lisma327
25 posts
ESTJ. Math teacher, reader, and long life learner.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo
Dimudahkan dalam Urusan.
Ingatlah bahwa sebesar apapun masalah yang kita punya, Allah SWT Maha Besar dari segalanya. Meskipun bayangan kemustahilan menghantui pikiran kita, ingatlah Allah SWT akan selalu ada.
Ambillah hikmah dari kisah Nabi Musa. Ketika menghadapi Fir'aun yang saat itu memiliki segalanya. Pasukan, harta benda, dan kekuasaan berada di tangannya. Sedangkan Nabi Musa, berdakwah hanya ditemani dengan Harun, lalu ditimpa kesulitan dalam berkata pula. Tapi Allah SWT memuliakan Nabi Musa, selalu menolong Nabi Musa dengan mukjizat dan kekuasaan-Nya. Hingga pada akhirnya Fir'aun lah yang tenggalam di lautan yang gelap gulita.
Bukankah kisah ini memberikan kita pelajaran, bahwa tidak ada yang mustahil selama kepada Allah SWT kita pasrahkan. Karena hanya Allah SWT yang Maha Memberi Kemudahan. Kemudahan dalam setiap permasalahan dan urusan. Maka, berdo'alah ketika datang kesulitan. Segala bentuk keluh dan kesah, tumpahkan. Hati yang selama ini merasa tinggi, rendahkan. Pikiran yang membuat diri khawatir dan gelisah, segera ikhlaskan. Percayalah, bahwa yang terbaik pasti Allah SWT berikan.
Do'a Dimudahkan Urusan
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. (QS. Thoha: 25-28)
860 notes
·
View notes
Text
Pernah dipandang sebelah mata, pernah disakiti sampai remuk, pernah dicurangi, pernah disalah pahami, pernah dikucilkan, pernah difitnah, pernah dihina, dan jikapun hari ini dibuang, itu bukan hal baru. Terpatri semuanya dengan baik, yang membuat saya lebih kuat.
Dan lagi-lagi, Allah menyelamatkanku. Alhamdulillah 'ala kulli hal.
28 Juli 2019
©LismaS
2 notes
·
View notes
Text
Lantas apa yang harus dilakukan jika dia tak mampu mengorbit dalam visimu? Padahal sungguh tahu, tak mungkin pilot dan co-pilot dalam satu pesawat punya tujuan berbeda. Hingga saat kau berkata, "Capt, oleng!" Pilotmu tak segan meminta pendapatmu, mendengarkanmu, atau melakukan satu tindakan atas kesepakatan bersama. Bukan atas dasar mau sendiri tanpa aba-aba. Ah, sudah. Jangan memaksa, Allah sebaik-baiknya perencana, kan?
©LismaS
0 notes
Text
Penjagaan Terbaik
Ketertarikanmu pada seseorang bukanlah sebuah kesalahan, pun kecondongan hatimu akan menyukainya juga bukan sebuah dosa atau kutukan, wajarkan saja.
Setiap pemilik, pasti akan menjaga apa yang dia punya, pun juga padamu. Saat kamu memiliki sebuah rasa, pada siapapun yang telah menarik perhatianmu, ingatlah bahwa cara penjagaan terbaik adalah dengan tidak memperdulikannya sama sekali. Jangan pernah.
Saat kamu mulai memperdulikannya, menandakan bahwa kini dinding penjagaanmu mulai runtuh, terkikis. Semua bermula dari mulai memperdulikannya, berakhir dengan dia menyadari bahwa ada yang memperhatikannya dari jauh, lalu berbuah “isyarat-isyarat hati” padamu, menjadikanmu berbunga-bunga padahal belum saatnya, dan jika berakhir salah hati bagaimana ?
Penjagaan terbaik berasal dariNya, saat kamu menjaga apa yang kamu miliki, Dia akan menjaga hati yang pantas untukmu. Setiap yang terjaga akan bertemu pada yang terjaga pula. Percayalah.
Sudah saatnya bagimu memilih semua yang baik-baik untukmu, mulailah mandiri untuk setiap keputusan-keputusan dalam hidup ini. Untuk masa yang panjang nanti.
