Tumgik
mochsugih · 7 months
Text
Amanah
12 Desember 22 jam 23:30
Ku duduk diam dicekam seribu rasa, itu kali kedua saat kurasa waktu senang bermain-main menyayat perasaan dan kesabaran.
Tak lama berselang Allah yang maha baik karuniakan mutiara surganya untuk kami yang masih begitu muda, ceroboh dan fakir ilmu sebagai orang tua.
Aku laki-laki usia 28 dikaruniai putra titipan yang harus kujaga beserta istriku wanita shaleha yang menjadi jalan lahirnya Meizan Muhammad Hamka.
0 notes
mochsugih · 7 months
Text
23:44
Tiada akhir perjalanan panjang dan keluh kesah tak berkesudahan, penat dan amarah bergejolak membuat riak dan sesak.
Dunia tak perlu tau apa yang ku emban, manusia lain tak perlu mengerti apa yang kupertaruhkan.
Teriak kesunyian tak bersuara dan tak menarik perhatian, isak tangis tanpa air mata yang melegakan dalam kesendirian.
Padamu kucupkan keluh kesahku kusampaikan
0 notes
mochsugih · 5 years
Text
Menerka Arah
Cerita kita berakhir :
Hari itu terik, entah mungkin saja aku yang terlalu perasa atau memang matahari sedang kesal pada bumi hingga membalas dengan kejamnya.
Aku penasaran terus memikirkan maksud takdir menyudutkan kita berdua, padahal sungguh aku hampir tak lagi percaya padanya. Sebab sudah beberapa kali aku dibuat mati rasa soal cinta dan sudah lelah jika harus kembali membiarkan orang asing masuk dan menari-nari di dalam ketenangan yang sudah ku jaga begitu lama.
Tapi apa daya, ternyata takdir begitu keras kepala.
Akhirnya aku mengalah, sedikit ku longgarkan kesigapanku dengan harap kali ini aku tidak salah arah. Aku masih menerka apa yang membuat beda antara kamu dengan perempuan sebelumnya, yang singgah lalu pergi tak berjejak seperti gerimis yang membawa sejuk sebentar lalu setelahnya kemarau berkepanjangan.
4 notes · View notes
mochsugih · 5 years
Text
Patah lagi
Kau tahu hal yang menyenangkan dari jatuh berkali-kali ?
adalah pengalaman bangkit dari keterpurukan yang juga berkali-kali, menjadi sadar dan mengerti bahwa ketakutan-ketakunan yang ada memang haruslah di hadapi bukan dihindari atau ditinggal pergi.
Patahku kali ini bukanlah yang pertama, ini adalah patah yang kesekian kalinya dan tentunya sejak awal aku sudah menyadari peluang patah ini bisa berulang. 
Sungguh aku sudah bersiap, meski mungkin terlihat goyah tapi ini hanya sementara, butuh waktu beberapa saat saja untuk kembali menetapkan kaki dan kembali berdiri.
Padamu aku berterimakasih sudah menjadi patah yang menyenangkan.
kamu tahu ?
Tuhan itu maha romantis.
mematahkan kita dengan cara yang pahit, agar kita tahu manisnya kembali memeluk untuk dicintai Nya.
0 notes
mochsugih · 5 years
Text
Menerka Arah
Cerita kita berlanjut.
Di penghujung tahun itu aku memilih untuk berlalu, pergi meninggalkan kota yang selama ini telah menjadi rumah untuk ku. Aku pergi karena aku ingin terus bertumbuh dan belajar, aku tak mau lumpuh ditikam rasa nyaman lalu mati perlahan dalam kotak kecil.
Sementara kamu ?
Kamu juga sama akhirnya tiba waktumu untuk pulang kembali ke kota halaman, setelah tuntas menyelesaikan studi di kota itu, kota dimana kamu dan aku sama-sama menjatuhkan diri untuk bertumbuh dulu.
Pertemuan kita memang tak lama, juga tak begitu mengesankan. Ada beberapa kesempatan kita pergi hanya berdua, menikmati jalanan kota dan dinginnya malam, ada juga waktu dimana aku mengantarmu pulang hanya berdua, tapi sungguh perjalanan dan waktu-waktu itu tak membuat perbedaan besar tentang mu dalam pengelihatanku.
