lathifa
every step.
376 posts
Alhamdulillaah, splendid days!
Don't wanna be here? Send us removal request.
lathifa · 2 years ago
Text
Akhir bulan Januari, selalu jadi waktu-bagian-terkangen-rumah. Puncak musim dingin yang membeku, mau itu bersalju ataupun enggak, bikin kita makin kebayang-bayang sama hangatnya rumah. Rasa rindu dengan keluarga nun jauh disana makin memuncak. Tahun lalu, ujung-ujungnya kami nekat beli tiket pulang di awal Februari untuk pergi mudik di bulan Juni. Terlalu visioner dengan kondisi Covid yang masih belum terlalu aman, juga peraturan tiap maskapai dan bandara yang masih belum jelas. Efek kangen rumah bisa sampai seperti itu, dan terbukti, Alhamdulillah itu menjadi keputusan terbaik kami tahun lalu.
Sekarang, kami merasakan rasa rindu yang sama. Di waktu-waktu terakhir kami disini. Alih-alih ingin mudik lagi, kami justru sedang semangat. Semangat, tapi deg-degan juga, apa kami bisa selesaikan semuanya dengan baik. Dengan semua rencana kedepan yang sudah kami susun, cuma berharap Ia izinkan kami tuntaskan dengan akhir yang baik.
8 notes · View notes
lathifa · 3 years ago
Text
Sedang tepat berada di fase ini. Maka benar, yang harus dilakukan, jalani sesuai kemampuan, dengan penuh rasa kesyukuran..
Pilihan-pilihan
Terkadang, aku ingin berperan menjadi perempuan yang punya kontribusi untuk dunia.
Namun, di lain waktu, aku hanya ingin menjadi ibu biasa, yang mengurus anak-anak, memasak makanan kesukaan mereka, dan membuat mereka tertawa dengan cerita-cerita masa kecilku.
Terkadang, aku ingin punya waktu sendiri. Makan mi kuah yang masih hangat, tak dingin seperti biasanya karena mesti mendahulukan kebutuhan anak-anak. Berjalan-jalan sendiri dengan bawaan ringkas, tanpa harus repot membawa berkantong-kantong kebutuhan anak-anak, tanpa harus mendengar pertanyaan di sepanjang perjalanan "Topiku di mana, Bu? Spidolku, kok, tidak ada?"
Namun, di lain waktu aku ingin selalu bersama mereka. Ingin memastikan mereka selalu dekat. Sekejap keheningan bisa memunculkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran. "Apakah mereka baik-baik saja?"
Sejenak perpisahan menghadirkan banyak kecemasan, "Bagaimana jika .... ?"
Terkadang aku ingin pergi menjelajah dengan bebas. Keliling dunia mungkin tak terlalu sulit dibandingkan mengurus anak-anak.
Namun, adakalanya rumah menjadi dunia yang paling nyaman untuk kujelajahi, kutimang bayi kecilku yang mengantuk sambil kukelilingi tiap ruang di rumahku. Langkahku berirama, bayiku pun tertidur dalam buaian. Wajah bersihnya memudarkan keletihan, senyum manisnya menguapkan semua keluh dan kesah.
Terkadang aku ingin menjadi seseorang yang lebih dari ini.
Namun, adakalanya menjadi ibu sudah cukup. Cukup membuatku berguna, cukup membuatku bahagia.
Terkadang aku berpikir begitu jauh, imajinasiku melanglang buana ke langit tinggi yang menawarkan berbagai kemungkinan.
Namun, adakalanya aku hanya ingin menikmati semua yang ada di hadapanku saat ini dengan hati yang lapang menerima.
Ah, hidup memang selalu menawarkan banyak pilihan. Terkadang, semua itu terlalu membingungkan. Hidup adalah sekumpulan paradoks, kata orang-orang.
Beberapa pilihan menciptakan pertentangan. Selama ada pertentangan, kedamaian hati hanya menjadi angan-angan. Mari jalani saja sesuai kemampuan. Semua akan berujung indah, selagi kita yakin bahwa kita tidak sedang berjalan menuju penyesalan.