Jadilah penjaga yang baik, yang tidak memperdulikan sama sekali untuk dia yang sedang menarik hatimu.
@jndmmsyhd
2K notes
·
View notes
Text
Bagaimana Jika...?
Bagaimana jika Allah memanggilku ketika aku sedang berada dalam level iman yang paling biasa saja. Ketika haus tantangan dunia dalam genggaman, sedangkan pencapaian akhirat sedikitpun tak ada kemajuan?
Bagaimana jika Allah memanggilku ketika aku terlalu sibuk dalam meminta kesuksesan yang fana, sedangkan lupa diri untuk memohon ampun agar Allah menghapus dosa-dosa yang pernah ku lakukan?
Bagaimana jika Allah memanggilku ketika aku terlalu banyak menangis akan kegagalan duniawi tanpa pernah merasakan sakit tangis yang memecah hati, menyadari bahwa hapalah Qur'anku tak bertambah?
Bagaimana jika Allah memanggilku ketika aku terlalu betah beralama-lama dengan sesuatu yang hanya menyenangkan hati, bukan hal yang menenangkan hati seperti mengahadiri majelis ilmu?
Bagaimana jika Allah memanggilku ketika bentuk rasa syukurku ternyata tak sebanding dengan karunia yang telah Dia berikan?
Lalu seakan nafas tercekat, Ooh Allah, tegurlah aku jika aku berjalan terlalu jauh dari-Mu, ketika ritmeku terlalu cepat dari radar-Mu, ketika aku hampir lepas dari jangkauan-Mu.
Ooh Allah, ampuniku atas ambisi-ambisi yang kadang membuatku lupa bahwa semua ini adalah jembatan untuk aku hidup di kemudian hari.
Semoga, aku adalah hamba yang masih pantas mengharap surga.
Sekolah, 23 Januari 2019
©LismaS
1 note
·
View note
Text
Butuh keberanian untuk sekedar menatapmu, karena tersimpan satu keinginan berteduh di sana. Namun percayalah, aku sudah tak malu-malu memintamu kepada-Nya. Sebab untuk bersamamu, aku harus banyak bercerita kepada Pemilikmu. Sampai jumpa di lain waktu, waktu yang baik. InsyaAllah.
Rumah, 20 Januari 2019.
©LismaS.
0 notes
Text
Cerpen : Bolehkah Kucuri Sedikit Rahasia?
Kalau benar kita akan dipertemukan, bolehkah kucuri sedikit rahasiaNya? Agar aku tahu, kalau aku sedang menunggu yang baik sekaligus yang terbaik bagiNya. Agar kekhawatiranku mereda.
Aku khawatir jika aku diuji melalui pernikahan. Aku selalu bermimpi melalui pernikahan kudapati orang yang bisa berjalan seiring, sesisi, bisa menenangkan jalan ke depan. Tapi, melihat bagaimana jalan hidup disekitarku, banyak di antara temanku diuji melalui pasangannya; yang berkhianat, yang kasar, yang tak bertanggungjawab, semua hal yang kutakutkan.
Kalau benar kita akan dipertemukan, bolehkah kucuri sedikit rahasiaNya? Agar aku yakin, kalau apa yang kupersiapkan sampai hari ini tidak menjadi sia-sia.
Aku telah menyiapkan banyak hal untuk menyambutmu, apa jadinya nanti kalau segala bentuk persiapan ini menjadi tiada artinya bagimu? Bagaimana jika semua persiapan ini, tidak bisa kuceritakan kepadamu, juga tidak mendapatkan sambutan yang hangat.
Kadang kurasa, ketakutan ini berlebihan. Tapi bagaimana ceritanya, hidup memberiku gambaran yang berbeda dari anganku.
“Bolehkah Kau ceritakan sedikit rahasiaMu?”, doaku suatu malam, sembari menangis. ©kurniawangunadi | 30 Desember 2018
2K notes
·
View notes
Text
"Semakin dewasa, semakin paham makna 'believe pattern not apologise'. Kamu mungkin seringkali berpikir bahwa sedang berada dalam kesempatan kedua atau ketiga atau keempat, padahal nyatanya kamu sedang berdiri di ujung kesempatan terakhir. Bagimu mungkin mudah mengukir pola pada hati yang rapuh, berkali-kali. Lain bagiku, itu adalah kesakitan yang membekas. Ah, sebaiknya jangan datang, hadirmu hanya memperburuk keadaan. Karena kamu tidak paham bagaimana aku memperjuangkan kehidupan sampai sebahagia sekarang. Aku kira kamu akan selamanya pergi setelah berkata, "aku pamit"."