Semuanya berjalan seperti biasa.
0 notes
mochsugih · 5 years
Text
Menerka Arah
Menjadi dewasa adalah soal mengerti tentang konsekuensi, menjalaninya meski tak mudah dan melelahkan. Seperti aku saat ini, yang sedang berusaha mengerti mengapa takdir menyudutkan kita disaat raga tak saling menyapa.
Padahal beberapa bulan lalu kita punya waktu bersama, berdiri dalam satu kota, tiap waktu kita punya kesempatan untuk berjumpa, tapi untuk mengenalmu saja bahkan tak terfikirkan oleh ku kala itu.
Aku tutup rapat semua pintu yang bisa kamu telusuri, meski aku tau kamu sering kali bertanya-tanya mengapa aku begitu pandai menyimpan rahasia, tapi aku acuh dan kadang jengkel saat kamu telisik tentang sisi lain hidupku.
0 notes
mochsugih · 5 years
Text
01:46 AM
Sejak tadi sore aku gelisah.
Menghadapi konsekuensi atas pilihan memang tak mudah, saat ku ambil keputusan untuk memlih pergi beranjak dari zona nyaman seketika itu juga mulai berbunga perasaan takut dan khawatir atas konsekuensi dari pilihan-pilihan itu, rasa takut akan angan masa depan yang tidak sesuai harapan atau perasaan khawatir gagal ditengah jalan tumbuh menjadi-jadi.
Namun berdiam diri juga bukan pilihan, aku enggan untuk merasa bahagia dengan apa yang kudapatkan sekarang. Hidupku tak cukup berhenti disini cita-citaku masih teramat jauh terikat di atas sana, jauh amat jauh dari tempat aku berdiri saat ini.
Bagiku cara terbaik dalam menanti kabulnya doa adalah dengan menjalani doa-doa tersebut dan menjadikannya sebagai langkah ku hari demi hari hingga aku layak untuk mendapatkannya.
0 notes
mochsugih · 5 years
Text
Mencari Kepingan
Aku sadar kini tak berdaya, istana megah dan harta melimpah tak berbanding nilainya dengan dia yang hilang. Dunia gelap langit runtuh tanah terbelah, semua yang ku punya hilang luluh lantah.
Aku mengerti dan menyesali diri. Kepingan yang hilang itu kini tak akan lagi kembali, dia telah pergi meninggalkan ku sendiri. Kepingan yang semestinya kujaga dan ku rawat dengan baik, yang pasti menyelamatkan ku di waktu-waktu terpuruk seperti ini.
Kepingan Iman di dalam hati
-han-ef
0 notes
mochsugih · 5 years
Text
Mencari Kepingan
Hari itu dia hilang.
Sempat ku cari tapi nihil tak berhasil. Dia hilang tak menyisakan tapak ataupun jejak, ingin ku susuri tapi tak tahu arah mana yang dia pilih. Lalu sesak menyeruak, porak poranda semua keyakinan dan keteguhan hati yang selama ini telah ku tata dengan rapi. Aku abai, tak ku sangka dia kan pergi begitu saja. Semuanya terlihat rapi, sampai ketika dia pergi.
-han-ef
0 notes
mochsugih · 5 years
Quote
atau juga karena hujan tau tentang takdir pertemuan kita, hingga ia sengaja bermain-main sore itu dan membuat suasana menjadi lebih dramatis
han-ef
2 notes · View notes
mochsugih · 5 years
Quote
Dunia ini begitu rumit dan sederhana. Rumit atas semua proses yang bekerja didalamnya dan sederhana karena kita hanya diberi tugas untuk menjalaninya. “Aku yakin untuk setiap butir hujan yang langit jatuhkan pada tanah itu tak sia-sia dan tentu saja melibatkan banyak hal yang tak terhitung jumlahnya.” “Lalu untuk apa semua itu?” Satu diantaranya adalah untuk menjawab doa para petani yang padi dan sayurnya kelak hadir diatas piring-piring hidangan di hadapan kita
han-ef
0 notes
mochsugih · 5 years
Text
Satu ada untuk pelipur lainnya hadir tuk mengusap lara. Kau pernah berfikir kenapa hujan tiba saat tak di inginkan ? Atau pernahkah kau mengeluh karena panas terik memanggang bumi menjadikan kau tak bisa kemana-mana ? Ku amat yakin kau tau maksud pertanyaan ku ini.
