Text
Mengekalkan Terima Kasih
Kita sering mengambil momentum kebersamaan bersama keluarga atau teman lalu mengunggahnya di media sosial. Tak jarang pula dilakukan ketika kita menerima hadiah atau pujian sebagai bentuk apresiasi atau terima kasih.
Nabi Daniel pun demikian. Beliau diselamatkan dua kali oleh singa. Pertama, ketika beliau baru saja lahir lalu disembunyikan ke dalam hutan karena raja mengincar bayi laki-laki dalam mimpinya (kisah ini mirip seperti mimpi Namrudz dan Fir'aun). Kedua, ketika beliau sudah menjadi nabi dan berdakwah kepada Nebukadnezar, Raja Babel, kemudian ditentang dan hendak dijadikan makanan untuk singa-singa yang kelaparan.
Atas izin Allah, singa-singa itu menjadi tunduk dan tidak liar. Seperti api Nabi Ibrahim yang menjadi dingin dan menyelamatkan. Seperti ikan Nun yang isi perutnya tidak menghancurkan Nabi Yunus. Oleh karenanya beliau mengabadikan nikmat dari Allah dalam satu cincin bergambar singa agar ia senantiasa bersyukur. Cincin itulah yang ditemukan di kemudian hari, ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah.
Itu hanya salah satu bentuk. Sedangkan nikmat Allah yang beragam rupa ini tentu sangat layak kita syukuri sepenuh hati. Bentuk syukur terbaik adalah mempergunakan pemberian sebagaimana keinginan Sang Pemberi.
Syukur = Memberdayakan
Dan ketika Allah sudah mengaruniakan kita nikmat iman dan Islam, kita pada akhirnya akan memikirkan bentuk terima kasih yang baik.
"Allah ingin saya berbuat apa terhadap Islam?"
"Apa versi terbaik diri saya yang bisa saya persembahkan dalam penghambaan ini?"
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Ibrahim 14: 7)
Sekarang jadi ngerti, kenapa nikmat akan bertambah jika disyukuri. Karena:
Selama seseorang memberdayakan sesuatu, resource memang harus tetap bertambah agar proses pemberdayaan tetap berjalan
Selama resources terus bertambah (melimpah) maka kapasitas dan kualitas seseorang sebagai pemberdaya pun akan senantiasa meningkat
Semisal pabrik, semakin pandai/canggih mesinnya dalam proses pengolahan, maka perlu semakin banyak lagi bahan mentah (resource) yang ditambah agar mesin (tools) tidak sia-sia. Di sisi lain, semakin banyak bahan mentah, mesin juga akan terus di-upgrade agar mampu melakukan pengolahan secara efektif dan efisien.
Maka tiap-tiap diri manusia sudah merupakan paket tools dan resource, dengan fungsi input-proses-output, ditambah lagi dengan adanya resource di luar diri. Pantaslah Allah mengatakan, manusia sedikit sekali yang bersyukur. Soalnya, boro-boro memberdayakan resources dengan tools yang ada, kesadaran akan resources dan tools-nya pun kadang belum utuh (resource awareness, self awareness) sebab belum reading comprehensive (iqra).
Mudah-mudahan kita dikaruniai kemampuan menyadari sumber daya dari Allah serta senantiasa terpandu dalam mengalokasikannya.
— Giza, belajar menjadi manusia
66 notes
·
View notes
Text
Dulu waktu kecil mikirnya sholat tahajud itu yaa untuk ngedapetin hajat-hajat duniawi kita. Misal mau menang lomba, mau daftar seleksi, dll. Kira-kira begitu yang lingkungan ajarkan kepadaku.
Kini setelah dewasa, aku lebih mengartikan tahajud adalah momen intimate untuk bertemu Sang Pencipta. Mau ngapain aja bebas. Curhat, minta dikuatin aja, minta diringanin beban, nangis tanpa sebab, dsb. Ga harus doa muluk-muluk nuntut duniawi. Kadang abis sholat juga aku cuma bengong ga ngapa-ngapain. Yah, karna di dunia yang aku sesendirian ini, mau sama siapa lagi nyandar kalo ga sama Allah.
Sekarang aku bener-bener pasrahin jalan hidupku sama Allah. Selama ini Allah udah kasih jalan yang terbaik sih menurutku. Jadi aku gausah sok ngatur gitu deh. Tinggal jalanin dengan usaha sebaik-baiknya.
293 notes
·
View notes
Text
kita terlalu banyak bercanda, bisa saja kematian datang disaat kita belum selesai tertawa🥀
209 notes
·
View notes
Text
Tetaplah baik, meski kamu tidak memenuhi standar baik menurut orang lain. Tetaplah baik, meski kamu tidak memenuhi standar suka-nya orang lain.
