mnafif
Afif
389 posts
Tulus tanpa modus, realistis tanpa pesimis. Story reader. IPB 53
Don't wanna be here? Send us removal request.
mnafif · 1 day ago
Text
Sepuluh Juta
Nilai uang itu relatif.
Barusan ada yang nyebarin loker petani milenialnya kementan. Gajinya 10 juta, meski menurut seorang kawan nilai 10 juta itu adalah potensi pendapatan dengan mengutip perkataan mentan.
Dulu, sewaktu SMA. Satu juta itu besar pake banget. Setara dengan masang 500 baliho bakal calon kepala daerah, setara dengan 5 kali makan bareng di pitza hat, setara dengan 20 hari happy hour di warnet apoy, dan setara hasil dari 3 kali keliling sekolah ngiderin keropak mesjid ke kelas-kelas.
Di kemudian hari, saat bekerja di UMKM ada post it notes yg berisi impian dan target dari para karyawan. Salah satunya adalah punya tabungan 10 juta. Yang berarti setara dengan nabung 4 tahun dari berbagai macam hasil lomba dan pekerjaan serabutan semasa kuliah. Kalau di SMA, itu setara dengan pengajuan proposal dana untuk acara DKM. Kalau di kampus itu setara dengan nginep 1 angkatan di suatu villa di puncak dengan nyaman.
Kalau sekarang? Semisal bisa dapet nilai segitu yaa kita ucapkan syukur aja. Pokoknya mah alhamdulillah lah ya. Meski seiring bertambahnya rezeki maka bertambah tinggi pula standar hidup, semoga pertumbuhan rasa syukur dan cukup jauh melebihi pertambahan rezeki dan standar hidupnya.
Balik ke kalimat pertama, nilai uang itu relatif. Dapetnya berapa ya itu yang kita syukuri ehehe. Jangan sampai lupa.
0 notes
mnafif · 10 days ago
Text
Gentle reminder.
Pastikan pilihan kita adalah keputusan kita.
1 note · View note
mnafif · 1 month ago
Text
Jangan Kagetan
Sebagaimana kebiasaan bercerita di keluarga, tentu ada beberapa cerita-cerita yang akan diceritakan kembali pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda.
Salah satunya adalah bagaimana ayah pernah berjumpa dengan seseorang yang berwudhu tapi tidak melepaskan sepatunya saat berada di kapal. Ayah bercerita bagaimana perjumpaannya akan tindakan tersebut membuat ayah mempelajari kembali tentang aturan berwudhu, dan ayah menjelaskan ada riwayat yang membolehkan seperti itu.
Dari cerita tersebut setidaknya ayah mengajarkan beberapa hal, di antaranya adalah jangan kagetan dan jangan terburu-buru menghakimi orang lain. Yang pertama karena dunia itu begitu luas dan banyak hal yang nantinya akan mengejutkan kita, yang kedua karena kejutan seperti itu berasal dari ketidaktahuan kita akan dunia.
Siang ini berjumpa dengan kisah yang sama, bedanya bapak yang satu ini berwudhu dengan menggunakan kaos kaki dan berlatar di musholla kantor. Urusan berwudhu, silakan kalian baca-baca kembali. Tapi pertemuan tadi mengingatkanku tentang cerita ayah.
Pesan jangan kagetan secara tersirat ini yang benar-benar membantu dalam hidup.
0 notes
mnafif · 2 months ago
Text
Persimpangan Jalan
Beberapa waktu ini kembali ketemu fase waktunya menentukan pilihan, fase-fase menentukan tujuan sebelum memulai. Ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, dan merasa sudah terjawab.
Namun sebagaimana beberapa fase menentukan tujuan di masa-masa lampau, lagi-lagi ketemu momen "oke, udah, terus apa? kok kayak ga berasa fase persimpangan jalan ya?"
Udah, intinya itu. Lagi bingung kenapa bingung.
Bingung kenapa ngerasa hidup lurus-lurus aja, tapi kalau dibilang lurus-lurus aja ya banyak naik-turun dan zig-zagnya juga.
SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke kampus, pekerjaan pertama, pekerjaan kedua, perantauan pertama, dan 'pindah-dunia' lainnya. Kalau dipikir-pikir semua adalah persimpangan jalan, begitu juga keputusan-keputusan di dalamnya.
Meski begitu, baik keputusan-keputusan di momen 'pindah-dunia' atau di dalam dunia kecil tersebut semuanya selalu berujung syukur dan ga ada yang disesali. Berasa jalan raya di tengah malem, lancar, aman dan cepat. I feel blessed.