Han-ef
0 notes
mochsugih · 5 years
Quote
Kenapa kau mau berlelah diri untuk pergi menjauh?” “Agar aku tau rasanya merindu serta dirindukan, dan agar aku mengerti kemana tempatku pulang dan mana yang hanya persinggahan.
Han-ef
0 notes
mochsugih · 5 years
Photo
Tumblr media
Bisakah kamu berjanji kepadaku? Mengapa pada hal-hal yang belum  kita miliki, kita selalu memandang dan mengatakan bahwa itu lebih indah, lebih cantik, lebih menarik, lebih bagus, dari apa-apa yang kita miliki? Nanti, sewaktu kita telah mendapatkannya. Kita begitu bahagia, merasa telah mendapatkan sesuatu yang sangat berarti. Tapi, waktu bergulir, berganti tahun. Apakah kita sanggup mempertahankan rasa syukur kita pada kadar yang sama, seperti saat pertama kali kita mendapatkannya? * * * * Apakah kamu bisa mempertahankan rasa syukur itu meski ia telah berubah seiring waktu? Apakah kamu masih akan tetap bersyukur saat ia mungkin tak seperti yang kamu harapkan? Bukankah ia yang selama ini kamu pandang segala-galanya sebelum kamu memilikinya? _____________________ ©️KG 📷 Gedung Sate _____________________ #sajak #puisi #prosa #cerita https://www.instagram.com/p/B3FUasmnFHR/?igshid=yud4svqazstn
1 note · View note
mochsugih · 5 years
Photo
Tumblr media
LAKI-LAKI YANG MENUNGGU HUJAN. Jika kita andaikan laki-laki sebagai tanah, perempuan adalah hujan. Tanah yang mengalami kemarau berkepanjangan karena musim hujan tiada kunjung datang. . Jika sesekali langit mendung lantas awan hitam berarak-arakan, ketika itu harapan itu terbit. Tapi sungguh siapa sangka, mendung tidak berarti hujan, bukan ? Tanah murung dalam penantiannya, hingga hampir putus asa. Dia bergerak berpindah. Berharap menemukan hujan di belahan bumi yang lain. Nyatanya, sepanjang perjalanan dia bertemu mendung berkali-kali dan patah hati berkali-kali. . Seandainya tanah bersedia, ia tentu akan menggunakan ilmu pemanggil hujan, sejenis sihir hitam untuk mendatangkan hujan deras. Namun, sungguh hujan seperti itu sama sekali tidak menyejukkan, apalagi mendamaikan. Tanah enggan. . Ia hanya sujud berkali-kali, berharap hujan datang mengobati dirinya yang semakin kering dan retak, kehilangan kehidupan. Kita semua belajar tentang musim. Pada akhirnya hujan memang akan datang, tapi entah kapan. Memang pada akhirnya tanah akan bertemu dengan awan-awan mendung. Berkali-kali memang ia bertemu dengan mendung, tapi berkali-kali pula ia tidak berhenti berharap. Semoga turun hujan. . Kau tahu bagaimana perasaannya ? Sama seperti ketika kanak-kanak. Pada musim kering, tiba-tiba hujan turun dan mereka menikmati hujan dengan bermain-main dan menengadahkan wajahnya ke langit. Tetesan yang langsung menerpa wajahnya, betapa nyaman dan bahagianya. . Gerimis datang sedikit-sedikit sebelum menjadi hujan. Tanah hendak menangis. Ia tidak mampu menahan kebahagiaannya. Sebentar lagi, kehidupan akan bersemi di atasnya. Berbagi macam pohon harapan. Kini ia merasa berharga, begitu berarti. Sebab hujan. . Hujan, kapan kamu datang ? _______________________________ ©️KG #sajak #prosa #puisi #cerpen #cerita https://www.instagram.com/p/B2F55ltH863/?igshid=1e8llfk1j3j0
1 note · View note
mochsugih · 5 years
Photo
Tumblr media
