Text
Bahan Makanan yang Baik untuk Menu MP-ASI Anak
Hai moms! Bertemu lagi dengan MPASITrend, trend ibu pintar masa kini~
Kali ini MPASITrend ingin membahas terkait pemanfaatan pangan lokal dalam membuat MP-ASI. Masa keemasan tumbuh kembang si kecil dimulai sejak ia berada di dalam kandungan. Mulai dari situlah, kita perlu memperhatikan segala macam nutrisi yang dikonsumsi buah hati untuk membantu tumbuh kembangnya lebih baik. Setelah 6 bulan menyusui anak sudah bisa didampingi dengan makanan pendamping ASI atau yang biasa disebut MP-ASI.
Mengapa harus anak di usia 6 bulan? Karena di usia 6 bulan, kebutuhan gizi bayi sudah mulai bertambah yang tidak cukup terpenuhi hanya dengan ASI saja. Selain itu, di usia 6 bulan persarafan dan otot di dalam mulutnya sudah mulai berkembang, serta pencernaan bayi sudah mulai berkembang dan siap menerima makanan selain ASI. Apabila MP-ASI diberikan di usia di bawah 6 bulan akan menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi seperti muntah, gumoh, dan tersedak hal ini dikarenakan sistem pencernaan bayi pada usia tersebut belum siap menerima bentuk makanan lain selain ASI yang cair. Berikut kebutuhan bayi berdasarkan frekuensi, jumlah dan tekstur makanan.
Nah bahan makanan apa saja yang baik yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang masa MP-ASI pada si kecil? Nah moms, selama periode emas asupan makanan menjadi krusial. Tambahan konsumsi bahan makanan sumber protein (zat pembangun) dan bahan makanan sumber vitamin dan mineral (zat pengatur) pada balita diperlukan untuk mendampingi pertumbuhannya yang cepat. Aktivitas bayi yang makin meningkat membuat bayi memerlukan bahan makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber tenaga agar pertumbuhan mental dan sel-sel otak bayi yang sangat cepat dapat terpenuhi. Lalu apa makanan yan terbaik untuk perkembangan otak bayi? Ada beberapa contoh makanan terbaik untuk perkembangan otak yakni :
1. Asam Lemak Esensial, Asam lemak ini berperan penting dalam membentuk dinding sel neuron dan menyediakan energi untuk otak. Asam lemak esensial yang dapat mempengaruhi kecerdasan bayi diantaranya asam dekosaheksanoat (DHA), asam lemak linolenat (omega-3), dan asam lemak linoleat (omega-6). Dengan sumber pangan yaitu :
· DHA diperoleh dari salmon, marakel, sarden, tuna, minyak wijen, lemon, minyak biji bunga matahari, kenari dan zaitun.
· Omega-3 diperoleh dari minyak biji kapas, labu parang atau waluh, dan kacang-kacangan.
· Omega-6 diperoleh dari jagung, biji bunga matahari, dan biji wijen.
2. Protein, Asam amino dalam protein yang berperan untuk perkembangan otak adalah tyrosine dan tryptophan. Tyrosine berperan penting dalam meningkatkan fungsi otak untuk menyerap informasi, sedangkan tryptophan untuk memproses informasi dalam otak. Bahan makanan yang mengandung asam amino ini diantaranya telur, ikan, dging unggas, daging merah, dan biji-bijian beserta olahannya.
3. Vitamin dan mineral, Vitamin B1, B2, B3, B5 dan biotin serta vitamin C mempunyai peran penting bagi otak. Vitamin B mampu membantu perkembangan otak dan mengaktifkan fungsi otak yang dapat meningkatkan memori. Sementara itu, mineral seperti zat besi, magnesium, fosfor, mangan, sodium, potassium, kalsium, seng, dan boron berperan dalam menjamin penyampaian pesan dari otak ke seluruh sistem saran. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral diantaranya buah, sayur, daging, telur, serelia, dan kacang-kacangan.
Selain itu moms, hal yang perlu diperhatikan adalah warna dalam makanan yang menandakan zat gizi yang ada didalamnya. Karena itu, usahakan untuk selalu menyajikan piring pelangi dalam piring anak ya moms.
