Text
Katanya asa jangan putus, harap harus tetap ada, dan kasih menyala
15/1/19
0 notes
Text
3.
Dingin
Udaranya yang dingin, hawanya yang enak untuk istirahat dan berbaring sejenak lagi.
hanya sejenak lagi kalau boleh, kalau bisa, kalau saja rasionalitasku tidak berjalan dengan baik
masih banyak yang harus dikejar dalam dinginnya udara ini
masih banyak yang perlu dituntaskan segera sebelum tiba waktunya
sekalipun dingin, hati dan pikiran harus tetap mendidih
~klprastiwi
0 notes
Text
2.
Kadang, kehidupan itu emang tampak ga seimbang. Tunggu, tapi ini dilihat dari kacamata siapa dulu?
Kadang rasanya yang diatas makin diatas, yang dibawah makin dibawah. Atau mungkin itu terjadi karena yang diatas semakin terpacu untuk naik terus sementara yang dibawah takut bahkan untuk sekedar menengadahkan kepalanya?
Kalau aku melihat kehidupan disekitarku sehari-hari kadang aku berfikir betapa nikmatnya berada di satu posisi, lalu diposisi lain yang bukan posisiku. Tapi jelas itu namanya kurang bersyukur, belum cukup bersyukur. Kadang fokus kepada orang lain yang tampak duduk diposisi yang lebih tinggi itu efeknya bukan saja memacu, tapi juga membuat runtuh.
Lalu aku sadar, itu namanya kurang bersyukur, tidak bersyukur.
Padahal Tuhan itu maha baik. M.A.H.A. Tapi aku kadang tidak melihat itu, karna aku sibuk mencari dan menunggu kuasa Tuhan yang luar biasa besar dihidupku. Yang sebenarnya itu terjadi disetiap hariku.
Syukur itu sangat sangat sangat besar DAYAnya. Bahkan hati yang terlukapun masih bisa terobati dengan syukur. Belajar tentang syukur itu bukan sekedar belajar 1 hari lalu selesai.
Belajar tentang syukur itu ibarat kamu, aku, kita belajar tentang kedokteran, tentang manusia yang seutuhnya. Kadang aku ga ngerti kenapa harus belajar satu hal yang tidak punya dampak signifikan terhadap kesehatan tubuh, misal belajar tentang sel. Padahal sebenarnya sel itu yang membentuk jaringan, organ, dan sistem organ. Ya, seperti itulah syukur. Kadang aku hanya berfokus pada syukur-syukur yang tampak besar dan signifikan dihidupku, lalu lupa, bahwa diberi kesempatan untuk mengirup oksigen, untuk berjalan, bernyanyi, makan makanan yang disukai, bertemu dan melihat orang yang disayangi, dan banyak, banyaak hal lainnya yang perlu mendapat porsi syukur yang sama besarnya. Kenapa sama besarnya? Karna jelas semuanya berasal dari sumber yang satu, Tuhan yang Maha segalanya. Karna apalah aku dihadapan Tuhan, Ia cukup membalikkan telapak tangannya untuk merubuhkan aku saja dapat. Tapi Ia begitu cinta, begitu sayang, begitu mengasihi anaknya yang kadang kurang menghargai keMaha-annya.
Karna syukur itu asalnya dari kasih, dan kasih itu asalnya dari Tuhan, maka pandai-pandai berkasih dan bersyukur merupakan wujud Kasih dan bentuk nyata karya kemuliaan nama-Nya.
Seperti slogan kedokteran yang digaung-gaungkan sejak dulu, long life learner, seperti itulah hidup kita harusnya berakar pada kasih dan kuasanya dan menjadi long life lover
~klprastiwi
0 notes
Text
1.
Hm... Post ngerjain TO Bimbel BOY.. Rasanya nggliyeng dan pusing.
Ini artinya belum siap untuk mengerjakan soal yang sesungguhnya. Kenapa belum siap? ya karena persiapannya belum matang. Masih mengawang, masih meraba, masih mencari-cari jawaban yang tepat. Oke sebelumnya let me explain abput Bimbel BOY. Ini merupakan bimbingan UKMPPD bentukan angkatan 2011 yang terlebih dulu menjadi dokter. Orang-orang hebat yang mau membagikan waktunya untuk kami-kami ini, teman seangkatan, calon teman sejawatnya kelak.
Pusing rasanya menghadapi UKMPPD. Rasanya bercampur aduk antara bingung mau belajar yang mana dlu, memprioritaskan hal apa dulu, dan melakukan apa dlu.