431 notes · View notes
lathifa · 3 years ago
Text
Dipikir-pikir, kuliah master ini kayak nyari-nyari masalah ya buat diri sendiri. Ya jadi nambah kerjaan. Nambah beban pikiran. Tapi katanya, mungkin memang masalah ini yang aku butuhkan. Mungkin aku memang butuh untuk terus berlatih berpikir dan ngga diam di tempat. Menyelesaikan tantangan. Ga lari dari masalah. Keluar dari zona nyaman. Belajar mengapresiasi diri sendiri.
Boro-boro mikir gengsi, kuliah di luar negeri ngga serta merta bikin kita jadi keren, kok. Aku sadar kesempatan kuliah ini adalah privilese yang sangat aku syukuri. Justru karena itu, aku makin yakin aku ngga boleh sombong atau merasa lebih baik hanya karena aku lagi kuliah master di luar negeri. Menuntut ilmu justru harus dijalani dengan rendah hati, sadar bahwa banyak hal yang aku ngga tau. Aku ngga bisa, makanya harus belajar. Makanya aku sadar ngga sadar menjerumuskan diri sendiri ke lubang ini.
Sejujurnya, lima tahun tinggal di luar indonesia ngga bikin aku makin jago banget juga bahasa asing. Aku yakin temen-temen aku di Indonesia banyak banget yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris lebih baik dari aku. Jauh. Makanya aku memang butuh dipaksa untuk belajar pake bahasa Inggris dengan proses kuliah ini. Ya setidaknya, walaupun ngga naik level, kemampuan bahasa inggrisnya ada yang kepake. Denger kuliah nonstop tanpa subtitle, diskusi dengan bahasa inggris yang belepotan sampe kadang malah ngga menjawab pertanyaan, dan yang paling ultimate adalah nulis thesis yang.... ah, sudahlah, bikin satu kalimat panjang pun susah.
Sekarang mana bisa aku mikir abis kuliah mau ngapain. Malah lebih sering muncul kekhawatiran apakah aku bisa selesai sebelum waktu tinggal kami disini habis. Cuman kata temen konselor aku, yang bisa aku lakukan adalah fokus dulu aja yang ada di depan mata. Cukup jalanin satu demi satu anak tangga, naik sedikit-sedikit tidak apa. Kadang merasa satu tahun terakhir ini berat banget buat aku, tapi aku sadar memang harus aku selesaikan.
Wow curhat ya jadinya. Untuk teman-teman yang sudah rela baca, aku cuma bisa minta dengan kerendahan hati untuk menyelipkan doanya untuk aku di malam-malam terakhir Ramadhan ini. Semoga diberkahi dan dilancarkan dalam setiap proses kuliah ini, hingga bisa selesai di waktu yang tepat. Aamiin.
9 notes · View notes
lathifa · 3 years ago
Text
Merantau sementara, jauh dari rumah, layaknya hidup kita di dunia.
Barang-barang kebanyakan titipan, atau pemberian. Bukan milik kita. Pun hasil dibeli, barang itu akan lebih bermanfaat untuk diberikan atau dijual kembali, pada waktunya kita pulang.
Kita menghimpun sebanyak-banyaknya bekal baik yang menurut kita akan bermanfaat. Tidak dihabiskan disini, justru sebisa mungkin menyimpannya untuk nanti, pada waktunya kita pulang.
Kita mencoba mengambil hikmah-hikmah dan ilmu berserakan di rantau. Berharap itu akan bermanfaat untuk nanti, pada waktunya kita pulang.
Kita meyakinkan diri sekuat mungkin untuk tidak terlena di rantau. Karena disini hanya sebentar…
Yang harus dipersiapkan justru apa yang akan dibawa untuk nanti, pada waktunya kita ‘pulang’.
Karena sejatinya, kita tidak punya apa-apa. Semua yang kita punya sekarang hanyalah titipan. Kita tahu cuma ada tiga hal yang akan kita bawa, pada waktunya kita ‘pulang’; amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak shalih.