Rumah, 29 Desember 2018.
©LismaS
0 notes
Text
"Cara terbaik untuk tidak pergi ke masa lalu adalah dengan membakar semua jembatan kembali. Biarlah terpisah daripada harus merajut kisah tanpa tujuan. Semoga kau pun tak menemukan jalan menujuku. Aku tidak ingin mengulang kembali rasanya dibuang. Aku hanya ingin selesai."
@LismaS.
1 note
·
View note
Text
Mengembangkan Kelenturan dalam Menghadapi Kesulitan
Dalam hidup sangatlah lumrah kita dihadapkan dengan sebuah kesulitan yang menguji keberanian emosional kita, tentang kesedihan, kegagalan, kehilangan, atau bahkan ketidakpuasan akan suatu hal yang kita perjuangkan mati-matian.
Ketika dihadapkan dengan kondisi demikian, tubuh kita tentu saja mengalami reaksi yang tidak melegakan, sebab emosi teraduk-aduk mencari setiap sudut ketenangan, mencari celah agar keluar dari lingkaran perasaan yang sulit diterjemahkan.
So often we turn away from life rather than toward it. Padahal, tidak ada jalan lain selain mengarahkan diri kita to face it. Dengan mengikuti prinsip tersebut, diri akan terlatih bagaimana mengembangkan kapasitas keberanian emosi kita untuk mengatasinya. Apa yang dulu sulit sekarang lebih mudah. Apa yang dulu membuat takut sekarang terasa akrab. Hingga pada akhirnya, kita bisa melihat diri kita tumbuh lebih kuat, dan memiliki keyakinan yang kebih kuat lagi untuk menghadapi badai kehidupan di kemudian hari.
Seperti halnya pohon yang kokoh, dia seringkali diterjang hujan badai. Namun, jika kita amati, pohon itu hanya meliuk-liuk, mengikuti arah angin, tegak kembali, mengikuti arah angin lagi, dan tegak kembali. Begitu berulang-ulang selama badai menerjang. Pohon itu tidak patah karena memiliki kelenturan, pegas, untuk menetralkan kekuatan terjangan angin badai.
Dalam konteks kelenturan pohon menghadapi angin badai inilah hendaknya kita sebagai manusia memiliki keberanian diterjang untuk menjadi kokoh, menyadari bahwa kesulitan tidak akan hadir selamanya. Bukankah “after every storm, there is a rainbow”? Jadi, berdamailah dengan segala kesulitan, setelah itu segala yang indah akan terjadi pada waktu-Nya.
Ungkapan nrimo dalam budaya Jawa tepat digunakan. Atau kita lebih sering mendengarnya dengan kata ikhlas. Ikhlas menghadapi kesedihan, ikhlas menghadapi kegagalan, ikhlas mengalami kehilangan, dan ikhlas dalam mengahadapi intrik-intrik kehidupan yang akan selalu ada.
Kesulitan mengajarkan kita untuk merangkul hidup apa adanya, meskipun tidak semua hal yang kita inginkan terwujud mulus tanpa guncangan. There is freedom in taking life as it comes to us—the good with the bad, the wonderful with the tragic, the love with the loss, and the life with the death. Semuanya sudah menjadi satu paket, poin terbesarnya hanya terletak pada kemampuan diri kita untuk melentur menghadapi perubahan tersebut. Memilih kokoh atau patah, itu semua tergantung pada rasa ikhlas berdamai dengan semua kesulitan yang ada atau justru memilih jalan terakhir, yaitu menyerah. Ingatlah, bahwa kita adalah pemeran yang punya kendali.