Tumblr media
Eniwei, rasanya kalau nikah sama Seo Dal-mi bakal ngomong hal yang sama sih. Gatau dianya bakal gitu juga atau engga
Akibat dari hidup yang merasa 'easy-mode' ini ga jarang kepikiran kalau "am I…..better than everyone else?" Makanya ngerasa anteng-anteng aja dalam tiap keputusan-keputusan dalam hidup, toh yang sudah-sudah tiap kesulitan itu berhasil dilalui juga dan tiap-tiap keputusan selalu ada pelajaran yang bisa diambil.
Atau karena memang ga ambis jadinya ngerasa santai? dan ga berasa 'gelisah'nya?
Cuma kalau gitu ceritanya, nengok kanan-kiri ya itung2an duniawi juga bisa dibilang bagus. dan ambis. Pas menjalani keputusan-keputusan tersebut toh ada juga gelisahnya. Bahkan sampai saat ini keyakinan bahwa "kalau mau pasti bisa" masih berlaku dan karena itu pula yang bikin sampai pada titik ini. Jadi dibilang engga ambis ya ambis, tapi dibilang ambis ya ga seambis itu.
Terus kalau dipikir lagi, bukan karena lebih baik (meski memang yakin diri ini terhitung baik sih heuheu). Sepertinya karena sifat syukur dan cukup yg emang bikin hidup tenang dan lurus-lurus aja.
Cuma kalau dibilang modal syukur dan merasa cukup, kok kayak balik ke merasa jumawa ya? Apa karena memang terlalu santai/meremehkan hidup? Tapi ya engga juga, rasanya tetap menganggap hidup itu sesuai yang harus diseriusin.
Hal ini yang kemudian jadi pertanyaan, bingung kenapa begitu, dan bingung menentukan pertanyaan apa yang tepat agar kebingungan ini terjawab. Dibilang santai, rasanya iya tapi ga segitunya juga. Dibilang toleransi yang tinggi akan beban hidup, rasanya ga layak juga merasa beban hidupnya berat.
Kalau dilanjutin, banyak yang jadi pikiran. Tapi yaudah.. nah yaudah ini kok bisa yaudah? Ah entahlah, gausah dibawa gelisah. Masih ada doa mamah-papah dan juga Allah.
Nanti ada waktunya. Semua akan berlalu, semua akan ada hikmahnya dan semuanya akan baik-baik saja.
ps : Dalam proses nyari foto si teteh, jadinya scroll lagi tulisan lama. Terus ketemu ini : Keputusan Yang Mengubah Hidup
Bandung, 24 September 2024
0 notes
mnafif · 2 months ago
Text
Masyhur
Niatnya nulis nanti pas ketemu orangnya, tapi bikin coretan aja dulu di sini lah ya. Upload di IG sehabis jumpa nanti, semoga Allah mengizinkan.
Masyhur. Kata sifat sekaligus nama seorang kawan di SMA, yg tiap denger atau baca jadi keinget lagu 'Tanah Airku'.
Pada suatu waktu, karena dia bilang something along the lines of "ih bener siah nulis nama gua" pas liat saya nulis namanya dalam suatu momen. Entah lagi apa, pokoknya di kelas. Hal itu membekas, dan bener2 jadi pengingat untuk sangat amat memperhatikan nama seseorang beserta penulisannya.
Selain karena memang waktu itu jadi temen sebangku, namanya memang unik. Inget banget kalau dulu ngapalin namanya itu dengan cara "ma-si-hur" supaya ga salah tulis namanya. Sesuatu yg di kemudian hari bikin dia kaget dan secara ga langsung merasa diapresiasi.
Selain lagu 'Tanah Airku', inget Masyhur juga jadi inget 'siip'. Sesuatu yang terikut terbawa sampai hari ini.
Bandung, 11 Sept 2024.
0 notes
mnafif · 3 months ago
Text
Words
My problem is that, maybe, I love words too much. people buy me using the right ones.
Someone show me this. And this is what's on my mind.
Noted, let me be the right word for you. it might take a while, but I promise it will be worth your time.
Anyway, back to topic. Words always come from the heart. Isn't it lovely how the heart speaks for itself in the form of words? And did you notice how the same words from the kindest people can differ a lot when said by rude people?
Your problem lies with who said the words, not the words themselves. Don't read, don't listen, don't talk, do whatever it takes to strip all the words from your world. I can guarantee you will find this world unbearable.
There is a reason why words become the main difference between us and any other living being. Because words open infinite possibilities. Just like how a total stranger found themselves learning about each other because one is a poet and the other one is an avid reader of a poem.