Dan semoga pada waktunya kita pulang, kita berada dalam kondisi yang baik, khusnul khotimah… Aamiin Yaa Rabb
4 notes · View notes
lathifa · 3 years ago
Text
Karena banyak banget yang posting foto suaminya dengan sticker 'It's National Appreciation Husband Day', dengan iseng akhirnya aku googling apa emang bener ada national day macam itu.
https://nationaltoday.com/husband-appreciation-day/
Eh, ada loh! 16 April tapi, 2 minggu lagi wkwkwk.
Trend itu emang gampang banget ya dibuat sekarang. Tapi apa ya yang membuat trend itu berhasil menjadi sebuah trend? Apakah ketika kita merasa relate dengan orang si pembuat trend? Ya misalnya ikutan posting foto suami karena pengen berterima kasih dengan si dia, lalu dengan berseliwerannya sticker itu, kita jadi merasa ini momen yang tepat untuk mengucapkannya. Makin banyak orang yang relate, maka berhasil lah jadi trend.
Atau apakah ketika kita merasa tidak dirugikan kalau ikutan trend itu? Jadi yaaa, buat seru seruan aja.. Atau sesimpel pengen aja gitu ikutan trend biar ga ngerasa ketinggalan?
Halah, gini nih kalau udah ruwet pikiran, entah nulis apa.
*akan dihapus kapan kapan
.
.
kalau mau
0 notes
lathifa · 3 years ago
Text
Ketika kamu merasa tertinggal, coba renungkan, apakah memang itu yang kau kejar? Padahal setiap orang memang punya jalannya sendiri, mimpinya sendiri. Mungkin memang kita tidak ditakdirkan untuk mendapatkan itu. Atau terkadang memang bukan urusanmu. Maka tugasmu, menguatkan diri sendiri. Tertinggal, dalam hal duniawi, itu tidak apa-apa. Ketika kamu merasa kesepian, coba lihat sekelilingmu, apakah kamu sudah ada untuk mereka? Jangan-jangan mereka perlahan menghilang karena kamu memang tidak pernah ada untuk mereka. Lalu, mengapa kamu masih berharap mereka hadir untukmu? Maka tugasmu, buka mata hati dan ulurkan tanganmu dahulu. Itu saja. Karena, ingatlah. Apakah mereka akan datang kembali, itu bukan urusanmu. Lagipula, ada Dia yang sebenarnya selalu ada untukmu.
3 notes · View notes
lathifa · 3 years ago
Text
Semoga keputusan-keputusan hidup yang kita ambil, bukanlah di-drive oleh rasa negatif; takut, kekhawatiran, kekecewaan, kecemasan, ataupun rasa dendam. Hiduplah kita di atas keputusan-keputusan yang diambil atas keyakinan dan desire yang berkesadaran.
Ketika perasaan-perasaan itu yang mendorong diri kita untuk memutuskan pilihan-pilihan hidup, maka bukankah berarti kita hanya hidup dari dan di atas ketakutan ke ketakutan yang lain?
Rasa takut, kekhawatiran, cemas itu keniscayaan. Hingga Al-Qur'an bilang setiap kita akan diuji untuk merasakan. Namun, jangan sampai perasaan-perasaan itu kita biarkan hingga membutakan kita pada apa yang kita butuhkan dan pada tujuan yang benar.
Dan mungkin sepertinya ada banyak keputusan besar dan kecil yang kita luput untuk menyadarinya di hidup kita.
Seseorang memilih jurusan atau kuliah misalnya hanya karena cemas melihat teman-temannya pada kuliah. Lalu, seseorang memilih untuk menikah hanya karena khawatir dengan umur dan pertanyaan orang tua. Atau misalnya seseorang memilih mengambil riba hanya karena ingin memiliki seperti apa yang dimiliki orang lain.
Lantas ketika pilihan itu diambil, apakah perasaan-perasaan tadi akan hilang? Belum tentu, karena selepas keputusan kita ambil ada konsekuensi yang menanti setelahnya.