Dan percayalah, hidup menghadirkan kesulitan (rasa sedih, sakit, gelisah, kehilangan) agar kita tahu bagaimana rasanya menang dan menemukan kepuasan dalam hidup. Perasaan-perasaan tersebut diibaratkan seperti gas dalam mesin kepribadian kita yang juga merupakan sumber motivasi, tanpa perasaan-perasaan tersebut hidup kita tidak akan memiliki dimensi atau warna. There wouldn’t be you. There wouldn’t be me. Without our feelings, nothing would really matter.
Jangan menyerah, kamu dilahirkan untuk menjadi pejuang.
Rumah, 28 Desember 2018
©LismaS.
0 notes
Text
"Cinta tak tepat waktu adalah sumber ujian."
- Lisma S.
1 note
·
View note
Text
Disimpan dulu buat 'kamu'...
RTM : Untuk Terus Mencintainya, Kamu Harus Berjuang.
Catatan ini mungkin lebih khusus ke laki-laki. Sebab nanti, selepas menikah. Mungkin dalam pandangan matamu, istrimu tidak akan secantik-semanis-sebaik-dan sesempurna sewaktu kamu dulu memperjuangkannya. Saat ini, bisa jadi kamu bisa menyangkal. Tapi, nanti selepas menikah dan menjalaninya, kamu mungkin baru akan memahami maksudku ini.
Kamu harus berupaya untuk bisa terus mencintai istrimu. Perasaan itu tidak tumbuh seperti rerumputan yang terkena hujan. Perasaan itu adalah pohon besar dan kamu menanamnya sejak bibit. Kamu harus merawatnya, menyiraminya, melindunginya dari hama, menyiangi rerumputan disekitarnya, dan juga kamu harus selalu waspada agar ketika nanti ia sudah cukup besar, tidak ada orang lain yang tiba-tiba datang dan menebangnya.
Perempuan yang barangkali adalah temanmu, rekan kerjamu, atau orang yang tiba-tiba kamu temui di jalan. Mereka mungkin tidak melakukan apapun, tapi matamu tidak. Matamu bisa membuat apa yang terlihat menjadi beribu kalilipat lebih baik, lebih cantik, dan segala kelebihan lainnya yang mungkin akan menyulut perasaan lainnya. Tantangan. Seperti kala dulu kamu memperjuangkan perempuan yang menjadi istrimu saat ini.
Untuk itu, ingat-ingatlah selalu kebaikan perempuan yang sedang di rumah menunggumu pulang. Siapa orang yang paling khawatir kala kamu sakit. Siapa orang yang bisa menerimamu apa adanya saat kamu bukan siapa-siapa dan tak memiliki apa-apa selain kenekatanmu menikahinya dulu. Siapa orang yang rela bersusah payah mengurus segala keperluanmu, juga keperluan anak-anakmu nanti. Ia bersedia bersusah payah mengandung anakmu sembilan bulan dalam kepayahan yang kamu tidak bisa merasakannya. Anak yang mungkin lebih kamu cintai nantinya daripada istrimu.
Sungguh, untuk terus mencintainya, kamu harus berjuang. Bualanmu tentang cinta saat ini, juga bualanmu tentang segala janji itu bisa aku katakan adalah omong kosong. Sebab nanti, jalan yang amat panjang dan mungkin akan membosankanmu telah menanti. Biar tak bosan, kamu perlu menghidupkan setiap ingatanmu mengapa dulu kamu mau memperjuangkannya, setiap rasa syukurmu, dan iman.
Sebab menikah dengan seseorang yang kamu cintai saat ini bukanlah hadiah, melainkan sebagai ujian baru. Ujian yang hanya bisa kamu jawab ketika kamu menjalaninya, bukan dengan lisan, melainkan perbuatan.
©kurniawangunadi | 10 September 2017
4K notes
·
View notes
Text
"Allah... Tak mengapa Kau buat aku ragu terus menerus jika ini merupakan sinyal ketidakbaikan akan hal yang ku pikir harus diperjuangkan, tapi justru harus aku tinggalkan pelan-pelan."
- Lisma S.