Orang lain tak punya kewajiban menganggap kita baik, orang lain tak punya kewajiban menyukai kita. Tapi, kita punya kewajiban untuk berbuat baik ke semua orang. Allaah yang perintahkan.
—Selfreminder
537 notes
·
View notes
Text
Ya Rabb, jika cahaya dalam hati ini makin padam, jalan hamba semakin tak terarah, dan pikiran hamba yang tak terkendali di zaman yang semakin hilang arah ini, zaman yang semakin tercampur antara hitam dan putih, zaman yang semakin semrawut dengan segala tipu dayanya. Maka genggam hati hamba dengan cinta-Mu ya Rabb. Kuatkan iman hamba di atas rahmat-Mu. Lindungi hamba.
Ya Rabb, jangan condongkan hati hamba pada hal sia sia yang Engkau benci, palingkanlah. Ya Rabb, condongkan lah hati hamba dengan hal baik yang Engkau suka dan ridhoi.
Hamba lemah tanpa pertolongan-pertolongan-Mu. Hati hamba mudah goyah tanpa ridho-Mu. Maka teguhkan hati hamba ya Rabb.
Di malam yang Engkau telah datangkan, datangkan juga dalam hati hamba kedamaian, kelembutan, ketentraman, hati yang selalu memaafkan dan hati yang selalu menerima.
Syukron Ya Rabb selalu membersamai & mencintai hamba yang penuh dosa ini. Ya Rabb jika hamba terlalu jauh, jangan tinggalkan hamba.
Karanganyar, menjelang maghrib.
15 notes
·
View notes
Text
Selamat berbuka puasa abang,
Mari kita ber~lebaran..
Buat story pake kata" itu dengan background tanganmu memegang tanganku setelah akad terucap.., 😂
#haluajaduluwkwkwk
Monday, 22 04 24_18.45 WIB _13 syawal 1445 H
2 notes
·
View notes
Text
Apakah kebersamaan ini berujung pada pernikahan atau malah perpisahan?
Biarkan waktu yang menjawab semuanya..
Semoga semesta mendukung pada apa yang kita damba..
10 04 24 - 20.21 WIB
3 notes
·
View notes
Text
Ya Allahku, ya Rabb ku . Jika apa yang aku doakan tidak terwujud karena perbuatan ku dimasa lalu, jika ternyata doaku menggantung di antara bumi dan langit sebab aku pernah diadukan dalam sujud seseorang yang hatinya sakit oleh ku disepertiga malamnya.
Maka, dengan ini hamba memohon, bersama raga yang membungkuk, bersama hati penuh sesal, bersama ruh yg ingin kembali fitrah, ampuni hamba ya Allah. _ tulisan seseorang semoga Allah menjaga nya ❤🩹
Dua on your lips are there for a reason. Trust Allah and He (ﷻ) will respond to you.
_Selamat mengencangkan doa.
227 notes
·
View notes
Text
"Ya Allah, jika takdir-Mu mengharuskanku menjalani kenyataan yang tak sejalan dengan inginku, maka tuntunlah aku untuk tetap ridho menerimanya."
116 notes
·
View notes
Text
33 Tahun dan mengapa belum menikah di usia ini?
Ini tentu bukan bercerita tentangku, tapi tentang pengamatan. Sebagai penulis, beberapa kali melakukan proses interview, ngobrol, bertukar pikiran, dan sebagainya. Dulu, pandangan seperti ini tidak banyak kutemukan karena dulu usiaku masih 24 tahun saat memulai karir. Sekarang, tahun ini telah beranjak 33 tahun, sebentar lagi anak pertama masuk SD. Dan beberapa kali juga, melalui istri, ditanya apa ada temanku yang bisa dikenalkan ke teman-temannya istri. Yang tahun ini, menjelang kepala tiga. Dari proses-proses yang risetku selama menulis dan apa yang terjadi, datanya tidak sesederhana itu. Kita berada di lingkungan yang baik, tidak serta merta membuat kita langsung ketemu pasangan hidup yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Dipadu padankan dengan obrolan bersama psikiater beberapa waktu terakhir. Ada beberapa pendapat subjektif yang bisa kuhadirkan dari seluruh kumpulan riset itu, nanti kalau kamu ada lainnya, boleh ditambahkan : 1. Kehidupan yang semakin materialistik, ukuran terhadap materi dan kesiapan materi menjadi parameter yang sangat menentukan dalam pernikahan. Dan ukuran ini membesar, seperti kepemilikan rumah, kendaraan, atau gaji dalam nominal tertentu, serta tuntutan hidup materialistik (apa-apa diukur dengan uang) ini berpengaruh pada pola pikir dan kesiapan orang untuk menikah. Memang, mempersiapkan finansial untuk menikah itu penting, tapi ketika semua keputusan