Setiap keputusan itu memiliki konsekuensi. Sayangnya, tak semua kita memiliki kesiapan menerima konsekuensi tersebut.
Lalu bayangkan jika banyak keputusan hidup diambil dari perasaan negatif, lalu setelahnya harus menanggung konsekuensi yang sejak awal tak disadari.
Maka, sering-sering sadarkan diri kala memutuskan untuk memilih dan siapkan diri kita atas konsekuesinya nanti. Dan jangan pernah berhenti untuk selalu meminta petunjuk dariNya. Karena pada akhirnya Allah akan selalu memberikan yang terbaik dan hanya Dialah yang memberikan ketenangan ke dalam hati.
339 notes · View notes
lathifa · 3 years ago
Text
Selain kulit kering, influenza, mood swing akibat defisiensi vit D, ada lagi penyakit yang ternyata sangat common disini saat musim dingin.
magsjuka mereka bilang, kalau diterjemahkan langsung ke bahasa indonesia sih artinya sakit perut. tapi bukan sakit perut kayak maag gitu. lebih mirip diare. gejala yang paling kentara itu muntah dan perasaan ngga nyaman di perut. kadang ada demam dan pusing.
yang lebih gampang terjangkit anak-anak. kalau ada satu anak di sekolah yang sakit, apalagi sampai muntah di sekolah, udah deh itu pada ketularan biasanya.
tahun kemarin sebenernya beberapa kali sekolah kasih pengumuman magsjuka ini lagi menyebar di sekolah. tapi waktu itu anak aku ga kena alhamdulillah. selain karena masih di kelas bayi, dia cuma sekolah 20 jam/minggu, jadi minim interaksi sama kelas balita. terus, rutinitas kebersihan di sekolah kayaknya tahun lalu lebih ketat karena covid, dibandingkan sekarang yang udah dicabut semua restriksinya.
nah barulah tahun ini kami merasakan. dalam satu bulan dia kena dua kali sakit magsjuka ini. memang bukan penyakit parah sih alhamdulillah, 2-3 hari akan sembuh insya Allah.
tapi ya tapi.. siapa sih yang mau dan senang anaknya sakit huhu
cuma berharap makin besar anak aku makin kuat dan selalu sehat.
https://www.1177.se/Uppsala-lan/sjukdomar--besvar/mage-och-tarm/infektioner-i-mage-och-tarmar/vinterkraksjuka--calicivirus/
0 notes
lathifa · 3 years ago
Text
Mencoba untuk tetap waras walau:
Winter blues datang
tantangan di kuliah makin complicated
insecurities tak hilang-hilang
Hahaha, senyumin aja :)
2 notes · View notes
lathifa · 3 years ago
Text
Tumblr media
Project yang menghantui selama 4 bulan ini, akhirnya beres jugaa. I'm literally writing this in tears. Hahaha mohon maaf secupu itu emang. Pokoknya semangat teruuuss, thif, buat beresin coursenya!
Waktu kuliah S1 ngga kebayang kenapa ada temen yang susaaah banget untuk datang kuliah, lalu tiba-tiba menghilang ngga tau kabarnya. Kan tinggal datang aja ya ke kelas, pikirku waktu itu. Cuman sekarang setelah aku merasakan masalah yang sama, kalau mentalnya lagi bermasalah, untuk sekedar buka materi kuliah aja tuh emang susah. Apalagi untuk sukarela datang ke kelas untuk kuliah atau mengerjakan tugas.
Aku sangat menyesal kenapa dulu ngga bisa berempati sama temen yang lagi bermasalah. Padahal mereka ngga butuh dicari buat diingetin bahwa mereka punya hutang kuliah, lebih penting ditemani dan didengarkan keluh kesahnya.
4 notes · View notes
lathifa · 3 years ago
Text
Tempat terakhir yang ada di list kami (atau mungkin kebanyakan orang), jika sedang tinggal di luar negeri, terutama di Swedia. Unit gawat darurat rumah sakit. Qadarullah kondisi mengharuskan kami berkunjung kesana dua kali dalam kurun waktu 3 bulan terakhir.