CBT/OSCE-CBT/OSCE
Tapi setidaknya sekarang aku udah lebih tenang ketika belajar. Tense saat ini agak sedikit menurun dibanding dulu. Mungkin karena sekarang sedang asik-asiknya bergelut dengan doa. Banyak hal yang rasanya bisa ditaruh bebannya. Banyak yang akhirnya bisa dilepas dan ga dipikirin (sesuatu yang blm nemu solusinya tentunya).
Tapi Tuhan itu baik dan sungguh baik. Karena bahkan anaknya yang bebal satu ini pun ga dilupakannya dan selalu diberi kelegaan dan jalan keluar yang luar biasa :))
~KLPrastiwi
0 notes
Text
Abstrakisasi
It’s been a long time actually not to write anything that happened around me. Kayanya terakhir nulis dan berkecimpung dengan dunia ketik-ketik itu sekitar akhir SMP, which is like 10 years ago. Apa ya yang bikin jadi berhenti nulis, hm agak bingung juga sih. Cuma kayanya sejak SMA hobi-hobi dan banyak banget passion yang terkubur gitu aja hanya karna rasa minder, ga pd sama kemampuan diri sendiri yang akhirnya bikin diri ini ngerasa ga kompeten lagi buat nulis dan menggeluti banyak hal lainnya.
Padahal nulis itu sebenernya bisa tentang apa aja. Literally apa aja yang ada diotak dan berniat untuk disalurkan kemanapun. Jadi teringat dulu waktu SMP itu adalah saat-saat paling idealis. Rasanya ngeliat sesuatu yang ga adil th langsung aja ditulis, sampe akhirnya bikin beberapa tulisan yang rencana awalnya sih pengen disebar di penjuru sekolah karna waktu itu SMP aku bukan SMP swasta elite dimana masih banyak siswanya yang serampangan, yang ga segan menabrak berbagai aturan, yang ga takut mem-bully orang lain demi kesenangannya sendiri/kelompoknya. Rasanya waktu itu jengah banget ngeliat yang kaya gitu dan akhirnya terlahirlah berbagai tulisan tentang bullying, kemanusiaan, tenggang rasa, dan berbagai macam hal lainnya yang terjadi di lingkungan sekitarku waktu itu. Bahkan tulisan-tulisan itu sudah aku print, sudah di klip dan siap disebar...
Tapi apa daya, keberanianku ternyata lebih kecil daripada keinginanku untuk menulis. Aku takut mendengar pendapat orang tentang tulisanku. Aku takut ditertawakan kalau sampai mereka tahu bocah mana yang menulis hal-hal seperti itu. Yaaa.... lalu kebiasaan menulis itu hilang perlahan seiring dengan hilangnya minat membacaku.
Aku sebenarnya suka membaca, suka sekalii. Membaca itu sudah jadi satu bagian yang lekat dalam hidupku, mungkin karna itu juga aku lekat dengan menulis. Waktu SD aku jadi satu-satunya orang yang rajin mengunjungi perpustakaan ketika jam istirahat tiba. Jadi satu-satunya orang yang meminjam seri buku Cahiril Anwar. Aku suka sajak, suka sekali dengan puisi apalagi yang bertema tentang cinta dan romansa. Aku menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan hubungan personal dari pribadi ke pribadi, hubungan personal antara seseorang dengan dirinya sendiri. Buatku manusia itu unik, mereka punya caranya masing-masing untuk bertahan dan aku mencoba memahami itu melalui buku. Dulu, buku yang kubaca bukan melulu novel remaja. Buku novelku bahkan hanya ada 2/4 buku (aku lupa). Lalu sisanya tentang psikologi. Tentang tahap kembang pribadi manusia. Tentang how to be the best version of yourself.