berpusat pada uang - mendominasi pikiran. Itulah awal mula dari kondisi tersebut. Apakah kamu setakut itu pada masalah rezeki? Kondisi yang sangat mungkin berbeda dengan waktu orang tua kita dulu. 2. Kondisi mental dan emosional yang belum pulih. Percaya atau enggak, orang lain bisa merasakan apakah kita ini cukup stabil atau se-eror itu. Apalagi jika keeroran kita tervalidasi melalui asesmen. Kita perlu untuk mengakui dan menyadari kalau memang kita perlu meluangkan waktu untuk mengobati diri sendiri. Kalau pun butuh waktu beberapa tahun, ya itu bagian dari konsekuensi. Karena masuk ke dalam pernikahan memang memerlukan kondisi mental emosional yang cukup kuat. "Badai"nya sesuatu, dinamikanya sangat beragam, dan tantangan yang akan dihadapi sangat berbeda dengan saat kita masih single. Kita akan berkompromi dengan banyak sekali orang. Apalagi jika nanti kita memiliki anak. Mereka perlu orang tua yang sehat jiwa dan pikirannya. Agar jangan sampai, kalau saat kita memiliki trauma, ternyata tanpa sengaja menjadi penghambat bagi anak-anak kita. 3. Romantisasi keadaan. Belum menikah di usia tersebut sebenarnya itu bukan masalah, tidak ada panduan bahwa menikah itu harus usia 25-30. Tidak ada dosanya juga belum menikah di umur 30 lebih. Tapi, membiarkan diri meromantisasi keadaan sehingga dari sana kita merasa mendapatkan dukungan, validasi, pembenaran pendapat, dan apapun yang sebenarnya digunakan untuk menutupi kekhawatiran diri karena belum menikah. Alih-alih berusaha untuk membangun persepsi diri yang benar, pandangan hidup yang lebih luas, dengan demikian kita bisa memiliki value kita sendiri yang kuat, yang tidak goyah saat kita sendirian dikamar yang sepi, atau saat di tengah kumpulan keluarga.
4. Tidak siap dengan masalah. Kalau kata buku yang kubaca, menikah itu seperti memilih masalah yang akan kita jalani seumur hidup, jadi pilihlah masalah yang kamu mau menjalaninya. Tontonan berupa film, drama, dan romanitasi yang berseliweran di media sosial secara tak sengaja membangun kesadaran kita bahwa menikah itu pasti akan sebahagia itu. Ini juga berkaitan pada poin satu tadi salah satunya. Tidak siap dengan beragam masalah, harus beradaptasi dengan beragam kondisi, kompromi dengan pasangan, belum lagi hal-hal lainnya. Tidak setiap pernikahan itu selalu dimulai dengan sudah memiliki rumah, kadang harus ngontrak. Tidak dimulai dengan langsung ada mobil, harus kerja bertahun-tahun dulu. Belum lagi nanti kalau harus memilih sekolah anak yang disesuaikan sama budget keluarga. Belum lagi, bersosialisasi dengan masyarakat. Singgungan yang banyak itu akan menciptakan dinamika, salah satu dinamikanya adalah masalah-masalah tersebut. Belum lagi dinamika soal tinggal di mana, siapa yang akan ngejar karir duluan, dan berbagai pembagian peran dan tugas dalam keluarga. Apakah kamu siap menghadapi dan berkompromi dengan beragam masalah itu? Sesuatu yang memang sudah sepaket dengan pilihanmu untuk berkeluarga.
Apakah kamu bisa membayangkan? Empat dulu, ada banyak temuan lainnya dari hasil diskusiku selama ini. Pendapat di atas sangat subjektif, benar-salahnya tidak mutlak. Tapi semoga bisa menjadi pelajaran penting. Pelajaran yang membuat kita bisa memiliki perspektif yang lebih luas dalam mengamati sesuatu. Ada tambahan? (c)kurniawangunadi
609 notes
·
View notes
Text
Semakin dewasa, rasanya jadi disadarkan kalau kemauan dan kekuatan untuk bertahan itu mahal. Banyak belajar memahami ternyata ada banyak bentuk mekanisme pertahanan diri dari manusia dalam menjalani kehidupannya. Mulai dari hal besar yang terlihat nyata hingga hal sederhana yang tak kasat mata.
Di antaranya mungkin ada yang bertahan dengan menangis, makan makanan favoritnya, olahraga, fangirling, journaling, merokok, curhat berjam-jam, menyendiri, melihat foto anak atau foto orang tua, menyetel playlist dan bernyanyi bebas, duduk menangis seusai sholat, berdoa dalam sujudnya, dan lain sebagainya.