1. Warna putih seperti lobak , sirsak, sawi putih, touge, dan leci merupakan sumber vitamin C, serat dan kalsium yang meningkatkan sistem imun
2. Warna hijau seperti apel hijau, kiwi, melon, kacang polong, bayam, dan brokoli mengandung zat lutein dan zeaxantin yang membantu kerusakan mata pada usia tua. Selain itu juga membantu produksi sel darah merah dan menguatkan sel-se otak.
3. Warna kuning atau jingga seperti jeruk, wortel, mangga, dan papaya mengandung antioksidan, alpha-karoten, dan betakaroten untuk kesehatan mata, melindungi membrane otakdan meningkatkan daya tahan tubuh.
4. Warna ungu seperti terong, anggur, dan bit mengandung antosianin yang mampu melindungi membrane otak.
5. Warna merah seperti apel, semangka, ceri, tomat, dan strawberry mengandung atti oksidan, vitamin A, dan E yang berfungsi sebagai pelindung pembuluh darah, tulang rawan dan serabut otot.
Informasi di atas adalah salah satu contoh dari bahan makanan yang biasanya dapat di temukan di rumah, maka dari itu perlunya pengetahuan dan kreativitas ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI bagi bayi usia 6-24 bulan. Berikut beberapa contoh resep menu MP-ASI yang dapat ditiru nih moms :
1. Usia 6 bulan (awal mulai MP-ASI)
Pure Mangga
Untuk 2 Porsi.
Bahan :
· 100 gr mangga arum manis, kupas, potong-potong
· 100 ml air perasan jeruk manis/baby orange
Cara Membuat :
a. Memasukkan potongan buah mangga kedalam blender. Tambahkan air perasan jeruk manis/baby orange. Blender hingga lembut. Angkat.
b. Tuang bubur kedalam mangkuk makan. Hidangkan.
2. Usia 6-9 bulan
Bubur Susu Tomat Pisang Wortel
Bahan :
· 50 gr tomat
· 50 gr pisang
· 50 gr wortel
· ml ASI (3 sdm ASI) dicampur 90 ml air hangat atau 3 sendok susu formula diseduh dengan 90 ml air hangat.
Cara Membuat :
a. Campurkan semua bahan kemudian haluskan dengan blender.
b. Angkat, saring dengan saringan halus. Sajikan.
3. Usia 9-12 bulan
Bubur Beras Merah Brokoli
Bahan :
· 4 kuntum brokoli
· 300 ml air
· 2 sdm tepung beras merah
· 1 sdt formula
Cara Membuat :
a. Cuci brokoli agar bersih dari larutan air garam. Kemudian, rebus sampai matang dan empuk.
b. Haluskan brokoli, lalu campur dengan air, tepung beras merah. Aduk rata.
c. Masak sambil diaduk sampai bubur matang dan kental. Angkat, lalu masukkan ke dalam wadah kecil.
d. Tambahkan ASIP/Susu formula ketika bubur sudah sedikit dingin. Sajikan.
4. Usia 12-24 bulan
Sup Bola-bola Tahu
Bahan :
· 2 tahu putih (dihaluskan)
· ¼ wortel (diparut)
· 50 ayam fillet (dicincang)
· 1 sapo tahu udang
· 1 daun seledri
· 1 sdt kaldu jamur
Cara Membuat :
a. Tahu putih; wortel; ayam fillet dicampur menjadi satu dalam wadah, kemudian dibentuk bulat-bulat seperi bola.
b. Bahan yang sudah dibentuk bulat-bulat (bola-bola tahu) dikukus selama kurang lebih 15 menit, kemudian angkat dan dinginkan.
c. Rebus air kemudian masukkan bola-bola tahu tambahkan kaldu jamur, sapo tahu udang dan daun seledri. Sajikan.
Sumber Acuan:
1. Dwiastuty, E. 2014. Variasi Resep Praktis MPASI Harian untuk Tahun Pertama Periode Emas. Jakarta: FMedia (Imprint Agromedia Pustaka).