Sundanese itself has a lot of words to tell how people fall. Tisoledat, tigulitik, titajong, tikosewad, tijungkir, tijalikeuh, and many more just for the way someone fall. And remember Jasmine! Even Jasmine who comes from the arabic region can't even describe her feelings when Aladdin takes her on a magic carpet ride. We are talking about Arabic, a language that has over 12 million distinct words and at least 11 (some sources even state there are 23 words) words for love and each of them conveys a different stage in the process of falling in love.
TL DR, it depends on the person who uses the words.
Bandung,
30 Agustus 2024
0 notes
mnafif · 3 months ago
Text
Bapack-Bapack
Belum lama ada berita seorang bajingan (dan ga pantas disebut ayah) yang KDRT, meski begitu jangan sampai bajingan tersebut buatmu ragu terhadap sosok ayah. Ayah itu bukan mitos.
Jalan 10 bulan di tanah rantau, sebagai supervisor paling muda dan belum berkeluarga. Interaksi dengan para supervisor yang udah jadi sosok ayah bener-bener ngasih sudut pandang tentang sosok ayah. Bukan lagi sebagai anak, tapi sebagai 'teman-si-ayah'.
Sekontrakan dengan para bapack-bapack yang LDM memang memberikan wawasan baru dalam hidup, syukur semakin besar saat bapack-bapack ini adalah bapack yang sayang anaknya.
Dari bapack murah senyum, bapack yang tabah, sampai bapack gymbro yang kebetulan sama-sama anaknya masih SD. Semuanya melembutkan suaranya saat berbincang dengan anaknya, dan dari tiap obrolan harian via vidcall seringkali para bapack bertanya hal senada dengan "udah solat belum?" dan "peernya udh dikerjain belum?". Salah satu bentuk ikhtiar dalam mengejawantahkan "Semoga menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan bermanfaat bagi nusa bangsa".
Kenapa mereka mau LDM? Meski bilangnya karir tapi ya ujung-ujungnya karena anak istri juga, yang mendasari mereka kerja ya karena keluarga. Alasan yang membuat mereka LDM adalah alasan yang sama yang bikin mereka kuat LDM.
Ungkapan 'Boys will be boys' juga nyata adanya, tiap-tiap dari mereka punya hobinya masing-masing dan jadi 'anak kecil' saat menceritakan hobinya. Sesuatu yang rasanya memang penting agar para bapack ini tidak kusut dalam menghadapi dunia.
Masih banyak yang bisa diceritakan, tapi mari kita tutup dengan ucapan si bapack ke istri saat dicecar pertanyaan "Emang ga kangen?"
"Ya kangen lah"
PKU, 13/8/24
2 notes · View notes
mnafif · 4 months ago
Text
Berkat Doa Mamah & Papah
Entah kenapa seneng aja nyebut "Berkat doa mamah", mungkin karena akhiran -ah yg nyaman didengar telinga.
Eniwei, kemarin didoain supaya jadi kakak yang punya banyak duit, dua hari sebelumnya didoain jadi orang kaya sama kakak penjaga laundry, terus sebelumnya lagi didoain jadi country manager sama kolega. Ditarik mundur lebih jauh, orang yang sama juga yang bilang "Pak Afif mah ga lama nih di Pekanbaru, bakal cepet naiknya", gitu juga doa mamah-papah yang "Semoga aa bisa cepat promosi dan balik ke Bogor"
Memang ada beberapa diantaranya yang diucapkan sambil berkelakar, hanya saja berkaca dari pengalaman bahwa doa yang keluar dari lisan gaboleh diremehkan. Dulu pernah 'nyeletuk' enak kali ya nganggur, eh taunya kontrak diputus heuheu..
Melihat ke belakang, doa-doa tersebut boleh jadi sebab apa-apa yang terjadi saat ini. Mutasi ke Bandung juga pastinya karena doa-doa yang dipanjatkan di masa lampau, meski entah apa tantangan yang ada di sana nanti.
Moga apa-apa yang terucap dari lisan dan tertulis oleh jari kita selalu berupa doa yang baik, doa yang tulus, dan yang dengannya muncul pula rasa bahagia melihat orang lain bahagia.
Happy weekdays!