Baik atau tidak baik, seru atau tidak seru cara-cara tersebut, bergantung dari sudut pandangnya. Namun terlepas dari itu, untuk segala bentuk bertahan pada masing-masing orang, kita tidak berhak menghakimi seaneh apapun hal itu bagi kita. Mekanisme yang terbentuk seiring dengan pengalaman hidup yang sudah dilewatinya, ada terlalu banyak hal yang nggak kita ketahui dibaliknya.
333 notes
·
View notes
Text
Dulu, kupikir menjelaskan tentang diriku kepada orang itu perlu agar ia tidak salah paham—mengingat diriku adalah perempuan rumit yang sering disalahpahami.
Namun, ternyata menjelaskan diriku pada orang bukanlah pilihan yang tepat. Orang-orang tidak pernah benar-benar menanggapi kecuali disuatu waktu aku penting. Kecuali aku adalah orang yang ingin mereka pahami.
Jadi, sekarang aku hanya akan menjelaskan diriku pada seseorang yang ingin memahamiku. Perihal suatu waktu ia akan abai, aku tidak peduli lagi—itu diluar kuasaku.
—hei Octo!
114 notes
·
View notes
Text
Menerima Kisahnya
Nanti, saat kamu menikah dengan seseorang, kamu tidak sedang menerima lembar buku yang kosong. Kamu akan mendapatkan seseorang yang sudah menulis begitu banyak catatan dan kisah, yang kamu baru akan benar-benar mengetahui kisahnya sesaat setelah akad terucap.
Pada kisah yang begitu menyedihkan, atau pada kisah yang begitu bahagia maka selalu siapkan hati yang lapang untuk menerimanya.
Sebab orang yang kamu nikahi adalah akumulasi dari masa kecil hingga ia dewasanya, bahkan sampai ia menemukanmu.
Tidak apa-apa, siapkan saja ilmu pernikahan dan mengelola rasa dalam berumah tangga. Kapan kamu harus menekan ego dan emosi, kapan kamu harus bersabar dulu untuk sesaat sebelum mengutarakan maksut dengan berbicara padanya.
Menerima kisah seseorang itu tidaklah mudah, terkadang ia jauh dari apa yang kamu harapkan, terkadang bahkan bertolak belakang dengan apa yang kamu bayangkan.
Sebab pernikahan itu menyatukan dan saling memperbaiki, kisah-kisah buruk dan hitam di masa lalu tidak perlu diungkap dan dibuka. Tutuplah serapat mungkin dan kubur sedalam-dalamnya, mulailah menjalani hari-hari dengan kebaikan yang penuh dengan keberkahan.
Andai kamu sedang menunggu seseorang yang datang padamu, maka siapkan ilmunya, perluas hatinya, dan mulailah melangitkan doa, agar apa yang kamu doakan senada dengan apa yang Tuhan takdirkan
Selamat malam, dariku yang tengah duduk di kereta menuju stasiun terakhir.
Gambir, 19 September 2023.
@jndmmsyhd
1K notes
·
View notes
Text
perjalanan peran perempuan
- sebagai pribadi (hamba)
- sebagai anak
- sebagai istri
- sebagai ibu
- sebagai dai
perjalan pertama akan menentukan kualitas perjalanan yang lain. peran apapun yang sedang atau akan dilalui menjadi bermasalah apabila buruk dalam menghamba kepada Allah. jadi yang pertama dibenahi adalah relasi diri dengan Allah. Iyyaka na'budu waiyyakan nasta'in. hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. mari kita jaga relasi dengan Allah agar bisa optimal di semua peran.
secuil materi KJI dari Ustadzah Febrianti Al Meera
26 notes
·
View notes
Text
Pengen jadi anak kecil yang energinya gak abis-abis dan gak ada capeknya.
53 notes
·
View notes
Text
Jika hari yang kamu jalani sedang berat, ambil air wudhu, sholat taubat, setelahnya duduk dulu diatas sajadah perbanyak minta ampunan, buka Al-Qur'an dan baca dengan tenang, relax, dan pelan-pelan saja, bayangkan Allaah sedang mendekap mu dalam lelahnya tubuh, riuhnya pikiran, dan berantakannya isi hatimu, sembari berucap ;
"AKU tidak membebani hamba²-Ku melebihi kesanggupannya, dibalik kesulitan yang KU berikan selalu ada kemudahan didalamnya, AKU selalu ada di jarak paling dekat denganmu wahai hamba-KU"
"Allaah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya" (Al-Baqarah; 286)
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" (Al-Insyirah;5-6)
Dan, jika harimu sedang banyak bahagia didapat jangan lupa bersyukur, sujud berterimakasih pada-Nya, karena disetiap keadaan yang kita terima sepantasnya selalu mengingat-Nya
*Just Note tome
57 notes
·
View notes
Text
Kalaupun di masa lalu kita mengambil pilihan yang berbeda, belum tentu kita akan lebih bersabar menjalani konsekuensinya.
120 notes
·
View notes