Membenci Karena kita tak mungkin hidup sendiri, kita tak bisa menghindar dari interaksi. Dan dalam interaksi itu berbagai hal bisa terjadi. Tak jarang, kita mendapati hal-hal yang tak menyenangkan seperti: kata-kata yang melukai hati, tindakan yang miskin empati, atau ketidakpekaan yang rasanya bikin kita ingin bunuh diri. Hal-hal itu terasa tidak ideal. Tak sesuai ekspektasi. Dan tentu saja, mengganggu pikiran dan membuat kita merasa tidak nyaman. Sebab itu, kita merasa berhak untuk marah. Atau, karena kita tak mau terlihat menyebalkan, diam-diam kita membenci. Kita pikir, kebencian kita pada seseorang yang sudah melukai perasaan kita, adalah semacam hukuman yang setimpal. Kita pikir, dengan membenci, kita bisa lupa akan hati yang telah atau sedang terluka. Dan karena itu kita terus melakukannya, masa demi masa. Padahal, ketika kita membenci seseorang, siapakah sebenarnya yang dirugikan? Orang yang kita benci, yang bahkan mungkin tak tahu bahwa ia sedang dibenci? Atau, justru diri kita sendiri, yang menghabiskan menit demi menit untuk mengorek berbagai kekurangannya, membakar banyak energi untuk menemukan kesalahan-kesalahannya, sambil terus membungkus diri dalam aura negatif? Ini barangkali terdengar klise, naif, sekaligus tidak adil. Tapi, kita memang perlu terbiasa untuk memaafkan.  Memaafkan orang yang sudah menyakiti hati kita, barangkali seperti mencabut anak panah yang menancap di paha. Perih, sakit, bahkan sampai bikin kita menangis dan menjerit. Tetapi, bagaimanapun, cuma itu cara untuk benar-benar pulih. ____________________ ©️ AZ 📷 Unsplash ____________________ #sajak #cerita #cerpen #prosa #puisi #prose #ceritamalam https://www.instagram.com/p/B135GSInYvp/?igshid=1d534p306mozl
1 note · View note
mochsugih · 5 years
Photo
Tumblr media
Apa pun yang Terjadi, Jangan Mengeluh. Salah satu keahlian yang dimiliki kebanyakan manusia, barangkali termasuk kita, adalah mengasihani diri sendiri. Jika ada seorang teman yang datang dan bercerita bahwa dia sedang menghadapi masalah A, kita akan mendengarkannya sambil mengangguk-angguk, lalu bercerita bahwa kita pun tengah menghadapi masalah B, yang jauh lebih besar dari masalahnya. Bahwa masalah A, hah, bukan apa-apa. Kita selalu ingin dimengerti. Kita haus empati. Kita punya kecenderungan untuk dilihat sebagai korban. Bahwa setiap kegagalan hidup terjadi di luar kendali. “Aku begini karena waktu kecil orang tuaku mendidikku dengan cara X”, “Dia sih enak, orang tuanya kaya”, “Kalau aku di posisi itu sih, aku juga bisa”, “Wajarlah, dia kan tinggal di Kota Y.” Bla bla bla. Kita lupa menerima fakta bahwa hidup—kita maupun orang lain—tidaklah ada yang sempurna. Orang-orang yang kita anggap ‘beruntung’, kemungkinan besar memiliki ‘sisi sial’ yang tak ‘kan pernah sanggup kita tanggung. Sebut satu nama yang memenuhi syarat untuk ditempeli predikat ‘sukses’. Baca kisah hidupnya secara utuh. Akan ada sisi pahit yang kita ragu bahkan untuk sekadar mengecapnya. Sudah begitu adanya. Setiap manusia punya porsi masalah masing-masing. Tak ada alasan untuk terus mengeluh, apalagi merasa paling sial. Jika menghadapi masalah dan bisa berbuat sesuatu untuk menyelesaikannya, lakukanlah. Jika tidak, kita jalani saja dengan sabar. Mengeluh cuma buang-buang waktu. Dan mengasihani diri sendiri, hanya menambah penderitaan baru. _______________ ©️AZ #ceritasore #cerpen #sajak #prosa #puisi https://www.instagram.com/p/B1yLqv2Hpst/?igshid=1dcv8z3f5433w
1 note · View note