tetapi, sang alkemis memberikan petuah, betapa zona nyaman akan menghancurkan sang anak, hidupnya stagnan dan tidak akan memberikan ‘buah’ kehidupan. Kejumudan sejatinya melemahkan nalar dan rasa.
Akhirnya ia melanjutkan perjalanan bersama alkemis hingga ke dekat piramida hingga akhirnya ia menemukan harta karun yang diinginkannya. Endingnya? Silakan dibaca sendiri.
Santiago dalam kisah perjalannya memberikan gambaran betapa perjalanan hati atau spiritual merupakan hal yang lebih penting dalam setiap perjalanan manusia. Pelajaran hidup yang didapat Santiago selama proses menemukan harta karun jauh lebih berharga dibanding harta karun itu sendiri. Jika manusia telah berazzam untuk menggapai tujuan, maka ‘jagad raya akan membantumu mewujudkannya’, sepanjang manusia mau keluar dari kejumudan di zona nyamannya. Tuhan sejatinya telah memberikan tanda-tanda yang membimbing manusia menuju tujuan yang lebih hakiki. Hanya saja tidak semua mau membaca tanda-tanda itu.  
__ Kalau kau menginginkan sesuatu, seluruh jagad raya bersatu padu membantumu mendapatkannya (Paulo Coelho)
0 notes