Tapi itu duluu, sekitar 5 tahun yll aku mulai menghentikan hobiku itu. Sejak tamat SMA dan masuk fakultas kedokteran tepatnya. Aku juga ga tau apa yang bikin hobi itu terkikis, mungkin buku-buku kedokteran yang terasa jauh lebih membosankan sehingga aku menganggap buku-bukuku itu sama membosankannya. Atau karna aku sudah terlena dengan kecanggihan masa kini, sosmed seperti IG, FB, Twitter, Path rasanya lebih sering aku kunjungin daripada rak bukuku beberapa tahun terakhir ini. Bahkan detik saat aku menulis inipun masih banyak buku-buku yang belum tamat aku baca, atau bahkan buku-buku yang hanya kubeli (sampulnya pun masih terpasang bersih)
Lalu aku merasa ada yang hilang dari diri ini. Ada sebagian diriku yang berontak ingin berbicara tapi sebagian yang lain menahannya. Tapi aku tahu bahwa rinduku ini sudah membuncah, sudah siap pecah kalau saja ini abses. Aku rindu menulis, aku rindu membaca. Aku sungguh rindu menjadi pribadi yang punya pandangan luas terkait segala masalah yang ada. Aku rindu bahkan untuk memahami diriku sendiri. Lalu aku mencari cara, salah satunya dengan kembali menulis ini, kembali membaca, kembali menjadi produktif. Ga melulu membuka sosmed, menghabiskan waktuku untuk chat sana-sini tapi lebih memberikan waktu untuk bercengkerama kembali dengan diriku sendiri. Karena bagaimana caranya memahami orang lain, memberi waktu dan manfaat untuk orang lain kalau untuk diri sendiri saja aku tidak mau??
first post after 10 years~ KLP
0 notes
Quote
perempuan itu mudah sekali memaafkan, tapi sulit sekali melupakan. perempuan itu mudah sekali menumbuhkan (kembali) rasa cinta, tapi sulit sekali menumbuhkan (kembali) rasa percaya.
membuat perempuanmu jatuh cinta saja tidak cukup. buatlah perempuanmu percaya–walaupun kebanyakan perempuan percaya karena cinta, bukan cinta karena percaya. (via prawitamutia)
765 notes
·
View notes
Quote
ikhlas itu–mencintai secukupnya, dan memperjuangkan sepenuhnya. meyakini yang terbaik, dan mempersiapkan yang terburuk. sabar itu–bukan menunggu dengan berharap dan berdiam, melainkan menunggu dengan berdoa dan berusaha. syukur itu–lebih dari menerima apa adanya, tetapi juga mengupayakan agar yang diterima semakin bermakna.
(via prawitamutia)
738 notes
·
View notes
Note
Salam ukhty, aku suka skali membaca tulisan2mu. Aku menyukai caramu memandang hidup dan kehidupan. Bagaimana kamu selalu melibatkan Tuhan dalam setiap yang kau kerjakan. Semakin umurku bertambah akupun semakin ingin menjadi yg lebih baik. Dlm artian mjdi pribadi yg disayangi Tuhan. mungkin membaca tulisan2mu adlh slh satu cara tuhan memberiku pengajaran. Ohya, aku pngin nanya, seperti apa cara memantaskan diri itu u/ bisa bertemu jodoh yg baik. Salam tumblr ukhty !
salam tumblr ukhti!saya uti bukan ukhti, tapi dipanggil ukhti juga boleh, nuhun didoakan. hehe. ini definisi saya ya, tidak bisa digeneralisasi.
memantaskan diri sama dengan menjadi seseorang yang kita inginkan datang sebagai jodoh kita. misalnya, kita ingin seseorang yang sholat sunnahnya lengkap, maka lakukan sholat sunnah lengkap. misalnya, kita ingin seseorang yang selalu jujur dan amanah, maka jadilah seseorang yang jujur dan dapat dipercaya.
ada orang yang bilang, berdoa itu secukupnya saja. kalau kelak dikasih (si)apa saja, syukuri saja. buat saya tidak. doa itu harus spesifik. buat daftar sebanyak-banyaknya kriteria jodoh “baik"mu seperti apa, sebab kita tidak pernah tau mana dari doa itu yang dikabulkan Allah.
dan doa itu harus diwujudkan–dalam tindakan. memantaskan diri adalah wujudnya. menjadilah seseorang seperti yang kita sendiri doakan, seperti jawaban doa yang kita inginkan. tanpa kita sadar, di saat yang sama kita menjadi jawaban doa bagi orang lain.
liefs.
77 notes
·
View notes
Quote
bentuk yang lebih dalam dari sekadar hidup adalah berbagi–dan menjadi. menjadilah sesuatu. tak penting sesuatunya apa. yang penting adalah menjadinya. seutuhnya. sepenuhnya.
(via prawitamutia)
124 notes
·
View notes
Quote
"Pengharapanmu tidak dapat diletakkan disuatu masa depan yang diimpikan. Pengharapanmu haruslah dalam Allah yang mengetahui masa lalu, masa kini, dan masa depan. 'Iman berarti menjadi yakin akan hal-hal yang kita harapkan. Dan iman berarti mengetahui bahwa sesuatu itu nyata meskipun jika kita tidak melihatnya' Ibrani 11:1"
Jackie&Debbie dalam Lady in Waiting chapt 3.