Tumblr media
Tempat yang sebelum kami datang, kami harus telepon health care center terlebih dahulu dimana antrian teleponnya bisa mencapai 70 menit. Kalau kami tidak telepon dulu, belum tentu kami akan diterima di igd (Tentu ini diluar kasus sangat gawat, karena jalur hotlinenya pun berbeda). Kami juga tidak bisa berharap dapat tempat di klinik puskesmas dalam waktu segera, karena antrian kontrol di klinik memakan waktu berminggu-minggu.
Tempat yang sebaiknya kami datangi tanpa mengendarai kendaraan umum karena kalau kami kesana, berarti kami dalam keadaan sakit. Dan ya kalau kami sakit, naik bus sangat tidak direkomendasikan. Dengan kondisi kami sekarang, tentu kami tidak punya mobil. Solusinya kami kesana dengan taxi, yang tarif satu perjalanannya setara setengah tarif bulanan bus. Bolak balik satu kali perjalanan menghabiskan tiket bulanan bus.
Disana, anak hanya boleh ditemani oleh satu orang. Tapi kami selalu datang bertiga. Satu di ruangan, satu di ruang tunggu. Dan kami harus bersabar lagi. Setelah diterima dan terdaftar, kami menunggu sekitar satu jam sampai akhirnya dipanggil ke ruangan. Di ruangan bersama suster akan diperiksa kondisi awal. Lalu kami menunggu lagi sekitar satu jam sampai dokter datang memeriksa. Setelah itu, dokter akan pergi lagi, lalu kami menunggu lagi, dokter/suster datang lagi, menunggu lagi, terjadi berkali-kali. Tetap dengan rasa harap dan syukur bahwa setiap sesi konsultasi berita yang mereka bawa bukanlah kabar buruk. Ya dengan segala keterbatasan bahasa yang kami punya, kami berusaha untuk bisa mengerti dengan baik apa yang mereka ucapkan. Kali pertama disana, kami menghabiskan 6 jam, sedangkan yang terakhir 4 jam. Jangan bayangkan dokter mengirim kami pulang dengan seabreg resep obat untuk dibeli di apotek. Dua kali kesana, kami tidak diresepkan satu obat sekalipun. Tentu karena menurutnya tidak perlu.
Pengalaman sakit terakhir ini termasuk yang paling berat untuk kami. Berat karena justru anak yang terinfeksi paling parah. Siapa orang tua yang tega lihat anak sendiri kepayahan tidak bisa duduk karena pusing, atau tidak bisa tidur nyenyak karena batuk tak henti-henti. Langsung teringat momen saat dia sehat, makan lahap, celoteh tiada henti, dan senyumnya yang sangat manis. Aku luapkan semua memori itu dengan satu video kompilasi liburan kami. Alih-alih, video itu malah menjadi momen paling emosional buatku. Akhirnya aku putar ulang-ulang sebagai penguat diri, aku yakin dia kuat dan bisa sehat lagi.
Dengan izin Allah, sekarang kondisi kami sudah semakin membaik. Alhamdulillah. Ditandai dengan tiba-tiba ramainya kami posting story di Instagram masing-masing dan nafsu makan yang mulai naik, semoga kami selalu dalam lindungan Allah dan bisa lebih mensyukuri nikmat sehat yang saat ini diberikan.
Uppsala, 29 Ags 2021
03.46
0 notes
lathifa · 3 years ago
Text
Berketurunan Sepenuh Kesadaran
Seorang wanita boleh saja memutuskan untuk childfree, tak ingin punya anak, tak ingin memiliki keturunan. Tapi, sampai kapanpun seorang wanita takkan pernah bisa mengelak dari takdir rahim yang menetap di tubuhnya; baik rahim secara fisiologis maupun tabiat rahim (kasih sayang) itu sendiri.Saat seseorang berasumsi bahwa alasan sebagian orang yang ingin punya anak terdengar egois; ingin ada yang…
Tumblr media
View On WordPress
57 notes · View notes
lathifa · 3 years ago
Text
Everybody starts as an impostor.