2. Irsal, F.S. 2019. Bingung Memulai MPASI?. Jakarta: Noura Books.
3. Pangesti, T.E., & Marwati, R. 2018. 365++ Variasi Menu MPASI untuk Setahun. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.
4. Sutomo, B. 2013. Menu Harian MPASI: untuk Bayi usia 6-24 bulan. Jakarta: AnakKita.
0 notes
Text
Keberagaman Pangan, Penguat Gizi si Kecil
(source: Makanan lezat dan sehat. (Foto: thinkstockphotos)- Kumparan.com)
Hai Moms! Bertemu lagi dengan MPASITrend, trend ibu pintar masa kini~
Kali ini MPASITrend ingin membahas mengenai pentingnya keberagaman pangan sebagai pemenuhan gizi pada anak. Mungkin bagi sebagian bunda kata keberagaman pangan sudah tidak asing lagi, nah kata keberagaman pangan ini santer dibicarakan karena terkait dengan salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini. Apa itu ya ??? Yup benar… Stunting!
Apasih stunting itu? Stunting adalah masalah gizi kronis yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan anak normal pada usianya. Stunting pada anak terjadi karena kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak dalam kandungan sampai anak menginjak dua tahun pertama kehidupan dan secara langsung disebabkan karena kekurangan asupan gizi makro dan mikro.
Perlu bunda ketahui, dari data UNICEF bahwa di dunia ini hampir 51 juta anak usia dibawah 5 tahun memiliki tingkat risiko kematian dan juga stunting yang tinggi loh. Mengapa demikian? Jadi ada beberapa faktor penyebab yaitu pendidikan ibu, sanitasi, air bersih, Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, keberagaman makanan pendamping ASI, imunisasi, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), asupan makanan/gizi, fasilitas pelayanan kesehatan dan ekonomi keluarga.
Terus apa hubungannya keberagaman pangan dengan stunting? Jadi gini bunda, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya salah satu penyebab terjadinya Stunting adalah kurangnya asupan gizi pada anak, nah asupan gizi ini sangat ditentukan dari kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan pada anak. Pendapatan keluarga memegang peran dalam hal ini sebagai peluang untuk membeli makanan dalam kualitas dan kuantitas baik sehingga pilihan gizi bagi anak tergantung pada hal ini. Jika asupan gizi anak terbatas, maka akan berakibat anak lebih mudah terserang penyakit yang akan menghambat tumbuh kembangnya loh bunda.
Lalu, bagaimana cara mengetahui makanan anak sudah sesuai? Kuantitas dan kualitas makanan dapat diprediksi dari keanekaragaman makanan yang dikonsumsi. Keragaman pangan mencerminkan kualitas dan kecukupan gizi. Secara spesifik, keanekaragaman makanan bertujuan untuk menilai kecukupan gizi. Hal ini dikarenakan tidak adanya satupun jenis pangan yang memiliki kandungan gizi yang lengkap dan cukup untuk memenuhi asupan gizi seseorang. Mengonsumsi jenis pangan yang beragam akan memberikan dampak yang positif bagi kesehatan tubuh loh bunda, misalnya bagi ibu hamil berat kelahirannya akan cukup, bagi anak-anak akan memiliki status gizi yang baik, dan meningkatkan hemoglobin sehingga dapat menurunkan kejadian anemia. Ketersediaan pangan yang cukup juga akan memenuhi kecukupan energi seseorang yang didapatkan dari pangan yang dikonsumsi.