2 notes · View notes
mnafif · 4 months ago
Text
Cerpen : Kisah Rudi
Telponnya ditutup begitu saja, meninggalkan Rudi yang kebingungan. Akibat terpal yang hilang dari garasinya, rencana pikniknya menjadi berantakan. Degup jantungnya masih berdetak begitu cepat. Akibatnya Rudi lupa, apakah pesannya tadi berakhir dengan "Yaudah, gausah dateng aja" atau "Yaudah gausah, dateng aja". Celakanya opsi terakhir yang dipilihnya akan menghantuinya selama beberapa bulan ke depan, akibat kebodohannya yang malah menceritakan kisahnya kepada para sahabatnya.
...
Revo putihnya membelah jalan arteri dan meliuk-liuk di antara truk dan bus lintas Sumatera. Tanpa menghiraukan teriakan tukang parkir karena kendaraannya diparkir menyilang, dengan tergopoh-gopoh dia berlari menuju tujuannya. Dia tidak ingin panggilan 'Rudi Terpal' bertambah menjadi 'Terpal Telat', sudah cukup kebodohan yang dia buat karena salah memahami maksud orang lain.
"Mampus, 13.17", kutuknya setelah melihat jam di air mancur restoran tersebut. Benar saja, kerutan alis yang menyambutnya alih-alih lengkung tipis senyuman dari si nona manis.
Paham akan kesalahannya, Rudi langsung mengambil inisiatif. "Aku telat 2 menit, terima kasih ya udah mau nunggu".
0 notes
mnafif · 5 months ago
Text
I recently became a vampire, and I’m so ashamed. 
I can’t even look at myself in the mirror.
10K notes · View notes
mnafif · 5 months ago
Text
Just looked at a blog where the header description said 'sometimes I reblog posts I like so I don't forget them'.
And I feel like that, right there, explains so much about how the site has changed in the last few months.
People now think reblogging is an unusual behaviour, rather than a default.
Tumblr newbies, please, for the love of baby Jesus, reblog the posts you like. That is the whole reason the site exists - for you to collect all your shiny fandom objects in a single space. Which you can organize to your heart's content. Or not organize at all, if that's your jam.
Our blogs are intended to be collections of posts, not collections of likes.
61K notes · View notes
mnafif · 6 months ago
Text
Berpindah
Abis TF ke rekening temen, pas temen liat masih pakai BSI (setelah tempo lalu BSI down). Ditanya "Masih setia pake BSI? :')"
Setelah menjawab terlalu malas untuk berpindah, mendapat sedikit 'pencerahan'. Boleh jadi pada kadar tertentu 'malas' bisa jadi bermanfaat.
Sejauh mana kadarnya, nah itu urusan lain
0 notes
mnafif · 6 months ago
Text
Bunga Es
Didikan di rumah itu gimana caranya kalau suatu waktu ditinggal sendiri atau hidup sendiri, semua bisa bertahan hidup. Jadi kemampuan bertahan hidup adalah hal yang ditekankan oleh ayah dan ibu, termasuk dan tidak terbatas kemampuan memasak, nyapu, ngepel, nyuci piring, nyuci baju, nyetrika.
Sesuatu yang selama belasan tahun merupakan hal yang dikira lumrah, ternyata sesuatu yang tidak selumrah itu. Sangat terasa perbedaannya saat masuk ke asrama IPB, banyak ternyata yang 'sepayah' itu dalam 'bertahan hidup'.
Jika ada waktu, tanyakan tentang 'insiden handuk botak'. Nanti akan kuceritakan betapa menggelikannya hal tersebut.
Beberapa tahun kemudian di tanah perantauan, apa yang ayah dan ibu ajarkan masih melekat. Susah hati rasanya melihat apa-apa yang tidak rapih, berdebu, atau hal-hal 'tidak indah' lainnya.
Pagi ini menjadi salah satu dari sekian banyak hari di mana badan bergerak untuk bersih-bersih, biar apa? tentu biar bisa bermalas-malasan dengan tenang~
Hari ini bersih-bersih bunga es di kulkas. Diawali dengan senandung ria dan diakhiri dengan 'ini-mah-harus-mandi-lagi'. Tapi diriku tetap bahagia, karena freezer dan kulkas jadi bersih kinclong.
NB : Kanebo, panci, mangkok kecil, pemanas air, dan ember adalah perpaduan sempurna dalam membersihkan bunga es.
I feel blessed.
2 notes · View notes
mnafif · 6 months ago
Text
Tulisan Ayah
Bapak saya orangnya emang suka menulis (sepertinya) dan juga sering mengirimkannya ke grup My Family My Team ataupun 2nd room dengan tag saya, kakak, dan adek saya, (tergantung siapa terget pembacanya) sebagai bentuk caranya untuk tetap care dan keep in touch dengan anaknya agar kalau belok, ya antara balik lagi langsung atau besok, gak pernah cuma agar belok ga kejauhan, pasti tujuan akhirnya agar balik lagi, saya yakin.