0 notes
Quote
Apalah artinya membalas luka kalau akhirnya sama-sama terluka.
0 notes
Quote
Pertumbuhan iman bisa didapat dari banyak hal: kitab suci, diskusi, dan perenungan diri.
0 notes
Quote
Hubungan yang kita jalin dengan sesorang akan semakin kuat bukan karena kesalahan yang dihukum, melainkan karena orang yang tidak bersalah penuh dengan belas kasihan
0 notes
Text
Ciptaan Tuhan yang Mulia, katanya...
Ada seorang bapak penjual koran didekat tempat saya sering makan, disebelah gereja saya. Beliau biasa menjajakan korannya dari pagi, paling pagi saya pernah bertemu beliau sekitar jam 8. Hanya bermodalkan pakaian dan tas karung goni berisi penuh koran dan tabloid, bapak ini berjalan kaki mengitari purwokerto dari pagi sampai sore. Terakhir saya melihat si bapak berjualan, penampilan si bapak memang tidak begitu baik. Bajunya lusuh, kotor, kantung matanya menghitam, jalannya terpogoh-pogoh, dan selalu menunduk. Sudah lama tidak melihat si bapak dan sore tadi ternyata saya bertemu kembali dengan beliau. Kali ini koran si bapak sudah habis terjual, beliau jalan agak terseok kemudian duduk 'ndelesor' dipinggir jalan dengan mata memerah. Dandanannya ada yang berbeda kali ini. Bajunya tetap lusuh, kantung matanya tetap menghitam, dan jalannya tetap terpogoh-pogoh, tapi celananya sobek sana-sini. Dalam hati saya bertanya, bukankah kalau korannya habis terjual seharusnya bapak ini menampilkan wajah gembira dan bersyukur? Bukankah kalau jam segini korannya habis terjual, si bapak setidaknya mampu membeli satu saja celana panjang yang tidak sobek? Mengapa mata si bapak memerah? Apa karna kelelahan? Atau... Ah, banyak sekali rasanya pertanyaan yang ada dikepala saya ketika itu. Saya memandangi beliau sejenak dan saya terhenyak. Naif sekali saya. Memangnya si bapak hanya hidup sendiri, memangnya dia tidak berkeluarga, memangnya saya tahu sedalam apa tentang si bapak sampai berani-beraninya mengambil kesimpulan sendiri. Saat itu juga saya merasa 'nelangsa'. Apakah saya pantas disebut sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Ada yang salah dengan diri saya. Bukankah Tuhan menciptakan manusia seharusnya untuk saling berbagi? Tapi kenapa saya diam saja saat itu? Kenapa saya masih menemukan banyak orang dengan status ekonomi yang kurang tanpa ada tangan yang menopang? Saya makan enak 3xsehari, tidur nyenyak, sementara beliau makan dengan gizi layak pun saya tidak tau bisa atau tidak. Naif sekali saya mengaku makhluk sosial, padahal saya belum membawa manfaat banyak untuk orang lain. Saya ingat ada 3 jenis simbiosis dalam biologi. Mutualisme, parasitisme, dan komensialisme. Manusia jaman ini, dan saya termasuk didalamnya, rasanya hanya berpegang pada dua jenis simbiosis saja. Mutualisme dan parasitisme. Kalau tidak menguntungkan, tinggalkan. Kalau masih menguntungkan, keruk keuntungannya sebanyak-banyaknya baru tinggalkan. Padahal hubungan komensialisme sama pentingnya dengan dua hubungan lainnya. Kalau itu tidak merugikanmu, apa salahnya memberikan apa yang orang lain butuhkan. Apa yang menurutmu kecil, buat orang lain bisa jadi sangat besar. Apa yang menurutmu tidak dibutuhkan, bisa jadi sangat dibutuhkan mereka. Tunggu, bahkan berbagi itu harusnya masuk dalam simbiosis mutualisme. Ada rasa gembira ketika saya bisa memberi sedikit saja dari apa yang saya punya. Ada rasa senang yang menjalar dalam tubuh saya ketika saya melihat orang lain tersenyum melalui pemberian yang ada. Sesederhana itu. Menguntungkan bukan, karna saya pun merasa gembira melihat orang lain gembira. Ah, saya masih perlu banyak belajar berbagi. Saya masih jauh dari kata ciptaan Tuhan yang mulia. Saya masih pemula dalam kategori makhluk sosial..
0 notes