2 notes
·
View notes
Text
Kita Akan Beriringan dalam Orbit yang Sama
Hari ini mungkin kamu sedang berjalan ke selatan, tapi aku sedang asik menjelajah utara. Besok lusa mungkin kamu sedang ingin pergi ke timur, aku harus pergi ke tenggara. Ah hampir saja bertemu, tapi 'almost is never enough' kan? Memang nyatanya setelah itu, aku memilih pergi ke selatan, ke tempat yang sudah kamu datangi, kamu menjauh ke timur laut. Tak apa, ini wajar dan sederhana, belum tepat waktu.
Namun yakinlah, akan ada suatu hari kita beradu dalam satu titik temu. Entah kapan, yang jelas kita saat ini bukan hanya sekedar menunggu, tapi sama-sama sedang mengupayakan agar berada dalam satu orbit. Jaraknya bukan lagi arah mata angin. Melainkan angin-angin kecil yang berusaha menyusup dalam satu genggaman tangan, diantara jariku dan jarimu.
Risau? Ah tidak. Seperti kata Umar bin Khattab, "Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku. Dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku."
Jadi berasa diingatkan oleh tulisanku 2 tahun yang lalu :
Intinya selalu tanyakan ini pada diri sendiri. "Apakah aku sudah benar-benar selesai dengan diriku sendiri?" Selesaikanlah semua ambisi dan egoisme personalmu.
Mereka yang datang di saat arah hidupmu sudah terang kemungkinan besar adalah orang yang juga punya arah hidup yang sama denganmu. Atau paling tidak, bersama dia kamu bisa berjalan beriringan mencapai impian.
Dia yang “tertakdirkan” untukmu tidak akan jauh dari upayamu mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Tuhan tidak pernah main-main dengan janjinya.
Pegang ini baik-baik. “Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik." (Qs. An Nur: 26).
Tidak ada indikator menuju predikat manusia baik. Cukuplah menjadi lebih baik dari masa lalu, meng-upgrade diri setiap harinya, dan mengupayakan kebaikan setiap waktunya.
Mari kita bertemu di orbit yang sama (someday). Kita rumuskan lintasan mana saja yang harus kita lalui, beriringan, bukan sendiri-sendiri lagi. Kakimu melangkah ke barat, aku ikut. Kakimu melangkah ke utara, aku ikut. Jika kakimu lelah, aku penawarnya. Jika kakiku payah, kamu penguatnya. Bersama sampai nanti, di tempat yang kita sebut Jannah. InsyaAllah.
---
Rumah, 23 Februari 2018
Lisma S.
1 note
·
View note
Text
Jangan Terima Seseorang yang Mengatakan, "Aku ingin bahagia bersamamu."
Mengapa?
Sungguh, jika tujuannya hanya sekedar bahagia jangan pernah memilih dia. Definisi bahagia adalah ketika hati paham akan fitrahnya kepada siapa dia patut menggantungkan kebahagiaan. Jika menurutnya kebahagiaan akan datang dalam dirimu, artinya dia tidak bahagia dengan dirinya sendiri.
Apakah salah?
Saya bilang, ya salah.
Masih ingatkah tulisan saya sebelumnya tentang Mahatma Gandhi yang katanya, manusia hanya akan memilih apa yang dia tidak miliki? Jika pasanganmu menginginkan kebahagiaan, artinya dia tidak memiliki itu. Sedangkan rumus untuk bahagia bersama orang lain adalah berbahagia dengan diri sendiri terlebih dahulu.
Hati yang tidak bahagia adalah hati yang tidak pandai bersyukur, malas berdoa, dan putus asa dalam usaha. Bahagia itu datangnya dari hati yang diminta langsung pada Allah. Manusia tidak akan pernah bisa membahagiakan manusia lainnya. Karena hati manusia sangat ahli dalam memilih, itulah sebab ada manusia yang bisa berbahagia dengan hal sederhana, pun banyak manusia yang tidak bahagia meski dihadapkan dengan hal-hal yang luar biasa.
Pilihlah dia yang sudah berbahagia dengan dirinya sendiri. Karena dia tahu di posisi mana dia menempatkan Tuhan-Nya yang merupakan sumber kebahagiaan. Pasangan yang benar tidak akan meminta dinomor satukan. Satu, esa, tetap Allah.