8 notes · View notes
lathifa · 4 years ago
Text
I'm Survived!
Aku tulis ini sebagai bentuk penghargaan untuk diri sendiri karena sudah menyelesaikan satu course di semester ini. Terima kasih sudah mau berjuang. Memang jauh sekali dari kata sempurna, tapi setidaknya aku bisa melewatinya sampai selesai.
Dimulai dengan ketidaktahuan. Di perjalanannya bahkan aku harus lewati sambil diberi ujian keluarga sakit. Tentu sedikit banyak itu mempengaruhiku. Tugas yang berturut-turut diberikan dengan batas waktu hari Minggu, sehingga quality time dengan anak suami di weekend berkurang jauh. Komponen penilaian yang banyak membuatku harus lebih sabar berusaha. Dari yang awalnya selalu minta bantuan suami untuk mengajari, course aku akhiri dengan jerih payah sendiri. Tanpa bantuan-Nya, aku tidak akan bisa selesaikan ini.
Masih panjang, ini masih panjang. Calon supervisor sudah membalas e-mailku dengan seabrek list paper untuk dibaca. Tugas course lain masih menunggu untuk dikerjakan. Maka benarlah, semakin belajar kita sadar kalau kita memang tidak tahu apa-apa.
Aku tidak tahu kemana Allah akan mengarahkanku dengan jalan hidup seperti saat ini. Namun satu hal yang tidak boleh aku lupa. Teruslah husnuzhan pada-Nya.
4 notes · View notes
lathifa · 4 years ago
Text
Berat badan tidak akan langsung turun setelah kamu senam aerobik 15 menit. Yang ada badan sakit-sakit setelahnya karena kamu tidak rutin berolahraga.
Buku tidak akan tamat dibaca kalau kamu hanya membacanya satu kali, itupun hanya kau baca satu lembar. Ditambah lagi terkadang merasa sudah memahami isi buku padahal baru baca deskripsi di halaman belakangnya saja.
Hafalan Al-Quran-mu tidak akan kunjung bertambah jika hanya meluangkan sekali dalam dua minggu untuk murajaah. Jangankan bertambah, untuk mempertahankannya saja belum tentu bisa.
Ilmu yang kau dapatkan akan sia-sia jika hanya bergantung pada tenggat waktu. Mengikuti kuliah dan mengerjakan tugas hanya agar kamu lulus, lalu kamu tidak mengerti apapun. Selesai ujian, merasa sudah beres, lalu ilmu itu pun menguap entah kemana.
Pola pikir hanya berfokus pada hasil akhir sepertinya sudah menjadi penyakit, sadar tidak sadar. Jangan berpikir semua bisa diatasi dengan solusi instan.  Itu juga bisa berarti kurang berbaik hati pada diri sendiri. Tidak memberikannya kesempatan untuk berkembang secara tulus, untuk ia sendiri saja. Karena sekarang, seakan semua hal yang kulakukan mesti divalidasi orang lain. Kalau tidak ada nilainya, tidak perlu lah aku selesaikan targetku. Kalau tidak dites, tidak perlu lah saya lakukan itu. 
Sadarlah, tidak semua perlu dinilai, kan? Maksudku, nilai duniawi. Ya karena sejatinya setiap detik ada malaikat yang mencatat. Dan menurutku, jika niat sudah baik dan lurus, maka tercatatlah amal kebaikan. Lalu berkembang menjadi diri yang lebih baik adalah efek positifnya. Maka sadarlah, itu sudah lebih dari cukup.
Fokus saja pada apa yang ingin kau capai, pelan-pelan, berprogres sedikit demi sedikit tapi kontinu. Untuk dirimu. Tidak perlu lagi penilaian orang lain.
:’(
3 notes · View notes
lathifa · 4 years ago
Text
Tumblr media
Tumblr media
377 notes · View notes
lathifa · 4 years ago
Text
dua first assignment baru keluar grade-nya. target awal asal pass aja, jadi kalau memang nilainya pass, ya Alhamdulillah... It’s quite a good start, tho.. let's enjoy the process..
2 notes · View notes