Kemenkes RI menjelaskan bahwa keberagaman pangan adalah aneka ragam kelompok pangan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan dan air serta beranekaragaman dalam setiap kelompok pangan. Pangan yang beraneka ragam merupakan persyaratan penting untuk menghasilkan pola pangan yang bermutu gizi seimbang dan memadai baik itu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, maupun mineral dan terjamin keamanannya karena anak sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Namun yang menjadi pertanyaannya sekarang, kelompok pangan apa saja sih yang harus ada di piring si kecil agar asupan gizinya tercukupi? Berikut penjelasannya:
WHO (World Health Organization) mengelompokkan bahan pangan dalam 7 kelompok pangan untuk menilai keberagaman pangan pada makanan yang diberikan untuk si kecil, 7 kelompok bahan pangan yaitu: padi-padian atau umbi-umbian, daging-dagingan, dan organ-organ hewan lainnya, telur, kacang-kacangan atau polong-polongan, sayur-sayuran, buah-buahan sumber vitamin A, sayur dan buah lain serta susu atau produk susu (keju, yoghurt). Lalu FAO (Food and Agriculture Organization) menetapkan bahwa kelompok pangan dinilai dengan memperhatikan berat makanan yang dikonsumsi minimum 10 gram, kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu beragam jika ≥4 kelompok pangan dan tidak beragam jika <4 kelompok pangan.
Keberagaman pangan ini tidak sulit ditemukan bunda bukan? Ya! Tentu tidak dong… Karena semua bahan pangan ini bisa diperoleh dari pasar, supermarket, warung terdekat, bahkan di sekitaran rumah bunda. Tidak perlu bahan pangan yang mahal karena tidak dipungkiri bahan pangan yang murah kualitas dan kuantitasnya juga baik loh bunda, yang terpenting adalah bahan pangannya segar, kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C dan folat), bersih dan aman, mudah dikonsumsi oleh anak, disukai anak, harga terjangkau dan mudah disiapkan tentunya bunda.
Gimana, mudahkan bunda? Hanya dengan minimal 4 kelompok pangan saja bunda sudah bisa menjadi Warriorpenguat gizi bagi si kecil. Namun bunda perlu ingat, bahwa pemberian pangan yang beragam ini harus juga dibarengi dengan pengetahuan bunda dalam praktek pemberian makan pada si kecil, sehingga diharapkan dengan memiliki pengetahuan yang cukup, dapat membantu bunda untuk lebih mengerti dan memahami mengenai pemberian makanan yang asupan gizinya baik bagi si kecil kedepannya. Fighting Bunda~
Sumber Acuan:
1. Wantina, M., Rahayu, L. S., & Yuliana, I. (2017). Keragaman Konsumsi Pangan Sebagai Faktor Risiko Stunting Pada Balita Usia 6-24 Bulan. Argipa (Arsip Gizi Dan Pangan), 2(2), 89-96.
2. Purnamasari, A. R. (2018). Hubungan Riwayat Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Dengan Perilaku Picky Eater Dan Status Gizi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Paud Anggrek 1 Siwalankerto Surabaya (Doctoral Dissertation, Universitas Airlangga).
3. Paramashanti, B. A., Paratmanitya, Y., & Marsiswati, M. (2017). Individual Dietary Diversity Is Strongly Associated With Stunting In Infants And Young Children. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 14(1), 19-26.
4. Nai, H. M., Gunawan, I. M. A., & Nurwanti, E. (2016). Praktik Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Bukan Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-23 Bulan. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal Of Nutrition And Dietetics), 2(3), 126-139.
5. Astuti, D. K., & Sumarmi, S. (2020). Keragaman Konsumsi Pangan Pada Balita Stunting Di Wilayah Pedesaan Dan Perkotaan Kabupaten Probolinggo [Dietary Diversity Among Stunting Toddlers In Rural And Urban Areas Of Probolinggo Regency]. Media Gizi Indonesia, 15(1), 14-21.
6. Utami, N. H., & Mubasyiroh, R. (2020). Keragaman Makanan Dan Hubungannya Dengan Status Gizi Balita: Analisis Survei Konsumsi Makanan Individu (Skmi). Gizi Indonesia, 43(1), 37-48.
7. Nova M, Afriyanti O. (2018). Hubungan Berat Badan, Asi Eksklusif, Mp-Asi Dan Asupan Energi Dengan Stunting Pada Balita Usia 24–59 Bulan Di Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal), 5(1), 39-45.