Seperti kutipan favorit saya dalam buku Sabtu Bersama Bapak, "Find someone complimentary, not supplementary - Oprah Winfrey cited by Saka. "Kata Bapak saya, membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan. Karena untuk menjadi kuat, adalah tanggungjawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain."
Pun dengan kebahagiaan. Menjadi bahagia adalah tugas masing-masing individu bagaimana dia me-manage hatinya dengan tepat. Menggantungkan segala harap hanya pada Allah yang punya segala Maha.
Jangan sampai pernikahanmu sibuk membahagiakan orang yang tidak bahagia atau sibuk dibahagiakan orang lain yang sudah bahagia. Kasian dia.
Carilah alasan yang lebih berkelas selain sekedar bahagia. Misalnya, "Aku ingin menjadi teman murojaahmu, aku ingin menjadi pemegang kendali dan kamu teknisinya untuk membangun peradaban, atau ini misalnya: aku ingin kita menjadi partner menuju surga."
----
Rumah, 22 Februari 2018
Lisma S.
2 notes
·
View notes
Text
Rusuk Yang Tercipta Bukan dari kepala dia dicipta, agar tak merasa lebih dari lelaki. Bukan pula...
Rusuk Yang Tercipta Bukan dari kepala dia dicipta, agar tak merasa lebih dari lelaki. Bukan pula dari kaki dia dibuat, agar tak dianggap rendah oleh lelaki. Tapi dari rusuk ia berasal agar setara dengan lelaki Lelaki dilebihkan dalam hal-hal tertentu, sebagaimana wanita pun dilebihkan dalam hal-hal tertentu. Namun dalam penyembahan kepada Allah keduanya sama-sama saja Lelaki diberikan amanah tambahan dalam kepemimpinannya bagi wanita, bukan menandakan dia lebih tinggi nilainya, hanya pembagian tugas yang Allah berikan semata Ibarat lelaki itu kepala negara, maka wanita adalah kepala pemerintahan. Lelaki yang menentukan kebijakan, pasti perlu wanita yang menerapkan teknisnya, mengeksekusinya Maka Islam tak pernah menganggap wanita lebih rendah dari lelaki, bilapun ada perbedaan fungsi, itu lebih kepada fitrah yang Allah tugaskan pada masing-masing saja Bila lelaki punya kekuatan dalam ketegasan, maka kelembutan wanita adalah kekuatannya. Bila lelaki mudah untuk memutuskan, maka kekuatan wanita adalah pertimbangannya Begitulah rumah tangga dibangun, yakni ketika lelaki dan wanita sama-sama memahami fitrah yang Allah berikan, lalu ikhlas berjuang di dalam keahlian yang Allah titipkan Takkan merasa tenang wanita tanpa kehadiran lelaki, sebaliknya pun juga begitu. Maka Allah pasang-pasangkan mereka untuk mencapai tujuan penciptaannya, yakni ibadah Maka bila engkau suami, janganlah engkau pandang istrimu sebagai pelayanmu, melainkan engkaulah pelayannya. Bila engkau istri, maka layani suamimu sebaik-baiknya Itulah sebab dalam Islam, Allah menuntut suami untuk menjadi yang paling baik bagi istrinya, dan bagi istri jadilah setunduk mungkin pada suaminya, bukan sebaliknya Rumah tangga akan aman bila suami mengambil dalil baginya, dan istri mengambil dalil baginya. Bukan menuntut yang lain tapi menuntut diri sendiri untuk taat dulu pada Allah Bila Allah menjadi penengah, bila Allah jadi standar, maka istrimu adalah kedamaian bagimu, maka suamimu adalah ketenangan bagimu. Dan rayakanlah cinta dalam pernikahan ☺️☺️☺️ (RSS generated with FetchRss)
97 notes
·
View notes
Text
Ada hikmah pagi ini,
Rasulullah bertanya pada ummat, "Bulan apa yg paling mulia?" Saat ummat menjawab Bulan Ramadhan.
Rasulullah menjawab, "Bukan Bulan Ramadhan, namun bulan dimana engkau bertaubat."
Hikmahnya bertaubat itu mulia...
- TSA
Pagi hari, 20 Februari 2018
1 note
·
View note