Setidaknya itu yang saya simpulkan, entah ada maksud lain atau tidak, itulah yang ingin saya simpul dan harapkan. Tapi jujur, kadang saya hanya sekedar scamming atau scanning atau apalah namanya itu, hanya membaca kalimat pertama paragraf awal, tengah, dan akhir, dilanjutkan kirim stiker atau react sebagai lapor sudah baca, atau ya scrol scroll, react :D. Cuma yang akhir ini agak beda,
Bukan isi utama yang saya bahas, tapi lain, tentang ibu yang bersahaja.
Setelah dipikir pikir, walau mungkin beberapa kali sempat jadi ribut ribut di rumah tentang pengelolaan finansial, pada akhirnya Ibu tetap orang yang sederhana.
Ditengah gengsi orang orang di luar sana mengejar barang 'ori' dan tentu 'branded', ibu tanpa ragu tetap memilih apa yang terjangkau dan cukup ia butuhkan.
Ibu jarang atau bahkan ga pernah beli fashion ke Mall ke butik terkenal atau ke distro, Luis Vitton, Zara, Rabbani dan dsb. Atau membeli bahan pangan di Hypermart, Superindo, dsb. Engga, ibu ga pernah punya keinginan muluk yang aneh dan mempersulit diri sendiri, mungkin karena udah kesulitan ngurus 4 orang afk di rumah kali ya.
Ibu lebih memilih ke PGS, ke Beteng, ke temen jahit yang tidak seterkenal butik butik lain atau ke pasar, dan maksimal luwes yang Palur. Tanpa ragu atau bahkan dengan excitement.
Mungkin, ini emang karena ibu tidak dipaparkan dengan lingkungan yang mendorong untuk mengejar rasa gengsi yang berlebihan atau yang tidak diperlukan karena menurutku ibu orangnya suka bersaing atau mengikuti orang orang di sekitarnya. Tapi kalo kenyataan lingkungannya sebenarnya mendorong tapi ibu tetap kekeh, ibu emang luar biasa.
Eh, tapi kayaknya emang kekeh deng, atau? dorongan lingkungannya emang belum cukup adekuat mengintervensi gengsi ibu sampai ke sana. Karena beruntungnya di batas lingkungan terkecilnya ibu punya ayah yang ngirit dan suka membulan bulanankan orang yang beli hoka dan sepatu diatas 1 juta buat lari :)
Dari ayah saya belajar, ungkapan rasa banyak bentuknya, dan dari ibu saya belajar beli ga branded yo gapapa asal tetap masuk nilai dan fungsinya serta didukung pembulanan yang handal
12 notes · View notes
mnafif · 6 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media
{Words by José Olivarez from Citizen Illegal /@fatimaamerbilal , from even flesh eaters don't want me.}
70K notes · View notes
mnafif · 6 months ago
Text
Kecuali panasnya yang tidak akan dirindu, 7 bulan di Pekanbaru memang menjadi petualangan yang seru.
0 notes
mnafif · 6 months ago
Text
« Over time, every reader accrues a kind of sedimentary layer of insights and impressions; he also establishes a vast hoard of very particular recollections. Of scenes, images, and seemingly irrelevant bric-a-brac. As often as not, these are fragments retained for whatever reason from books otherwise forgotten. It is almost as if the ultimate point of certain reading has been the survival of some odd trace. Again, as in life, so in art. Just as most of what happens to us dissolves, becomes part of an inner compost known in generalized terms—"my high school years,“ “boot camp,” and so on—so most of what we have read loses definition and becomes a blurry wash. Against this unfeatured backdrop emerge the distinct survivals, the details that for one reason or another we recall. They are not always, or even often, the key elements of the work. We preserve them illogically, savoring their perverse irrelevance, in the same way that we recall the cheap plastic lanyard worn by our grade school gym teacher or the face of the man who ran the hamburger stand. Why this and not that? Who can say? […] 
With each retrieval I not only re-experience something of the flavor of the book, the dense reality it enfolds, but I also recover, if only fleetingly, the original circumstance of my reading—a train ride, a favorite chair in an old apartment, the atmosphere of a long, disconsolate summer. Works of imagination bleed together with the world they extrapolate from. […] There [they] hibernate, a cluster of stray images, forgotten incitements and conversational asides, a mass of shadow wrapping itself around the thoughts and gestures of the self. » — Sven Birkerts, The Gutenberg Elegies
647 notes · View notes