8. Prasetyaningtyas, D. & Nindya, T. S. (2018). Hubungan Antara Ketersediaan Pangan Dengan Keragaman Pangan Rumah Tangga Buruh Tani. Media Gizi Indonesia, 12(2), 149-155
9. Hermina., & Prihatini S. (2010). Gambaran Keragaman Makanan Dan Sumbangannya Terhadap Konsumsi Energi Protein Pada Anak Balita Pendek Di Indonesia. Jurnal Buletin Penelitian Kesehatan, 39 (2), 62-73.
10. Wardhani, G. K. (2018). Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi Dengan Status Gizi Bayi Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Setabelan Kota Surakarta Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 7(2), 71–78.
0 notes
Text
Kurang percaya diri bisa bikin anak jadi stunting?
Hai moms! Bertemu lagi dengan MPASITrend, trend ibu pintar masa kini~
Kali ini MPASITrend ingin membahas terkait masalah krusial yang kebanyakan dialami oleh ibu yang saat ini sedang memiliki baduta. Mendengar kata stunting pastinya sudah tidak asing lagi kan di telinga ibu-ibu sekalian? Atau perlu diingatkan lagi nih? Hehe. Jadi, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Wah, stunting cukup mengerikan juga ya! Lantas, faktor apa sih yang dapat menyebabkan anak menjadi stunting? Berikut penjelasannya:
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan anak menjadi stunting, baik faktor dari luar maupun dari dalam. Salah satu faktornya yaitu terkait dengan kepercayaan diri ibu (self-efficacy) dalam pemberian MPASI. Kok bisa sih kepercayaan diri menjadi salah satu faktornya? Ternyata, seorang ibu yang mempunyai kepercayaan diri baik akan memperhatikan kesiapan fisik dan psikologis anak serta kualitas atau jenis-jenis MPASI pada saat pemberian MPASI sehingga kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi dengan baik.
Albert Bandura mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu. Bersama dengan tujuan yang ditetapkan orang, self-efficacy adalah salah satu prediktor motivasi paling kuat tentang seberapa baik seseorang akan melakukan hampir semua upaya. Artinya, seorang ibu yang memiliki kepercayaan diri yang baik, maka akan melakukan tugasnya dengan baik juga. Dalam hal ini yaitu memberikan MPASI pada anaknya.
Namun, berbicara mengenai kepercayaan diri juga tidak semudah itu loh, harus dibarengi dengan pengetahuan yang baik juga. Karena semakin baik pengetahuan gizi ibu maka akan berdampak pada kepercayaan dirinya dalam memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi oleh anaknya dan tentu saja mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi oleh anaknya. Sehingga, diharapkan dengan adanya kepercayaan diri ibu serta pengetahuan yang baik, pemberian MPASI dapat dilakukan dengan tepat agar perkembangan dan pertumbuhan anaknya optimal alias tidak stunting, hehe.
Jadi, untuk ibu sekalian semangat ya! Tidak peduli latar belakang pendidikan kita apa, selagi ada usaha dan upaya untuk terus belajar, maka stunting dapat dicegah. Terlebih, di dunia yang modern ini, sangat gampang untuk mendapatkan informasi. Tapi jangan asal menyerap informasi sembarangan juga, harus tetap berdasarkan sumber terpercaya ya! Sampai jumpa di MPASITrend berikutnya moms~
Sumber Acuan:
1. Darmawan F., H., Sinta E., N., M. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku Pemberian MP-ASI yang Tepat pada BayI Usia 6-12 Bulan di Desa Sekarwangi Kabupaten Sumedang. Jurnal Bidan. 1(2): 32-41.
2. Heslin P., A., Klehe U., U. 2006. Self-Efficacy. In S. G. Rogelberg (Ed.), Encyclopedia of Industrial/Organizational Psychology (Vol. 2, pp. 705-708). Thousand Oaks: Sage.
3. Kusmiyati, Adam S., Pakaya S. 2014. Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP – ASI ) Pada Bayi Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal Ilmiah Bidan. 2(2): 64-70.
4. Yusnita, Arief A., F., Athaya S., Iskandar F., R., Fitrihani P., I., Shabrina S., A. 2020. Hubungan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI dengan Stunting pada Baduta Di Pandeglang. Seminar Nasional Riset Inovatif.
5. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2017. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia: Jakarta.
2 notes
·
View notes